-
84
BAB IV
TINJAUAN KRITIS
A. KASUS AYS
Dalam teori sistem umum, keluarga dipandang sebagai suatu sistem
terbuka
dengan batas-batasnya, mekanisme pengaturan sendiri. Keluarga
dalam teori sistem
berada pada tingkat mikro, sebagai sebuah sistem yang kecil.
Teori sistem merupakan
sesuatu cara untuk menjelaskan sebuah unit (keluarga) sebagai
sebuah unit yang
berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang lain. Menurut
Talcott Parsons, kehidupan
sosial itu harus dipandang sebagai sebuah sistem (sosial).
Artinya, kehidupan tersebut
harus dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari
bagian-bagian atau unsur-
unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung,
dan berada dalam
suatu kesatuan. Kehidupan seperti itulah yang disebut sebagai
sistem sosial.1
Begitu pun dalam keluarga, keterkaitan dan ketergantungan antar
anggota keluarga
saling memengaruhi peran dan fungsi masing-masing dalam
keluarga. Ketika salah satu
anggota keluarga tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik, maka
akan memengaruhi peran dan fungsi anggota keluarga yang lain.
Dalam kasus
skizofrenia, jika salah satu anggota keluarga mengalami
skizofrenia, akan memengaruhi
anggota keluarga yang lain, baik secara psikis maupun sosial.
Dalam kasus AYS,
tampak bahwa dampak baik masalah psikis maupun masalah yang
lainnya, sangat
memengaruhi keluarga. Di antaranya adalah :
1 Jane Brooks,The Process of PARENTING,(Pustaka
Pelajar,Yogyakarta 2011) h 125
-
85
1. Dampak Psikologis
a. Subyek 1 : Bapak MYS
(i) Timbulnya perasaan bersalah.
Hal ini tampak dari beberapa ungkapan bapak MYS akan penyesalan
dan
rasa bersalahnya , seperti ;
“tapi ya begitu sudah nona, mungkin karena kita kasi tinggal
begitu saja
dan tidak pernah bawa di rumah sakit, jadinya dia tambah parah
begini
sudah kaya begini nona”2 dari ungkapan ini terlihat jelas bahwa
bapak
MYS merasa bersalah bahwa penyakit adiknya bertambah parah
dikarenakan mereka membiarkan AYS tidak menjalani perawatan
medis
di Rumah Sakit sehingga menyebabkan keadaan AYS seperti
sekarang
ini.
“kami sangat ingin sekali tolong, sedih juga melihat dia seperti
itu, tapi
kami tidak tahu harus berbuat apa, kami sudah berusaha sebisa
kami,
tetapi tetap sama saja dia tidak sembuh-sembuh juga. Saya paling
sedih
waktu harus pasung sama dia nona, saya sangat sedih, kadang juga
saya
rasa bersalah karena harus lihat saya punya adik dipasung kaya
hewan,
tapi mau bagaimana lagi nona, kalau.......dia pukul nanti”3
Jelas sekali dari ungkapan ini bapak MYS merasa tidak mampu
menolong adiknya, ia merasa tidak berdaya, seakan-akan usaha
yang
mereka lakukan sia-sia, mereka telah berusaha semaksimal
mungkin
2 Hasil wawancara dengan bapak MYS tanggal 30 Mei 2012 pukul
16:00 WITA
3 ibid
-
86
namun semuanya tidak dapat membuat keadaan lebih baik. Dari
ungkapan ini juga terlihat adanya perasaan bersalah yang muncul,
terlihat
jelas dari ungkapannya bahwa bapak MYS merasa bersalah karena
harus
melihat adiknya dipasung.
“ ya mau bagaimana lagi nona...
Ungkapan ini menunjukkan bahwa bapak MYS sudah merasa bahwa
tidak ada lagi jalan keluar, ungkapan ini menunjukkan bahwa
bapak
MYS pesimis terhadap keadaan saudaranya AYS bahwa tidak bisa
berbuat apa-apa lagi.
“kasihan juga dia..tapi..ya..mau bagaimana lagi nona..hanya
mujizat
Tuhan saja yang bisa buat dia sembuh nona”, “tapi ya mau
bagaimana
lagi nona...pasrah dengan keadaan saja sudah nona...berdoa
saja
semoga bisa sembuh”.
Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa bapak MYS merasa
bahwa
tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan
keadaan
adiknya, tidak ada lagi jalan keluar.
(ii) Kesedihan
Bukan hanya kemarahan atau rasa bersalah yang tampak, namun
juga
rasa sedih. Ketika mereka berusaha untuk menolong, namun apa
yang
dilakukan terlihat sia-sia dan tidak dapat menolong sama sekali,
belum
lagi ketika harus melihat keadaan adik mereka yang terpasung,
namun
tidak mampu berbuat apa-apa.
-
87
Beberapa kali dalam percakapan dengan bapak MYS, menunjukkan
kesedihannya baik dari ekspresi wajah dan juga dari pernyataan
bapak
MYS seperti:
“pasti sedih nona, kasihan dia begitu...biar bagaimana juga,dia
saya
punya adik”,
...............................
“...sedih juga melihat dia seperti itu...”,
..............................
“saya paling sedih waktu harus pasung sama dia nona......”,
................................
“kasihan juga dia..tapi....”,
..............................
“ yach..sedih pasti nona...kasihan dia nona.....”
Dari beberapa ungkapan di atas, bapak MYS menunjukkan
kesedihannya
dalam masalah AYS, bukan hanya perasaan bersalah yang
dirasakan
bapak MYS, namun kesedihan juga sangat tampak.
(iii) Stress
Tentunya dalam menghadapi penderita, akan berdampak pada
tingkat
emosi kita, bahkan akan menimbulkan stress, karena sangat
sulit
memahami perilaku penderita. Dalam hasil wawancara beberapa
kali
bapak MYS mengungkapkan bahwa ia sering merasa kebingungan
dalam
menghadapi AYS, seperti yang terlihat dalam beberapa ungkapan
di
bawah ini :
-
88
“ tidak tahu lagi nona..kami sekeluarga juga bingung kenapa
sampai dia
begitu”
“dulu itu dia pernah coba bunuh diri.. itu kami sekeluarga
bingung mau
buat apa”
........................
“itu kami bingung semua nona....”
...........................
“tidak tahu lagi nona...kita saja bingung kenapa dia
begitu,...”
..........................
“jujur saja nona..kami bingung kalau dia mulai kumat, kami tidak
tahu
harus berbuat apa”
.............................
“ kami saja sering kewalahan kalau pas dia kumat”
(iv) Rasa Takut dan Khawatir
Ketika menghadapi kemarahan atau ketika penderita tiba-tiba
menunjukkan gejalanya, tentunya terkadang akan membuat
anggota
keluarga takut dan khawatir. Bukan hanya takut akan membahayakan
diri
sendiri, namun rasa takut dan khawatir jika penderita akan
membahayakan orang lain. Seperti yang diceritakan oleh subyek,
bahwa
alasan pemasungan bukan hanya untuk mencegah AYS berlaku
kasar
pada orang lain namun juga pada keluarga.
-
89
“tidak tahu lagi nona, kita saja bingung kenapa dia buat begitu,
tapi
biasa dia bilang ada yang bicara sama dia, suruh dia buat
begitu, itu
makanya kita takut kalau lepas sama dia jalan-jalan begitu,
takut dia
buat yang aneh-aneh begitu.”
....................................
“....kalau tidak buat begitu sama dia, nanti kalau dia kumat,
orang yang
dia ketemu di jalan, dia pukul nanti. Kami saja sering kewalahan
kalau
pas dia kumat. Itu dia punya kekuatan besar sekali, kalau Cuma
satu
atau dua orang saja yang pegang sama dia, tidak mempan, pasti
dia bisa
lawan.”
................................
“awalnya kita kunci di kamar saja nona, tetapi selalu saja ada
cara dia
lolos, entah itu dari jendela, kadang dia bisa kuat dobrak
pintu, akhirnya
kita pasung sudah nona, karena terlalu berbahaya kalau sampai
dia
terlepas.”
b. Subyek 2 : Ibu NJS
(i) Rasa marah dan stress
Ketika berhadapan setiap hari dengan penderita, kita dituntut
untuk
berusaha memahami keadaan penderita, namun setiap orang
punya
tingkat emosi dan kesabaran yang berbeda-beda, ini tampak
dari
ungkapan subyek 2, di mana rasa marah yang tidak dapat
dikendalikan
oleh subyek dalam menghadapi penderita:
-
90
“...bikin pusing saja, belum lagi dengan AYS punya tingkah laku,
cape
badan cape otak juga”
..................................
“ ya pasti saya marah anak, saya cape,pusing dengan masalah
pekerjaan, saya cape hadapi dia, saya sering marah sama
dia,kadang
saya balas teriak sama dia....”
....................................
“ itu sudah yang buat saya tambah marah dan jengkel....”.
....................................
“ yang paling saya tidak suka, kalau sudah jam istirahat baru
dia datang
ribut di sini, saya tidak bisa tidur sudah kalau begitu, mulai
sakit kepala
sudah. Bukannya saya tidak kasihan sama dia anak.. saya kasihan
juga,
tapi ya disaat saya lagi cape dan butuh istirahat, saya pasti
langsung
emosi.”
Dari ungkapan-ungkapan di atas tampak bahwa subyek 2 merasa
tidak
mampu dalam menghadapi penderita, ketidakmampuan subyek ke 2
ditunjukkan melalui amarahnya dan juga muncul stress yang
menyebabkan subyek 2 merasa kelelahan baik secara fisik
maupun
mental dalam menghadapi AYS.
-
91
(ii) Rasa takut dan khawatir
“ ...kalau dia sudah mulai kumat, dia mulai berteriak keras,
mulai kasi
hancur barang-barang yang ada, bukan hanya itu saja, dia jalan
keliling
rumah, saya hanya bisa kunci diri dalam rumah saja untuk
lindungi diri”
.....................
“ saya takut kalau tiba-tiba AYS muncul dan mulai buat yang
aneh-
aneh.”
......................
“ ini juga kenapa saya buat rumah sendiri di bawah sini, biar
kalau ada
yang datang tidak terlalu khawatir anak. Kalau dulu kan susah
sekali,
karena masih satu rumah. Ya meskipun sekarang sudah beda rumah,
tapi
kan masih satu kawasan juga, jadi ya tetap hati-hati
juga....”
...................
“...karena saya takut kalau tiba-tiba AYS mulai bertingkah aneh
dan
membahayakan tamu yang datang”
.....................
“ ya mau tidak kunci bagaimana anak, kalau AYS masuk, hancur
sudah
barang-barang semua di sini. Baik kalau dia tidak aneh-aneh,
kalau dia
kumat, bisa-bisa kita yang kena pukul.”
....................
“pernah juga, tapi tidak lama saja, itu juga dulu, pas ada MYS
dan MAS.
kalau saya sendiri, mana saya berani. Itu juga saya takut
sebenarnya”
.....................
-
92
“ ia anak...tidak aman kita tinggal satu rumah dengan dia.
Apalagi tidak
ada anak laki-laki di rumah, jadi biar aman, lebih baik, biar
dia tinggal
sendiri di rumah atas saja.”
Dari beberapa ungkapan di atas tampak bahawa subyek 2 merasa
sangat
takut dan khawatir jika berhadapan dengan penderita. Subyek 2
setiap
harinya berada dalam satu lingkungan dengan penderita, ia yang
paling
tahu dan mengerti keadaan AYS, karena AYS tinggal
bersamanya,
meskipun tidak dalam satu rumah. Subyek 2 yang paling merasakan
dan
paling tampak perubahan emosi, kemarahan, rasa takut dan
khawatir.
(iii) Rasa Malu
Bukan hanya rasa marah, khawatir, emosi dan stress saja yang
tampak,
dari pengakuan subyek 2, ada rasa malu yang dirasakan oleh
subyek 2 :
“...kadang kalau ada yang datang, saya takut kalau tiba-tiba AYS
muncul
dan mulai buat yang aneh-aneh. Ya mereka mungkin juga mengerti,
tapi
ya namanya manusia, malu juga kalau begitu, baik kalau tidak
bertindak
kasar. kalau dia pukul ini orang-orang yang datang kan jadi
masalah
juga nanti. Belum lagi dengan pakaiannya yang kotor...belum lagi
dia
bau begitu, masalahnya kita suruh dia mandi juga mana dia mau.
Nanti
orang bilang kita ini tidak tahu lihat kita punya adik sendiri,
kan malu to
anak, kalu orang bilang begitu, pasti orang bilang kita ini
tidak peduli
dengan adik sendiri, makanya dia kaya begitu, kotor tidak
terawat. Tapi
mau dipaksa bagaimana juga dia tidak akan mau mandi...kalau
sudah
begitu, ya...malu sudah anak...”
-
93
Rasa malu ini timbul ketika subyek 2 tidak ingin kalau tingkah
laku AYS
yang sering berbuat aneh atau membahayakan orang lain, dilihat
oleh
teman-teman atau pun kerabat. Subyek 2 merasa malu jika ada
penilaian
yang muncul terhadap dirinya, ketika meihat keadaan adiknya yang
tidak
terawat atau tidak diurus dengan baik.
(iv) Rasa sedih
Tidak mudah bagi seseorang melihat orang terdekatnya
menderita,
apalagi melihat adiknya sendiri berada dalam keadaan yang tidak
baik.
Meskipun dilanda oleh perasaan marah dan takut, subyek 2
merasakan
kesedihan melihat keadaan penderita. Hal ini tampak dalam
ungkapan
subyek 2 :
“ sedih juga saya lihat keadaannya dia anak, kehidupannya sia
yang
seperti itu, kadang saya kalau lagi pikir AYS saya sedih juga
anak....apa
dia akan begini terus sudah? Saya berharap dia bisa
sembuh..kalau kami
sudah tidak ada nanti, siapa sudah yang jaga dan rawat sama
dia”
...............................................
“...Kasihan sebenarnya dia anak, saya rasa sedih juga harus
kunci pintu
rumah dari saya pu adik sendiri, dia tidak boleh masuk saya
punya
rumah, tapi kalau tidak begitu, bisa-bisa kita yang sasaran dia
pukul
nanti”
-
94
c. Subyek 3 : DAS
(i) Rasa Takut
Subyek ketiga adalah keponakan dari penderita, namun sejak kecil
ia
telah tinggal bersama pamannya dan tantenya. Jadi sejak kecil
ia
mengetahui dan turut merasakan berbagai dampak yang timbul
dalam
keluarga ini. Rasa takut tampak dari pengakuan subyek ke 3,
dalam
percakapan kami, kurang lebih delapan kali subyek ke 3
mengucapkan
kata takut, ini menunjukkan bahwa ada rasa takut yang begitu
dalam
terhadap AYS, hal ini disebabkan subyek sering menjadi korban
amarah
pederita, ia sering dipukul sehingga sampai saat ini masih
meninggalkan
trauma bagi subyek 3.
D : kalau pas om AYS mulai kumat, biasa DAS buat apa?
E : masuk kamar saja kaka
D : kenapa masuk kamar?
E: takut kaka
D : takut kenapa?
E : takut kena pukul
D : maaf adi..adi pernah dipukul?
E : dulu sering kaka
Dari percakapan ini tampak bahwa munculnya rasa takut subyek ke
3
dikarenakan pernah mengalami kekerasan atau sering menjadi
sasaran
kemarahan penderita, ini menyebabkan rasa takut yang akhirnya
sampai
-
95
sekarang menjadi trauma bagi subyek 3, ini tampak dari pengakuan
subyek
ke 3 :
“D : kalau sekarang bagaimana?
E : kalau marah tidak lagi...tapi kalau takut, masih kaka”
D : masih takut??
E : ia kaka
D : tapi tidak pernah dipukul lagi kana sejak pindah rumah?
E : ia kaka..tapi kalau setiap lihat om AYS, pasti saya langsung
ingat
kejadian-kejadian yang dulu, pernah kena pukul, kena kejar, kena
tendang,
kena tampar...saya langsung lemas badan dan rasa takut sekali
kaka
D : jadi setiap lihat om AYS, pasti perasaan takut langsung
muncul,
meskipun hanya lihat saja?
E :ia kaka, biar om AYS ada di rumah atas, kalau saya dengar dia
sudah
mulai berteriak, saya langsung rasa takut dan masuk kamar.
Meskipun
saya tahu semua pntu rumah sudah dikunci, tapi tetap saya tidak
bisa kasi
hilang ini rasa takut.
D : jadi bisa dibilang DAS masih trauma sampai sekarang?
E : mungkin kaka.
(ii) Rasa marah dan sedih
Ketika mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya tentu akan
menimbulkan kemarahan bagi yang mengalaminya, ini terjadi pada
diri
subyek ke tiga. Ketika ia harus menerima perlakuan kasar dari
penderita
dalam hal ini pamannya sendiri, timbul rasa marah dan juga
sedih,
-
96
dikarenakan yang melakukan perbuatan tersebut adalah pamannya
sendiri,
dan hal tersebut sebenarnya di luar kendali dari pamannya.
Karena sakit
yang dialami oleh pamannyalah yang menyebabkan DAS harus
menerima
perlakuan tersebut. Rasa marah dan rasa sedih terlihat dari
pengakuan
DAS:
“mmm...takut ka, marah juga, sedih, kasihan juga ka...”
.......................................
“wajarlah kaka....saya kena pukul terus, saya jengkel juga,
marah juga,
kenapa saya yang harus kena pukul terus.”
........................................
“kasihan juga dengan om, semua saudaranya om sehat-sehat saja,
om
sendiri yang sakit seperti itu, kasihan saja ka..sedih lihat om
seperti itu,
tidak sembuh-sembuh juga. Saya tahu om pukul atau kasar sama
saya,
bukan karena om benci sama saya, kalau om tidak sakit seperti
itu
mungkin semua akan baik-baik saja, saya tidak mungkin sering
dipukul
seperti dulu..kasihan om juga kaka...dia seperti ini juga pasti
dia
menderita sekali”
..........................................
D : kenapa masih sedih juga?
E : lihat saja om punya keadaan kaka..siapa yang tidak sedih dan
kasihan
lihat om punya hidup. Pakaian kotor, makan juga tidak benar,
tidak ada
teman yang bisa om ajak bicara, om hanya hidup dengan
anjing-anjing
saja di atas kaka. Kasihan sekali om punya hidup.
-
97
d. Subyek 4 : IR
(i) Rasa takut
Meskipun tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan
darah
dengan penderita namun IR sebagai pembantu rumah tangga di
rumah
subyek 2 ( ibu NJS) turut merasakan dampaknya. IR berada dalam
situasi
di mana ia harus mengadakan kontak langsung dengan AYS,
melihat
perilaku AYS dan ada dalam lingkungan di mana AYS tinggal. IR
setiap
hari bertemu dan melihat berbagai kegiatan yang dilakukan
AYS.
Dampak yang tampak dalam pengakuan IR adalah rasa takut,
meskipun
rasa takut yang dialami oleh IR bukan karena pernah
mengalami
kekerasan, namun rasa khawatir dan takut muncul dalam diri IR,
seperti
dalam hasil wawancara dengan IR berikut ini :
“ada rasa takut juga, tapi kan selama ini tidak pernah saya kena
pukul,
paling kalau om AYS sudah mulai kumat, langsung masuk rumah,
kunci
semua pintu.”
...........................
“ soalnya kalau sudah terlalu gelap, takut pi antar makan,
soalnya itu om
AYS biasa sudah bangun”
(ii) Rasa sedih
Meskipun IR bukan anggota keluarga namun dari pengakuan IR, ia
pun
turut merasakan kesedihan ketika ia meliaht keadaan AYS :
“kalau pagi waktu saya antar makan, kalau pas lewat kamar
tidurnya om
AYS, kan biasa pintu terbuka, itu om ada tidur sama-sama dengan
itu
-
98
anjing-anjing, padahal itu anjing-anjing kotor sekali bau juga,
kasihan
sekali om AYS, dia tiap hari hanya dengan dia punya
anjing-anjing saja,
tidak ada teman bicara juga, tidak ada yang temani dia”
............................................
“ kasihan om tinggal di rumah yang sudah hancur begitu, itu
rumah
sudah kaya gudang saja, hancur sekali, kasihan sekali om”
Sebagai bagian dari keluarga ini, meskipun hanya sebagai
pembantu
rumah tanggga, namun IR merasakan kesedihan, ketika ia
melihat
keadaan AYS yang tidak terawat, sepertinya tidak ada yang
perhatian
soal kebersihan AYS, tidak ada yang dapat menemani AYS atau
sekedar
teman bicara bagi AYS. Tampaknya bagi IR hal ini sangat
menyedihkan.
e. Subyek 5 :bapak MAS
(i) Rasa sedih dan Merasa Bersalah
“sejak pulang sumba, itu tambah parah nona, sebenarnya lebih
tepat
waktu kita mulai kurung dan pasung sama dia, itu semakin
menjadi-jadi
dia. Sebenarnya dulu kalau saja kita kirim dia kuliah kembali,
mungkin
dia tidak tambah sakit, soalnya mama takut kirim dia kuliah
kembali
terus sakit di sana, susah urus nanti. Salahnya kita juga waktu
itu
nona...coba saja kita kirim kembali, mungkin dia tidak seperti
sekarang
ini nona, mungkin dia marah juga sama kami, dulu janji maun
kirim dia
kembali, padahal waktu itu dia sudah baik sebenarnya, waktu kami
tidak
mau kirim kembali dia kuliah, dia mulai sikap aneh-aneh lagi
nona.”
......................................
-
99
“ia nona....kasihan sekali saya pu adik itu nona, dia pu hidup
seperti itu,
dipasung kaya hewan saja nona.......”
............................................
“pasti saya sedih sekali nona, tidak mungkin saya biasa-biasa
saja lihat
kondisi adiknya saya seperti itu, berarti saya ini orang yang
tidak punya
hati kalau saya tidak sedih lihat dia. Kalau lihat keadaanya AYS
nona,
saya jadi sering menyalahkan diri sendiri, kenapa sampai saya
punya
adik seperti ini, saya tidak bisa tolong apa-apa sama dia, apa
mungkin
karena dulu kami pasung dia, jadi dia seperti ini. Saya rasa
bersalah
sekali nona.”
......................................
“sebenarnya kami keluarga tidak ada yang mau seperti itu,
tidak
mungkin nona kami senang lihat adik kami seperti itu, tapi
memang
keadaan yang paksa kami untuk kami ambil keputusan seperti itu,
sedih
sekali nona kalau waktu itu lihat keadaannya dia. Kasihan dia
nona,
dipasung seperti itu. Kami salah memang waktu itu nona, kenapa
kami
sampai pasung dia, akhirnya dia seperti ini sekarang, kami yang
salah
nona. Kalau ingat dulu dia di pasung saya sedih sekali nona.
Tapi mau
bagaimana lagi nona, situasi saat itu buat kami tidak punya
pilihan lain,
terpaksa kami harus putuskan dia di pasung.”
.....................................
D : jadi bapak merasa bersalah pernah ambil keputusan pasung on
AYS
bapa?
-
100
M : ia nona.....menurut saya, itu yang buat dia parah seperti
sekarang
ini, kami juga salah dulu, kenapa tidak coba saja bawa dia
berobat dulu
sebelum dia parah, mungkin biayanya tidak begitu mahal, karena
dia
belum terlalu parah, mungkin hanya stress biasa saja.
Dari ungakapan-ungkapan di atas menunjukkan kesedihan dan
rasa
bersalah yang dirasakan oleh subyek 5. Ia merasa sedih melihat
keadaan
adiknya, dan juga merasa bersalah akan keadaan adiknya yang
sekarang.
Ia merasa bahwa ia adalah salah satu orang yang bersalah atas
keadaan
adiknya sekarang, pemasungan dalam pandangan subyek
merupakan
penyebab keadaan adiknya menjadi tambah parah.
(ii) Rasa Khawatir
“kalau takut dia pukul, tidak nona... dia tidak pernah berani
pukul kita,
tapi kalau soal keselamatannya tante dengan anak-anak, ya om
takut
juga, jangan sampai dia pukul tante, ya khawatir saja, kan
kasihan to
nona kalau tante dengan anak-anaknya om kena pukul. Juga
kalau
dengan tetangga juga nona, kan kalau dia sudah kumat begitu, dia
punya
kekuatan itu seperti kekuatan 3 atau 4 orang dewasa begitu, jadi
kuat
sekali, takutnya dia pukul anak oarng atau tetangga, itu yang
bikin
tambah kita takut dan khawatir nona. Kalau sudah begitu kan
urusan
bisa panjang, meskipun orang tahu dia sakit, tapi kalau orang
yang dia
pukul luka serius kan bahaya. Makanya itu juga alasan kenapa
kami
terpaksa harus pasung dia...”
-
101
Kekhawatiran yang diungkapkan oleh subyek, lebih kepada keluarga
dan
orang-orang yang berada di sekitar AYS. Rasa khawatir selalu
timbul
disaat AYS mulai menunjukkan perilaku aneh, akan dapat
membahayakan keluarga dan orang-orang lain, jika sampai AYS
melukai
orang lain bisa menjadi masalah yang panjang.
2. Dampak Sosial
Bukan hanya dampak psikologi saja, namun dampak sosial juga
tampak
dalam keluarga ini. Relasi antara keluarga yang menjadi kurang
baik. Bukan
hanya itu saja, relasi dengan lingkungan sekitarnya juga ikut
terganggu. Di
dalam keluarga terlihat adanya kerenggangan yang terjadi.
Jarangnya anggota
keluarga yang lain berkunjung, atau siapa yang harus bertanggung
jawab
terhadap penderita skizofrenia. Ini tampak seperti pada
pengakuan subyek.
a. Subyek 1 :
M: jujur saja nona, jarang saya pi lihat dia...hmmm...susah
bicara dengan
dia nona.. nanti kalau tanya dia, biasa dia tidak jawab, kaya
dia tidak
anggap kita ada disitu nona, jadi dia dengan dia punya pikiran
sendiri.
Kalaupun dia bersuara itu dia sudah omong lain, tidak nyambung
dengan
apa yang kita tanya begitu nona..jadi memang sulit kalau
berkomunikasi
dengan dia.
D: jadi kalau bapa pi ketemu dengan om AYS biasa buat apa sudah
bapa?
M : paling pi kasi rokok sama dia, pi lihat saja sama dia, dia
ada buat apa,
paling begitu saja nona.. soalnya saya punya kegiatan juga agak
padat
nona, jadi agak susah memang untuk pi jenguk dia. Ya maklum juga
nona,
-
102
saya juga sakit-sakit, sudah umur juga nona..jadi ya..memang
sedikit waktu
saja buat dia, baru saya pergi lihat dia nona. Kasihan juga
dia.. tapi
ya..mau bagaimana lagi nona.. hanya mujizat Tuhan saja yang bisa
buat dia
sembuh nona.
D : kalau saudara-saudara yang lain sering datang juga bapa?
M : kurang tau juga nona, saya juga jarang ketemu mereka,
soalnya
masing-masing sibuk dengan kegiatan kantor, dengan
kegiatan-kegiatan
yang lain.
D : selama bapa tinggal di atas dengan om AYS, sebelum bapa
pindah
rumah di sini, bagaimana hubungan dengan saudara yang lain?
M : ya..biasa saja nona, kan namanya satu rumah jadi pasti tiap
hari kita
ketemu, bicara, karena sudah beda rumah saja nona dan sudah
berumah
tangga semua dan banyak kegiatan jadinya jarang ketemu.
D : kalau dengan tetangga bapa?
M : waktu masih tinggal di rumah atas maksudnya nona?
D : ia bapa..
M : ya...sebelum AYS sakit, biasa-biasa saja, tapi mulai AYS
sakit, itu
memang terasa sekali perbedaannya. Mereka jarang sekali datang
ke rumah
nona, karena dulu, pernah ada anak-anak tetangga yang pernah
kena pukul
dari AYS waktu dia kumat nona. Ya pasti mereka tidak mau to nona
anak-
anaknya mereka kena pukul begitu, karena kalau su kena pukul
begitu, mau
marah sama AYS ju tidak mungkin su nona, dia memang sakit begitu
sudah.
-
103
Makanya itu juga kenapa kita pasung dia nona, daripada nanti
masalah
dengan tetangga.
Dari hasil wawancara dengan subyek 1, tampak bahwa adanya
kerenggang
yang muncul dalam keluarga, baik itu dengan sesama saudara yang
lain
maupun dengan penderita. Alasan yang dilontarkan oleh subyek
1,
kerenggangan itu terjadi karena alasan kesibukan pekerjaan,
urusan rumah
tangga dan berbagai kegiatan yang lain. Sedangkan kerenggangan
hubungan
dengan tetangga diakibatkan karena penderita, ketakutan para
tetangga
adalah akan menjadi korban amukan AYS, karena pernah ada yang
menjadi
korban, sehingga kerenggangan itu muncul sejak AYS sakit.
b. Subyek 2 :
N : “ jadwal kerja saya sering terganggu, disaat saya harus
keluar kota atau
ada kegiatan di luar, terkadang harus dibatalkan, karena jika
AYS tiba-tiba
mulai bertingkah aneh dan mulai membahayakan orang lain. saya
harus
bertanggung jawab dalam hal ini. Sedangkan saudara-saudara saya
yang lain
sangat sulit untuk diminta pertolongan, karena mereka juga sibuk
dengan
pekerjaan dan keluarga mereka
......................
D : sejak om AYS sakit hubungan dengan tetangga bagaimana
ma?
N : mau bilang baik ju tidak anak, mau bilang tidak baik ju,
sebenarnya tidak
juga...sejak AYS sakit tetangga jarang datang sudah anak, bukan
mereka
tidak mau datang sebenarnya, tapi mereka takut saja dengan AYS.
Untung ju
-
104
sekarang su beda rumah dengan AYS, jadi tidak begitu takut, tapi
pas kalau
dia kumat itu yang bikin takut anak.
D : kalau ada tamu begitu bagaimana mama?
N : kadang saya batasi juga oarng-orang yang datang ke rumah,
karena saya
takut kalau tiba-tiba AYS mulai aneh-aneh anak dan bikin takut
teman-teman
yang datang.
D : terus kalau ada perlu begitu biasa ketemu di mana sudah
mama?
N : paling ke kantor saja, biar lebih aman. Tapi kalau mendesak,
ya..tidak
apa-apa sudah datang di rumah. Tapi ya pintu rumah langsung
dikunci.
..................................
“mau bawa rumah sakit bagaimana anak...yang lain saja cuek
dengan AYS
punya keadaan, apalagi bawa di rumah sakit, paling butuh biaya,
baik semua
mau bertanggung jawab. Sekarang saja untuk datang lihat saja
mereka tidak
punya waktu, lagian mereka juga sudah punya rumah tangga dan
banyak
tanggungan anak kuliah juga, jadi memang susah nona.”
Dampak sosial yang dirasakan oleh subyek 2 lebih cenderung
kepada
relasi dalam pekerjaannya, di mana subyek 2 merasakan sejak AYS
sakit, ia
harus membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk mengurus
AYS.
Subyek 2 lebih merasakan dampak ini dikarenakan ia yang tinggal
bersama
dengan AYS sehingga, dari hasil wawancara tersebut, ia harus
membatasi
perkunjungan atau pu teman-temannya yang ingin berkunjung ke
rumah.
-
105
Hubungan dengan saudara-saudaranya pun agak terganggu ini bisa
terlihat
dari kurangnya intensitas pertemuan antara mereka.
c. Subyek 5 :
D : bapa kesulitan tidak kalau pas om AYS kumat?
M : ya sulit nona.. dulu kan bapa belum tinggal di rumah sini,
masih tinggal
dengan om AYS, dengan tante NJS dengan mama di rumah atas. Waktu
itu
kan bapa su menikah juga sudah ada 2 orang anak perempuan, yang
satu
yang tinggal dengan tante NJS sekarang itu anak nomor dua yang
tadi pergi
gereja dengan tante disini, itu yang nomor pertama. Waktu itu
mereka masih
kecil sekali... belum lima tahun juga. Kalau om AYS kumat,
kasihan mereka,
kalau saya tidak ada di rumah, kan tante dulu, hampir kena pukul
juga dari
AYS. Itu kenapa sampai akhirnya om putuskan untuk pindah dari
sana.
Kasihan tante dengan anak-anak, hidup tidak tenang, tiap hari
takut terus.
D : lalu bagaimana dengan tetangga-tetangga bapa?
M : dulu tetangga ya takut juga, datang di rumah juga takut, ya
dulu belum
terlalu banyak rumah juga. Tapi jadinya jarang ada yang datang
di rumah,
karena takut jadi sasarannya AYS.
D : tidak ada komplain dari tetangga mengenai om AYS?
M: tidak tau lagi nona ee...kalau di depannya kita mereka
baik-baik saja, tapi
tidak tau lagi kalau di belakang..soalnya ada anak tetangga juga
yang pernah
kena pukul. Ya pasti mereka marah juga, tapi ya mau bagaimana
lagi nona,
AYS tidak ada maksud mau buat seperti itu.
-
106
D : tapi bagaimana hubungan dengan tetangga?
M : baik-baik saja nona, hanya mereka jarang datang saja, tapi
kalau kami
yang bertamu tidak apa-apa, mungkin mereka juga sudah mengerti
kalau om
AYS memang sakit.
Sejak kejadian istri dari subyek 5 hampir dipukul oleh AYS,
subyek 5
akhirnya memutuskan untuk pindah rumah, ini dilakukan untuk
melindungi
istri serta anak-anaknya. Dari pengakuan subyek 5 juga, ada
kerenggangan
hubungan antara keluarga dengan tetangga sekitar, ini disebabkan
oleh rasa
takut dan khawatir akan menjadi sasaran amarah dari saudaranya
AYS.
Bukan hanya tenaga dan pikiran yang akan terkuras untuk
menangani
penderita skizofrenia. Namun keuangan juga akan terkena
dampaknya.
Penderita skizofrenia akan sangat bergantung pada anggota
keluarganya,
karena ia tidak mampu mencari pendapatan untuk dirinya sendiri.
Segala
kebutuhan hidupnya, akan ditanggung oleh anggota keluarga.
Begitupun yang
dialami keluarga AYS. Seluruh biaya kehidupannya menjadi
tanggung jawab
saudaranya. Namun yang paling terkena dampak ini adalah subyek
2. Hal ini
dikarenakan subyek 2 tinggal bersama dengan AYS, sehingga
seluruh biaya
kehidupannya ditanggung oleh subyek 2 seperti kebutuhan makan,
minum,
rokok dan lain-lain.
(i) Subyek 2 : ........Saya harus memikirkan semua kebutuhan
rumah, dia punya
kebutuhan hidup saya tanggung, sedih juga saya lihat keadaannya
dia
anak..........
-
107
B. KASUS Bapak UMD
1. Dampak Psikologi
a. Subyek 6
(i) Kesedihan
Seperti yang diungkapkan oleh bapak YT, ketika ia harus
memutuskan dan melihat kakaknya dipasung, ia sangat sedih.
Meskipun berat dan tidak tega, terpaksa ia harus melakukan
hal
tersebut. Ia harus bertengkar dengan istrinya dikarenakan
kakaknya.
Namun tidak ada pilihan lain, ia harus melakukan hal tersebut
demi
kebaikan semuanya, meskipun ia harus mengorbankan kakaknya.
“ia rambu...sebenarnya sangat terpaksa rambu.. saya sedih,
kasihan
juga lihat saya punya kaka dipasung begitu rambu, tapi mau
bagaimana lagi, daripada dia pergi pukul orang-orang, apalagi
di
depan SD to rambu..takutnya dia pi pukul itu anak-anak sekolah
lagi,
bahaya lagi nanti.”
“pasti sedih rambu, tidak mungkin kalau tidak sedih, saya
punya
kakak kandung ini rambu. Kasihan juga sama dia, tapi di sisi
lain
saya juga harus ingat, ada saya punya istri yang juga harus
saya
jaga, belum lagi dengan tetangga, anak sekolah di depan yang
juga
bisa kena pukul dari UMD. Jadi saya harus korbankan saya
punya
kakak sudah rambu.”
-
108
“ Itu juga kenapa akhirnya terpaksa saya pasung UMD.
Daripada
dia bikin tambah onar lagi rambu, lebih baik begitu sudah.
Kasihan
sekali dia waktu itu rambu...”
(ii) Rasa bersalah dan Khawatir
D : pernah dipasung bapa??
Y : ia rambu...sebenarnya sangat terpaksa rambu, saya tidak
mau
sebenarnya, masa saya pasung saya punya kakak sendiri
rambu...
saya sedih, kasihan juga lihat saya punya kaka dipasung
begitu
rambu, tapi mau bagaimana lagi, daripada dia pergi pukul
orang-
orang, apalagi di depan SD to rambu..takutnya dia pi pukul itu
anak-
anak sekolah lagi, bahaya lagi nanti.
.............................
D : waktu om harus memutuskan bapak UMD dipasung, apa yang
om rasa?
Y : pasti sedih rambu, tidak mungkin kalau tidak sedih, saya
punya
kakak kandung ini rambu. Kasihan juga sama dia, tapi di sisi
lain
saya juga harus ingat, ada saya punya istri yang juga harus
saya
jaga, belum lagi dengan tetangga, anak sekolah di depan yang
juga
bisa kena pukul dari UMD. Jadi saya harus korbankan saya
punya
kak sudah rambu, meskipun saya rasa bersalah juga rambu sama
UMD, tapi mau bagiamana lagi rambu, mau tidak mau, saya
harus
buat sudah rambu.
-
109
Keputusan dipasungnya bapak UMD bukan semata-mata karena
rasa
takut dari istri subyek 6, namun juga adanya kekhawatiran
dari
subyek 6 jika kakaknya akan melukai orang lain. Bukan hanya
itu
saja, bapak UMD juga bisa melukai istrinya. Rasa khawatir
inilah
yang menyebabkan subyek 6 mengambil keputusan untuk memasung
kakaknya.
b. Subyek 7
(i) Rasa marah dan Malu
Ketika harus berhadapan dengan penderita skizofrenia, kita
dituntut
harus mengerti keadaan mereka, meskipun kita berada dalam
kondisi
yang juga ingin dimengerti. Begitu pun yang dialami oleh istri
dari
bapak YT, meskipun ia marah namun ia harus mengerti bahwa
keadaan bapak UMD memang seperti itu, meskipun ia dipukul
dan
menyusahkan dirinya, namun ia tidak bisa berbuat banyak. Kerap
kali
terjadi pertengkaran antara ibu ER dengan suaminya bapak YT.
Ibu
ER terkadang tidak mampu menahan emosi ketika harus
berhadapan
dengan perilaku bapak UMD, namun dilain pihak bapak YT
sering
memarahi ibu ER jika tidak dapat memahami keadaan kakaknya.
E : kita bertengkar waktu itu, sebelum saya kena pukul saya
sudah
pernah omong, tapi kami bertengkar, jadinya belum dipasung.
Pas
saya kena pukul sudah itu, akhirnya dipasung. Ya saya lihat
dia
sedih dan kasihan sama dia punya kakak, tapi lebih aman
begitu,
daripada tetangga datang marah terus di rumah.
-
110
.....................................
D : apa yang tante rasa kalau sudah begitu?
E : malu sudah rambu, orang datang marah-marah di sini.
Jengkel
juga, bukan saya yang buat salah, tapi saya yang harus kena
marah,
tapi mau bagaimana lagi, memang kita sudah yang harus
tanggung
akibat.
(ii) Rasa takut dan khawatir
Hal ini tampak dari kisah ibu ER yang pernah menjadi sasaran
kemarahan bapak UMD. Tinggal di rumahnya sendiri namun penuh
dengan rasa khawatir dan ketakutan. Ini membuat kehidupan ibu
ER
menjadi tidak nyaman. Rumah yang seharusnya tempat yang
paling
nyaman justru menjadi tempat yang paling menakutkan dan rasa
takut
ini memengaruhi seluruh aspek kehidupan ibu ER. Ia tidak
dapat
melakukan berbagai aktifitasnya dengan baik. Rasa khawatir
yang
terus menerus mengganggu kehidupannya membuat ibu ER tidak
dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia. Belum lagi
ditambah
dengan pertengkaran dengan suaminya.
D : biasa kalau bapak UMD kumat, tante buat apa?
E : sembunyi sudah.
D : biasa sembunyi di mana?
E : kalau bukan kunci diri di kamar, lari ke rumah tetangga
sudah,
sampai tunggu YT pulang.
-
111
...............................
D : apa yang tante rasa kalau bapa UMD kumat?
E : takut rambu
D : kenapa takut tante?
E : takut kena pukul lagi
D : maaf tante..tante pernah dipukul?
E : ia..pernah rambu.
..................................
D : kalau sekarang masih ada rasa takut sama bapak UMD?
E : sedikit saja.. tidak kaya dulu lagi
.....................................
E : semenjak dia tinggal di sini saya sudah rasa takut. Tapi
sejak
kena pukul, jauh lebih takut lagi rambu.
D : sejak bapak UMD tinggal disini apa yang tante rasa?
E : pasti takut, khawatir juga, rasa tidak aman saja rambu.
Saya
harus bisa jaga diri, kalau tiba-tiba dia kumat, saya harus bisa
kasi
selamat diri. Kalau pas YT tidak di rumah saya harus waspada
sudah. Kalau tidak bisa kena pukul terus saya.
(iii) Rasa sedih
D : bagaimana perasaan tante waktu bapak UMD di pasung?
E : kasihan juga sama dia, tapi lebih aman begitu, dari pada
dia
bikin tambah hancur saja, dan tidak melukai orang lain.
-
112
2. Dampak Sosial
Sejak bapak UMD tinggal pada awal kepulangan bapak UMD,
menunjukkan sikao agresif, pemarah dan suka menyakiti orang
lain, tidak
ada yang berani berkunjung ke rumah bapak YT. Pada awalnya
masyarakat sekitar atau tetangga bapak YT keberatan dengan
keberadaan
bapak UMD yang membahayakan mereka. Seringkali ada tetangga
yang
datang dan memarahi bapak YT atau Ibu ER, dikarenakan bapak
UMD
sedang berada di rumah tetangga mereka dan merusak
barang-barang
mereka. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa bapak
UMD
akhirnya dipasung di dalam rumah. Hubungan dengan masyarakat
sekitar
sempat tidak berjalan dengan baik, namun lambat laun masyarakat
sekitar
dapat memaklumi keadaan bapak UMD, karena sejak beberapa tahun
ini
bapak UMD tidak lagi menujukkaN sikap yang membahayakan
orang
lain. Jika bapak UMD sedang berada di rumah tetangga dan
keluarga
sedang mencari bapak UMD, terkadang tetangga tersebut
berinsiatif
mengantarkan bapak UMD pulang ke rumah. Dampak juga terasa
dalam
hubungan antara bapak YT dengan istrinya ibu ER, sering
terjadi
pertengkaran antara mereka berdua.
a. Subyek 6 :
Y : biasanya tahan sudah sama dia rambu, biar dia tidak pukul
orang
atau kasi hancur barang. Kadang saya bertengkar dengan istri
karena
masalah begini sudah rambu. Saya punya istri paling takut kalau
UMD
-
113
sudah mulai kumat. Saya pu istri juga dulu pernah kena pukul
dari dia.
Makanya itu juga yang akhirnya kita pasung dulu
D : sejak bapak UMD sakit seperti ini apa saja yang om rasa
yang
berubah?
Y : banyak rambu, om punya tanggung jawab selain om punya anak
istri,
UMD jadi tanggung jawabnya om sudah, tidak mungkin om kasi
tinggal
begitu saja. Rumah tidak seperti dulu lagi rambu, biasa dulu
rame anak-
anak main di sini, suka petik mangga yang di depan rumah itu,
sekarang
sudah tidak pernah. Jarang juga orang datang ke sini, apalagi
dulu
waktu om UMD belum dipasung, tetangga tidak ada yang berani
datang
rumah. Rasa tidak aman juga di rumah sendiri rambu, takut kalau
tiba-
tiba dia kumat terus buat yang berbahaya begitu rambu, contohnya
saja
om punya istri dia pukul. Kalau tidak dipasung memang berbahaya
sekali
waktu itu rambu. .................
............................
D : om kalau boleh tau, anak-anaknya bapak UMD, sering datang
jenguk
tidak?
Y : jarang sekali rambu, mungkin karena dari kecil mereka sudah
tidak
tinggal dengan bapaknya...sejak saya jemput bapak UMD dari
Flores,
mereka sudah tidak tinggal lagi dengan bapaknya, sampai
sekarang.
Kalau anak perempuannya kadang datang juga...mungkin karena
dia
lumayan dekat dibanding kakaknya....tapi itu juga jarang sekali
rambu,
tambah lagi mereka sudah berkeluarga. Kalau yang laki-laki
kadang juga
-
114
dia telepon, biasa dia sibuk. Begitu sudah ini bapak UMD punya
hidup,
kasihan sekali dia, anak-anaknya saja tidak begitu peduli sama
dia.
b. Subyek 7 :
D : kalau sekarang masih anak-anak datang main?
E : sudah jarang rambu.
D : kenapa jarang tante?
E : takut
D : takut karena apa tante
E : takut kalau iparnya saya kumat.
.......................................
D : kalau sudah begitu, bagaimana reaksi dari tetangga yang
kena
pukul?
E : mulai datang marah-marah di sini sudah.
D : jadi hubungan dengan tetangga agak kurang baik tante?
E : ia sejak UMD tinggal di sini, memang tetangga sudah jarang
datang
di sini, mereka takut juga. Apalagi kalau ipar pi kasi hancur
barang-
barang orang, mau tidak mau kita harus ganti sudah, kalau ada
uang,
kita langsung ganti, kalau tidak ada uang, kami ganti nanti
kalau sudah
ada uang.
..............................
E : kita bertengkar waktu itu, sebelum saya kena pukul saya
sudah
pernah omong, tapi kami bertengkar, jadinya belum dipasung. Pas
saya
-
115
kena pukul sudah itu, akhirnya dipasung. Ya saya lihat dia sedih
dan
kasihan sama dia punya kakak, tapi lebih aman begitu, daripada
tetangga
datang marah terus di rumah.
....................................
D : kira kesulitan apa yang tante rasa kalau berhadapan dengan
bapak
UMD?
E : pas kalau dia kumat saja, kadang takut dengan sikap kasarnya
dia
takutnya muncul kembali. Kadang kalau sia mulai
menghancurkan
barang-barang, itu yang bikin repot, atau kadang pergi rumah
tetangga,
terus bikin keributan di sana. Itu yang bikin susah. Kadang
tidak enak
dengan tetangga, kalau barang-barangnya mereka dikasi hancur,
kami
kan harus ganti rugi to rambu, harus keluar uang lagi, baik pas
kami ada
uang, kalau tidak ada uang itu yang bikin susah, baik kalau
tetangga mau
mengerti...Yang begitu nanti bikin masalah dengan tetangga.
D : apa yang tante rasa kalau sudah begitu?
E : malu sudah rambu, orang datang marah-marah di sini. Jengkel
juga,
bukan saya yang buat salah, tapi saya yang harus kena marah,
tapi mau
bagaimana lagi, memang kita sudah yang harus tanggung
akibat.
Sejak mengalami skizofrenia, bapak UMD menjadi tanggung
jawab adiknya bapak YT. Seluruh biaya kehidupannya,
dibebankan
sepenuhnya pada adiknya. Menurut pengakuan istri bapak YT,
kedua
anak bapak UMD tidak pernah engirimkan uang untuk biaya
hidup
bapaknya. Kedua anaknya seolah-olah merasa tidak punya
tanggung
-
116
jawab terhadap bapaknya. Biasanya alasan kedua anak bapak
UMD,
mereka juga butuh biaya untuk kehidupan keluarga mereka
masing-
masing. Memang tidak begitu banyak pengeluaran bagi bapak
UMD.
Namun terkadang jika bapak UMD merusak barang-barang atau
merusak
perabotan milik tetangga, bapak YT harus mengganti
barang-barang
tersebut.
a. Subyek 6 :
D : kalau selama urus bapak UMD ada tidak kesulitan
keuangan om?
Y : mau bilang sulit juga tidak sebenarnya rambu, tapi
memang ada saat kami keluarga agak merasa berat juga.
Kadang saat kami memang lagi kesulitan keuangan, lalu dia
mulai buat onar, kadang kami harus ganti barang-barang
yang dikasi rusak sama UMD. Kan kami tidak enak juga
kalau dia bikin rusak barang-barang tetangga. Soal biaya
hidup juga, kan kami yang tanggung semua rambu, ya tapi
begitu sudah rambu, namanya tanggung jawab kami tidak
bisa mengeluh, apalagi dia kakak kandung saya sendiri,
bukan orang lain. Paling tidak, kami masih bisa kasi dia
makan, masih bisa urus dia saja yang penting rambu
b. Subyek 7 :
E : ia sejak UMD tinggal di sini, memang tetangga sudah
jarang datang di sini, mereka takut juga. Apalagi kalau ipar
-
117
pi kasi hancur barang-barang orang, mau tidak mau kita
harus ganti sudah, kalau ada uang, kita langsung ganti,
kalau
tidak ada uang, kami ganti nanti kalau sudah ada uang.
....................................
E : pas kalau dia kumat saja, kadang takut dengan sikap
kasarnya dia takutnya muncul kembali. Kadang kalau sia
mulai menghancurkan barang-barang, itu yang bikin repot,
atau kadang pergi rumah tetangga, terus bikin keributan di
sana. Itu yang bikin susah. Kadang tidak enak dengan
tetangga, kalau barang-barangnya mereka dikasi hancur,
kami kan harus ganti rugi to rambu, harus keluar uang lagi,
baik pas kami ada uang, kalau tidak ada uang itu yang bikin
susah, baik kalau tetangga mau mengerti...Yang begitu nanti
bikin masalah dengan tetangga.
Dampak-dampak yang muncul di atas merupakan dampak yang timbul
akibat
tidak berfungsinya sistem dalam keluarga. Seperti yang
dipaparkan oleh Parsons,
keluarga sebagai sebuah sistem, yang dikategorikan dalam tingkat
mikro, di dalam
keluarga ada keterkaitan dan ketergantungan antar anggota
keluarga yang saling
memengaruhi peran dan fungsi masing-masing dalam keluarga.
Ketika salah satu
anggota keluarga tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik, maka
akan memengaruhi peran dan fungsi anggota keluarga yang lain.
Demikian pula dalam
keluarga penderita skizofrenia, ketika salah satu anggota
keluarga, yaitu penderita
-
118
skizofrenia, yang tidak lagi mampu menjalankan perannya dalam
keluarga,
menyebabkan kepincangan dalam keluarga. Ia tidak lagi
menjalankan perannya,
contohnya dari ke dua kasus di atas baik AYS maupun bapak UMD,
yang seharusnya
pada usia mereka, seharusnya mereka mampu membiayai kehidupan
mereka sendiri,
seharusnya mereka ada pada tahapan di mana mereka seharusnya
mandiri, namun harus
bergantung pada keluarga mereka, untuk biaya hidup mereka tidak
mampu mereka
peroleh sendiri. Contoh lain kepincangan dalam keluarga, tidak
ada lagi rasa aman
dalam rumah sendiri, ini dirasakan oleh ke dua keluarga, baik
dalam kasus bapak AYS,
yaitu keponakannya DAS, ibu NJS, IR yang tinggal berdekatan
tidak merasakan
kenyamanan ataupu terjamin keamanannya dalam rumah tersebut.
Rumah yang
seharusnya menjadi tempat paling aman, justru menjadi tempat
yang menakutkan.
Begitu juga dengan kasus bapak UMD, di mana ibu ER merasa tidak
aman dalam
rumahnya sendiri. Hal inilah yang dimaksud oleh Parsons, ketika
anggota dalam suatu
sistem tidak mampu menjalankan perannya dengan baik. Akan banyak
dampak yang
ditimbulkan bagi anggotanya yang lain. Dalam kasus skizofrenia,
dampak yang muncul
ialah seperti yang telah dipaparkan di atas, ada rasa takut,
rasa malu, khawatir, cemas,
rasa malu, kemarahan, stress dan bukan hanya itu saja, dari segi
sosial, adanya relasi
yang terganggu baik itu dengan lingkungan maupun dalam keluarga
itu sendiri, dari segi
keuangan pun terkena dampaknya, ketika penderita tidak mampu
menghidupi dirinya
sendiri, meskipun pada umur mereka saat ini seharusnya mereka
mampu untuk
menghidupi diri mereka sendiri, akhirnya menjadi tanggung jawab
dan dibebankan
kepada anggota keluarga yang lain. Tentu ini merupakan beban
bagi keluarga dari sisi
finansial.
-
119
C. Analisis Kasus Berdasarkan teori Talcott Parsons
Ada beberapa hal yang ditemukan dalam kasus ini :
1. Semua subyek sama-sama merasakan kesedihan, ini disebabkan
oleh keberadaan
dan kondisi AYS yang tidak kunjung sembuh, melihat keadaan
penderita yang
pernah dipasung, dan berbagai kejadian yang menyebabkan keadaan
penderita
semakin parah. Ketujuh subyek merasakan bahwa beberapa tindakan
yang
pernah dilakukan terhadap penderita adalah tindakan tidak
manusiawi, namun di
sisi lain mereka tidak tahu harus melakukan apa, dan bagi mereka
pemasungan
adalah jalan yang terbaik bagi semua, meskipun berlawanan dengan
hati mereka.
2. Ada empat subyek yang merasakan ketakutan, dan keempat subyek
tersebut
adalah perempuan, ini menunjukkan bahwa ada rasa tidak berdaya
dan tidak
mampu menghadapi penderita skizofrenia, bagi mereka kekuatan
yang mereka
punyai, tidak akan mampu meredakan amarah serta tidak bisa
melawan besarnya
kekuatan penderita.
3. Sedangkan ketiga subyek lain yang tidak merasakan takut,
ketiganya adalah
saudara laki-laki penderita. Ini menandakan bahwa mereka merasa
kekuatan
mereka sebagai pria akan mampu menghadapi besarnya kekuatan
penderita.
Mereka lebih cenderung kepada rasa khawatir, penderita akan
melukai orang-
orang yang ada di sekitar mereka.
4. Perasaan malu hanya nampak pada saudara kandung penderita,
ini mungkin
disebabkan penilaian masyarakat yang pastinya akan menilai
mereka sebagai
saudara kandung yang mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap
penderita. Dengan keadaan penderita yang kotor dan tidak
terawat, tentunya akan
-
120
berdampak pada mereka, sebagai saudara yang tidak mampu merawat
penderita
dengan baik.
5. Yang lebih merasakan stress yang besar adalah anggota
keluarga yang tinggal
bersama penderita, mereka lebih merasakan dampak tersebut,
karena terjadi
kontak setiap hari, dan juga dampak pada keuangan akan lebih
dirasakan oleh
mereka, karena kebutuhan sehari-hari seperti untuk makan dan
minum, menjadi
tanggung jawab mereka.
6. Akan timbul kerenggangan di antara anggota keluarga, hal ini
mungkin
disebabkan kurangnya keterbukaan dan kurangnya komunikasi antara
anggota
keluarga untuk mencari jalan keluar yang terbaik bagi penderita.
Ketika anggota
keluarga merasa tidak ada lagi harapan bagi kesembuhan
penderita, maka hal
yang dilakukan adalah pasrah terhadap keadaan. Setiap anggota
keluarga
seharusnya saling memberikan dukungan dan saling menopang
dalam
menghadapi penderita. Semua anggota keluarga seharusnya
mempunyai rasa
tanggung jawab yang besar, tidak hanya menunggu siapa yang harus
merawat
ataupun harus mengurus penderita, hal inilah yang dapat memicu
keretakan atau
masalah dalam keluarga.
7. Kurangnya pengetahuan mengenai skizofrenia merupakan masalah
utama dalam
keluarga, sehingga ketika mereka menghadapi penderita akan
sangat sulit untuk
memahami hal apa atau tindakan apa yang harus diambil. Sehingga
seringkali
tindakan yang diambil justru semakin memperparah keadaan
penderita.
-
121
Dalam teorinya Talcott Parsons memandang keluarga sebagai suatu
sistem,
dimana sebuah sistem terdiri dari bagian yang saling
berhubungan. Sebagai sebuah
sistem tentunya terdiri dari beberapa sub sistem. Menurut
Talcott Parsons, ada empat
sub sistem yang menjalankan fungsi-fungsi utama, yang sering
disingkat AGIL, yaitu
Adaptation (adaptasi), Goal attaintment (pencapaian tujuan),
Integration (integrasi),
Latent Pattern Maintenance (mempertahankan dan atau menegakkan
pola dan struktur
masyarakat).
Keluarga dengan penderita skizofrenia di dalamnya tentunya akan
mengalami
gangguan dalam menjalankan sistem keluarga. Seperti yang telah
kita bahas
sebelumnya, berbagai dampak akan muncul dalam keluarga, baik
secara psikis maupun
social. Dampak-dampak inilah yang mempengaruhi sistem dalam
keluarga terganggu.
Seperti yang dipaparkan Talcott ada empat sub sistem yang
penting, yaitu AGIL.
Dengan menerapkan AGIL dalam keluarga, akan membantu anggota
keluarga
menghadapi dampak-dampak yang timbul dalam keluarga.
Adaptation (adaptasi): adaptasi menunjuk pada keharusan
sistem-sistem social
menghadapi lingkungannya. Anggota keluarga harus mampu
beradapatasi dengan
keadaan baru yang telah tercipta dalam lingkungan keluarga.
Keluarga harus mampu
beradaptasi dengan keadaan penderita skizofrenia. Anggota
keluarga harus memahami,
keadaan penderita yang tidak mampu menjalain relasi yang baik
dengan anggota
keluarga dan lingkungan sekitarnya. Ketika keluarga tidak mampu
memahami dan
beradaptasi terhadap kondisi keluarga dengan penderita
skizofrenia di dalamnya, timbul
berbagai dampak bagi anggota keluarga, baik secara psikologis
maupun sosial. Anggota
-
122
keluarga harus menyadari bahwa ada perubahan sistem dalam
keluarga mereka.
Perubahan atau sistem yang baru ini harus dapat diterima oleh
anggota keluarga dengan
beradaptasi dengan sistem yang baru tersebut. Terjadi berbagai
perubahan fungsi sub
sistem atau dalam hal ini anggota keluarga yang merupakan sub
sistem mempunyai
peran dan fungsi yang baru, dikarenakan ada salah satu sub
sistem dalam hal ini
penderita skizofrenia yang tidak mampu menjalankan peran dan
fungsinya dalam
keluarga dengan baik. Hal inilah yang harus menjadi perhatian
dari anggota keluarga
yang lain dan anggota keluarga harus mampu beradaptasi dengan
keadaan ini. Dengan
adanya penderita skizofrenia di dalam keluarga, anggota keluarga
harus beradaptasi
dengan keadaan seperti keributan yang akan timbul ketika
penderita sedang kumat,
kekerasan yang timbul akibat kemarahan penderita, waktu yang
tersita untuk
memberikan perhatian yang lebih pada keadaan penderita,
suara-suara dan kegaduhan
yang timbul, atau relasi dengan masyarakat sekitar yang akan
mengalami gangguan dan
berbagaidampak psikis dan social lainnya. Jika anggota keluarga
tidak mampu
beradaptasi dengan keadaan tersebut, kondisi psikis mapun social
anggota keluarga akan
semakin bermasalah. Oleh karena itu langkah berikut yang harus
dilakukan oleh anggota
keluarga adalah Goal Attainment (pencapaian tujuan): namun yang
perlu diperhatikan
bahwa yng diutamakan di sini bukanlah tujuan pribadi atau
individu, melainkan tujuan
bersama para anggota dalam suatu sistem. Dalam hal ini anggota
keluarga harus
berdiskusi mengenai apa yang mejadi tujuan mereka. Untuk
mencapai tujuan tersebut
akan melalui berbagai proses di dalam mencapainya. Dalam
menghadapi penderita
tidaklah mudah bagi anggota keluarga, karena dituntut kesabaran
yang tinggi.
Kurangnya pengetahuan mengenai skizofrenia dan minimnya sarana
bagi penderita
-
123
skizofrenia akan menyulitkan anggota keluarga untuk menghadapi
dan merawat
penderita skizofrenia. Oleh karena itu keluarga harus
mendiskusikan apa yang menjadi
tujuan bersama mereka. setelah menentukan apa yang menjadi
tujuan mereka, anggota
keluarga akan melewai berbagai proses tersbut untuk dapat
mencapai tujuan tersebut,
dalam mencapai hal tersebut dibutuhkan Integration (integrasi).
Supaya sistem dapat
berfungsi secara efektif, harus ada paling kurang suatu tingkat
solidaritas di antara
individu yang termasuk di dalamnya. Masalah integrasi menunjuk
pada kebutuhan untuk
menjamin bahwa ikatan emosional yang cukup yang menghasilkan
solidaritas dan
kerelaan untuk bekerja sama dikembangkan dan dipertahankan.
Anggota keluarga dituntut harus mampu memberikan dukungan satu
sama lain dan
mau saling menopang satu sama lain dalam menghadapi keadaan
penderita. Tidak
mudah menghadapi penderita dengan segala perilaku penderita yang
sangat sulit untuk
dipahami anggota keluarga yang lain. oleh karena itu, sebagai
sistem, anggota keluarag
harus saling menopang satu sama lain, harus saling memberikan
dukungan sehingga
semua anggota keluarga megambil peran dan fungsinya
masing-masing dalam mencapai
tujuan bersama. Para anggota dalam sistem atau dalam hal ini
anggota keluarga bisa saja
letih dan jenih pada keadaan dalam keluarga atau sistem yang
sedang berjalan dalan
keluarga. Oleh karena itu, dibutuhkan Latent Pattern Maintenance
(mempertahankan
atau menegakkan pola dan struktur masyarakat). Ketika
seaktu-waktu anggota keluarga
merasa jenuh dengan keadaan dalam keluarga, tetap diharapkan
komitmen keluarga,
sehingga pada saat waktu yang tepat, peran masing-masing
diaktifkan kembali dan
interaksi sistem dilanjutkan kembali.