51 Bab IV Penyelenggaran Operasi Bhakti TNI di Nias Sebagai Bentuk Operasi Bantuan Kemanusiaan TNI Dalam Rangka OMSP IV.1 Gempa Bumi di Nias Bencana alam gempa bumi di pulau Nias pada tanggal 28 Maret 2005 pukul 23.10 Wib, yang berkekuatan 8,7 Skala Richter, dengan titik gempa sebelah barat laut daratan Nias, dengan kedalaman titik gempa 30 km di bawah permukaan laut, telah menelan cukup banyak korban jiwa maupun materi. Data pengungsi di Kabupaten Nias hingga 19 April 2005 ± 41.617 orang, meninggal dunia ± 514 orang. Untuk Nias Selatan hingga 25 April 2005, pengungsi ± 276.950 orang, meninggal dunia ± 170 orang, dan ribuan infrastruktur baik instansi pemerintah maupun pemukiman penduduk runtuh hingga tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. 60 Adapun jumlah rumah yang hancur dapat diperlihatkan pada Tabel IV.1. Tabel: IV.1 Kerusakan perumahan yang terjadi di Nias. 61 60 Korem 023/KS 61 Data BRR dan World Bank, 2005
18
Embed
Bab IV Penyelenggaran Operasi Bhakti TNI di Nias Sebagai ... · PDF file51 Bab IV Penyelenggaran Operasi Bhakti TNI di Nias Sebagai Bentuk Operasi Bantuan Kemanusiaan TNI Dalam Rangka
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
51
Bab IV Penyelenggaran Operasi Bhakti TNI di Nias Sebagai Bentuk
Operasi Bantuan Kemanusiaan TNI Dalam Rangka OMSP
IV.1 Gempa Bumi di Nias
Bencana alam gempa bumi di pulau Nias pada tanggal 28 Maret 2005 pukul 23.10
Wib, yang berkekuatan 8,7 Skala Richter, dengan titik gempa sebelah barat laut
daratan Nias, dengan kedalaman titik gempa 30 km di bawah permukaan laut,
telah menelan cukup banyak korban jiwa maupun materi.
Data pengungsi di Kabupaten Nias hingga 19 April 2005 ± 41.617 orang,
meninggal dunia ± 514 orang. Untuk Nias Selatan hingga 25 April 2005,
pengungsi ± 276.950 orang, meninggal dunia ± 170 orang, dan ribuan
infrastruktur baik instansi pemerintah maupun pemukiman penduduk runtuh
hingga tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.60 Adapun jumlah rumah
yang hancur dapat diperlihatkan pada Tabel IV.1.
Tabel: IV.1 Kerusakan perumahan yang terjadi di Nias.61
60 Korem 023/KS
61 Data BRR dan World Bank, 2005
52
IV.2 Kondisi Wilayah Pasca Gempa Nias.
a. Geografi.
1) Jalur utama jalan yang menghubungkan antar Kabupaten, Kecamatan dan
Desa banyak yang retak dan rusak sehingga jalur transportasi darat terputus, hal
ini berpengaruh langsung pada kelancaran perekonomian masyarakat.
2) Jembatan banyak yang rusak (jembatan miring, pondasi retak dan
beberapa jembatan patah) mengakibatkan jalur transportasi darat terputus
sehingga berpengaruh langsung pada kelancaran perekonomian masyarakat.
3) Turunnya permukaan tanah dari kondisi semula dan naiknya air laut + 1
s/d 2 meter mengakibatkan beberapa rumah penduduk di desa tepi pantai
terendam air mengakibatkan kerusakan bahan pangan, harta benda dan rawan
penyakit.
4) Rumah penduduk, gedung perkantoran, serta bangunan fasilitas umum
dan fasilitas sosial lainnya banyak yang roboh serta hancur total mengakibatkan,
roda pemerintahan, perekonomian, kegiatan belajar mengajar dan aktifitas
penduduk lumpuh.
b. Demografi.
1) Terjadi pengungsian penduduk terutama yang tinggal di daerah tepi pantai
ke daerah yang lebih tinggi karena takut akan adanya gempa susulan diikuti
ombak Tsunami. Lokasi pengungsian penduduk terpencar dibeberapa tempat
sehingga menimbulkan kesulitan pendataan dan pendorongan bantuan sosial bagi
masyarakat tersebut.
2) Bencana alam gempa bumi menyebabkan korban jiwa dan cedera (luka
ringan dan luka berat) serta meninggal dunia karena tertimpa runtuhan, kondisi
pasca bencana alam terjadi rawan pangan, rawan penyakit yang mengakibatkan
banyak masyarakat yang terjangkit penyakit malaria, diare dan kulit.
53
c. Kondisi Sosial.
1) Banyak penduduk yang masih trauma akibat bencana alam gempa bumi di
pulau Nias dan masih seringnya terjadi gempa susulan yang relatif kecil sehingga
perlu dikoordinasikan dengan instansi terkait khususnya BMG ( Badan
Meteorologi dan Geofisika ) untuk memberikan penyuluhan serta penerangan
kepada penduduk tentang gempa bumi dan tanda-tanda serta dampak yang
ditimbulkannya.
2) Roda pemerintahan pasca bencana alam lumpuh disebabkan banyak
fasilitas perkantoran serta alat-peralatan yang mendukung kelancaran roda
pemerintahan hancur dan aparatur pemerintah daerah yang mengungsi ke daerah
lain yang dirasakan lebih aman.
3) Perekonomian lemah disebabkan jalur transportasi perdagangan, pasar,
perbankan dan pasokan barang kebutuhan sehari-hari terganggu sirkulasinya,
sehingga masyarakat membutuhkan dukungan logistik terutama sembilan bahan
pokok, obat-obatan,air bersih dan tenda untuk tempat tinggal sementara.
4) Gedung-gedung sekolah banyak yang hancur mengakibatkan kegiatan
belajar mengajar terhenti hal ini akan berpengaruh kepada mutu pendidikan bagi
anak usia sekolah di Kab. Nias dan Nisel dikarenakan tertinggalnya mata
pelajaran yang seharusnya diterima.
5) Terjadinya penjarahan oleh masyarakat di titik-titik bekal dan gudang
penampungan logistik. Pada saat awal kejadian gempa bumi banyak sarana jalan
dan jembatan rusak dan putus yang menyebabkan pendistribusian bantuan
logistik terhambat berdampak bagi masyarakat kurang bahan makanan dan
melakukan penjarahan di gudang-gudang penampungan serta kecenderungan
masyarakat yang dalam menerima bantuan logistik mementingkan diri sendiri,
tetapi setelah jalur transportasi lewat darat mulai normal dan bantuan logistik ke
seluruh daerah dapat didistribusikan dengan lancar, Satgas TNI berkoordinasi
54
dengan pihak Kepolisian untuk menjaga gudang-gudang penampungan logistik
guna mencegah terjadinya penjarahan oleh masyarakat.
IV.3 Gambaran Umum Mekanisme Penanganan Bencana Nias
Ketika terjadi gempa di Nias, 2005, Pemerintah menyatakan Nias sebagai
Bencana daerah. Menindaklanjuti kebijakan pemerintah saat itu Bakornas PBP
berdasarkan Keppres No. 3 tahun 2001, sebagai koordinator nasional dalam
Penanggulangan Bencana Alam dan Penanganan Pengungsi melalui Satkorlak
melaksanakan tanggap darurat di mana TNI sebagai salah satu unsur pelaksana.
Dalam hal ini Pangdam I/BB Sumut, sebagai anggota Satkorlak Sumut.
Kemudian untuk tingkat Daerah, Pangdam sebagai penanggungjawab operasional
penanggulangan bencana melalui operasi Bhakti TNI, sedangkan Danrem 023/KS
ditunjuk sebagai Komandan Pelaksana Operasi. Kegiatan Satgas Bhakti TNI
memiliki tugas mengkoordinasikan, mendukung serta membantu Satkorlak PBP
Provinsi Sumatera Utara guna memperlancar pendistribusian bantuan
sosial/logistik, evakuasi dan pencarian korban sekaligus mendata korban jiwa dan
kerugian materiil, melaksanakan pelayanan medis dan perbaikan sarana
transportasi secara terbatas serta membantu mengaktifkan infrastruktur secara
darurat di Kab. Nias dan Nias Selatan.
Pelaksanaan Tugas di atas dilaksanakan di bawah koordinasi dan pengendalian
pihak Pemda Sumut dalam hal ini adalah Gubernur Sumut sebagai Ketua
Koordinator Satkorlak. Sedangkan Korem 023/KS melaksanakan koordinasi
dengan Pemda Nias. Dalam hal distribusi bantuan logistik TNI AU mengerahkan
pesawat Hercules untuk mengangkut bantuan logistik dari pusat ke Medan
kemudian di distribusikan ke Sibolga melalui jalur darat, untuk TNI AL
melakukan angkutan bantuan logistik dari pusat ke pelabuhan Belawan di Medan
serta angkutan bantuan dari Satlak melalui pelabuhan Sibolga ke daerah bencana
Nias.
55
Gambar: IV.7 Disposisi Satkorlak, Satlak dan TNI dalam penanggulangan
bencana Nias
Sumber: Diolah sendiri
IV.4 Operasi Bhakti TNI: Bentuk Operasi Bantuan Kemanusiaan TNI
dalam Rangka Operasi Militer Selain Perang di Nias
Pada tanggal 31 Maret 2005 Presiden Republik Indonesia dan rombongan
meninjau lokasi bencana alam serta Posko Satgas Bhakti TNI Darurat di Kodim
0213/NS, Presiden menyatakan bencana alam gempa bumi di Kabupaten Nias dan
Nias Selatan sebagai “Bencana Daerah” sehingga penanganan rehabilitasi akibat
bencana alam diserahkan kepada Gubernur Sumatera Utara. Dasar Operasi Bhakti
TNI di Nias yaitu Surat Keputusan Panglima Kodam I/BB No. Sprin/325/III/2005
tanggal 30 Maret 2005 tentang Perintah Pemberian Bantuan Kemanusiaan di
Pulau Nias, kemudian menyusul Surat Perintah Panglima TNI No.
Sprin/1134/VI/2005 tanggal 22 Juni 2005 tentang Perintah Melaksanakan
Kegiatan Bantuan Kemanusian Kerjasama TNI-USPACOM di Pulau Nias.
IV.4.1 Perencanaan
Operasi militer yang dilakukan TNI dalam penanganan gempa di Nias disebut
dengan Operasi Bhakti TNI yang dilaksanakan oleh Korem 023/Kawal Samudera,
Kolonel Inf Edi Siswanto selaku Komandan Satgas operasi Bhakti TNI. Dalam
operasi ini Korem 023/Kawal Samudera bekerjasama dengan beberapa pihak yaitu
SATKORLAK
Dansatlak Bhakti TNI
Medan SATKORLAK
Nias
Aceh
Kodam I/BB
Kodam IM
SATLAK
Korem 023/KS
56
Kodam I/Bukit Barisan, Pemda Nias Selatan dan Instansi Polri Kabupaten Nias
Selatan. Tugas pokok operasi ini adalah mendistribusikan bantuan logistik,
melaksanakan pembersihan kota, melakukan evakuasi korban serta membantu
melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana umum di Nias. Operasi ini
bertujuan membantu menanggulangi akibat bencana alam dan memulihkan
kembali kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dalam operasi ini direncanakan ada empat tahap pelaksanaan, yaitu 1) Tahap
perencanaan selama 60 hari; 2) Tahap persiapan selama 30 hari, dimulai dengan
melakukan pengurukan tanah tanah pertapakan SDN 1 dan 2 mulai tanggal 15
Oktober sampai dengan 16 November 2005; 3) Tahap pelaksanaan selama 128
hari; dan 4) Tahap pengakhiran selama 143 hari dari akhir tahap pelaksanaan.
Dalam operasi ini pusat Komando ada di Satgas, walaupun kemudian dibagi
menjadi Sub Satgas. Tetapi secara umum, Komando Satgas ini mempunyai tugas
untuk 1) Memfasilitasi, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan operasi
bhakti; 2) Memberikan dukungan bantuan fasilitas; 3) Memberikan laporan
tentang perkembangan situasi kepada Panglima TNI; dan 4) Memberikan bantuan
pengamanan.
Masing-masing Sub Satgas mempunyai tugas yang dideskripsikan sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Untuk Sub Satgas 1 tugasnya adalah membangun dan
memperbaiki SDN 1 dan 2 Teluk Dalam. Sementara Sub Satgas 2 tugasnya adalah
membangun jembatan Sungai Otua Km. 18 (24 m). Sub Satgas 3 tugasnya adalah
membangun jembatan Sungai Eho Km. 22 (36 m). Selain tiga Sub Satgas tersebut
juga ada Cadangan yang bisa bergerak membantu sewaktu-waktu berdasarkan
perintah. Semua Sub Tugas tersebut di atas diharuskan berkoordinasi dan
bekerjasama dengan institusi yang terkait dengan tugas yang dilakukannya.
57
Gambar: IV.8. Peta Sasaran Operasi Bhakti TNI Nias62
Sumber: Korem 023/KS
IV.4.2 Pengorganisasian
Secara struktur Satgas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar: IV.9. Struktur Organisasi Satgas Korem 023/KS63 Sumber : Korem 023/KS
Keterangan : Garis Komando Garis Koordinasi
62 Sumber : Korem 023/KS
63 Sumber : Korem 023/KS
SASARAN
KOORDINATOR SATGAS
DAN SATGAS BHAKTI TNI
USPACOM
S T A F
INT OPS MINLOG
SUB SATGAS 1
SUB SATGAS 2
SUB SATGAS 3
58
Berdasarkan struktur organisasi di atas, pelaksanaan operasi Bhakti TNI di bawah
kendali dan komando Dansatgas dalam hal ini adalah Danrem 023/KS
berkoordinasi dengan koordinator Satgas dan pihak USPACOM.
IV.4.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan Operasi Bhakti TNI dimulai dengan pembentukan Posko. Posko
Satgas Bhakti TNI terbentuk tanggal 29 Maret 2005 bertempat di Markas Kodim
0213/NS Gunung Sitoli, Kabupaten Nias dengan kekuatan pasukan berjumlah
1.576 orang, dapat di lihat pada Tabel IV.2.
Tabel: IV.2. Kesatuan dan Jumlah Personel dalam Operasi Bhakti
TNI di Nias64
No Kesatuan Jumlah Personel 1 Kosatgas (Rem 023/KS) 52 orang 2 Unsur Kodam I/BB 4 orang 3 Unsur Kodim 0213/NS 184 orang 4 Yonif 123/RW 322 orang 5 Yon Zipur-2 452 orang 6 Yon Zipur-4 7 orang 7 Yon Zipur-5 5 orang 8 Yon Zipur-10 5 orang 9 Yon Zikon-11 359 orang 10 Kesdam I/BB 7 orang 11 Puskes TNI 37 orang 12 POM 10 orang 13 Bekangdam I/BB 14 orang 14 Den Zibang-4/I 10 orang 15 Penerbad 18 orang 16 TNI AL 65 orang 17 TNI AU 31 orang 18 USPACOM 5 orang
Pada tanggal 29 Maret 2005 Kosatgas sudah tiba di Gunung Sitoli. Ada beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh Kosatgas begitu tiba di Gunung Sitoli, Nias.
64 Sumber : Korem 023/KS
59
IV.4.3.1 Pendataan orang-orang asing.
Pasca bencana alam banyak relawan yang datang ke Pulau Nias termasuk dari luar
negeri, menyikapi hal ini Satkorlak Provinsi Sumatera Utara membentuk tim
pengawasan orang asing yang bertugas untuk melakukan pendataan, pendaftaran
dan memonitor secara terus-menerus kegiatan orang asing mulai dari datang,
kegiatan yang dilakukan sampai kembali ke negara asalnya. Tim pengawas orang
asing ini terdiri dari unsur TNI, Polri dan Keimigrasian. Tim ini membentuk
posko-posko pengawasan di pintu keluar-masuk dari/ke Nias. Hasil pendataan
orang asing yaitu jumlah 668 orang, kembali 584 orang dan yang tinggal 84
orang.65 Tim pengawasan orang asing terdiri dari unsur TNI, POLRI dan petugas
Imigrasi dengan membuat pos-pos pengawasan dibeberapa tempat sebagai
berikut:66
1. Pos Pelabuhan Angin ( laut ) Kec. G. Sitoli oleh Marinir TNI AL
2. Pos Pelabuhan Lagundri Kec. T. Dalam oleh Marinir TNI AL
3. Pos Bandara Binaka ( udara ) Kec. G. Sitoli oleh Paskhas TNI AU
4. Pos Lapangan Pelita ( udara ) Kec. G. Sitoli, oleh Paskhas TNI AU
5. Pos Lapangan T. Dalam ( udara ) oleh Paskhas TNI AU
IV.4.3.2 Evakuasi korban dan jenazah. Korban yang tertimbun reruntuhan
bangunan diambil berdasarkan data dari Babinsa bekerja sama dengan
Polres/Polsek serta Pemda/Kecamatan yang diperoleh dari masyarakat baik pihak
keluarga korban atau warga yang mengetahui lokasi korban, Satlak PBP segera
menghimpun data korban dan melaporkan ke Satkorlak untuk selanjutnya upaya
evakuasi dilaksanakan Satuan Tugas TNI dengan menurunkan tim khusus dari
personel Batalyon jajaran Satgas TNI yang terdiri dari beberapa tim. Pada
pelaksanaan tugasnya tim evakuasi dan penyelamat korban menemui kendala
karena korban tertimbun tembok maka alat yang tersedia berupa pahat dan palu
65 Data Korem 023/KS
66 ibid
60
kurang efektif, dibutuhkan waktu yang lama guna menerobos dan membuat lorong
untuk menyelamatkan orang tersebut. Dengan demikian lebih baik bila tim ini
dilengkapi dengan alat pemotong dan bor tembok sehingga waktu akan lebih
cepat.
Hasil pencarian korban dan evakuasi korban dari runtuhan bangunan :
1) Korban hidup : 3 org
2) Korban meninggal : 240 org
Gambar: IV.10 Evakuasi korban bencana Nias Sumber: Korem 023/KS
IV.4.3.3 Pengobatan.
Kosatgas melakukan beberapa kegiatan yang terkait dengan pengobatan ini. Salah
satunya adalah melaksanakan pengobatan massal di lapangan kantor DPRD
Kabupaten Nias, Lapangan Pelita dan Bandara Binaka serta Pelayanan Kesehatan
keliling di Kabupaten Nias dan membuka Posko Kesehatan dibeberapa
kecamatan dan desa di Kabupaten Nias Selatan antara lain di desa Bintang Laut,
desa Bawo Ganowo, desa Hilijinoho dan desa Hilisataro kecamatan Teluk Dalam,
dan di desa Gomo kecamatan Gomo oleh PUSKES TNI.
61
Gambar: IV.11. Alur Evakuasi dan Penanganan Korban67 Sumber : Korem 023/KS
Gambar: IV.12 Korban Bencana Nias yang dirawat di tenda darurat
IV.4.3.4 Pendataan korban dan kerusakan materiil. Kegiatan ini dilakukan oleh Staf Teritorial Satgas dengan memberdayakan
Komando Kewilayahan (personel Babinsa) yang terjun langsung ke desa-desa
bekerjasama dengan instansi terkait (Polsek dan Kecamatan) yang kemudian di
himpun, diolah dan dikoordinasikan Staf Satkorlak. Adapun hasil pendataan
67 Sumber Korem 023/KS
RSUD MEDAN/RST TK. II PUTRI HIJAU
RSUD MEDAN/RST TK. II PUTRI HIJAU
RSUD SIBOLGA
RSUD GUNUNGSITOLI
POSKES TNI Hal DPRD G Sitoli
POSKES PELITA
RSUD TELUK
POSKES TNITELUK
KES YON ZIPUR
POS KES LAIN-LAIN
62
sebagai berikut :68 Total korban jiwa di Nias Luka Ringan 3.956 jiwa, Luka Berat
2.323 jiwa, Meninggal Dunia 849 jiwa, Pengungsi sementara 21.708 jiwa,
Pengungsi tetap 82.260 jiwa adapun data kerusakan materil sebagai berikut :
Rumah Rusak Berat 28.665 unit, Rusak Total 15.635 unit; Gedung Pemerintah
Rusak Berat 613 unit, Mesjid Rusak Berat 85 unit, Gereja Rusak Berat 1.678 unit,
Sekolah Rusak Berat 805 unit, Jembatan Rusak Berat 178 unit, Jalan Rusak
Ringan 33.325 m, Rusak Berat 2.590 m.
Dampak kerusakan yang ditimbulkan Gempa Nias 2005 seperti pada gambar di
bawah:69
Gambar: IV.13 Dampak kerusakan akibat gempa di Nias 2005
IV.4.3.5 Pembongkaran dan pembangunan infrastruktur yang rusak.
Kondisi kota Gunung Sitoli Ibukota Kabupaten Nias mengalami kerusakan paling
parah disusul kerusakan kota di Teluk Dalam Ibukota Kabupaten Nias Selatan.
Satgas TNI mengerahkan personel Batalyon Infanteri dan Batalyon Zeni guna
melaksanakan tugas pembersihan kota dengan pembagian sektor daerah
tanggung jawab masing-masing didukung alat berat berupa exavator, dozer dan
dump truk untuk membongkar, meratakan serta mengangkut bongkaran puing-
puing ke tempat pembuangan. Pelaksanaan pembongkaran dan pembersihan
puing-puing bangunan diprioritaskan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial
setelah mendapat persetujuan ataupun berdasarkan permohonan pemilik bangunan
melalui Satkorlak.
68 Sumber : Kodim 0213/N
69 Sumber : Korem 023/KS
63
Tabel: IV.3. Data Perbaikan Jalan dan Jembatan dalam Operasi Bhakti TNI di
Nias70
No Kegiatan Deskripsi
A. Perbaikan Jalan
1 Jalan Gunung Sitoli-Sirombu 85 km
2 Jalan Gunung Sitoli-Lahewa 98 km
3 Pembuatan badan jalan desa Gahano Dawu-dawu 75m
4 Penyempurnaan jalan dari Km 7 hingga Kota G. Sitoli -
5 Penimbunan badan jalan di jalan Langundri kabupaten Nias
-
6 Penimbunan jalan di desa Bawo Matalou kecamatan Teluk, kabupaten Nias Selatan
-
7 Penimbunan jalan di jalan Lolowau dan Lolomatua Kabupaten Nisel
-
8 Penimbunan badan jalan yang rusak km 37 jurusan Lahewa – Sirombu
-
9 Pekerjaan jalan di jalur alternatif Km. 31 s.d Km. 37 Kec. Idano Gawo
-
B. Perbaikan Jembatan
1 Pekerjaaan jembatan jurusan Gunung Sitoli sampai dengan Lahewa