54 BAB IV PEMBAHASAN KASUS 4.1. Analisa Umum Objek Penelitian Bank Mega mampu melewati kondisi perekonomian yang cukup sulit pada tahun 2009. Salah satu pendorong kesuksesan tersebut hasil dari pengawasan yang ketat dari manajemen. Terlihat dari pencapaian kinerja keuangan yang membaik dari posisi asset, pendapatan usaha, dan pendapatan laba bersih. Bank Mega juga berhasil memperbaiki manajemen risiko, seperti terlihat dari NPL (Non-performing Loan) dan AYDA (Agunan yang di ambil Alih) yang menyusut. Prinsip kehatihatian dalam penyaluran pinjaman dan pengelolaan risiko memungkinkan Bank untuk tetap kompetitif dalam menghadapi ketidakpastian dan tantangan di depan. Dengan membaiknya NPL dan AYDA, Bank Mega dapat memperkecil kredit macet secara signifikan, sehingga pendapatan bunga bersih meningkat. Sampai akhir tahun 2009 Bank Mega telah membuka cabang baru sebanyak 59 cabang, sehingga jumlah keseluruhan kantor cabang Bank Mega menjadi 259 cabang. Jumlah tersebut melebihi target, yang secara konservatif
80
Embed
BAB IV PEMBAHASAN KASUSthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/BAB IV_11-02.pdf · memperkecil kredit macet secara signifikan, sehingga pendapatan bunga bersih meningkat. Sampai akhir tahun 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
54
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
4.1. Analisa Umum Objek Penelitian
Bank Mega mampu melewati kondisi perekonomian yang cukup sulit pada
tahun 2009. Salah satu pendorong kesuksesan tersebut hasil dari pengawasan
yang ketat dari manajemen. Terlihat dari pencapaian kinerja keuangan yang
membaik dari posisi asset, pendapatan usaha, dan pendapatan laba bersih. Bank
Mega juga berhasil memperbaiki manajemen risiko, seperti terlihat dari NPL
(Non-performing Loan) dan AYDA (Agunan yang di ambil Alih) yang menyusut.
Prinsip kehatihatian dalam penyaluran pinjaman dan pengelolaan risiko
memungkinkan Bank untuk tetap kompetitif dalam menghadapi ketidakpastian
dan tantangan di depan. Dengan membaiknya NPL dan AYDA, Bank Mega dapat
memperkecil kredit macet secara signifikan, sehingga pendapatan bunga bersih
meningkat.
Sampai akhir tahun 2009 Bank Mega telah membuka cabang baru
sebanyak 59 cabang, sehingga jumlah keseluruhan kantor cabang Bank Mega
menjadi 259 cabang. Jumlah tersebut melebihi target, yang secara konservatif
55
akan membuka 250 kantor cabang hingga akhir 2009. Dengan jumlah kantor yang
tersebar hampir diseluruh kota-kota besar di Indonesia, Bank Mega dapat
mempertahankan peningkatan pelayanan dan laju pertumbuhan aset. Pertumbuhan
aset ini difokuskan kepada perolehan Dana Pihak Ketiga yang berasal dari
nasabah retail dalam bentuk rekening tabungan dan giro, sehingga dalam jangka
panjang akan mampu menurunkan biaya bunga dan meningkatkan Net Interest
Margin (NIM).
Bank Mega akan meningkatkan jumlah nasabah ATM pada 2009
sebanyak 40%. Selain itu, pada tahun ini Bank Mega akan meningkatkan layanan
internet banking dan mobile banking. Peningkatan layanan internet banking dan
mobile banking Bank Mega bertujuan untuk meningkatkan layanan perbankan
kepada nasabah. Selain itu, untuk meningkatkan layanan cash management
kepada perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang. Bank Mega Peroleh
Laba Bersih Rp537,5 Miliar pada 2009. Faktor lain yang juga memberikan
sumbangan signifikan bagi pertumbuhan laba bersih Bank Mega adalah
pendapatan operasional yang meningkat sebesar 141,6% dari Rp280,7 miliar
menjadi Rp678,3 miliar. Kenaikan tersebut terjadi karena keberhasilan reprofiling
di Dana Pihak Ketiga (DPK), perbaikan kualitas kredit, dan meningkatnya
likuiditas serta secondary reserves yang baik. Bank Mega juga meningkatkan
asetnya sebesar 13,8% dari Rp34.9 triliun menjadi Rp39,7 triliun. DPK naik
56
11.6% dari Rp29,4 triliun menjadi Rp32,8 triliun. Kenaikan DPK diikuti dengan
membaiknya komposisi antara dana mahal, dana murah, dimana giro naik sebesar
40,1% dari Rp5,4 triliun menjadi Rp7,6 triliun. Sementara itu, tabungan mencatat
pertumbuhan sebesar 80,8%, yakni dari Rp5,2 triliun menjadi Rp9,4 triliun.
Sedangkan deposito atau dana mahal mengalami penurunan sebesar 15,7% dari
Rp 18,8 triliun. Berikut ini adalah gambar grafik dari tabungan, giro, dan
deposito Bank Mega dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
Gambar 4.1. Grafik Jumlah Tabungan Bank Mega Tahun 2007 – 2010
57
Gambar 4.2. Grafik Jumlah Giro Bank Mega Tahun 2007 – 2010
Gambar 4.3. Grafik Jumlah Deposito Bank Mega Tahun 2007 – 2010
Untuk menarik nasabah retail bukanlah suatu hal yang mudah namun
setelah mempelajari secara mendalam, Bank Mega membuat strategi untuk
58
meningkatkan dana murah yang bertumpu pada penggalangan nasabah retail
melalui program reward, baik dalam akuisisi nasabah baru maupun terhadap
menjaga loyalti dari nasabah lama. Dengan strategi ini, ketergantungan terhadap
deposan inti akan berkurang dan terjadi penyebaran risiko.
Untuk itu maka di tahun 2009, Bank Mega mengeluarkan beberapa
program reward seperti:
• Hadiah Langsung Pembukaan Rekening Mega Dana
• Program Customer Loyalty Mega Dana 4
• Program Tabungan Berhadiah Mega Dana – Mega Berbagi
• Program Tabungan Mega Rencana Paket Promo
• Program Giro Bebas Biaya
Selain program reward, di tahun 2009 ini Bank Mega juga melakukan
pengembangan fitur dan mengeluarkan produk-produk baru seperti:
• Fitur baru Tabungan Mega Maxi yang bisa mencetak informasi transaksi dengan
terperinci di buku tabungan.
• Penambahan mata uang EUR, JPY dan GBP dalam produk tabungan valas
• Penambahan mata uang GBP dan AUD dalam giro valas
• Turut menjadi agen penjual ORI006
59
Bank Mega cabang Bendungan Hilir yang beralamat di Jalan Bendungan
Hilir no.88 Jakarta Pusat ini adalah kantor cabang pembantu yang berada dibawah
cluster Bank Mega kantor cabang Sudirman, dan berada dibawah pengendalian
Kantor wilayah Regional Jakarta 2. Bank Mega Cabang Benhil memperoleh
labanya hanya dari kompensasi bunga antar kantor (BAK) untuk dana pihak
ketiga, fee based income yang diperoleh dari transaksi harian, dan pembayaran
sewa gedung dari kantor galeri Bank Mega Syariah yang berada di gedung Bank
Mega benhil.
60
Gambar 4.4. Laporan Laba per Budget 5 terbaik Kantor Wilayah Jakarta 2 Bank
Mega
Sumber : http://megaweb:1180
Dari seluruh kantor cabang di yang berada di bawah kantor wilayah Bank
Mega Jakarta 2, Cabang Bendungan Hilir berada di peringkat tiga terbaik, dengan
61
keberhasilan mencapai laba 95,25% dari yang ditergetkan oleh manajemen Bank
Mega. Bank Mega cabang Benhil terdiri dari 29 karyawan yang dipimpin oleh
Bapak M. Dustur, mempunyai tiga staff funding officer, dan satu koordinator
marketing. Bank Mega cabang Benhil sudah berdiri sejak 5 Juli 1990.
Dengan sumber daya manusia marketing untuk dana pihak ketiga
berjumlah tiga orang, Bank Mega Cabang Benhil mendapatkan jumlah rata-rata
dana pihak ketiga sebesar Rp. 153,98 Milyar. Jumlah tersebut mencapai 75,89%
dari target perolehan dana pihak ketiga yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Berikut ini adalah rincian perolehan dana pihak ketiga Bank Mega Cabang Benhil
per 31 Desember 2009 :
62
Gambar 4.5. Laporan Rincian Perolehan Dana Pihak Ketiga Bank Mega cabang
Benhil per 31 Desember 2009
Sumber : http://megaweb:1180
Perolehan laba Bank Mega cabang Benhil pada tahun 2009 mayoritas
hanya dari pembagian kompensasi BAK (Bunga Antar Kantor) atas perolehan
dana pihak ketiga tersebut. Pada tutup buku akhir tahun 2009, meskipun belum
diberikan wewenang untuk membukukan kredit, tetapi Bank Mega Cabang Benhil
membukukan laba sebesar Rp. 1,35 Milyar. Berikut ini adalah rincian perolehan
lainnya (termasuk fee based income) yang mempengaruhi laba Bank Mega cabang
Benhil per 31 Desember 2009 :
63
Gambar 4.6. Laporan Rincian Other Achievement Bank Mega cabang
Benhil per 31 Desember 2009
4.2. Analisa Kasus
4.2.1 Porter’s 5 Forces Analysis
Porter five forces analysis adalah sebuah model yang diciptakan oleh
Michael E. Porter pada tahun 1979. Model ini diciptakan untuk mengidentifikasi
hal-hal yang mempengaruhi sebuah perusahaan dalam menciptakan sebuah
64
strategi (Kurtz, 2008). Berikut ini adalah bagan analisis lima ancaman dalam
industri perbankan.
Gambar 4.7. Bagan Porter’s 5 Forces
65
4.2.1.1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrant)
Untuk memasuki dunia perbankan tidaklah mudah karena banyaknya
syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Dengan modal yang besar dan
management yang baik, serta teknologi informasi yang handal barulah bank dapat
beroperasi dengan baik. Selain itu, BI sebagai sentral menetapkan peraturan yang
ketat untuk setiap bank. Ancaman dari usaha bank swasta yang akan berdiri
nilainya kecil, karena sebuah bank yang baru harus mempunyai modal yang tinggi
dan rasa kepercayaan dari nasabahnya. Perbankan sebagai bagian dari industri
jasa dituntut dapat meningkatkan kualitas, terutama kualitas layanan kepada
nasabah. Bank juga dituntut untuk menciptakan nilai tambah yang lebih baik dari
pesaing, karena dengan cara tersebut sebuah bank dapat menarik nasabah baru
dan mempertahankan nasabah lama.
4.2.1.2. Ancaman Produk Pengganti (Threat of subtitute products)
Untuk jasa keuangan pengganti dapat dikatakan belum terlalu banyak dan
fasilitas yang ditawarkan tidaklah selengkap fasilitas yang ditawarkan perbankan.
Ancaman untuk produk pengganti di bidang dana pihak ketiga tidak terlalu
banyak. Lembaga keuangan selain bank di Indonesia seperti reksa dana, dan
asuransi jiwa memang memberikan return yang lebih besar daripada bunga yang
diberikan deposito, tetapi resikonya juga besar, dan pada organisasi kebanyakan
menggunakan produk jasa giro pada bank untuk memudahkan transaksi mereka.
66
Bertransaksi dengan bank juga relatif lebih aman dan menguntungkan karena
pada umumnya bank sering mengadakan promosi menarik untuk para nasabah
dana pihak ketiganya. Konsultasi produk tabungan yang dilakukan kerap kali
membantu nasabah dalam mengelola arus kas. Hal inilah yang memberikan
persepsi sendiri di mata masyarakat yang akan menyimpan dananya.
4.2.1.3. Ancaman Kekuatan Pembeli (Threat of buyer’s bargaining power)
Nasabah dana pihak ketiga mempunyai switching cost yang sangat tinggi
karena jumlah pesaing banyak. Nasabah yang menggunakan jasa simpanan pada
bank sangat mengutamakan pelayanan yang diberikan dan tingkat suku bunga.
Jika nasabah tersebut pernah dikecewakan oleh pelayanan suatu bank atau ada
bank lain yang bunga simpanannya lebih tinggi maka seluruh dananya dapat
langsung dipindahkan ke bank lain. Nasabah pada umumnya memperhatikan
reputasi dari bank yang akan menjadi tempat untuk berinvestasi atau menyimpan
dana. Masyarakat lebih memilih bank dengan likuiditas kuat agar dana yang
disetorkan aman. Kondisi faktual bank sangaat penting diketahui agar nasabah
dapat memakai bank yang dapat dipercaya dan menjawab kebutuhan dengan
added value terbaik.
67
4.2.1.4. Ancaman Kekuatan Pemasok (Threat of supplier’s bargaining power)
Vendor disini hanya digunakan untuk mendukung kegiatan operasional
perbankan. Jadi tidak terlalu besar kekuatannya, contohnya pada bank Mega
selalu dilakukan tender setiap tahunnya untuk memilih 3 vendor yang
memberikan harga paling rendah dengan kualitas yang baik. Dari 3 vendor
prioritas tersebut harus dipilih lagi yang menawarkan harga yang paling rendah.
4.2.1.5. Tingkat Persaingan (Threat of intense segment rivalry)
Dalam industri perbankan Indonesia, persaingan yang terjadi cukup tinggi.
Hal ini disebabkan selain karena perkembangan teknologi juga karena market
share yang didominasi oleh Bank Mandiri. Bank BCA dengan teknologinya yang
semakin maju dapat mengurangi jumlah antrian pada teller dengan menyediakan
banyak mesin ATM tarik tunai, setor tunai, dan cetak buku tabungan. Hadiah-
hadiah yang ditawarkan oleh bank-bank lain juga lebih menarik nasabah
dibandingkan promosi hadiah pada produk tabungan bank Mega yang disiarkan
melalui media televisi maupun media cetak. Bank Mega mencoba bersaing
dengan bank lainnya, pada jangka waktu setahun terakhir, Bank Mega berhasil
melebihi Bank Bukopin dan kini mendekati Standard Chartered Bank dan HSBC,
dua bank asing yang asetnya menurun, Bank Mega kini berada di urutan ke-12
bank terbesar di Indonesia. Di bidang pembayaran, Bank Mega siap menyaingi
68
BCA dalam co-branding kartu kredit dengan hipermarket Carrefour Indonesia
yang 40% sahamnya baru saja dikuasai Chairul Tanjung melalui Trans Retail.
Sinergi antara Bank Mega dan Carrefour tentu tidak hanya di bidang pembayaran
sebab database pemasok Carrefour akan menjadi target kredit yang potensial.
Selain kredit, Carrefour dan mitra usahanya bakal menjadi peluang yang baik
untuk bisnis cash management. Meskipun tahun ini membuka sekitar 70 buah
jaringan kantor menjadi 325 buah pada akhir 2010, pada saat yang sama jumlah
kantor BCA juga akan bertambah dari sekitar 900-an buah saat ini. Apalagi dari
electronic delivery channel, BCA masih menjadi bank transaksi dengan jumlah
automatice teller machine (ATM) terbanyak di Indonesia. Belum lagi dalam
bidang priority banking dan juga perebutan dana tabungan yang hingga kini
belum ada bank pesaing yang mampu mengalahkan BCA. Berikut adalah
peringkat bank menurut Bank Indonesia pada akhir tahun 2008 berdasarkan
komposisi dana pihak ketiga :
1. Bank Mandiri di posisi teratas dengan jumlah dana Rp209,671 triliun,
menguasai pangsa pasar 13,92% total DPK bank umum.
2. Bank Central Asia menempati posisi kedua dengan besarnya DPK
Rp188,385 triliun dengan pangsa pasar 12,51%.
3. Bank Rakyat Indonesia dengan DPK senilai Rp165,953 triliun atau
menguasai 11,02%.
4. Bank Negara Indonesia (Rp128,552 triliun dan pangsa 8,54%).
69
5. Bank Danamon dengan DPK Rp62,542 triliun (4,15%) per Mei 2008.
6. Bank Niaga dengan DPK Rp47,517 triliun (pangsa 3,16%).
7. Bank Internasional Indonesia (BII) dengan total DPK Rp39,385 triliun
dengan pangsa 2,62%
Untuk peringkat DPK ketiga dari bawah ditempati oleh Bank Panin
Rp34,876 triliun, Bank Lippo Rp32,213 triliun dan Citibank NA Rp31,890 triliun.
Jadi kesimpulan dari analisa Porter Five Forces adalah :
• Ancaman-ancaman yang dapat dikatakan favourable dalam industri
perbankan di Indonesia adalah ancaman pendatang baru dan kekuatan
pemasok. Berarti dengan sedikitnya jumlah bank baru yang akan
muncul, bank lain yang sudah berkembang dapat lebih mudah
mendapatkan kepercayaan dari nasabahnya untuk menyimpan dananya
pada bank tersebut. Dan juga pada industri perbankan lebih
mempunyai pilihan yang banyak untuk mencari vendor yang sesuai
dengan kebutuhan operasional perbankannya.
• Ancaman produk pengganti untuk perbankan dapat dikatakan less
favourable, jadi untuk perbankan sendiri tidak dapat menyaingi bunga
tinggi yang ditawarkan produk pengganti selain simpanan pada bank,
70
karena harus mengikuti tingkat bunga maksimal yang diberikan oleh
bank sentral.
• Kekuatan dari pembeli dan tingkat persaingan pada industri perbankan
dikategorikan sebagai ancaman yang unfavourable. Persaingan bank
mencari dana simpanan masyarakat maupun penyaluran kredit
semakin ketat, setiap bank berusaha memberikan pelayanan terbaik
agar dapat menarik masyarakat dapat menjadi nasabah bank tersebut.
Untuk menghadapi persaingan itu, bank-bank di Indonesia harus
meningkatkan dan mempertajam customer base melalui penyediaan
produk dan jasa keuangan perbankan dengan lengkap.
4.2.2 SWOT Analysis
Analisa SWOT ini merupakan analisis terhadap Strength, weakness,
opportunity, dan threat dari Bank Mega. Setelah mengetahui karakteristik dari
Bank Mega maka untuk memberikan strategi pemasaran yang tepat, analisis ini
bertujuan untuk mengkaji faktor internal mana yang merupakan kekuatan dan
kelemahan dan faktor-faktor eksternal mana yang dapat menjadi peluang dan
ancaman Bank Mega.
71
Gambar 4.8. SWOT Analysis
1. Strength dari Bank Mega dibandingkan dengan pihak kompetitor lain adalah
Bank Mega menerapkan budaya kepatuhan pada setiap jenjang organisasi dengan
cara penegakan disiplin agar menjaga kualitas pelayanannya kepada nasabah
dana pihak ketiga, memelihara etika bisnis, dan bertanggung jawab untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan
• Melaksanakan pengawasan dan pemantauan penerapan kepatuhan.
• Pelaksanaan Good Corporate Governance dengan baik.
• Faktor Teknologi informasi yang lemah
• Kepercayaan nasabah kurang untuk bertransaksi dengan menggunakan fasilitas e-banking
• Sinergi Para Group dengan Carrefour yang akan memperbaiki cash management bank mega dan menambah fee based income
• Tingkat Pesaingan industri perbankan yang ketat
• Sinergi Bank Pemerintah dengan BUMN
72
pengawasan dan pemantauan penerapan kepatuhan, Bank Mega telah
melaksanakan langkah – langkah sebagai berikut :
• Menunjuk Direktur Kepatuhan sebagaimana diatur dalam Ketentuan
Bank Indonesia.
• Membentuk unit kerja kepatuhan yaitu Compliance, GCG & KYC
Division, Risk Management Division, Satuan Kerja Audit Intern dan
Fraud Banking Investigation Department.
• Membuat Kebijakan Kepatuhan.
• Menyediakan informasi mengenai ketentuan yang berlaku dan melakukan
monitoring terhadap pelaksanaannya.
• Melakukan monitoring terhadap ketersediaan pedoman kerja pada setiap
unit kerja dan melakukan pemantauan updating yang dilakukan.
• Secara aktif ikut serta dalam pelaksanaan uji kepatuhan dalam hal
rancangan ketentuan, kebijakan dan Standar Operating Procedure
(SOP) yang akan diterapkan.
• Memastikan adanya reward dan punishment system dalam pelaksanaan
kepatuhan.
• Memastikan bahwa pelaksanaan Code of Conduct berjalan dengan
efektif.
73
• Menyelenggarakan pelatihan agar karyawan memahami standar
kepatuhan dan dapat menjalankan transaksi sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
• Mendukung dan mengembangkan lingkungan kerja yang menghargai
prinsip-prinsip kepatuhan.
• Menghindari rekomendasi dan keputusan/tindakan yang bertentangan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
• Melakukan pemantauan terhadap penerapan Prinsip Pengenalan
Nasabah/Know Your Customer (KYC) secara langsung maupun tidak
langsung.
• Melakukan pemantauan / identifikasi transaksi nasabah (Cash
Transaction Report (CTR) dan Suspicious Transaction Report (STR))
Dari hasil self assessment pelaksanaan Good Corporate Governance Bank
Mega tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa Bank Mega berada pada peringkat
“Baik” dengan nilai komposit “1,7 ”. Adapun peringkat masing-masing faktor
adalah sebagai berikut :
74
Tabel 4.1. Laporan Pelaksanaan GCG Bank Mega 2009
Sumber : Annual Report PT. Bank Mega, Tbk 2009
2. Weakness dari Bank Mega adalah dari sisi teknologi informasinya masih sangat
jauh ketinggalan. Contohnya seperti fasilitas Mega Internet banking-nya, dilihat
dari sistem security i-banking, Bank Mega hanya menggunakan User ID dan
Password dan TIN (6 digit angka), sistem ini sudah sangat lama sekali dan
ketinggalan dengan metode security dari BCA dan Bank Mandiri yang sudah
menggunakan token key. Penggunaan token berupa alat kecil semacam kalkulator
untuk mengamankan transaksi internet banking kini sudah menjadi hal yang
75
wajib. Token ini menjadi faktor tambahan dalam otentikasi yaitu untuk
membuktikan bahwa nasabah yang bertransaksi adalah benar-benar pengguna
yang sah. Lemahnya Bank Mega dalam infrastruktur teknologi informasi akan
membuat calon nasabah memilih bank lain yang lebih maju teknologinya agar
memudahkan mereka untuk bertransaksi.
3. Opportunity yang dapat diambil dari keadaan saat ini adalah dengan adanya
pengambil alihan saham Carrefour sebesar 40% oleh Para Group, Sinergi yang
memiliki potensi besar ini antara Carrefour Indonesia sebagai peritel terbesar di
Tanah Air saat ini dan Para Group akan mempengaruhi kinerja Bank Mega.
Terutama dari sisi cash management dan pendapatan fee based income. Untuk
konsumen yang berbelanja, perseroan akan menawarkan kartu kredit sebagai alat
pembayaran. Saat ini sudah beredar sekitar 300.000 kartu. Salah satunya milik
Bank Central Asia (BCA) yang masa kontraknya akan habis pada April 2011
dengan Carrefour Indonesia, yang beredar lebih dari 1.000 kartu. Seperti
diketahui, awal 2008 BCA menggandeng Carrefour Indonesia dengan
meluncurkan kartu Carrefour BCA Visa sebagai alat pembayaran bagi konsumen
dan supplier. Peluncuran kartu kredit itu untuk menggantikan kartu belanja
sebelumnya yang dikeluarkan GE Money.
76
4. Threat yang dihadapi bank Mega adalah tingkat persaingan industri perbankan
yang semakin ketat dan switching cost yang tinggi pada nasabah dana pihak
ketiga. Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu
menunjukkan peningkatan. Hal ini semakin terlihat persaingan dari segi kualitas
dan promosi jasa perbankan. Saat ini setidaknya ada beberapa bank dalam negeri
(BUMN) dan Bank Swasta yang menyediakan berbagai jenis layanan. Bank
BUMN dengan sinerginya bersama BUMN lainnya dapat menjadi ancaman yang
cukup besar juga. Contohnya penandatanganan kerjasama antara Bank Mandiri
dan Garuda Indonesia serta Bank BTN dan Jamsostek mengenai Perjanjian