-
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cukil 01 yang terletak
di
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Cukil 01
merupakan salah
satu SD Negeri di Gugus Sudirman dan berstatus sebagai SD inti.
SD Negeri
Cukil 01 terletak di kilometer 3 jalan Klero-Semagu Kelurahan
Cukil Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang.
Jumlah seluruh siswa dari kelas I sampai dengan kelas VI yaitu
259 siswa.
SD Negeri Cukil 01 mempunyai 17 tenaga pendidik, 10 diantaranya
sudah
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pekerjaan orangtua siswa
mayoritas adalah
petani dan pegawai, sebagian besar siswa SD Negeri Cukil 01
tinggal bersama
orangtuanya akan tetapi ada beberapa siswa yang tinggal bersama
kakek dan
neneknya karena orang tua mereka bekerja di luar kota bahkan
diluar Pulau Jawa.
Penelitian ini dilakukan di kelas IV dengan jumlah siswa
sebanyak 43
siswa. Siswa kelas IV terbiasa dengan pembelajaran konvensional
sehingga
pembelajaran terpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tersebut. Siswa
cenderung pasif
dalam pembelajaran. Siswa duduk berpasangan laki-laki dan
perempuan serta
siswa yang kemampuan akademisnya rendah diberikan tempat duduk
didepan, hal
ini dilakukan oleh guru supaya suasana kelas lebih kondusif dan
supaya guru
mudah memantau aktivitas siswa. hal ini menyebabkan tidak ada
interaksi antara
siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dengan yang
rendah.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Siswa kelas IV Semester II di SD Negeri Cukil 01 memiliki jumlah
siswa
sebanyak 43 siswa yang sudah terbagi kedalam dua kelas, yaitu 21
siswa di kelas
IVA dan 22 siswa di kelas IVB. Kelas IVA merupakan kelompok
eksperimen,
sedangkan Kelas IVB merupakan kelompok kontrol. Kedua kelas ini
sudah diuji
kesamaan varian dengan hasil yang menunjukan bahwa kedua kelas
tersebut
-
53
datanya berdistribusi normal dan juga homogen. Ini menunjukan
jika sebelum
diberi perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan awal yang
sama.
Kelas IVA diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif
tipe TGT, sedangkan kelas IVB tidak diberikan perlakuan atau
hanya
menggunakan metode konvensional. Pembelajaran dilakukan sebanyak
2 kali
pertemuan, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Selama
pembelajaran tindakan guru dan aktivitas siswa diamati oleh
observer. Setelah itu
siswa di kelas IVA maupun IVB diberi tes untuk mengukur hasil
belajar siswa.
Pembelajaran dilakukan oleh guru kelas IVA dan IVB dengan
mengacu
pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh peneliti.
Pada saat
pelaksanaan pembelajaran di kelas IVA, siswa dibagi menjadi 5
kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa dengan tingkat kemampuan akademik
yang
berbeda-beda. Setelah pembagian kelompok selesai, setiap anak
didalam
kelompok diberikan kartu identitas yang dibedakan berdasarkan
warnanya. Siswa
dengan kemampuan akademik tinggi diberi kartu identitas berwarna
merah, siswa
yang kemampuan akademiknya sedang diberi kartu identitas
berwarna hijau,
sedangkan siswa yang kemampuan akademiknya rendah diberi kartu
identitas
berwarna biru muda. Sedangkan pembelajaran di kelas IVB
menggunakan
metode konvensional. Pada saat pembelajaran, terkadang siswa
berbicara dengan
teman sebangkunya dan ada yang melamun. Biasanya guru langsung
menegur
siswa tersebut.
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/ Tanggal Uraian Kegiatan
1 Jumat,
21 Maret 2013 Observasi pembelajaran kelas IVB (kelompok
kontrol).
Observasi pembelajaran kelas IVA (kelompok eksperimen).
Pemberian Pre-test di kelas IVA dan IVB (kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol).
2 Jumat,
4 April 2013 Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama pada
kelas
IVB (kelompok kontrol) tentang bilangan Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVB (kelompok kontrol).
3 Senin, Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama pada kelas
-
54
7 April 2013 IVA (kelompok eksperimen) tentang bilangan
Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVA (kelompok eksperimen).
Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada kelas IVB (kelompok
kontrol) tentang bilangan Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVB (kelompok kontrol).
4 Kamis,
10 April 2013 Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada
kelas
IVA (kelompok eksperimen) tentang bilangan
Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVA (kelompok eksperimen).
5 Jumat,
11 April 2013 Pemberian post-test di kelas IVA dan IVB
(kelas
eksperimen dan kelas kontrol)
4.3 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif maka data yang
terkumpul
juga data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010: 13) disebut
metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.
Oleh karena itu dapat dilakukan analisis data kuantitatif yaitu
uji validitas dan
reliabilitas untuk menguji instrumen, uji normalitas, uji
homogenitas dan uji
hipotesis. Berikut adalah penjelasan penghitungan secara
rinci.
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas soal diperlukan untuk menguji
apakah
instrumen tes yang digunakan valid dan reliabel. Instrumen yang
diuji adalah soal
pilihan ganda yang akan digunakan untuk pre-test dan post-test.
Pengujian
instrumen soal pilihan ganda dilakukan di SD Negeri Klero 01.
Menurut
Budiyono (2009) suatu item instrumen penelitian dianggap valid
jika memiliki
koefisien Corrected Item Total Correlation > 0,3. Berdasarkan
hasil uji validitas
instrumen yang menggunakan program SPSS for Windows Version 16.0
dengan
teknik Corrected Item Total Correlation yang digunakan untuk
menguji validitas
item instrumen dari 25 soal pre-test terdapat 20 soal yang
valid, dan dari 25 soal
post-test terdapat 21 soal yang valid.
-
55
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Soal Pre-test
Bentuk Soal Item Soal Valid Tidak Valid
Pilihan ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25.
4, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25.
1, 2, 3, 5, 14.
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Soal Post-test
Bentuk Soal Item Soal Valid Tidak Valid
Pilihan ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25.
3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20,
21, 22, 23, 24.
1, 2, 8, 25.
Hasil pengujian validitas soal post-tes didapati 21 soal yang
valid, akan
tetapi peneliti hanya mengambil 20 soal yang valid dengan
validitas yang tertinggi
yaitu soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 23,
24. Setelah pengujian validitas maka dilakukan uji reliabilitas.
Uji reliabilitas
instrumen pada penelitian ini menggunakan program SPSS for
Windows Version
16.0 dengan menggunakan teknik Reliability Analysis untuk
mengetahui koefisien
Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil uji reliabilitas soal pilihan
ganda pre-test
maupun post-test yang terdiri dari 20 soal valid, baik soal
pre-test dan post-test
dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dalam
tabel berikut.
-
56
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas Soal Pre-test
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,944 20
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Soal Post-test
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,890 20
4.3.2 Uji Normalitas
4.3.2.1 Uji Normalitas Pre-test
Menurut Priyatno (Puspitasari, 2012:36) Uji normalitas digunakan
untuk
mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau tidak.
Pada penelitian
ini data hasil pre-test dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diuji
apakah datanya berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
data dalam
penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows version 16.0
dengan
menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-smirnov. Syarat suatu
data
dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai ρ
> 0,05
-
57
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Pre-test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 62.05 56.19
Std.
Deviation 24.672 23.659
Most Extreme
Differences
Absolute .149 .139
Positive .070 .139
Negative -.149 -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .698 .637
Asymp. Sig. (2-tailed) .715 .811
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok
eksperimen
signifikansinya 0,811 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya
0,715. Hal ini
menunjukan bahwa data pre-test kelompok eksperimen berdistribusi
normal
karena signifikansinya 0,811 > 0,05. Sedangkan data pre-test
kelompok kontrol
juga berdistribusi normal karena signifikansinya 0,715 >
0,05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa baik data dari kelompok eksperimen maupun
kelompok
kontrol keduanya berdistribusi normal.
4.3.2.2 Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum
Tindakan
Pada penelitian ini selain data hasil pre-test, hasil observasi
keaktifan
siswa sebelum tindakan dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol juga
perlu diuji apakah datanya berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas data
observasi keaktifan siswa sebelum tindakan dalam penelitian ini
juga
menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 dengan
menggunakan
teknik One Sample Kolmogorov-smirnov. Syarat suatu data
dikatakan
berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai ρ >
0,05.
-
58
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum
Tindakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 40,50 40,67
Std.
Deviation 5,040 5,517
Most Extreme
Differences
Absolute ,162 ,238
Positive ,162 ,238
Negative -,068 -,158
Kolmogorov-Smirnov Z ,762 1,090
Asymp. Sig. (2-tailed) ,607 ,186
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok
eksperimen
signifikansinya 0,186 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya
0,607. Hal ini
menunjukan bahwa data observasi keaktifan siswa kelompok
eksperimen
berdistribusi normal karena signifikansinya 0,186 > 0,05.
Sedangkan data
observasi keaktifan siswa kelompok kontrol juga berdistribusi
normal karena
signifikansinya 0,607 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa
baik data dari
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keduanya
berdistribusi normal.
4.3.2.3 Uji Normalitas Post-test
Uji normalitas data juga dilakukan terhadap data post-test
untuk
mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas
dilakukan setelah pemberian tes, baik dikelompok eksperimen
maupun kelompok
kontrol. Uji normalitas data post-test juga menggunakan teknik
One Sample
Kolmogorov-Smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi
normal jika
signifikansi atau nilai ρ > 0,05.
-
59
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Post-test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 78.86 89.29
Std.
Deviation 17.990 13.256
Most Extreme
Differences
Absolute .179 .283
Positive .120 .209
Negative -.179 -.283
Kolmogorov-Smirnov Z .839 1.299
Asymp. Sig. (2-tailed) .482 .069
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok
eksperimen
signifikansinya 0,069 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya
0,482. Hal ini
menunjukan bahwa data post-test kelompok eksperimen
berdistribusi normal
karena signifikansinya 0,069 > 0,05. Sedangkan data post-test
kelompok kontrol
juga berdistribusi normal karena signifikansinya 0,482 >
0,05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa baik data dari kelompok eksperimen maupun
kelompok
kontrol keduanya berdistribusi normal.
4.3.2.4 Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah
Tindakan
Selain data hasil post-test, hasil observasi keaktifan siswa
setelah tindakan
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol juga perlu diuji
apakah datanya
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data observasi
keaktifan siswa
setelah tindakan dalam penelitian ini juga menggunakan program
SPSS for
Windows version 16.0 dengan menggunakan teknik One Sample
Kolmogorov-
smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika
signifikansi atau
nilai ρ > 0,05.
-
60
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah
Tindakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 45,18 53,57
Std.
Deviation 5,333 6,554
Most Extreme
Differences
Absolute ,133 ,138
Positive ,133 ,138
Negative -,089 -,124
Kolmogorov-Smirnov Z ,624 ,633
Asymp. Sig. (2-tailed) ,830 ,817
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok
eksperimen
signifikansinya 0,817 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya
0,830. Hal ini
menunjukan bahwa data observasi keaktifan siswa kelompok
eksperimen
berdistribusi normal karena signifikansinya 0,817 > 0,05.
Sedangkan data
observasi keaktifan siswa kelompok kontrol juga berdistribusi
normal karena
signifikansinya 0,830 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa
baik data dari
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keduanya
berdistribusi normal.
4.3.3 Uji Homogenitas
4.3.3.1 Uji Homogenitas Pre-test
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok
memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Data yang
akan diuji
homogenitasnya adalah data nilai pre-test kelompok eksperimen
dan kelompok
kontrol. Analisis homogenitas data ini menggunakan program SPSS
for Windows
version 16.0 yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas
menunjukan
bahwa tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
varians yang
dimiliki oleh sampel-sampel tersebut homogen.
-
61
Tabel 4.10
Hasil Uji Homogenitas Pre-test
Test of Homogeneity of Variances
NILAI PRE-TEST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.000 1 41 .993
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pre-test diatas dapat
dilihat bahwa
tingkat signifikansinya 0,993. Maka dapat dikatakan bahwa
varians data yang
dimiliki oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak
jauh berbeda
atau homogen karena tingkat signifikansinya 0,993 > 0,05.
4.3.3.2 Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum
Tindakan
Uji homogenitas juga dilakukan terhadap data observasi keaktifan
siswa
sebelum tindakan yang dilakukan dikelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS for
Windows
version 16.0 yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas
menunjukan
bahwa tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
varians yang
dimiliki oleh sampel-sampel tersebut homogen.
Tabel 4.11
Hasil Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum
Tindakan
Test of Homogeneity of Variances
NILAI PRA
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,039 1 41 ,845
Berdasarkan hasil uji homogenitas data observasi keaktifan siswa
sebelum
tindakan diatas dapat dilihat bahwa tingkat signifikansinya
0,845. Maka dapat
dikatakan bahwa varians data yang dimiliki oleh kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol tidak jauh berbeda atau homogen karena
tingkat
signifikansinya 0,845 > 0,05.
-
62
4.3.3.3 Uji Homogenitas Post-test
Uji homogenitas juga dilakukan pada data nilai post-test
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Data nilai post-test didapat
dari nilai tes yang
diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah
dilakukan
perlakuan atau tindakan. Kriteria pengambilan keputusan adalah
jika
signifikansinya > 0,05 maka data tersebut dikatakan memiliki
varians data yang
tidak jauh berbeda atau homogen. Analisis homogenitas data
post-test ini juga
menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 yaitu One Way
Anova.
Tabel 4.12
Hasil Uji Homogenitas Post-test
Test of Homogeneity of Variances
NILAI POST-TEST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.810 1 41 .101
Berdasarkan hasil uji homogenitas data post-test diatas dapat
dilihat bahwa
tingkat signifikansinya 0,101. Maka dapat dikatakan bahwa
varians data yang
dimiliki oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak
jauh berbeda
atau homogen karena tingkat signifikansinya 0,101 > 0,05.
4.3.3.4 Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah
Tindakan
Uji homogenitas juga dilakukan pada data hasil observasi
keaktifan siswa
setelah tindakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Data hasil
observasi keaktifan siswa ini didapat dari hasil observasi yang
dilakukan oleh
observer pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selama
dilakukan
perlakuan atau tindakan. Kriteria pengambilan keputusan adalah
jika
signifikansinya > 0,05 maka data tersebut dikatakan memiliki
varians data yang
tidak jauh berbeda atau homogen. Analisis homogenitas data
post-test ini juga
menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 yaitu One Way
Anova.
-
63
Tabel 4.13
Hasil Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah
Tindakan
Test of Homogeneity of Variances
NILAI PASCA
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,859 1 41 ,359
Berdasarkan hasil uji homogenitas data observasi keaktifan siswa
setelah
tindakan diatas dapat dilihat bahwa tingkat signifikansinya
0,359. Maka dapat
dikatakan bahwa varians data yang dimiliki oleh kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol tidak jauh berbeda atau homogen karena
tingkat
signifikansinya 0,359 > 0,05.
4.4 Analisis Deskriptif Setiap Variabel
4.4.1 Analisis Deskriptif Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif
Tipe TGT (Team Game Tournament)
Penelitian ini hendak mencari tahu pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) terhadap
hasil
belajar dan keaktifan siswa maka pembelajaran yang dilakukan
menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Melalui penggunaan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan hasil belajar dan
keaktifan siswa
pada mata pelajaran matematika dapat meningkat. Selama kegiatan
pembelajaran
dilakukan observasi guna memantau apakah jalannya kegiatan
pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran
yang digunakan. Observasi ini dilakukan oleh salah satu guru di
SD Negeri Cukil
01 yang secara langsung mengamati kegiatan pembelajaran pada
kelompok
eksperimen yaitu di kelas IVA. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe
TGT dikatakan sudah berhasil apabila semua langkah-langkah
pembelajaran
sudah sesuai dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan sudah
dilaksanakan dengan baik. Hasil observasi penggunaan model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT selama dua kali pertemuan dapat dilihat
dibagian lampiran.
-
64
Hasil observasi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada
pertemuan pertama menunjukan bahwa guru telah melakukan
pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah yang ada direncana pelaksanaan
pembelajaran
yang dibuat oleh peneliti. Terlihat pada tabel, dari 21 aspek
yang diamati hanya 2
aspek saja yang belum terlaksana. Meskipun demikian pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada pertemuan pertama tanggal 7 April 2014
ini sudah
tergolong cukup baik.
Hasil observasi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada
pertemuan kedua juga menunjukan bahwa guru telah melakukan
pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah yang ada direncana pelaksanaan
pembelajaran
yang dibuat oleh peneliti. Terlihat pada tabel dari 21 aspek
yang diamati semua
sudah tercapai. Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe
TGT pada pertemuan kedua tanggal 10 April 2014 sudah sesuai
dengan sintaks
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Hasil observasi pada tanggal 7 April 2014 dan 10 April 2014
menunjukan
bahwa kegiatan pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai dengan
sintaks model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pembelajaran juga telah
dilaksanakan sesuai
dengan arah yang diharapkan oleh peneliti yang terangkum dalam
rencana
pelaksanaan pembelajaran.
4.4.2 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Peneliti menggunakan teknik tes untuk mengukur hasil belajar
siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pemberian tes pada
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian
perlakuan.
4.4.2.1 Analisis Deskriptif Pre-test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok
Kontrol
Analisis deskriptif hasil pre-test dilakukan untuk mengetahui
nilai
maksimum, nilai minimum dan rata-rata nilai pre-tes dari
kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Nilai pre-test siswa kelas IV A sebagai
kelompok
-
65
eksperimen ditetapkan sebagai nilai awal sebelum diberikan
perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.14
Tabel Deskriptif Nilai Pre-test Kelompok Eksperimen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 25 100 56.19 23.659
Valid N (listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata nilai
pre-test dari kelompok eksperimen adalah 56,19 dengan nilai
minimum 25 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 23,659.
Berdasarkan
tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti
berikut:
Grafik 4.1
Grafik Histogram Nilai Pre-test Kelompok Eksperimen
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data pre-test
kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Hasil analisis deskriptif nilai
pre-test kelompok
kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
-
66
Tabel 4.15
Tabel Deskriptif Nilai Pre-test Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KONTROL 22 10 100 62.05 24.672
Valid N (listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata nilai
pre-test kelompok kontrol adalah 62,05 dengan nilai minimumnya
adalah 10 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 24,672.
Berdasarkan
tabel analisis deskriptif tersebut dapat dibuat histogram
seperti berikut:
Grafik 4.2
Grafik Histogram Nilai Pre-test Kelompok Kontrol
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data pre-test
kelompok
kontrol berdistribusi normal.
Hasil pre-test kelas IVA sebagai kelompok eksperimen ditetapkan
sebagai
nilai awal dengan rata-rata 56,19 sedangkan rata-rata hasil
pre-test kelas IVB
sebagai kelompok kontrol adalah 62,05. Terdapat selisih
rata-rata nilai pre-test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu sebesar 5,86.
Berdasarkan
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kelompok kontrol memiliki
nilai rata-rata
yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata pada kelompok
eksperimen. Siswa
-
67
yang belum mencapai KKM sebesar 65 pada kelompok eksperimen
sebanyak 12
siswa, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 10 siswa.
4.4.2.2 Analisis Deskriptif Post-test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok
Kontrol
Analisis deskriptif hasil post-test dilakukan untuk mengetahui
nilai
maksimum, nilai minimum dan rata-rata nilai post-test dari
kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Nilai post-test siswa kelas IV A sebagai
kelompok
eksperimen ditetapkan sebagai nilai akhir setelah diberikan
perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.16
Tabel Deskriptif Nilai Post-test Kelompok Eksperimen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 55 100 89.29 13.256
Valid N (listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata nilai
post-test dari kelompok eksperimen adalah 89,29 dengan nilai
minimum 55 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 13,256.
Berdasarkan
tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti
berikut:
-
68
Grafik 4.3
Grafik Histogram Nilai Post-test Kelompok Eksperimen
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data post-test
kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Hasil analisis deskriptif nilai
post-test kelompok
kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.17
Tabel Deskriptif Nilai Post-test Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KONTROL 22 40 100 78.86 17.990
Valid N (listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata nilai
post-test kelompok kontrol adalah 78,86 dengan nilai minimumnya
adalah 40 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 17,990.
Berdasarkan
tabel analisis deskriptif tersebut dapat dibuat histogram
seperti berikut:
-
69
Grafik 4.4
Grafik Histogram Nilai Post-test Kelompok Kontrol
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data post-test
kelompok
kontrol berdistribusi normal.
Hasil post-test kelas IVA sebagai kelompok eksperimen
ditetapkan
sebagai nilai akhir setelah pemberian perlakuan dengan rata-rata
89,29 sedangkan
rata-rata hasil post-test kelas IVB sebagai kelompok kontrol
adalah 78,86.
Terdapat selisih rata-rata nilai post-test kelompok eksperimen
dan kelompok
kontrol yaitu sebesar 10,43. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa
kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi
dibanding dengan
rata-rata pada kelompok kontrol. Siswa yang belum mencapai KKM
sebesar 65
pada kelompok eksperimen hanya 1 siswa, sedangkan pada kelompok
kontrol
sebanyak 4 siswa.
4.4.3 Analisis Deskriptif Keaktifan Siswa
Peneliti menggunakan teknik nontes yaitu obsevasi untuk
mengukur
keaktifan siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pengamatan
keaktifan siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.
-
70
4.4.3.1 Analisis Deskriptif Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan
Analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa sebelum
tindakan
dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum dan
rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Hasil observasi keaktifan siswa kelas IV A sebagai kelompok
eksperimen
ditetapkan sebagai nilai keaktifan awal sebelum diberikan
perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.18
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok
Eksperimen
Sebelum Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 31 55 40,67 5,517
Valid N
(listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen adalah 40,67
dengan nilai
minimum 31 dan nilai maksimum 55, sedangkan standar deviasinya
adalah 5,517.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram
seperti berikut:
Grafik 4.5
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum
Tindakan
-
71
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi
keaktifan
siswa sebelum tindakan pada kelompok eksperimen berdistribusi
normal. Hasil
analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa kelompok
kontrol sebelum
diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.19
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok
Kontrol
Sebelum Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KONTROL 22 33 51 40,50 5,040
Valid N
(listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok kontrol adalah 40,50
dengan nilai
minimum 33 dan nilai maksimum 51, sedangkan standar deviasinya
adalah 5,040.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram
seperti berikut:
Grafik 4.6
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Kontrol Sebelum
Tindakan
-
72
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi
keaktifan
siswa sebelum tindakan pada kelompok kontrol berdistribusi
normal.
Hasil observasi keaktifan siswa sebelum diberikan perlakuan/
tindakan
kelas IVA sebagai kelompok eksperimen ditetapkan sebagai nilai
keaktifan awal
dengan rata-rata 40,67 sedangkan rata-rata hasil observasi
keaktifan siswa
sebelum tindakan kelas IVB sebagai kelompok kontrol adalah
40,50. Terdapat
selisih rata-rata nilai keaktifan siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
yaitu sebesar 0,17. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa kelompok
eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding
dengan rata-rata
pada kelompok kontrol. Meskipun begitu perbedaan rata-rata hasil
observasi
keaktifan siswa sebelum tindakan pada kelompok eksperimen maupun
kelompok
kontrol tidak berbeda jauh.
4.4.3.2 Analisis Deskriptif Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa setelah
tindakan juga
dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum dan
rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Hasil observasi keaktifan siswa kelas IV A sebagai kelompok
eksperimen
ditetapkan sebagai nilai akhir keaktifan setelah diberikan
perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.20
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok
Eksperimen
Setelah Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 46 69 53,57 6,554
Valid N
(listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen adalah 53,57
dengan nilai
-
73
minimum 46 dan nilai maksimum 69, sedangkan standar deviasinya
adalah 6,554.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram
seperti berikut:
Grafik 4.7
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Eksperimen Setelah
Tindakan
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi
keaktifan
siswa setelah tindakan pada kelompok eksperimen berdistribusi
normal. Hasil
analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa kelompok
kontrol setelah
diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.21
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok
Kontrol Setelah
Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KONTROL 22 38 56 45,18 5,333
Valid N
(listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok kontrol adalah 45,18
dengan nilai
minimum 38 dan nilai maksimum 56, sedangkan standar deviasinya
adalah 5,333.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram
seperti berikut:
-
74
Grafik 4.8
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Kontrol Setelah
Tindakan
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi
keaktifan
siswa setelah tindakan pada kelompok kontrol berdistribusi
normal.
Hasil observasi keaktifan siswa setelah diberikan perlakuan/
tindakan
kelas IVA sebagai kelompok eksperimen ditetapkan sebagai nilai
akhir keaktifan
siswa dengan rata-rata 53,57 sedangkan rata-rata hasil observasi
keaktifan siswa
setelah tindakan kelas IVB sebagai kelompok kontrol adalah
45,18. Terdapat
selisih rata-rata nilai keaktifan siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
yaitu sebesar 8,39. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa kelompok
eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding
dengan rata-rata
pada kelompok kontrol. Berbeda dengan hasil observasi keaktifan
siswa sebelum
tindakan, hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan pada
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol hasilnya memiliki perbedaan yang
cukup besar
yaitu 8,39. Akan tetapi untuk mengetahui apakah hasil tersebut
berbeda secara
signifikan maka harus dibuktikan dengan melakukan Uji beda atau
Uji-t.
-
75
4.5 Hasil Analisis Data Penelitian
4.5.1 Uji-T Post-test
Pengujian dengan menggunakan uji-t dilakukan terhadap hasil
post-test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui
perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa antara kelompok
eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
kelompok
kontrol yang menggunakan metode konvensional. Data dianalisis
dengan teknik
uji-t atau t-test dengan menggunakan program SPSS for Windows
Version 16.0.
Tabel di bawah ini merupakan hasil dari uji-t hasil post-test
antara
kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe
TGT dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional
dalam
pembelajaran.
Tabel 4.22
Hasil Uji-T Post-test
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NILAI
POST-
TEST
Equal
variances
assumed
2.810 .101 2.154 41 .037 10.422 4.838 .651 20.193
Equal
variances
not
assumed
2.169 38.578 .036 10.422 4.804 .702 20.143
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil F hitung
Levene’s Test
sebesar 2,810 dengan signifikansi 0,101 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa
kedua populasi memiliki varians data yang sama atau homogen.
Dikarenakan
-
76
data post-test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
tersebut
homogen, maka hasil perhitungan yang digunakan adalah hasil pada
asumsi
Equal Variances Assumed. Dapat terlihat dari tabel diatas pada
deret Equal
Variances Assumed, nilai adalah 2,154 dengan signifikansi 0,037
< 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada hasil
belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Perbedaan rata-rata
kedua kelompok adalah sebesar 10,422.
Rata-rata hasil belajar siswa setelah perlakuan pada kelompok
eksperimen
adalah 89,29 dan rata-rata hasil belajar siswa setelah perlakuan
pada kelompok
kontrol adalah 78,86. Berdasarkan perbedaan rata-rata hasil
belajar siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat disimpulkan bahwa
rata-rata
hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata
hasil belajar siswa kelompok kontrol yang menggunakan metode
konvensional.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
metode
konvensional.
4.5.2 Uji-T Observasi Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Pengujian dengan menggunakan uji-t juga dilakukan terhadap
hasil
observasi keaktifan siswa setelah diberikan perlakuan atau
tindakan. Pengujian
ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata
hasil observasi
keaktifan siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan kelompok kontrol yang
menggunakan
metode konvensional. Data yang akan dianalisis adalah data hasil
observasi
keaktifan siswa setelah perlakuan yang dianalisis dengan teknik
uji-t atau t-test
dengan menggunakan program SPSS for Windows Version 16.0.
Tabel di bawah ini merupakan hasil dari uji-t nilai keaktifan
siswa setelah
tindakan antara kelompok eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan kelompok kontrol yang menggunakan
metode
konvensional dalam pembelajaran.
-
77
Tabel 4.23
Hasil Uji-T Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differ
ence
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NILAI
PASCA
Equal
variances
assumed
,859 ,359 4,614 41 ,000 8,390 1,818 4,717 12,062
Equal
variances
not
assumed
4,592 38,589 ,000 8,390 1,827 4,693 12,087
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil F hitung
Levene’s Test
sebesar 0,859 dengan signifikansi 0,359 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa
kedua populasi memiliki varians data yang sama atau homogen.
Dikarenakan
data hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan dari
kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol tersebut homogen, maka hasil perhitungan
yang digunakan
adalah hasil pada asumsi Equal Variances Assumed. Dapat terlihat
dari tabel
diatas pada deret Equal Variances Assumed, nilai adalah 4,614
dengan
signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan
yang signifikan pada keaktifan siswa setelah tindakan pada
kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata kedua kelompok adalah
sebesar 8,39.
Rata-rata hasil observasi keaktifan siswa setelah perlakuan pada
kelompok
eksperimen adalah 53,57 dan rata-rata hasil observasi keaktifan
siswa setelah
perlakuan pada kelompok kontrol adalah 45,18. Berdasarkan
perbedaan rata-rata
hasil observasi keaktifan siswa pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil observasi keaktifan
siswa kelompok
-
78
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil observasi keaktifan
siswa kelompok
kontrol yang menggunakan metode konvensional. Hal ini menunjukan
bahwa
terdapat perbedaan keaktifan siswa pada kelompok yang
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang menggunakan
metode
konvensional.
4.6 Hasil Uji Hipotesis
4.6.1 Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa
Hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab II harus di uji
untuk
mendapatkan keputusan hipotesis manakah yang diterima. Hipotesis
yang
pertama kaitanya dengan efektivitas penggunaan model
pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Team Game Tournament) dalam meningkatkan hasil belajar
siswa
pada pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01
Semester II
2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game
Tournament) tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester
II
2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game
Tournament) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester
II
2013/2014.
Dasar pengambilan keputusan hipotesis adalah sebagai
berikut:
1. Apabila sig. (2-tailed) > 0,05, maka diterima dan
ditolak.
2. Apabila sig. (2-tailed) < 0,05, maka ditolak dan
diterima.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel hasil uji-t post-test dari
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol terlihat bahwa sebesar 2,154
dengan
nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,037. Nilai signifikansi
menunjukan lebih kecil dari
0,05 atau 0,037 < 0,05, sehingga ditolak dan diterima. Maka
dapat
-
79
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Team
Game Tournament) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II
2013/2014.
4.6.2 Hasil Uji Hipotesis Keaktifan Siswa
Hipotesis yang kedua kaitannya dengan efektivitas penggunaan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap keaktifan siswa yaitu
efektivitas
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament)
dalam meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran matematika
Kelas IV
SD Negeri Cukil 01 Semester II 2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game
Tournament) tidak efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa
pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester
II
2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game
Tournament) efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester
II
2013/2014.
Dasar pengambilan keputusan hipotesis adalah sebagai
berikut:
1. Apabila sig. (2-tailed) > 0,05, maka diterima dan
ditolak.
2. Apabila sig. (2-tailed) < 0,05, maka ditolak dan
diterima.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel hasil uji-t keaktifan
siswa setelah
tindakan dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlihat
bahwa
sebesar 4,614 dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai
signifikansi
menunjukan lebih kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,05, sehingga
ditolak dan
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) efektif dalam
meningkatkan
keaktifan siswa pada pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri
Cukil 01
Semester II 2013/2014.
-
80
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji kedua hipotesis yang telah dilakukan,
dapat diketahui
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game
Tournament) efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II
2013/2014.
Hasil uji-T terhadap hasil post-test menunjukan nilai sebesar
2,154 dengan
nilai signifikansi 0,037. Nilai signifikansi menunjukan lebih
kecil dari 0,05 atau
0,037< 0,05, sehingga ditolak dan diterima. Sedangkan hasil
uji-T terhadap
hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan menunjukan
nilai sebesar
4,614 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi
menunjukan lebih kecil
dari 0,05 atau 0,000 < 0,05, sehingga ditolak dan
diterima.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa
pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe TGT lebih baik daripada hasil belajar kelompok kontrol yang
menggunakan
metode konvensional. Selain itu kelompok eksperimen juga
tergolong lebih aktif
daripada kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukan bahwa
penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) efektif
dalam
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada pembelajaran
matematika
Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II 2013/2014.
Menurut Slavin (2010:4) pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai
macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi
pelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan model pembelajaran
kooperatif tipe
TGT adalah turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor
kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan
anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka.
Pendapat lain yaitu dari Suprihatiningrum (2013:210) berpendapat
bahwa
pembelajaran TGT menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang
beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan
suku atau ras yang berbeda. Dalam penelitian ini, kelompok
eksperimen diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT. Dalam
-
81
pembelajaran, siswa dalam kelompok eksperimen juga dibagi dalam
kelompok-
kelompok kecil yang heterogen. Selanjutnya, pembelajaran lebih
banyak diisi
dengan presentasi dan diskusi dalam bentuk turnamen dan pada
akhirnya
kelompok pemenang turnamen akan mendapatkan penghargaan.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun
kelemahan,
begitu pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Menurut Suarjana
(Windarti, 2013:24) kelebihan dari model pembelajaran kooperatif
tipe TGT
adalah lebih meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,
mengedepankan
penerimaan terhadap perbedaan individu, siswa dapat menguasai
materi secara
mendalam, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan
dari siswa,
mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain,
motivasi belajar
lebih tinggi, hasil belajar lebih baik, meningkatkan kebaikan
budi kepekaan dan
toleransi. Penelitian ini membuktikan bahwa pendapat dari
Suarjana yang
menyatakan bahwa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat
membuat pembelajaran berlangsung dengan keaktifan dari siswa dan
memberikan
hasil belajar yang lebih baik memang benar. Hal ini dibuktikan
dengan rata-rata
hasil post-test kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata
hasil post-test kelompok kontrol. Selain itu, hasil observasi
keaktifan siswa juga
menunjukan bahwa kelompok eksperimen lebih aktif dibanding
dengan kelompok
kontrol.
Dilihat dari sisi yang lain, model pembelajaran kooperatif tipe
TGT juga
memberikan manfaat berdasarkan kelebihannya. Dilihat dari sisi
pencurahan
waktu pada tugas, pembelajaran pada kelompok eksperimen lebih
banyak
mengalokasikan waktu dalam mengerjakan tugas-tugas dibanding
dengan
pembelajaran pada kelompok kontrol yang menggunakan model
pembalajaran
konvensional. Dilihat dari sisi penerimaan terhadap perbedaan
individu, siswa
pada kelompok ekperimen lebih dapat menerima perbedaan diantara
mereka. Hal
ini tampak dari kegiatan siswa di dalam kelompok yang
mengedepankan
kerjasama sehingga siswa harus mampu menyesuaikan diri dengan
siswa lain
yang ada dalam kelompoknya. Dilihat dari sisi penguasaan materi,
siswa dalam
kelompok eksperimen dapat dikatakan lebih menguasai materi. Hal
ini dibuktikan
-
82
dengan hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan hasil
belajar pada
kelompok kontrol. Dilihat dari sisi proses mendidik siswa untuk
berlatih
bersosialisasi dengan orang lain, siswa dalam kelompok
eksperiman kemampuan
bersosialisasi yang lebih baik dibanding dengan siswa dalam
kelompok kontrol.
Hal ini disesbabkan oleh pembelajaran dalam kelompok eksperimen
yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dibagi
dalam
kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas sehingga mereka
dituntut
untuk saling berhubungan. Dilihat dari sisi motivasi belajar,
siswa pada kelompok
ekperimen tampak lebih termotivasi dalam belajar karena dalam
pembelajaran,
siswa tampak lebih antusias. Dilihat dari sisi kebaikan budi,
kepekaan dan
toleransi, siswa dalam kelompok eksperimen juga lebih baik. Hal
ini tidak terlepas
dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang membagi siswa
dalam
kelompok-kelompok sehingga kepekaan terhadap siswa lain dalam
kelompok
beserta toleransi antar siswa dalam kelompok akan lebih
terbentuk untuk setiap
siswa.
Kendala yang dialami pada saat penelitian ini antara lain siswa
menjadi
sulit dikendalikan terutama pada saat diskusi. Selain itu untuk
menentukan
anggota kelompok yang benar-benar heterogen berdasarkan kesukuan
tidak
mungkin dilakukan karena semua murid di Kelas IV SD Cukil 01
merupakan
keturunan suku Jawa. Oleh karena itu, heterogenitas pembagian
kelompok
didasarkan pada jenis kelamin, agama, dan prestasi akademik.
Akan tetapi kendala
seperti diatas dapat ditangani, dan apabila guru sudah terbiasa
menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka tidak akan ada lagi
kesulitan
dalam melakukan pembelajaran berkelompok.