50 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan fakta dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah dalam penelitian (Lapau, 2012). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain. Dengan demikian, pada rancangan penelitian koresional peneliti melibatkan minimal dua variabel. Pendekatan cross sectional (hubungan dan asosiasi). Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel dependen dan independen dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2014).
14
Embed
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/47716/5/BAB IV.pdf · menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional bertujuan untuk ... 4.3 Populasi,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
50
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa
komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan fakta dalam
rangka menjawab pertanyaan atau masalah dalam penelitian (Lapau, 2012). Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelasional dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel. Hubungan korelatif mengacu pada
kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain.
Dengan demikian, pada rancangan penelitian koresional peneliti melibatkan minimal
dua variabel. Pendekatan cross sectional (hubungan dan asosiasi). Penelitian cross sectional
adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini,
variabel dependen dan independen dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak
ada tindak lanjut (Nursalam, 2014).
51
4.2 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka penelitian merupakan tahapan dalam penelitian. Pada kerangka
penelitian akan dijelaskan alur penelitian dari menentukan populasi sampai
menentukan kesimpulan (Nursalam, 2011).
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian
4.3 Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah sekolompok subjek atau data dengan karakteristik
tertentu. Dalam populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana
yang menjadi sasaran penelitian tersebut (Firdaus & Zamzam, 2018). Populasi dalam
Desain Penelitian : Cross Sectional
Populasi : 32 Pasien IMS
Teknik Pengambilan Sampel :
“ Accidental Sampling”
Variabel Dependen :
Perilaku pencegahan penularan IMS
Variabel Independen :
Persepsi sakit Pasien IMS
Pengukuran dengan kuesioner Pengukuran dengan kuesioner
Analisis Bivariat
Fisher’s Exat test
Jika P value <α (0, 05) maka H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti
ada hubungan
52
penelitian ini adalah 124 pasien IMS. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu pasien
yang melakukan kunjungan pengobatan di UPT Puskesmas Dinoyo.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin memepelajari semua
yang ada pasa populasi tersebut (Firdaus & Zamzam, 2018). Sampel dari penelitian
ini yaitu 32 pasien IMS yang melakukan kunjungan pengobatan di UPT Puskesmas
Dinoyo.
4.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek
penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah Accidental Sampling.
Accidental Sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipanadang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2016).
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini persepsi sakit pasien IMS.
4.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan penularan
IMS.
53
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan dari pengertian yang digunakan sebagai
pedoman serta untuk menentukan teknik validasi instrumen penelitian yang
digunakan. Definisi operasional juga harus ditulis secara jelas, tepat dan tidak
membingungkan supaya pembaca dapat memahami tentang data yang ada
secara keseluruhan sebelum dilakukannya penelitian (Yaumi & Damopoli,
2014).
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Indikator Alat Ukur Skala
Data
Skor
Variabel Independen: Persepsi sakit pasien IMS
Persepsi sakit merupakan penilaian individu (pasien IMS) tentang penyakit yang dialami saat ini.
- Persepsi keseriusan
- Persepsi kerentanan
- Persepsi manfaat
- Persepsi hambatan
- Kepercayaan diri
- Petunjuk bertindak
Kuesioner Nominal Di ukur menggunakan Skala Likert Persepsi Positif (2) Persepsi Negatif (1)
Variabel Dependen: Perilaku pencegahan IMS
Perilaku pencegahan IMS merupakan cara yang dilakukan pasien IMS untuk mencegah agar pasangannya tidak terkena IMS.
- Pengetahuan tentang IMS
- Sikap terhadap penyakit IMS
- Tindakan pencegahan IMS
Kuesioner Ordinal Di ukur menggunakan Skala Likert Buruk = 0%-50% Baik = 51%-
100%
4.6 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di UPT Puskesmas Dinoyo Kota Malang
54
4.7 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai April tahun 2019.
4.8 Instrumen Penelitian
4.8.1 Kuesioner persepsi penyakit pasien IMS
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberi kertas yang
berisi pernyataan atau pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden (Muharto,
2016). Pada penelitian ini menggunakan kuesioner dari Wulandari dkk, (2016) yaittu
kuesioner Health Belief Model (HBM) yang telah dimodifikasi pada beberapa item
pertanyaan. Kuesioner HBM menggunakan kuesioner dengan bentuk pernyataan
tertutup berdasarkan skala likert dengan pilihan jawaban bertingkat yaitu sangat
setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan tidak setuju. Kuesioner ini berisi 20pertanyaan
yaitu tentang persepsi keseriusan, persepsi kerentanan, persepsi hambatan, persepsi
manfaat, kepercayaan diri, dan petunjuk bertindak. Sistem penilaian kuesioner
persepsi sakit mulai dari 1-5. Responden akan memperoleh skor 5 jika menjawab
“sangat setuju”, skor 4 jika menjawab “setuju”, skor 3 jika menjawab “ragu-ragu”,
skor 2 jika menjawab “tidak setuju”, dan skor 1 “sangat tidak setuju”. Skala data yang
digunakan yaitu skala nominal yaitu skala yang tidak bertingkat yang hasilnya dalam
bentuk kategori. Untuk mendapatkan hasil dalam bentuk kategori, peneliti terlebih
dahulu menghitung kedalam bentuk numerik lalu kemudian hasil akhir yang
disimpulkan adalah dalam bentuk kategori. Keterangan mengenai kategori
pengukuran skala Likert yaitu 0%-50% negatif dan 51%-100% positif.
Berikut merupakan perhitungan rumus yang digunakan untuk menentukan
skoring per bobot indikator dan total keseluruhan. Perhitungan pada setiap indikator
di hitung satu per satu sebanyak enam indikator tersebut, setelah hasil didapAtkan
55
lalu dijumlahkan total keseluruhan di bagi enam untuk mendapatkan skor terakhir
sehingga hasil tersebut dapat menyimpulkan jawaban dari kuesioner.
Skor Nilai Jawaban : (Total skor jawaban x bobot per soal)
Contoh : (5+5+5) x 5 = 75
Skor Indikator :(Skor jawaban responden : Total skor tertinggi ) x 100
Contoh : (75 : 75) x 100 = 100
Skor keseluruhan Persepsi : (Total skor tiap indikator) : 6
Contoh : (100 + 100 + 100+ 100 + 100 + 100) : 6
: 100
Kriteria Penilaian:
Poitif = ≥ 50%
Negatif = ≤ 50%
Jika didapatkan responden yang menjawab pernyataan sama dengan skor
tertinggi maka hasil yang di dapatkan adalah 100% yang berarti persepsi positif,
sedangkan untuk responden yang memperoleh skor dibawah 50% dikategorikan
sebagai persepsi negatif.
Tabel 4.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Sakit No. Indikator Pertanyaan Nilai per
soal X
bobot
Bobot
per
soal
Total Skor
Keseluruhan
Jumlah Nomor
1 Persepsi keseriusan 3 1,2,3 25 5 75
2 Persepsi kerentanan
3 4,5,6 25 5
75
3 Persepsi manfaat 3 7,8,9 25 5 75
4 Persepsi hambatan 3 10,11,12 25 5 75
5 Kepercayaan diri 3 13,14,15 26 5 75
6 Petunjuk bertindak 5 16,17,18,19,20 15 3 75
56
4.8.2 Kuesioner perilaku pencegahan penularan IMS
Kuesioner perilaku pencegahan penularan IMS menggunakan kuesioner dari
Gravata et al (2016) yaitu Sexually Transmited Disease Questionnaire, yang telah
dimodifikasi dan ditambahkan beberapa pertanyaan oleh peneliti. Kuesioner berisi 23
pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap IMS, sikap, dan perilaku pencegahan
IMS. Pengukuran dari hasil kuesioner menggunakan skala likert.
Berikut merupakan perhitungan rumus yang digunakan untuk menentukan
skoring per bobot indikator dan total keseluruhan. Perhitungan pada setiap indikator
di hitung satu per satu sebanyak enam indikator tersebut, setelah hasil didapAtkan
lalu dijumlahkan total keseluruhan di bagi enam untuk mendapatkan skor terakhir
sehingga hasil tersebut dapat menyimpulkan jawaban dari kuesioner.
Skor Nilai Jawaban : (Total skorjawaban x bobot per soal)
Contoh : (5+5+5+5+5+5+5) x 6,5 = 225
Skor Indikator :(Skor jawaban responden : Total skor tertingi ) x 100
Contoh : (225 : 225) x 100 = 100
Skor keseluruhan Perilaku : (Total skor tiap indikator) : 3
Contoh : (100+100 +100) : 3
: 100
Kriteria Penilaian:
Baik = ≥ 50%
Buruk = ≤ 50%
Jika didapatkan responden yang menjawab pertanyaan sama dengan skor
tertinggi maka hasil yang di dapatkan adalah 0% - 50% yang berarti perilakunya
57
termasuk ke dalam kategori buruk, skor 51%-100% dikategorikan sebagai perilaku