Page 1
BAB IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1 Profil KSP Artha Prima
4.1.1.1 Sejarah Koperasi Artha Prima
Sejarah Perkembangan Koperasi Artha Prima adalah KSP Artha Prima didirikan pada
tanggal 10 Juli 2007, dengan Badan Hukum Nomor 212/BH/KDK.11.1/V/2000. Kegiatan
Koperasi Artha Prima mentitik beratkan pada perdagangan, kapling dan penyaluran kredit
yang pelayanannya hampir meliputi seluruh Kabupaten Semarang. Pada awal tahun 2003
untuk mendekatkan pelayanan ke anggotaan, KSP Artha Prima mengembangkan usahanya
keluar kabupaten maka dilakukan perubahan Anggaran Dasar pada tanggal 23 maret 2004
nomor 07/BH/PAD/KDK.11/III/2004. Pengembangan usaha tersebut meliputi Kodya
Wonosobo, Kabupaten Boyolali, Kodya Salatiga, Kota Semarang, Kabupaten Temanggung,
Ungaran dan Kabupaten Klaten guna lebih mendekatkan pelayanannya ke anggota diluar
Provinsi Jawa Tengah dan berdasarkan keputusan Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia tanggal 19 April 2005 nomor 62/PAD/MENEG.1/IV/2005
tentang Perubahan Anggaran Dasar KSP Artha Prima telah dapat beroperasi di seluruh
Wilayah Republik Indonesia atau Primer Nasional.
KSP Artha Prima adalah salah satu koperasi di Indonesia yang dibentuk dengan
tujuan menjadikan KSP sebagai soko guru perekonomian Indonesia, menjadikan lembaga
yang mandiri, tangguh, profesional dan berbasis anggota yang berkualitas, mensejahterakan
anggota dan masyarakat. KSP Artha Prima memiliki 40 cabang di kota Salatiga dengan total
anggota 4600 orang (lancar) dan kurang lebih 1000 orang (tidak lancar). Dalam hal ini sama
seperti yang tertuang dalam pasal 4 UU Tahun 1992 tentang perkoperasian, yaitu
Page 2
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota, berperan serta secara aktif
dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat, memperkokoh perekonomiaan
nasional yang berdasarkan asas kekeluargaan. KSP Artha Prima yang menjadi objek
penelitian penulis yaitu di daerah Kota Salatiga yang merupakan cabang dari KSP Artha
Prima Ambarawa. Dan juga KSP Artha Prima cabang kota Salatiga berlokasi di jln.Imam
bonjol 106, Salatiga.(http://ksparthaprima.co.id/)
4.1.1.2 Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam Artha Prima
Organisasi adalah alat atau wadah kerjasama untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan penentuan tugas, wewenang dan tanggung jawab, yang slalu ada pada
setiap perusahaan, baik badan usaha yang bertujuan mencari laba atau yang non laba yang
bertujuan sosial. Agar organisasi Koperasi Simpan Pinjam “Artha Prima” dapat berjalan
dengan baik. Perlu penyusunan dalam struktur organisasi sehingga antara bagian satu dengan
bagian lain dapat melaksanakan tugasnya masing – masing. Strukur organisasi Koperasi
Simpan Pinjam “Artha Prima” adalah sebagai berikut:
RAPAT
ANGGOTA PENGAWAS
Syaiful
KETUA
Bapak Zubaedi
PENGURUS
SEKRETARIS
Ibu Siti Rahmawati
BENDAHARA
Bapak Asrul
Page 3
1. Rapat Anggota
Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Mengingat anggota adalah
pemilik sekaligus pengguna jasa yang sangat berkepentingan sejauh ini keputusan rapat
diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Masing-masing anggota mempunyai hak suara
yang sama dan anggota berhak meminta keterangan dan pertanggunjawaban mengenai
pengelolaan koperasi.
2. Pengawas
Pengawas koperasi adalah anggota koperasi yang diberi kepercayaan oleh seluruh anggota
untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan kebijaksanaan dan pengelolaan
koperasi. Pengawas koperasi juga bertugas membuat laporan tertulis tentang hasil
penelitian, pembinaan dan pengawasan kegiatan organisasi dan usaha koperasi kepada
pengurus. Koperasi simpan pinjam “Artha Prima” kota Salatiga memiliki satuorang
pengawas yaitu Syaiful.
3. Pengurus
Merupakan pemegang kuasa rapat anggota dengan jabatan paling lama lima tahun yang
dipilih dan diangkat dari anggota koperasi oleh rapat anggota yang bertanggungjawab
mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi. Pembagian tugas pengurus KSP Artha
Prima adalah sebagai berikut:
a. Ketua
Ketua KSP Artha Prima dijabat oleh Bapak Zubaedi yang mempunyai tugas sebagai
berikut :
Manager Pusat
Muhamad Ashuri
Page 4
1. Memimpin dalam pengelolaan koperasi dan usahanya.
2. Mengajukan rancangan rencana kerja, rancangan anggaran pendapatan dan belanja
koperasi.
b. Sekretaris
Sekretaris KSP Artha Prima dijabat oleh Ibu Siti Rahmawati yang mempunyai tugas
dan tanggungjawab sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan dan memelihara buku-buku anggota dan pengurus.
2. Mengkoordinasi kegiatan harian, organisasi dan usaha.
c. Bendahara
Bendahara KSP Artha Prima dijabat oleh Bapak Asrul dengan tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
1. Mengajukan laporan keuangan.
2. Mengkoordinasi kegiatan dibidang keuangan.
3. Bertanggungjawab atas semua transaksi yang telah dilakukan.
d. Manajer Pusat
Bertanggungjawab kapada pengurus untuk mengelola KSP.
4.1.1.3 Bidang Usaha Koperasi Simpan Pinjam “Artha Prima”
Dalam rangka mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kesejateraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, koperasi menjalankan berbagai kegiatan usaha.
Bidang usaha yang dilakukan KSP Artha Prima kota Salatiga adalah:
1. Pengkreditan Uang
Page 5
Merupakan usaha jasa dengan memberikan kredit uang dengan bunga yang rendah
untuk membantu kesejahteraan anggota dan masyarakat. Ada dua jenis kredit yang
diberikan kepada debitur KSP Artha Prima yaitu :
- Kredit modal usaha yaitu kredit yang digunakan sebagai modal usaha
untuk sarana pengembangan usaha yang dikelola oleh nasabah.
- Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan sebagai sarana
pembelian barang kebutuhan sekunder atau biaya-biaya yang
konsumtif.
2. Simpanan atau Tabungan
Merupakan jasa yang melayani anggota yang ingin menyimpan uangnya dikoperasi
dengan memberikan bunga atau simpanan tersebut. Simpangan atau tabungan ini
dapat sewaktu-waktu disetor atau ditarik yang akan di catat dengan teliti dalam buku
simpanan atau nama si penampung.
4.1.2 Prosedur Pemberian Kredit Koperasi Simpan Pinjam “Artha Prima”.
Prosedur merupakan kejelasan tentang sosialisasi kredit dari petugas administrasi
kepada calon debitur. Calon debitur mengajukan dana kredit kepada pegawai bagian
administrasi dengan berbagai macam persyaratan yang sudah ditentukan yang selanjutnya
akan diproses dan dianalisis untuk menentukan layak tidaknya calon debitur untuk
mendapatkan kredit.
Prosedur yang harus dilengkapi nasabah dalam pemberian kredit sebagai berikut
1. Pengajuan berkas-berkas.
Dalam hal ini nasabah mengajukan berkas permohonan kredit dengan dilengkapi:
a. Maksud dan tujuan kredit
b. Besarnya kredit dan jangka waktu
Page 6
c. Sistem pengembalian kredit
d. Jaminan kredit
e. Syarat pendukung (KTP, KK, Surat Nikah, BPKB roda dua atau roda empat, SHM
atau Sertifikat, STNK yang masih berlaku, rekening listrik atau telepon, slip gaji).
2. Penyelidikan berkas pinjaman.
Dalam rangka mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai dengan
persyaratan sudah benar, termasuk menyelidiki keabsahan berkas. Jika menurut pihak
koperasi belum lengkap atau belum cukup, makan diminta nasabah untuk segera
melengkapi dan apabila sampai waktu tertentu nasabah tidak sanggup maka
pemohonan kredit akan dibatalkan.
3. Wawancara I.
Melakukan penyelidikan terhadap nasabah dengan langsung berhadapan untuk
mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya serta meyakinkan
pihak koperasi apakah berkas-berkas yang diajukan sesuai dan lengkap.
4. Survey ke lapangan.
Kegiatan pemerikasaan kelengkapan secara langsung dengan cara turun ke lapangan
dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan jaminan yang kemudian
dicocokkan dengan hasil wawancara I. Agar apa yang kita lihat dilapangan sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya, hendaknya saat akan melakukan survey tidak
diberitahukan kepada nasabah.
5. Wawancara II.
Kegiatan perbaikan berkas-berkas jika kemungkinan ada kekurangan setelah
dilakukannya survey lapangan. Catatan pemohonan dan catatan pada saat wawncara I
Page 7
akan dicocokkan dengan catatan saat survey lapangan apakah ada kesesuaian dan
mengandung kebenaran.
6. Keputusan kredit.
Menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka akan
disiapkan administrasinya. Keputusan kredit mencakup :
- Jumlah uang yang diterima
- Jangka waktu kredit
- Biaya-biaya yang harus dibayar (ongkos, materai)
- Waktu pencarian kredit
7. Penandatangan akad kredit.
Kegiatan lanjutan dari diputuskannya kredit, sebelum dicairkan terlebih dahulu calon
nasabah menandatangani akad kredit untuk mengikat jaminan dengan surat perjanjian
atau surat pernyataan yang dianggap perlu. Penandatangan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
- Dilakukan secara langsung dengan pihak koperasi dengan debitur.
- Penandatangan antara pihak koperasi dengan debitur disertai tanda tangan
notaris sebagai saksi (dikhususkan untuk jaminan tidak bergerak berupa tanah
atau bangunan).
8. Realisasi kredit.
Realisasi kredit diberikan setelah penandatangan akad kredit yang dilakukan
berdasarkan analisa kelayakan pemberian kredit dengan memperkirakan kemampuan
debitur dalam membayar kewajiban. Sehingga dapat menentukan tingkat kepercayaan
kepada debitur dan dapat menghindari kemungkinan terjadinya kerugian dimasa yang
akan datang akibat adanya kredit macet.
Page 8
9. Penyaluran dana.
Merupakan kegiatan pencarian atau pengambilan dana dari rekening atau
pengambilan secara langsung sebagai realisasi dari pemberian kredit sesuai ketentuan
dan tujuan kredit.Kredit yang diberikan oleh pihak KSP Artha Prima pengertiannya
sudah sesuai dengan pendapat kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankkan yang
mengandung unsur-unsur: kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu. Resiko dan
bunga.
4.1.3. Metode yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam “Artha Prima”
1. Memberikan informasi pengajuan kredit.
a. Analisis kredit menjelaskan secara jelas dan terinci kepada calon debitur
mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi :
tidak menjadi anggota koperasi lain dan dapat sedang menerima kredit
konsumtif.
b. Pihak analis kredit memberikan informasi yang jelas sehingga calon debitur bisa
mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mengetahui persyaratan
kredit.
c. Mengetahui calon debitur merupakan WNI dan mempunyai hubungan keluarga,
identitas calon debitur yang berupa KTP, KK atau Surat Nikah sangat
diperlukan.
Kejelasan informasi yang diberikan oleh analis kredit sangat berpengaruh
terhadap kesalahan dalam prosedur syarat kredit berikutnya. Semakin jelas informasi
yang diberikan, semakin memperkecil kesalahan dalam prosedur kredit berikutnya.
2. Penggolongan Pinjaman.
Page 9
Setelah pihak administrasi mengetahui besar pinjaman yang diajukan
calon debitur, pihak administrasi kemudian mengelompokkan kedalam pinjama
angsuran atau berjangka agar pihak koperasi mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan jika terjadi penunggakan angsuran.
3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit.
Analisis kredit melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui
bagaimana keadaan calon debitur dan identitasnya apakah sesuai dengan KTP,
KK atau Surat Nikah yang diajukan sebagai persyaratan kredit. Setelah
pengecekan dilakukan sama atau falid dan telah dinyatakan layak, maka proses
kredit selanjutnya dapat dilaksanakan.
4. Pengendalian kredit dengan 5C.
Setelah persyaratan yang ditentukan oleh koperasi dipenuhi dan sesuai
keadaan dilapangan. Setiap koperasi menerapkan asas 5C dalam pemberikan
kredit agar mengurangi risiko dan meminimalkan kredit macet. Semakin pihak
koperasi ketat dalam menerapkan azas 5C maka akan kecil pula risiko kredit yang
bisa menimbulkan kredit macet, karena pihak koperasi benar-benar
memperhatikan kelayakan calon debitur dalam penerimaan kredit.
Penilaian pemberian kredit dengan azas 5C adalah sebagai berikut:
a. Character (Kepribadian/watak).
Page 10
Penilaian kepribadian/watak calon nasabah dilakukan oleh pihak KSP
Artha Prima, sebelum pemberian kredit kepada calon nasabah dibutuhkan suatu
informasi-informasi yang berkaitan dengan calon nasabah untuk memenuhi
kewajiban yang ada dalam aturan yang sudah di sepakati oleh pihak KSP Artha
Prima dengan calon nasabahnya. Penilaian yang dilakukan oleh pihak KSP Artha
Prima antara lain meliputi: perilaku, tanggung jawab, kedisiplinan diri, moral,
maupun sifat-sifat pribadinya. Cara yang dapat dilakukan oleh pihak KSP Artha
Prima untuk melakukan penilaian watak tersebut adalah dengan meneliti riwayat
calon debitur, reputasi calon debitur dilingkungan bisnis/usahanya dan riwayat
hubungan. Dengan demikian tidak akan terjadi kegagalan dalam pemberian kredit
yang disebabkan karena kesalahan dalam melakukan penilaian terhadap watak
calon nasabah.
b. Capasity (Kemampuan atau kesanggupan).
KSP Artha Prima melakukan analisis kemampuan kepada calon nasabah.
Analisis kemampuan tersebut diuraikan ke dalam kemampuan finansial dan
manajerial. Kedua kemampuan tersebut saling berkaitan dan mendukung
performance calon nasabah, karena kemampuan finansial merupakan hasil kerja
kemampuan manajerial calon nasabah. Kemampuan finansial dimaksudkan
sebagai suatu penilaian kepada nasabah mengenai kemampuan untuk membayar
kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu dari kegiatan usaha yang
dijalankannya. Hal ini dilakukan guna memperlancar jalannya proses pemberian
kredit kepada calon nasabah.
c. Capital (Modal atau kekayaan).
KSP Artha Prima melakukan analisis modal untuk menilai kemampuan
pendanaan atau modal sendiri dari calon nasabah. Tujuan dilakukannya analisis
Page 11
modal untuk mengetahui kemampuan sendiri debitur dalam memikul beban
pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan dalam menanggung beban risiko
(risk sharing) yang mungkin dialami oleh calon nasabah. Modal sendiri ini tidak
harus dalam bentuk uang tunai tetapi dapat berupa barang-barang seperti tanah,
bangunan, rumah serta fasilitas-fasilitas yang digunakan oleh calon nasabah.
Seperti perhiasan, mobil atau motor.
d. Collateral (Jaminan).
KSP Artha Prima melakukan analisis jaminan kepada calon nasabah.
Analisis jaminan dalam hal ini merupakan penilaian barang-barang jaminan yang
diserahkan oleh calon nasabah sebagai jaminan atas fasilitas kredit yang
diterimanya.
Jaminan yang dimaksud terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Jaminan benda berwujud seperti kendaraan bermotor atau emas.
2. Jaminan benda tidak berwujud yaitu surat-surat yang dijadikan jaminan
seperti sertifikat rumah, tanah, STNK dan BPKB.
e. Condition of Economy.
Analisis kondisi yang dimaksud disini adalah kondisi diluar kontrol atau
faktor-faktor yang berada di luar kemampuan KSP untuk mengatasi atau
mempengaruhinya (kondisi / faktor ekstern). Hal ini dilakukan agar dapat
melakukan penilaian terhadap kondisi dan prospek usaha, maka pihak KSP Artha
Prima perlu mempelajari dan mengikuti perkembangan masalah-masalah
ekonomi, politik, budaya, kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah setempat,
peraturan-peraturan moneter, perpajakan, anggaran belanja dan pendapatan
Page 12
negara. Dengan demikian pihak KSP dapat memperkirakan apa yang akan terjadi
dimasa depan (melancarkan usaha calon nasabah).
Walaupun di KSP Artha Prima menggunakan beberapa faktor dari 5C
yang dijadikan dasar dalam penilaian-penilaian pemberian kredit, pada
kenyatannya masih ada debitur yang tidak lancar atau macet dalam membayar
kewajibannya. Faktor condition of economy sangat jarang dilakukan pihak
koperasi, karena pihak koperasi sudah memberikan kepercayaan bahwa masa
depan debitur bisa melunasi kewajibannya. Kecuali untuk debitur yang
mengajukan kredit usaha, pihak koperasi harus tetap menggunakan faktor
codition of economy untuk mengetahui prospek atau tidaknya usaha yang hendak
dilakukan.
5. Pengendalian Kredit dengan 7P
Penilaian pemberian kredit dengan metode analisis dengan 7P menurut
Kasmir ( 2001:106 ) adalah :
1. Personality
Analisis Personality hampir sama dengan character dalam 5c atau dapat
dikatakan sebagai ukuran untuk menilai “kemauan” melakukan
kewajibannya untuk melunasi kredit yang diajukan. Nasabah dengan
kepribadian baik tentunya akan berusaha untuk membayar kredit yang
telah diajukan dengan berbagai cara. Pihak KSP mencari data tentang
kepribadian calon nasabah seperti riwayat hidupnya, hobi, keadaan
keluarga, lingkungan sosial, serta hal-hal yang erat hubungannya
dengan kepribadian nasabah.
2. Party
Analisis dalam hal ini dilakukan dengan cara mengklasifikasikan
pnasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat
digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit
Page 13
yang berbeda dengan kredit untuk nasabah yang lebih kuat modalnya,
baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan lainnya.
3. Perpose
Analisis perpose dilakukan untuk mengetahui tujuan calon nasabah
dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
Tujuan pengambilan kredit bermacam-macam, ada yang bertujuan untuk
konsumtif atau untuk tujuan produktif atau bahkan untuk tujuan
perdagangan (usaha).
4. Prospect
Analisis prospek dilakukan untuk menilai usaha calon nasabah dimasa
yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain
mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini sangat penting, mengingat
jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan
hanya koperasi yang akan menanggung kerugian tetapi juga nasabah.
5. Payment
Analisis payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja
dana untuk pengembalian kredit yang diperoleh oleh calon nasabah.
Semakin banyak sumber penghasilan nasabah maka akan semakin baik.
Sehingga jika salah satu usahanya merugi atau bangkrut akan ditutupi
oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Analisis profitability dilakukan untuk menganalisis bagaimana
kemampuan calon peminjam dalam mencari laba. Analisis ini diukur
dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat,
apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari KSP.
7. Protection
Analisis protection bertujuan untuk mengetahui bagaimana menjaga
kredit yang diberikan oleh KSP tersebut, agar usaha dan jaminan
Page 14
mendapat perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau
orang atau jaminan asuransi.
6. Pengendalian kredit dengan 3R
Penilaian pemberian kredit dengan metode analisis dengan 3R adalah :
1. Return (hasil yang dicapai)
Analisis return dilakukan oleh pihak KSP guna penilaian atas hasil
pencapaian yang akan dicapai oleh calon nasabah setelah dibantu dengan
kredit oleh pihak KSP. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk
membayar pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha
calon nasabah yang bersangkutan maka kredit diberikan dan begitu pula
sebaliknya.berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan sebagai
keuntungan yang akan diperoleh KSP apabila memberikan kredit kepada
pemohon.
2. Repayment (pembayaran kembali)
Analisis repayment dilakukan oleh pihak KSP dengan beberapa penilaian
tertentu. Yaitu dalam hal ini KSP harus menilai berapa lama nasabah dapat
membayar kembali pinjamannya sesuai dengan kemampuan membayar
kembali (repayment capacity), dan apakah kredit harus
diangsur/dicicil/atau dilunasi sekaligus diakhir periode. Hal ini dilakukan
untuk mendukung pendapat Hasibuan (2005) repayment adalah
memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu
pembayarankredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
3. Risk bearing ability (kemampuan untuk menanggung resiko)
Analisis risk bearing ability dilakukan untuk memperhitungkan besarnya
kemampuan nasabah untuk menghadapi risiko, baik risiko yang besar
ataupun kecil. KSP melihat atau menganalisis kemampuan nasabah
menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukurnya, jenis
usaha yang dijalakan ataupun pekerjaan nasabah. Berdasarkan hal tersebut
KSP harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana nasabah mampu
menanggung resiko kegagalan apabila terjadi sesuatu yang tidak
Page 15
diinginkan. Jika risk bearing ability nasabah besar maka pihak KSP tidak
akan memberikan kredit dan juga sebaliknya.
7. Memonitoring terhadap penggunaan kredit.
Pihak koperasi hanya melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap
jalannya kredit untuk mengamankan kekayaan yang digunakan debitur sebagai
anggunan atau jaminan. Terdapat dua jenis pengawasan yang dilakukan pihak
koperasi yaitu pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit
(survey ke lapangan, wawancara) dan pengawasan yang dilakukan setelah
pencairan dan saat penggunaan kredit.
8. Pengendalian agunan.
Setiap calon debitur harus memberikan agunan atau jaminan yang bernilai
ekonomis kepada pihak koperasi kepada awal pemberian kredit. Pihak KSP Artha
Prima hanya mau menerima agunan atau jaminan berbentuk sebagai berikut:
a. Jaminan benda berwujud seperti kendaraan bermotor atau emas
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu surat-surat yang dijadikan jaminan
seperti sertifikat tanah, sertifikat rumah dan BPKB
Jaminan yang diberikan kepada puhak KSP Artha Prima sudah sesuai
dengan pendapatan Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan
lainnya. Walaupun ada beberapa jenis jaminan yang tidak digunakan.
9. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet.
Pihak KSP Artha Prima lebih awal melakukan identifikasi dalam
pengelolaan kredit yang bermasalah untuk mencegah timbulnya kredit yang
Page 16
bermasalah dikemudian hari. Setelah realisasi kredit, pihak debitur harus
mengembalikan pinjaman sesuai dengan kesepakatan namun tidak selamanya,
kredit yang diberikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak hal yang
terjadi diluar kehendak, kelalaian pihak koperasi dalam hal pengawasan dan
prosedur maupun kelalaian pihak debitur. Kelancaran pembayaran pokok kredit
atau bunga kredit dapat terjadi karena:
a. Dari pihak nasabah
- adanya ketidakjujuran saat di survey
- keinginan untuk segera mendapat pinjaman
- kemampuan yang kurang dalam membayar
- meremehkan jadwal angsuran
- adanya unsur ketidaksengajaan (musibah)
- memindahtangankan jaminan (digadaikan)
b. Dari pihak koperasi
- Hasil-hasil survey ada yang diabaikan
- Ada unsur suap agar dipermudah proses pemberian kredit
- Target (tekanan dari perusahaan, mengejar bonus)
10. Meminimalkan resiko kredit macet.
Menentukan langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah kredit apa
yang akan diselesaikan secara baik-baik apabila kondisi debitur masih bisa
diperbaiki atau dengan pemutusan hubungan apabila kondisi debitur tidak bisa
diharapkan lagi. Jika kondisi debitur masih bisa diperbaiki pihak koperasi akan
melakukan analisis atau evaluasi bila terjadi kredit macet dengan cara:
a. Dilakukan pembicaraan dikantor sehingga ada etikat baik dari pihak debitur
untuk memenuhi kewajibannya berupa pinjaman pokok serta bunga.
Page 17
b. Apabila debitur merasa keberatan dengan perjanjian awal maka dilakukan
rescheduling dengan memperpanjang waktu angsuran sesuai kemampuan
debitur.
11. Penggolongan kredit bermasalah.
Sebelum koperasi melakukan tindakan untuk mengelola kemungkinan
resiko yang akan dihadapi, akan dilakukan terlebih dahulu penggolongan kredit
yang bermasalah yaitu sebagai berikut:
a. Kredit cukup lancar, kredit dikatakan cukup lancar apabila terjadi tunggakan
pembayaran pokok atau bunga melampaui 30hari akan dilayangkan surat
peringatan I.
b. Kredit kurang lancar, kredit dikatakan kurang lancar apabila terjadi tunggakan
pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 60hari akan dilayangkan
surat peringatan II.
c. Kredit dalam perhatian khusus, kredit dikatakn dalam perhatian khusus
apabila tunggakan pembayaran pokok atau bunga melampaui 120hari akan
dilayangkan surat peringatan III dan ditambah surat panggilan jika tidak ada
tanggapan sampai 5hari setelah tanggal jatuh tempo surat peringatan III.
d. Kredit macet, dikatakan kredit macet apabila tidak terjadi pembayaran pokok
atau bunga sama sekali dan setelah 5hari tanggal jatuh tempo surat panggilan
tidak ada tanggapan akan dilayangkan surat penarikan jaminan.
Page 18
Adanya penggolongan kredit bermasalah tersebut, pihak koperasi akan
semakin mudah dalam menentukan langkah selanjutnya yang tepat untuk lebih
mengelola kredit bermasalah yang terjadi.
12. Tindakan lanjut atau penyelesaian kredit.
a. Adanya APHT (akte pemberian hak tanggungan)
b. Apabila setelah debitur diberikan surat peringatan I-III, surat panggilan
sampai surat penarikan jaminan tidak mendapat respon atau tidak ada
angsuran masuk, maka pihak koperasi akan melakukan penyitaan anggunan
atau jaminan yang diberikan. Penyitaan dilakukan dengan negoisasi antara
pihak koperasi dengan debitur yang memunculkan kesepakatan anggunan atau
jaminan dijual dengan harga pasar yang hasil penjualannya digunakan untuk
menutup pokok pinjaman ditambah bunga ditambah denda dan jika masih ada
sisa akan dikembalikan kepada debitur.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Pembahasan Prosedur
Keberadaan koperasi yang merupakan bagian dari tata perekonomian nasional, maka
peran Koperasi sangatlah penting dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan potensi
ekonomi. Dengan demikian sudah sewajarnya bahwa Koperasi diberikan kesempatan yang
menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. KSP Artha Prima sebagai salah satu
Koperasi yang ada di kota Salatiga yang kegiatannya memberikan kredit. Sembilan prosedur
yang diberikan oleh pihak KSP Artha Prima sebagai syarat pengajuan kredit yaitu: Pengajuan
berkas-berkas, Penyelidikan berkas, Wawancara I, Survey lapangan, Wawancara II,
Keputusan kredit, Penandatanganan akad kredit, atau perjanjian lainnya, Realisasi kredit dan
Penyaluran atau penarikan dan sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kasmir.
Page 19
Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan
dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya
apakah untuk konsumtif atau produktif.
Akan tetapi pada kenyataannya seringkali masih terjadi kebocoran mengenai akan
dilakukannya survey sehingga pihak debitur memberikan informasi tentang kondisi lapangan
yang tidak sebenarnya. Kebocoran ini bisa terjadi karena disengaja. Pihak analisis kredit
berbuat seperti itu karena disebabkan adanya tekanan dari koperasi (target atau mengejar
bonus), dan dari pihak calon debitur disebabkan karena keinginan segera mendapatkan
pinjaman.
Pihak koperasi dalam menangani prosedur pinjaman calon nasabah sudah baik,
dengan cara melakukan pendekatan kepada calon debitur terutama dalam hal wawancara I
dan wawancara II. Agar tidak terjadi kredit macet di kemudian hari yang disebabkan kurang
telitinya dalam memproses atau menganalisis prosedur dan ketidakjujuran dari ke dua pihak,
sebaiknya dari pihak koperasi tidak memberikan tekanan kepada analisis kredit agar antara
pihak analisis kredit dengan calon debitur tidak bisa bekerja sama. Calon debitur dalam
memperlihatkan kondisi lapangan harus jujur karena hal ini berpengaruh dalam pembayaran
kewajiban di kemudian hari.
4.2.2 Pembahasan Metode Pengendalian
Dalam teori akutansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern
didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem
teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau
objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi,
dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan
Page 20
mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud
(seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk
mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat dan serta
menjamin ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut pengendalian
intern atau dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur
yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan yang
handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku. Pada tingkatan
organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan dengan keandalan laporan keuangan, umpan
balik yang tepat waktu terdapat pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis, serta
kepatuhan kepada hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik, pengendalian intern
merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu misalnya:
memastikan pembayaran untuk pihak ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang benar-
benar dilakukan. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/pengendalian_intern)
Koperasi Simpan Pinjam Artha Prima telah menerapkan 10 metode pengendalian
untuk memperlancar dalam pemberian kredit, antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan informasi pengajuan kredit
Faktor utama yang harus di analisis oleh pihak KSP adalah memberikan informasi
kepada calon debitur. Karena tidak semua kalangan mengetahui persyaratan-
persyaratan untuk mengajukan permohonan kredit. Bagian analisis kredit harus
mampu menjelaskan secara jelas dan terinci kepada calon debitur mengenai informasi
kredit yang berupa persyaratan-persyaratan serta ketentuan kredit. Syarat yang paling
utama adalah tidak menjadi anggota koperasi lainnya karena apabila calon debitur
adalah anggota dari koperasi lain artinya calon debitur tersebut sudah memiliki
Page 21
kewajiban sebagai anggota di koperasi itu. Sehingga besar kemungkinan calon debitur
dalam menjalankan kewajibannya, akan sulit melaksanakannya. Selain itu juga calon
debitur tidak diperbolehkan sedang menerima kredit konsumtif. Pihak analis kredit
diharuskan memberikan informasi yang jelas sehingga calon debitur bisa
mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mengetahui persyaratan kredit.
Pihak analisis juga harus mencari informasi tentang keberadaan calon debitur apakah
calon debitur merupakan WNI dan mempunyai hubungan keluarga, hal tersebut dapat
dianalisis dari identitas calon debitur yang berupa KTP, KK atau Surat Nikah sangat
diperlukan.
Hal ini mendukung pendapat dari Kasmir (2001:112) tentang prosedur pemberian
kredit
2. Penggolongan Pinjaman
Analisis penggolongan pinjaman biasanya dilakukan oleh pihak administrasi.
Penggolongan pinjaman dilakukan setelah pihak administrasi mengetahui besarnya
pinjaman yang diajukan calon debitur, setelah digolongkan berdasarkan besarnya
pinjaman yang diajukan oleh calon debitur pihak administrasi kemudian
mengelompokkan kedalam pinjaman angsuran atau berjangka hal ini dilakukan agar
pihak koperasi mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan seandainya terjadi
penunggakan angsuran (kredit macet).
3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit
Analisis kredit mempunyai tanggung jawab besar atas kesesuaian persyaratan
kelengkapan kredit calon debitur. Bersdasarkan hal tersebut pihak analisis kredit
biasanya melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui bagaimana keadaan
calon debitur terutama identitas calon debitur tersebut apakah sesuai dengan informasi
yang diberikan pada saat pengajuan kredit antara lain KTP, KK, atau Surat Nikah.
Page 22
Setelah analisis kredit melakukan pengecekan dan memeriksanya, apakah sama atau
falid yang kemudian dinyatakan layak menerima kredit, maka proses kredit
selanjutnya dapat dilaksanakan.
Hal ini mendukung pendapat dari Kasmir (2001:105) tentang penilaian pemberian
kredit.
4. Pengendalian kredit dengan metode 5C
Character (Kepribadian/watak).
Penilaian kepribadian/watak calon nasabah dilakukan oleh pihak KSP Artha
Prima, sebelum pemberian kredit kepada calon nasabah dibutuhkan suatu
informasi-informasi yang berkaitan dengan calon nasabah untuk memenuhi
kewajiban yang ada dalam aturan yang sudah di sepakati oleh pihak KSP
Artha Prima dengan calon nasabahnya. Penilaian yang dilakukan oleh pihak
KSP Artha Prima antara lain meliputi: perilaku, tanggung jawab, kedisiplinan
diri, moral, maupun sifat-sifat pribadinya. Cara yang dapat dilakukan oleh
pihak KSP Artha Prima untuk melakukan penilaian watak tersebut adalah
dengan meneliti riwayat calon debitur, reputasi calon debitur dilingkungan
bisnis/usahanya dan riwayat hubungan. Dengan demikian tidak akan terjadi
kegagalan dalam pemberian kredit yang disebabkan karena kesalahan dalam
melakukan penilaian terhadap watak calon nasabah.
Capasity (Kemampuan atau kesanggupan).
KSP Artha Prima melakukan analisis kemampuan kepada calon nasabah.
Analisis kemampuan tersebut diuraikan ke dalam kemampuan finansial dan
Page 23
manajerial. Kedua kemampuan tersebut saling berkaitan dan mendukung
performance calon nasabah, karena kemampuan finansial merupakan hasil
kerja kemampuan manajerial calon nasabah. Kemampuan finansial
dimaksudkan sebagai suatu penilaian kepada nasabah mengenai kemampuan
untuk membayar kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu dari kegiatan
usaha yang dijalankannya. Hal ini dilakukan guna memperlancar jalannya
proses pemberian kredit kepada calon nasabah.
Capital (Modal atau kekayaan).
KSP Artha Prima melakukan analisis modal untuk menilai kemampuan
pendanaan atau modal sendiri dari calon nasabah. Tujuan dilakukannya
analisis modal untuk mengetahui kemampuan sendiri debitur dalam memikul
beban pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan dalam menanggung
beban risiko (risk sharing) yang mungkin dialami oleh calon nasabah. Modal
sendiri ini tidak harus dalam bentuk uang tunai tetapi dapat berupa barang-
barang seperti tanah, bangunan, rumah serta fasilitas-fasilitas yang digunakan
oleh calon nasabah. Seperti perhiasan, mobil atau motor.
Collateral (Jaminan).
KSP Artha Prima melakukan analisis jaminan kepada calon nasabah. Analisis
jaminan dalam hal ini merupakan penilaian barang-barang jaminan yang
diserahkan oleh calon nasabah sebagai jaminan atas fasilitas kredit yang
diterimanya.
Jaminan yang dimaksud terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Jaminan benda berwujud seperti kendaraan bermotor atau emas.
2. Jaminan benda tidak berwujud yaitu surat-surat yang dijadikan
jaminan seperti sertifikat rumah, tanah, STNK dan BPKB.
Page 24
Condition of Economy.
Analisis kondisi yang dimaksud disini adalah kondisi diluar kontrol atau
faktor-faktor yang berada di luar kemampuan KSP untuk mengatasi atau
mempengaruhinya (kondisi / faktor ekstern). Hal ini dilakukan agar dapat
melakukan penilaian terhadap kondisi dan prospek usaha, maka pihak KSP
Artha Prima perlu mempelajari dan mengikuti perkembangan masalah-
masalah ekonomi, politik, budaya, kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah
setempat, peraturan-peraturan moneter, perpajakan, anggaran belanja dan
pendapatan negara. Dengan demikian pihak KSP dapat memperkirakan apa
yang akan terjadi dimasa depan (melancarkan usaha calon nasabah).
Hal ini mendukung pendapat dari Kasmir (2001:104) tentang penilaian
pemberian kredit dengan metode analisis 5C.
4. Memonitoring terhadap penggunaan kredit
Tahapan ini dilakukan oleh analis kredit bertujuan untuk memastikan penggunaan
kredit berjalan dengan lancar. Pihak analis kredit hanya melakukan pemantauan dan
pengawasan terhadap jalannya kredit untuk mengamankan kekayaan yang digunakan
debitur sebagai agunan atau jaminan kepada KSP yang bersangkutan. Pengawasan
terbagi dalam dua jenis yaitu pengawasan kredit yang biasanya dilakukan sebelum
pencairan kredit contohnya seperti survey ke lapangan dan wawancara kepada calon
debitur. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah calon debitur sudah memenuhi
syararat sebelum kredit diberikan. Pengawasan juga dilakukan setelah pencairan dana
atau pada saat penggunaan kredit. Hal ini bertujuan untuk memastikan kembali
apakah debitur yang telah menerima kredit benar-benar memenuhi persyaratan sesuai
ketentuan yang berlaku. Sehingga dalam menjalankan kewajibannya tersebut tidak
terjadi tunggakan atau kredit macet.
Page 25
Hal ini diperkuat oleh KKNM Kondangjajar 2012
(https://kknmkondangjajar2012.wordpress.com/2012/08/10-analisis-koperasi-simpan-
pinjam/) tentang monitoring terhadap penggunaan kredit.
5. Pengendalian agunan
Pengendalian agunan atau jaminan dilakukan oleh pihak analis kredit berguna untuk
menjamin kredit apabila terjadi tunggakan atau kredit macet. Hal ini harus dilakukan
oleh calon debitur kepada pihak koperasi di awal pemberian kredit. Agunan atau
jaminan yang diberikan tentunya harus bernilai ekonomis atau memenuhi persyaratan.
Agunan dan jaminan berbentuk jeminan berwujud seperti kendaraan bermotor atau
emas, dan jaminan tidak berwujud seperti surat-surat yang dijadikan jaminan seperti
sertifikat tanah, sertifikat rumah dan BPKB.
Hal ini mendukung pendapat dari Kasmir (2001:104) tentang pengendalian agunan.
6. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet
Hambatan yang ditemui di KSP Artha Prima tidak jauh berbeda dengan hambatan
yang ada pada KSP lainnya, yakni kredit macet. Kredit macet adalah kredit yang
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur-unsur
kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitur.
Hal ini diperkuat pendapat dari Siamat
(https://kknmkondangjajar2012.wordpress.com/2012/08/10-analisis-koperasi-simpan-
pinjam/). Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila :
Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit
diragukan
Page 26
Dikatakan dapat memenuhi kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21
bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan
pinjaman atau usaha penyelamatan kredit
Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan telah diserahkan
kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang (BUPN) atau telah
diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
Hal tersebut diperkuat pendapat dari Sutojo
(https://kknmkondangjajar2012.wordpress.com/2012/08/10-analisis-koperasi-
simpan-pinjam/) tentang kredit macet \
7. Meminimalkan Resiko Kredit Macet
KSP Artha Prima seharusnya dapat meminimalkan terjadinya resiko kredit, untuk itu
kredit yang dikategorikan ke dalam kredit macet, dapat ditempuh dengan beberapa
cara yaitu, sebagai berikut :
Rescheduling ( Penjadwalan Ulang)
Yaitu pihak koperasi simpan pinjam harus melakukan perubahan syarat kredit
hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa
tenggang dan perubahan angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua debitur
diberikan kebijakan oleh koperasi, melainkan hanya kepada debitur yang
menunjukan itikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk
membayar atau melunasi kredit (willingness to pay). Disamping itu usaha
debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas.
Reconditiong (Persyaratan Ulang)
Page 27
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas
pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga,
penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya.
Perubahan syarat kredit tersebut tidak termasuk tidak termasuk penambahan
dana atau injeksi dan konversi
Restructuring (Penataan Ulang)
Yaitu tindakan koperasi dengan cara menambah modal nasabah dengan
pertimbangan debitur memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang
diberikan kredit memang layak atau sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
Kombinasi
Pada tahap adalah kombinasi dari ketiga cara diatas yaitu antara rescheduling,
restructuring dan reconditiong.
Penyitaan jaminan
Apabila ke empat cara telah ditempuh namun masih mengalami kredit macet,
maka jalan terakhirnya adalah penyitaan jaminan yang pada awal telah
diberikan debitur kepada pihak koperasi. Jaminan akan dikembalikan kepada
debitur untuk kemudian dijual dan hasil penjualan jaminan tersebut menjadi
milik koperasi.
Hal ini diperkuat pendapat dari Kasmir (2001:103) tentang faktor-faktor penyebab
dan pengendalian kredit macet.
8. Penggolongan Kredit bermasalah
Analis kredit melakukan penggolongan kredit bermasalah untuk memudahkan
langkah pihak koperasi serta agar dapat menetukan langkah apa yang akan diambil
selanjutnya setelah melakukan penggolongan kredit bermasalah. Kriteria dari
Page 28
penggolongan kredit bermasalah biasanya terlihat pada keadaan pembayaran kredit
oleh debitur yang terjermin dalam catatan pembukuan, yaitu mencakup ketepatan
pembayaran/angsuran pokok, bunga maupun angsuran lainnya. Berdasarkan kriteria
tersebut penggolongan kredit bermasalah digolongkan menjadi:
Kredit cukup lancar, dapat digolongkan ke dalam kredit cukup lancar apabila
terjadi tunggakan pembayaran pokok atau bunga melampaui 30hari akan
dilayangkan surat peringatan I.
Kredit kurang lancar, dapat digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila
terdapat tunggakan angsuran pokok dengan kondisi sebagai berikut:
1. Pengembalian dengan sistem angsuran yaitu:
Tunggakan melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 2 bulan-
3bulan, atau
Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pinjaman
yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau lebih, atau
Terdapat tunggakan bunga melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui
3 bulan lagi atau
Tunggakan melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi
pinjaman yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan.
2. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu:
Pada pinjaman yang belum jatuh tempo terdapat tunggakan bunga yang
melampaui 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan.
Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui
3 bulan.
Page 29
Hal ini mendukung pendapat KKNM Kondangjajar 2012
(https://kknmkondangjajar2012.wordpress.com/2012/08/10-analisis-koperasi-simpan-
pinjam/) tentang penggolongan kredit bermasalah.
9. Tindakan Lanjut atau Penyelesaian Kredit
Sepuluh metode yang diterapkan oleh KSP Artha Prima ada beberapa metode yang
belum dijalankan dengan baik, yaitu:
a. Pengendalian kredit dengan metode 5C
Dalam metode ini sebenarnya sudah dijalankan sesuai dengan pendapat
Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya namun
pihak koperasi masih jarang memperhatikan condition of ekonomi kepada
calon debiturnya, karena pihak koperasi hanya menerapkan penilaian
dengan melihat condition of ekonomi kepada debitur yang mengajukan
kredit usaha.
b. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet
Banyak penyimpangan yang terjadi di dalam metode ini, yaitu kelalaian
pihak koperasi dalam hal pengawasan dan prosedur maupun kelalaian pihak
debitur yang disengaja maupun tidak sengaja.
c. Dalam Meminimalkan Resiko Kredit Macet
Pihak koperasi dalam meminimalkan resiko kredit macet belum sepenuhnya
berdasar pada teori Kasmir dalam bukunya “Manajemen Perbankan” yang
berisi dalam mengendalikan kredit macet perlu dilakukan Rescheduling,
Reconditioning, Restructuring, Kombinasi dan Penyitaan Jaminan, pihak
KSP Artha Prima dalam meminimalkan resiko kredit hanya memakai
pengendalian reschedulling. Sedangkan penyitaan jaminan hanya dilakukan
Page 30
pihak koperasi jika debitur sudah benar-benar tidak bisa diharapkan untuk
melunasi kewajiban pokok, bunga beserta denda.
Hal ini mendukung pendapat KKNM Kondangjajar 2012
(https://kknmkondangjajar2012.wordpress.com/2012/08/10-analisis-koperasi-simpan-
pinjam/) tentang Tindakan Lanjut atau Penyelesaian Kredit .