BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. PROFIL LEMBAGA MAN 1 SEMARANG 1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN 1 SEMARANG Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang berasal dari perubahan atau ahli fungsi dari Sekolah Persiapan Institut Agama islam (SP IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta di Semarang. Dengan demikian status SP IAIN di Semarang adalah sekolah negeri di bawah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rintisan pendirian SP IAIN Semarang dilakukan oleh kepala kantor perwakilan Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, Alm. Bapak KH. Ali Mansyur bekerja sama dengan yayasan Al-Jami’ah Semarang. Pada waktu pendirian SP IAIN Semarang di tahun 1996, pengurus yayasan Al-Jami’ah Semarang antara lain terdiri dari ketua Bapak KH. Ali Mansyur (Alm.) dan Bapak H. Saliyun M. Amir, BA sebagai sekretarisnya. Tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar SP IAIN Semarang berlokasi di kompleks pendidikan SMP-SMA Islam Diponegoro Semarang. Selang beberapa tahun kemudian lokasinya berpindah di kompleks pendidikan yayasan Al-Jami’ah di Jln. Ki Mangun Sarkoro No. 17 Semarang. Pada waktu berdirinya SP IAIN Semarang dipimpin oleh Bapak Drs. Ahmad Darodji sebagai kepala sekolah dengan surat keputusan Departemen Agama, Jakarta. Dengan berdirinya IAIN Walisongo 59
24
Embed
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIANeprints.walisongo.ac.id/7507/5/125112052_bab4.pdfsangat variatif, ada yang menonjol dalam bidang akademik dan ada yang menonjol dalam bakat yang lain,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. PROFIL LEMBAGA MAN 1 SEMARANG
1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN 1 SEMARANG
Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang berasal dari perubahan atau
ahli fungsi dari Sekolah Persiapan Institut Agama islam (SP IAIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta di Semarang. Dengan demikian status SP IAIN di
Semarang adalah sekolah negeri di bawah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Rintisan pendirian SP IAIN Semarang dilakukan oleh kepala
kantor perwakilan Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, Alm.
Bapak KH. Ali Mansyur bekerja sama dengan yayasan Al-Jami’ah
Semarang. Pada waktu pendirian SP IAIN Semarang di tahun 1996,
pengurus yayasan Al-Jami’ah Semarang antara lain terdiri dari ketua
Bapak KH. Ali Mansyur (Alm.) dan Bapak H. Saliyun M. Amir, BA
sebagai sekretarisnya.
Tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar SP IAIN
Semarang berlokasi di kompleks pendidikan SMP-SMA Islam
Diponegoro Semarang. Selang beberapa tahun kemudian lokasinya
berpindah di kompleks pendidikan yayasan Al-Jami’ah di Jln. Ki Mangun
Sarkoro No. 17 Semarang.
Pada waktu berdirinya SP IAIN Semarang dipimpin oleh Bapak
Drs. Ahmad Darodji sebagai kepala sekolah dengan surat keputusan
Departemen Agama, Jakarta. Dengan berdirinya IAIN Walisongo
59
60
Semarang pada tahun 1978, Bapak Drs. Ahmad Darodji menjadi salah
satu unsur pemimpinnya, maka SP IAIN Semarang berganti pemimpin
yaitu Bapak Drs. H. Abdul Karim Husen (Alm) yang sebelumnya
menjabat kepala SP IAIN di Kendal.
Pada tahun 1979 berdasarkan SK Menteri Agama No. 17 tahun
1978, SP IAIN Semarang berubah fungsi menjadi Madrasah Aliyah
Negeri Kotamadya Semarang. Pemimpinnya masih tetap Bapak Drs. H.
Abdul Husen, pada tahun 1981 pindah ke tanah milik sendiri di kelurahan
Plamongan Sari Kecamatan Genuk Kotamadya Semarang. Dengan
adanya penataan kota baru dari Dinas Tata Kota nama lokasi MAN
Semarang kini berubah menjadi wilayah kelurahan Pedurungan Kidul
Kecamatan Pedurungan Kotamadya Semarang. Pada tahun 1990 MAN
Semarang resmi berubah nama menjadi MAN 1 Semarang. Secara
berurutan pimpinan yang memegang jabatan kepala MAN 1 Semarang
adalah sebagai berikut:
1. Drs. H. Abdul Karim Husen (1982-1984)
2. Abdul Fatah, SH (1984-1985)
3. Drs. H. Sunhadi (1985-1988)
4. Drs. Ismono (1988-1992)
5. Drs. H. Rachmat Shofi (1992-1994)
6. Drs. H. Muhammadi (1994-1996)
7. Drs. Agus Hadi Susanto (1996-1998)
8. Drs. H. Haryono (1998-2002)
9. Drs. Basuki, M.Ag (2002-2007)
61
10. Drs. Syaefuddin, M.Pd (2007-2012)
11. H. M Malzum Adnan, S.Pd, M.M (2012 – sekarang).
2. Visi dan Misi MAN 1 Semarang
Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi/ lembaga untuk
mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin
dicapai, MAN 1 Semarang menetapkan visi “membangun generasi yang
beriman, bertaqwa, berprestasi dan berakhlaqul karimah”.
Maka untuk memperjelas visi tersebut, kemudian dijabarkan dalam
sebuah misi, yakni:
1. Menjadikan MAN 1 Semarang sebagai madrasah yang
mengembangkan pengajaran IPTEK dan IMTAQ.
2. Menjadikan MAN 1 Semarang sebagai lingkungan pendidikan yang
islami penuh ukhuwah, sederhana, disiplin dan berkreasi.
3. Membiasakan siswa dengan ajaran agama melalui kebiasaan
beribadah, baik maghdhoh maupun ghoiru maghdhoh.
4. Meningkatkan kemampuan professional tenaga pendidikan sesuai
perkembangan zaman.
5. Menyiapkan lulusan MAN 1 Semarang agar bisa diterima di
perguruan tinggi Negeri maupun swasta favorit dengan memiliki
prestasi akademik yang baik.
6. Mencetak generasi yang bermanfaat bagi masyarakat nusa bangsa dan
agama.
7. Menyiapkan calon pemimpin dan mubaligh Islam yang kreatif,
inovatif, dan aspiratif dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi
62
berlandaskan iman dan taqwa kepada Allah SWT melalui boarding
school.
3. Letak Geografis MAN 1 Semarang
Secara geografis MAN 1 Semarang berada di pinggiran kota,
sehingga terlepas dari hiruk pikuk keramaian kota. Walaupun letaknya di
pinggir kota, akan tetapi mudah dijangkau sebab posisinya cukup
strategis, sehingga orang mudah menemukan dan juga terletak tidak jauh
dari pinggir jalan utama Semarang-Purwodadi.
Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk dan jalan menuju
Plamongan.
Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Raya Brigjend Sudirman.
Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk.
Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk.
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya,
maka MAN 1 Semarang mempunyai keberuntungan, diantaranya berada
di daerah pesantren dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat
menguntungan dalam proses belajar mengajar.
4. Keadaan Guru dan Peserta Didik MAN 1 Semarang
a. Guru
Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan
proses belajar dan mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik
dalam suatu lembaga pendidikan yang berkualitas dan mempunyai
dedikasi yang tinggi sangatlah penting adanya. Di MAN 1 Semarang
memiliki tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 77 orang, terdiri
63
dari guru tetap sebanyak 58 orang dan guru tidak tetap 19 orang.
Sedangan untuk kualifikasi pendidikan, guru lulusan S2 sebanyak 3
orang, lulusan S1 sebanyak 71 orang dan untuk lulusan D3 sebanyak 3
orang.
b. Peserta Didik
Berkenaan dengan kondisi peserta didik di MAN 1 Semarang
sangat variatif, ada yang menonjol dalam bidang akademik dan ada
yang menonjol dalam bakat yang lain, misalnya dalam bakat olah
raga, paskibra, paduan suara, musik dan lain-lain. Adapun jumlah
keseluruhan peserta didik di MAN 1 Semarang sebanyak 1171 peserta
didik dengan rincian per kelas sudah dijelaskan pada bab III (poin
populasi dan sampel).
5. Sarana Prasarana MAN 1 Semarang
Bangunan fisik menjadi unsur terpenting dalam sebuah dunia
pendidikan. Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat
dan memotivasi peserta didik dalam proses belajar dan mengajar.
Beberapa tahun terakhir ini, MAN 1 Semarang terus berbenah mengenai
bangunan fisik demi terciptanya lingkungan pendidikan yang harmonis
dan memadai. Diantara bangunan yang ada di lingkungan MAN 1
Semarang adalah ruang kepala sekolah yang satu atap dengan ruang TU, 1
bangunan luas yang digunakan sebagai ruang guru yang berada di lantai
dasar dan lantai kedua dijadikan ruang perpustakaan, ruang kelas, ruang
OSIS, ruang BK, ruang multimedia, ruang kelas music, ruang
64
ketrampilan, ruang kesenian, lapangan orang raga, aula, masjid, klinik
sekolah, UKS, asrama, kantin dan lain-lain.
B. DESKRIPSI DATA
Data tentang peserta didik yang laju atau tinggal di rumah dalam
penelitian ini berjumlah 11 peserta didik, terdiri dari 4 peserta didik kelas
X dan 7 pesertadidik kelas XI. Kemudian peserta didik perempuan laju
sebanyak 29 peserta didik yang terdiri dari 17 peserta didik kelas X dan
12 peserta didik kelas XI. Sedangkan data tentang laki-laki asrama
sebanyak 10 peserta didik yang terdiri dari peserta didik kelas X dan
peserta didik kelas XI. Dan data tentang responden perempuan yang
tinggal di asrama sebanyak 28 peserta didik yang terdiri dari peserta didik
kelas X dan kelas XI. (Skor motivasi belajar masing-masing responden
tercantum dalam lampiran)
Data tersebut kemudian dianalisa secara deskriptif dengan
menghitung mean, standar deviasi berdasarkan variabel dan interaksi
antar variabel. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui
kecenderungan pemusatan dan penyebaran skor masing-masing
kelompok perserta didik laki-laki yang laju ataupun yang tinggal di
asrama, dan kelompok peserta didik perempuan yang laju maupun yang
di asrama. Analisis deskriptif ini menggambarkan perolehan skor
motivasi belajar masing-masing kelompok. Demikian adalah hasil
analisis deskriptif yang penulis sajikan dalam tabel berikut ini:
65
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data
Tempat tinggal (A)
Laju (1) Asrama (2)
Jenis
kelamin (B)
Laki-laki
(1)
Σ LL = 774
N = 11
ẍ = 70,36 Σ(X)
2 = 54526
s2 = 6,5
s = 2,5
Σ LA = 895
N = 10
ẍ = 89,5 Σ(X)
2 =
80221
s2 = 13,1
s = 3,6
Σ LLA =
1669
N = 21
ẍ = 79,47 s
2 = 105,05
s = 10,2
Perempuan
(2)
Σ PL = 2074
N = 29
ẍ = 71,51 Σ(X)
2 =
149346
s2 = 36,4
s = 6,03
Σ PA =
2525
N = 28
ẍ = 90,17 Σ(X)
2=
228039
s2 = 12,5
s = 3,5
Σ PLA =
4599
N = 57
ẍ = 80,68 s
2 = 112,82
s = 10,6
Σ LLP = 2848
N = 40
ẍ = 71,2
s2 = 28,06
s = 5,2
Σ ALP =
3420
N = 38
ẍ = 90
s2 = 12,43
s = 3,5
Σ LLAPLA
= 6268
N = 78
ẍ = 80,35
s2 = 109,63
s = 10,4
Keterangan :
Σ LL = jumlah responden laki-laki laju
Σ LA = jumlah responden laki-laki asrama
Σ PL = jumlah responden perempuan laju
Σ PA = jumlah responden perempuan asrama
Σ LLA = jumlah responden laki-laki laju dan asrama
Σ PLA = jumlah responden perempuan laju dan asrama
Σ LLP = jumlah responden laju laki-laki dan perempuan
Σ ALP = jumlah responden asrama laki-laki dan perempuan
66
Σ LLAPLA = jumlah responden laki-laki yang laju maupun
yang di asrama dan perempuan yang laju maupun yang di asrama.
Hasil analisis data di atas menunjukkan rata-rata atau mean dan
standar deviasi motivasi belajar yang diperoleh masing-masing kelompok
utama dan interaksi. Perbedaan antar kelompok utama dan interaksi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelompok peserta didik laki-laki yang laju berjumlah 11 orang,
memperoleh total skor motivasi belajar 774 dengan nilai rata-rata
(mean) 70,36 dan standar deviasi 2,5.
2. Kelompok peserta didik laki-laki yang tinggal di asrama berjumlah
10 orang, memperoleh total skor motivasi belajar 895 dengan nilai
rata-rata (mean) 89,5 dan standar deviasi 3,6.
3. Kelompok peserta didik perempuan yang laju berjumlah 29 orang,
memperoleh total skor motivasi belajar 2074 dengan nilai rata-rata
(mean) 71,51 dan standar deviasi 6,03
4. Kelompok peserta didik perempuan yang tinggal di asrama
berjumlah 28 orang, memperoleh total skor motivasi belajar 2525
dengan nilai rata-rata (mean) 90,17 dan standar deviasi 3,5.
5. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki yang laju dan yang
tinggal di asrama berjumlah 21 orang memperoleh total skor
motivasi belajar 1669 dengan nilai rata-rata (mean) 79,47 dan
standar deviasi 10,2.
6. Kelompok gabungan peserta didik perempuan yang laju dan yang
tinggal di asrama berjumlah 57 orang memperoleh total skor
67
motivasi belajar 4599 dengan nilai rata-rata (mean) 80,68 dan
standar deviasi 10,6.
7. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki dan perempuan yang laju
berjumlah 40 orang memperoleh total skor motivasi belajar 2848
dengan nilai rata-rata (mean) 71,2 dan standar deviasi 5,2.
8. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki dan perempuan yang
tinggal di asrama berjumlah 38 orang memperoleh total skor
motivasi belajar 3420 dengan nilai rata-rata (mean) 90 dan standar
deviasi 3,5.
9. Kelompok gabungan peserta didik laki-laki dan perempuan baik
yang laju maupun yang tinggal di asrama berjumlah 78 orang
memperoleh total skor motivasi belajar 6268 dengan nilai rata-rata
(mean) 80,35 dan standar deviasi 10,4.
Tabel dan penjelasan di atas memperlihatkan adanya perbedaan
motivasi belajar antar kelompok utama maupun kelompok interaksi serta
adanya kecenderungan motivasi belajar antar kelompok yang berbeda.
Namun demikian, untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut signifikan
atau tidak, perlu adanya analisis data dengan menggunakan teknik anava
dua jalur. Sebelum menganalisa menggunakan anava, terlebih dahulu
melakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang akan dibahas dalam
poin selanjutnya.
68
C. ANALISIS DATA
Sebelum penyebaran angket kepada 78 responden, terlebih dahulu
penulis melakukan uji instrumen, yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas,
uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian instrument ini diujikan kepada
86 peserta didik (daftar responden uji coba dan skor tersajikan dalam
lampiran), yang terdiri dari 40 peserta didik kelas X-12 dan kelas XI IPA 5,
serta santri asrama MAN 1 Semarang yang berjumlah 46 santri. Adapun
rincian tentang masing-masing pengujian instrumen adalah sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji validitas intrumen pada penelitian ini menggunakan Rumus Uji
t, yaitu:
t = ẍ ẍ
di mana
S²gab = ( ) ( )
*gab = gabungan
Pengujian validitas skala Likert paling banyak menggunakan
rumus ini. Validitas instrument penelitian ini dapat dicel melalui analisis
daya pembeda dengan menggunakan uji t terhadap 27 % skor kelompok
tertinggi dan 27 % skor kelompok rendah (Usman, 2003: 288). Di bawah
ini adalah pembagian 27% dari kelompok skor tertinggi dan terendah,
yaitu 27% dari 86 = 23. Jadi teknik pertama dalam penghitungan validitas
ini adalah mengambil 23 skor tertinggi, dan 23 skor terendah. Langkah-
langkah pengujian validitas adalah :
Membagi kelompok skor tertinggi dan terendah
69
Mencari mean, simpangan baku dan varian masing-masing kelompok
Tabel 4.2 Data Skor Kelompok Tertinggi Dan Terendah
mencari nilai Simpangan Baku (S²) dan Varian (s)
S²gab = ( ) ( )
= ( ) ( )
=
= 7,7
Sgab = √7,7 = 2,77
No. Skor tinggi
(X1) Xi - ẍ (Xi - ẍ)² Skor rendah
(X2) Xi - ẍ (Xi - ẍ)²
1 99 4,13 17,06 60 - 6,34 40,29
2 99 4,13 17,06 62 - 4,34 18,90
3 99 4,13 17,06 62 - 4,34 18,90
4 99 4,13 17,06 64 - 2,34 5,51
5 97 2,13 4,53 64 - 2,34 5,51
6 97 2,13 4,53 65 - 1,34 1,81
7 97 2,13 4,53 65 - 1,34 1,81
8 96 1,13 1,27 65 - 1,34 1,81
9 96 1,13 1,27 65 - 1,34 1,81
10 95 0,13 0,01 66 - 0,34 0,12
11 95 0,13 0,01 66 - 0,34 0,12
12 94 - 0,86 0,75 66 - 0,34 0,12
13 94 - 0,86 0,75 66 - 0,34 0,12
14 94 - 0,86 0,75 67 - 0,65 0,42
15 94 - 0,86 0,75 68 - 1,65 2,72
16 93 - 1,86 3,49 68 - 1,65 2,72
17 93 - 1,86 3,49 68 - 1,65 2,72
18 93 - 1,86 3,49 69 - 2,65 7,03
19 93 - 1,86 3,49 69 - 2,65 7,03
20 93 - 1,86 3,49 70 - 3,65 13,3
21 91 - 3,86 14,97 70 - 3,65 13,3
22 91 - 3,86 14,97 70 - 3,65 13,3
23 90 - 4,86 23,71 71 - 4,65 21,64
∑ 2182 158,6 1526 181,2
Mean 94,8 66,3
S² 7,2 8,2
S 2,6 2,8
70
Mencari nilai t hitung
t =
t =
t = 34,8
Kesimpulan
Berdasarkan ttabel dengan dk = 86 dan α = 0,05 didapat nilai 1,98.
Sedangkan thitung = 34,8, jadi thitung > ttabel. Maka kesimpulan instrumet ini
dinyatakan VALID untuk mengukur variabel penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach (α). Rumus ini digunakan untuk menguji reliabilitas instrument
skala Likert (1-5) atau instrument yang itemnya dalam bentuk esai.
Rumusnya ialah :
α = (
) (
)
di mana : k = jumlah item
Σs²t = jumlah varians skor total
Σs²i = jumlah varians responden masing-masing item
Untuk mengetahui semua data dan perhitungannya, dapat dilihat
pada lampiran tabel perhitungan reliabilitas yang sudah penulis susun
dengan format excel. Setelah mencari jumlah varians skor total dan jumlah
71
varians responden masing-masing item, kemudian hasilnya dimasukkan ke
dalam rumus.
α = (
) (
) = 0,813
Sebuah data dikatakan reliabel apabila hasil α > 0,80 (Usman,
2003: 293). Jadi, instrument penelitian ini dapat dinyatakan reliabel karena
nilai α = 0,81, yang artinya α > 0,80.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dijadikan dasar dalam pengujian hipotesis
apabila hasil uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal
(Sugiyono, statistic untuk penelitian, 2002: 69). Uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui semua kelompok data yang akan dianalisis berdistribusi
normal ataukah tidak. Jika data berdistribusi normal maka data terkumpul
telah memenuhi syarat untuk dianalisis guna membuktikan hipotesis.
Pengujian persyaratan normalitas dengan menggunakan teknik
statistic non parametric one-sample kolmogrov-smirnov test, dengan SPSS
16.00 sebagaimana hasilnya tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
No. Kelompok Kolmogorov-Smirnov Z Probabilitas (Signifikan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
LL
PL
LA
PA
LLA
PLA
LPL
LPA
LPLA
0,479
1,035
0,823
0,535
1,041
1,256
1,202
0,688
1,562
0,976
0,234
0,507
0,937
0,228
0,085
0,111
0,731
0,015
72
Keterangan :
LL = kelompok peserta didik laki-laki yang laju
PL = kelompok peserta didik perempuan yang laju
LA = kelompok peserta didik laki-laki yang asrama
PA = kelompok peserta didik perempuan asrama
LLA = kelompok peserta didik laki-laki yang laju dan asrama
PLA = kelompok peserta didik perempuan yang laju dan asrama
LPL = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan yang laju
LPA = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan yang asrama
LPLA = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan yang laju dan
asrama.
Hasil dari analisis uji normalitas di atas menunjukkan bahwa
masing-masing kelompok berdistribusi normal, karena nilai signifikansinya
> 0,05.
4. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui homogenitas varian masing-masing kelompok
utama dan kelompok interaksi, perlu dilakukan uji homogenitas terhadap
varian yang meliputi data motivasi belajar kelompok peserta didik laki-laki
dan perempuan yang tinggal di asrama, dan kelompok peserta didik laki-
laki dan perempuan yang tinggal di rumah, serta kelompok interaksi
73
peserta didik laki-laki dan perempuan yang tinggal di asrama dan yang
tinggal di rumah.
Uji homogenitas untuk kelompok jenis kelamin dan tempat tinggal
menggunakan teknik analisis statistic compare mean one way anova.
Sedangkan untuk data kelompok interaksi jenis kelamin dan tempat
tinggal menggunakan teknik analisis statistic general linier model
univariate two way anova, dengan progam SPSS 16.00 for windows.
Rangkuman hasil uji homogenitas data disajikan dalam bentuk tabel di
bawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas
No. Kelompok Nilai Leven Test Signifikan
1.
2.
3.
LP
LA
Interaksi AB
0,112
0,666
1,799
0,739*
0,417*
0,155*
Keterangan :
LA = kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan
LA = kelompok peserta didik laju dan asrama
AB = kelompok interaksi peserta didik laki-laki dan perempuan yang
tinggal di rumah (laju) dan yang tinggal di asrma
*) = Probabilitas (p) > 0,05
Hasil analisa tersebut dapat dihasilkan sebagai berikut :
a) Kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan, dari hasil perhitungan
di atas mendapatkan nilai levene statistic 0,112 dengan signifikansi
0,739. Jadi probabilitasnya dalah 0,739 > 0,05. Dengan demikian dapat
74
ditarik kesimpulan bahwa varian kedua kelompok tidak berbeda secara
signifikan, dengan kata lain kedua varian tersebut homogen.
b) Kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan, dari hasil perhitungan
di atas mendapatkan nilai levene statistic 0,666 dengan signifikansi
0,417. Jadi probabilitasnya dalah 0,417 > 0,05. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa varian kedua kelompok tidak berbeda secara
signifikan, dengan kata lain kedua varian tersebut homogen.
c) Kelompok interaksi peserta didik laki-laki dan perempuan yang tinggal di
rumah dan yang di asrama, dari hasil perhitungan di atas mendapatkan
nilai levene statistic 1,799 dengan signifikansi 0,155. Jadi probabilitasnya
dalah 0,155 > 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
varian keempat kelompok tidak berbeda secara signifikan, dengan kata
lain kedua varian tersebut homogen.
Berdasarkan hasil uji persyaratan tersebut, maka data yang ada
telah memenuhi syarat dijadikan dasar pengujian hipotesis yang telah
diajukan dalam penelitian ini.
D. UJI HIPOTESIS
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, hipotesis pada
penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal di
asrama dan yang tinggal di rumah.
2. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara peserta didik laki-laki dan
perempuan.
75
3. Terdapat pengaruh interaktif tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap
motivasi belajar.
Hasil analisis deskriptif sebagaimana disajikan dalam tabel
menunjukkan adanya perbedaan rata-rata motivasi belajar peserta didik, antar
kelompok utama maupun antar kelompok interaksi. Untuk menguji apakah
perbedaan tersebut signifikan atau tidak, data selanjutnya diolah menggunakan
rumus teknik analisis anava dua jalur (mengolahan data menggunakan rumus
W-Stats) dengan taraf signifikansi 5%. Maka hasil pengujiannya dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini:
Jumlah variasi JK dk RK F
Faktor A (Tempat Tinggal) 6887,549 1 6887,549 330,875
Faktor B (Jenis Kelamin) 22,395 1 22,395 1,076
Interaksi (A*B) -8,389 1 -8,389 -0,403
Inter 1540,394 74 20,816
Total 8441,949 77
Berdasarlan hasil perhitungan di atas, maka hasil pengujian
hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama yakni terdapat perbedaan motivasi belajar antara
peserta didik yang tinggal di asrama dan yang tinggal di rumah.
Tujuan dari analisis hipotesis ini adalah untuk membuktikan ada atau
tidaknya perbedaan motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal
di asrama dan yang tinggal di rumah. Ternyata hasil analisis
membuktikan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara
76
peserta didik yang tinggal di asrama dan yang tinggal di rumah. Hal
ini berarti data tersebut tidak mendukung hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini. Maka kesimpulannya Ha diterima dan Ho
ditolak.
2. Hipotesis kedua yakni terdapat perbedaan motivasi belajar antara
peserta didik laki-laki dan perempuan. Tujuan dari analisis hipotesis
ini adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan motivasi
belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Ternyata hasil
analisis membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi
belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti
data tersebut tidak mendukung hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini. Maka kesimpulannya Ho diterima dan Ha ditolak
3. Hipotesis ketiga adalah terdapat pengaruh interaktif tempat tinggal
dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh interaktif
tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar. Ternyata
hasil analisis membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh interaktif
tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar. Hal ini
berarti data tersebut mendukung hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini. Maka kesimpulannya adalah Ho diterima dan Ha
ditolak.
77
E. PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan motivasi belajar
antara peserta didik laki-laki dan perempuan baik yang tinggal di rumah
maupun yang tinggal di asrama, serta interaksi antar faktor-faktor tersebut.
Perbedaan dalam faktor tersebut diduga mempunyai pengaruh yang berbeda
terhadap motivasi belajar peserta didik. Demikian juga interaksi antara kedua
faktor, yakni jenis kelamin dan tempat tinggal akan menghasilkan perbedaan
dalam pencapaian motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik.
Dari hasil analisis data, sebagaimana telah terurai pada halaman
sebelumnya, ternyata tidak semua hipotesis diterima. Artinya, ada sebagian
dugaan (hipotesis pertama) terbukti, dan ada sebagaian dugaan (hipotesis
kedua dan ketiga) yang tidak terbukti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan motivasi belajar antara peserta didik laki-laki dan
perempuan, akan tetapi tidak ada perbedaan motivasi belajar bagi mereka
yang tinggal di asrama maupun tinggal di rumah. Serta faktor jenis kelamin
dan tempat tinggal secara bersama-sama tidak memiliki interaksi yang
signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik.
Untuk lebih rincinya, pembahasan berikut ini akan fokus pada
pengaruh masing-masing faktor terhadap motivasi belajar peserta didik,
dalam hubungannya dengan kerangka teori yang telah penulis bangun pada
bab II dan implikasinya.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil riset pertama sesuai
dengan hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini. Dugaan adanya
perbedaan motivasi belajar antara peserta didik laki-laki dan perempuan
78
ternyata terbukti. Pada bab II, penulis menguraikan adanya dugaan bahwa
perempuan mempunyai motivasi lebih tinggi daripada laki-laki. Dan dugaan
penulis tepat dengan adanya hasil penelitian ini. Hal ini mencerminkan bahwa
peserta didik perempuan memang lebih termotivasi dalam meraih prestasi, hal
ini dikarenakan mereka mempunyai perasaan yang lebih mendalam tentang
arti sebuah keberhasilan demi masa depannya. Sangat mempengaruhi juga
seberapa besar andil guru dalam pemberian motivasi belajar, guru sangat
berperan aktif dalam pemberian motivasi belajar kepada seluruh peserta
didiknya. Dalam hal ini, pemberian motivasi oleh guru atau orang tua
dilakukan secara merata dan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, sehingga mereka mampu memotivasi dirinya untuk maju dan
berkembang secara bersama-sama tanpa ada perbedaan demi kesuksesan
belajar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang terdahulu, yang
sebelumnya dilakukan oleh saudara Darumawan dan saudari Dena Amirul
Fata. Pada kajian teori yang penulis jadikan rujuan, kedua penelitian
mengatakan bahwa perempuan memiliki motivasi belajar lebih tinggi
daripada laki-laki, senada dengan dugaan penulis. Hal ini dapat dijadikan
pedoman bahwa motivasi belajar peserta didik di MAN 1 Semarang bisa
disamakan dengan motivasi belajar peserta didik lainya, meskipun masing-
masing peserta didik mempunyai keadaan dan faktor yang berbeda-beda.
Selanjutnya, hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil riset yang
kedua tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.
Dugaan adanya perbedaan motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal
79
di asrama dan peserta didik yang tinggal di rumah tidak terbukti. Hal ini juga
menunjukkan tidak adanya persesuaian antara hasil analisis dengan landasan
teori yang penulis uraian pada bab II, yakni bahwa peserta didik yang tinggal
di asrama memiliki motivasi belajar lebih tinggi daripada peserta didik yang
tinggal di rumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh saudara Ali Khomsin dan saudara Chasan Basri, mereka sama-
sama menyimpulkan dari penelitian mereka bahwa tidak adanya perbedaan
motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal di asrama dan yang tinggal
di rumah.
Awalnya, penulis beranggapan bahwasannya mereka yang tinggal di
asrama akan mampu memotivasi dirinya untuk terus semangat dalam belajar
demi sebuah kesuksesan masa depan mereka, dengan sebuah alasan karena
adanya peraturan yang ketat dan mengikat di asrama sehingga lebih mampu
mengontrol diri peserta didik, ketimbang keadaan di rumah yang cenderung
tidak adanya kontrol dari orang tua untuk selalu memantau proses belajar
peserta didik. Asumsi tersbut terbantahkan ketika hasil penelitian ini
menujukkan bahwa tidak adanya pengaruh perbedaan tempat tinggal terhadap
motivasi peserta didik.
Implikasi dari penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan keadaan
lingkungan peserta didik dalam hubungannya dengan motivasi belajar
mereka. Baik mereka yang tinggal di asrama maupun yang tinggal di rumah
mempunyai aturan tersendiri yang mampu mengontrol proses belajar mereka,
dan keadaan yang mereka hadapi sehari-haripun tidak memberikan pengaruh
terhadap motivasi belajar mereka. Hal ini justru malah memberikan efek yang
80
positif terhadap semuanya, baik peserta didik, pihak sekolah maupun
keluarga. Dengan adanya persamaan ini akan mempermudah pihak sekolah
dalam memperlakukan peserta didiknya. Maksud nya, ketika keadaan
lingkungan sekitar mereka tinggal ternyata tidak memberikan pengaruh
terhadap motivasi belajar mereka, tentunya pihak sekolahpun tidak perlu
melakukan tindak lanjut untuk mengadakan peninjuan tempat tinggal peserta
didiknya. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh guru, bahwa dengan adanya
persamaan motivasi belajar ini, guru tidak perlu membedakan antar peserta
didiknya. Semua mempunyai kesempatan yang sama meskipun dengan
keadaan lingkungan tempat tinggal yang berbeda.
Terakhir, hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil riset ketiga
tidak sesuai dengan hipotesis ketiga yang diajukan penulis, yakni terdapat
pengaruh interaksi antara tempat tinggal dan jenis kelamin terhadap motivasi
belajar peserta didik. Implikasi dari hipotesis yang ketiga ini adalah kedua
faktor ini secara bersama-sama tidak mampu memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik.
Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang penulis uraikan pada
bab II, yaitu jenis kelamin dan tempat tinggal mampu mempengaruhi
motivasi belajar. Jenis kelamin masuk dalam kategori faktor internal peserta
didik, sedangkan tempat tinggal masuk dalam kategori faktor eksternal.
Meskipun pada hasil analisis sebelumnya terdapat perbedaan motivasi belajar
antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar mereka, baik itu
pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negatif. Pengaruh dari faktor
81
internal ini mampu membedakan motivasi belajar mereka. akan tetapi
berbeda dengan peran tempat tinggal dalam mempengaruhi motivasi belajar
mereka. Faktor eksternal ini tidak sampai memberikan pengaruh yang
berakibat pada perbedaan motivasi belajar antara peserta didik yang tinggal di
asrama dan di rumah, hanya saja faktor tempat tinggal memberikan pengaruh
terhadap tinggi atau rendahnya motivasi belajar mereka. hal inilah yang
memyebabkan tidak adanya interaksi secara bersama-sama antara jenis
kelamin dan tempat tinggal terhadap motivasi belajar peserta didik.
Kesimpulan terakhir yang dapat penulis uraikan dari penelitian ini
adalah kedua faktor ini, yakni faktor internal (jenis kelamin) dan faktor
eksternal (tempat tinggal) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi belajar. Perbedaan jenis kelamin dan perbedaan tempat tinggal
tersebut tidak sepenuhnya membedakan dalam hal motivasi belajar peserta
didik. Laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki motivasi belajar
yang berbeda, tetapi apabila ditinjau dari latar belakang tempat tinggal,
mereka yang tinggal di asrama ataupun di rumah memiliki motivasi belajar
yang sama.
F. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.
Peneliti juga merasa ada banyak hal yang menghambat dan menjadi kendala
selama proses penelitian ini. Hal itu terjadi bukan karena faktor kesengajaan,
melainkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian.
Adapaun hambatan tersebut adalah :
82
1. Keterbatasan waktu penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti melaksanakan
penelitian hanya dua bulan, yakni bulan April sampai Mei, dengan
pertimbangan pada bulan April dan Mei adalah bulan pertengahan antara
pelaksanaan UTS dan UAS, jadi tidak menganggu konsentrasi responden
dalam menyiapkan UAS.
2. Keadaan sekolah yang berisik karena sedang ada renovasi gedung
poliklinik dan pengecoran gedung baru.
3. Sulitnya menemui narasumber, seperti kepala sekolah yang saat itu sering
melakukan kunjungan di luar sekolah, dan minimnya informasi dari
pengasuh asrama terkait dengan beberapa hal yang ingin peneliti ketahui,
seperti keadaan responden waktu belajar, antusias responden mengikuti
kegiatan di asrama dan lain-lain.
4. Faktor internal peneliti. Seperti jarak tempuh yang cukup jauh dan
kesibukan peneliti sebagai ibu rumah tangga.
Meskipun terdapat beberapa kendala yang menghambat peneliti,
namun akhirnya peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Semoga keterbatasan yang peneliti dahapi dapat menjadikan arahan dan
masukan bagi pembaca untuk lebih fokus dan mengatur waktu dengan lebih