-
25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Diskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran
2011/2012, sebelum
diadakan penelitian belumlah tuntas. Hal ini disebabkan guru
lebih banyak melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terutama
mata pelajaran matematika belum menggunakan pendekatan pembelajaran
yang menarik. Minat siswa untuk belajar matematika sangat kurang
siswa cenderung lupa pada pelajaran yang sudah diberikan. Akibatnya
kemampuan pemahaman konsep matematka setelah diadakan evaluasi
belajar pada akhir pembelajaran hasilnya masih jauh dari harapan
dan tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa sebelum diadakan
tindakan dapat dibaca Tebel 5 distribusi frekuensi hasil belajar
pra siklus di bawah ini:
Tabel 5. Distribusi frekuensi hasil belajar matematika siswa
kelas III SD Negeri Kedungrejo
Pra Siklus
No Ketuntasan Frekuensi Prosentase 1 Tuntas 27 57% 2 Tidak
tuntas 20 43%
Jumlah 47 100% Minimum 30
Maksimum 80 Siswa dinyatakan berhasil atau tuntas jika nilai KKM
pada Kompetensi Dasar
pelajaran matematika adalah 63. Sehingga siswa yang belum
mendapatkan nilai 63
dikategorikan belum tuntas belajarnya. Siswa kelas III SD Negeri
2 Kedungrejo yang belum tuntas hasil belajarnya sebanyak 20 siswa
dari 47 siswa, yang dapat disajikan pada Gambar 1 di bawah ini:
-
26
Gambar.1 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD
Negeri 2 Kedungrejo Pra Siklus
Gambar 1 menunjukkan siswa yang belum tuntas mencapai 47%. Pada
pembelajaran matematika siswa terpancang oleh penjelasan dan
sejumlah tugas yang diberikan guru. Akibatnya kemampuan pemahaman
konsep matematika pada materi bilangan pecahan rendah. Dari hasil
analisis data tersebut dijadikan sebagai sempel
penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus dan setiap
siklus dilakukan tiga pertemuan. 4.1.2. Siklus 1 4.1.2.1.
Perencanaan Tindakan Siklus 1
Hasil evaluasi yang diadakan pra siklus menjadi acuan untuk
mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran matematika. Tindakan awal, 1) menyusun rencana
pembelajaran kooperatif dengan materi membandingkan pecahan, 2)
menyiapkan media pembelajaran, 3) menyiapkan lembar observasi
kinerja guru dan aktivitas belajar siswa untuk mengamati kegiatan
situasi dan kondisi selama proses belajar mengajar berlangsung, 4)
menyiapkan soal evaluasi dengan materi membandingkan pecahan yang
diberikan pada akhir pertemuan kedua. 5) menyiapkan soal perbaikan
dan pengayaan dengan materi membandingkan pecahan.
57%
43%
Presentasi Hasil Belajar Matematika Pra Siklus
Tuntas
Tidak Tuntas
-
27
4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada minggu pertama
dan kedua bulan maret 2012 yang berlangsung selama tiga kali
pertemuan. Langkah-langkah tindakan yang dilakukan pada pertemuan
pertama sama pada pertemuan kedua, hanya dengan indikator yang
berbeda. Langkah tindakan awal: 1) menyampaikan tujuan dan
kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) memberikan motivasi dengan
cara melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi.
Awal kegiatan inti pertemuan pertama siklus 1: 1) menyajikan dan
menjelaskanan materi yang di bahas. 2) memandu siswa membuat
kelompok dan mengatur tempat duduk. 3) memfasilitasi lembar kerja
siswa/bahan-bahan diskusi. 4) membagikan bahan-bahan diskusi
kelompok pada setiap kelompok. 5) meminta siswa menyelesaikan tugas
dalam kelompok. 6) membantu siswa yang mengalami kesulitan. 7)
mengamati kerja sama tiap anggota kelompok. 8) menjadi moderator
dalam tanggapan, pertanyaan dan masukan dalam kegiatan presentasi
hasil kerja kelompok. 9) memberi penguatan terhadap materi yang
sudah dibahas
Pada kegiatan akhir: 1) memberikan latihan soal sebagai kuis. 2)
memberikan tugas rumah. 3) pembelajaran ditutup dengan memberikan
informasi tentang pembelajaran yang
akan datang. Pada pertemuan kedua siklus 1, langkah-langkah
kegiatan pembelajaran kooperatif
hampir sama pada pertemuan pertama. Hanya saja diawal
pembelajaran dalam memberikan motivasi dengan cara mengoreksi tugas
rumah, kemudian diakhir pembelajaran memberikan soal evaluasi
sebagai kuis siklus 1. Evaluasi diberikan untuk mengukur
keberhasilan tindakan yang dilakukan guru yaitu pembelajaran
kooperatif.
Pada pertemuan ketiga guru melakukan tindak lanjut dengan cara
memberikan remidial dan pengayaan sesuai dengan hasil belajar siswa
pada pelajaran matematika materi pertumbuhan hewan. 4.1.2.3. Hasil
Tindakan Siklus 1
Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran kooperatif pada
siklus 1 memperoleh penilaian yang dilakukan observer seperti
tampak pada Tabel 6 di bawah ini:
-
28
Tabel. 6 Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Kelas III SD
Negeri 2 Kedungrejo
pada Siklus 1 Pelaksanaan Skor yang diperoleh Prosentase
Kriteria
Pertemuan 1 35 63% Cukup baik
Pertemuan 2 40 71% Baik
Pertemuan pertama siklus 1 aktivitas belajar siswa kelas II SD
Negeri 2 Kedungrejo
selama mengikuti pembelajaran kooperatif dalam pelajaran
matematika memperoleh presentase 63% dengan kategori cukup baik.
Pada pertemuan kedua memperoleh 71% dengan kategori baik. Secara
keseluruhan aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran kurang
berani, aktif dan masih banyak yang mengalami kesulitan.
Hasil kuis siklus 1 sebagai evaluasi yang dilaksanakan pada
pertemuan kedua sebelum diadakan perbaikan dan penganyaan tersaji
pada Tabel 7 di bawah ini:
Tabel. 7 Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 2
Kedungrejo
Siklus 1 No Ketuntasan Frekuensi Prosentase 1 Tuntas 33 70% 2
Tidak tuntas 14 30%
Jumlah 47 100% Minimum 50
Maksimum 100
Hasil belajar Matematika siklus 1 siswa yang tuntas 33 siswa dan
siswa yang tidak tuntas 14 siswa. Sudah ada siswa yang mendapat
nilai maksimum yaitu 100, nilai siswa terendah yaitu 50. Ketuntasan
belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo tersaji
pada Gambar 2 di bawah ini:
-
29
Gambar. 2 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD
Negeri 2 Kedungrejo Siklus 1
Gambar 2 menunjukkan siswa yang tuntas mencapai 70% sedangkan
siswa yang
tidak tuntas hanya 30%. Walaupun mengalami peningkatan namun
hasil tersebut belum sesuai dengan indikator kinerja dalam
penelitian ini yaitu 37 siswa yang tuntas dalam kelas
atau ketuntasan klasikal 79%. Sehingga penelitian dilanjutkan
pada putaran berikutnya. 4.1.2.4. Hasil Observasi Siklus 1
Pada proses kegiatan belajar mengajar berlangsung pada siklus 1
dinilai oleh observer. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif dan
aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran. Tapi
penilaian difokuskan pada kinerja guru selama mengajar. Pertemuan
pertama siklus 1 item kegiatan guru dalam pembelajaran kooperatif
memperoleh penilaian dari observer tampak pada Tabel 8 di bawah
ini:
Tabel. 8 Hasil Penilaian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran
Kooperatif Siklus 1
Pertemuan Total skor Nilai aktivitas Kriteria
Siklus 1 Pertemuan 1
33 55% Kurang
Siklus 1 Pertemuan 2
46 77% Baik
70%
30%
Presentasi Hasil Belajar Matematika Siklus 1
Tuntas
Tidak Tuntas
-
30
Pada pertemuan pertama dengan mendasarkan hasil skor penilaian
yang berjumlah
33 atau presentasenya adalah 55%. Secara umum dapat dikatakan
pada pembelajaran pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan kurang
maksimal. Kegiatan yang belum dilakukan yaitu meminta siswa
menyelesaikan tugas dalam kelompok, membantu siswa yang mengalami
kesulitan, mengamati kerja sama tiap anggota kelompok, memberi
penguatan terhadap materi yang sudah dibahas. Dan melakukan
perbaikan dan pengayaan. Selama pembelajaran siswa masih ramai dan
sebagian besar siswa belum mengerti tentang pembelajaran yang
dilakukan, siswa takut bertanya kepada guru, hanya siswa tertentu
saja yang aktif dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pada pertemuan kedua siklus 1 kegiatan guru dalam pembelajaran
kooperatif setelah diamati oleh observer mendapat skor 46 atau
presentase 77% dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan guru
baik. Pada pertemuan kedua ini aspek yang belum dilakukan pada
pertemuan pertama berkurang. Walaupun masih ada siswa yang masih
ramai tetapi sebagian besar siswa sudah mengerti pembelajaran yang
dilakukan 4.1.2.5. Hasil Rerleksi Siklus 1
Sebelum melakukan tindakan pada siklus 2 diadakan refleksi
proses pembelajaran. Refleksi diadakan dengan melibatkan teman
sejawat. Kegiatan refleksi bertujuan untuk
mendapatkan kritik dan saran dari teman sejawat selaku observer,
agar pada siklus berikutnya hasil evaluasi pembelajaran mencapai
target yang telah ditentukan. Hasil refleksi pada siklus 1 adalah
sebagai berikut ini: a) Dari observer
Kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif pada siklus 1 sudah
dikategorikan kurang berhasil yang dapat dilihat dari hasil
penilaian kinerja guru yaitu mendapat nilai presentase 57% dan 77%.
Guru tidak maksimal dalam melaksanakan pembelajaran. Masih ada
siswa yang bercanda dan bercerita dengan teman lain atau sibuk
corat – coret gambar di buku, dalam kegiatan diskusi guru kurang
melibatkan seluruh siswa hanya siswa yang ditunjuk sebagai ketua
kelompok yang menyelesaikan dalam kegiatan tersebut. Sehingga siswa
yang lain menjadi ramai dan kurang aktif dalam diskusi. Hasil
belajar siswa pada siklus 1 belum sesuai dengan indikator
keberhasilan. Hal ini disebabkan guru dalam kegiatan pembelajaran
kurang optimal dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah direncanakan.
-
31
b) Saran dari observer
Pada putaran berikutnya guru harus menegor siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran. Melibatkan anggota kelompok untuk
presentasi dan bila tidak ada siswa yang memberi tanggapan guru
menunjuk kelompok siswa untuk memberikan tanggapan. Selain itu,
guru harus semaksimal mungkin dalam melaksanakan item-item kinerja
guru yang sudah ditetapkan. 4.1.3. Siklus 2 4.1.3.1. Perencanaan
Tindakan Siklus 2.
Hasil refleksi pada siklus 1 dengan teman sejawat/observer
menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan pendekatan yang
lebih baik lagi. Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan pada minggu
ketiga dan keempat bulan Maret 2012 dan dilakukan tiga kali
pertemuan. Dalam kegiatan perencanaan menyusun: 1) rencana
pembelajaran kooperatif materi menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan pecahan. 2) menyiapkan media pembelajaran. 3)
menyiapkan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas belajar
siswa untuk mengamati kegiatan situasi dan kondisi selama proses
belajar mengajar berlangsung. 4) menyiapkan soal evaluasi dengan
materi menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pecahan. 5)
menyiapkan soal perbaikan dan pengayaan.
4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pelaksanaan tindakan
siklus 2 dilaksanakan dengan langkah-langkah tindakan yang
dilakukan pada pertemuan pertama sama pada pertemuan kedua,
hanya dengan indikator yang berbeda. Langkah tindakan awal: 1)
menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 2)
memberikan motivasi dengan cara melakukan tanya jawab yang
berhubungan dengan materi.
Awal kegiatan inti pertemuan pertama siklus 2: 1) menyajikan dan
menjelaskanan materi yang di bahas. 2) memandu siswa membuat
kelompok dan mengatur tempat duduk. 3) memfasilitasi lembar kerja
siswa/bahan-bahan diskusi. 4) membagikan bahan-bahan diskusi
kelompok pada setiap kelompok. 5) meminta siswa menyelesaikan tugas
dalam kelompok. 6) membantu siswa yang mengalami kesulitan. 7)
mengamati kerja sama tiap anggota kelompok. 8) menjadi moderator
dalam tanggapan, pertanyaan dan masukan dalam kegiatan presentasi
hasil kerja kelompok. 9) memberi penguatan terhadap materi yang
sudah dibahas
-
32
Pada kegiatan akhir: 1) memberikan latihan soal sebagai kuis. 2)
memberikan tugas
rumah. 3) pembelajaran ditutup dengan memberikan informasi
tentang pembelajaran yang akan datang.
Pada pertemuan kedua siklus 2, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran kooperatif hampir sama pada pertemuan pertama. Hanya
saja diawal pembelajaran dalam memberikan motivasi dengan cara
mengoreksi tugas rumah, kemudian diakhir pembelajaran memberikan
soal evaluasi sebagai kuis siklus 1. Evaluasi diberikan untuk
mengukur keberhasilan tindakan yang dilakukan guru yaitu
pembelajaran kooperatif.
Pada pertemuan ketiga guru melakukan tindak lanjut dengan cara
memberikan remidial dan pengayaan sesuai dengan hasil belajar siswa
pada pelajaran matematika materi menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan pecahan. 4.1.3.3. Hasil Tindakan Siklus 2.
Penialain aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran
kooperatif pada siklus 2 yang dinilai oleh observer memperoleh
seperti tampak pada Tabel 9 di bawah ini:
Tabel. 9 Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Kelas III SD
Negeri Kedungrejo
pada Siklus 2 Pelaksanaan Skor yang diperoleh Prosentase
Kriteria
Pertemuan 1 48 86% Baik sekali
Pertemuan 2 51 91% Baik Sekali
Pertemuan pertama siklus 2 aktivitas belajar siswa kelas III SD
Negeri 2 Kedungrejo
selama mengikuti pembelajaran kooperatif dalam pelajaran
matematika memperoleh presentase 86% dengan baik sekali. Pada
pertemuan kedua memperoleh 91% dengan kategori baik sekali. Seluruh
siswa sudah banyak melakukan kegiatan pembelajaran yang
direncanakan.
Hasil kuis siklus 2 sebagai evaluasi yang dilaksanakan pada
pertemuan kedua sebelum diadakan perbaikan dan penganyaan tersaji
pada Tabel 10 di bawah ini:
-
33
Tabel 10 Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 2
Kedungrejo
Siklus 2 No Ketuntasan Frekuensi Prosentase 1 Tuntas 42 89% 2
Tidak tuntas 5 11%
Jumlah 47 100% Minimum 50
Maksimum 100
Hasil belajar matematika siklus 2 siswa yang tuntas berjumlah 42
dan siswa yang
tidak tuntas berjumlah 5 siswa meningkat dibandingkan dengan pra
siklus dan siklus 1. Ketuntasan belajar matmatika siswa kelas III
SD Negeri 2 Kedungrejo pada siklus 2 tersaji pada Gambar 3 di bawah
ini:
Gambar. 3 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD
Negeri 2 Kedungrejo Siklus 2
Gambar 3 menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar matematika
siswa kelas III
pada siklus 2 dengan jumlah siswa yang nilainya ≥ 63 atau yang
memenuhi KKM sudah
terlihat meningkat. Hasil yang diperoleh pada siklus 2 sudah
mencapai standar yang telah ditetapkan pada indikator kinerja pada
penelitian ini. Indikator keberhasilan penelitian ini dianggap
berhasil apabila jumlah siswa yang tuntas >37 siswa dari 47
siswa kelas III. Dari data tersebut dapat diperoleh fakta bahwa
siswa yang telah tuntas pada siklus 2 sudah
89%
11%
Presentasi Hasil Belajar Matematika Siklus 2
Tuntas
Tidak Tuntas
-
34
mencapai 89% (42 siswa). Dari hasil data siklus 2 tersebut sudah
menunjukkan
ketuntasan keberhasilan individu siswa dan sesuai dengan
indikator keberhasilan penelitian. 4.1.3.4 Hasil Observasi Siklus
2
Kegiatan observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif pada siklus 2 baik pada
pertemuan pertama dan kedua yang dinilai observer sudah menunjukkan
hasil yang lebih baik dari siklus 1.
Tabel. 11 Hasil Penilaian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran
Kooperatif Siklus 2
Pertemuan Total skor Nilai aktivitas Kriteria
Siklus 2 Pertemuan 1 51 85% Baik Siklus 2 Pertemuan 2 57 95%
Baik sekali
Pada pertemuan pertama memperoleh skor 51 atau dengan nilai
presentase
kegiatan 85%. Kegiatan yang belum dilakukan yaitu melakukan
tindak lanjut/perbaikan dan pengayaan. Pada pertemuan kedua siklus
2 mendapat skor 57 atau nilai presentase kegiatan 95%, semua
kegiatan yang dilakukan guru semua dilaksanakan dengan kriteria
baik. 4.1.3.5 Hasil Refleksi Siklus 2
Pada akhir kegiatan siklus 2 diadakan refleksi proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi diadakan dengan
melibatkan teman sejawat. Kegiatan refleksi bertujuan untuk
mendapatkan kritik dan saran dari teman sejawat selaku observer.
Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran kooperatif pada siklus
2 pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan berikutnya
guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar
hasilnya lebih baik lagi. Dalam diskusi guru membantu siswa yang
mengalami kesulitan. Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah
terbiasa terhadap pembelajaran yang dilakukan, pembelajaran
kelihatan aktif dan siswa tidak ramai sendiri. Siswa yang
sebelumnya tidak berani bertanya menjadi berani bertanya terhadap
kesulitan yang ditemui.
Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah bisa dikatakan
berhasil, yang dapat ditunjukkan dari meningkatnya hasil ketuntasan
belajar siswa yaitu 42 siswa atau 89% siswa tuntas. Dapat
disimpulkan pembelajaran kooperatif yang dilakukan pada siklus
-
35
2 sudah berhasil karena memperoleh penilaian pada pertemuan
pertama adalah 85%
meningkat menjadi 95%. 4.2. Hasil Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dalam penelitian ini
meliputi hasil pembelajaran siswa dan kegiatan pembelajaran baik
dari siklus 1 dan siklus 2 sebagai berikut: 4.2.1. Hasil Penilaian
Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Kooperatif.
Setelah diamati atau dicatat oleh observer kinerja guru dalam
mengajar dengan pendekatan kooperatif diperoleh data yang tampak
Tabel 12 di bawah ini:
Tabel. 12 Perbandingan Kegiatan Guru Mengajar dalam Pembelajaran
Kooperatif Siklus 1 dan
Siklus 2
Aktivitas Mengajar Nilai Prosentase Kriteria Siklus 1 Pertemuan
ke 1 55% Kurang Siklus 1 pertemuan ke 2 77% Baik Siklus 2 pertemuan
ke 1 85% Baik Siklus 2 pertemuan ke 2 95% Baik sekali
Dilihat dari hasil tersebut bahwa kegiatan guru mengajar dalam
pendekatan
kooperatif pada siklus 1 pertemuan pertama yaitu 55% dengan
kategori kurang dan pertemuan kedua 77% dengan kategori baik.
Sedangkan pada siklus 2 mengalami
peningkatan, pada pertemuan pertama siklus 2 menjadi 85% dengan
kategori baik dan pada pertemuan kedua 95% dengan kategori baik
sekali. Dapat disimpulkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
kooperatif pada pelajaran matemtika siswa kelas III SD Negeri 2
Kedungrejo dari setiap pertemuan mengalami peningkatan yang
ditunjukkan dari nilai presentase kegiatan guru mengajar. Jika
dilihat dari dari seluruh kegiatan pembelajaran yang direncanakan,
maka dapat dikatakan kegiatan pembelajaran siklus 2 berhasil.
-
36
4.2.2. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD
Negeri 2 Kedungrejo Setelah diamati dan dicatat oleh guru ataupun
observer mengenai hasil belajar
siswa kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo pada pelajaran matematika
materi tentang pecahan diperoleh data seperti tampak pada Tabel 13
di bawah ini:
Tabel. 13 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa III SD
Negeri 2 Kedungrejo
Pra Siklus, Siklus 1 Dan Siklus 2
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Frekuensi Presentase
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase 1 Tuntas 27 57% 33 70% 42
89% 2 Tidak tuntas 20 43% 14 30% 5 11%
Jumlah 47 100% 47 100% 47 100% Nilai Minimum 30 50 50
Nilai Maksimum 85 100 100
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa ada kenaikan hasil belajar
dari pra siklus sampai siklus 2. Nilai siswa yang diatas KKM dari
pra siklus 27 siswa meningkat pada siklus 1 menjadi 33 siswa,
meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 42 siswa dari 47 siswa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 4 di bawah ini:
Gambar. 4 Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo Pra Siklus, Siklus 1 dan
Siklus 2
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
57%70%
89%
43%30%
11%
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri
2 Kedungrejo
Tuntas Tidak Tuntas
-
37
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar
siswa sebelum
tindakan kelas dilaksanakan mengalami peningkatan dari
ketuntasan klasikal 57% siswa tuntas dan setelah dilaksanakan
tindakan dengan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran pada
siklus 1 ketuntasan belajar mencapai 70% siswa tuntas, sedangkan
pada siklus 2 ketuntasan klasikal mencapai 89% siswa tuntas hasil
belajarnya. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada siklus 2
berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini yaitu
siswa kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo pada pelajaran Matematika
yang nilainya diatas KKM lebih 37 siswa.
4.3. Pembahasan 4.3.1 Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Kooperatif
Dari hasil refleksi pada siklus 1 diperoleh hasil temuan sebagai
berikut: Kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif pada siklus 1
dikategorikan belum berhasil. Hasil penilaian kinerja guru yaitu
mendapat nilai presentase 55% dengan kategori kurang pada pertemuan
pertama. Pada pertemuan kedua memperoleh presentase 77%
dikategorikan baik. Selain itu, hasil belajar siswa pada siklus 1
juga belum sesuai dengan indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan
dalam kegiatan pembelajaran kurang optimal dalam menerapkan
langkah-
langkah pembelajaran yang sudah direncanakan. Selain itu, dalam
kegiatan diskusi dan presentasi guru kurang melibatkan seluruh
siswa hanya siswa yang ditunjuk sebagai ketua kelompok yang ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut. Sehingga siswa yang lain menjadi
ramai dan kurang aktif dalam melakukan kegiatan diskusi dan
demonstrasi. Masih banyak siswa yang bercanda sendiri atau bermain
sendiri yang mengakibatkan siswa kurang memahami materi
pelajaran.
Pada siklus 2 pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan tiga
kali pertemuan guru harus melibatkan seluruh siswa. Pada kegiatan
presentasi setiap kelompok yang mendapat giliran semua anggota
kelompok harus maju untuk mempresentasikan hasil tugasnya. Hal ini
dimaksud agar siswa dalam menerima materi pelajaran yang dibahas
mudah dipahami oleh siswa. Dalam kegiatan diskusi siswa merasa
senang dan termotivasi dalam kegiatan yang dilakukan, karena
seluruh siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran kooperatif.
-
38
Kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif juga mengalami
peningkatan yaitu dari
85% pada siklus 1 menjadi 95% dengan kategori baik sekali pada
siklus 2. 4.3.2. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri
2 Kedungrejo
Hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebelum dilaksanakan
tindakan sangatlah kurang memuaskan. Sehingga guru merasa prihatin
terhadap rendahnya hasil belajar matematika tersebut dan memberikan
tindakan dengan melakukan pembelajaran kooperatif. Pemberian
tindakan yang dilakukan mendapat hasil yang lebih baik yang dapat
dilihat dari meningkatnya ketuntasan belajar matematika siswa dari
pra siklus, siklus 1 sampai siklus 2. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 14 di bawah ini:
Tabel. 14 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas III
SD Negeri 2 Kedungrejo
Kategori Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jumlah siswa
Prosentse Jumlah siswa
Prosentse Jumlah siswa
Prosentse
Tuntas 27 57% 33 70% 42 89% Tidak Tuntas 20 43% 14 30% 5 11%
Jumlah 47 100% 47 100% 47 100%
Tabel 14 menunjukkan ketuntasan belajar siswa sebelum dilakukan
tindakan berjumlah 27 siswa atau 57%, sedangkan jumlah siswa yang
tidak tuntas sama 20 siswa atau 43%. Rendahnya hasil belajar
matematika disebabkan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar
terutama mata pelajaran matematika belum menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menarik. Minat siswa untuk belajar matematika
sangat kurang siswa cenderung lupa pada pelajaran yang sudah
diberikan. Setelah pembelajaran kooperatif dilaksanakan pada siklus
1, hasil belajar siswa meningkat dibandingkan sebelum diadakan
tindakan. Hasil belajar matematika siswa kelas III siklus 1 yaitu
siswa yang tuntas bertambah 6 siswa sehingga jumlah siswa yang
tuntas pada siklus 1 adalah 33 siswa dengan prosentasi 70%
sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas berkurang jumlahnya
menjadi 14 siswa atau 30%. Kemudian dengan arahan, kritik dan
saran dari obeserver dengan memperbaiki
pembelajaran kooperatif yang dilakukan memperoleh hasil yang
memuaskan. Pada siklus 2 ketuntasan belajar matematika siswa
mengalami peningkatan yaitu jumlah siswa yang nilainya diatas KKM
yaitu 63 bertambah lagi 9 siswa menjadi 42 siswa yang tuntas
hasil
-
39
belajarnya dengan ketuntasan klasikal 89%. Secara otomatis
jumlah siswa yang belum
tuntas nilainya semakin berkurang jumlahnya yaitu 5 siswa.
Kelima siswa tersebut kurang dalam kemampuan akademiknya pada
pelajaran matematika maupun pelajaran lainnya dibandingkan siswa
lainnya, sehingga perlu diberikan jam tambahan agar kelima siswa
tersebut tidak selalu ketinggalan dalam menerima pelajaran. Dapat
dikatakan bahwa pembelajaran pada siklus 2 berhasil sesuai dengan
indikator keberhasilan penelitian ini yaitu siswa yang tuntas
mencapai 37 siswa dari 47 siswa dalam kelas.