Top Banner
69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan ini, deskripsi yang akan diuraikan adalah: (1) kondisi awal, (2) siklus I, dan (3) siklus II. 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilaksanakan di SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013-2014 pada kelas 5 yang berjumlah 34 siswa pada pembelajaran matematika. Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melakukan observasi terhadap hasil belajar siswa serta aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematika di kelas 5. Observasi pembelajaran matematika dilaksanakan pada SK 4. menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah dengan KD 4.1 menghitung volume kubus dan balok. Hasil observasi menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa rendah di mana rata-rata hasil belajar siswa masih di bawah KKM atau ≤ 65. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa tampak pasif menerima konsep pembelajaran tanpa adanya komunikasi dua arah guru dan siswa seperti siswa bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui atau guru bertanya tentang contoh konkrit konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran kurang adanya kerja sama yang terjalin antarsiswa, guru kurang membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok dan kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran sehingga diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pintar dan anggota kelompok yang lain bersikap acuh. Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif di mana guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah (teacher centered) dan tanpa adanya media pembelajaran yang dapat membantu mempermudah siswa menerima konsep pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan cara
74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

Mar 14, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini, deskripsi yang akan diuraikan adalah: (1)

kondisi awal, (2) siklus I, dan (3) siklus II.

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal

Penelitian dilaksanakan di SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten

Blora semester II tahun 2013-2014 pada kelas 5 yang berjumlah 34 siswa pada

pembelajaran matematika. Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melakukan

observasi terhadap hasil belajar siswa serta aktivitas siswa dan guru dalam

pembelajaran matematika di kelas 5. Observasi pembelajaran matematika

dilaksanakan pada SK 4. menghitung volume kubus dan balok dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah dengan KD 4.1 menghitung volume

kubus dan balok.

Hasil observasi menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa rendah di

mana rata-rata hasil belajar siswa masih di bawah KKM atau ≤ 65. Rendahnya

hasil belajar siswa disebabkan ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa

tampak pasif menerima konsep pembelajaran tanpa adanya komunikasi dua arah

guru dan siswa seperti siswa bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui atau

guru bertanya tentang contoh konkrit konsep pembelajaran dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam proses pembelajaran kurang adanya kerja sama yang terjalin

antarsiswa, guru kurang membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok dan

kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran

sehingga diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pintar dan anggota

kelompok yang lain bersikap acuh. Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang

kurang kondusif di mana guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan metode ceramah (teacher centered) dan tanpa adanya media

pembelajaran yang dapat membantu mempermudah siswa menerima konsep

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan cara

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

70

yang mekanistik dengan memberikan konsep secara langsung untuk dihafal,

diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran.

Kurang adanya kerja sama yang terjalin antarsiswa dan pengkonkritan

konsep pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam

pembelajaran, mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam menerima konsep

pembelajaran dan merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar

sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa dari

jumlah keseluruhan siswa kelas 5, 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa memperoleh

hasil belajar di bawah KKM terbukti nilai ulangan siswa < 65 dan 9 siswa atau

26,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM terbukti nilai ulangan

siswa ≥ 65. Nilai hasil belajar tertinggi yang dicapai adalah 75, nilai terendah

adalah 50, dan rata-rata hasil belajar klasikal adalah 58,9.

Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya kerja sama dan hasil belajar

matematika adalah: (1) rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, (2) guru

kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dan kerja sama didominasi

oleh siswa yang pintar, (3) penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat,

yaitu ceramah, (4) penyampaian konsep pembelajaran dengan cara mekanistik

tanpa media pembelajaran, serta (5) kurangnya pemberian contoh nyata konsep

pembelajaran matematika dalam di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan, maka penulis mengadakan perbaikan

pembelajaran matematika untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar

matematika dengan menerapkan metode bermain peran melalui tindakan

pembelajaran pada siklus I dan siklus II.

4.1.2 Deskripsi Siklus I

Pada deskripsi siklus I akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus I yang

meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan

refleksi. Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

71

4.1.2.1 Perencanaan

Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu pertama dan

kedua bulan Maret 2014. Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan setelah

penulis memperoleh informasi pada observasi yang telah dilakukan pada kondisi

awal, kemudian penulis melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi

pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang diperlukan dalam

proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan tindakan siklus I meliputi: (1)

menganalisis kompetensi matematika meliputi SK 5, KD 5.3, indikator 5.3.1,

5.3.2, dan 5.3.3, (2) merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan

indikator, (3) menyusun materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan

pembelajaran, (4) menentukan metode pembelajaran, yaitu bermain peran, serta

(5) menyusun skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang telah penulis

konsultasikan guru kelas 5 dan telah penulis revisi, kemudian penulis lengkapi

menjadi sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang untuh dengan

sumber pembelajaran (terlampir pada Lampiran 6), media pembelajaran, LKS,

instrumen penelitian yang berupa lembar observasi kerja sama (terlampir pada

Lampiran 8, lembar observasi aktivitas siswa dan guru (terlampir pada Lampiran

7), serta tes evaluasi siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

mengikuti pelaksanaan tindakan siklus I.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu ketiga bulan

Maret 2014. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan, yaitu 3

kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan tes evaluasi siklus I.

Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 2 jam pelajaran

atau 2 x 35 menit.

1) Pertemuan pertama.

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama pada tahap persiapan,

guru telah menyusun guru menyusun skenario bermain peran yang berjudul Pasar

Suka Maju, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok masing-

masing beranggota 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

72

mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang

diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan

dengan bimbingan guru.

Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Senin, 17 Maret 2014 pada pukul 07.35-08.45 WIB. Pada kegiatan awal, siswa

bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan

siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan

bernyanyi lagu yang berjudul Naik Delman, kemudian dilanjutkan dengan

menerima apersepsi dari gutu. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru

digunakan untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar serta

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian

pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa juga menyimak

penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang

ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan biasa.

Kegiatan inti siklus I pertemuan pertama diawali dengan siswa menyimak

penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan biasa melalui kertas berpetak dan potongan buah apel, kemudian siswa

dan guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum

dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario

bermain peran berjudul Pasar Suka Maju, siswa bersama guru mereview

penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi

kelompok lain, siswa memberikan masukan antarkelompok, serta siswa bersama

guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan

penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol, terhadap informasi yang

telah didapat.

Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang

konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, guru

membantu siswa memahami konsep pembilang, penyebut, dan aturan yang

berlaku dalam operasi perkalian pecahan. Setelah siswa menyimak penjelasan

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

73

guru tentang operasi perkalian pecahan, siswa menyimak penjelasan guru tentang

hubungan keterkaitan dan pembuktian bahwa pembagian operasi pembagian

pecahan merupakan operasi perkalian di mana pembilang pecahan kedua diubah

menjadi penyebut pecahan kedua dan penyebut pecahan kedua diubah menjadi

pembilang pecahan kedua.

Dalam pembelajaran siklus I pertemuan pertama guru tidak hanya

menggunakan cara yang mekanistik, tetapi guru telah menggunakan media kertas

berpetak dan potongan buah apel. Media kertas berpetak merupakan kertas

berpetak yang diisi dengan tempelan kertas warna-warni sebagai visualisasi

perkalian pecahan, di mana bagian horisontal kertas berpetak merupakan pecahan

pertama dan bagian vertikal kertas berpetak merupakan pecahan kedua. Jumlah

semua kertas warna-warni adalah pembilang pecahan hasil perkalian dan jumlah

petak yang digunakan adalah penyebut pecahan hasil perkalian. Potongan buah

apel digunakan guru untuk menjelaskan konsep operasi pembagian pecahan biasa

dengan pecahan biasa. Guru juga melibatkan siswa dalam penggunaan media

pembelajaran.

Skenario bermain peran berjudul Pasar Suka Maju ditampilkan oleh

Kelompok 3 yang beranggota BD, EPS, FF, FAH, dan IDW. Kelompok 3 cukup

baik dalam menampilkan skenario bermain peran, namun rasa canggung,

kurangnya latihan, dan penggunaan metode bermain peran yang belum pernah

digunakan membuat penampilan kurang maksimal. Guru membimbing jalannya

pemeranan dan kelompok lain juga cukup aktif dalam berpastipasi sebagai

audience. Pelaksanaan diskusi sudah cukup baik, siswa yang awalnya pasif mulai

mencoba aktif walaupun masih terdapat beberapa siswa yang pasif dalam

bekerjasama di dalam diskusi dan beberapa siswa masih tampak malu untuk ikut

mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk

menunjukkan bahwa 2 kelompok mendapatkan nilai 62,5 dan 5 kelompok lain

mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 85,3

terlampir pada Lampiran 10).

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

74

Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan pertama, siswa bersama guru

melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan

kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru juga

membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi

pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan campuran dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan

salam.

2) Pertemuan kedua.

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua pada tahap persiapan,

guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Toko Alat Tulis Laris

Terus, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok beranggota

masing-masing 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah

mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang

diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan

dengan bimbingan guru.

Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Selasa, 18 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa

bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan

siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan

bernyanyi lagu yang berjudul Paman Datang, kemudian dilanjutkan dengan

menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru

digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan

biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep

pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah

dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.

Pada kegiatan awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik

pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian

dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

75

Kegiatan inti siklus I pertemuan kedua diawali dengan siswa menyimak

penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan campuran dan sebaliknya melalui permen dan gelas, kemudian siswa dan

guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum

dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario

bermain peran berjudul Toko Alat Tulis Laris Terus, siswa bersama guru

mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi

kelompok lain, siswa memberi masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru

bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan

positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat.

Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang

konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan

sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran permen dan gelas. Jumlah

permen dalam gelas digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan

siswa dalam penggunaan media pembelajaran permen dan gelas, di mana permen

dan gelas adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan

biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah

pecahan campuran menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi

perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.

Skenario bermain peran yang berjudul Toko Alat Tulis Laris Terus

ditampilkan oleh Kelompok 1 yang beranggota SAR, EN, MFA, VAP, dan YA.

Kelompok 1 cukup baik dalam menampilkan skenario bermain peran, masih

nampak rasa canggung dalam menampilkan skenario, namun penampilannya lebih

baik dari pada Kelompok 3 pada siklus I pertemuan pertama. Sudah nampak

peningkatan kerja sama dalam latihan maupun penampilan skenario bermain

drama. Guru lebih aktif membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga

lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih

baik daripada siklus I pertemuan pertama, siswa yang awalnya pasif mulai

mencoba aktif walaupun masih terdapat beberapa siswa yang pasif dalam

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

76

bekerjasama di dalam diskusi, namun beberapa siswa yang awalnya pasif sudah

berani bertanya dalam diskusi serta ikut mengambil bagian dalam

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan diskusi yang

dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa 1

kelompok mendapatkan nilai 62,5 dan 6 kelompok lain mendapatkan nilai 75-100

dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 91,2 (terlampir pada Lampiran 10)

Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan kedua, guru bersama siswa

melakukan refleksi serta menghubungkan situasi yang diperankan dengan

kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru

membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan campuran dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk

mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian

pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, kemudian siswa bersama

guru mengucapkan salam.

3) Pertemuan ketiga.

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ketiga pada tahap persiapan, guru

telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Mengikuti Kerja

Bakti, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok masing-masing

beranggota 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah mempelajari

skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam

pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan

guru.

Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari

Jumat, 21 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa

bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan

siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan

bernyanyi lagu yang berjudul Layang-Layang, kemudian dilanjutkan dengan

menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru

digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan

biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

77

pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah

dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.

Pada kegiatan awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik

pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian

dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya.

Kegiatan inti siklus I pertemuan ketiga diawali dengan siswa menyimak

penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan desimal dan sebaliknya melalui pita dan bendera, kemudian siswa dan

guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum

dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan penampilan skenario bermain peran

berjudul Bersiap Mengikuti Kerja Bakti, siswa bersama guru mereview

penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi

kelompok lain, siswa memberi masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru

bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan

positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat.

Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang

konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan

sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran pita dan bendera. Jumlah pita

dan bendera digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa

dalam penggunaan media pembelajaran pita dan bendera, di mana pita dan

bendera adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan

biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah

pecahan campuran menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi

perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.

Skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Mengikuti Kerja Bakti

ditampilkan oleh Kelompok 6 yang beranggota WRNA, YFSR, MFHA, AH, dan

FRJ. Kelompok 6 menampilkan skenario bermain peran dengan baik.

Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat

menampilkan skenario dengan cukup utuh dan rasa canggung sudah banyak

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

78

berkurang. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih

aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik

daripada siklus I pertemuan kedua, siswa yang masih pasif terdorong untuk aktif

dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi, dan ikut

mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk

menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata

nilai hasil diskusi sebesar 93 (terlampir pada Lampiran 10)

Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan ketiga, siswa bersama guru

melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan

kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru

membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan desimal dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk

mempersiapkan tes evaluasi siklus I tentang perkalian dan pembagian pecahan

biasa dengan pecahan biasa, perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan campuran dan sebaliknya, serta perkalian dan pembagian pecahan biasa

dengan pecahan desimal dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru

mengucapkan salam.

4) Pertemuan keempat.

Tindakan siklus I pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu, 22

Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Siklus I pertemuan keempat merupakan

kegiatan tes evaluasi siklus I. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru

mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian siswa mengecek kesiapan

belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang berjudul

Burung Kutilang dan apersepsi, serta siswa menyimak penjelasan guru tentang

tujuan tes evaluasi siklus I. Pada kegiatan inti, siswa telah menerima lembar tes

evaluasi siklus I dari guru, siswa mengerjakan tes evaluasi dengan tenang dan

lancar. Setelah siswa selesai mengerjakan tes evaluasi, siswa mengumpulkan hasil

pekerjaannnya kepada guru.

Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan keempat, siswa bersama guru

melakukan refleksi pembelajaran. Kegiatan akhir dilanjutkan dengan siswa

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

79

menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya

tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan

sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. Hasil belajar

siswa pada siklus I berdasarkan nilai tes evaluasi siklus I menunjukkan bahwa

nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 70,8, di mana jumlah siswa yang

tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan

jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari

34 siswa (terlampir pada Lampiran 9).

4.1.2.3 Pengamatan

Pengamatan tindakan siklus I dilaksanakan ketika proses pembelajaran

sedang berlangsung. Pengamatan tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali

pertemuan proses pembelajaran, tidak pada saat pertemuan tes evaluasi siklus I.

Hasil pengamatan yang diperoleh dari lembar observasi dibagi menjadi tiga, yaitu

aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama selama mengikuti proses

pembelajaran matematika melalui metode bermain peran.

Hasil pengamatan aktivitas guru terdiri dari 4 aspek yang dijabarkan ke

dalam 25 indikator pengamatan. Hasil pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 4

aspek yang dijabarkan ke dalam 25 indikator pengamatan. Hasil pengamatan kerja

sama terdiri dari 5 aspek yang dijabarkan ke dalam 34 indikator pengamatan.

Masing-masing indikator dalam lembar observasi diberi skor 1-4, di mana skor 1

jika pernyataan dilakukan dengan kurang, skor 2 jika pernyataan dilakukan

dengan sedang, skor 3 jika pernyataan dilakukan dengan baik, dan skor 4 jika

pernyataan dilakukan dengan sangat baik. Setelah itu skor akan dijumlahkan dan

diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria skor observasi aktivitas

guru dan siswa yaitu untuk jumlah skor 25-37 berarti sangat rendah, 38-50 berarti

rendah, 51-63 berarti sedang, 64-76 berarti cukup tinggi, 77-89 berarti tinggi, dan

90-100 berarti sangat tinggi. Kriteria skor kerja sama yaitu untuk jumlah skor 34-

51 berarti sangat rendah, 52-68 berarti rendah, 69-85 berarti sedang, 86-102

berarti cukup tinggi, 103-119 berarti tinggi, dan 120-136 berarti sangat tinggi.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

80

1) Pertemuan pertama.

Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 dengan kriteria cukup tinggi. Guru

masih belum secara maksimal menerapkan metode bermain peran dalam

pembelajaran matematika. Aktivitas guru yang cukup tinggi ditunjukkan ketika

menyusun skenario bermain peran, memberikan salam dan doa bersama,

menjelaskan konsep materi pembelajaran, serta memberi tugas kepada kelompok.

Aktivitas guru yang masih perlu ditingkatkan adalah mendampingi siswa latihan

pemanasan, memberi motivasi dan apersepsi, menyampaikan kompetensi

pencapaian, memberi kesempatan siswa bertanya, membimbing aktor

menampilkan skenario, membimbing audience mengamati jalannya pemeranan,

serta memberi kesempatan siswa memberi masukan kepada kelompok lain.

Kurangnnya motivasi dan penyampaian kompetensi pencapaian, siswa pasif

dalam proses pembelajaran dan mengalami kebingungan dalam mengikuti

pembelajaran tentang apa yang akan dan harus dipelajari sehingga siswa kurang

berinisiatif dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dari

guru. Kurangnya kesempatan yang diberikan guru untuk siswa bertanya

mengakibatkan pembelajaran terkesan lebih didominasi guru sebab komunikasi

yang terbentuk hanya satu arah.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 dengan kriteria cukup tinggi. Siswa

masih belum sepenuhnya aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika melalui

metode bermain peran di mana masih pembelajaran hanya didomiasi aktivitas

siswa tertentu saja. Aktivitas siswa yang cukup tinggi ditunjukkan ketika

menerima tugas kelompok yang diberikan oleh guru, serta memberi salam dan doa

bersama. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah mempelajari

skenario sebelum pelaksanaan pembelajaran, merancang ruangan dan peralatan

dalam pemeranan, melakukan latihan pemanasan, mempresentasikan hasil diskusi

kelompok, bertanya kepada guru, memberi masukan kelompok lain, serta

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

81

membuat kesimpulan pembelajaran bersama guru. Kurangnya aktivitas siswa

dalam mempelajari skenario, membuat pemahaman siswa akan skenario bermain

peran juga menurun sehingga pelaksanaan pembelajaran matematika melalui

metode bermain peran juga kurang maksimal.

Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan pertama menunjukkan

bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 91,5 yang berarti secara keseluruhan kerja

sama cukup tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 6 siswa atau 17,6% dari 34

siswa berkriteria sedang dan kerja sama 28 siswa atau 82,4% dari 34 siswa

berkriteria cukup tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 102 dan skor terendah

sebesar 79. Masih rendahnya kerja sama disebabkan karena siswa kurang

bekerjasama dalam kelompok, rasa individualis atau acuh terhadap tugas

kelompok masih tinggi sehingga komunikasi yang terjalin dalam kelompok sangat

kurang. Siswa kurang menyadari arti penting kerja sama, salah satunya siswa

kurang berinisiatif mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

Siswa masih perlu meningkatkan kerjasamanya ketika melakukan latihan

pemeranan bersama teman kelompoknya, memberikan review/penilaian yang

objektif, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal penting yang belum diketahui,

membantu teman yang mengalami kesulitan, menggantikan atau bertukat tugas

dengan teman, menyamakan pendapat, menyelesaikaan tugas tepat waktu,

mengambil giliran dalam menyampaikan presentasi, menjawab pertanyaan

tentang hasil diskusi, serta memberikan masukan yang membangun kepada

kelompok lain.

2) Pertemuan kedua.

Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus I pertemuan kedua sebesar 77 dengan kriteria tinggi, namun terdapat

beberapa aktivitas yang masih perlu guru tingkatkan. Aktivitas guru yang tinggi

ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan salam dan doa

bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi tugas kepada

kelompok, serta membimbing siswa berdiskusi. Aktivitas guru yang masih perlu

ditingkatkan adalah menyampaikan kompetensi pencapaian, memberi kesempatan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

82

siswa bertanya, serta memberi kesempatan siswa memberi masukan kepada

kelompok lain. Guru kurang memberikan penguatan positif terhadap siswa yang

aktif sehingga masih terdapat beberapa siswa yang pasif, namun di sisi lain

dengan meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswa dalam berdiskusi

mengakibatkan beberapa siswa yang awalnya pasif mencoba untuk menjadi aktif

dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa mulai mengemukakan pendapat dan

menghargai pendapat orang lain.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan kedua yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus I pertemuan kedua sebesar 74 dengan kriteria cukup tinggi. Aktivitas

yang menunjukkan aktivitas siswa tinggi tetap, namun beberapa aktivitas yang

masih perlu siswa tingkatkan berkurang. Aktivitas siswa tinggi ditunjukkan ketika

siswa menerima tugas kelompok yang diberikan oleh guru, serta memberi salam

dan doa bersama. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah

merancang ruangan dan peralatan dalam pemeranan, serta memberi masukan

kelompok lain. Siswa masih perlu meningkatkan aktivitas dalam memberi

masukan dan tanggapan kepada kelompok lain sebab siswa merasa canggung dan

pada pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan siswa belum pernah memberi

masukan kelompok lain, oleh karena itu siswa terbiasa dengan anggapan bahwa

kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas itu sudah sangat

baik dan tidak perlu adanya masukan.

Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan kedua menunjukkan

bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 98,4 yang berarti secara keseluruhan kerja

sama cukup tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 3 siswa atau 8,8% dari 34

siswa berkriteria sedang, kerja sama 24 siswa atau 70,6% dari 34 siswa berkriteria

cukup tinggi, dan kerja sama 7 siswa atau 20,6% dari 34 siswa berkriteria tinggi,

di mana skor tertinggi sebesar 113 dan skor terendah sebesar 84. Kerja sama yang

cukup tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami

karakter peran yang didapat, serta melakukan latihan pemanasan. Siswa masih

perlu meningkatkan kerjasamanya ketika memberikan review/penilaian yang

objektif, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal penting yang belum diketahui,

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

83

menyamakan pendapat, serta memberikan masukan yang membangun kepada

kelompok lain. Kurang optimalnya kerja sama disebabkan karena siswa yang

kurang pandai cenderung menarik diri atau menyerahkan tugas pada siswa yang

pandai, hal ini menyebabkan siswa pandai masih mendominasi kerja sama dalam

kelompok dan pembagian tugas kelompok menjadi kurang merata.

3) Pertemuan ketiga.

Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan ketiga yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus I pertemuan ketiga sebesar 83 dengan kriteria tinggi. Aktivitas guru

yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan

salam dan doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing

siswa berada dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing

siswa berdiskusi, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan

situasi yang diperankan dengan kehidupan nyata dan masalah lain yang mungkin

muncul. Meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam

kelompok, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan situasi

yang diperankan dengan kehidupan nyata meningkatkan aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran, siswa lebih bersemangat sehingga komunikasi pembelajaran

terjadi dua arah. Walaupun aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam

kelompok mengalami peningkatan, guru tetap harus mengoptimalkan aktivitasnya

dalam membimbing siswa ketika berdiskusi agar siswa menyadari arti penting

dengan melakukan diskusi dalam sebuah kelompok.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ketiga yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus I pertemuan ketiga sebesar 80 dengan kriteria tinggi. Aktivitas siswa

yang tinggi ditunjukkan ketika mendengarkan konsep materi pembelajaran,

bersama guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok yang diberikan

guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru melakukan refleksi dan

penguatan positif, bersama guru membuat kesimpulan, serta memberi salam dan

doa bersama. Peningkatan aktivitas siswa yang menonjol terletak pada aktivitas

mendengarkan konsep materi pembelajaran, bersama guru mereview pemeranan,

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

84

dan mendiskusikan tugas yang didapat sehingga kekompakan dan kerja sama

dalam kelompok lebih terlihat, tidak lagi didominasi beberapa siswa saja serta

pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran meningkat. Walaupun

aktivitas siswa sudah tinggi, namun siswa tetap harus meningkatkan aktivitasnya

dalam bertanya kepada guru dan temannya agar komunikasi yang terjalin dalam

pembelajaran terjaga dan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga menunjukkan

bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 107,9 yang berarti secara keseluruhan

kerja sama tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 4 siswa atau 11,8% dari 34

siswa berkriteria cukup tinggi, kerja sama 29 siswa atau 85,3% dari 34 siswa

berkriteria tinggi, dan kerja sama 1 siswa atau 2,9% dari 34 siswa berkriteria

sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 120 dan skor terendah sebesar 100.

Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok,

memahami karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemanasan, berada

dalam kelompok selama pemeranan berlangsung, serta membagi tugas dalam

penyampaian presentasi. Walaupun kerja sama sudah tinggi, namun masih perlu

adanya peningkatan, sebab dalam kerja sama yang terbentuk dalam kelompok

masih terlihat bahwa siswa yang pandai merasa bahwa ia yang paling bisa

mengatasi semua tugas kelompok.

4.1.2.4 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika melalui metode

bermain peran pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga maka

selanjutnya diadakan refleksi atas semua kegiatan dalam proses pembelajaran.

Hasil refleksi diambil dari pelaksanaan tindakan dan hasil pengamatan pada siklus

I. Refleksi berfungsi sebagai acuan melakukan perbaikan dengan membandingkan

hasil tindakan siklus I dalam proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh

pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 yang berarti cukup tinggi, meningkat

menjadi 77 yang berarti tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi

83 yang berarti tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas guru

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

85

pada siklus I sebesar 77,3 yang berarti tinggi. Aktivitas guru yang tinggi

ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan salam dan doa

bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing siswa berada

dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing siswa

berdiskusi, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan situasi

yang diperankan dengan kehidupan nyata dan masalah lain yang mungkin muncul.

Walaupun aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam kelompok

mengalami peningkatan, guru tetap harus mengoptimalkan aktivitasnya dalam

membimbing siswa ketika berdiskusi agar siswa menyadari arti penting dengan

melakukan diskusi dalam sebuah kelompok.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa, jumlah skor yang diperoleh

pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 yang berarti cukup tinggi, meningkat

menjadi 74 yang berarti cukup tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi

menjadi 80 yang berarti tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata

aktivitas siswa pada siklus I sebesar 74 yang berarti cukup tinggi. Aktivitas siswa

yang cukup tinggi ditunjukkan ketika siswa mendengarkan konsep materi

pembelajaran, bersama guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok

yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru melakukan

refleksi dan penguatan positif, bersama guru membuat kesimpulan, serta memberi

salam dan doa bersama. Untuk optimalkan aktivitasnya dalam mengikuti proses

pembelajaran, siswa harus meningkatkan aktivitasnya dalam bertanya kepada guru

dan temannya agar komunikasi yang terjalin dalam pembelajaran terjaga dan

pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Berdasarkan hasil pengamatan kerja sama, siklus I pertemuan pertama

rata-rata skor kerja sama sebesar 91,5 yang berarti cukup tinggi meningkat pada

pertemuan kedua menjadi sebesar 98,4 yang berarti cukup tinggi, dan meningkat

lagi pada pertemuan ketiga menjadi sebesar 107,9 yang berarti tinggi. Kerja sama

yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami

karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemanasan, berada dalam

kelompok selama pemeranan berlangsung, serta membagi tugas dalam

penyampaian presentasi. Walaupun kerja sama sudah tinggi, namun masih perlu

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

86

adanya peningkatan, sebab dalam kerja sama yang terbentuk dalam kelompok

masih terlihat bahwa siswa yang pandai merasa bahwa ia yang paling bisa

mengatasi semua tugas kelompok.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama,

pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran yang

kurang maksimal dalam siklus I yang terdiri dari 3 kali pertemuan menyebabkan

kurang maksimalnya kerja sama dan hasil belajar siswa. Kurang maksimalnya

kerja sama ditunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama pada siklus I sebesar 99,2

yang dalam siklus I secara keseluruhan kerja sama cukup tinggi, dengan 9 siswa

atau 26,5% dari 34 siswa memenuhi kriteria kerja sama tinggi, dan 25 siswa atau

73,5% dari 34 siswa tidak memenuhi kriteria kerja sama tinggi. Kurang

maksimalnya hasil belajar siswa pada siklus I ditunjukkan bahwa berdasarkan

nilai tes evaluasi siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada

siklus I sebesar 70,8, di mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I

sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar

pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari 34 siswa.

Berdasarkan masih kurang maksimalnya pelaksanaan proses pembelajaran,

kerja sama, dan hasil belajar siswa diperlukan perbaikan dalam pelaksanaan

tindakan pembelajaran pada siklus II. Beberapa kekurangan atau kegiatan

pembelajaran yang belum berjalan dengan maksimal pada proses pembelajaran

siklus I, yaitu:

1) Ketika guru menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran

matematika, masih terdapat beberapa aspek yang belum sesuai dengan RPP

yang telah penulis susun, hal ini disebabkan guru belum begitu memahami

langkah-langkah pembelajaran melalui metode bermain peran.

2) Guru kurang jelas menyampaikan kompetensi pencapaian dan kurang

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang konsep materi

pembelajaran yang telah disampaikan, sehingga siswa cenderung masih pasif.

3) Kerja kelompok masih didominasi beberapa siswa, siswa yang lain masih

tampak pasif dan acuh.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

87

4) Masih sedikit siswa yang mempunyai inisiatif untuk mengeluarkan pendapat

dan bertanya, sebab masih banyak siswa yang malu bertanya, menjawab

pertanyaan, serta memberikan tanggapan hasil presentasi teman yang maju.

5) Guru kurang memberikan motivasi dan apresiasi terhadap siswa yang aktif

dalam pembelajaran.

Dari berbagai kekurangan pada proses pembelajaran siklus I, penulis

mengadakan analisis dan konsultasi bersama guru kelas 5 serta guru observer

tentang aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran yang telah

berlangsung. Penyelesaian dari kekurangan pada proses pembelajaran siklus I

berdasarkan hasil analisis dan konsultasi, yaitu:

1) Penulis memberikan penjelasan lebih lanjut kepada guru kelas 5 tentang

langkah-langkah pembelajaran matematika melalui metode bermain peran.

2) Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi pencapaian dan lebih

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang konsep materi

pembelajaran yang telah disampaikan.

3) Pemilihan anggota kelompok lebih teliti dan agar lebih merata didasarkan

pada kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa, bukan berdasarkan

nomor urut siswa. Jumlah anggota kelompok dalam diskusi dikurangi,

sehingga setiap kelompok beranggota 4 siswa saja dengan tujuan siswa

aktivitas siswa meningkat (tidak hanya bergantung ada teman yang lain).

4) Guru memberikan pin smile untuk memacu aktivitas siswa, sehingga siswa

dapat lebih aktif mengemukakan pendapat dan bertanya. Pin smile OKE

diberikan kepada siswa yang aktivitasnya cukup tinggi dalam mengikuti

pembelajaran. Pin smile HEBAT diberikan kepada siswa yang aktivitasnya

tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Pin smile SUPER diberikan kepada

siswa yang aktivitasnya sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran.

5) Guru memberikan pengarahan agar dalam kegiatan kerja kelompok semua

siswa ikut berpartisipasi.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

88

4.1.3 Deskripsi Siklus II

Pada deskripsi siklus II akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus II

yang meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan

dan refleksi seperti pada siklus I. Siklus II merupakan upaya perbaikan dari siklus

I. Pembelajaran pada siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan.

4.1.3.1 Perencanaan

Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga dan

keempat bulan Maret 2014. Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan setelah

penulis memperoleh penyelesaian dari kekurangan pada proses pembelajaran

siklus I berdasarkan hasil analisis dan konsultasi bersama guru kelas 5 serta guru

observer, kemudian penulis melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi

pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang diperlukan dalam

proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan tindakan siklus II meliputi: (1)

menganalisis kompetensi matematika yang meliputi SK 5, KD 5.3, indikator

5.3.4, 5.3.5, dan 5.3.6, (2) merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan

indikator, (3) menyusun materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan

pembelajaran, (4) menentukan metode pembelajaran, yaitu bermain peran, serta

(5) menyusun skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang telah penulis

konsultasikan guru kelas 5 dan telah penulis revisi, kemudian penulis lengkapi

menjadi sebuah RPP yang untuh dengan sumber pembelajaran (terlampir pada

Lampiran 6), media pembelajaran, LKS, instrumen penelitian yang berupa lembar

observasi kerja sama (terlampir pada Lampiran 8), lembar observasi aktivitas

siswa dan guru (terlampir pada Lampiran 7), serta tes evaluasi siklus II untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelaksanaan tindakan siklus II.

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan

tindakan siklus I yaitu merupakan deskripsi dari tahap persiapan hingga tahap

pelaksanaan, di mana tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir,

yang membedakan dengan siklus I adalah pada materi, media pembelajaran,

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

89

jumlah anggota kelompok siswa, dan penggunaan pin smile sebagai bentuk

penghargaan terhadap aktivitas siswa. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan

pada minggu keempat bulan Maret 2014. Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri

dari 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali

pertemuan tes evaluasi siklus II. Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan

siklus II terdiri dari 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit.

1) Pertemuan pertama.

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama pada tahap pelaksanaan,

guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Belajar Kelompok,

siswa telah membentuk 9 kelompok dengan 7 kelompok masing-masing

beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3 orang, siswa

telah mempelajari skenario, merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan

dalam pemeranan, serta melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru.

Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Rabu, 26 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa

bersama guru mengucapkan dan berdoa, kemudian dilanjutkan siswa mengecek

kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang

berjudul Balonku dan apersepsi. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru

digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan

biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep

pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah

dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.

Pada kegiatan awal, siswa juga telah menyimak penjelasan guru tentang tujuan

dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran

perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya.

Kegiatan inti siklus II pertemuan pertama diawali dengan siswa menyimak

penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan

pecahan persen dan sebaliknya melalui roti berbentuk lingkaran dan persegi yang

dipotong, kemudian siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang konsep

materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

90

siswa menampilan skenario bermain peran berjudul Belajar Kelompok, siswa

bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok

(LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang

presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta

siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan

memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap

informasi yang telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan

positif dengan cara memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa

dalam pembelajaran, 29 siswa mendapatkan pin smile OKE dan hanya 5 siswa

yang mendapatkan pin smile HEBAT.

Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan tentang konsep perkalian

dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, guru

menggunakan media pembelajaran roti berbentuk lingkaran dan persegi. Potongan

roti berbentuk lingkaran dan persegi digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan.

Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran roti berbentuk

lingkaran dan persegi, di mana potongan roti berbentuk lingkaran dan persegi

adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga

menjelaskan bahwa perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan

persen dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan persen menjadi

pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi perkalian dan pembagian pecahan

biasa dengan pecahan biasa.

Skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Belajar Kelompok

ditampilkan oleh Kelompok 5 yang beranggota AK, MZR, MIM, dan RN.

Kelompok 5 menampilkan skenario bermain peran dengan baik. Kekompakan dan

kerja sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat menampilkan skenario

dengan cukup utuh dan rasa canggung sudah banyak berkurang dibandingkan

dengan penampilan skenario pada siklus I. Guru membimbing jalannya

pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai

audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus I, siswa yang

masih pasif terdorong untuk aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba

bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

91

hasil diskusi kelompoknya. Dalam pembelajaran, guru lebih banyak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya, namun

pemberian kesempatan itu belum digunakan secara maksimal oleh siswa.

Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk

menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata

nilai hasil diskusi sebesar 90,8 (terlampir pada lampiran 10).

Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan pertama, siswa bersama guru

melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan

kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat

kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan

persen dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari

materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan

campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru

mengucapkan salam.

2) Pertemuan kedua.

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua pada tahap persiapan,

guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Memanen Hasil

Kebun, siswa telah membentuk 9 kelompok dengan 7 kelompok masing-masing

beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3 orang, siswa

telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang

diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan

dengan bimbingan guru.

Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Kamis, 27 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa

bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan

dengan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dengan

bernyanyi lagu yang berjudul Pergi Belajar, kemudian menerima apersepsi dari

guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru digunakan untuk meningkatkan

semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen

dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan dipelajari

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

92

dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan

pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa juga

menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta

kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian

pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya.

Kegiatan inti siklus II pertemuan kedua diawali dengan siswa menyimak

penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan campuran

dengan pecahan persen dan sebaliknya melalui sedotan, siswa bersama guru

melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum

dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario

bermain peran berjudul Memanen Hasil Kebun, siswa bersama guru mereview

penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi

kelompok lain, siswa memberikan masukan antarkelompok, serta siswa bersama

guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan

penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang

telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan positif dengan cara

memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran,

23 siswa mendapatkan pin smile HEBAT dan 4 siswa yang mendapatkan pin

smile SUPER, namun 7 siswa masih mendapatkan pin smile OKE.

Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang

konsep perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan

sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran sedotan. Jumlah beberapa

sedotan digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa

dalam penggunaan media pembelajaran sedotan, di mana potongan sedotan adalah

benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga

menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran

dengan pecahan persen dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan

campuran dan pecahan persen menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya

menjadi perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

93

Skenario bermain peran yang berjudul Memanen Hasil Kebun ditampilkan

oleh Kelompok 4 yang beranggota SUL, LAS, BD, dan MAW. Kelompok 4

menampilkan skenario bermain peran dengan sangat baik. Kekompakan dan kerja

sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat menampilkan skenario

dengan utuh dan tanpa rasa canggung, jauh lebih baik dibandingkan dengan

penampilan skenario pada siklus II pertemuan pertama. Guru membimbing

jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai

audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus II pertemuan

pertama, siswa yang masih pasif dan siswa yang sudah aktif terus terdorong untuk

lebih aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi,

dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Dalam pembelajaran, siswa mulai menggunakan kesempatan yang diberikan oleh

guru untuk mengemukakan pendapat dan bertanya secara maksimal, sehingga

komunikasi pembelajaran berlangsung dua arah. Berdasarkan diskusi yang

dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa

semua kelompok mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata nilai hasil diskusi

sebesar 91,2 (terlampir pada Lampiran 10).

Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan kedua, siswa bersama guru

melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan

kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat

kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan

persen dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari

materi pembelajaran selanjutnya tentang operasi hitung campuran berbagai bentuk

pecahan, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam.

3) Pertemuan ketiga.

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ketiga pada tahap persiapan,

guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Menyiapkan Pesta

Ulang Tahun, siswa telah membentuk 9 kelompok siswa dengan 7 kelompok

masing-masing beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3

orang, siswa telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

94

peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan

latihan pemanasan dengan bimbingan guru.

Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari

Jumat, 28 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa

bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan

siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi kepada siswa dengan

bernyanyi lagu yang berjudul Kebunku, kemudian menerima apersepsi dari guru.

Pemberian motivasi dan apersepsi digunakan untuk memotivasi siswa belajar,

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang operasi hitung campuran

berbagai bentuk pecahan, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan

dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan

pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, serta berbagai bentuk pecahan.

Pada kegiatan awal, siswa juga menyimak penjelasan tentang tujuan dan teknik

pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran operasi

hitung campuran berbagai bentuk pecahan.

Kegiatan inti siklus II pertemuan ketiga diawali dengan siswa menyimak

penjelasan guru tentang konsep operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan

melalui kertas koran dan kertas warna-warni, kemudian siswa bersama guru

melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum

dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario

bermain peran berjudul Menyiapkan Pesta Ulang Tahun, siswa bersama guru

mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi

kelompok lain, siswa memberikan masukan kelompok lain, serta siswa bersama

guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan

penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang

telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan positif dengan cara

memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran,

24 siswa mendapatkan pin smile HEBAT dan 8 siswa yang mendapatkan pin

smile SUPER, namun 2 siswa masih mendapatkan pin smile OKE.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

95

Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan tentang konsep operasi

hitung campuran berbagai bentuk pecahan, guru menggunakan media kertas koran

dan kertas warna-warni. Ukuran kertas koran dan kertas warna-warni digunakan

sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan

media pembelajaran kertas koran dan kertas warna-warni, yaitu dengan cara

menutupi seluruh permukaan kertas koran dengan kertas-warna-warni yang

ukurannya lebih kecil. Kertas koran dan kertas warna-warni adalah benda yang

dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga menjelaskan bahwa

operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan dikerjakan dengan mengubah

berbagai bentuk pecahan menjadi pecahan biasa dan pengerjaannya dimulai

dengan menghitung operasi hitung yang berada paling kiri sebab perkalian dan

pembagian mempunyai kedudukan yang sama.

Skenario bermain peran yang berjudul Menyiapkan Pesta Ulang Tahun

ditampilkan oleh Kelompok 6 yang beranggota SRW, YA, AYU, dan YFSR.

Kelompok 6 menampilkan skenario bermain peran dengan sangat baik.

Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi, serta latihan yang memadai

membuat mereka dapat menampilkan skenario dengan utuh dan tanpa rasa

canggung, lebih baik dibandingkan dengan penampilan skenario pada siklus II

pertemuan kedua. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga

lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih

baik daripada siklus II pertemuan kedua, kini semua siswa sudah aktif dan tetap

terus terdorong untuk lebih aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba

bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya. Dalam pembelajaran, siswa secara maksimal

mengemukakan pendapat dan bertanya kepada guru dan teman kelompoknya,

sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif dan komunikasi pembelajaran

berlangsung dua arah. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7

kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan

nilai 87,5-100 dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 97,1.

Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan ketiga, siswa bersama guru

melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

96

kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat

kesimpulan tentang operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan, siswa

menyimak penjelasan guru untuk mempersiapkan tes evaluasi siklus II, kemudian

siswa bersama guru mengucapkan salam.

4) Pertemuan keempat.

Tindakan siklus II pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu, 29

Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Siklus II pertemuan keempat

merupakan kegiatan tes evaluasi siklus II. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru

mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian siswa mengecek kesiapan

belajar. Siswa menerima motivasi dengan bernyanyi lagu yang berjudul Naik

Kereta Api dan apersepsi, serta siswa menyimak penjelasan tentang tujuan tes

evaluasi siklus II. Pada kegiatan inti, siswa telah menerima lembar tes evaluasi

siklus II dari guru, siswa mengerjakan tes evaluasi dengan tenang dan lancar.

Setelah siswa selesai mengerjakan tes evaluasi, siswa mengumpulkan hasil

pekerjaannnya kepada guru.

Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan keempat, siswa bersama guru

melakukan refleksi pembelajaran. Kegiatan akhir dilanjutkan dengan siswa

menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya

tentang perbandingan dan skala, kemudian siswa bersama guru mengucapkan

salam. Hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan nilai tes evaluasi siklus II

menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 85,5, di

mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus II sebanyak 2 siswa atau

5,9% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanyak

32 siswa atau 94,1% dari 34 siswa (terlampir pada Lampiran 9).

4.1.3.3 Pengamatan

Pengamatan tindakan siklus II dilaksanakan ketika proses pembelajaran

sedang berlangsung. Pengamatan tindakan siklus II dilaksanakan selama tiga kali

pertemuan proses pembelajaran, tidak pada saat pertemuan tes evaluasi siklus II.

Hasil pengamatan dibagi menjadi tiga, yaitu aktivitas guru, aktivitas siswa, dan

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

97

kerja sama selama mengikuti proses pembelajaran matematika melalui merode

bermain peran.

1) Pertemuan pertama.

Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 dengan kriteria tinggi. Aktivitas guru

yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, membentuk

kelompok siswa yang masing-masing beranggota 4 orang, memberikan salam dan

doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi kesempatan

siswa untuk bertanya, membimbing siswa serada dalam kelompok, memberikan

tugas kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, serta bersama siswa

bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan

positif terhadap informasi yang telah didapat siswa. Untuk memaksimalkan

aktivitas guru dalam pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan

lagi adalah ketika membimbing siswa memberi masukan kelompok lain. Kurang

maksimalnya aktivitas guru dalam membimbing /siswa memberi masukan

kelompok lain membuat masukan yang diberikan siswa kepada kelompok lain

cenderung lebih banyak berupa pujian, bukan berupa saran yang membangun

potensi kelompok, baik kelompok yang mendapat saran maupun kelompok

lainnya.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus II pertemuan pertama sebesar 85 dengan kriteria tinggi. Aktivitas

siswa yang tinggi ditunjukkan ketika membentuk kelompok yang beranggota 4

orang, memberikan salam dan doa bersama, mendengarkan penjelasan guru

tentang konsep materi pembelajaran, berada dalam kelompok, menerima tugas

yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru bertanya

jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif

terhadap informasi yang telah didapat, serta bersama guru membuat kesimpulan

pembelajaran.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

98

Untuk memaksimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, salah satu

aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika menyimak penjelasan guru,

baik penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, maupun kompetensi

yang akan dicapai. Dengan lebih memaksimalkan aktivitasnya ketika menyimak

penjelasan guru, siswa lebih terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran

dengan baik dengan cara lebih memaksimalkan aktivitasnya pada setiap langkah

pembelajaran dan memahami kompetensi apa yang harus dicapainya dalam

pembelajaran.

Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan pertama menunjukkan

bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 114,5 yang berarti secara keseluruhan

kerja sama tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 31 siswa atau 91,2% dari 34

siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 3 siswa atau 8,8% dari 34 siswa berkriteria

sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 123 dan skor terendah sebesar 107.

Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok,

memahami karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemeranan, berada

dalam kelompok selama pemeranan berlangsung, menyimak pemeranan dengan

baik, mengajukan pertanyaan dalam pemeranan, melaksanakan tugas yang

menjadi tanggungjawabnya, membantu teman kelompok yang mengalami

kesulitan, membagi tugas presentasi, serta mendengarkan presentasi kelompok

lain. Secara keseluruhan semua siswa mulai tertarik untuk mengerjakan tugas

secara bersama, dan tugas guru adalah memotivasi dan memberi penguatan positif

kepada siswa, agar siswa dapat terus memaksimalkan kemampuan kerjasamanya

dalam pembelajaran.

2) Pertemuan kedua.

Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus II pertemuan kedua sebesar 92 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas

guru yang sangat tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran,

membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggota 4 orang,

memberikan salam dan doa bersama, memberikan motivasi dan apersepsi kepada

siswa, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi kesempatan siswa

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

99

untuk bertanya, membimbing siswa serada dalam kelompok, memberikan tugas

kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, membimbing siswa berdiskusi

dan mempresentasikan hasil diskusi, serta bersama siswa bertanya jawab

meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap

informasi yang telah didapat siswa. Untuk memaksimalkan aktivitas guru dalam

pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika

memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi

temannya. Kurang maksimalnya aktivitas guru dalam memberikan kesempatan

kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi temannya, baik berupa

siswa memberikan pertanyaan atau memberikan masukan, mengakibatkan hanya

kelompok tertentu saja yang selalu memberikan pertanyaan atau memberikan

masukan dan belum merata kepada kelompok yang lain, sehingga pengetahuan

yang didapat siswa kurang tergali secara dalam dan ide-ide yang disampaikan

masih terbatas.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan kedua yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus II pertemuan kedua sebesar 90 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas

siswa yang sangat tinggi ditunjukkan ketika membentuk kelompok yang

beranggota 4 orang, mempelajari skenario bermain peran, melakukan latihan

pemanasan, memberikan salam dan doa bersama, menerima motivasi dan

apersepsi dari guru, mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi yang akn

dicapai dan konsep materi pembelajaran, berada dalam kelompok, menampilkan

skenario, menerima tugas yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat,

bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan

penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat, serta bersama guru

membuat kesimpulan pembelajaran. Untuk memaksimalkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah

memperhatikan ketika ada kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya.

Dengan memperhatikan secara maksimal ketika kelompok lain mempresentasikan

hasil diskusinya, siswa dapat lebih memahami tentang isi presentasi, dapat lebih

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

100

menggali pertanyaan tentang presentasi, dan mendapat ide-ide masukan yang

lebih membangun kepada kelompok lain.

Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua menunjukkan

bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 120,8 yang berarti secara keseluruhan

kerja sama sangat tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 14 siswa atau 41,2%

dari 34 siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 20 siswa atau 58,8% dari 34 siswa

berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 130 dan skor terendah

sebesar 113. Kerja sama yang sangat tinggi ditunjukkan ketika membagi peran

dan memahami karakter peran yang didapat, mengatur sesi-sesi pemeranan,

berada dalam kelompok selama persiapan pemeranan, melakukan latihan

pemeranan, memerankan skenario secara utuh, berada dalam kelompok selama

pemeranan, menyimak pemeranan dan mengajukan pertanyaan dalam pemeranan,

melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, membantu teman

kelompok yang mengalami kesulitan, menyampaikan pendapat dan menghargai

pendapat teman dalam diskusi, menyelesaikan tugas tepat waktu, membagi tugas

presentasi, serta mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tentang presentasi

kelompok lain. Pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua, secara keseluruhan

kerja sama merata dengan siswa yang pandai mulai dilibatkan secara aktif dalam

kelompoknya, namun kerja sama lebih perlu dimaksimalkan sebab pada beberapa

kelompok masih terlihat siswa pandai masih lebih mendominasi.

3) Pertemuan ketiga.

Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan ketiga yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus II pertemuan ketiga sebesar 96 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas

guru yang sangat tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah

pembelajaran dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal, namun

tidak dapat dipungkiri tetap ada aktivitas guru yang perlu ditingkatkan untuk lebih

memaksimalkan pembelajaran. Salah satu aktivitas guru yang perlu ditingkatkan

lagi adalah ketika mengamati jalannya pemeranan skenario. Guru terkadang

terlihat kurang berkonsentrasi mengamati jalannya pemeranan skenario, sehingga

guru juga kurang optimal ketika membimbing aktor dalam menampilkan skenario

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

101

dan membimbing audience dalam mengamati jalannya penampilan skenario. Jika

guru kurang optimal dalam membimbing siswa, maka aktivitas siswa ketika

menampilkan skenario dan mengamati jalannya penampilan skenario juga kurang

optimal.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ketiga yang

diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus II pertemuan ketiga sebesar 95 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas

siswa yang sangat tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah

pembelajaran dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal, namun

tidak dapat dipungkiri tetap ada aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan untuk

lebih memaksimalkan pembelajaran. Salah satu aktivitas siswa yang masih perlu

ditingkatkan lagi adalah ketika menyimak penjelasan guru tentang kompetensi

yang akan dicapai, sebab masih terdapat beberapa siswa yang kurang fokus dalam

mencapai kompetensi ketika mengikuti proses pembelajaran dan aktivitasnya

dalam pembelajaran terkesan hanya mengikuti “arus” pembelajaran.

Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan ketiga menunjukkan

bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 128,3 yang berarti secara keseluruhan

kerja sama sangat tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama seluruh siswa atau

100% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 134

dan skor terendah sebesar 122. Kerja sama yang sangat tinggi ditunjukkan ketika

hampir setiap indikator kerja sama dalam pembelajaran dapat dilakukan secara

optimal dan pembagian tugas dapat dilaksanakan secara merata antara siswa yang

pandai dan kurang pandai, namun tidak dapat dipungkiri tetap ada kerja sama

yang perlu ditingkatkan untuk lebih memaksimalkan pembelajaran. Salah satu

kerja sama yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika menggantikan atau bertukar

tugas dengan teman. Pada beberapa kelompok masih nampak beberapa siswa

merasa sangat beruntung mendapatkan tugas yang diterimanya, sehingga siswa

hanya membantu teman yang mengalami kesulitan namun enggan menggantikan

atau bertukar tugas ketika tugas yang didapat temannya dianggap lebih sukar,

padahal terdapat siswa lain yang dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

102

4.1.3.4 Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh

pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 yang berarti tinggi, meningkat

menjadi 92 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi

menjadi 96 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata

aktivitas guru pada siklus II sebesar 92 yang berarti sangat tinggi. Berdasarkan

hasil pengamatan aktivitas siswa, jumlah skor yang diperoleh pada siklus II

pertemuan pertama sebesar 85 yang berarti tinggi, meningkat menjadi 90 yang

berarti sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi 95 yang

berarti sangat tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas siswa

pada siklus II sebesar 90 yang berarti sangat tinggi. Aktivitas guru dan siswa yang

cukup tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah pembelajaran

dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal.

Berdasarkan hasil pengamatan kerja sama, siklus II pertemuan pertama

rata-rata skor kerja sama sebesar 114,5 yang berarti tinggi meningkat pada

pertemuan kedua menjadi sebesar 120,8 yang berarti sangat tinggi, dan meningkat

lagi pada pertemuan ketiga menjadi sebesar 128,3 yang berarti sangat tinggi.

Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap indikator kerja sama

dalam pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan pembagian tugas dapat

dilaksanakan secara merata.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama,

pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran

dalam siklus II yang terdiri 3 kali pertemuan terbukti lebih maksimalkan kerja

sama dan hasil belajar siswa. Kerja sama yang maksimal ditunjukkan bahwa rata-

rata skor kerja sama pada siklus II sebesar 121,2 yang dalam siklus I secara

keseluruhan kerja sama sangat tinggi, dengan seluruh siswa atau 100% dari 34

siswa memenuhi kriteria kerja sama tinggi. Hasil belajar yang maksimal

ditunjukkan bahwa nilai rata-rata tes evaluasi siklus II sebesar 85,5, di mana

jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 2 siswa atau 5,9%

dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 32

siswa atau 94,1% dari 34 siswa.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

103

Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I

diperoleh bahwa secara keseluruhan masih terdapat beberapa kekurangan atau

kegiatan pembelajaran yang belum berjalan dengan maksimal, yaitu guru belum

memahami langkah-langkah pembelajaran, guru kurang menjelaskan kompetensi

pencapaian, guru kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya, guru kurang

memberikan motivasi dan apresiasi terhadap siswa, kerja sama dan aktivitas siswa

kurang merata, serta masih terdapat beberapa siswa yang belum mempunyai

inisiatif untuk mengeluarkan pendapat, belum berani bertanya, dan

mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Kekurangan yang

masih terjadi pada pembelajaran diselesaikan melalui pembelajaran pasa siklus II

dengan memberikan penjelasan lebih lanjut kepada guru tentang langkah-langkah

pembelajaran, guru memberikan penjelasan kompetensi pencapaian, guru lebih

memberi kesempatan siswa untuk bertanya, pemilihan anggota kelompok

didasarkan pada kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa dan jumlah

anggota setiap kelompok 4 orang, serta guru membimbing siswa mengungkapkan

pendapatnya dan bertanya melalui pemberian penghargaan seperti pujian, tepuk

tangan, atau pin smile kepada siswa yang aktif.

4.2 Hasil Analisis Data

Data yang dianalisis pada penelitian ini berupa data aktivitas guru dan

siswa, kerja sama, dan hasil belajar. Hasil analisis data diperoleh dari data kondisi

awal, siklus I, dan siklus II. Hasil analisis data aktivitas guru dan siswa diperoleh

dari data siklus I serta siklus II yang meliputi data skor aktivitas guru dan siswa

pada setiap pembelajaran. Hasil analisis data kerja sama diperoleh dari data siklus

I dan siklus II yang meliputi data skor kerja sama pada setiap pembelajaran. Hasil

analisis data hasil belajar diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan siklus II

yang meliputi data nilai tes evaluasi siswa pada akhir siklus.

Data hasil obervasi aktivitas guru dan siswa dari hasil pengamatan melalui

lembar observasi meliputi empat aspek yang dijabarkan ke dalam 25 indikator

pengamatan, yaitu aspek persiapan yang terdiri dari 4 indikator pengamatan,

aspek kegiatan awal yang terdiri dari 5 indikator pengamatan, aspek kegiatan inti

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

104

yang terdiri dari 12 indikator pengamatan, dan aspek kegiatan akhir yang terdiri

dari 4 indikator pengamatan. Data hasil obervasi aktivitas guru dari hasil

pengamatan melalui lembar observasi meliputi lima aspek yang dijabarkan ke

dalam 34 indikator pengamatan, yaitu aspek mengambil giliran dan berbagi tugas

yang terdiri dari 12 indikator pengamatan, aspek berada dalam kelompok yang

terdiri dari 5 indikator pengamatan, aspek menyelesaikan tugas tepat waktu yang

terdiri dari 1 indikator pengamatan, aspek menghargai kontribusi yang terdiri dari

8 indikator pengamatan, serta aspek menyamakan pendapat yang terdiri dari 8

indikator pengamatan.

4.2.1 Hasil Analisis Data Kondisi Awal

Observasi pembelajaran matematika pada kondisi awal dilaksanakan pada

SK 4. menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam

pemecahan masalah dengan KD 4.1 menghitung volume kubus dan balok. Hasil

observasi menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa serta kerja sama siswa

dalam proses pembelajaran masih rendah. Rendahnya aktivitas guru dan siswa

terbukti ketika siswa tampak pasif menerima konsep pembelajaran tanpa adanya

komunikasi dua arah guru dan siswa seperti siswa bertanya tentang hal-hal yang

belum diketahui atau guru bertanya tentang contoh konkrit konsep pembelajaran

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran kurang adanya kerja

sama yang terjalin antarsiswa, guru kurang membimbing siswa bekerjasama

dalam kelompok dan kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa

dalam proses pembelajaran sehingga diskusi kelompok hanya didominasi oleh

siswa yang pintar dan anggota kelompok yang lain bersikap acuh. Guru

menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif di mana guru lebih

mendominasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah

(teacher centered) dan tanpa adanya media pembelajaran yang dapat membantu

mempermudah siswa menerima konsep pembelajaran. Dalam proses pembelajaran

guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik dengan memberikan konsep

secara langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran

yang mengakibatkan siswa kesulitan dalam menerima konsep pembelajaran dan

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

105

merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar sehingga berdampak

pada hasil belajar siswa yang rendah.

Data hasil belajar pada kondisi awal diperoleh dari data nilai ulangan

matematika semester I tahun 2013/2014 dengan SK 4 menghitung volume kubus

dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Data nilai ulangan

matematika dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Matematika Kondisi Awal

No. Nilai f %

1. 47 – 55 12 35,3

2. 56 – 64 13 38,2

3. 65 – 73 8 23,5

4. 74 – 82 1 2,9

Jumlah 34 100,0

Rata-rata 58,9

Nilai Maksimal 75

Nilai Minimal 50

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan matematika pada

kondisi awal dapat dikatakan hasil belajar masih rendah. Rendahnya hasil belajar

dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran atau

nilai ulangannya masih di bawah KKM sebesar 65. Dari tabel 4.1 diketahui bahwa

nilai antara 47-55 frekuensinya ada 12 dengan persentase 35,3% dari jumlah

keseluruhan siswa, nilai antara 56-64 frekuensinya ada 13 dengan persentase

38,2% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 65-73 frekuensinya ada 8

dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan skor nilai 74-82

frekuensinya 1 dengan persentase 2,9%. Berdasarkan tabel 4.1, distribusi

frekuensi nilai ulangan matematika pada kondisi awal dapat disajikan dalam

diagram berikut.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

106

Diagram 4.1 Nilai Ulangan Matematika Kondisi Awal

Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai

ulangan matematika pada kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah (%)

1. Tidak tuntas. < 65 25 73,5

2. Tuntas. ≥ 65 9 26,5

Jumlah 34 100,0

Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa jumlah

siswa yang tidak tuntas sebanyak 25 siswa dengan persentase 73,5% dari jumlah

keseluruhan siswa, sedangkan jumlah siswa tuntas sebanyak 9 siswa dengan

persentase 26,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Ketuntasan belajar pada kondisi

awal dapat disajikan pada diagram berikut.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

107

Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

4.2.2 Hasil Analisis Data Siklus I

1) Aktivitas Guru dan Siswa.

Data hasil obervasi aktivitas guru pada siklus I terdiri dari data pertemuan

pertama (P1), pertemuan kedua (P2), pertemuan ketiga (P3), serta rata-rata dari

ketiga pertemuan ( ) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Persetase Aspek Aktivitas Guru Siklus I

Aspek yang Diamati Total Skor

P1 % P2 % P3 % %

Persiapan. 12 75,0 13 81,3 13 81,3 12,7 79,2

Kegiatan awal. 14 70,0 15 75,0 16 80,0 15,0 75,0

Kegiatan inti. 33 68,8 36 75,0 41 85,5 36,7 76,4

Kegiatan akhir. 13 81,3 13 81,3 13 81,3 13,0 81,3

Jumlah 72 77 83 77,3

Kriteria Cukup tinggi. Tinggi. Tinggi. Tinggi.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 dengan kriteria cukup tinggi

meningkat menjadi sebesar 77 dengan kriteria tinggi pada pertemuan kedua, dan

meningkat lagi menjadi sebesar 83 dengan kriteria tinggi pada pertemuan ketiga.

Peningkatan aktivitas guru yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek

pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika

guru mendampingi siswa melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

108

persiapan pada pertemuan pertama sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal

meningkat menjadi sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan

kedua. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika

memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, serta menyampaikan

kompetensi pencapaian, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan

pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 16 atau

80,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan inti,

peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika memberi siswa kesempatan untuk

bertanya, membimbing siswa berada dalam kelompok, membimbing aktor

menampilkan skenario, membimbing audience mengamati penampilan skenario,

membimbing siswa berdiskusi, memberi kesempatan siswa memberi masukan

kepada kelompok lain, serta bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah

didapat siswa, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama

sebesar 33 atau 68,8% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 41 atau

85,5% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir,

tidak terjadi peningkatan pada aktivitas guru, terbukti total skor aspek kegiatan

akhir pada setiap pertemuan sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal.

Berdasarkan tabel 4.3, maka persentase tiap aspek aktivitas guru pada siklus I

dapat disajikan dalam diagram berikut.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

109

Diagram 4.3 Persentase Aspek Aktivitas Guru Siklus I

Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas guru dan peningkatan yang terjadi

pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor

aspek persiapan sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan inti sebesar 36,7 atau 76,4% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan akhir sebesar 13,0 atau 81,3% dari skor maksimal, sehingga rata-rata

jumlah skor skor aktivitas guru pada siklus I sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi.

Data hasil obervasi aktivitas siswa pada siklus I terdiri dari data pertemuan

pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

110

Tabel 4.4

Persetase Aspek Aktivitas Siswa Siklus I

Aspek yang Diamati Total Skor

P1 % P2 % P3 % %

Persiapan. 9 56,3 10 62,5 12 75,0 10,3 64,6

Kegiatan awal. 14 70,0 15 75,0 16 80,0 15,0 75,0

Kegiatan inti. 33 68,7 36 75,0 36 75,0 35,0 72,9

Kegiatan akhir. 12 75,0 13 81,3 13 81,3 12,7 79,2

Jumlah 68 74 80 74,0

Kriteria Cukup tinggi. Cukup tinggi. Tinggi. Cukup tinggi.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 dengan kriteria cukup tinggi

meningkat menjadi sebesar 74 dengan kriteria cukup tinggi pada pertemuan

kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 80 dengan kriteria tinggi pada

pertemuan ketiga. Peningkatan aktivitas siswa yang dapat dilihat dari peningkatan

setiap aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas siswa dapat

dilihat ketika mempelajari skenario bermain peran, merancang ruangan dan

peralatan dalam pemeranan, serta melakukan latihan pemanasan, terbukti total

skor aspek persiapan pada pertemuan pertama sebesar 9 atau 56,3% dari skor

maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal pada

pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas siswa dapat

dilihat ketika mengucapkan salam dan berdoa bersama, serta menerima motivasi

dan apersepsi dari guru, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan

pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 16 atau

80,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan inti,

peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika mendengarkan penjelasan guru

dan bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran, mendiskusikan

tugas yang didapat, mempresentasikan hasil diskusi, serta bertanya tentang

presentasi dan memberi masukan kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan

inti pada pertemuan pertama sebesar 33 atau 68,7% dari skor maksimal meningkat

menjadi sebesar 36 atau 75,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada

aspek kegiatan akhir, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika bersama

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

111

guru membuat kesimpulan pembelajaran, terbukti total skor aspek kegiatan akhir

pada pertemuan pertama sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat

menjadi sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan kedua.

Berdasarkan tabel 4.4, maka persentase tiap aspek aktivitas siswa pada siklus I

dapat disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.4 Persentase Aspek Aktivitas Siswa Siklus I

Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas siswa dan peningkatan yang terjadi

pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor

aspek persiapan sebesar 10,3 atau 64,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan inti sebesar 35,0 atau 72,9% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan akhir sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal, sehingga rata-rata

jumlah skor skor aktivitas siswa siklus I sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

112

2) Kerja Sama.

Data kerja sama pada siklus I dari pertemuan pertama, pertemuan kedua,

pertemuan ketiga, serta rata-rata ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Kerja Sama Siklus I

Skor P1 P2 P3

f % f % f % f %

69 – 85 6 17,6 3 8,8 0 0 0 0

86 – 102 28 82,4 24 70,6 4 11,8 25 73,5

103 – 119 0 0 7 20,6 29 85,3 9 26,5

120 – 136 0 0 0 0 1 2,9 0 0

Jumlah 34 100 34 100 34 100 34 100

Rata-rata 91,5 98,4 107,9 99,2

Kriteria Cukup tinggi Cukup tinggi Tinggi Cukup tinggi

Maksimal 102 113 120 112

Minimal 79 84 100 88

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor kerja

sama pada siklus I pertemuan pertama sebesar 91,5 dengan kriteria cukup tinggi

meningkat menjadi sebesar 98,4 dengan kriteria cukup tinggi pada pertemuan

kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 107,9 dengan kriteria tinggi pada

pertemuan ketiga. Peningkatan kerja sama yang dapat dilihat dari peningkatan

setiap aspek pengamatan. Data aspek pengamatan kerja sama pada siklus I terdiri

dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata

dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

113

Tabel 4.6

Persetase Aspek Kerja Sama Siklus I

Aspek yang Diamati Total Skor

P1 % P2 % P3 % %

Mengambil giliran dan

berbagi tugas.

32 66,7 36 75,0 39 81,3 35,7 74,3

Berada dalam kelompok. 14 70,0 16 80,0 17 85,0 15,7 78,3

Menyelesaikan tugas

tepat waktu.

2 50,0 3 75,0 3 75,0 2,7 66,7

Menghargai kontribusi. 19 59,4 21 65,6 26 81,3 22,0 68,8

Menyamakan pendapat. 23 71,9 24 75,0 25 78,1 24,0 75,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada aspek mengambil

giliran dan berbagi tugas, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika memahami

karakter peran yang didapat, mencatat hal-hal penting dalam pemeranan dan

presentasi, membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan, menggantikan

atau bertukar tugas dengan teman, serta membagi tugas dan mengambil giliran

dalam penyampaian presentasi, terbukti total skor aspek mengambil giliran dan

berbagi tugas pada pertemuan pertama sebesar 32 atau 66,7% dari skor maksimal

meningkat menjadi sebesar 39 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan

ketiga. Pada aspek berada dalam kelompok, peningkatan kerja sama dapat dilihat

ketika melakukan latihan pemeranan bersama dan berada dalam kelompok selama

pemeranan, terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan

pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 17

atau 85,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek menyelesaikan

tugas tepat waktu, peningkatan kerja sama terbukti total skor aspek berada dalam

kelompok pada pertemuan pertama sebesar 2 atau 50,0% dari skor maksimal

meningkat menjadi sebesar 3 atau 75,0% dari skor maksimal pada pertemuan

kedua. Pada aspek menghargai kontribusi, peningkatan kerja sama dapat dilihat

ketika menyimak pemeranan, memberikan review/penilaian objektif dan

mengajukan pertanyaan tentang pemeranan, mendengarkan presentasi,

mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dalam presentasi, serta

memberikan masukan yang membangun kepada kelompok lain, terbukti total skor

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

114

aspek menghargai kontribusi pada pertemuan pertama sebesar 19 atau 59,4% dari

skor maksimal meningkat menjadi sebesar 26 atau 81,3% dari skor maksimal pada

pertemuan ketiga. Pada aspek menyamakan pendapat, peningkatan kerja sama

dapat dilihat ketika menyamakan pendapat sebagai hasil diskusi dan membuat

kesimpulan pembelajaran bersama dengan bimbingan guru, terbukti total skor

aspek menyamakan pendapat pada pertemuan pertama sebesar 23 atau 71,9% dari

skor maksimal meningkat menjadi sebesar 25 atau 78,1% dari skor maksimal pada

pertemuan ketiga. Berdasarkan tabel 4.6, maka persentase tiap aspek kerja sama

pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.5 Persentase Aspek Kerja Sama Siklus I

Berdasarkan skor tiap aspek kerja sama dan peningkatan yang terjadi pada

setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek

mengambil giliran dan berbagi tugas sebesar 35,7 atau 74,3% dari skor maksimal,

rata-rata skor aspek berada dalam kelompok sebesar 15,7 atau 78,3% dari skor

maksimal, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat waktu sebesar 2,7 atau

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

115

66,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menghargai kontribusi sebesar

22,0 atau 68,8% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyamakan pendapat

sebesar 24,0 atau 75,0% dari skor maksimal. Rata-rata skor kerja sama pada siklus

I dari ketiga pertemuan sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi, di mana kerja

sama 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa berkriteria cukup tinggi, dan kerja sama 9

siswa atau 26,5% dari 34 siswa berkriteria tinggi. Hasil analisis kriteria kerja sama

pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.6 Kriteria Kerja Sama Siklus I

3) Hasil Belajar.

Hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 diperoleh dengan

mengadakan tes evaluasi di akhir siklus I yaitu pada pertemuan keempat. Tes

evaluasi siklus I dilakukan dengan indikator 5.3.1 menghitung perkalian dan

pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, 5.3.2 menghitung perkalian dan

pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, serta 5.3.3

menghitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan

sebaliknya. Data nilai tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

116

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus I

No. Nilai f %

1. 47 – 55 2 5,9

2. 56 – 64 6 17,6

3. 65 – 73 12 35,3

4. 74 – 82 9 26,5

5. 83 – 91 3 8,8

6. 92 – 100 2 5,9

Jumlah 34 100,0

Rata-rata 70,8

Nilai Maksimal 100

Nilai Minimal 53

Berdasarkan tabel 4.7 distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus I dapat

dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal dan siklus I

yang ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar kondisi awal sebesar 58,9

meningkat menjadi 70,8 pada siklus I, nilai maksimal kondisi awal sebesar 75

meningkat menjadi 100 pada siklus I, serta nilai terendah kondisi awal sebesar 50

meningkat menjadi 53 pada siklus I. Dari tabel 4.7 diketahui bahwa nilai antara

47-55 frekuensinya ada 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa,

nilai antara 56-64 frekuensinya ada 6 dengan persentase 17,6% dari jumlah

keseluruhan siswa, nilai antara 65-73 frekuensinya ada 12 dengan persentase

35,3% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 74-82 frekuensinya 9 dengan

persentase 26,5%, nilai 83-91 frekuensinya 3 dengan persentase 8,8% dari jumlah

siswa, dan nilai 92-100 frekuensinya 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah siswa.

Berdasarkan tabel 4.7, distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus I dapat

disajikan dalam diagram berikut.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

117

Diagram 4.7 Nilai Tes Evaluasi Siklus I

Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai tes

evaluasi siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 4.8

Ketuntasan Belajar Siklus I

No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah %

1. Tidak tuntas. < 65 8 23,5

2. Tuntas. ≥ 65 26 76,5

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan

belajar siswa, terbukti dari jumlah siswa yang tidak tuntas pada kondisi awal

sebanyak 25 siswa dengan persentase 73,5% dari jumlah keseluruhan siswa

menurun menjadi 8 siswa dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa

pada siklus I, sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal sebanyak 9

siswa dengan persentase 26,5% dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi

26 siswa dengan persentase 76,5% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus I.

Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak daripada jumlah siswa

yang tidak tuntas, namun indikator keberhasilan hasil belajar matematika yang

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

118

penulis tentukan belum tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar pada siklus I dapat

disajikan pada diagram berikut.

Diagram 4.8 Ketuntasan Belajar Siklus I

4.2.3 Hasil Analisis Data Siklus II

1) Aktivitas Guru dan Siswa.

Data hasil obervasi aktivitas guru pada siklus II terdiri dari data pertemuan

pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9

Persetase Aspek Aktivitas Guru Siklus II

Aspek yang Diamati Total Skor

P1 % P2 % P3 % %

Persiapan. 14 87,5 14 87,5 16 100,0 14,7 91,7

Kegiatan awal. 17 85,0 18 90,0 19 95,0 18,0 90,0

Kegiatan inti. 42 87,5 44 91,7 45 93,8 43,7 91,0

Kegiatan akhir. 14 90,0 16 100,0 16 100,0 15,3 95,8

Jumlah 87 92 96 91,7

Kriteria Tinggi. Sangat Tinggi. Sangat Tinggi. Sangat Tinggi.

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas guru

pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 dengan kriteria tinggi meningkat

menjadi sebesar 92 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan

meningkat lagi menjadi sebesar 96 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

119

ketiga. Peningkatan aktivitas guru yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek

pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika

guru menunjuk siswa mempelajari skenario dan guru mendampingi siswa

melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek persiapan pada pertemuan

kedua sebesar 14 atau 87,5% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 16

atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan

awal, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika mengecek kesiapan belajar

siswa serta memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, terbukti total skor

aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 17 atau 85,0% dari skor

maksimal meningkat menjadi 19 atau 95,0% dari skor maksimal pada pertemuan

ketiga. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika

bersama siswa mereview penampilan skenario, membimbing siswa mempre-

sentasikan hasil diskusi, dan memberikan kesempatan siswa bertanya tentang hasil

presentasi kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan

pertama sebesar 42 atau 87,5% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 45

atau 93,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir,

peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika bersama siswa melakukan refleksi

dan menghubungkan situasi pemeranan dengan contoh lain di kehidupan nyata,

serta membimbing siswa membuat kesimpulan, terbukti total skor aspek kegiatan

akhir pada pertemuan pertama sebesar 14 atau 90,0% dari skor maksimal

meningkat menjadi sebesar 16 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan

kedua. Berdasarkan tabel 4.9, maka persentase tiap aspek aktivitas guru pada

siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

120

Diagram 4.9 Persentase Aspek Aktivitas Guru Siklus II

Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas guru dan peningkatan yang terjadi

pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor

aspek persiapan sebesar 14,7 atau 91,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan awal sebesar 18,0 atau 90,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan inti sebesar 43,7 atau 91,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan akhir sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal, sehingga rata-rata

jumlah skor skor aktivitas guru pada siklus II sebesar 91,7 dengan kriteria sangat

tinggi.

Data hasil obervasi aktivitas siswa pada siklus II terdiri dari data

pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga

pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

121

Tabel 4.10

Persetase Aspek Aktivitas Siswa Siklus II

Aspek yang Diamati Total Skor

P1 % P2 % P3 % %

Persiapan. 13 81,3 15 93,8 15 93,8 14,3 89,6

Kegiatan awal. 16 80,0 18 90,0 18 90,0 17,3 86,7

Kegiatan inti. 41 85,4 42 87,5 46 95,8 43,0 89,6

Kegiatan akhir. 15 93,8 15 93,8 16 100,0 15,3 95,8

Jumlah 85 90 95 90,0

Kriteria Tinggi. Sangat tinggi. Sangat tinggi. Sangat tinggi.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas siswa

pada siklus II pertemuan pertama sebesar 85 dengan kriteria tinggi meningkat

menjadi sebesar 90 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan

meningkat lagi menjadi sebesar 95 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan

ketiga. Peningkatan aktivitas siswa yang dapat dilihat dari peningkatan setiap

aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas siswa dapat

dilihat ketika mempelajari skenari bermain peran dan melakukan latihan

pemanasan, terbukti total skor aspek persiapan pada pertemuan pertama sebesar

13 atau 81,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 15 atau 93,8% dari

skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan

aktivitas siswa dapat dilihat ketika menerima motivasi dan apersepsi, serta

menyimak penjelasan tentang tujuan dan teknik pembelajaran dari guru, terbukti

total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 16 atau 80,0%

dari skor maksimal meningkat menjadi 18 atau 90,0% dari skor maksimal pada

pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas siswa dapat

dilihat ketika bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran,

menampilkan skenario pembelajaran, bersama guru mereview penampilan

skenario, mempresentasikan hasil diskusi, serta bertanya tentang presentasi

kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama

sebesar 41 atau 85,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 46 atau

95,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir,

peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika bersama guru melakka refleksi

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

122

dan menghubungkan situasi pemeranan dengan contoh lain di kehidupan nyata,

terbukti total skor aspek kegiatan akhir pada pertemuan kedua sebesar 15 atau

93,8% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 16 atau 100,0% dari skor

maksimal pada pertemuan ketiga. Berdasarkan tabel 4.10, maka persentase tiap

aspek aktivitas siswa pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.10 Persentase Aspek Aktivitas Siswa Siklus II

Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas siswa dan peningkatan yang terjadi

pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor

aspek persiapan sebesar 14,3 atau 89,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan awal sebesar 17,3 atau 86,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan inti sebesar 43,0 atau 89,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek

kegiatan akhir sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal, sehingga rata-rata

jumlah skor skor aktivitas siswa pada siklus II sebesar 90,0 dengan kriteria sangat

tinggi.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

123

2) Kerja Sama.

Data kerja sama pada siklus II dari pertemuan pertama, pertemuan kedua,

pertemuan ketiga, serta rata-rata ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Kerja Sama Siklus II

Skor P1 P2 P3

f % F % f % f %

103 – 119 31 91,2 14 41,2 0 0 9 26,5

120 – 136 3 8,8 20 58,8 34 100 25 73,5

Jumlah 34 100 34 100 34 100 34 100

Rata-rata 114,5 120,8 128,3 121,2

Kriteria Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi

Maksimal 123 130 134 128

Minimal 107 113 122 114

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor kerja

sama pada siklus II pertemuan pertama sebesar 114,5 dengan kriteria tinggi

meningkat menjadi sebesar 120,8 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan

kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 128,3 dengan kriteria sangat tinggi

pada pertemuan ketiga. Peningkatan kerja sama yang dapat dilihat dari

peningkatan setiap aspek pengamatan. Data aspek pengamatan kerja sama pada

siklus II terdiri dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga,

serta rata-rata dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

124

Tabel 4.12

Persetase Aspek Kerja Sama Siklus II

Aspek yang Diamati Total Skor

P1 % P2 % P3 % %

Mengambil giliran dan

berbagi tugas.

41 85,4 42 87,5 47 97,9 43,3 90,3

Berada dalam kelompok. 18 90,0 20 100,0 20 100,0 19,3 96,7

Menyelesaikan tugas

tepat waktu.

3 75,0 4 100,0 4 100,0 3,7 91,7

Menghargai kontribusi. 27 84,4 28 87,5 29 90,6 28,0 87,5

Menyamakan pendapat. 25 78,1 29 90,6 30 93,8 28,0 87,5

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada aspek mengambil

giliran dan berbagi tugas, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika membantu

teman memahani karakter peran, mencatat hal-hal penting dalam pemeranan dan

presentasi, membagi tugas dalam diskusi secara merata, membuat laporan hasil

diskusi, serta mengambil giliran dalam penyampaian presentasi, terbukti total skor

aspek mengambil giliran dan berbagi tugas pada pertemuan pertama sebesar 41

atau 85,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 47 atau 97,9% dari

skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek berada dalam kelompok,

peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika berada dalam kelompok selama

persiapan pemeranan dan memeranan skenario dalam kelompok secara untuh,

terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan pertama sebesar

18 atau 90,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 20 atau 100,0%

dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek menyelesaikan tugas tepat

waktu, peningkatan kerja sama terbukti total skor aspek berada dalam kelompok

pada pertemuan pertama sebesar 3 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat

menjadi sebesar 4 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada

aspek menghargai kontribusi, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika

mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dalam presentasi, terbukti total

skor aspek menghargai kontribusi pada pertemuan pertama sebesar 27 atau 84,4%

dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 29 atau 90,6% dari skor maksimal

pada pertemuan ketiga. Pada aspek menyamakan pendapat, peningkatan kerja

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

125

sama dapat dilihat ketika mengatur sesi-sesi pemeranan, menyampaikan pendapat

dalam diskusi, mendengarkan dan menghargai pendapat teman, menyamakan

pendapat sebagai hasil diskusi, serta menghubungkan situasi yang diperankan

dengan kehidupan di dunia nyata, terbukti total skor aspek menyamakan pendapat

pada pertemuan pertama sebesar 25 atau 78,1% dari skor maksimal meningkat

menjadi sebesar 30 atau 93,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga.

Berdasarkan tabel 4.12, maka persentase tiap aspek kerja sama pada siklus II

dapat disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.11 Persentase Aspek Kerja Sama Siklus II

Berdasarkan skor tiap aspek kerja sama dan peningkatan yang terjadi pada

setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek

mengambil giliran dan berbagi tugas sebesar 43,3 atau 90,3% dari skor maksimal,

rata-rata skor aspek berada dalam kelompok sebesar 19,3 atau 96,7% dari skor

maksimal, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat waktu sebesar 3,7 atau

91,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menghargai kontribusi sebesar

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

126

28,0 atau 87,5% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyamakan pendapat

sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal. Rata-rata skor kerja sama pada siklus

II dari ketiga pertemuan sebesar 121,2 dengan kriteria sangat tinggi, di mana kerja

sama 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa tinggi, dan kerja sama 25 siswa atau

73,5% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi. Hasil analisis kriteria kerja sama

pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4.12 Kriteria Kerja Sama Siklus II

3) Hasil Belajar.

Hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 diperoleh dengan

mengadakan tes evaluasi di akhir siklus II yaitu pada pertemuan keempat. Tes

evaluasi siklus II dilakukan dengan indikator 5.3.4 menghitung perkalian dan

pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, 5.3.5

menghitung perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen

dan sebaliknya, serta 5.3.6 menghitung operasi hitung campuran berbagai bentuk

pecahan. Data nilai tes evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

127

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus II

No. Nilai f %

1. 56 – 64 2 5,9

2. 65 – 73 2 5,9

3. 74 – 82 9 26,5

4. 83 – 91 9 26,5

5. 92 – 100 12 35,3

Jumlah 34 100,0

Rata-rata 85,5

Nilai Maksimal 100

Nilai Minimal 59

Berdasarkan tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus II dapat

dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II yang

ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 70,8 meningkat

menjadi 85,5 pada siklus II, nilai maksimal siklus I sebesar 100 tetap 100 pada

siklus II, serta nilai terendah siklus I sebesar 53 meningkat menjadi 59 pada siklus

II. Dari tabel 4.13 diketahui bahwa nilai antara 56-64 frekuensinya ada 2 dengan

persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 65-73 frekuensinya

ada 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 74-82

frekuensinya 9 dengan persentase 26,5%, nilai 83-91 frekuensinya 9 dengan

persentase 26,5% dari jumlah siswa, dan nilai 92-100 frekuensinya 12 dengan

persentase 35,3% dari jumlah siswa. Berdasarkan tabel 4.13, distribusi frekuensi

nilai tes evaluasi siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

128

Diagram 4.13 Nilai Tes Evaluasi Siklus II

Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai tes

evaluasi siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 4.14

Ketuntasan Belajar Siklus II

No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah %

1. Tidak tuntas. < 65 2 5,9

2. Tuntas. ≥ 65 32 94,1

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan

belajar siswa, terbukti dari jumlah siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak

8 siswa dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa menurun menjadi

2 siswa dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus II,

sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal sebanyak 26 siswa dengan

persentase 76,5% dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi 32 siswa

dengan persentase 94,1% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus II. Pada

siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak daripada jumlah siswa

yang tidak tuntas, serta indikator keberhasilan hasil belajar matematika yang

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

129

penulis tentukan telah tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar pada siklus II dapat

disajikan pada diagram berikut.

Diagram 4.14 Ketuntasan Belajar Siklus II

4.2.4 Analisis Komparatif

Pada analisis komparatif akan diuraikan tentang perbandingan aktivitas

guru dan siswa, kerja sama, serta hasil belajar siswa kelas 5 SD Jepon 02

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014 antara kondisi

awal, siklus I, dan siklus II.

1) Aktivitas Guru dan Siswa.

Perbandingan antara rata-rata total skor tiap aspek aktivitas guru dan

aktivitas siswa antara siklus I (S I) dan siklus II (S II) disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.15

Perbandingan Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II

Aspek yang Diamati

Total Skor

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

S I % S II % S I % S II %

Persiapan. 12,7 79,2 14,7 91,7 10,3 64,6 14,3 89,6

Kegiatan awal. 15,0 75,0 18,0 90,0 15,0 75,0 17,3 86,7

Kegiatan inti. 36,7 76,4 43,7 91,0 35,0 72,9 43,0 89,6

Kegiatan akhir 13,0 81,3 15,3 95,8 12,7 79,2 15,3 95,8

Jumlah 77,3 91,7 74,0 90,0

Kriteria Tinggi. Sangat Tinggi. Cukup tinggi. Sangat tinggi.

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

130

Berdasarkan tabel 4.15, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-

rata skor aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan siklus II. Peningkatan

aktivitas guru dan siswa dapat diketahui dari peningkatan aspek pengamatan.

Peningkatan aktivitas guru terbukti dari total skor pada aspek persiapan sebesar

12,7 atau 79,2% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 14,7 atau 91,7 %

dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan awal sebesar

15,0 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 18,0 atau 90,0%

dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan inti sebesar 36,7

atau 76,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 43,7 atau 91,0% dari

skor maksimal pada siklus II, serta total skor pada aspek kegiatan akhir sebesar

13,0 atau 81,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 15,3 atau 95,8%

dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan aktivitas siswa terbukti dari total

skor pada aspek persiapan sebesar 10,3 atau 64,6% dari skor maksimal meningkat

menjadi sebesar 14,3 atau 89,6% dari skor maksimal pada siklus II, total skor

pada aspek kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat

menjadi sebesar 17,3 atau 86,5% dari skor maksimal pada siklus II, total skor

pada aspek kegiatan inti sebesar 35,0 atau 72,9% dari skor maksimal meningkat

menjadi sebesar 43,0 atau 89,6% dari skor maksimal pada siklus II, serta total

skor pada aspek kegiatan akhir sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal

meningkat menjadi sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal pada siklus II.

Peningkatan persentase tiap aspek aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan

siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

131

Diagram 4.15 Peningkatan Persentase Aspek Aktivitas Guru dan Siswa

Siklus I dan Siklus II

Peningkatan tiap aspek pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus I

dan siklus II menyebabkan terjadinya peningkatan rata-rata skor aktivitas guru

dan siswa pada siklus I dan siklus II. Rata-rata skor aktivitas guru pada siklus I

sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 91,7 dengan

kriteria sangat tinggi pada siklus II. Rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I

sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 90,0 dengan

kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan yang terjadi pada rata-rata skor

aktivitas guru dan siswa dapat disajikan pada diagram berikut.

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

132

Diagram 4.16 Peningkatan Rata-Rata Skor Aktivitas

Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II

2) Kerja Sama.

Perbandingan rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.16

Perbandingan Rata-Rata Skor Kerja Sama Siklus I dan Siklus II

Skor Siklus I Siklus II

f % f %

86 – 102 25 73,5 0 0,0

103 – 119 9 26,5 9 26,5

120 – 136 0 0,0 25 73,5

Jumlah 34 100 34 100

Rata-rata 99,2 121,2

Kriteria Cukup tinggi. Sangat tinggi.

Skor Maksimal 112 128

Skor Minimal 88 114

Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata

skor kerja sama antara siklus I dan siklus II. Rata-rata skor kerja sama pada siklus

I sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 121,2

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

133

dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan rata-rata skor kerja sama

antara siklus I dan siklus II dapat disajikan pada diagram berikut.

Diagram 4.17 Peningkatan Rata-Rata Skor Kerja Sama Siklus I

dan Siklus II

Meningkatnya rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II

disebabkan oleh meningkatnya total skor aspek-aspek pengamatan kerja sama

pada siklus I dan siklus II. Perbandingan persetase total skor tiap aspek

pengamatan kerja sama pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.17

Perbandingan Persetase Aspek Kerja Sama Siklus I dan Siklus II

Aspek yang Diamati Total Skor

S I % S II %

Mengambil giliran dan berbagi tugas. 35,7 74,3 43,3 90,3

Berada dalam kelompok. 15,7 78,3 19,3 96,7

Menyelesaikan tugas tepat waktu. 2,7 66,7 3,7 91,7

Menghargai kontribusi. 22,0 68,8 28,0 87,5

Menyamakan pendapat. 24,0 75,0 28,0 87,5

Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek

mengambil giliran dan berbagi tugas pada siklus I sebesar 35,7 atau 74,3% dari

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

134

skor maksimal meningkat menjadi sebesar 43,3 atau 90,3% dari skor maksimal

pada siklus II, rata-rata skor aspek berada dalam kelompok pada siklus I sebesar

15,7 atau 78,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 19,3 atau 96,7%

dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat

waktu pada siklus I sebesar 2,7 atau 66,7% dari skor maksimal meningkat menjadi

sebesar 3,7 atau 91,7% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek

menghargai kontribusi pada siklus I sebesar 22,0 atau 68,8% dari skor maksimal

meningkat menjadi sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal pada siklus II,

rata-rata skor aspek menyamakan pendapat pada siklus I sebesar 24,0 atau 75,0%

dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor

maksimal pada siklus II. Peningkatan total skor aspek-aspek pengamatan kerja

sama pada siklus I dan siklus II disajikan pada diagram berikut.

Diagram 4.18 Peningkatan Persentase Aspek Kerja Sama Siklus I dan

Siklus II

Perbandingan hasil analisis kriteria kerja sama pada siklus I dan siklus II

dapat disajikan dalam diagram berikut.

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

135

Diagram 4.19 Perbandingan Kriteria Kerja Sama Siklus I dan

Siklus II

3) Hasil Belajar.

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siswa kelas

5 SD Jepon 02, maka perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar antara

kondisi awal, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.18

Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No. Ketuntasan

Belajar

Nilai

Ketuntasan

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Tidak tuntas. < 65 25 73,5 8 23,5 2 5,9

2. Tuntas. ≥ 65 9 26,5 26 76,5 32 94,1

Jumlah 34 100,0 34 100,0 34 100,0

Rata-rata 58,9 70,8 85,5

Nilai Maksimal 75 100 100

Nilai Minimal 50 53 59

Berdasarkan tabel 4.18 nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan

tiap siklus, pada kondisi awal nilai rata-rata hasil belajar sebesar 58,9, pada siklus

I nilai rata-rata hasil belajar sebesar 70,8, dan pada siklus II nilai rata-rata hasil

belajar sebesar 85,5. Peningkatan rata-rata hasil belajar tiap siklus dapat disajikan

pada diagram berikut.

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

136

Diagram 4.20 Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kondisi Awal,

Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan tabel 4.18, pencapaian ketuntasan belajar mengalami

peningkatan tiap siklus, pada kondisi awal jumlah siswa yang tidak tuntas belajar

sebanyak 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar

sebanyak 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa, pada siklus I jumlah siswa yang tidak

tuntas belajar sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang

tuntas belajar sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari 34 siswa, sedangkan pada siklus

II jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa atau 5,9% dari 34

siswa dan jumlah siswa yang tunas belajar sebanyak 32 siswa atau 94,1% dari 34

siswa. Perbandingan ketuntasan belajar tiap siklus dapat disajikan pada diagram

berikut.

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

137

Diagram 4.21 Peningkatan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal,

Siklus I, dan Siklus II

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis dalam proses

pembelajaran matematika di kelas V SDN Jepon 02 semester 1 tahun 2013/2014

pada kondisi awal (sebelum melakukan penelitian), diketahui bahwa ketika proses

pembelajaran berlangsung guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan metode ceramah, guru tidak menggunakan media

pembelajaran yang mempermudah siswa menerima konsep pembelajaran, guru

cenderung menggunakan cara yang mekanistik dengan memberikan konsep secara

langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran, guru

kurang menekankan pentingnya kerja sama, guru tidak memberi contoh nyata

konsep pembelajaran, siswa pasif menerima konsep pembelajaran, kurang adanya

kerja sama yang terjalin antarsiswa (didominasi beberapa siswa), guru kurang

membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok, dalam kehidupan sehari-hari

dalam pembelajaran, serta siswa merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran

yang sukar sehingga berdampak pada hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil

belajar siswa pada kondisi awal ditunjukkan rata-rata nilai ulangan matematika

siswa sebesar 58,9 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 25

siswa atau 73,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 9

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

138

siswa atau 26,5% dari 34 siswa. Berdasarkan hasil pengamatan pada kondisi awal,

telah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran matematika untuk meningkatkan

kerja sama dan hasil belajar siswa selama dua siklus, di mana tiap siklus

dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan melalui metode bermain peran.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kerja sama dan

hasil belajar siswa pada siklus I meningkat seiring meningkatnya aktivitas guru

dan siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran

dibandingkan dengan pada kondisi awal. Peningkatan aktivitas guru ditunjukkan

ketika menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing siswa berada

dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing siswa

berdiskusi, bersama siswa bertanyajawab meluruskan kesalahan pemahaman dan

pemberian penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat siswa, serta

melakkan refleksi dan penghubungan situasi yang diperankan dengan kehidupan

nyata dan masalah lain yang mungkin muncul, di mana rata-rata skor aktivitas

guru pada siklus I sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi. Peningkatan aktivitas siswa

ditunjukkan ketika siswa mendengarkan konsep materi pembelajaran, bersama

guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok yang diberikan guru,

mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru bertanyajawab meluruskan

kesalahan pemahaman dan pemberian penguatan positif terhadap informasi yang

telah didapat, serta bersama guru membuat kesimpulan, di mana rata-rata skor

aktivitas siswa pada siklus I sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi.

Peningkatan juga terjadi pada kerja sama dalam proses pembelajaran siklus I,

namun kerja sama yang terjalin antarsiswa dapat dikatakan masih belum

maksimal dan belum merata. Kerja sama yang tinggi hanya ditunjukkan ketika

membagi peran dalam kelompok, memahami karakter peran yang didapat,

melakukan latihan pemanasan, berada dalam kelompok selama pemeranan

berlangsung, serta membagi tugas dalam penyampaian presentasi, di mana rata-

rata skor kerja sama pada siklus I sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi. Pada

siklus I, kerja sama yang berkriteria cukup tinggi sebanyak 25 siswa atau 73,5%

dari 34 siswa dan kerja sama yang berkriteria tinggi sebanyak 9 siswa atau 26,5%

dari 34 siswa. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan bahwa rata-rata nilai tes

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

139

evaluasi siklus I sebesar 70,8 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar

sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar

sebanyak 26 siswa atau 76,3% dari 34 siswa. Peningkatan yang terjadi pada kerja

sama dan hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang

telah ditetapkan penulis, sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kerja sama dan

hasil belajar siswa pada siklus II juga meningkat seiring meningkatnya aktivitas

guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui metode bermain

peran dibandingkan pada siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan siswa pada

siklus II ditunjukkan ketika hampir setiap aktivitas guru dan siswa dalam langkah-

langkah proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran telah

dilaksanakan secara optimal dengan guru memberikan penjelasan lebih lanjut

tentang kompetensi pencapaian, guru lebih memberi kesempatan siswa untuk

bertanya, guru lebih membimbing siswa mengungkapkan pendapatnya, dan

bertanya melalui pemberian penghargaan seperti pujian, tepuk tangan, atau pin

smile kepada siswa yang aktif, sehingga setiap siswa termotivasi untuk

berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dengan lebih aktif bertanya, lebih

aktif menjawab pertanyaan, lebih mendengarkan penjelasan guru, serta lebih aktif

dalam diskusi, di mana rata-rata skor aktivitas guru pada siklus II sebesar 91,7

dengan kriteria sangat tinggi dan rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II

sebesar 90,0 dengan kriteria sangat tinggi. Peningkatan aktivitas guru dan siswa

pada siklus II, menyebabkan terjadinya peningkatan kerja sama dan hasil belajar.

Kerja sama yang tinggi pada siklus II ditunjukkan ketika hampir setiap indikator

kerja sama dalam pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan adanya

pembagian tugas dapat dilaksanakan secara merata, di mana rata-rata skor kerja

sama pada siklus II sebesar 121,2 dengan kriteria sangat tinggi. Pada siklus II,

kerja sama yang berkriteria tinggi sebanyak 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa dan

kerja sama yang berkriteria sangat tinggi sebanyak 25 siswa atau 73,5% dari 34

siswa. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan bahwa rata-rata nilai tes evaluasi

siklus II sebesar 85,5 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

140

siswa atau 5,9% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 32

siswa atau 94,1% dari 34 siswa.

Dari data kerja sama dan hasil belajar pada siklus II dapat dinyatakan

bahwa kualitas pembelajaran sudah meningkat dan penelitian telah berhasil atau

telah mencapai indikator keberhasilan penelitian. Indikator keberhasilan kerja

sama yang penulis tetapkan adalah kerja sama 80% dari 34 siswa kelas 5 SDN

Jepon 02 berkriteria tinggi, di mana pada siklus II kerja sama 9 siswa atau 26,5%

dari 34 siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa

berkriteria sangat tinggi, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator keberhasilan

kerja sama telah tercapai dengan presentase klasikal kerja sama yang berkriteria

tinggi sebesar 100,0% atau sangat tinggi. Indikator keberhasilan hasil belajar yang

penulis tetapkan adalah 80% dari 34 siswa mencapai ketuntasan belajar dengan

memperoleh nilai hasil belajar di atas KKM atau ≥ 65, di mana pada siklus II 32

siswa atau 94,1% dari 34 siswa tuntas belajar dan 2 siswa atau 5,9% dari 34 siswa

tidak tuntas belajar, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator keberhasilan hasil

belajar telah tercapai dengan presentase klasikal ketuntasan belajar sebesar 94,1%

atau sangat tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksaaan pembelajaran

matematika melalui metode bermain peran dan keterangan dari guru kelas 5 dan

guru kelas 4 SDN Jepon 02, dapat diketahui bahwa 2 siswa atau 5,9% dari 34

siswa yang tidak tuntas belajar disebabkan karena kedua siswa mengalami

kesulitan dalam belajar dengan karakteristik siswa cepat merasa gelisah dan sulit

menjaga konsentrasi belajarnya dalam waktu yang lama, serta siswa kurang

mandiri atau masih banyak bergantung pada bantuan guru dan teman, khususnya

dalam memberi penjelasan dalam memahami suatu konsep materi pembelajaran.

Peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa setelah mengikuti

pembelajaran matematika melalui metode bermain peran terjadi karena

peningkatan aktivitas guru dan siswa, di mana metode bermain peran merupakan

metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (student

centered), mengangkat contoh konsep dan menggunakan media pembelajaran dari

kehidupan sehari-hari sehingga dapat memudahkan siswa untuk memahami

konsep pembelajaran serta siswa menjadi merasa senang belajar matematika.

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

141

Pemberian reward berupa pin smile kepada siswa juga terbukti dapat

meningkatkan aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui

metode bermain peran. Hal ini mendukung pendapat Pitadjeng (2006: 49-59)

bahwa dua hal yang harus diupayakan guru untuk membantu memaksimalkan

siswa dalam belajar matematika adalah memberi kesan matematika tidak sulit dan

menantang, antara lain dengan menggunakan media pembelajaran, memberikan

masalah yang berupa masalah dalam kehidupan sehari-hari, memberikan topik

baru dengan pendekatan permainan, serta memberi tantangan kepada siswa untuk

menyelesaikan suatu masalah dengan memberikan hadiah bagi yang dapat

menyelesaikannya.

Melalui metode bermain peran, siswa juga dituntut bekerja sama dengan

baik dalam kelompok, sebab berhasil atau tidaknya pembelajaran matematika

melalui metode bermain peran bergantung pada kerja sama dan kekompakan

kelompok, mulai dari tahap persiapan sampai tahap pelaksanaan dengan cara

saling membantu memahami karakter yang didapat, latihan pemeranan secara

bersama, memerankan skenario secara utuh, berdiskusi dalam kelompok,

mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman, mengajukan pertanyaan,

dan lain sebagainya. Hal ini mendukung pendapat Huda (2013: 211) bahwa

penerapan metode bermain peran memerlukan kekompakan, kerja sama yang

baik, dan sikap saling menghargai antaranggota kelompok. Sejalan dengan

pendapat Huda, Woolfolk (2009: 261) juga mengungkapkan bahwa sebagian guru

memberikan berbagai peran kepada siswa untuk mendorong kerja sama dan

partisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil pembahasan, maka pembelajaran matematika melalui

metode bermain peran pada kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten

Blora semester II tahun 2013/2014 ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

oleh Indah Kristina W. pada tahun 2012 dengan rata-rata hasil belajar matematika

meningkat menjadi 70 dan penelitian yang dilakukan oleh Leinna Mega Reinny

pada tahun 2012 dengan rata-rata hasil belajar matematika meningkat menjadi 82.

Pembelajaran matematika melalui metode bermain peran pada kelas 5 SDN Jepon

02 juga meningkatkan kerja sama yang selaras dengan penelitian yang dilakukan

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …...perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan . pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran

142

oleh Dwiyanto Joko Pranowo pada tahun 2013 dengan hasil penerapan teknik

bermain peran dalam mata kuliah Expression Orale I mampu meningkatkan nilai-

nilai kepedulian dan kerja sama antarmahasiswa pada kategori Mulai Terlihat

(tahap Heteronomi) dan hasil belajar meningkat menjadi 72,7. Dari berbagai hasil

penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa metode bermain peran dapat

meningkatkan kerja sama dan hasil belajar.