Page 1
47
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Ruang Lingkup Pekerjaan
4.1.1 Lokasi Bangunan
Proyek pembangunan gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri, komplek
perumahan Polda Sumsel Pakri (1 TB) (Rusun 13-04), Palembang merupakan proyek
Kementerian Perumahan Rakyat yang dibangun di atas lahan dengan luas 78,2 x 44,3
meter, gedung ini direncanakan sebagai rumah hunian dalam mendukung
terselenggaranya pendidikan, keluarga, sosial dan budaya demi keberlangsungan
hidup manusia yang ditujukan khusus untuk para anggota keluarga Polri.
4.1.2 Sistem Struktur
a) Struktur Bagian Bawah (Sub Struktur)
Bangunan bagian bawah berada diatas tanah rawa dan kolam yang
sebelumnya telah ditimbun dan dipadatkan. Struktur bawah dirancang menggunakan
pondasi minipile dengan penampang segiempat berdimensi 25 cm x 25 cm dengan
mutu beton K-500. Sedangkan untuk beton pondasi (pile cap) dan sloof terbuat dari
beton bertulang dengan mutu beton K-300 sehingga diharapkan akan memperoleh
kekuatan struktur yang benar-benar monolit.
b) Struktur Bagian Atas (Upper Struktur)
Kerangka bagian atas bangunan terbuat dari beton bertulang dengan mutu
beton K-300.
c) Strutur Rangka Atap
Pada proyek pembangunan gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri ini
menggunakan rangka atap baja ringan.
4.1.3 Syarat – Syarat Teknis Pelaksanaan
Syarat – syarat teknis yang ditentukan oleh pihak konsultan perencana, dalam
hal teknik perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang meliputi seluruh
konstruksi.
Page 2
48
Peraturan – peraturan yang dipakai dan mengikat dalam pelaksanaan
pembangunan proyek ini sesuai dengan yang tercantum dalam rencana kerja dan
syarat, antara lain :
(1). Peraturan Pembangunan Nasional Indonesia Tahun 1971
(2). Peraturan Beton Indonesia (PBI) Tahun 1971
(3). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI)
(4). Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) Tahun 1956
(5). Peraturan Bangunan Nasional Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
Direktur Jenderal Cipta Marga
(6). Peraturan Bangunan Nasional yang berlaku setempat dan khusus mengenai
pemasangan Instalasi Listrik dan Air Bersih.
4.2 Material dan Peralatan
4.2.1 Material
Pada proyek pembangunan Gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri
Palembang ini, material yang digunakan antara lain :
a. Tiang Pancang
Tiang pancang yang digunakan pada proyek ini adalah minipile dengan
penampang segiempat berdimensi 250 mm x 250 mm. Panjang minipile yang
digunakan yaitu 6 meter dan dipancang bisa sampai kedalaman ± 9,8 meter. Minipile
tersebut berbahan dari beton bertulang dengan mutu beton K-500, dengan tulangan
utama baja ulir dengan BJTD – 50, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.1 Material Tiang Pancang (Minipile 25x25)
Page 3
49
b. Air
1. Air untuk keperluan adukan pekerjaan pasangan atau beton dan lain-lain
harus bersih dan tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak.
2. Bila pemberian air untuk bangunan tidak mungkin atau mencukupi dari
perusahaan air bersih, maka pelaksana hendaknya wajib memeriksakan
terlebih dahulu pada laboratorium penyelidikan bahan-bahan untuk
mendapatkan sertifikat dapat atau tidaknya air tersebut untuk pembangunan.
Biaya untuk pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor.
c. Portland Cement
1. Sedapat mungkin dipakai satu macam semen yang berkualitas baik yang
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari direksi.
2. Kantong-kantong PC (Portland Cement) yang cacat (robek), isinya tidak
boleh dipergunakan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.2 Portland Cement
d. Agregat
Agregat yang digunakan adalah agregat halus yaitu pasir dan agregat kasar
yaitu koral yang digunakan untuk pembuatan adukan beton sebagai lantai kerja
seperti yang terdapat pada gambar 4.3.
Page 4
50
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.3 Pasir dan Koral
e. Besi Beton
1. Besi beton (tulangan) yang digunakan harus dengan kualitas baik (sesuai
dengan syarat PBI 1971) dan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
2. Pada proyek ini digunakan besi beton profil dengan mutu baja untuk besi
berdiameter D≥16 mm yang digunakan sebagai tulangan pile cap dan besi
polos dengan mutu BJTP-24 berdiameter Ø<8 mm untuk sengkang, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 4.4.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.4 Besi Beton (Tulangan)
Page 5
51
f. Kayu
1. Untuk semua pekerjaan menggunakan kay kering dengan mutu baik.
2. Kayu digunakan sebagai bahan untuk membuat kantor sementara, gudang,
tulangan bekisting, serta membuat bowplank, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.5.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.5 Kayu
g. Besi Las
Besi yang digunakan sebagai bahan las atau penyambung antara minipile
adalah jenis welding rod (CHE40).
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.6 Besi Las
h. Bahan Lainnya
Bahan lainnya yang digunakan seperti paku, kawat beton,cat dan lain-lain.
Page 6
52
4.2.2 Peralatan
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi pada proyek
pembangunan Gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri ini antara lain :
a. Sondir
Pada proyek pembangunan gedung ini, penyelidikan tanahnya
menggunakan Static Cone Penetration Test atau yang lebih dikenal di Indonesia
dengan nama Sondir. Sondir yang digunakan pada proyek ini adalah sondir ringan
berkapasitas 2,5 ton dengan penetrasi memakai alat bikonus PK dan JP jenis Dutch
Cone Penetrometer (DCP) . Penyondiran dilakukan pada 3 (tiga) titik. Dari hasil Soil
Investigation yang dilakukan oleh PT. Graha Multi Kreasi diperoleh data sebagai
berikut :
1. Sondir pada titik satu (S.1) :
Pada titik sondir 1 nilai konus adalah 200 kg/cm2 pada kedalaman 7,4
meter sedangkan jumlah hambatan lekat (JHP) atau kumulatif total friksi
pada kedalaman tersebut 696 kg/cm.
2. Sondir pada titik satu (S.2) :
Pada titik sondir 2 nilai konus adalah 200 kg/cm2 pada kedalaman 9,8
meter sedangkan jumlah hambatan lekat (JHP) atau kumulatif total friksi
pada kedalaman tersebut 938 kg/cm.
3. Sondir pada titik satu (S.3) :
Pada titik sondir 3 nilai konus adalah 180 kg/cm2 pada kedalaman 8,8
meter sedangkan jumlah hambatan lekat (JHP) atau kumulatif total friksi
pada kedalaman tersebut 738 kg/cm.
b. Bulldozer
Berfungsi untuk membersihkan lahan dari pepohonan, serta memindahkan
dan menyebar material berupa tanah.
c. Backhoe
Berfungsi untuk menggali dan membersihkan lahan dari rumput serta akar
pepohonan dan memindahkan tanah dalam pelaksanaan levelling tanah.
Page 7
53
d. Dump Truck
Berfungsi sebagai alat pemindah atau pengangkutan material berupa tanah
dan pohon – pohon yang dapat mengganggu kegiatan proyek.
e. Roller
Berfungsi sebagai perata permukaan tanah yang telah ditimbun dan
membentuk permukaan yang diinginkan.
f. Alat Pengukuran
Alat pengukuran yang digunakan antara lain Waterpass (WP), Theodolite,
dan meteran. Alat pengukuran tersebut digunakan untuk menentukan elevasi
(ketinggian) bangunan dan titik – titik pemancangan.
g. Alat Pemancang Tiang (Pile Driving)
Alat pemancang tiang (pile driving) yang digunakan pada pemancangan
tiang di proyek pembangunan gedung Rusunawa ini adalah drop hammer dengan
berat hammer 1,5 ton. Pengoperasian drop hammer ini masih dilakukan secara
manual dengan menarik dan menjatuhkannya yaitu dengan mengontrol tuas pada alat
pancang secara berkala naik dan turun. Pada saat tuas dinaikkan mesin akan menarik
tali hammer sehingga hammer terangkat ke atas dan pada saat tuas diturunkan mesin
akan mengendurkan tali penarik hammer sehingga hammer terjatuh ke kepala tiang,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.7 Drop Hammer
Page 8
54
h. Alat Las
Alat las digunakan untuk menyambungkan dua tiang pancang. Hal ini
dikarenakan tiang pancang yang digunakan berjenis minipile dengan penampang
berbentuk segiempat serta panjang 6 meter da kedalaman pemancangan yang
direncanakan 9,8 meter. Karena itu dibutuhkan lebih dari 1 tiang, dan untuk
mencapai kedalaman tersebut maka tiang pancang tersebut harus disambung dengan
cara dilas.
i. Cangkul dan Palu
Digunakan untuk mencangkul/menggali tanah serta memotong atau
menghancurkan bagian minipile yang berada di atas permukaan tanah.
4.3 Pekerjaan Persiapan
a. Rencana Kerja (Time Schedule)
Sebelum melaksanakan kegiatan pembangunan Gedung Rusunawa perlu
dibuat jadwal proyek. Hal ini bertujuan agar proyek gedung ini dapat selesai tepat
pada waktu yang diinginkan. Perencanaan ini dibuat dalam bentuk barchart. Kita
dapat melihat apakah jalannya pengerjaan proyek tersebut sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
b. Pengukuran dan Penyelidikan Tanah
Kontraktor wajib meneliti pengukuran di lapangan dan melaporkan kepada
direksi sebagai titik – titik permanen yang selanjutnya akan dipasang patok – patok
untuk menentukan letak lokasi bangunan. Tanah juga harus diselediki dahulu
sebelum mengerjakan suatu proyek, termasuk pada pengerjaan proyek pembangunan
Gedung Rusunawa. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui seberapa besar daya
dukung pada tanah yang akan dibangun proyek tersebut.
c. Pekerjaan Bouwplank
Bowplank harus dipasang dengan patok yang nyata kuat tertancap dan tidak
terbuat dari bamboo untuk menghindari kemungkinan kerusakan karena faktor
tertentu.
Page 9
55
d. Pembersihan Lokasi
Lahan pembangunan proyek Gedung Rusunawa ini merupakan lahan rawa.
Oleh karena itu, lahan ini perlu dilakukan pembersihan agar pembangunan proyek ini
tidak terganggu oleh pohon-pohon dan akar-akar yang terdapat pada lahan ini. Dalam
pembersihan lahan ini menggunakan gergaji mesin dan beberapa alat berat, antara
lain : dump truck, backhoe, bulldozer, dan roller.
e. Pembuatan Direksi Keet
Ruang Direksi Keet merupakan bangunan sementara untuk keperluan kantor
yang dibangun di pinggir lahan. Keet ini terdapat ruang meeting dan sumber tenaga
listrik juga terdapat ruang untuk menyimpan bahan material agar terlindung dari
cuaca dan pencurian, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.8.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.8 Direksi Keet
f. Pelakasanaan Galian, Urugan dan Pemadatan Tanah
Setelah lahan dibersihkan, maka pekerjaan selanjutnya adalah galian dan
urugan. Dengan metode cut and fill yakni menggali lahan yang lebih tinggi
elevasinya dari titik 0,00 m (yang telah ditentukan sebelumnya) dan mengisi lahan
yang lebih rendah elevasinya dari titik 0,00 m dengan tanah urugan. Kemudian
dilakukan pemadatan agar mencapai kepadatan lapangan yang tidak kurang 95% dari
kepadatan maksimum hasil laboratorium.
Page 10
56
4.4 Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang
a. Penentuan Letak Titik Pancang
Pada proyek pembangunan gedung Rusunawa ini titik tiang pancang ditandai
dengan kayu seperti ditunjukkan pada gambar 4.9. Letak tiang pancang
diperhitungkan sehingga masing-masing tiang dapat menerima beban yang sama.
Dalam pelaksanaanya perlu diperhatikan faktor-faktor kekakuan poer (pengikat
tiang) dan distribusi bebannya.
Menentukan jarak masing-masing tiang pancang yang biasa digunakan adalah
jarak minimum 2,5 sampai 3 kali diameter tiang. Apabila jarak antara sumbu tiang
lebih kecil dari 2,5 kali diameter tiang maka pengaruh kelompok tiang akan cukup
besar pada tiang geser, sehingga daya dukung pada setiap tiang dalam kelompok
akan lebih kecil dari daya dukung tiang secara individu, hal ini berarti efesiensi
menurun sehingga kemampuan tiang tidak dapat lagi dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
Sebaliknya apabila jarak antara sumbu tiang lebih besar dari tiga kali
diameter tiang maka pengaruh kelompok tiang akan cukup kecil dan akan
memerlukan poer yang lebih besar, hal ini merupakan pemborosan biaya.
Penempatan tiang lebih kecil dari 2,5 kali diameter tiang kadang-kadang dilakukan
juga bila tempat pondasi dalam keadaan terbatas. Dalam hal ini pengaruh kelompok
tiang harus dipertimbangkan. Dalam pelaksanaan pemancangan, semakin tepat letak
pemancangan pada titik pancang atau masih dalam toleransi akan semakin baik agar
fungsi tiang pancang sebagai penerus beban ke tanah dasar dapat terpenuhi.
Gambar 4.9 Titik Tiang Pancang
Page 11
57
b. Pekerjaan Pemancangan di Lapangan
Sebelum melaksanakan pekerjaan pemancangan, pihak pelaksana atau
kontraktor di lapangan memiliki pedoman dalam melaksanakan pekerjaan untuk
mendapatkan pelaksanaan pemancangan sesuai dengan spesifikasi.
Control Quality
Sebelum dipancang menggunakan tiang pancang dengan mutu yang pasti,
dilakukan percobaan pemancangan dengan mutu yang telah ditetapkan dari
pihak owner yaitu mutu beton K-500. Dilakukan pemancangan di lima titik
secara random yang diharapkaan dapat mewakili kondisi tanah dengan test
kalendering tiang pancang percobaan berdasarkan Dinamic Formula sehingga
didapatkan data yang fixed mulai dari mutu beton, mutu tulangan, diameter
tulangan hingga dimensi tiang pancang.
Data-data yang dimiliki oleh pihak pelaksana sebelum melakukan pemancangan
antara lain :
1. Daftar periksa pemancangan tiang pancang beton
2. Izin pelaksanaan pemancangan tiang pancang beton
3. Hasil perhitungan hammer yang digunakan (bila hammer tidak sesuai dengan
yang direkomendasikan)
4. Dari pihak pelaksana sendiri telah memiliki :
a. Kalendering tiang pancang percobaan (pile driving record)
b. Daftar periksa pemancangan tiang pancang beton
c. Blanko inspeksi test pekerjaan
Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melakukan pemancangan adalah
a. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Crawler Crane/ Crane Service
2. Alat Pancang (drop hammer kekuatan 1,5 ton)
3. Mesin Las/ welding machine
4. Alat Ukur (Waterpass dan Theodolit) + tripod
5. Peralatan kalendering
6. Counter
Page 12
58
b. Lokasi pemancangan bebas dan aman dari utilitas seperti kabel listrik dan
telepon maupun dari saluran air dan gas.
c. Kepala tiang pancang dilindungi dengan pile cap yang terbuat dari pelat baja
tebal 15 mm dan cushion block yang terbuat dari kayu keras dan baik dengan
tujuan agar kepala tiang tidak mengalami kerusakan pada waktu pemancangan.
Pekerjaan pemancangan tiang pada proyek ini dilakukan oleh PT. Anda
Maria selaku kontraktor. Adapun proses yang dilakukan sebagai berikut :
1. Alat pancang tiang digeser menuju titik pancang yang telah ditentukan terlebih
dahulu sehingga posisi hammer dan pile cap tepat berada di atas tiang pancang.
2. Tiang pancang yang pertama sebagai bottom pile dengan pancang 6 m diambil
dari stock-pile untuk diangkat setelah itu hammer dan tiang pancang dinaikkan
sehingga posisi tiang pancang sejajar.
3. Tiang pancang diposisikan tepat pada titik tiang pancang
4. Setelah tiang lurus maka baru diadakan pemukulan dengan hammer sampai tiang
masuk ke dalam tanah
5. Selama driving dapat dilakukan perbaikan dalam melakukan kelurusan tiang
dengan menggunakan water pass atau theodolit
6. Tiang pertama yang telah masuk sehingga tinggal 0,5 m dari tanah dan belum
mencapai tanah keras maka akan dilakukan penyambungan dengan tiang kedua.
7. Tiang kedua diambil dari stock pile sebagai middle pile dengan pancang 6 m dan
diangkat untuk diposisikan persis di atas tiang pancang yang pertama.
Penyambungan dilakukan dengan cara mengelas bagian pada plat penyambung
yang telah dipasang di ujung-ujung kedua tiang.
8. Setelah selesai di las, tiang kedua dipancang hingga mendekati kedalaman tanah
keras.
9. Setelah mencapai kedalaman tanah keras maka dilakukan kalendering tiang
dengan ketentuan sepuluh pukulan terakhir maksimum 3,4 cm.
10. Pemancangan tiang pancang berikutnya dilakukan ke arah mundur atau
menyamping (tidak ke arah maju) agar pemancangan tidak terhalang tiang yang
sudah dipancang.
Berikut ini adalah proses pemancangan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.10.
Page 13
59
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.10 Proses Pengangkatan Tiang Pancang dan Pemancangan
c. Penyambungan Tiang Pancang
Tiang pancang yang digunakan adalah penampang segitiga dengan panjang 6
m. Kedalaman yang direncanakan 9,8 m. Untuk mencapai kedalaman tersebut, maka
tiang pancang tersebut harus disambung. Tiang pancang yang akan disambung harus
disisakan ± 40cm dari permukaan tanah. Tiang yang akan disambungkan diletakkan
tepat di atas tiang yang telah dipancangkan dan harus tegak lurus. Penyambungan
dilakukan dengan cara mengelas bagian pada plat penyambung yang telah dipasang
di ujung-ujung kedua tiang. Dan setelah selesai dilakukan pengelasan, maka tiang
dapat dipancangkan kembali, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.11.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.11 Proses Penyambungan Tiang Pancang
Page 14
60
d. Tes Kalendering
Pemancangan tiang dapat dihentikan berdasarkan hasil test kalendering. Test
Kalendering merupakan suatu test yang dilaksanakan di lapangan untuk mengetahui
besarnya penurunan (nilai penetrasi) tiang pancang dari setiap pukulan hammer. Test
kalendering ini dilakukan pada setiap titik pancang seperti pada gambar 4.12.
Adapun pelaksanaan test kalendering antara lain :
- Sebelum dilakukan test kalendering, surveyor menentukan terlebih dahulu
elevasi awal pengukuran.
- Kertas milimeter diletakkan pada tiang pancang kemudian pemukulan
dilanjutkan dan penurunan tiang dari elevasi awal diukur (ditandai dengan
pena pada kertas milimeter).
- Nilai kalendering diukur dari 10 pukulan terakhir.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.12 Proses Tes Kalendering
4.5 Pekerjaan Pile Cap
Setelah tiang-tiang pancang selesai dipancangkan, maka dapat dilanjutkan
dengan pekerjaan pile cap. Pekerjaan ini meliputi beberapa tahapan, yaitu :
a. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Setelah tiang pancang selesai dipancangkan, maka selanjutnya dilakukan
pengukuran dan pemasangan bouwplank untuk pekerjaan pile cap. Pengukuran harus
dilakukan sesuai dengan gambar kerja. Setelah diukur, maka diberi tanda untuk
bagian-bagian yang selanjutnya akan digali, seperti yang ditunjukkan pada gambar
4.13.
Page 15
61
b. Penggalian
Penggalian dapat dilakukan dengan melihat tanda pengukuran yang telah
dibuat sebelumnya. Penggalian pile cap dilakukan pada kedalaman ±100 cm dari
titik elevasi ±0.00 dan sesuai dengan gambar kerja seperti yang terlihat pada gambar
4.13 (a).
c. Pembobokan Tiang Pancang
Setelah dilakukan penggalian, selanjutnya dilakukan pembobokan hanya
bagian beton tiang pancang dengan menggunakan alat bodem atau pahat seperti pada
gambar 4.13 (b).
d. Pemotongan Tulangan Tiang Pancang
Jika terdapat kelebihan tulangan pada tiang pancang, maka tulangan tersebut
dipotong menggunakan cutter seperti pada gambar 4.22 c untuk selanjutnya
disambung dengan rangkaian tulangan pilecap, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.13 (c).
(b)
(c) Sumber : dokumen pribadi, 2013 (d)
Gambar 4.13 (b). Penggalian tanah di sekitar tiang pancang, (c). Pembobokan
tiang (d). Pemotongan tulangan tiang pancang
Page 16
62
Dalam pekerjaan pemotongan ini, pihak pelaksana bertanggung jawab
penuh dengan prosedur dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Memindahkan elevasi bangunan ke tiang pancang (sebagai batas pemotongan)
b. Mengarahkan pemotongan tiang pancang sampai elevasi (dengan cutter)
c. Pemecahan beton tiang pancang sampai terlihat tulangannya
e. Pembuatan Bekisting dan Lantai Kerja
Setelah pile cap digali dan beton pile dihancurkan, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pembuatan lantai kerja dan bekisting. Lantai kerja terdiri dari
campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 3. Bekisting dibuat dengan
menggunakan kayu, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.14.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.14 Pembuatan bekisting
f. Pembesian Pile Cap
Perangkaian pembesian pile cap dilakukan di luar galian pile cap dan sesuai
dengan gambar kerja. Besi yang digunakan jenis besi ulir berdiameter 16 mm dan
dengan mutu baja BJTD-40. Besi yang masih utuh panjangnya 12m dipotong dan
dibengkokkan dengan alat bar cutter dan bar bending seperti pada gambar 4.15.
Setelah rangkaian pembesian selesai, rangkaian tulangan tersebut diletakkan ke
dalam galian pile cap. Kemudian rangkaian tersebut disatukan dengan sisa dari
tulangan pancang seperti pada gambar 4.16.
Page 17
63
Gambar 4.15 Proses Pemotongan dan Pembengkokan Besi
Gambar 4.16 Pembesian Pile Cap
g. Pengecoran Pile Cap
Setelah penulangan pile cap selesai dikerjakan, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan pengecoran pile cap. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton
ready mix dengan mutu beton K-300 seperti pada gambar 4.17.
Sumber : dokumen pribadi, 2013
Gambar 4.17 Pengecoran Pile Cap
Page 18
64
4.6 Kendala – Kendala Pekerjaan
Pada pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Rusunawa ini kendala-
kendala yang dihadapi adalah kedatangan alat pemancangan drop hammer yang tidak
sesuai jadwal sehingga menyebabkan kegiatan pemancangan tertunda sementara
sampai alat tersebut datang. Keterlambatan datangnya bahan pengecoran ready mix
yang tidak sesuai jadwal juga menjadi kendala dalam pembangunan proyek ini,
dalam hal ini berkendala dalam pengecoran pile cap. Selain itu juga di pengaruhi
oleh cuaca dimana pembangunan Gedung Rusunawa ini bertepatan pada musim
hujan, hal ini tentu mengakibatkan agak tehambatnya pemasangan dan pengecoran
pile cap. Untuk mengatasi hal ini di lapangan dilakukan cara manual dengan cara
membuang air dengan ember sehingga galian dipasang pile cap dan di cor.