BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil PenelitianPada bab ini peneliti akan memaparkan hasil
dan pembahasan tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan
sikap lansia dengan upaya pengendalian hipertensi di Puskesmas
Bontang Selatan Iyang datanya telah dikumpulkan pada tanggal 22
Januari 2015. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 38
orang lansia yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh
peneliti. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner
yang disebar pada saat kegiiatan Posyandu Lansia. Hasil penelitian
disajikan dalam bentuk tabel dan tekstual yang didasarkan pada
analisis univariat dan bivariat. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
di Puskesmas Bontang Selatan I Puskesmas Bontang Selatan I
merupakan sebuah pusat layanan kesehatan yang berada di bawah
naungan Dinas Kesehatan yang beralamat di Tanjung Laut Bontang.
Puskesmas Bontang Selatan I memiliki beberapa fasilitas unggulan,
di antaranya adalah Posyandu Lansia yang memberikan pelayanan
kesehatan pada hari dan berupa pemeriksaan tekanan darah dan
pendidikan kesehatan kepada lansia. 2. Analisa Univariat Analisis
univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik responden
dan setiap variabel penelitian yaitu variabel independen (tingkat
pengetahuan dan sikap lansia) dan variabel dependen (upaya
pengendalian hipertensi). Karakteristik responden menggunakan
distribusi frekuensi yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
dan pekerjaan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti. Analisis ini dilakukan tiap variabel dari penelitian pada
umumnya dalam analisis hanya menghasilkan distribusi dan persentase
dari tiap variabel (Sutanto, 2000).a. Analisa Univariat
Karakteristik Responden.1) Usia Responden.Tabel 4.1. Karakteristik
Responden Berdasarkan Usia di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang
Selatan I Bulan Januari Tahun 2015UsiaJumlah (orang)Persentase
(%)
45-59 tahun2257,9
60-74 tahun1539,5
75-90 tahun12,6
Total38100,0
Sumber: Data Primer 2015Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa
mayoritas responden berusia 45-59 tahun dengan jumlah 22 orang
(57,9%), responden berusia 60-74 tahun sebanyak 15 orang (39,5%),
dan responden berusia 75-90 tahun sebanyak 1 orang (2,6%)2) Jenis
Kelamin Responden.Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang Selatan I Bulan
Januari Tahun 2015Jenis KelaminJumlah (orang)Persentase (%)
Laki-laki1744,7
Perempuan2155,3
Total38100,0
Sumber: Data Primer 2015Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 21
orang (55,3%) dan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17
orang (44,7%).3) Pendidikan Terakhir RespondenTabel 4.3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Posyandu
Lansia Puskesmas Bontang Selatan I Bulan Januari Tahun
2015Pendidikan Jumlah (orang)Persentase (%)
SD1847,4
SLTP1334,2
SLTA718,4
Total38100,0
Sumber: Data Primer 2015Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa
mayoritas responden berpendidikan SD dengan jumlah 18 orang
(47,4%), responden berpendidikan SLTP sebanyak 13 responden
(34,2%), dan responden berpendidikan SLTA sebanyak 7 orang
(18,4%).
4) Pekerjaan Responden.Tabel 4.4. Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang Selatan
I Bulan Januari Tahun 2015Pekerjaan Jumlah (orang)Persentase
(%)
Petani 25,3
Swasta1539,5
Nelayan37,9
Pensiunan 25,3
Tidak Bekerja1642,1
Total38100,0
Sumber: Data Primer 2015Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa
responden yang tidak bekerja memiliki jumlah yang paling besar
dengan jumlah 16 orang (42,1%), kemudian responden dengan pekerjaan
swasta dengan jumlah 15 orang (39,5%), responden dengan pekerjaan
nelayan sebanyak 3 orang (7,9%) dan responden dengan pekerjaan
petani dan nelayan masing-masing sebanyak 2 orang (5,3%). b.
Analisa Univariat dari Variabel Independen dan Variabel Dependen1)
Variabel Independen.Variabel independen pada penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan dan sikap lansia. Berdasarkan hasil jawaban
kuisioner dari 38 orang responden diperoleh distribusi frekuensi
berdasarkan tingkat pengetahuan dan sikap lansia seperti pada tabel
berikut:Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang Selatan I
Bulan Januari Tahun 2015Tingkat PengetahuanJumlah (orang)Persentase
(%)
Rendah 1642,1
Tinggi 2257,9
Total117100,0
Sumber data: Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa mayoritas responden
memiliki tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 22 orang (57,9%) dan
responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 16 orang
(57,9%).Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap
Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang Selatan I Bulan Januari
Tahun 2015Sikap Lansia Jumlah (orang)Persentase (%)
Negatif1231,6
Positif 2668,4
Total38100,0
Sumber data: Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa mayoritas responden lansia
memiliki sikap positif berjumlah 26 orang (68,4%) dan responden
lansia dengan sikap negatif sebanyak 12 orang (31,6%)2) Variabel
DependenVariabel dependen pada penelitian ini adalah upaya
pengendalian hipertensi. Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dari
38 orang responden diperoleh distribusi frekuensi berdasarkan upaya
pengendalian hipertensi seperti pada tabel berikut:Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya Pengendalian
Hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang Selatan IBulan
Januari Tahun 2015Upaya Pengendalian HipertensiJumlah
(orang)Persentase (%)
Kurang 1847,4
Optimal 2052,6
Total38100,0
Sumber data: Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa mayoritas responden dengan
upaya pengendalian hipertensi optimal berjumlah 20 orang (52,6%)
dan responden dengan upaya pengendalian kurang sebanyak 18 orang
(47,4%)3. Analisa BivariatSetelah diketahui karakteristik dari
variabel independen dan dependen, selanjutnya dilakukan analisis
bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square yakni
Continuity Correction dengan menggunakan tabel 2x2 untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap lansia dengan upaya
pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang
Selatan I sehingga diharapkan tingkat keakuratannya lebih tinggi.
Hasil yang diperoleh adalah seperti pada tabel berikut:Tabel 4.8
Analisa Bivariat antara Tingkat Pengetahuan dengan Upaya
Pengendalian Hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang
Selatan I Bulan Januari Tahun 2015Upaya
PengendalianTotalPvalueOR
Kurang Optimal
N%N%N%
Tingkat PengetahuanRendah 1381,2318,8161000,00014.733
(2.965-73.208)
Tinggi522,71777,322100
Total1847,42052,638100,0
Sumber data: Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.8 tentang hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan upaya pengendalian hipertensi ditemukan:a. Dari
38 responden, terdapat 13 orang responden (81,2%) yang memiliki
upaya pengendalian hipertensi yang rendah dan tingkat pengetahuan
yang rendah pulab. Dari 38 responden, terdapat 3 responden (18,8%)
yang memiliki upaya pengendalian hipertensi optimal tetapi tingkat
pengetahuan yang rendahc. Dari 38 responden, terdapat 5 orang
responden (22,7%) yang memiliki upaya pengendalian hipertensi
kurang dan tingkat pengetahuan yang tinggid. Dari 38 responden,
terdapat 17 responden (77,3%) yang memiliki upaya pengendalian
hipertensi optimal dan tingkat pengetahuan yang tinggi
pulaBerdasarkan uji statistik Chi-square yakni Continuity
Correction dengan menggunakan tabel 2x2 menunjukkan Pvalue adalah
0,000 dimana lebih kecil dari nilai 0,05 yang berarti Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia
Puskesmas Bontang Selatan IBerdasarkan hasil pengukuran OR (Odd
Ratio) diperoleh nilai OR=14.733 (95% CI, 2.965-73.208) artinya
lansia yang memiliki tingkat pengetahuan rendah berpeluang sebanyak
14,733 kali untuk memiliki upaya pengendalian hipertensi kurang
jika dibandingkan dengan lansia yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi dan diyakini sebanyak 95% peluang lansia yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi akan memiliki upaya pengendalian
hipertensi yang optimal sebesar 2,965-73,208 kali dibandingkan
dengan lansia yang memiliki tingkat pengetahuan rendah.
Tabel 4.9 Analisa Bivariat antara Sikap Lansia dengan Upaya
Pengendalian Hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Bontang
Selatan I Bulan Januari Tahun 2015Upaya
PengendalianTotalPvalueOR
Kurang Optimal
N%N%N%
Sikap LansiaNegatif 975325121000,0245.667(1.219-26.334)
Positif 934.61765.426100
Total1847.42052.638100,0
Sumber data: Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.9 tentang hubungan antara sikap lansia
dengan upaya pengendalian hipertensi ditemukan:a. Dari 38
responden, terdapat 9 orang responden (75%) yang memiliki upaya
pengendalian hipertensi yang rendah dan sikap yang negatif pulab.
Dari 38 responden, terdapat 3 responden (25%) yang memiliki upaya
pengendalian hipertensi optimal tetapi sikap negatifc. Dari 38
responden, terdapat 9 orang responden (34,6%) yang memiliki upaya
pengendalian hipertensi kurang dan sikap yang positife. Dari 38
responden, terdapat 17 responden (65,4%) yang memiliki upaya
pengendalian hipertensi optimal dan sikap yang positif
pulaBerdasarkan uji statistik Chi-square yakni Continuity
Correction dengan menggunakan tabel 2x2 menunjukkan Pvalue adalah
0,024 dimana lebih kecil dari nilai 0,05 yang berarti Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap lansia
dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas
Bontang Selatan IBerdasarkan hasil pengukuran OR (Odd Ratio)
diperoleh nilai OR=5.667 (95% CI, 1.219-26.334) artinya lansia yang
memiliki tingkat sikap negatif berpeluang sebanyak 5.667 kali untuk
memiliki upaya pengendalian hipertensi kurang jika dibandingkan
dengan lansia yang memiliki sikap positif dan diyakini sebanyak 95%
peluang lansia yang memiliki sikap positif akan memiliki upaya
pengendalian hipertensi yang optimal sebesar 1.219-26.334 kali
dibandingkan dengan lansia yang memiliki sikap negatif
B. Pembahasan1. Karakteristik respondena. UsiaHasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 45-90 tahun dengan
jumlah 22 orang (57,9%). Lansia adalah seorang yang telah mencapai
usia 60 tahun keatas yang dibagi dalam kategori lansia potensial
yaitu lanjut usia yang mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa serta kategori lansia
tidak potensial yaitu lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.Menurut
Suhartini (2010), lansia adalah tahap akhir dari proses penuaan.
Pada tahap ini biasanya individu tersebut mengalami kemunduran
fungsi fisiologis organ tubuhnya.Pengertian lansia (lanjut usia)
menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi,
2000). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan
proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,
2005).Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian
lansia digolongkan menjadi 4, yaitu:1) Usia pertengahan (middle
age) 45 -59 tahun2) Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun3) Lanjut
usia tua (old) 75 90 tahun4) Lansia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya
oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur,
maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,
dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah
sistolik meningkatkarena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam
kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut
sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
menurun (Kumar, 2005)Menurut asumsi peneliti, banyaknya lansia
berusia 45-60 tahun yang datang ke Posyandu Lansia karena lansia
pada usia tersebut umumnya masih memiliki kekuatan fsik yang cukup
untuk datang ke Posyandu Lansia. Selain itu, pada usia tersebut
mulai banyak lansia yang terserang penyakit hipertensi. b. Jenis
KelaminHasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 21 orang (55,3%). Menurut
Suryanto (2009) jenis kelamin adalah pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologi yang melekat pada jenis
kelamin tertentu. Pada dasarnya prevalensi terjadinya hipertensi
pada pria sama dengan wanita. Namun sebelum mengalami menopause,
wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskular karena aktivitas
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormone estrogen yang selama ini melindungi darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut di mana jumlah hormon estrogen tersebut
makin berkurang secara alami seiring dengan meningkatnya usia, yang
umumnya umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar,
2005). Pria dan wanita menapouse berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi. Penelitian lain mengatakan bahwa laki-laki dan
perempuan mempunyai peluang yang relatif sama menderita hipertensi
(Arif, 2001).
c. PendidikanHasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden berpendidikan SD dengan jumlah 18 orang (47,4%). Menurut
Atmarita (2004) pendidikan secara umum merupakan salah satu upaya
yang direncanakan untuk menciptakan prilaku seseorang menjadi
kondusif dalam menyikapi suatu masalah. Tingkat pendidikan
berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku hidup seseorang,
semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
pola pikir secara rasional untuk memahami arti kesehatan dan
pemanfaatan fasilitas kesehatan. Asmadi (2005) mengungkapkan bahwa
pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir individu sedangkan pola
pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Jadi dapat dikatakan
pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan
pola pikir orang yang berpendidikan tinggi.d. PekerjaanHasil
penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja memiliki
jumlah yang paling besar dengan jumlah 16 orang (42,1%). Pekerjaan
merupakan suatu hal yang dikerjakan untuk mendapatkan imbalan atau
jasa. Menurut teori Hirarki Maslow, bahwa manusia bekerja
dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan, serta
pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum
terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah
tingkatan sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut,
tidak lain adalah: kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial,
penghargaan, perwujudan diri. Banyaknya responden yang tidak
bekerja dapat disebabkan karena sudah bukan lagi usia
produktif.
2. Variabel Independen dan Variabel Dependena. Variabel
Independen1) Tingkat PengetahuanHasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi berjumlah
22 orang (57,9%). Pengetahuan didefinisikan sebagai hasil dari tahu
dan mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu, paham, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007). Setiap individu
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat pengetahuan ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, keterpaparan informasi dan
pengalaman (Irmayati, 2007). Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan yaitu pendidikan formal yang pernah
ditempuh. Sesuai dengan dengan pendapat dari Irmayati (2007) yang
mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap
dan perilaku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sehingga semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan
yang diperoleh. Faktor lain yang mempengaruhi terhadap tingkat
pengetahuan adalah keterpaparan informasi. Irmayati juga menyatakan
bahwa informasi dapat digunakan sebagai transfer pengetahuan.
Informasi dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari melalui media
massa antara lain televisi, koran, radio, dan majalah. Selain
informasi pengalaman juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang cenderung
menerapkan pengalamannya terdahulu untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengalaman yang dimiliki oleh responden menyebabkan
seseorang mempunyai kemampuan analisis dan sintesis yang baik. Hal
ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2007)
bahwa semakin baik kemampuan analisis dan sintesis yang dimiliki
seseorang maka tingkat pengetahuannya semakin baik.Pengetahuan yang
dimiliki responden selain dari pendidikan dapat juga berasal dari
pengalaman. Pengalaman lansia dalam merawat diri khususnya dalam
mengatasi penyakit hipertensi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
lansia tentang hipertensi. Menurut Suliha (2002), sesuatu yang
dialami seseorang tentang masalah kesehatan yang dihadapi akan
menambah pengetahuan tentang kesehatannya. Menurut Herliansyah
(2007) pengetahuan dapat juga didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali, jika seseorang memiliki
engalaman yang lebih maka menghasilkan pengetahuan yang lebih.
Menurut asumsi peneliti, tingkat pengetahuan lansia mayoritas
tinggi karena sering mendengarkan pendidikan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Posyandu Lansia. Selain itu, informasi juga
bisa didapatkan dari melihat televisi, membaca Koran, mendengarkan
radio, dan sebagainya. 2) Sikap LansiaHasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden lansia memiliki sikap positif berjumlah
26 orang (68,4%). Sikap merupakan kehendak lansia setelah
mengetahui mengenai manfaat upaya pengendalian, namun belum
merupakan tindakan nyata dalam upaya pengendalian hipertensi. Hal
ini sesuai dengan pernyatan Notoatmodjo (203), sikap adalah
penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang tentang stimulus atau
objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap
stimulus atau objek kesehatan tersebut. Sikap dipengaruhi oleh
pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi. Pengetahuan akan
merangsang individu untuk berfikir dan berusaha supaya tercipta
keseimbangan. Menurut Purwanto (2009), pengalaman merupakan salah
satu faktor intern yang mempengaruhi sikap. Salah satu proses
pembentukan sikap seseorang adalah pengalaman langsung dari suatu
objek atau dirinya sendiri. Berbekal dari pengalaman dalam merawat
usia lanjut secara langsung akan membentuk pendapat responden. Hal
ini sesuai pendapat dengan Mahendratto (2007), menyatakan bahwa
sikap seseorang dipengaruhi oleh pengalaman. Sikap lansia dalam
mengatasi penyakit hipertensi merupakan organisasi pendapat,
keyakinan lansia mengenai cara mengatasi hipertensi yang
dialaminya, pendapat tersebut disertai dengan adanya perasaan
tertentu dan memberikan dasar kepada lansia untuk berperilaku
sesuai sikapnya dalam mengatasi penyakit hipertensi (Walgito,
2003).Menurut asumsi peneliti, sikap positif yang dimiliki oleh
para lansia dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang juga tinggi,
sehingga selalu berupaya untuk mengatasi penyakit yang diderita. b.
Variabel DependenHasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden dengan upaya pengendalian hipertensi optimal berjumlah 20
orang (52,6%). Upaya adalah usaha, akal, iktiar untuk mencapai
suatu maksud memecahkan persoalan, mencari jalan keluar. Sedangkan
pengendalian adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui
prilaku yang diharapkan. Mulyadi, (2007). pengendalian hipertensi
bertujuan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawa 140/90mmHg.Menurut asumsi
peneliti, upaya pengendalian sudah optimal karena sudah ada
Posyandu Lansia yang secara aktif memeriksa kesehatan lansia secara
berkala dan memberikan pendidikan kesehatan yang hubungannya dengan
penyakit hipertensi.
3. Analisa BivariatDari hasil penelitian di Posyandu Lansia
Puskesmas Bontang Selatan I menunjukkan bahwa korelasi atau
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap lansia dengan upaya
pengendalian hipertensi yakni pada taraf signifikan Pvalue adalah
0,000 < 0,05 untuk tingkat pengetahuan dan taraf signifikan
Pvalue adalah 0,024 < 0,05 untuk sikap lansia yang menunjukkan
ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap lansia dengan
upaya pengendalian hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dalyoko (2009) yang menunjukkan ada
hubungan positif dan bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap
dengan upaya pengendalian hipertensi. (p value=0,000 < 0,05).
Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya karena biasanya tidak
didahului dengan adanya suatu gejala. Kebanyakan orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki penyakit hipertensi (Sedyaningsih,
2010). Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir fase kehidupannya, karena itu lansia dengan
hipertensi tidak akan terlalu menganggap hipertensi sebagai
penyakit yang berbahaya (Depkes RI, 2003). Petugas kesehatan
senantiasa mengajak responden untuk tetap aktif mengikuti program
posyandu lansia. Dengan adanya sikap yang baik diharapkan adanya
perubahan sikap pada lansia terhadap pengendalian hipertensi.
Pembentukan sikap juga dapat dipengaruhi oleh pengaruh faktor
emosional. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap
demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu
begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan
sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 2000). Sikap
negatif responden akan berpengaruh terhadap bagaimana responden
mengendalikan hipertensi.Hasil penelitian Rogers menyatakan bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (Notoadmodjo, 2007). Faktor yang dominan
mempengaruhi strategi koping penderita hipertensi adalah tingkat
pengetahuan (Effendi, 2007). Masyarakat umum untuk menjalani diet
atau mengontrol makanan yang beresiko pada penyakit yang diderita
masih kurang mengerti, disebabkan karena kurangnya informasi
tentang bahan makanan yang perlu dihindari dan bahan makanan yang
harus dikonsumsi untuk penderita hipertensi (Suwarni, 2007)Hasil
penelitian tentang sikap ini sesuai dengan perilaku dari Green yang
menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap yang
dimiliki seseorang. Sikap mempunyai hubungan yang disignifikan
terhadap perilaku pencarian kesehatan. Hal ini karena sikap
merupakan predisposisi dari sebuah tindakan (Effendi, 2007).Ada
perbedaan sikap tentang kesehatan akan mempengaruhi perilaku
seseorang untuk bertindak dalam menjaga kesehatan. Sikap merupakan
faktor yang paling dominant dalam menentukan perilaku, dalam
penelitian tersebut disebutkan bahwa sikap seseorang terhadap
penyakit berhubungan signifikan dengan perilaku seseorang dalam
pencarian pengobatan. Sikap mempengaruhi perilaku seseorang untuk
melakukan kontrol ke Puskesmas (Effendi, 2007).
C. Keterbatasan PenelitianDalam penelitian ini terdapat hal-hal
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain:1. Rancangan
penelitian.Metodologi/desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional yang tentunya
akan lebih cepat dalam mendapatkan data, namun kurang memperhatikan
kualitas jawaban dari responden.2. Uji statistik.Uji yang digunakan
adalah uji Chi-square tidak dapat digunakan untuk menentukan besar
atau kecilnya korelasi dan variabel-variabel yang dianalisa. 3.
Alat pengumpul data.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah kuisioner yang bersifat murni dari responden dan tanpa
intervensi apapun sehingga jawaban-jawaban yang diberikan oleh
responden, tidak mustahil karena simpulan yang dibuat sendiri,
bukan apa yang sebenarnya mereka rasakan.4. Penelitian ini hanya
mengambil variabel tingkat pengetahuan dan sikap. Diduga masih
banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi upaya pengendalian
hipertensi.