Top Banner
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak 1. Keadaan Geografis Untuk mengetahui lebih jelas di mana yang sebenarnya letak geografis dari daerah penelitian, diperlukan adanya suatu yang kongkret. Hal ini penulis kemukakan berdasarkan interview dengan masyarakat setempat dan dokumentasi yang penulis peroleh dari data statistik dan dinamis Desa Damarjati. Desa Ngawen adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, keadaan desanya termasuk keadaan sedang-sedang saja. Sebagian tanahnya terdiri dari tanah persawahan (yang biasa ditanami padi) dan tanah perkebunan (yang biasa ditanami bawang merah, cabai, sayur-sayuran dan umbi-umbian) di samping berupa sungai. Dilihat dari segi lokasi Desa Ngawen adalah salah satu desa yang sangat strategis karena menjadi jalan penghubung perdagangan. Karena Desa Ngawen mempunyai jalur perdagangan yang sangat strategis, oleh karena itu keberadaan desa ini berada di tengah-tengah dari
51

BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Feb 26, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak

1. Keadaan Geografis

Untuk mengetahui lebih jelas di mana yang

sebenarnya letak geografis dari daerah penelitian,

diperlukan adanya suatu yang kongkret. Hal ini

penulis kemukakan berdasarkan interview dengan

masyarakat setempat dan dokumentasi yang penulis

peroleh dari data statistik dan dinamis Desa

Damarjati.

Desa Ngawen adalah salah satu desa yang berada

di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, keadaan desanya

termasuk keadaan sedang-sedang saja. Sebagian

tanahnya terdiri dari tanah persawahan (yang biasa

ditanami padi) dan tanah perkebunan (yang biasa

ditanami bawang merah, cabai, sayur-sayuran dan

umbi-umbian) di samping berupa sungai. Dilihat dari

segi lokasi Desa Ngawen adalah salah satu desa yang

sangat strategis karena menjadi jalan penghubung

perdagangan. Karena Desa Ngawen mempunyai jalur

perdagangan yang sangat strategis, oleh karena itu

keberadaan desa ini berada di tengah-tengah dari

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

aspek dua jalur sehingga situasi dan kondisi cukup

bagus untuk berhubungan dengan desa lain.

Luas Desa Ngawen adalah 226, 33 m2. Adapun

batas-batas Desa Ngawen adalah sebagai berikut:

a. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wedung

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Ruwit

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Wedung

d. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Buko

Dilihat dari letak Desa Damarjati, memiliki

daerah yang sangat unik dan bagus dalam hal

pertanian, karena pada dasarnya letak Desa Ngawen

dekat dengan sungai dan pantai. Jadi dalam mengolah

tanah untuk penggarapan sawah sangatlah mudah dan

terjangkau, kalau masa-masa hujan menggunakan air

hujan, tetapi kalau masa kemarau menggunakan air

sungai yang terletak tak jauh dari pemukiman

penduduk Desa Ngawen untuk mengairi tanah

persawahan. Disamping itu, sebagian masyarakat Desa

Ngawen berprofesi sebagai nelayan karena memang

dekat dengan pantai. Watak mereka sangat keras, hal

ini dapat dimaklumi karena mereka rang pesisir.1

2. Keadaan Sosial

Seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat

Desa Ngawen senantiasa bersifat tenggang rasa antara

pihak yang satu dengan yang lain dan senantiasa1 Wawancara dengan Bapak Susilo Kepala Desa Ngawen di

rumahnya pada tanggal 30 November 2014 jam 16.00 WIB.

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

bersifat saling hormat-menghormati dan saling

menjunjung tinggi nilai martabat, kesosialan

persaudaraan dan gotong-royong meskipun sebenarnya

watak mereka itu keras. Di samping itu, mereka juga

mempunyai potensi untuk maju, khususnya dalam

memajukan desa melalui pembangunan, baik lintas

sektoral maupun lintas non sektoral, seperti

dibidang fisik, mereka membangun prasarana umum

seperti jembatan, sekolahan di dalam kampung

tersebut, pengerasan jalan diblok-blok, pembuatan

saluran irigasi dan beberapa sarana keagamaan

seperti pembangunan TPQ dan musholla.

Sedangkan untuk para ibu dan para remaja putri

ada kegiatan rutinitas tentang keagamaan, yaitu

jami’iyyah yang dilaksanakan secara giliran menurut

jadwal penetapan yang telah ditentukan oleh pihak

panitia jam’iyyahan tersebut. Disamping itu, untuk para

pemuda dapat disalurkan bakat dan minatnya,

khususnya dibidang olahraga melalui beberapa latihan

diantaranya adalah sepak bola, bulu tangkis, tenis

meja dan bola voli.

Agama di Desa Ngawen beraneka macam, dari total

warga yang berjumlah 2.112 orang, yang memeluk agama

Islam sebanyak 2.104 orang, agama Budha 1 orang dan

agama Kristen 7 orang.

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Mengenai segi kependidikan di Desa Ngawen

Wedung Demak tahun sekarang amatlah sudah maju

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena pada

tahun sekarang khususnya bagi warga masyarakat Desa

Ngawen sangatlah peduli kependidikan.

Di bawah ini adalah tabel penjelasan mengenai

pendidikan warga Desa Ngawen Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak.2

Belum masuk TK/Kelompok Bermain 19Sedang D-3/sederajat 1Sedang S-1/sederajat 15Sedang SD/sederajat 61Sedang SLB C/sederajat 1Sedang SLTA/sederajat 23Sedang SLTP/Sederajat 33Sedang TK/Kelompok Bermain 20Tamat D-2/sederajat 1Tamat D-3/sederajat 4Tamat S-1/sederajat 15Tamat SD/sederajat 136Tamat SLTA/sederajat 138Tamat SLTP/sederajat 105Tidak dapat membaca dan menulis huruf

Latin/Arab3

Tidak pernah sekolah 11Tidak tamat SD/sederajat 15

2 Wawancara dengan Ibu Titin Sekretaris Desa Ngawen padatanggal 30 November 2014 jam 17.00 WIB.

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Total 604

Dari tabel di atas, dapat dipahami bahwa rata-

rata warga Desa Ngawen sudah peduli akan pentingnya

pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan lulusan

sarjana yang sudah 15 orang, meskipun belum ada

seorang pun yang lulus S-2 atau S-3. Warga yang

tidak dapat membaca dan menulis huruf Latin/Arab pun

terbilang sedikit hanya 3 orang. Di antara mereka

disebabkan karena termasuk kaum difabel, dan

lingkungan tidak mendukungnya untuk belajar.

3. Data Praktik Jual Beli Ijon di Desa Ngawen

Penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap

masyarakat Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten

Demak menyimpulkan bahwa hampir semua petani padi

melakukan sistem jual beli pati sebelum waktu

panennya. Hal ini sudah menjadi tradisi yang turun

menurun. Antara penebas (pembeli) dan pemilik padi

(penjual), rata-rata saling percaya. Adapun tingkat

kepuasan antara pembeli dan penjual mayoritas mereka

puas dengan transaksinya. Meskipun juga ada beberapa

yang tidak puas dan yang paling banyak adalah

pembeli, karena saat melihat pertama kali padinya

bagus-bagus, tetapi saat panen banyak padi yang

diserang hama, jadi bisa dibilang mereka rugi.

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Adapun bagi penjual ketika mereka sudah deal

transaksi jual beli dengan penebas, dia tidak mau

tahu keadaan sawahnya apakah itu diserang hama atau

tidak karena menurutnya itu sudah tidak

tanggungjawabnya tetapi tanggung awab penebas.

Beberapa penjual juga ada yang mengalami kerugian dan

penipuan, seperti Pak Warno yang mengaku menjual

padinya kepada seorang penebas, namun penebas itu

menjualnya ke penebas lain dan penebas kedua sudah

membayar lunas kepada penebas pertama. Tetapi penebas

pertama tidak memberikan semua uangnya kepada Pak

Warno dan hanya memberikan sebagian lalu ditinggal

pergi merantau. Penebas keduapun memanen padi yang

telah dibayar lunas pada penebas pertama. Sementara

pak Warno hanya gigit jari karena uangnya belum

dibayar lunas oleh penebaspertama dan malah dia

ditinggal kabur ke luar kota.3

.

B. Biografi Imam Taqiyuddin al-Hishni

4. Silsilah Keturunannya

3 Wawancara dengan Pak Warno pada tanggal 30 November 2014 jam 15.00 WIB.

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Nama lengkapnya adalah Imam Abu Bakar bin

Muhammad bin Abdul Mu’min bin Hariz bin Mualla bin

Musa bin Hariz bin Sa`id bin Dawud bin Qasim bin Ali

bin Alawi bin Naasyib bin Jawhar bin Ali bin Abi al-

Qasim bin Saalim bin Abdullah bin Umar bin Musa bin

Yahya bin Ali al-Ashghar bin Muhammad at-Taqiy bin

Hasan al-Askari bin Ali al-Askari bin Muhammad al-

Jawad bin Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadzim bin Ja’far

ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainal Abidin

Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib at-Taqiy

al-Husaini al-Hishni.

Beliau dilahirkan dalam tahun 752H di Kota al-

Hishn dalam negeri Syam.  Beliau bukan hanya ahli

fikih, namun juga tersohor ahli ilmu tasawwuf.

Nasabnya bersambung kepada Rasulullah Saw., seperti

yang tercantum dalam kitab Syudzurat adz-Dzahab.

Sebutan al-Hishni adalah nisbat kepada daerah

asalnya “Hishni”, sebuah wilayah di desa Hauran,

Damaskus. Taqiyuddin merupakan gelar keilmuan Syaikh

al-Hishni karena kepakarannya dalam fikih madzhab

Syafi’i.4

5. Perjalanan Hidupnya

4 Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, Jami` Karamah al-Awliya ,Juz 1, Dar al-Fikr, Beirut, 2000, hlm. 621.

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Akhlak dan perilakunya yang tawadhu dan luhur

menjadi tanda pengenal dia. Dia seorang sufi,

berakhlak mulia, dan tidak sombong. Ia terbiasa

keluar bersama muridnya, berkumpul dan bahkan

bermain. Namun dengan tetap menjaga kehormatannya

sebagai guru. Ketika dia masih hidup, wilayah

Damaskus pernah mendapat cobaan berat. Diserang oleh

tentara Tamarlenk, keturunan Jengis Khan. Tentara

ini sangat tamak, sebagaimana Jengis Khan,

menumpahkan darah siapa saja yang menghalangi dan

berambisi menegakkan kerajaan dunia di bawah

pimpinannya. Namun, ia gagal. Mujahidin menghalau

dia.

Kondisi ini tidak menghalangi Syaikh Abu Bakar

al-Hishni untuk belajar dan mengajar. Setelah fitnah

bangsa Tar Tar berhasil dipadamkan, Syaikh al-Hishni

menjadi pusat perhatian penuntut ilmu. Fitnah yang

dimaksud yaitu Imam Taqiyuddin dinilai sebagai

seorang muslim Syi’ah yang fanatik terhadap

agamanya, banyak membunuh orang dan keras kepala.

Dia mempunyai keinginan yang sangat kuat, berupa

keinginannya mendirikan Kerajaan Umum. Diceritakan

dia pernah berkata: “Tidak diperbolehkan di bumi ini terdapat

dua raja atau lebih seperti halnya tidak diperbolehkan di alam

semesta ini terdapat dua Tuhan atau lebih”.5

5 Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibn Muhammad al-Husaini al-Hishni, Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayah al-IKhtishar, Dar al-Kutub al-

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Setelah fitnah, bertambahlah kezuhudannya,

menghadap kepada Allah SWT, dan berkumpul (bersama

murid-muridnya) menjauhi manusia. Jadilah dia

mempunyai pengikut, namanya menjadi terkenal,

menahan diri dari berbicara dengan banyak orang,

terlebih orang yang melihat tanda-tanda pada

dirinya. Dan membiarkan lisannya berbicara tentang

qadli-qadli dan pemilik kekuasaan semacamnya.

Terdapat banyak cerita tentang kezuhudannya dan

sedikit dalam harta dunia. Mungkin tidak ditemukan

cerita sebanyak itu dari biografi wali-wali besar

yang lain. Mereka tidak mendahulukan dia karena ia

berada pada zaman yang lebih dahulu. Walhasil, Imam

Taqiyuddin al-Hishni termasuk orang yang

mengumpulkan antara ilmu dan amal.6

Imam Taqiyuddin al Hishni terkenal karena

ketinggian ilmunya, bahkan karena kewaliannya.

Berbagai karamah telah berlaku ke dia. Antaranya

pernah diceritakan bahwa sewaktu para mujahidin

berperang di Cyprus, maka Imam Taqiyyuddin al Hishni

telah dilihat berjuang bersama-sama para mujahid

tersebut sehingga mereka memperoleh kemenangan.

Islamiyah, Beirut, 2007, hlm. 7. 6Ibid., hlm. 8.

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Apabila para pejuang tersebut menceritakan hal

tersebut kepada murid-murid beliau, maka murid-murid

tersebut menyatakan bahwa beliau senantiasa bersama

mereka di Dimasyq dan tidak pergi ke mana-mana.

Begitu juga beliau sering dijumpai berada di Makkah

dan Madinah mengerjakan haji sedangkan pada waktu

yang sama beliau tetap berada di Dimasqh. Beberapa

keramatnya telah diterangkan dalam kitab Jami’ Karamat

al-Auliya’.7

6. Guru dan Muridnya

Dalam pengembaraan intektualnya Imam Taqiyuddin

al Hishni mendatangi Damsyiq/Dimasyqa dan tinggal di

al-Badriyah. Dia banyak belajar pelbagai disiplin

ilmu agama kepada para ulama besar yang ada pada saat

itu. Di antaranya adalah:

a) Syaikh Abul 'Abbas Najmuddin Ahmad bin 'Utsman bin

'Isa al-Jaabi

b) Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Sulaiman ash-

Sharkhadi

c) Syaikh Syarafuddin Mahmud bin Muhammad bin Ahmad

al-Bakri

d) Syaikh Syihaabuddin Ahmad bin Sholeh az-Zuhri

e) Syaikh Badruddin Muhammad bin Ahmad bin Isa

f) Syaikh Syarafuddin 'Isa bin Usman bin 'Isa al-

Ghazi

7 Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, Op.Cit , hlm. 622.

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

g) Syaikh Shadruddin Sulaiman bin Yusuf al-Yasufi

Sementara itu para murid hasil didikannya tidak

disebutkan secara rinci

dalam buku-buku biografi. Yang disebut hanya beberapa

orang saja, salah satunya adalah keponakannya (ibnu

akhihi) yang bernama Muhammad bin

Husain bin Muhammad al-Husaini al-Hishni, Umar bin

Muhammad dan Muhammad bin Ahmad al-Ghazi.8

7. Karya-karyanya

Sebagai ulama tentunya Imam Taqiyuddin al-Hishni

memiliki banyak karya di berbagai bidang pengetahuan

Islam. Beliau meninggalkan karya-karya dalam bidang

akidah, tafsir, hadis, fiqih, dan tasawuf. Inilah

bukti akan produktivitasnya dalam menulis. Di antara

karya-karyanya yaitu:

a) Daf'u Syubahi Man Syabbaha Wa Tamarrada Wa Nasaba Dzalika

Ila asy-Sayyid al-Jalil al-Imam Ahmad

b) Syarah Asmaullah al-Husna

c) At-Tafsir

d) Syarah Shohih Muslim (3 jilid)

e) Syarah al-Arbain an-Nawawi

f) Ta'liq Ahadits al-Ihya

g) Syarah Tanbih (5 jilid)

h) Kifayat al-Akhyar

i) Syarah an-Nihayah8 Ibnu Qodhi Syihbah, Thabaqot as-Syafi’iyah, Juz 1,’Alam al-

Kutub, Beirut, 1407 H, hlm. 209.

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

j) Syarah an-Nihayah

k) Syarah al-Hidayah

l) Adab al-Akl wa asy-Syarab

m) Kitab al-Qawa’ìd

n) Tanbih as-Salik

o) Qami’ an-Nufus

p) Siyar as-Salik

q) Siyar Shalihat

r) al-Asbab al-Muhlikaat

s) Ahwal al-Qubur

t) Al-Maulid

u) Qa’m an-Nufus wa Ruqyah al-Ma’yus.9

Begitu banyak karya telah ditinggalkan oleh Imam

Taqiyuddin al-Hishni dan salah satu yang telah

disebutkan adalah Qa’m an-Nufus wa Ruqyah al-Ma’yus

(Mengendalikan Nafsu, Mengobati Keputusasaan).

Dilihat dari judul kitabnya saja kita sudah dapat

menerka jika kitab tersebut terkait dengan disiplin

tasawwuf .10

Pada bagian awal-awal, Imam Taqiyuddin al-Hishni

mencoba untuk menggambarkan keadaan orang-orang

jahiliyah. Setelah Allah mengangkat Nabi Muhammad saw

sebagai rasul-Nya maka keadaan mereka menjadi baik.

9 Al-Babani, Hadiyyah al-‘Arifin, Maktabah al-Waraq, MaktabahSyamilah, hlm. 126.

10 Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibn Muhammad al-Husaini al-Hishni, Qam’ an-Nufus wa Ruqyah al-Ma’yus, Maktabah Syamilah, hlm. 28.

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Dan sudah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW adalah

seorang yang memiliki kedudukan tinggi sebab

kemuliaan yang Allah karuniakan kepadanya berupa

mu’jizat sebagai bukti kuat atas kenabiannya.

Dalam konteks mu’jizat, Imam Taqiyuddin al-Hishni

menyebutkan beberapa mu’jizat yang dimiliki Nabi

Muhammad Saw. Hal yang menarik adalah ketika dia

menyebutkan bahwa salah satu dari mu’jizat-nya adalah

masuk Islamnya Abu Bakar. Alasanya ia adalah orang

yang pertama kali masuk Islam menurut para

cendekiawan dan ahli sejarah.11

Untuk menguatkan pandangannya, Imam Taqiyuddin al-

Hishni menyebutkan riwayat Rabi’ah bin Ka’ab:

“Bahwa masuk Islamnya Abu Bakar ash-Shiddiq itu menyerupaiwahyu. Sebab, ketika berdagang di negeri Syam dalam tidurnya iabermimpi, kemudian meneceritkan perihal mimpinya kepadapendeta Buhaira. Sang pendeta pun bertanya kepada Abu Bakarash-Shiddiq: ‘Dari mana asalnya kamu? ‘Asal saya dari Makkah’.Sang pendeta pun bertanya kembali: ‘Dari suku mana kamuberasal?’ ‘Saya dari suku Quraisy’. Lalu Abu Bakar di tanya lagi:‘Apa saja yang kamu lakukan?’ Jawab Abu Bakar ash-Shiddiq: “Sayaadalah seorang pedagang’. Lantas, sang pendeta tersebut berkata:“Jika Allah membenarkan mimpi yang kamu alami makasesungguhnya akan diutus seorang nabi dari kaummu, sedangkamu akan menjadi pengganti (khalifah) setelah wafatnya’. AbuBakar ash-Shiddiq-pun merahasiakan hal tersebut sampai ketikaAllah mengutus Muhammad sebagai rasul-Nya, ia (Abu Bakar ash-Shiddiq) datang kepada beliau dan bertanya kepadanya: ‘WahaiMuhammad ada bukti atas pengakuannmu sebagai nabi?’Nabipun menjawab: ‘Mimpi yang kau alami di negeri Syam’. Ketika AbuBakar mendengar jawaban Rasulullah, ia pun kemudian mendekap

11 Ibid., hlm. 28.

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

dan mencium di antara kedua mata beliau, dan berucap: ‘Akubersaksi tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwasesungguhnya engkau adalah utusan Allah’”. 12

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa penyebutan

tentang mu’jizat Nabi dalam kitab ini pada dasarnya

untuk menambah dan memperkuat keimanan kita sehingga

kita menjadi hamba-hamba yang dekat dengan Allah SWT

dan mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah

Saw. Setelah berbicara mengenai mu’jizat, Imam

Taqiyuddin al-Hishni kemudian membincang mengenai

akhlaq Rasulullah. Salah satu yang dibicarakan adalah

tentang ke-tawadhu’-annya. Dalam hal ini Imam

Taqiyyuddin al-Hishni menyebutkan beberapa riwayat

yang menunjukkan ke-tawadhu’-an Rasulullah Saw.13

Di antara riwayat tersebut adalah riwayat yang

menggambarkan bahwa Rasulullah adalah orang yang suka

menjenguk fakir-miskin, duduk bersama-sama para

sahabat ketika sudah dipersilahkan duduk, selalu

memenuhi undangan para budak dan sikap-sikap lain

yang menunjukkan atas ke-tawadhu’-annya.

Sikap tawadhu’ Rasulullah perlu kita teladani. Dan

dalam salah satu sabdanya beliau mengatakan:

“Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku agar aku

memerintahkan kepada kalian untuk bersikap tawadhu’. Karenanya,

12 Ibid., hlm. 30. 13 Ibid., hlm. 31.

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

salah satu dari kalian tidak boleh bersikap sombong kepada yang

lainnya.”

Setelah berbicara panjang lebar mengenai etika

Nabi, Imam Taqiyyuddin al-Hihsni kemudian

membicarakan tentang kematian, fitnah kubur, fitnah

dajjal dan lain-lain. Dalam kitab ini juga, beliau

menyebutkan tauladan-tauladan Khulafa’ ar-Rasyidun dan

karamah-karamah yang dimiliki oleh khalifah Umar bin

Khaththab. Di antaranya adalah, “Ketika beliau meninggal

dunia tiba-tiba dunia menjadi gelap, kemudian seorang anak kecil

berkata kepada ibunya: ‘Aduh ibu kiamat telah tiba’? Sang ibu tersebut

kemudian berkata kepada anaknya: ”Tidak hai anakku, tetapi bumi

menjadi gelap karena kematian khalifah Umar bin Khattab”.

Dalam buku ini, Imam Taqiyyuddin al-Hishni

menggambarkan sosok khalfiah Usman bin Affan sebagai

seorang yang gemar melakukan ibadah malam dan

berpuasa disiang hari. Bahkan menurut budaknya,

beliau adalah selalu melakukan puasa. Di samping itu,

pada masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan

kehidupan ekonominya sangat baik.

Dalam tradisi tasawwuf, puasa adalah hal yang

sangat dianjurkan. Sebab, dengan berpuasa orang akan

lebih mudah untuk mengendalikan hawa nafsunya.

Karenanya, para ahli tasawwuf, seperti al-Ghazali,

selalu menganjurkan puasa untuk melawan dan

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

mengendalikan hawa nafsu seseorang. Di samping juga

dengan berdzikir atau mengingat Allah.

Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa hawa

nafsu merupakan salah satu musuh besar setiap orang.

Dan hal itu harus dilawan dengan upaya terus menerus

agar dapat dikendalikan. Karenanya, melawan hawa

nafsu merupakan jihad terbesar.14

8. Seputar Kitab Kifayat al-Akhyar

Kitab Kifayat al-Akhyar merupakan salah satu kitab

yang namanya tidak asing lagi di kalangan pondok

pesantren. Sebab kitab tersebut merupakan salah satu

kitab yang wajib di pelajari di pondok pesantren.

Kitab Kifayat al-Akhyar merupakan kitab penjelas dari

kitab Ghayah al-Ikhtishar karya Abu Syuja’ al-Asfihani.

Dalam kitab Kifayat al-Akhyar menerangkan beberapa

permasalahan hukum, di antaranya:

I. Juz 1, terdiri dari:

a) Bab Thaharah

b) Bab Shalat

c) Bab Zakat

d) Bab Puasa

e) Bab Haji

f) Bab Jual Beli

II. Juz 2, terdiri dari:

a) Bab Faraidh dan Wasiat

14 Ibid., hlm. 32-34.

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

b) Bab Nikah

c) Bab Jinayat

d) Bab Hudud

e) Bab Jihad

Dalam kitab Kifayat al-Akhyar dikemukakan masalah-

masalah yang hukumnya telah disepakati oleh para

ulama fiqih beserta alasan-alasannya. Di samping itu,

dikemukakan juga masalah-masalah yang hukumnya masih

diperdebatkan.15

Imam Taqiyuddin mengharapkan, umat Islam yang

mempelajari kitabnya ini,agar secara giat menekuni

dan mendalami ilmu fiqih. Menurutnya, mereka yang

serius menekuni ilmu fiqih dan mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari untuk menjalankan ibadah kepada

Allah SWT, niscaya dia telah menetas sebuah jalan

surga. Hal ini beliau katakan dalam pembukaan kitab

yang berbunyi:

ا ك��ف�� ذ� إم��مب�هإ الإن���، كه���ف�ب!ب�مإ ال��اب�!ر�مال، وه�ف�ب�!ر ال�ش���ه���ب�ب��رم الهذ���ه ب��ه��ف�ف� الإن���إي! ال�ذ ه����ب! ف��ر����مع الل���� كل���� ب��ه�ش����ب!ف� ال�ب�إت�����ف��وإ* الف�رص����ي، ولوإ* اله�����ج��رف�

للوا* ي! ن� س�ب2 اللب!ب� سهي، لأ* ب� وإر ال�ب�ن� مر�ر جه ب��لمعال، وه�ب�ج� ه�ج��“Karena memiliki martabat mulia dan keunggulan yang luhur ini,maka menekuni ilmu fikih menjadi prioritas utama. Bahkan akan15 Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibn Muhammad al-Husaini al-

Hishni, Op.Cit., hlm. 300.

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

lebih baik jika seseorang menekuninya sepanjang hayat. Sebab,menekuni fikih adalah meretas jalan surga, dan mengamalkannyamerupakan penghalang dan tameng dari neraka”.16

Adapun tujuan Imam Taqiyuddin mengarang kitab

Kifayat al-Akhyar ini adalah untuk mempermudah para

pemula yang mengkaji ilmu agama mudah memahaminya

terlebih dalam masalah fiqh. Dengan harapan agar bisa

menjadi sarana baginya untuk masuk surga.17

9. Teori Taqiyuddin al-Hishni tentang Jual Beli

Sebagaimana pemikiran ulama salaf pada umumnya,

Imam Taqiyuddin al-Hishni mengatakan bahwa ditinjau

dari segi  hukumnya, jual beli ada dua macam yaitu

jual beli yang sah dan jual beli yang batal. Jual

beli yang sah ialah jual beli yang memenuhi syarat

dan rukun. Sedangkan jual beli yang batal adalah jual

beli yang tidak memenuhi syarat dan rukun. Jual beli

yang sah adalah  jual beli yang memenuhi syarat dan

rukun.  Ditinjau dari segi objeknya jual beli dapat

dibagi jadi tiga sebagaimana menurut Imam Taqiyuddin

sebagai berikut:

a) Jual beli yang bendanya kelihatan, yaitu jual beli

yang pada waktu melakukan aqad, benda atau barang

yang diperjual-belikan ada di depan penjual dan

pembeli. Seperti jual beli beras di pasar.

16 Ibid., hlm. 3. 17 Ibid., hlm. 4.

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

b) Jual beli yang disebut sifat sifanya dengan jelas,

seperti jual beli pesanan (salam dan istishna’) atau

jual beli kredit (tidak kontan), dimana pembayarnya

belum kelihatan pada saat akad.

c) Jual beli benda yang tidak ada ketika akad, yaitu

jual beli yang dilarang oleh syara’ karena barang

tersebut masih gelap dan uncertainty. Inilah yang

disebut dengan jual beli gharar.18

C. Pembahasan Jual Beli Ijon

10. Praktik Jual Beli Ijon di Desa Ngawen

Sebagaimana yang telah penulis jelaskan bahwa

mayoritas pekerjaan warga Desa Ngawen adalah petani,

serta pertanian yang paling banyak adalah tanaman

padi. Mayoritas setiap anggota keluarga mempunyai

sawah yang cukup untuk menanam padi dan bisa

digunakan untuk membiayai kehidupan keluarganya.

Jul beli padi di sini menggunakan sistem

pembatasan waktu padi tersebut akan ditebas, atau

dijual lagi hasilnya pada waktu kontrak. Kata tebasan

diambil dari bahasa Jawa yang artinya memborong hasil

tanaman sebelum dipetik dan sesudah masak. Dapat

disimpulkan bahwa jual beli tebasan adalah menjual

dan membeli hasil tanaman, buah-buahan dan lain-lain

18 Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibn Muhammad al-Husaini al-Hishni, Kifayah ..., Op.Cit., hlm. 239.

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

yang telah pantas untuk dipetik dan masih dalam

tangkainya, akan tetapi karena adanya suatu

persetujuan harga yang telah disepakati oleh kedua

belah pihak yang dilakukan dengan cara memborong.19

Cara melakukan akad biasanya dengan lisan karena

perjanjian ini dilakukan atas dasar saling percaya

antara kedua belah pihak. Akan tetapi pihak pembeli

membawa beberapa saksi agar tidak terjadi

kesalahpahaman. Setelah itu pemilik swaah memberikan

kontrak selama empat bulan kepada penebas untuk

memakai lahan milik penjual. Setelah terjadi

kesepakatan maka sawah menjadi tanggung jawab pihak

pembeli selama masa perjanjian yang telah disepakati.

Jika masa kontrak selesai, maka sawah tersebut harus

dikembalikan kepada pemilik sawah.

Setelah melakukan akad, pihak pembeli tidak

langsung setuju dengan kesepakatan tersebut. Dia akan

meminta untuk melihat wujud atau keadaan padi secara

langsung di sawah. Dia akan berputar mengelilingi

sawah dan mengecek padinya.

Cara menawarkan harga, setelah melihat kondisi

padi yang akan di tebas pihak penjual menawarkan

harga yang dijadikan patokan, tentunya disesuaikan

dengan luas sawah dan harga pasaran. Kemudian pihak

pembeli akan mempertimbangkan penawaran yang19 Wawancara penulis dengan Tono salah seorang penebas di

Desa Ngawen pada tanggal 2 Desember 2014 jam 08.00 WIB

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

diberikan oleh penjual. Jika pembeli setuju dengan

harga yang ditawarkan penjual, maka terjadilah

kesepakatan harga dalam tebasan.

Adapun cara pembayaran setelah terjadi kesepakatan

harga, ada dua cara yaitu dengan cara tunai (kontan)

dan cara mencicil, di mana pihak pembeli biasanya

akan membayar minimal 50% dari harga kesepakatan pada

saat melakukan akad, untuk selebihnya akan di bayar

pada saat panen (pengembalian lahan).20

Setelah terjadi kesepakatan pada saat penawaran

harga, pihak pembeli melakukan penyerahan padi yang

di tebas kepada pihak pembeli. Di Desa Ngawen

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak dalam melakukan

penyerahan padi pada tebasan ini tidak sebagaimana

umumnya jual beli, yaitu setelah adanya kesepakatan

antara pemilik sawah dan penebas, padi masih berada

belum diambil sampai pada batas waktu yang telah

disepakati (jatuh tempo) dan saat panen.

Dalam hal ini pemilik tambak menyerahkan

sepenuhnya kepada penebas untuk memelihara dan

memanen padi tersebut sendiri tanpa campur tangan

pihak penjual (pemilik tambak). Ini merupakan suatu

adat kebiasaan yang terjadi dalam cara jual beli

tebasan di desa tersebut.21

20 Ibid. 21 Wawancara penulis dengan Darto salah seorang pemilik

sawah di Desa Ngawen pada tanggal 2 Desember 2014 jam 16.00 WIB.

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Terkait dengan proses jual beli, pernah suatu

ketika salah seorang petani yang bernama Imroni

menebaskan hasil padinya kepada salah seorang penebas

yang bernama Ropik yang berasal dari Desa Serangan

Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dengan harga 13

juta. Ropik baru membayarnya 8 juta kemudian dia

malah menjualnya ke penebas kedua yang bernama Nur

Kamid dari Desa Tridonorejo Kecamatan Bonang

Kabupaten Demak dengan harga 15 juta dan telah

dilunasi semuanya. Sementara kekurangan pembayaran

Agus 5 juta kepada Darto tidak dilunasinya dan dia

pun kabur ke daerah lain.22

Masih menurut Rifa’i, tradisi yang berkembang di

Desa Ngawen pada saat menginjak panen sudah ada

kesepakatan jual beli padi berapa bau (petak sawah)

dengan harga tertentu. Tetapi sebelum adanya

kesepakatan jual beli, sawahnya terlebih dahulu

dikelilingi oleh penebas dan dilihat-lihat padinya.

Meskipun ukuran sawahnya sama, tetapi sangat

dimungkinkan harganya berbeda disebabkan kualitas

padinya.

Fenomena yang menarik adalah ketika ada penebas

yang sudah transaksi akad jual beli dengan

penjual/pemilik sawah dan sepakat untuk membeli

sawahnya dengan harga tertentu, namun masih sangat22 Wawancara penulis dengan Rifa’i salah seorang penebas di

Desa Ngawen pada tanggal 1 Desember 2014 jam 08.00 WIB.

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

dimungkin penjual/pemilik sawah tadi menjual ke

penebas lain yang berani membayar lebih mahal

daripada penebas pertama.

Menurut Ibu Titin, jual beli padi yang belum waktu

panen sudah ada sejak lama dan sifatnya turun temurun

di Desa Ngawen. Adapun penebasnya tidak hanya

terbatas dari daerah Ngawen saja. Banyak warga dari

daerah luar yang pergi ke Ngawen untuk menebas padi

per kotaknya. Alasan mereka memilih di Ngawen

bermacam-macam ada yang karena faktor harga yang

lebih ekonomis, faktor kualitas padi dan lain

sebagainya.23

Kebanyakan transaksi jual beli dengan sistem ijon

yang dilakukan di Desa Ngawen terjadi pada padi,

karena mayoritas profesi warganya yaitu petani.

Adapun mereka lebih memilih padi karena makanan pokok

mereka berasal darinya.

Selain itu fenomena jual beli padi yang belum siap

dipanen pun ada yang berbentuk lain. Biasanya para

penebas saling berlomba-lomba untuk mendahului

membeli hasil sawahnya kepada petani. Hal ini

dilakukan agar tidak kalah cepat dengan penebas lain.

Adapun sang pemilik tanah mereka lebih berhati-hati

dalam menerima tawaran penebas. Mereka biasanya mau

menerima apabila tawarannya tinggi. Oleh karena itu,23 Wawancara dengan Ibu Titin Sekretaris Desa Ngawen pada

tanggal 30 November 2014 jam 17.00 WIB.

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

terkadang pemilik sawah akan menjual sawahnya ke

penebas kedua yang berani membeli melebihi harga yang

telah ditawar oleh penebas pertama.

Pernah beberapa kali kejadian, seorang pemilik

sawah menjual hasil sawahnya yang belum siap panen

kepada seorang penebas, mereka telah mencapai

kesepakatan tentang harga tetapi sang penebas melum

membayarnya. Tiba-tiba seorang penebas kedua datang

menawar hasil sawahnya dengan harga yang lebih

tinggi, dan pemilik sawah pun tergiur dengan

tawarannya karena berjanji akan dilunasi segera.

Akhirnya pemilik sawah pun menjual hasilnya ke

penebas kedua karena harga tinggi dan dibayar kontan.

Saat penebas pertama datang melihat hasil sawahnya

merasa kecewa karena sudah dipanen penebas kedua dan

pemilik sawah tidak konfirmasi sebelumnya. Akibatnya

antara pemilik sawah dengan penebas pertama terjadi

pertengkaran, demikian juga antara penebas pertama

dengan penebas kedua.24

Cerita lain yang terjadi yaitu pemilik sawah

menjual hasilnya yang belum siap panen kepada seorang

pembeli. Pembeli tadi tidak langsung memanennya,

tiba-tiba padi tadi terkena banjir dan menghancurkan

semua tanaman. Si pembeli tidak terima karena merasa

rugi dia sudah membayar tetapi tidak mendapatkan apa-24 Wawancara dengan Bapak Lukman di Desa Ngawen pada tanggal

29 November 2014 jam 15.00 WIB

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

apa. Si penjual juga tidak mau memberikan uang yang

telah diberikan pembeli dengan alasan sudah terjadi

transaksi dan tidak mau tau nasib sawahnya. Fenomena

ini pun menjadikan pertengkaran di antara mereka.

Meskipun begitu banyak cerita positif yang terjadi

saat transaksi jual beli dengan sistem ijon (tanaman

padi yang belum bisa dipanen seketika). Biasanya

seorang penebas atau pembeli adalah orang yang sudah

mengerti dan biasa memprediksi hasil dari padi saat

dipanen. Jadi prediksi mereka lebih banyak benarnya

daripada salahnya.

Hal ini, seolah sudah menjadi tradisi masyarakat

Desa Ngawen, karena dari pemilik sawah ingin segera

mendapatkan uang yang digunakan untuk menafkahi

keluarganya dan juga melunasi hutangnya. Sementara

seorang penebas sesegera mungkin membeli hasil

sawahnya karena takut didahului oleh orang lain.

Salah seorang tokoh agama setempat juga memaklumi

akan hal ini dan berpendapat jika hal tersebut tidak

mengapa karena sama-sama membutuhkan antara kedua

pihak dan juga sang penebas sudah mampu

memprediksikan hasilnya. Menurutnya yang terpenting

adalah tidak ada akad-akadan harus diambil seketika

atau diambil saat panen.25

25 Wawancara dengan Bapak K.H. Mastur, tokoh agama di DesaNgawen pada tanggal 2 Desember 2014 jam 15.00 WIB

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

11. Pemikiran Taqiyuddin al-Hishni Tentang Jual

Beli Sistem Ijon

Imam Taqiyuddin al-Hishni mengatakan bahwa

ditinjau dari segi  hukumnya, jual beli ada dua macam

yaitu jual beli yang sah dan jual beli yang batal.

Jual beli yang sah ialah jual beli yang memenuhi

syarat dan rukun. Sedangkan jual beli yang batal

adalah jual beli yang tidak memenuhi syarat dan

rukun.  Ditinjau dari segi objeknya jual beli dapat

dibagi jadi tiga sebagaimana menurut Imam Taqiyuddin

sebagai berikut:

d) Jual beli yang bendanya kelihatan, yaitu jual beli

yang pada waktu melakukan aqad, benda atau barang

yang diperjual-belikan ada di depan penjual dan

pembeli. Seperti jual beli beras di Pasar.

e) Jual beli yang disebut sifat sifanya dengan jelas,

seperti jual beli pesanan (salam dan istishna’) atau

jual beli kredit (tidak kontan), dimana pembayarnya

belum kelihatan pada saat akad.

f) Jual beli benda yang tidak ada ketika akad, yaitu

jual beli yang dilarang oleh syara’ karena barang

tersebut masih gelap dan uncertainty. Inilah yang

disebut dengan jual beli gharar.26

26 Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibn Muhammad al-Husaini al-Hishni, Kifayah ..., Op.Cit., hlm. 239.

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Sementara jika ditinjau dari akad jual beli

terbagi dalam tiga kategori:

a) Akad dengan lisan, ialah akad yang dilakukan oleh

kebanyakan orang, bagi orang bisu diganti dengan

isyarat.

b) Akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan

atau surat menyurat jual beli mahalnya dengan ijab

qabul dengan ucapan.

c) Jual beli dengan perbuatan, atau dikenal dengan

istilah mu’athah yaitu mengambil dan memberikan

barang tanpa ijab dan kabul. Seperti kita membeli

barang di Alfamart yang mana barang tersebut sudah

ada label/bandrol harganya dan kemudian membayarkan

kepada kasir.27

Selain dari yang di atas ada jual beli yang

dilarang juga ada yang batal dan ada pula yang

terlarang tapi sah. Pembagiannya sebagai berikut:

a) Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah:

1) barang-barang yang dihukumi najis oleh

agama/syara’ seperti anjing berhala, bangkai

binatang, khamar. Sabda Rasulullah: dari Jabir

ra. Rasulullah Saw. sesungguhnya Allah dan Rasul-

Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai babi

dan berhala.

27 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algesindo, 2001, hlm. 286.

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

2) Jual beli madhamin ialah menjual sperma

hewan, di mana si Penjual membawa hewan pejantan

kepada hewan betina untuk dikawinkan. Anak hewan

dari hasil perkawinan itu menjadi milik pembeli.

3) Jual beli malaqih, Menjual janin hewan yang

masih dalam kandungan.

4) Jual beli habl hubalah yaitu jual beli anak

Onta yang masih dalam kandungan. Dari Ibnu Umar

ra., Rasulullah Saw. telah melarang penjualan

sesuatu (anak Onta) yang masih  dalam kandungan

induknya.

5) Jual beli barang yang tidak

diketahui kualitas, jenis, merek atau

kuantitasnya. Seperti jual beli murabahah HP

Nokia yang tidak dijelaskan tipenya. Jual beli

radio yang tidak dijelaskan merknya. Jual beli

ini dilarang karena mengandung gharar (tidak

jelas, tidak pasti yang mana produk yang mau

dibeli) Jual beli majhul yang dilarang adalah

jual beli yang dapat menimbulkan

pertentangan(munaza’ah) antara pembeli dan

penjual. Hukum jual belinya fasid. Apabila tingkat

majhul-nya kecil sehingga tidak menyebabkan

pertentangan, maka jual beli sah (tidak fasid),

karena ketidaktahuan ini tidak menghalangi

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

penyerahan dan penerimaan barang, sehingga

tercapailah maksud jual beli.28

6) Jual beli muhaqalah yaitu jual tanaman yang

masih diladang atau sawah hal ini dilarang karena

adanya sangkaan riba

7) Jual beli mukhadharah, yaitu jual beli buah-

buahan yang belum pantas unuk dipanen. Seperti

jual beli ijon.

8) Jual beli mulamasah yaitu jual beli yang

dilakukan dnegan sentuh menyentuh barang yang

diijual. Contohnya yaitu seseorang datang ke

pasar kemudian menyentuh kain maka anda harus

membeli kain itu karena anda telah menyentuhnya.

9) Jual beli munabadzah, yaitu jual beli dengan

cara lempar melempar. Seperti lemparkan lepada

apa yang ada padamu nanti aku juga akan

melemparkan yang ada padaku. Jika dilakukan maka

terjadilah jual beli. Jual beli ini dilarang

karena terdapat maysir dan gharar.

10) Jual beli zabanah, yaitu jual beli buah yang

masih basah dengan buah yang sudah kering.

Seperti menjual padi kering dengan padi yang

masih basah.

11) Jual beli two in one yaitu jual beli dengan

menentukan dua harga unuk satu barang.28 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam,

Rajagrafindo: Jakarta, 2002, hlm. 84-85.

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

12) Jual beli bersyarat yaitu jual beli dimana

barang akan dijual apabila ada hal lain sebagi

syarat. Seperti saya jual barang ini padamu jika

kamu jual jammu padaku.29

b) Jual beli yang dilarang oleh syara tapi sah

hukumnya, Cuma pelakunya mendapatkan dosa.:

1) Hadar libad: yaitu menemui orang orang desa

sebelum mereka masuk pasar, dan membeli benda

bendanya dengan harga yang semurah-murahnya

sebelum mereka tahu harga psaran, kemudian

menjual dengan harga yang setinggi

tingginya.Perbuatan ini sering terjadi dipasar

yang berlokasi diperbatasan daerah. Rasulullah

Saw. bersabda:

إذ ي� ر ل� إض� ع ج� ب� لأ ي�?“Tidak boeh menjual orang hadir barang orangdusun”. (HR Bukhari).30

2) Talaqqi rubban, praktik ini adalah sebuah

perbuatan seseorang di mana dia mencegat orang-

orang yang membawa barang dari desa dan membeli

barang itu sebelum tiba di Pasar. Rasulullah Saw.

melarang praktik semacam ini dengan tujuan untuk

mencegah terjadinya kenaikan harga. Rasulullah

29 Abdurrahman al-Jaziri, Op.Cit., hlm.11-12. 30 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, J. 3, Dar

al-Fikr: Beirut, T.t., hlm. 191.

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

memerintahkan suplay barang-barang hendaknya

dibawa langsung ke pasar hingga para penyuplai

barang dan para konsumen bisa mengambil manfaat

dari adanya harga yang sesuai dan alami.sabda

Nabi Saw.:

ن� ، وا* إن� ي��� ك� ي ال�ر لق� ي� Fن� ي� م ا* ل ه وس��� �� لي! ي ال�ل��ه ع� ل ول ال�ل��ه ص��� هي رس��� ن��إذ؟ ��� ي� ر ل� إض��� ه ج� ول��� ا ق� إس: م��� �� ي� ع� ن� لت� لأب�� ق� إل: ف�� إذ، ف���� �� ي� ر ل� إض���� ع ج� ب���! ب2 ب�?

مسإرا ن� له س� ك إل: »لأ ي�! ف�� “Janganlah kalian menemui  para kafilah di jalan(untuk membeli barang-barang mereka dengan niatmembiarkan mereka tidak tahu harga yang berlakudi pasar), seorang penduduk kota tidakdiperbolehkan menemui penjual di desa”. Dikatakankepada Ibnu Abbas : “Apa yang dimaksud denganlarangan itu?” Ia menjawab:”Tidak menjadi makelarmereka”.31

3) Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang

lain. Seperti orang berkata tolaklah harga

tawaran itu nanti aku yang membeli dengan harga

yang lebih mahal.  Sabda Nabi:

عض� ع ب�� ب! لي ي�2 م ع� ك عض� ع ب�� ب� لأ ي�?Tidak boleh menawar diatas tawaran saudaranya.32

31 Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, Dar al-Fikr: Beirut, T.t.,hlm. 1153.

32 Ibid., hlm. 1154.

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

4) Jual beli najasy yaitu seseorang menambahkan

harga temannya dengan maksud memancing mancing

orang agar orang atau membeli barang kawannya,

hal ini dilarang syara’ sabda Rasululllah Saw

وا �ش إج�� ي� Fولأ ي� ، عض� ع ب�� ب! لي ي�2 م ع� ك عض� ع ب�� ب� ولأ ي�?Rasulullah melarang melakukan jual beli dengannajsy.33

5) Jual beli hashah (kerikil) ialah jual beli di

mana pembeli menggunakan kerikil dalam jual beli.

Kerikil tersebut dilemparkan kepada berbagai

macam barang penjual. Barang yang mengenai suatu

barang akan dibeli dan ketika itu terjadilah jual

beli. Dari sabda nabi: Dari Abi Hurairah:

ع ب!� ن� ي�2 ، وع� إه� ض� ح ع ال� ب!� ن� ي�2 م ع� ل ه وس�� � لي! ي ال�ل�ه ع� ل ول ال�ل�ه ص�� هي رس�� ن��غ�رر ال�

Bahwa Rasulullah saw melarang jual beli hashahdan jual beli gharar.Jual beli hashah ini jugatermasuk gharar, karena sifatnya spekulatif.Praktek ini di zaman sekarang banyak terdapat dipusat hiburan.34

6) menjual diatas penjualan orang lain,

umpamanya seseorang berkata: kembalikan saja

33 Ibid., hlm. 1515. 34 Ibid., hlm. 1153.

Page 33: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

barang itu kepada penjualnya nanti barangku saja

kau beli dengn harga yang lebih murah dari itu.

Adapun bila ditinjau dari cara bayarnya yang sah

menurut Syafi’iyyah, maka dapat diklasifikasikan

menjadi:

a) Jual beli barang yang nyata dilihat.

b) Jual beli barang dengan menyebutkan sifat-sifatnya

dalam jaminan yang disebut dengan salam.

c) Jual beli sharf yaitu jual uang dengan satu sama

lainnya baik sejenis atau bukan. Jika sejenis

syaratnya adalah langsung tunai timbangan sama dan

sama barang yang ditukarnya. Bila tidak sejenis

berlaku dua syarat langsung dan timbangan sama.

d) Jual beli murabahah yaitu jual beli barang seperti

harga asal dengan keuntungan tertentu.

e) Jual beli isyrak yaitu jual beli bersama. Seperti

saya berbagi denganmu dalam akad ini, sepertiga apa

yang saya beli.

f) Jual beli muhathah yaitu jual beli dengan harga

asli dan ditambah diskon. Seperti saya jual ini

seperti harga aslinya dan saya turunkan harganya

satu dirham unuk setiap sepuluhnya.

g) Jual beli tawliyah yaitu jual beli tidak untung dan

tidak rugi dan keduanya tahu harga asli. Seperti

saya jual ini kepadamu seperti harga beli.

Page 34: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

h) Jual beli barter.35

Di dalam kitabnya “Kifayat al-Akhyar”, Syaikh

Taqiyuddin mengatakan bahwa seseorang tidak boleh

menjual tanaman secara mutlak kecuali setelah jelas

hasilnya. Adapun yang dimaksud jelas hasilnya yaitu,

sudah bisa diketahui saat melakukan transaksi dengan

indikasi buah-buahan itu sudah mulai matang dan

hilang rasa masamnya serta berubah warnanya atau jika

pada tanaman warnanya sudah berubah yang asalnya

hijau menjadi kuning (termasuk pada tanaman padi). 36

Jika seseorang menjual tanamannya secara mutlak

artinya tanpa disertai syarat, maka orang yang

membeli boleh membiarkannya dan boleh diambil saat

sudah musim panen. Namun menurut Abu Ishaq as-

Syairazy jika tanaman itu belum matang/belum bisa

diketahui hasilnya maka tidak diperbolehkan secara

mutlak. Menurutnya keabsahan jual beli itu harus

menyaratkan dipotong/diambil seketika untuk diambil

kemanfaatannya, meskipun dalam tradisi setempat jika

jual beli langsung diambil namun hal tersebut tetap

tidak sah jika tidak disebutkan syarat harus diambil

seketika.

Sedangkan terhadap masalah buah-buahan, syaikh

Taqiyuddin berpendapat jika buah-buahan dijual

beserta pohonnya sebelum buahnya matang, maka boleh35 Abdurrahman al-Jaziri, Op.Cit., hlm. 13. 36 Taqiyuddin al-Hishni, Kifayat..., Op.Cit.,hlm. 246.

Page 35: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

untuk langsung diambil atau ditunggu sampai buah

tersebut matang, karena hukum buah tersebut mengikuti

pohonnya. Namun jika yang dijual hanya buahnya meski

dalam transaksi penjual menyaratkan harus diambil

seketika, tetapi akhirnya penjual tersebut rela untuk

tidak diambil seketika, maka akad tersebut

diperbolehkan.

Inti dari akad jual beli buah-buahan yang belum

matang menurut syaikh Taqiyuddin adalah harus

menyertakan syarat diambil seketika, meskipun pada

realitanya sang pembeli tidak langsung mengambilnya

tetapi menunggu pada waktu matang dengan kerelaan

sang penjual.

Syaikh Taqiyuddin juga berpendapat bahwa

sebagaimana diharamkannya jual beli buah-buahan yang

belum matang kecuali dengan syarat harus diambilnya,

begitu juga haram hukumnya jual beli tumbuhan semisal

padi dan sejenisnya ketika masih hijau, kecuali

dengan syarat diambil seketika.37 Sebagaimana hadis

Nabi Muhammad Saw.

ن� ول ا* رس������ ي اهلل ل ص������ ه اهلل ����� لي! م ع� ل هي وس������ ن� ن�� ع ع� ب!����� لي�2 خ� م�����ره� ال�ن� �ي ث� ت� ج�م�ن� ال�عإهه� ؤ* ض� وت�� ي! ب2 ي ب�? رع ج�ت� ل وال�ر� ،وع�ن� ال�سي� هي! ز� ت��

37 Ibid., hlm. 247.

Page 36: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Bahwasanya Nabi melarang jual beli kurma sebelum warnanyakemerah-merahan, dan melarang jual beli tangkai padi dantanaman sebelum berubah warnanya.38

Adapun jika tanaman dijual beserta tanahnya, maka

hukumnya sama seperti menjual buah beserta pohonnya,

artinya jika tanaman tersebut dijual sebelum matang,

maka si pembeli boleh mengambilnya seketika maupun

menunggu sampai waktu panen.39

D. Analisis Praktik Jual Beli Ijon

12. Analisis Praktik Jual Beli Ijon di Desa

Ngawen

Jual beli merupakan bidang mu’amalah yang

dihalalkan oleh agama untuk dilakukan oleh setiap

manusia, Adapun arti jual beli di sini berarti

menjual mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu

yang lain. Para ulama’ Fiqh mengatakan bahwa hukum

asal jual beli itu adalah mubah (boleh)40 karena jual

beli tersebut didasari suka sama suka dan tidak ada

paksaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. an-Nisa’:

29 yang berbunyi:

38 Malik bin Anas, Muwaththa’ Malik, J. 2, Dar Ihya at-Turatsal-‘Arabi: Beirut, 1985, hlm. 618.

39 Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibn Muhammad al-Husaini al-Hishni, Kifayah..., Op.Cit., hlm. 248.

40 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Gaya Media Pratama: Jakarta,2000, hlm. 114.

Page 37: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

ا هإ ي�! ن�! ن� ا* ب�! ذ� وا ال���� ن���� م� لوا لأ ا� ك� ا* م� ي����� ك وال� م���� م ا* ك ن� ب? ل ب�2 إط���� ي� ال� أ ي�� ل ن� ا ون� ا* ك��� Fي�إره� خ� ن� ت�� ع� م ت��زاض� ك ي� لوا ولأ م� ي� ق� م ب�� سك ق� ب�� ن� ا* ا إن� اهلل م ك� ك مإ ي�� ي! رج�

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakanharta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalanperniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allahadalah Maha Penyayang kepadamu.

Imam at-Thabari saat menafsirkan ayat ini

mengatakan bahwa seseorang itu tidak boleh memakan

harta orang lain dengan cara yang diharamkan Allah

baik itu melalui riba, judi, dan lain sebagainya,

kecuali dengan cara perniagaan yang dilandasi rasa

suka sama suka. Ayat ini awalnya juga menjelaskan

bahwa memakan harta orang lain itu hanya

diperbolehkan lewat jual beli, namun akhirnya ayat

ini di-naskh dengan ayat yang membolehkan memakan

makanan orang yang ditamui.41

Pada dasarnya jual beli itu diperbolehkan asalkan

memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat yang telah

ditentukan dalam Islam. Dari sini penulis akan

menganalisis mengenai praktik jual beli padi yang

belum siap panen dengan pemberian jatuh tempo ini.

Apakah praktik tersebut sudah memenuhi rukun dan

syarat jual beli yang ditetapkan oleh hukum Islam.

41 Muhammad bin Jarir at-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Takwil al-Qur’an,Muassasah ar-Risalah, Madinah, 2000,

Page 38: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Dilihat dari segi akad, dalam Islam jual beli

belum dapat dikatakan sah sebelum ijab kabul

dilakukan. Hal ini karena ijab kabul menunjukkan

kerelaan kedua belah pihak. Rasulullah Saw. bersabda:

اض�ر ب��ن� ععب!ب�إ المب��اPrinsip jual beli itu saling ridha antara keduabelah pihak.42

Pada dasarnya, ijab kabul itu harus dengan lisan.

Akan tetapi, kalau tidak mungkin, misalnya karena

bisu, jauhnya barang yang dibeli, atau penjualnya

jauh, boleh dengan perantara surat menyurat yang

mengandung arti ijab kabul itu. Syarat sah ijab kabul

yaitu:

a) Tidak ada yang membatasi (memisahkan) si pembeli

tidak boleh diam saja setelah si penjual menyatakan

ijab, atau sebaliknya.

b) Tidak diselingi oleh kata lain.

c) Tidak dita’liqkan. Umpamanya, “Jika Bapakku telah

meninggal, maka barang ini akan aku jual kepadamu”,

dan lain-lainnya.

42 Ali bin Hisamuddin, Kanz al-Ummal, J. 4, Muassasah ar-Risalah, Madinah, 1981, hlm. 85.

Page 39: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

d) Tidak dibatasi waktunya. Umpamanya, “Aku jual

barang ini kepadamu untuk sebulan ini saja”, dan

lain-lain.43

Sedangkan yang terjadi dalam praktik jual beli

padi dengan pemberian jatuh tempo di Desa Ngawen

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak ialah akadnya

menggunakan lisan karena perjanjian ini dilakukan

atas dasar saling percaya antara kedua belah pihak.

Walaupun pihak pembeli membawa beberapa saksi, ini

dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara

kedua belah pihak. Adapun ketetapan harga terjadi

setelah adanya kesepakatan harga antara pihak penjual

dan pembeli. Hal ini sesuai dengan syarat-syarat yang

ditentukan oleh hukum Islam.

Sementara itu, adanya batasan waktu dalam

transaksi ini ditujukan untuk pembatasan pada

pemakaian lahan sawah, karena pihak penjual bukan

menjual sawahnya melainkan hanya menjual padi yang

ada di sawah tersebut. Jadi jika masa kontrak telah

habis maka pihak pembeli harus mengembalikan sawah

tersebut kepada pemilik (penjual). Ini juga tidak

menyimpang dari ketentuan hukum Islam.44

Jika ditinjau dari orang yang berakad, Islam

memberikan syarat harus baligh (berakal) agar tidak43 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S, Fiqih Madzhab Syafi ’i

(Edisi engkap), Cet. 2, Pustaka Setia: Bandung, 2007, hlm. 27.44 Wawancara penulis dengan Darto salah seorang pemilik

sawah di Desa Ngawen pada tanggal 2 Desember 2014 jam 16.00 WIB.

Page 40: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

mudah ditipu orang, beragama Islam, dengan kehendak

sendiri (bukan dipaksa) dan orang yang melakukan akad

adalah orang yang berbeda, yakni seseorang tidak

dapat bertindak sebagai pembeli dan penjual dalam

waktu yang bersamaan, tanpa adanya pihak kedua atau

pihak lain. Sedangkan dalam praktik jual beli padi

ini yang melakukan akad (penjual dan pembeli) adalah

orang yang sudah baligh dan berakal dan keduanya

melakukan atas kehendak sendiri ini terlihat dari

sikap dan bahasa yang digunakan oleh penjual ketika

menawarkan harga dengan bersikap lemah lembut dan

bahasanya tidak menunjukkan bahwa ada unsur paksaan

di dalamnya. Dalam transaksi ini yang melakukan akad

adalah orang yang berbeda, yaitu dengan adanya

penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai

pihak kedua. Jadi dapat dikatakan bahwa orang yang

melakukan akad dalam transaksi ini sudah memenuhi

syarat jual beli yang ditentukan oleh Islam.

Dilihat dari barang yang diperjualbelikan yaitu

padi merupakan barang yang suci atau dapat disucikan

dan dapat memberi manfaat menurut syara’, yaitu bisa

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Akan tetapi pada saat akad, usia padimasih tiga bulan

sehingga belum bisa dimanfaatkan dan belum layak

jual. Menurut pendapat penulis bahwa jual beli ini

sama dengan jual beli ijon, yaitu menjual hasil

Page 41: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

pertanian sebelum tampak atau menjualnya ketika masih

kecil.

Sedangkan menurut hukum Islam, jual beli ijon

merupakan jual beli yang dilarang, sebagaimana hadis

Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Anas:

ه�� س�� ملأم� ره� وال� إض��� مخ� وال� ه� ل�� إف�� مخ ن� ال� م ع� ل ه وس� لي! ع� ي اهلل ل ص� ول اهلل هي رس� ن��ة�� ي� اي�� مر� ه� وال� ذ� إي�� مي� وال�

Rasulullah Saw melarang muhaqalah45, mukhadharah(ijonan)46, mulamasah47, munabazah48, danmuzabanah.49

Adapun syarat lain mengenai barang yang

diperjualbelikan adalah dapat diserahkan pada saat

akad walaupun dalam melakukan penyerahan padi pada

tebasan ini barangnya masih berada dalam tangkainya,

akan tetapi barang itu sudah pasti keberadaanya. Hal

45 Muhaqalah adalah menjual tanaman atau buah yang masih diladang. Hal ini dilarang agama sebab ada persangkaan riba didalamnya. Badruddin al-Aini, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, J.18, Multaqa Ahli Hadis, Maktabah Syamilah, hlm. 69.

46 Mukhadharah adalah jual beli tanaman atau pohon yang belumjelas hasilnya. Badruddin al-Aini, Loc.Cit.

47 Mulamasah adalah jual beli yang mana pembeli hanyamenyentuh barang yang akan dibeli namun tidak memeriksanya denganseksama, sementara penjual mewajibkan pembeli yang menyentuhbarangnya untuk dibeli. Badruddin al-Aini, Loc.Cit.

48 Munabadzah adalah jual beli dengan melemparkan apa yangada padanya ke pihak lain tanpa mengetahui kualitas dan kuantitasdari barang yang dijadikan objek jual beli. Badruddin al-Aini,Loc.Cit.

49 Muzabanah adalah jual beli yang tidak diketahui timbanganatau takarannya. Badruddin al-Aini, Loc.Cit.

Page 42: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Ini diperbolehkan karena cara seperti ini merupakan

salah satu adat yang terjadi di Desa Ngawen

Kecamatan, dan adat ini tidak bertentangan dengan

nilai-nilai Islam. Sedangkan suatu adat yang tidak

bertentangan dengan syara', itu dianggap boleh.

Sebagaimana dalam kaidah fikih yang berbunyi:

“al-‘Adatu Muhakkamah” (kebiasaan dapat dipertimbangan

menjadi hukum).50

Syarat lain mengenai barang yang di perjualbelikan

adalah milik penjual sendiri dan tidak ada keraguan,

yaitu padi dapat dilihat dan diketahui banyak, berat,

dan jenisnya. Ini terjadi ketika memperlihatkan padi

pada saat tebasan yaitu dengan cara penebas

mengelilingi sawah milih penjual untuk meneliti

kondisi hasil padinya. Jadi jual beli ini bukan

merupakan jual beli gharar karena sudah ada

kepastian mengenai wujud dan jumlah ikan yang akan

dijual. Hal ini juga dibenarkan dalam Islam.

Dilihat dari segi nilai tukar bahwa jual beli

tebasan padi menggunakan uang sebagai alat tukarnya.

Sementara harga yang disepakati oleh kedua belah

pihak adalah jelas jumlahnya, yaitu misalnya, ketika

pihak penjual menyatakan bahwa harga dari ikan yang

di tebas seharga Rp 15.000.000, maka pihak pembeli

menyetujui dan akan membayar harga tersebut. 50 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqh, Prenada Media, Jakarta, 2007,

hlm. 78.

Page 43: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Mengenai cara pembayaran, ada 2 cara yaitu dengan

cara tunai (kontan) dan cara mencicil, di mana pihak

pembeli biasanya akan membayar minimal 50% dari harga

kesepakatan pada saat melakukan akad, untuk

selebihnya akan dibayar pada saat panen (pengembalian

lahan). Hal ini sejalan dengan ketentuan hukum jual

beli yakni dapat diserahterimakan pada saat waktu

akad (transaksi), jika barang tersebut dihutang, maka

waktu pembayarannya harus jelas.

Setelah mengkaji dan menganalisis praktik jual

beli padi dengan sistem seperti ini, penulis

menyimpulkan bahwa praktik jual beli tebasan ini

terdapat salah satu rukun yang dikhawatirkan

menyimpang dari ketentuan hukum Islam yaitu

dikhawatirkan adanya cacat dari segi barang yang

diperjualbelikan dan juga adanya musibah lain.

Sehingga bisa digolongkan menjadi jual beli yang

batal karena tidak memenuhi salah satu rukun dan

syarat jual beli dalam Islam. Namun demikian jika

penebasnya adalah orang yang ahli dan biasa

memprediksikan serta prediksinya sering benar. Jika

penebas tidak memenuhi persyaratan tersebut maka

tidak diperbolehkan karena ada pihak yang ditipu.

Terkait dengan hal ini, sebagian praktik jual beli

padi yang belum saatnya dipanen, ada yang sesuai

dengan hukum Islam ada yang tidak. Di antara praktik

Page 44: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

yang sesuai yaitu yang dilakukan oleh seorang penebas

ahli dalam memprediksikan hasil padi saat panen dan

tidak ada antara dia dengan pemilik tanah kesepakatan

untuk diambil seketika, serta pemilik padi rela akan

transaksi yang dilakukannya.

Sementara yang dilarang yaitu jual beli yang ada

kesepakatan untuk mengambil seketika tanamannya namun

ternyata tidak diambil seketika. Atau jual beli yang

dilakukan oleh penebas tidak ahli memprediksikan

hasil panen, atau juga jual beli yang sudah ada akad

bahwa setelah transaksi semua tanggungjawab

dibebankan pada penebas, namun penebas tidak terima

karena ada musibah sehingga gagal panen.

13. Analisis Jual Beli Ijon dalam Perspektif Imam

Taqiyuddin dan Hukum Adat

a. Perspektif Taqiyuddin

Di dalam kehidupan manusia, jual beli merupakan

kebutuhan dharuri yaitu kebutuhan yang tidak mungkin

ditinggalkan, sehingga manusia tidak dapat hidup

tanpa kegiatan jual beli. Jual beli juga merupakan

sarana tolong menolong antara sesama manusia,

sehingga Islam menetapkan kebolehannya.

Sejalan dengan perkembangan zaman, persoalan

jual beli yang terjadi dalam masyarakat semakin

meluas, salah satunya adalah adanya praktik jual

beli ijon (jual beli tanaman, buah atau biji yang

Page 45: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

belum siap untuk dipanen). Praktik ini bukan hanya

terjadi pada saat ini, akan tetapi sudah ada sejak

zaman Rasulullah.

Jual beli ijon ini masih sangat kerap ditemui

pada masyarakat pedesaan tak terkecuali Desa Ngawen

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak yang mayoritas

masyarakatnya mempratikkan jual beli padi secara

ijon, yaitu dengan cara menjualnya sebelum waktu

memanennya.

Imam Taqiyuddin sendiri berpendapat bahwa jual

beli ijon itu dilarang secara mutlak, karena di

dalamnya mengandung unsur gharar (penipuan). Ini

disebabkan karena dalam jual beli ini sangat rawan

dengan tipu daya, karena barang yang dijual belum

nampak dan diketahui hasilnya.

Madzhab empat sepakat bahwasanya jual beli buah-

buahan atau hasil pertanian yang masih hijau, belum

nyata baiknya dan belum dapat dimakan adalah salah

satu diantara barang-barang yang terlarang untuk

diperjual-belikan.

Para fuqaha’ berbeda pendapat mengenai jual beli

di atas pohon dan hasil pertanian di dalam bumi.

Hal ini karena adanya kemungkinan bentuk ijon yang

didasarkan pada adanya perjanjian tertentu sebelum

akad. Imam Abu Hanifah atau fuqaha’ Hanafiyah

Page 46: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

membedakan menjadi tiga alternatif hukum sebagai

berikut :

a. Jika akadnya mensyaratkan harus dipetik

maka sah dan pihak pembeli wajib segera

memetiknya sesaat setelah berlangsungnya akad,

kecuali ada izin dari pihak penjual.

b. Jika akadnya tidak disertai persyaratan

apapun, maka boleh.

c. Jika akadnya mempersyaratkan buah

tersebut tidak dipetik (tetap dipanen) sampai

masak-masak, maka akadnya fasad.51

Sedang para ulama berpendapat bahwa mereka

membolehkan menjualnya sebelum bercahaya dengan

syarat dipetik. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi

Muhammad Saw. yang melarang menjual buah-buahan

sehingga tampak kebaikannya.  Para ulama tidak

mengartikan larangan tersebut kepada kemutlakannya,

yakni larangan menjual beli sebelum bercahaya.

Kebanyakan ulama malah berpendapat bahwa makna

larangan tersebut adalah menjualnya dengan syarat

tetap di pohon hingga bercahaya.52

Jumhur ulama (Malikiyah, Syafi’iyah, dan

Hanabilah) berpendapat, jika buah tersebut belum

51 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, RajawaliPers: Jakarta, 2002, hlm. 139.

52 Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid, CV. As-Sifa: Semarang,1990, hlm. 52.

Page 47: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

layak petik, maka apabila disyaratkan harus segera

dipetik sah. Karena menurut mereka, sesungguhnya

yang menjadi halangan keabsahannya adalah gugurnya

buah atau ada serangan hama. Kekhawatiran seperti

ini tidak terjadi jika langsung dipetik. Sedang

jual beli yang belum pantas (masih hijau) secara

mutlak tanpa persyaratan apapun adalah batal.53

Pendapat-pendapat ini berlaku pula untuk tanaman

lain yang diperjual belikan dalam bentuk ijon,

seperti halnya yang biasa terjadi di masyarakat

kita yaitu penjualan padi yang belum nyata keras

dan dipetik atau tetap dipohon, kiranya sama-sama

berpangkal pada prinsip menjauhi kesamaran dengan

segala akibat buruknya. Namun analisa hukumnya

berbeda.54

Menurut hemat penulis, penulis sepakat dengan

jual beli sistem ijon, dengan alasan bahwa tidak

semua yang masih samar itu terlarang. Sebagian

barang ada yang tidak dapat dilepaskan dari

kesamaran.

Latar belakang timbulnya larangan menjual buah

yang belum nyata baiknya adalah adanya hadits yang

diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a “Adalah di

masa Rasulullah Saw., manusia menjual beli buah-

53 Ghufron A. Mas’adi, Op. Cit., hlm. 140. 54 Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Dalam

Hidup Berekonomi), CV. Diponegoro: Bandung, 1992, hlm. 124.

Page 48: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

buahan sebelum tampak kebaikannya. Apabila manusia

telah bersungguh-sungguh dan tiba saatnya pemutusan

perkara mereka, maka berkatalah si pembeli “masa

telah menimpa buah-buahan, telah menimpanya apa

yang merusakannya”. Mereka menyebutkan cacat-cacat

berupa kotoran dan penyakit ketika mereka semakin

banyak bertengkar dihadapan Nabi Saw, maka beliau

pun berkata “Janganlah kamu menjual kurma sehingga

tampak kebaikannya (matang)”.55

Apabila diperhatikan latar belakang larangan

tersebut, maka hikmah yang dapat diambil adalah:

a) Mencegah timbulnya pertengkaran

(mukhashamah) akibat kesamaran.

b) Melindungi pihak pembeli, jangan sampai

menderita kerugian akibat pembelian buah-buahan

yang rusak sebelum matang.

c) Memelihara pihak penjual jangan sampai

memakan harta orang lain dengan cara yang batil.

d) Menghindarkan penyesalan dan kekecewaan pihak

penjual jika ternyata buah muda yang di jual

dengan harga murah itu memberikan keuntungan

besar kepada pembeli setelah buah itu matang

dengan sempurna.56

Adapun pendapat Taqiyuddin al-Hishni yang

mengatakan bahwa jual beli barang yang belum matang55 Ibnu Rusyd, Op. Cit, hlm. 54. 56 Hamzah Ya’qub, Op. Cit, hlm. 127.

Page 49: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

hasilnya diharamkan, menurut penulis apa yang

dilakukan oleh mayoritas warga Desa Ngawen tidaklah

demikian, karena sebenarnya tanaman padi yang

diperjualbelikan tidak samar hasilnya, buktinya

mereka bisa memprediksikan hasilnya, dan memang

kebanyakan prediksinya adalah benar.

Di samping itu, di antara madzhab empat ada yang

membolehkan jual beli tanaman yang belum matang

apabila transaksinya tidak menyebutkan harus

diambil seketika. Ini berbeda dengan pendapat

Taqiyuddin yang mengharamkannya secara mutlak baik

ada akad diambil seketika atau tidak.

b. Perspektif Hukum Adat

Terkait dengan ‘urf, Agama Islam

memperhitungkannya dan menjadikannya hukum yang

berlaku pada perkara-perkara yang batasannya tidak

dijelaskan oleh syariah.57 Namun perlu diketahui

bahwa tidak semua adat dan 'urf menjadi rujukan.

Ada syarat-syarat yang harus ada pada suatu adat

agar bisa menjadi muhakkam, sebagaimana yang telah

penulis jelaskan dalam bab sebelumnya.

Hukum Islam sangat memberi kelonggaran pada jual

beli secara tebasan di Desa Ngawen Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak dengan sebab-sebab mu’amalah yang

mendasar, yaitu kemaslahatan umat, yang57 Badruddin az-Zarkasyi, al-Mantsur fi al-Qawa’id, Dar al-Fikr:

Beirut, 2000, hlm. 356.

Page 50: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

mendatangkan kemanfaatan lebih besar karena

perputaran uang yang dirasakan akan memberi

kenyamanan.

Kesejahteraan tumbuh dalam mu’amalah jual beli,

karena tumbuhnya sifat dan prinsip yang diterangkan

dalam bentuk yang singkat dicontohkan adanya

silaturahim antara pemilik tanah (penjual) dan

pembeli (penebas), negosiasi sebagai wujud prinsip

musyawarah dan prinsip tolong menolong.

Kalau melihat keterangan para ulama di atas,

kita dapatkan bahwa kaidah ini dipakai dalam bab

mu’amalah (yang mengatur hubungan sesama manusia),

yaitu pada hal-hal yang ketentuannya tidak diatur

syariah. Kalaupun ada memiliki hubungan dengan

ibadah seperti bab thaharah (merujuk hari haid yang

biasa dialami), maka itu bukan dalam hal

memunculkan tata cara ibadah baru atau hari raya

yang tidak ada contohnya.

Terkait dengan adat jual beli tebasan yang

berlaku di Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten

Demak, penulis menyimpulkan tidak semua yang

dilakukan warganya itu seperti adat awal yang

berlaku. Jika adat yang berlaku adalah hanya jual

beli tanaman padi yang belum siap panen, tidak

sampai penebas pertama menjual lagi kepada penebas

yang kedua dengan harga yang lebih mahal. Ironisnya

Page 51: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

penebas pertama menipu pemilik padi karena hanya

membayar separoh dari harga yang telah ditentukan

dan ditinggal kabur.

Praktik yang menyimpang lagi yaitu seorang

pemilih sawah yang asalnya sudah deal dalam

transaksi dengan seorang penebas, dan seorang

penebas tersebut telah membayar 20 % dari semua

harga, tapi akhirnya pemilik sawah menjual lagi

padinya kepada penebas lain yang mau membeli

sawahnya dengan harga yang lebih tinggi. Ini sangat

bertentangan dengan hukum Islam serta adat dari

masyaakat Desa Ngawen saat transaksi jual beli padi

khususnya. Tetapi praktik ini terjadi karena watak

manusis itu berbeda, dan kebanyakan dari mereka

mencintai dunia dan harta yang banyak. Jadi jika

ada yang mau membeli padinya dengan harga yang

lebih tinggi dia akan memberikannya meskipun

sebelumnya dia telah melakukan transaksi dengan

orang lain.