59 BAB IV PASUKAN CADANGAN RONGGOLAWE DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDAKAAN A. Peranan Pasukan Cadangan Ronggolawe Dalam Mempertahankan Kemerdekaan. Peranan Pasukan Cadangan Ronggolawe di dalam peristiwa-peristiwa di Semarang dimulai pada saat pemuda-pemuda Indonesia sedang memperjuangan membela kemerdekaan Republik Indonesia yaitu pada tahun 1945-1949. Pasukan ini memberikan pengarahan serta pelatihan militer kepada pemuda-pemuda di desa, di dalam pelatihan di setiap desa Pasukan Cadangan Ronggolawe memiliki dua pemimpin yang berbeda serta latarbelakang pemimpin yang berbeda baik dari Kolonel Djatikusumo dan Pepy Adiwoso hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan cara mendidik serta pengajaran yang di berikan dalam pelatihan ke setiap pemuda yang ada di desa, hal tersebut dapat dilihat dari pimpinan Pasukan Cadangan Ronggolawe Kolonel Djatikusumo yang berasal dari mantan anggota PETA, membuat di setiap gerakan pengajarannya tidak lepas dari kegiatan yang biasa beliau lakukan selama dalam keanggotaannya didalam Peta, sedangkan Peppy Adiwoso yang mempunyai sifat serta latarbelakang beliau berasal dari organisasi bawah tanah yang sukar sekali dipahami oleh khalayak umum maksud dari sebuah pernyataan yang beliau lontarkan dan jelaskan kepada masyarakat umum, namun selalu mempunyai tujuan yang jelas dalam setiap gerakannya. Kedua pemimpin Pasukan Cadangan Ronggolawe yang pada dasar dan sifatnya mempunyai latarbelakang serta organisasi yang berbeda, berdasarkan penjelasan tersebut kedua pimpinan Pasukan Cadangan Ronggolawe dapat
24
Embed
BAB IV PASUKAN CADANGAN RONGGOLAWE DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511014_bab3.pdf · 15 Bambang Soeprapto, Kisah Pertempuran Lima Hari di Semarang, ... pada tahun 1945/1946
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
59
BAB IV
PASUKAN CADANGAN RONGGOLAWE DALAM
MEMPERTAHANKAN KEMERDAKAAN
A. Peranan Pasukan Cadangan Ronggolawe Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan.
Peranan Pasukan Cadangan Ronggolawe di dalam peristiwa-peristiwa di
Semarang dimulai pada saat pemuda-pemuda Indonesia sedang memperjuangan
membela kemerdekaan Republik Indonesia yaitu pada tahun 1945-1949. Pasukan
ini memberikan pengarahan serta pelatihan militer kepada pemuda-pemuda di
desa, di dalam pelatihan di setiap desa Pasukan Cadangan Ronggolawe memiliki
dua pemimpin yang berbeda serta latarbelakang pemimpin yang berbeda baik dari
Kolonel Djatikusumo dan Pepy Adiwoso hal ini mengakibatkan terjadinya
perbedaan cara mendidik serta pengajaran yang di berikan dalam pelatihan ke
setiap pemuda yang ada di desa, hal tersebut dapat dilihat dari pimpinan Pasukan
Cadangan Ronggolawe Kolonel Djatikusumo yang berasal dari mantan anggota
PETA, membuat di setiap gerakan pengajarannya tidak lepas dari kegiatan yang
biasa beliau lakukan selama dalam keanggotaannya didalam Peta, sedangkan
Peppy Adiwoso yang mempunyai sifat serta latarbelakang beliau berasal dari
organisasi bawah tanah yang sukar sekali dipahami oleh khalayak umum maksud
dari sebuah pernyataan yang beliau lontarkan dan jelaskan kepada masyarakat
umum, namun selalu mempunyai tujuan yang jelas dalam setiap gerakannya.
Kedua pemimpin Pasukan Cadangan Ronggolawe yang pada dasar dan
sifatnya mempunyai latarbelakang serta organisasi yang berbeda, berdasarkan
penjelasan tersebut kedua pimpinan Pasukan Cadangan Ronggolawe dapat
60
ditinjau dari kedudukannya pemimpin terbagi menjadi dua jenis, yaitu: pemimpin
formal dan non formal. Tugas dari seorang pemimpin formal adalah memperoleh
partisipasi atau dukungan demi perwujudan dari tugasnya yang diberikan oleh
atasan kepadanya, sedangkan pemimpin non formal adalah seorang yang
memperoleh kekuasaan atau wewenang karena pengaruhnya atas kelompok.1
Dalam mengkategorikan pemimpin dan tokoh-tokoh lebih sering menekankan
pada latarbelakang dari pemimpin tersebut, serta lebih sering melihat apakah
seorang pemimpin yang berasal dari kalangan militer, sipil, politik, dan lain-lain,
kategori yang mengungkapkan asal-usul lingkungan kekuasaan itulah yang
penting bukan pribadi atau kemampuan pemimpin tersebut.2 Berdasarkan
beberapa tipe kepemimpinan diatas dapatlah diambil kesimpulan jenis
kepemimpinan dalam organisasi perjuangan Pasukan Cadangan Ronggolawe di
Semarang dilihat dari segi asalnya pemimpinnya adalah pemimpin paksaan, hal
yang bersifat memaksa itu adalah masa revolusi yang sedang terjadi pada saat itu
dan termasuk tipe solidarity karena pemimpin Pasukan Cadangan Ronggolawe
bertujuan untuk berjuang mengembalikan negara yang merdeka, perkembangan
dari Pemimpin Pasukan Cadangan Ronggolawe dapat kita lihat dengan rasa
solidarity yang ada di kalangan pemuda dan para pelajar di Semarang dan
sekitarnya yang tergabung menjadi Pasukan Cadangan Ronggolawe.
Dalam kurun waktu 1945 situasi di Semarang dalam bidang angkatan
bersenjata sejak pemerintah menyatakan terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945 yang ditunjukan sebagai pemimpin tertinggi
1 Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bandung.
Binacipta, 1974, Hlm. 82. 2 Onghokham., Kepemimpinan dalam Sejarah Indonesia. Prisma, Juni
1982, Hlm. 11.
61
adalah Suprijadi3, namun setelah ditunjuk sebagai pemimpin dari TKR Suprijadi
tidak pernah tampil di hadapan masyarakat luas dan tidak pernah menduduki
posnya sebagai pemimpin dari TKR, dikarenakan hal tersebut pada bulan
Nopember 1945 diadakan musyawarah TKR yang dihadiri oleh para panglima
Divisi dan Komandan resimen dari seluruh Jawa. Dalam musyawarah itu yang
terpilih sebagai pengganti Suprijadi ialah Kolonel Soedirman beliau adalah
Panglima Divisi V Banyumas sedangkan Letnan Oerip Soemohardjo terpilih
sebagai Kepala Staf Umum.4 Di dalam kepemimpinan Kolonel Soedirman TKR
mengalami perubahan menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dengan penetapan
Pemerintah No.2/S.D. 1946 tanggal 17 Januari 1946. Kemudian Tentara
Keselamatan Rakyat ini disempurnakan menjadi Tentara Republik Indonesia
(TRI) dengan maklumat Pemerintah tanggal 25 Januari 1946 dan Dekrit
Presidium tanggal 26 Januari 1946.5 Pada tanggal 23 Februari 1946 pemerintah
mengeluarkan penetapan Presiden tentang panitia besar penyelenggaraan
organisasi tentara. Panitia ini bertugas untuk menyusun peraturan mengenai
bentuk kementrian pertahanan dan bentuk kekuatan serta organisasi tentara,
panitia ini terdiri dari mantan organisasi badan perjuangan atau kedudukan laskar
di Jawa Tengah, yaitu:
1. Ali Afandi : Mantan wakil ketua Pesindo Purwokerto
2. Rachmat : Mantan secretaris I, kantor Djapan Tjilatjap
3 Nugroho Notosusanto., Sejarah Nasional Indonesia VI. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan , Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah
Nasional, 1982/1983. Hlm. 163. 4 Ibid.
5 Dinas Sejarah Militer Kodam VII/Diponegoro, Sejarah Rumpun
Diponegoro dan Pengabdiannya,. CV, Borobudur Megah. Semarang.1977. Hlm
155.
62
3. Muchammad Kowangid : Mantan secretaris umum Pesindo Tjilatjap
4. Surodiwirjo : Mantan anggota Pesindo tjab. Tegal
5. Oerip Wisono : Mantan wakil ketua Pesindo tjab. Pemalang6
Panitia menyelesaikan tugasnya pada tanggal 17 Mei 1946 dan
menyampaikan hasilnya, yaitu sebagai berikut: Dibawah Menteri Pertahanan
terdapat markas tertinggi dan direktorat Jendral bagian militer, sebagai panglima
besar ditunjuk Jendral Soedirman dan sebagai Kepala Markas Besar Umum
Letnan Oerip Soemohardjo serta jumlah divisi diperkecil, di Jawa 10 divisi
menjadi 7 divisi, di Sumatra semula 6 divisi menjadi 4 divisi selanjutnya
mengenai badan perjuangan setelah dibentuk Dewan Pertahanan Negara
dikeluarkan peraturan No.19 th 1946.
Peraturan ini menyatakan bahwa semua badan-badan perjuangan di bawah
satu biro dalam lingkungan Kementrian Pertahanan yaitu Biro Perjuangan dan
peraturan itu kemudian ditegaskan kembali oleh Maklumat Menteri Pertahanan
pada tanggal 4 Oktober 1946, yang berisikan tentang pembentukan Dewan
Kelaskaran Pusat dan Dewan Kelaskaran Daerah yang dipimpin oleh Biro
Perjuangan7. Dikarenakan peraturan tersebut membuat Pemerintah Daerah kota
Semarang mengungsi di Salatiga. di dalam pengungsian tersebut, pada pertengan
tahun 1946, berdiri Biro Perjuangan daerah Semarang di Salatiga dengan kode
“Daerah XXII”.8 Biro Perjuangan Daerah Karesidenan Semarang yang bertempat
6 Arsip Dewan Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa Tengah, pengesahan
susunan pengurus Dewan Pengurus Angkatan 45. 7 Nugroho Notosusanto., Op.Cit., Hlm. 163-164.
8 D. Soeganda, J.A., Naskah Sejarah TNI II Keresidenan Semarang, Pati,
tahun 1945-1947. Komando Daerah Militer VII Diponegoro, Resimen Infantri 14,
Sejarah Militer, tanpa tahun. Hlm. 15.
63
di Salatiga dengan kode “Daerah XXII” ini berdiri pada bulan Mei 1946 sampai
1947. Dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:
Bagan Biro Perjuangan Daerah Karesidenan Semarang
Bagan 2. Sumber: Naskah Sejarah TNI II Keresidenan Semarang, Pati, tahun
1945-1947. Komando Daerah Militer VII Diponegoro, Resimen Infantri 14,
Sejarah Militer 9
9 Ibid.
Pemimpin Kepala:
Let.Kol.A. Rachman
Sekretaris:
Surojo
Wakil Ketua:
Majoor Sugijono
Kepala Staf:
Darjono
Perl/Perb:
Djuweni
Penerangan:
Sugijono Bag.Wanita:
Ny.
Soemarsono,
Ny.
Hardjono
Pendidikan:
Soehadjo,
Agus Salim,
Dan
Susarsono
Bag. Asrama:
Suhardjo,
nona
UmiSalatun
&nona
Kuenul
64
Perkembangan penyebaran Biro Perjuangan sampai pada kecamatan-kecamatan
dan kelurahan-kelurahan di Semarang, semuanya anggotanya diambil dari tenaga-
tenaga organisasi masa yang sebagian besar terdiri dari Pesindo10
serta laskar-
laskar dan juga dari pemuda-pemuda yang ada di Semarang karena memang
merekalah yang cukup mempunyai tenaga di mana tidak saja sebagai angkatan
tempur, tetapi juga banyak mempunyai pengetahuan dalam kemiliteran.11
Dibentuknya biro perjuangan ini dilihat dari segi ketahanan nasional
sesungguhnya sangat membantu pemerintah dalam hal ketahan nasional. Sebelum
organisasi kepemudaan dan perjuangan para pemuda dibentuk para pemuda yang
semula terpecah-pecah di dalam kelompok ideologi dan kelompok perjuangan
yang hanya sekedarnya, dapat disatukan dan dikendalikan sehingga dapat dilihat
salah satu contoh nya adalah berdirinya kelaskaran atau organisasi pemuda yaitu
Pasukan Cadangan Ronggolawe hal ini membuat pemerintah memiliki potensi
cadangan yang tangguh dan besar, disamping tentara nasionalnya. Diharapkan
adanya pembagian tugas yang serasi dan harmonis antara Tentara Nasional dan
Pasukan Tjadangan Ronggolawe. Disamping itu, pada awal revolusi akibat dari
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.12
Di Semarang terjadi suatu
pergerakan dari para pemuda untuk mengambil kembali kekuasaan di kantor-
kantor dan jawatan-jawatan yang dipelopori oleh para Pemuda-pemuda di
Semarang, pergakan ini tidak dapat dilepaskan dari Pasukan Cadangan
Ronggolawe hal ini dikarenakan Pasukan Cadangan Ronggolawe telah
10
Pemerintah Kota Kodya Daerah Tingkat II Semarang., Semarang Masa
Lalu, Masa Kini, dan Masa Mendatang. Pemerintah Kotamadya Semarang., 1969.
Hlm. 46. 11
Ibid. Hlm. 15-16. 12
Nugroho Notosusanto, Ed., Op.Cit., Hlm. 83.
65
menyebarkan pamplet-pamplet yang isinya merangsang pergerakan
pengambilalihan kekuasaan tersebut.13
Pergerakan ini sesuai dengan jiwa pemuda
yang tindakanya selalu cepat dan tegas, begitu pamlet-pamlet tersebut tersebar di
kalangan masyarakat, timbullah gerakan yang spontan untuk mengambil alih
kekuasaan di kantor-kantor yang di pelopori oleh Pasukan Tjadangan
Ronggolawe. Dengan lahirnya gerakan tersebut pada tanggal 1 Oktober 1945 telah
banyak kantor-kantor yang jatuh ke tangan pemuda dan Pasukan Tjadangan
Ronggolawe, sedangkan pabrik-pabrik dan perusahan-perusahan dengan spontan
juga banyak yang diambil alih oleh para pegawainya, misalnya: Semarang Insatu
Kezyoo (sebelumnya perusahaan penerbitan dan percetakan GCT Van Dorp & Co
NV (perusahan Listrik/Djawa Denki), perusahaan Eiga Haikyu sya (menjadi
Perserikatan Peredaran Film Indonesia), perusahaan Daikan Sangyo (menjadi