BAB IV Kajian Interaksi Individu dalam PGMB dari perspektif Martin Buber. 4.1 Pendahuluan Pembahasan dalam Bab IV merupakan sebuah kajian dari data lapangan yang telah dideskripsikan dalam Bab III. Instrumen yang dipakai untuk menganalisis pokok-pokok yang dikembangkan dalam Bab III adalah landasan teori yang telah tertera dalam Bab II. Hasil penelitian menemukan dua hal yang mendasar. Pertama, interaksi individu dalam PGMB menggambarkan interaksi dari perspektif Martin Buber. Hubungan I-It dan hubungan I-Thou terlihat dalam interaksi individu PGMB. Temuan kedua adalah interaksi individu dalam PGMB lebih menekankan hubungan I-It. Melakukan interaksi hanya karena kepentingan dan keinginan sehingga tidak merealisasikan kehidupan yang mendorong manusia untuk mengadakan perjumpaan dengan orang lain. Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah mengkaji interaksi individu dalam PGMB dari perspektif Martin Buber. Karena itulah penulis akan memaparkan hasil kajian dalam 5 sub pokok bahasan. Setiap pokok bahasan merupakan hasil kajian dari penelitian. 4.1 Pengenalan individu terhadap PGMB menjadi dasar untuk membangun interaksi Keinginan untuk hidup bersama dengan orang lain dalam satu kelompok atau masyarakat merupakan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini berarti individu perlu untuk mengenal satu kelompok atau masayarakat tersebut. PGMB hadir sebagai wadah oikumene yang dibentuk oleh PDUMKRIS VICO Indonesia. Enam belas tahun PGMB hadir sebagai wadah kebersamaan gereja di Muara Badak yang memiliki misi untuk menjawab panggilan dan pengutusan gereja. Akan tetapi hasil
14
Embed
BAB IV Kajian Interaksi Individu dalam PGMB dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16444/4/T2_752016213_BAB IV... · Interaksi individu di PGMB tidak hanya terjadi antara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
Kajian Interaksi Individu dalam PGMB dari perspektif Martin Buber.
4.1 Pendahuluan
Pembahasan dalam Bab IV merupakan sebuah kajian dari data lapangan yang telah
dideskripsikan dalam Bab III. Instrumen yang dipakai untuk menganalisis pokok-pokok yang
dikembangkan dalam Bab III adalah landasan teori yang telah tertera dalam Bab II.
Hasil penelitian menemukan dua hal yang mendasar. Pertama, interaksi individu dalam
PGMB menggambarkan interaksi dari perspektif Martin Buber. Hubungan I-It dan hubungan
I-Thou terlihat dalam interaksi individu PGMB. Temuan kedua adalah interaksi individu dalam
PGMB lebih menekankan hubungan I-It. Melakukan interaksi hanya karena kepentingan dan
keinginan sehingga tidak merealisasikan kehidupan yang mendorong manusia untuk
mengadakan perjumpaan dengan orang lain.
Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah mengkaji interaksi individu dalam
PGMB dari perspektif Martin Buber. Karena itulah penulis akan memaparkan hasil kajian
dalam 5 sub pokok bahasan. Setiap pokok bahasan merupakan hasil kajian dari penelitian.
4.1 Pengenalan individu terhadap PGMB menjadi dasar untuk membangun
interaksi
Keinginan untuk hidup bersama dengan orang lain dalam satu kelompok atau
masyarakat merupakan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini berarti individu
perlu untuk mengenal satu kelompok atau masayarakat tersebut. PGMB hadir sebagai
wadah oikumene yang dibentuk oleh PDUMKRIS VICO Indonesia.
Enam belas tahun PGMB hadir sebagai wadah kebersamaan gereja di Muara Badak
yang memiliki misi untuk menjawab panggilan dan pengutusan gereja. Akan tetapi hasil
penelitian menyatakan pengenalan individu terhadap PGMB tidak merata. Hanya sebagian
orang yang berfungsi sebagai pengurus dan memiliki pendidikan sarjana mengetahui dengan
pasti tentang PGMB, mulai dari sejarah kehadirannya sampai jumlah gereja yang terdaftar
menjadi anggota PGMB.
Sejarah kehadiran PGMB tidak bisa dipisahkan dari Perusahaan VICO Indonesia yang
ada di Muara Badak. VICO Indonesia memiliki misi untuk mensejahterakan masyarakat, maka
salasatu program kegiatannya harus merangkul masyarakat yang ada di luar perusahaan agar
dapat berkembang bersama dengan perusahaan VICO, khususnya dalam bidang kerohanian.
PDUMKRIS sebagai wadah yang ada di lingkungan perusahaan membina kerohanian para
pekerja, PGMB wadah pembinaan yang ada di luar lingkungan perusahaan, karena itu
PDUMKRIS dan PGMB harus membangun interaksi yang baik guna mewujudkan
kesejahteraan dalam kehidupan bersama di Muara Badak.
Secara teoritis interaksi merupakan hubungan yang dilakukan oleh individu. Martin
Buber, manusia selalu berhubungan dengan tiga pihak dalam dunia ini, pertama berhubungan
dengan alam, termasuk benda-benda; kedua berhubungan dengan manusia; ketiga berhubungan
dengan “Yang Absolut,” kaum beragama menyebut dengan “Tuhan.”1 Hubungan yang
dilakukan oleh manusia kepada ketiga pihak tersebut, berkaitan dengan realitas. Realitas
menurut Buber adalah “ruang antara” (in between) yang terbuka ketika manusia berhubungan
alam, sesama dan Tuhan, dan dibangun atas dasar hubungan timbal balik. Buber menyebutnya
sebagai “aktualitas,” suatu kehidupan sesungguhnya yang dibangun oleh individu. Hal ini
berarti individu di PGMB harus mengenal PGMB secara realitas guna membangun interaksi di
1 Martin Buber, I and Thou, terjemahan: Ronald Georgor Smith (Edinburg: T&T. Clark, Hesperides
Press,2008), 6.
dalamnya. Jika hal ini tidak dilakukan maka interaksi individu di PGMB tidak bisa
mewujudkan misi dari kehadiran PGMB.
4.2 Pengenalan individu terhadap dirinya memberikan dampak terhadap interaksi
Individu dapat mengenal dirinya melalui interaksi intrapersonal. Individu sebagai
makhluk rohani tentu memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri sendiri, sehingga dapat
membuat pemisahan antara dirinya sebagai subjek atau sebagai objek.2 Pemisahan diri sebagai
subjek atau sebagai objek yang dilakukan individu tentu dalam interaksi dengan yang lain.
Individu sebagai pribadi sadar akan subjektivitasnya yang mempunyai keterbukaan
terhadap diri sendiri dan orang lain.3 Dalam kesadaran itulah individu membangun interaksi
antara dirinya dengan orang lain. Menurut Buber, individu senantiasa berada dalam proses
“mempribadi” yang mengalami perjumpaan dengan yang lain. Karena itulah individu menjadi
sadar akan keberadaan dirinya, dunianya dan apa yang harus dilakukan untuk menjadikan
hidupku dengan yang lain menjadi bermakna.4
PGMB sebagai wadah komunitas umat Kristen, penulis melihat bahwa sesungguhnya
setiap individu tidak hanya melakukan kegiatan bersama dalam hal beribadah, mereka juga
belajar untuk berinteraksi dengan yang lain. Komunikasi merupakan kata kunci dalam setiap
jawaban yang diberikan oleh informan terhadap tindakan seseorang dalam berinteraksi. Hal ini
2 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 47.
3 Wahju S. Wibowo, Aku, Tuhan Dan Sesama: Butir-butir Pemikiran Martin Buber tentang Relasi
Manusia dan Tuhan (Yogyakarta: Cv. Sunrise, 2017), 31.
4 Ibid,……..33.
memperlihatkan bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari keseharian dan aktivitas
manusia.5
Komunikasi yang baik dan benar adalah komunikasi yang terjadi dua arah, artinya ada
dialog. Menurut Buber, Penjelmaan dari dialog diantara individu dengan individu, memberikan
dampak adanya pergeseran komunikasi (communication) menjadi persekutuan (communion).6
PGMB merupakan wadah persekutuan umat Kristiani yang ada di Muara Badak. Penulis
berpendapat bahwa individu di dalam PGMB merasakan adanya manfaat dari PGMB. Mereka
dapat melaksanakan kegiatan bersama sekalipun mereka berbeda denominasi gereja atau suku,
dan bisa saling mengenal satu dengan yang lain.
Pengenalan antar individu dalam wadah PGMB membantu seseorang untuk dapat
memahami yang lain dalam berinteraksi. Hal inilah yang penulis temukan dalam penelitian.
Sekalipun ada juga yang menyatakan bahwa PGMB tidak membantu dirinya untuk dapat
memahami orang lain dalam berinteraksi. Penyebab utama individu tidak dapat memahami
orang lain dikarenakan individu hidup dalam dua kutub: ego dan pribadi. Ego menjadikan
dirinya sebagai pusat, melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya. Pribadi adalah kesadaran
individu akan subjektivitasnya, sehingga partisipasinya dengan orang lain terbangun dalam
sebuah interaksi.
Pengenalan diri yang dilakukan oleh individu memberikan kesadaran baginya untuk
berinteraksi dengan yang lain dan menjadikan yang lain sama dengan dirinya sebagai subjek.
5 Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan: Dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta:
Arti Bumi Intaran, 2004), 1.
6 Martin Buber, Between Man And Man, Terjemahan: Ronald Gregor-Smith (London & New York: The
Taylor & Francies e-Library, 2004), 6.
Penulis berpendapat, hal ini belum secara keseluruhan terlihat dalam individu yang ada di
PGMB.
4.3 Interaksi individu dengan individu yang berdampak di PGMB
Penulis melihat hasil penelitan dan berpendapat bahwa individu di dalam PGMB sadar
akan adanya sebuah interaksi yang harus dilakukan oleh semua orang, karena manusia tidak
bisa hidup sendiri. Itu sebabnya individu di dalam PGMB memahami kata interaksi tidak
sebatas pada hubungan yang terjadi diantara individu dengan individu, tetapi lebih memiliki
makna yang dalam. Interaksi adalah hubungan yang di dalamnya tercipta komunikasi yang
saling mengisi dan memperhatikan.
Komunikasi yang terjadi antara individu dengan individu, untuk saling mengisi dan
memperhatikan, Buber mengistilahkannya dengan “perjumpaan”.7 Perjumpaan menjadi hal
yang penting dalam sebuah interaksi, sekalipun di era globalisasi telah menghasilkan alat
komunikasi yang membantu individu untuk tetap dapat berinteraksi dengan yang lain meskipun
jarak yang memisahkan dan kesibukan dari setiap individu. Namun bukan berarti mengabaikan
kemajuan teknologi, alat komunikasi tetap bisa digunakan, hanya sebatas untuk komunikasi
yang sifatnya penting (urgane).
Perjumpaan yang dilakukan oleh individu dalam sebuah interaksi, menurut Buber
merupakan realitas dan aktualitas. Lewat perjumpaan seseorang dapat saling mengenal dan
memahami, tidak hanya kepada yang lain tetapi juga kepada diri sendiri. Pengenalan individu
terhadap diri sendiri dapat dilakukan dengan cara merefleksikan perbuatan-perbuatan, bukan
dari segi efisiensi dan efektivitasnya, melainkan dari segi baik buruk dan moral.8
7 Wibowo, Aku, Tuhan dan Sesama,………………….. 30.
8 Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal ………….. 57
Kemampuan individu untuk mengenal dirinya sendiri, dengan cara mendengar dan
mencermati hati nurani (conscientia), lalu berkomunikasi dengannya.9 Hati nurani bersifat
pribadi, karena khas dari seetiap individu. Hati nurani juga bersifat suprapersonal, itu sebabnya
dapat disebut juga dengan istilah suara hati, kata hati atau suara batin.10 Penulis melihat dan
menemukan dalam penelitian bahwa hati nurani mempengaruhi individu dalam berinteraksi
dengan yang lain, tetapi ada juga individu yang menyatakan bahwa suasana hati tidak
mempengaruhi interaksinya dengan yang lain, karena mereka bisa mengendalikan diri dan
beradaptasi.
Perbedaan sikap yang diperlihatkan oleh individu melalui interaksi yang dilakukan,
berhubungan dengan hati nurani. Hati nurani merupakan penghayatan prilaku konkret individu
atas baik-buruknya perbuatan yang akan dilakukan.11 Hal inilah yang penulis temukan di
lapangan. Relasi individu dengan seseorang memberikan pengaruh terhadap interaksinya
dengan yang lain, baik positif maupun negatif. Namun, ada juga yang menyatakan tidak
berpengaruh, karena orang yang percaya kepada Tuhan tidak memilih dan memihak kepada
siapapun.
Menurut Buber, individu yang menjalankan hubungan I-Thou dapat merasakan
kehadiran Tuhan sebagai Pribadi. Melalui hubungan I-Thou, individu berada dalam proses
“mempribadi” atau menjadi pribadi yang sejati. Akan tetapi tidak semua individu menyadari
akan hal ini. Karena itulah dalam penelitian ditemukan penyebab rusaknya atau tidak berjalan
dengan baik interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu yang lain dan berdampak
dalam interaksi di PGMB. Interaksi individu dalam PGMB hanya terjadi ketika terlaksananya
9 Ibid.
10 Ibid,……59
11 Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal,……………58
ibadah bersama, yaitu natal dan paskah. Hal ini menandakan interaksi yang terjadi di PGMB
masih menggunakan hubungan I-It, bukan I-Thou.
4.4 Interaksi individu di PGMB hadir membawa manfaat.
Interaksi individu di PGMB tidak hanya terjadi antara individu dengan individu tetapi
juga terjadi antara individu dengan institusi atau individu dengan beberapa kelompok individu
(masyarakat). Karena itulah di dalam bab 3 ada pokok bahasan interaksi multipersonal. Dalam
kehidupan modern, institusi (institutions) terbentuk melalui interaksi dengan pola I–It, menurut
Buber.12 Individu melalui intitusi mengatur segala sesuatu, berkompotisi, mempengaruhi,
bernegosiasi, mengajar dan lain sebagainya. Hal ini memperlihatkan dunia It yang penuh
dengan objek.13
PGMB merupakan wadah oikumene, di dalamnya terdapat institusi gereja yang
berbeda-beda. Individu yang ada di dalam PGMB membangun interaksi dengan institusi: antar
denominasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa individu menyadari akan dirnya sebagai
bagian dari PGMB yang merupakan manusia ciptaan Tuhan yang diberikan tugas dan
tanggungjawab. Melaksanakan tugas dan tanggungjawab di dalam dunia, individu
membutuhkan yang lain. Kesadaran ini terlihat dalam interaksi yang terjadi. Perbedaan
denominasi bukanlah menjadi penghalang untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawab,justru untuk saling melengkapi.
Penulis melihat dan merasakan adanya kesadaran dari individu yang berada di dalam
PGMB untuk membuka diri terhadap perbedaan agar tercipta komunikasi yang saling
menghormati dan menghargai. Hal ini memperlihatkan adanya interaksi yang terjadi antara
12 Wibowo, Aku, Tuhan dan Sesama,………………… 37.
13 Ibid.
individu dengan institusi denominasi gereja yang berbeda, termasuk di dalamnya dengan
PDUMKRIS dan masyarakat yang ada di Muara Badak.
Individu yang berada di dalam PGMB merupakan bagian dari masyarakat Muara Badak
yang merupakan pendatang. Kehidupan masyarakat Muara Badak tidak terlepas dari masalah
sosial, hasil penelitian memperlihatkan adanya masalah sosial terhadap kehidupan remaja dan
rumah tangga. PGMB yang merupakan wadah oikumene, seharusnya tidak boleh berdiam diri
terhadap masalah sosial yang terjadi di Muara Badak.
Manusia modern kehilangan perjumpaan dengan sesama, dampaknya tidak peduli
terhadap masalah sosial yang terjadi. Buber melihat sejarah perkembangan manusia justru
menunjukkan peningkatan yang progresif dalam pola hubungan I–It.14 Penglihatan Buber
terhadap perkembangan manusia tidak penulis temukan dalam interaksi yang terjadi antara
individu dengan masyarakat atau pun dengan denominasi gereja. Hal ini terlihat dalam jawaban
yang diberikan, mereka bagian dari masyarakat, mereka tidak berbeda dengan denominasi yang
lain. Itu sebabnya, dalam membangun interaksi dengan masyarakat atau pun dengan
denominasi gereja yang berbeda, menggunakan pola hubungan I–Thou, memposisikan sama-
sama sebagai subjek.
Interaksi individu di dalam PGMB dengan PDUMRIS, penulis menemukan pola
hubungan I–It, sebagaimana yang Buber maksudkan yaitu hubungan sepihak dan bersifat
posesif. Pola hubungan I – It, menurut Buber tidak jahat selama manusia tidak memanipulasi,
“memperkosa,” mengubah dan memperalat It.15 PGMB dan PDUMKRIS merupakan wadah
yang sama, yaitu membina kerohanian individu Kristiani. PGMB berada di luar lingkungan