-
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil ujicoba
instrumen, hasil
penelitian, analisis data dan pembahasan. Data yang diolah
adalah data hasil
observasi keaktifan belajar siswa dan hasil dari test kognitif
(pretest dan posttest).
Data hasil penelitian yang digunakan dalam pengolahan hasil
penelitian berbentuk
skor pretest dan posttest, dan data hasil observasi keaktifan
belajar siswa.
Dalam penelitian ini uji coba instrumen digunakan untuk
mengetahui
tingkat validitas dan reliabilitas soal. Uji coba diberikan pada
siswa kelas X
jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMK N 1 Tengaran, dengan
mengambil
sampel sejumlah 25 siswa. Dipilih siswa kelas X TKJ dari SMK N 1
Tengaran
karena kelas tersebut memiliki jurusan yang sama dengan X TKJ di
SMK N 1
Bancak, selain itu karena pertimbangan bahwa kelas yang menjadi
subjek
penelitian di SMK N 1 Bancak hanya terdiri dari dua kelompok
kelas yaitu kelas
X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan X TKJ 2 sebagai kelas
kontrol. Sehingga
tidak dimungkinkan bila uji coba diberikan kepada kelas yang
sama, selain itu
siswa kelas X TKJ di SMK N 1 Tengaran juga sudah mendapatkan
materi
pelajaran yang akan digunakan untuk penelitian. Sehingga dari
hasil uji instrumen
tersebut maka akan dipilih soal yang akan digunakan untuk
mengukur hasil
belajar siswa.
Setelah diketahui hasil analisis data instrumen selanjutnya
diawali dengan
pemberian pretest. Selama proses penelitian guru melaksanakan
pengamatan
terhadap keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung
dengan mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa. Pada
tahap akhir,
penelitian diakhiri dengan pemberian posttest untuk mengetahui
kemampuan
siswa setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran
Two Stay
Two Stray berbantuan weblog.
-
42
4.1. Analisis Data Uji Coba Instrumen
4.1.1. Uji Validitas Butir Soal
Uji validitas butir soal dilakukan dengan cara
membandingkan rhitung dengan rtabel Product Moment. Dengan
jumlah
responden sebanyak 25 orang, dan taraf signifikansi 5%, maka
rtabel =
0.396. Berdasarkan perhitungan uji validitas diperoleh butir
soal
yang tidak valid adalah butir soal yang rhitung < rtabel
yaitu terdapat
pada butir soal nomor 11, 21, 22, 23, 24, 28 dan 30. Hasil
tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Tabel Validitas Butir Soal
No.
Soal r hitung r tabel Keterangan
Soal 1 0.665
0.396
Valid
Soal 2 0.444 Valid
Soal 3 0.426 Valid
Soal 4 0.475 Valid
Soal 5 0.396 Valid
Soal 6 0.430 Valid
Soal 7 0.397 Valid
Soal 8 0.423 Valid
Soal 9 0.444 Valid
Soal 10 0.524 Valid
Soal 11 0.081 Tidak Valid
Soal 12 0.492 Valid
Soal 13 0.442 Valid
Soal 14 0.499 Valid
Soal 15 0.504 Valid
Soal 16 0.452 Valid
Soal 17 0.515 Valid
Soal 18 0.537 Valid
Soal 19 0.442 Valid
Soal 20 0.537 Valid
Soal 21 0.011 Tidak Valid
Soal 22 0.216 Tidak Valid
Soal 23 0.159 Tidak Valid
Soal 24 0.132 Tidak Valid
Soal 25 0.420 Valid
Soal 26 0.464 Valid
-
43
Soal 27 0.399 Valid
Soal 28 0.328 Tidak Valid
Soal 29 0.397 Valid
Soal 30 0.077 Tidak Valid
Penelitian ini menggunakan 10 butir soal sebagai pretest dan 15
soal
sebagai posttest sehingga total butir soal adalah 25. Namun
berdasarkan tabel di atas, dari 30 butir soal yang sudah
diuji
validitasnya menunjukkan bahwa jumlah butir soal yang tidak
valid
terdapat 7 soal, sehingga hanya terdapat 23 butir soal valid.
Sehingga
masih kurang 2 soal dengan kategori valid yang akan
digunakan
didalam penelitian. Oleh karena itu dilakukan uji coba soal
dan
dilakukan validitas terhadap soal baru. Untuk lebih jelasnya
dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Uji validitas butir soal tambahan
No.
Soal r hitung r tabel Keterangan
Soal 1 0.378
0.396
Tidak Valid
Soal 2 0.484 Valid
Soal 3 0.724 Valid
Soal 4 0.388 Tidak Valid
Soal 5 0.652 Valid
4.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Tabel 4.3. Uji reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.771 30
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap reliabilitas soal
tes,
diperoleh hasil yang reliabel dengan kriteria Alpha Cronbach
> 0.70,
yaitu 0.771. Hasil tersebut dapat diukur kedalam ukuran
kemantapan
alpha, dalam hal ini termasuk kedalam tingkat 0,60 ≤ r11 <
0,80
sehingga dikategorikan tingkat reliabilitasnya tinggi.
-
44
4.1.3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk mengukur kualitas soal,
disamping harus memenuhi validitas dan reliabilitas. Tingkat
kesukaran merupakan ukuran kesanggupan siswa dalam
menjawabnya, bukan dilihat dari segi guru dalam melakukan
analisis
pembuatan soal.
Tabel.4.4. Tabel Tingkat Kesukaran
Nomor
Soal
Indeks
Kesukaran
Tingkat
Kesukaran
Soal 1 0.8 Mudah
Soal 2 0.68 Sedang
Soal 3 0.68 Sedang
Soal 4 0.88 Mudah
Soal 5 0.88 Mudah
Soal 6 0.8 Mudah
Soal 7 0.64 Sedang
Soal 8 0.88 Mudah
Soal 9 0.68 Sedang
Soal 10 0.76 Mudah
Soal 11 0.72 Mudah
Soal 12 0.84 Mudah
Soal 13 0.72 Mudah
Soal 14 0.72 Mudah
Soal 15 0.76 Mudah
Soal 16 0.8 Mudah
Soal 17 0.84 Mudah
Soal 18 0.72 Mudah
Soal 19 0.72 Mudah
Soal 20 0.72 Mudah
Soal 21 0.64 Sedang
Soal 22 0.6 Sedang
Soal 23 0.84 Mudah
Soal 24 0.6 Sedang
Soal 25 0.56 Sedang
Soal 26 0.76 Mudah
Soal 27 0.84 Mudah
Soal 28 0.72 Mudah
Soal 29 0.64 Sedang
Soal 30 0.6 Sedang
-
45
Tabel 4.5. Tabel Tingkat Kesukaran Soal Tambahan
Nomor
Soal
Indeks
Kesukaran
Tingkat
Kesukaran
Soal 1 0.64 Mudah
Soal 2 0.52 Sedang
Soal 3 0.6 Sedang
Soal 4 0.88 Mudah
Soal 5 0.64 Mudah
4.1.4. Uji Validitas Media Pembelajaran
Uji validitas media dilakukan untuk menilai suatu media
apakah sesuai untuk digunakan didalam mendukung proses
pembelajaran atau sebaliknya. Sehingga uji validitas
diberikan
kepada ahli media dimana dalam penelitian ini ditujukan
kepada
guru mata pelajaran yang bersangkutan. Hasil uji validitas
media
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Media Sebelum Revisi
No Aspek Penilaian Validasi
(%) Keterangan
1. Materi 70 Cukup Valid
2. Ilustrasi dan Fitur 66.67 Cukup Valid 3. Kualitas dan
Tampilan Media 70 Cukup Valid 4. Daya Tarik 75 Cukup Valid
Rata-rata total 70.42 Cukup Valid
Hasil pengolahan data dari tabel diatas bersumber dari data
yang diperoleh dari dua orang validator yaitu guru di SMK N
1
Bancak yang kemudian diolah dengan menggunakan bantuan
program aplikasi pengolah angka. Sebelum mendapatkan revisi
tingkat validasi diperoleh 70.42%, dimana angka presentase
tersebut
berada pada kriteria cukup valid. Selanjutnya dari validasi
pertama
diberikan revisi oleh validator sebagai pembaharuan media
agar
mendekati kriteria maksimal untuk dapat digunakan sebagai
media
bantu dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil revisi media
tersebut
dapat dilihat sebagai berikut :
-
46
Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Media Setelah Revisi
No Aspek Penilaian Validasi
(%) Keterangan
1. Materi 93.33 Sangat Valid
2. Ilustrasi dan Fitur 96.67 Sangat Valid 3. Kualitas dan
Tampilan Media 86.67 Sangat Valid 4. Daya Tarik 100 Sangat Valid
Rata-rata total 94.17 Sangat Valid
Setelah dilakukan revisi, kemudian data yang diperoleh
diolah dengan perhitungan yang sama. Dari hasil pengolahan
data
tersebut diperoleh angka validasi 94.17%, dimana angka
tersebut
termasuk kedalam kriteria sangat valid, sehingga terdapat
peningkatan presentase daripada media sebelum dilakukan
revisi.
Peningkatan presentase tersebut dapat dilihat pada diagram
berikut :
Gambar 4.1. Grafik Penilaian Indikator Media
Dari diagram diatas terlihat jelas bahwa setelah dilakukan
revisi tiap-tiap butir aspek penilaian media weblog
mengalami
peningkatan. Dilihat dari aspek materi peningkatan terjadi
dari
prosentase awal 70% menjadi 93.33% dengan selisih 23.33%,
aspek
ilustrasi dan fitur dari 66.67% menjadi 96.67% dengan
selisih
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Materi Ilustrasi &
Fitur
Kualitas &
Tampilan
Daya Tarik
Sebelum Revisi
Setelah Revisi
Aspek Penilaian
Validasi (%)
-
47
30.00%, aspek kualitas dan tampilan dari 70% menjadi 86.67%
dengan selisih 16.67%, aspek daya tarik peningkatan terjadi
dari
75% menjadi 100% dengan selisih 25%. Dilihat dari hasil
prosentasi
setiap aspek sesudah dilakukan revisi bahwa terjadi
peningkatan
pada setiap aspeknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa media
weblog dapat digunakan sebagai alat bantu didalam
penyampaian
pembelajaran dengan model pembelajaran two stay two stray.
4.2. Analisis Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil
belajar
siswa pada mata pelajaran Diagnosa PC dan Periferal Komputer,
dengan
menggunakan instrumen penelitian yang sudah divalidasi dan
reliabel.
Selanjutnya data yang diperoleh dilakukan analisis prosentase
keaktifan
belajar siswa, analisis rata-rata hasil tes, uji homogenitas dan
normalitas
yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4.2.1. Analisis Data Keaktifan Belajar Siswa
Berdasarkan pengamatan aktifitas belajar siswa yang
dilaksanakan pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen dari awal pelajaran hingga akhir pelajaran,
penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat keaktifan
belajar
siswa pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan
metode
pembelajaran two stay two stray berbantuan weblog dan kelas
kontrol menggunakan metode konvensional. Kriteria penilaian
terhadap pengamatan yang dilakukan adalah dengan memberikan
nilai 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak” pada
lembar
observasi keaktifan belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran two stay two stray
berbantuan weblog terbukti dapat meningkatkan keaktifan
belajar
siswa, ditunjukkan dengan adanya interaksi aktif baik antara
siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru. Siswa yang mulanya
tidak
-
48
memperhatikan dan sibuk mengobrol sendiri dengan teman
sebangkunya bisa terfokuskan terhadap pembelajaran, mengikuti
alur
pembelajaran dan memanfaatkan media sesuai dengan instruksi
guru. Dibentuknya kelompok-kelompok belajar juga memberikan
dampak positif terhadap upaya meningkatkan keaktifan belajar
siswa
karena dengan belajar kelompok, siswa yang tipe pasif bisa
dan
berani berkomunikasi aktif dengan teman kelompoknya mengenai
materi yang didiskusikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran dengan berbantuan media
memberikan dampak positif dalam meningkatkan keaktifan
belajar
siswa. Hasil observasi keakifan belajar siswa dapat dilihat pada
tabel
berikut :
Tabel 4.8. Hasil Analisis Keaktifan Belajar Siswa
N
O INDIKATOR
KELAS KONTROL KELAS
EKSPERIMEN
Pert.
ke-1
Pert.
ke-2
Pert.
ke-3
Pert.
ke-1
Pert.
ke-2
Pert.
ke-3
1 Kesiapan siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
55.56 60.32 57.94 42.06 66.67 75.40
2 Keaktifan siswa
dalam menentukan
proses belajarnya
52.04 54.08 55.44 37.76 69.39 72.79
3 Ketertarikan siswa
terhadap media
pembelajaran yang
digunakan oleh guru
34.52 40.48 41.67 38.69 77.98 77.38
4 Diskusi
menggunakan model
pembelajaran sesuai
dengan instruksi guru
46.30 44.97 43.65 41.01 58.47 70.90
5 Tanggungjawab serta
komunikasi siswa
terhadap hasil
pemikiran serta hasil
yang diperolehnya
43.81 50.48 52.38 41.90 61.43 69.52
Rata-Rata
Keaktifan Belajar
Keseluruhan
46.45 50.07 50.22 40.28 66.78 73.20
Berdasarkan tabel diatas, skor yang diperoleh dari hasil
obsevasi keaktifan siswa selanjutnya dihitung dengan
menggunakan
-
49
bantuan program aplikasi pengolah data angka. Dari tabel
tersebut
dapat dilihat bahwa perhitungan observasi keaktifan belajar
siswa
selama proses pembelajaran yang dilakukan selama tiga (3)
kali
pertemuan menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa dalam
kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Namun
dalam pertemuan pertama ditemukan bahwa rata-rata keaktifan
belajar siswa kelas eksperimen adalah 40.28%, lebih rendah
dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 46.45% selisihnya
adalah
sebesar 6.17%, hal ini disebabkan karena pada pertemuan
pertama
belum diberlakukan model pembelajaran two stay two stray
berbantuan dengan weblog, melainkan dengan pembelajaran
konvensional seperti biasa.
Baru pada pertemuan kedua dan ketiga siswa pada kelas
eksperimen diberikan pembelajaran dengan model two stay two
stray
berbantuan weblog. Dari pembelajaran tersebut menunjukkan
hasil
perhitungan presentase kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan
kelas kontrol, yaitu hasil prosentase keaktifan untuk kelas
eksperimen pada pertemuan kedua dan ketiga berturut-turut
adalah
66.78% dan 73.20%, sedangkan untuk kelas kontrol pada
pertemuan
kedua dan ketiga adalah 50.07% dan 50.22%. Dilihat dari
perbedaan
prosentase hasil keaktifan siswa tersebut terdapat selisih yaitu
pada
pertemuan kedua selisih antar kedua kelas adalah 16.17% dan
pertemuan ketiga adalah 22.98%. Hasil tersebut kemudian
diklasifikasikan berdasarkan tabel kualifikasi keaktifan belajar
siswa
yaitu untuk kelas eksperimen berada pada kriteria keaktifan
belajar
siswanya tinggi, sedangkan untuk kelas kontrol kriteria
keaktifan
belajar siswanya dalah kategori cukup. Perbandingan tersebut
dapat
dilihat pada diagram berikut ini:
-
50
Gambar 4.2. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa
Dari hasil perhitungan presentase kedua kelas pada grafik
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa
pada
kelas yang menggunakan model pembelajaran two stay two stray
berbantuan weblog lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
dimana
pembelajarannya menggunakan metode konvensional.
4.2.2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Analisis data hasil belajar dimaksudkan untuk mendukung
hasil
penelitian, dimana keaktifan belajar siswa pada saat
mengikuti
proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
Berdasarkan tes yang diberikan (pretest dan posttest) kepada
siswa
pada mata pelajaran diagnosa PC dan periferal komputer
dengan
menggunakan instrumen penelitian yang telah dinyatakan valid
dan
reliabel, selanjutnya akan diolah dan dianalisis untuk
mengetahui
perbedaan perolehan hasil belajar antara kelas eksperimen dan
kelas
kontrol. Rekapitulasi data hasil test ditunjukkan pada tabel
berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pertemuan
1Pertemuan
2 Pertemuan
3
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Pertemuan Treatment
Prosentase Keaktifan
-
51
Tabel 4.9. Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa
Nilai Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata pretest 57.14 56.67
Rata-rata posttest 70.48 88.41
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa perolehan nilai
rata-
rata dari pretest dan posttest pada kelas kontrol adalah 57.14
dan
70.48 , sedangkan perolehan nilai rata-rata pretest dan posttest
pada
kelas eksperimen adalah 56.67 dan 88.41. Dilihat dari data
tersebut
terlihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa baik
pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada pemberian
pretest
kelas kontrol memperoleh rata-rata hasil yang lebih tinggi,
selisih
nilai rata-rata yang diperoleh adalah 0.47 poin. Namun
setelah
diberikan treatment hasil yang diperoleh kelas eksperimen
lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan perolehan
kelas
eksperimen adalah 88.41 sedangkan perolehan kelas kontrol
adalah
70.48, sehingga dapat dilihat selisih perolehan rata-rata antar
kedua
kelas adalah 17.93 point.
4.2.2.1. Analisis Data Pretest
Analisis data terhadap pretest ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengukur kemampuan awal siswa baik pada kelas kontrol
maupun kelas eksperimen sebelum mendapatkan perlakuan/
treatment terhadap materi yang diajarkan. Berikut disajikan
analisis
statistik deskriptif skor pretest pada kelas kontrol dan
kelas
eksperimen dengan menggunakan program applikasi SPSS 16.0.
Tabel 4.10. Statistik Deskriptif Data Pretest
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kelas Kontrol 42 57.1429 12.15464 30.00 80.00
Kelas Eksperimen 42 56.6667 10.28062 40.00 80.00
-
52
Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat bahwa dari
sebanyak 42 orang siswa pada kelas kontrol rata-rata skor
pretest
kelas adalah 57.14 dengan skor minimum adalah 30 dan skor
maksimum adalah 80. Sedangkan rata-rata kelas eksperimen
dengan
jumlah siswa sebanyak 42 orang adalah 56.67 dengan skor
minimum
adalah 40 dan skor maksimum adalah 80. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rentang nilai tertinggi ke nilai terendah dan
rata-
rata nilai pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen adalah
kedua
kelas mempunyai kemampuan awal yang relatif sama.
Gambar 4.3. Rata-rata nilai pretest kelas kontrol dan
eksperimen
Dengan memperhatikan deskripsi data dan grafik diatas,
dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest kelas kontrol dan
kelas
eksperimen memiliki perbedaan yang sangat sedikit. Namun,
untuk
melihat apakah perbedaan tersebut cukup berarti atau tidak
maka
selanjutnya dilakukan uji statistik.
a. Uji Normalitas Data Pretest
Setelah diketahui analisis data statistik deskriptif untuk
kelas kontrol dan kelas eksperimen, langkah selanjutnya
adalah
melakukan uji normalitas skor pretest terhadap kedua kelas
tersebut. Uji normalitas dilakukan untuk mengethaui apakah
data
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
N Mean Min Max
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Nilai
Aspek Penilaian
-
53
berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan
kelas
eksperimen. Pengujian normalitas dilakukan dengan statistik
uji
kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program aplikasi SPSS
16.0. Hasil uji normalitas pretest dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.11. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
N 42 42
Normal Parametersa Mean 57.1429 56.6667
Std.
Deviation 12.15464 10.28062
Most Extreme
Differences
Absolute .164 .199
Positive .150 .170
Negative -.164 -.199
Kolmogorov-Smirnov Z 1.065 1.287
Asymp. Sig. (2-tailed) .207 .073
a. Test distribution is Normal.
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Pretest
Kelas Z Sig. (P) α Kesimpulan
Kontrol 1.065 0.207 0.05
Normal
Eksperimen 1.287 0.073 Normal
Kriteria pengujian:
Jika P > α (0.05), maka berdistribusi normal
Jika P < α (0.05), maka berdistribusi tidak normal
Berdasarkan perhitungan uji normalitas, maka pada kelas
kontrol
diperoleh P = 0.207 dan pada kelas eksperimen P = 0.073.
Dengan membandingkan nilai α = 0.05, maka kelas kontrol P =
0.207 > α (0.05) dan kelas eksperimen P = 0.073 > α
(0.05).
Sehingga disimpulkan bahwa sebaran data pada kedua kelas
-
54
tersebut berdistribusi normal karena nilai P lebih besar
daripada
nilai α.
b. Uji Homogenitas Data Pretest
Setelah diketahui bahwa hasil analisis data pretest
berdistribusi normal, maka selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan uji homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians
antara skor pretest. Uji homoenitas varians dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji homogenitas data
pretest dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.151 4 36 .348
Kriteria Pengujian :
Jika nilai Signifikansi (P) > α (0.05), maka bernilai
homogen
Jika nilai Signigikansi (P) < α (0.05), maka tidak
homogen
Berdassarkan tabel diatas, pada pretest antara kelas kontrol
dan
kelas eksperimen diperoleh P = 0.348. Dengan membandingkan
dengan nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama
(homogen) karena nilai P (0.348) > α (0.05).
c. Uji Kesamaan Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
(Uji T)
Cara untuk mengetahui persamaan kemampuan awal
siswa antara kelas dengan pembelajaran konvensional dan
kelas
yang mendapat perlakuan model pembelajaran two stay two
stray
berbantuan weblog dapat dilakukan dengan melakukan pengujian
-
55
terhadap rata-rata nilai pretest pada masing-masing kelas.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data
hasil
pretest diketahui bahwa penyebaran skor pretest
berdistribusi
normal dan homogen, sehingga untuk pengujian digunakan
statistik uji parametrik, yaitu uji t. Uji t (Independent
Samples T
Test) dilakukan dengan bantuan program aplikasi SPSS 16.0,
dengan taraf signifikansi 5%.
Tabel 4.14. Independent Samples Test
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Diffe-
rence
Std. Error
Diffe-
rence
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal
variances
assumed
1.008 .318 .194 82 .847 .47619 2.45641 -4.41039 5.36278
Equal
variances
not
assumed
.194 79.804 .847 .47619 2.45641 -4.41241 5.36479
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.15. Hasil Uji t Pretest
Kelas df Sig. (P) α thitung ttabel
Kontrol 82 0.847 0.05 0.194 1.98932
Eksperimen
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh P = 0.847 dan thitung
= 0.194. dengan membandingkan nilai P (0.847) > α (0.05)
dan
thitung = 0.194 < ttabel (1.98932), sehingga dapat
disimpulkan
-
56
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
pretest kelas eksperimen dan kontrol. Hal itu berarti
keadaan
awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum
pembelajaran dengan metode yang berbeda memiliki
kemampuan yang hampir sama.
4.2.2.2. Analisis Data Posttest
Soal posttest diberikan di akhir pembelajaran sebagai akhir
rangkaian proses pembelajaran, untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan antara siswa yang menerapkan pembelajaran
konvensional dengan siswa daklam kelas eksperimen setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diberi perlakuan berupa
penerapan model pembelajaran two stay two stray berbantuan
weblog.
Tabel 4.16. Statistik Deskriptif Data Posttest
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kelas Kontrol 42 70.4769 11.03238 46.67 93.33
Kelas Eksperimen 42 88.4131 8.20574 73.33 100.00
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dalam kelas kontrol
terdiri dari 42 orang siswa, dimana hasil rata-rata posttest
adalah
70.47, nilai minimum adalah 46.67, nilai maksimum 93.33 dan
standar deviasi adalah 11.03238. Sedangkan dalam kelas
eksperimen
yang terdiri dari 42 orang siswa, diperoleh rata-rata kelas
88.41,
dengan nilai minimum adalah 73.33, nilai maksimum 100, dan
standar deviasi adalah 8.20574.
-
57
Gambar4.4.Rata-rata nilai posttest kelas kontrol dan
eksperimen
Dengan memperhatikan deskripsi data statistik dan grafik
diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor posttest kelas
kontrol dan
kelas eksperimen perbedaannya lumayan jauh. Namun, untuk
melihat apakah perbedaan tersebut cukup berarti atau tidak
maka
selanjutnya akan dilakukan uji statistik.
a. Uji Normalitas Data Posttest
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan
kelas
eksperimen. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan
statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program
aplikasi SPSS 16.0. Hasil uji data posttest dapat dilihat
pada
tabel berikut :
Tabel 4.17. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Data Posttest
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
N 42 42
Normal
Parametersa
Mean 70.4769 88.4131
Std. Deviation 11.03238 8.20574
Most Extreme Absolute .159 .203
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
N Mean Min Max
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Nilai
Aspek Penilaian
-
58
Differences Positive .159 .203
Negative -.124 -.159
Kolmogorov-Smirnov Z 1.029 1.317
Asymp. Sig. (2-tailed) .240 .062
a. Test distribution is Normal.
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Kelas Z Sig. (P) α Kesimpulan
Kontrol 1.029 0.240 0.05
Normal
Eksperimen 1.317 0.062 Normal
Kriteria pengujian:
Jika P > α (0.05), maka berdistribusi normal
Jika P < α (0.05), maka berdistribusi tidak normal
Berdasarkan perhitungan uji normalitas, maka pada kelas
kontrol
diperoleh P = 0.240 dan pada kelas eksperimen P = 0.062.
Dengan membandingkan nilai α = 0.05, maka kelas kontrol P =
0.240 > α (0.05) dan kelas eksperimen P = 0.062 > α
(0.05).
Sehingga disimpulkan bahwa sebaran data pada kedua kelas
tersebut berdistribusi normal karena nilai P lebih besar
daripada
nilai α.
b. Uji Homogenitas Data Posttest
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
mempunyai varians homogen atau tidak. Uji homogenitas
varians dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0.
Hasil uji homogenitas data posttest dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.334 4 37 .275
-
59
Kriteria Pengujian :
Jika nilai Signifikansi (P) > α (0.05), maka bernilai
homogen
Jika nilai Signigikansi (P) < α (0.05), maka tidak
homogen
Berdassarkan tabel diatas, pada posttest antara kelas kontrol
dan
kelas eksperimen diperoleh P = 0.275. Dengan membandingkan
dengan nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama
(homogen) karena nilai P (0.275) > α (0.05).
c. Uji Kesamaan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
(Uji T)
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data
dari
hasil posttest diketahui bahwa penyebaran skor posttest baik
kelas kontrol maupun kelas eksperimen berdistribusi normal
sehingga untuk menguji perbedaan rata-rata postest keduanya
digunakan uji statistik parametrik uji t. Uji t (Independent
Samples T Test) dengan bantuan program aplikasi SPSS 16.0,
dengan taraf signifikansi 5%.
Rumusan hipotesis yang diuji :
H0 : Penerapan model pembelajaran two stay two stray
berbantuan weblog tidak dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Diagnosa
PC dan Periferal Komputer.
H1 : Penerapan model pembelajaran two stay two stray
berbantuan weblog dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Diagnosa PC
dan Periferal Komputer
-
60
Kriteria Uji Hipotesis Satu Pihak :
Independent Sample T-Test
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, H1 diterima.
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, H1 ditolak.
Berdasarkan Signigikansi :
Jika P > α (0.05), maka H0 diterima, H1 ditolak.
Jika P < α (0.05), maka H0 ditolak, H1 diterima.
Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 4.20. Independent Samples Test
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Difference
Std. Error
Diffe-
rence
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Ni
lai
Equal
variances
assumed
3.475 .066 -8.454 82 .000 -17.93619 2.12159 -22.15670
-13.71568
Equal
variances
not
assumed
-8.454 75.734 .000 -17.93619 2.12159 -22.16194 -13.71044
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.21. Hasil Uji t Posttest
Kelas df Sig. (P) α thitung ttabel
Kontrol 82 0.000 0.05 8.454 1.98932
Eksperimen
-
61
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa
signifikansi 2-tailed (P) adalah 0.000. Oleh karena signifikansi
P
(0.000) < α (0.05), maka H1 diterima dan thitung (8.454) >
ttabel
(1.98932), maka H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antar nilai posttest
kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan metode pembelajaran two stay two stray berbantuan
weblog dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Diagnosa PC dan Periferal Komputer.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis data penelitian yang dibuktikan melalui analisis
uji
statistik menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 menunjukkan
bahwa
kemampuan awal siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
adalah
sama (homogen). Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil
pretest kedua
kelas dan dibuktikan dengan uji t untuk melihat persamaan
rata-rata kedua
kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
berarti
pada kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
metode konvensional pada kelas kontrol dan perlakuan dengan
model
pembelajaran two stay two stray berbantuan weblog pada kelas
eksperimen,
menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa antara kedua kelas
tersebut
mengalami perbedaan. Perbedaan tingkat keaktifan belajar
siswa
ditunjukkan pada hasil perhitungan lembar observasi keaktifan
belajar
siswa, yang mana pada pertemuan 1, keaktifan belajar siswa
kelas
eksperimen lebih rendah dibandingkan keaktifan belajar siswa
pada kelas
kontrol, karena pada pertemuan 1 belum digunakan model
pembelajaran two
stay two stray, perbandingan rata-rata keaktifan tersebut adalah
46.45%
untuk keaktifan kelas kontrol dan 40.28% untuk keaktifan belajar
kelas
eksperimen.
-
62
Namun pada pertemuan ke-2 dan ke-3 perlakuan sudah diberikan
kepada kelas eksperimen dengan pelaksanaan model pembelajaran
two stay
two stray berbantuan weblog, dan kelas kontrol masih menggunakan
metode
konvensional, dari pertemuan inilah sudah mulai tampak keaktifan
belajar
siswa pada kelas eksperimen, ditunjukkan dari hasil olah lembar
observasi
bahwa tingkat keaktifan belajar siswa pada pertemuan ke-2 dan
ke-3 adalah
66.78% dan 73.20%. Sedangkan untuk kelas kontrol tingkat
keaktifan
belajar siswa pada pertemuan ke-2 dan ke-3 yaitu 50.07% dan
50.22%.
dengan selisih perolehan rata-rata keaktifan belajar siswa
adalah 16.6% pada
pertemuan kedua dan 22.98% pada pertemuan ketiga. Peningkatan
keaktifan
belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 4.5. Perbedaan kenaikan keaktifan belajar siswa.
Dalam grafik tersebut terlihat jelas peningkatan keaktifan
belajar
siswa pada kelas eksperimen terjadi pada pertemuan ke-2 dan
ke-3, karena
pembelajaran two stay two stray mengharuskan siswa untuk
berperan aktif,
dan berusaha mencari sendiri sumber belajarnya, sehingga
pembelajaran
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Pertemuan Treatment
Prosentase keaktifan
-
63
lebih terarah ke dalam ranah student center learning agar siswa
dapat
meningkatkan pemahaman didalam pembelajaran yang dipelajari.
Peningkatan keaktifan belajar yang diraih oleh kelas
eksperimen
dikarenakan adanya suasana belajar yang berbeda sehingga kelas
yang lebih
kondusif, aktif serta antusias siswa sangat terlihat
dibandingkan
pembelajaran pada kelas kontrol.
Dengan didukung media dan model pembelajaran variatif, maka
keaktifan belajar siswa meningkat dan berdampak terhadap hasil
belajarnya.
Perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen jelas
berbeda, ditunjukkan dengan perolehan hasil posttest dimana
perolehan
nilai rata-rata kedua kelas, yaitu rata-rata nilai kelas
eksperimen yaitu 88.41,
sedangkan pada kelas kontrol adalah 70.48, dengan selisih nilai
rara-rata
kedua kelas adalah 17,93 poin lebih tinggi kelas eksperimen
dibandingkan
dengan kelas kontrol. Sehingga rata-rata hasil belajar siswa
dapat dilihat
sebagai berikut :
Gambar 4.6. Rata-rata Hasil Belajar Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pretest Posttest
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Test
Nilai Rata-rata
-
64
Pembelajaran dilaksakan di ruang kelas dan juga di lab
komputer,
hal ini dilakukan supaya dalam pembelajaran guru dapat lebih
mengkondisikan siswa lebih baik sehingga tercipta suasana
belajar yang
aktif dan kondusif. Langkah pertama yang dilakukan pada saat
pembelajaran
pada pertemuan pertama adalah guru memberikan pretest, untuk
mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan.
Selanjutnya
guru menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan
metode konvensional seperti biasa yang digunakan oleh guru.
Pada
pertemuan pertema guru kelas bertugas sebagai observer,
mengamati
tingkah laku dan keaktifan siswa. Dari proses pembelajaran
yang
dilaksanakan didapatkan hasil bahwa keaktifan siswa masih
rendah.
Pada pertemuan kedua pada kelas eksperimen, guru menjelaskan
tentang metode baru yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan mengenalkan media pembelajaran yang
akan
digunakan. Tujuannya adalah agar siswa paham bahwa bukan hanya
media
powerpoint saja yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran,
tetapi
media pembelajaran lainpun dapat digunakan. Selanjutnya guru
menjelaskan
secara singkat tentang materi yang akan dipelajari. Setelah
menjelaskan
guru mulai membagi siswa kedalam 10 kelompok dengan
masing-masing
kelompok beranggotakan 4 siswa untuk melakukan diskusi dengan
materi
yang sudah disiapkan didalam media pembelajaran. Setelah
dibentuk
kelompok kemudian guru menyampaikan sedikit materi pengantar
untuk
membangun motivasi belajar siswa, selanjutnya guru memberikan
tugas
pada masing-masing kelompok dan mengarahkan siswa untuk
membuka
weblog yang sudah disediakan. Soal yang diberikan pada tiap
kelompok
kemudian dikerjakan dengan mencari penyelesaian jawaban dengan
mencari
sumber materi didalam weblog. Kelompok yang sudah menyelesaikan
tugas
diharuskan menyimpulkan hasil yang diperolehnya untuk dituliskan
didalam
fitur chatting yang ada pada weblog, hal ini bertujuan agar
supaya dapat
diakses dan dibaca oleh kelompok lain.
-
65
Pertemuan ketiga pada kelas eksperimen dilanjutkan dengan
kegiatan diskusi kelompok, yaitu pada awalnya siswa diminta
untuk kembali
duduk bersama teman sekelompok berdasarkan kelompok yang
sudah
ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Tugas kelompok pada
pertemuan
ini adalah dua orang anggota kelompok diminta bertamu kepada
kelompok
lain untuk menanyakan topik apa yang dibahas kelompok tersebut
beserta
pembahasannya, dan dua orang anggota kelompok sisanya tetap
tinggal
didalam kelompok untuk menjelaskan jawaban kelompoknya kepada
siswa
tamu dari kelompok lain yang bertanya topik dan pembahasan
pada
kelompoknya. Setelah dua orang anggota kelompok selesai dengan
tugas
bertamu untuk mengumpulkan topik dan pembahasan dari semua
kelompok,
diminta untuk kembali ke kelompok asalnya untuk berdiskusi
tentang apa
yang sudah diperoleh, dan dilanjutkan dengan presentasi dari
tiap-tiap
kelompok dan guru bertugas untuk membarikan penguatan terhadap
hasil
pembehasan siswa. Tahap akhir pada pertemuan ini, siswa
diberikan posttest
yang dikerjakan secara individu untuk mengukur sejauh mana
tingkat
pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode two
stay
two stray berbantuan weblog.
Tugas seorang guru dalam model pembelajaran ini lebih
berperan
sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk melaksanakan
kegiatan
pembelajaran dikelas, siswa belajar dengan mandiri bersama
teman
sekelompok, dengan model pembelajaran kelompok dapat
menciptakan
suasana kelas yang kondusif dan lebih aktif, dalam hal ini guru
mata
pelajaran sekaligus melakukan observasi dengan menggunakan
instrumen
observasi keaktifan belajar yang sudah disiapkan sebelumnya.
Dengan
menerapkan model pembelajaran two stay two stray ini, selama
proses
pembelajaran berlangsung siswa sangat aktif dengan berdiskusi
bersama
teman kelompok untuk mencari penyelesaian tugas yang diberikan
kepada
kelompoknya, dan siswa dituntut untuk berperan aktif dalam
memperoleh
kesempatan membangun sendiri pengetahuannya sehingga
memperoleh
pemahaman yang mendalam terhadap materi, serta memiliki
tanggungjawab
-
66
dari apa yang diperolehnya, lebih jeli dalam menyelesaikan
tugas, kreatif
dan cakap selama diskusi berlangsung sehingga siswa dapat
memahami apa
yang mereka kerjakan. Hal ini jauh berbeda dengan pembelajaran
pada kelas
kontrol yang menggunakan metode konvensional, siswa lebih
bersikap acuh
tak acuh terhadap guru dan tidak memperhatikan apa yang
disampaikan oleh
guru seperti : banyak siswa yang bercanda sendiri, tiduran, dan
menggambar
objek lain diluar materi dibuku pelajarannya.
Dari model pembelajaran yang diberikan kepada kelas
eksperimen
maupun kelas kontrol menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa
pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, selain
itu juga
peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih
tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan dalam
proses
pembelajaran siswa lebih tertarik pada model pembelajaran yang
berbeda
yaitu model pembelajaran two stay two stray dengan berbantuan
media
pembelajaran weblog, karena siswa merasa ikut berperan langsung
dalam
menggunakan media pembelajaran dan aktif mengakses sumber
materi,
sehingga siswa tidak cepat merasa bosan. Penggunaan media
berbasis
weblog, meningkatkan tingkat pemahaman siswa dimana dengan
siswa
mencari materi untuk menjawab soal yang dikerjakan, maka siswa
dituntut
untuk membaca dari paparan teks yang ada. Sehingga secara tidak
langsung
siswa akan memperoleh pengetahuan dari apa yang mereka baca,
selain itu
peran langsung siswa terhadap media yang digunakan menciptakan
suasana
pembelajaran dikelas lebih menarik yang kemudian menjadikan
siswa
memiliki pemahaman yang baik terhadap materi yang
dipelajari.