55 BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN MUI NO.19/DSN- MUI/IV/2001 TENTANG QARDH DI BANK WAKAF MIKRO A. Implementasi Qardh di Bank Wakaf Mikro Pesantren An- Nawawi Tanara Bank Wakaf Mikro atau BWM merupakan program pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren melalui lembaga keuangan mikro syariah. Dengan kriteria sasaran program yaitu masyarakat mikro sekitar pesantren yang potensial dan produktif, sekitar radius 5 km dari pesantren dan sesuai izin usaha Lembaga Keungan Mikro. Dapat diberdayakan dan berkomitmen dalam kelompok usaha masyarakat sekitar pesantren yang mukim dilingkungan pesantren dan memiliki usaha potensial dan produktif serta berkomitmen dalam kelompok usaha masyarakat sekitar pesantren, sedangkan sasaran lingkungan pesantern yaitu santri, alumni santri, keluarga santri, yang mukim di lingkungan pesantren dan memiliki usaha potensial produktif serta berkomitmen dalam kelompok. Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pesantren antara lain: 1. Menyediakan pendampingan dengan pembiayaan sesuai prinsip syariah.
33
Embed
BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN MUI NO.19/DSN- …repository.uinbanten.ac.id/4810/6/BAB IV IMPLEMENTASI... · 2019. 12. 11. · IMPLEMENTASI FATWA DSN MUI NO.19/DSN-MUI/IV/2001 TENTANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
55
BAB IV
IMPLEMENTASI FATWA DSN MUI NO.19/DSN-
MUI/IV/2001 TENTANG QARDH DI BANK WAKAF
MIKRO
A. Implementasi Qardh di Bank Wakaf Mikro Pesantren An-
Nawawi Tanara
Bank Wakaf Mikro atau BWM merupakan program
pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren melalui lembaga
keuangan mikro syariah. Dengan kriteria sasaran program yaitu
masyarakat mikro sekitar pesantren yang potensial dan produktif,
sekitar radius 5 km dari pesantren dan sesuai izin usaha Lembaga
Keungan Mikro. Dapat diberdayakan dan berkomitmen dalam
kelompok usaha masyarakat sekitar pesantren yang mukim
dilingkungan pesantren dan memiliki usaha potensial dan
produktif serta berkomitmen dalam kelompok usaha masyarakat
sekitar pesantren, sedangkan sasaran lingkungan pesantern yaitu
santri, alumni santri, keluarga santri, yang mukim di lingkungan
pesantren dan memiliki usaha potensial produktif serta
berkomitmen dalam kelompok.
Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Pesantren antara lain:
1. Menyediakan pendampingan dengan pembiayaan sesuai
prinsip syariah.
56
2. Segmen pasar utama masyarakat mikro potensial produktif
disekitar pesantren.
3. Penyaluran pinjaman atau pembiayaan menggunakan
pendekatan kelompok dengan sistem tanggung renteng.
4. Para calon nasabah akan mendapatkan pelatihan dasar sebelum
diberikan pembiayaan.
5. Nasabah diberikan pendampingan berkala mengenai
pengembangan usaha, manajemen ekonomi rumah tangga
disertai pendidikan agama.
6. Imbal hasil pembiayaan 3% pertahun.
7. Pembiayaan diberikan tanpa agunan.1
Dari penjelasan Bank Wakaf Mikro dan karakteristik yang
telah di sebutkan, bahwasanya BWM tidak diperkenankan
mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus
pemberdayaan masyarakat melalui pembiayaan disertai
pendampingan usaha. Hal ini berbeda dengan fungsi Bank pada
umumnya yaitu sebagai penghimpun dana dan penyaluran dana
masyarakat.2 Bank Wakaf Mikro juga berbeda dengan Bank pada
umumnya yang membutuhkan agunan berupa jaminan agar
mendapatkan pinjaman, ditambah lagi pada umumnya Bank
menerapkan bunga yang cukup besar, hal ini mempersulit
pengusaha kecil untuk melakukan pinjaman. Pada Bank Wakaf
1Brosur Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi Tanara Serang-
Banten 2 Malayu S.P Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, cet III, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), h. 3
57
Mikro, nasabah bisa mendapatkan pinjaman modal minmal Rp.
1.000.000,- dan maksimal sampai dengan Rp. 3.000.000,-
dengan mudah tanpa agunan dengan biaya setara 3% pertahun
dengan batas waktu pelunasan yang telah disepakati bersama.
Adapun prosedur pembiayaan di Bank Wakaf Mikro
hampir sama seperti pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah
kebanyakan. Akan tetapi dalam pengajuan menjadi nasabah pada
Bank Wakaf Mikro dilakukan sangat sederhana dengan
persyaratan yang mudah. Calon nasabah atau perwakilan dari
kelompok calon nasabah bisa datang secara langsung ke Kantor
Bank Wakaf Mikro dengan menyerahkan fotocopy Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan fotocopy Kartu Keluarga (KK) setiap
anggota yang ingin mengajukan pembiayaan di BWM. Setelah
pihak BWM menerima persyaratan permohonan tersebut, pihak
BWM akan mengunjungi lokasi kelompok calon nasabah utuk
menentukan apakah calon nasabah itu layak untuk menerima
pembiayaan di Bank Wakaf Mikro.Perlu diketahui bahwasanya
sistem pembiayaan di Bank Wakaf Mikro menggunkan sistem
kelompok, jadi nasabah bisa mengajukan pembiayaan jika sudah
mempunyai kelompok yang akan diajukan untuk pembiayaan.
Langkah-langkah Bank Wakaf Mikro dalam menentukan
calon nasabah adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi : Kelompok sasaran yaitu pihak yang ingin
mengajukan sebagai nasabah pembiayaan (para kelompok
calon nasabah). Pihak yang bertugas mengawasi jalannya
58
pengoperasian pembiayaan di Bank Wakaf Mikro disebut
supervisor. Supervisor melakukan identifikasi kelayakan
kelompok calon nasabah ke RT/RW setempat mengenai
nasabah yang akan menjadi calon peminjam, jika respon
RT/RW baik maka supervisor akan melakukan tahap
selanjutnya.
2. Sosialisasi : Setelah proses Identifikasi kelompok calon
nasabah dinyatakan layak, maka supervisor akan mengujungi
kelompok calon nasabah untuk melakukan tahapan selanjutnya
yaitu menyampaikan misi program, dan mekanisme pertemuan
untuk menjadi nasabah.
3. Uji Kelayakan : Setelah kelompok calon nasabah telah lolos
tahap identifikasi dan sosialisasi, langkah selanjutnya yaitu
menyeleksi kelayakan nasabah sesuai dengan sasaran program
yaitu nasabah adalah masyarakat mikro sekitar pesantren yang
potensial dan produktif sekitar radius 5 km dari pesantren,
masyarakat ini memiliki minat dalam usaha tapi terkendala
dengan modal. Uji kelayakan ini yaitu dengan melihat apakan
nasabah memiliki usaha yang tetap dan produktif. Dengan
melihat bahwasanya nasabaha ini benar apa tidaknya memiliki
usaha.
4. Pra Pelatihan Wajib Kelompok (PWK) : Pertemuan sehari
selama 60 menit dengan agenda penjelasan kelembagaan, alur
program dan ketentuan PWK. Dalam Pra PWK nasabah
59
diwajibkan hadir, karena dalam tahap ini akan menentukan
apakah nasabah layak menerima pembiayaan.
5. Pelatihan Wajib Kelompok (PWK): Dilaksanakan selama
lima hari berturut-turut, 60 menit sekali pertemuan, materi
standar terkait pembentukan kelompok dan penyusunan
rencana usaha. Pada PWK ini, calon nasabah diwajibkan
tepat hadir sesuai jam yang telah di tentukan tidak boleh telat
walau hanya semenit, jika salah satu orang dari kelompok
calon nasabah telat maka pengajuan pembiayaan diulang
sampai semua kelompok calon nasabah tepat waktu selama
lima hari berturut-turut. Hal ini dilakukan sesuai ikrar yang
telah disepakati oleh kelompok calon nasabah, bertujuan
sebagai disipliner dan penentu bahwa kelompok calon nasabah
ini mampu menjalankan kesepakatan yang telah dibuat
bersama, kecuali memang nasabah tidak bisa hadir
dikarenakan sakit. Setelah kelompok calon nasabah telah
dinyatakan lolos menjalani PWK selama 5 hari berturut-turut,
maka dana tidak langsung dicairkan, akan tetapi di jeda selama
sepekan atau seminggu.
6. Halaqoh Mingguan (Halmi): Dilakukan setiap 1X (satu kali)
dalam seminggu selama 60 menit dengan rincian per 30
menit untuk pencairan dan angsuran, dan 30 menit selanjutnya
untuk pembinaan. Dalam pencairan pertama menggunakan
pola 2-2-1, selanjutnya mengikuti jangka waktu pelunasaan
masing-masing. Dalam Halmi ini, nasabah diharuskan selalu
60
hadir kecuali memang sedang sakit, maka pihak BWM
memaklumi. Kehadiran pada Halmi ini menjadi penentu jika
nasabah ingin melakukan pinjaman lagi di BWM yaitu
pembiayaan Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,-.
Jika nasabah selalu mengikuti Halmi dan tidak ada mecet
dalam angsuran maka ini bisa menjadi pertimangan pihak
BWM untuk menyalurkan pembiayaan lagi ke nasabah
tersebut.3
Adapun, dalam menentukan apakah calon nasabah layak
mendapatkan pembiayaan atau tidak. Bank Wakaf Mikro
Pesantren An-Nawawi Tanara menggunakan penilaian unsur 5C,
sebagai berikut:
1. Character (Watak dan Kepribadian Nasabah)
Bank Wakaf Mikro akan mensurvei watak calon
nasabahnya terutama yang berhubungan dengan kemampuan
membayar calon nasabah tersebut apakah nasabah tersebut
memiliki watak atau perilaku yang baik terutama dalam hal
memenuh keawajibanya, pihak BWM akan mensurvei
melalui ketua RT/RW setempat. Hal yang mejadi
pertimbangan adalah dari segi sifat, perilaku, dan kebiasaan
yang ada pada calon nasabah tersebut.
3Magfiroh, Sepervisor Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi
Tanara, Wawancara dengan Penulis di kantornya, pada kamis 25 April 2019
pukul 09.00 WIB
61
2. Capacity (Kemampuan Nasabah)
Karena target di BWM adalah pengusaha mikro kecil
yang produktif dalam usahanya, maka untuk mengetahui
layak atau tidaknya calon nasabah pihak BWM akan
mempertimbangkan hal-hal seperti apakah calon nasabah
tersebut memiliki usaha yang sudah berjalan 2 tahun keatas,
apakah tempatnya strategis, bahan baku mudah, dan
pemasarannya bagus.
3. Capital (Modal)
Dalam hal ini, modal utama calon nasabah adalah
memiliki aset usaha yang tetap dan produktif untuk dapat
meminjam di BWM. Sepervisor akan menilai kelayakan
nasabah tersebut sesuai prosedur. Karna sasaran dari BWM
adalah masyarakat mikro yang mempunyai usaha yang
produktif.
4. Coleteral (Jaminan Pembiayaan)
Untuk jaminan pembiayaan, di Bank Wakaf Mikro hanya
diharuskan memiliki persetujuan suami dan istri. Suami dan
istri harus bersedia ikut menandatangani dokumen perjajanjian
pembiayaan. Jika tidak memiliki suami atau istri maka
diwakilkan oleh anak pertama yang sudah memiliki KTP atau
keluarga terdekat nasabah.
5. Condition (Keadaan Ekonomi Lingkungan Usaha)
Seperti, adat istiadat, kebudayaan, dan agama mayoritas
masyarakat setempat mendukung. Jenis usaha legal menurut
62
hukum dan halal menurut agama. Kondisi lingkungan
mendukung. Kondisi iklim dan cuaca mendukung. Lalu dapat
dilihat dari apakah tempat usaha tersebut memiliki lokasi yang
strategis.4
Prosedur pengajuan pembiayaan adalah cara dan tahapan
yang harus dilakukan dalam rangka pemberian pembiayaan,
setiap pemberian pembiayaan harus dibuatkan suatu perjanjian
(akad) antara pihak BWM sebagai pemberi pembiayaan dan
nasabah sebagai pemohon. Dalam perjanjian pembiayaan
dicantumkan segala hak dan kewajiban kedua belah pihak. Jika
kedua belah pihak sudah menyetujui hak dan kewajibannya maka
akad dan perjanjian sudah bisa diberlakukan. Perjanjian yang
telah dibuat kedua belah pihak menandakan bahwa kedua belah
pihak telah setuju dan bersedia melakukan perjanjian yang telah
dibuat. Termasuk hal nya, seperti pengenaan biaya setara 3 %
pertahun yang telah ditetapkan oleh Bank Wakaf Mikro.
Pengenaan biaya 3 % pertahun ini adalah biaya pengenaan
untuk akad pendamping yaitu akad ujrah/Ijarah yang merupakan
jasa atas upah mengupah tenaga manusia untuk mengambil
manfaat dengan kompensasi. Dengan menggunakan akad ujrah
seorang nasabah memberikan imbalan sebagai kompensasi atas
pelayanan berupa pembiayaan yang dilakukan BWM. Setelah itu
nasabah bisa membayar pembiayaannya kepada BWM dengan
cara mengangsur. Ketentuan angsuran yang telah disepakati pada
4Brosur Panduan di Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi Tanara
Serang-Banten
63
awal pembiayaan tidak akan berubah selama jangka waktu
pembayaran. Dengan demikian biaya ujrah ini tetap. Adapun
penetapan biaya ujrah yang telah disepakati oleh nasabah dengan
rincian sebagai berikut:
Untuk pinjaman Rp. 1.000.000,- maka terdapat 2 cara
jangka waktu dalam mengangsur:
1. Angsuran Rp. 25.000,- / minggu selama 40 minggu dengan
biaya ujrah Rp.700,- setiap mengangsur. Jadi keseluruhan
angsuran menjadi Rp. 26.000,- (Rp. 25.000,- angsuran pokok