Page 1
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, deskripsi yang akan diuraikan adalah: (1)
kondisi awal, (2) siklus I, dan (3) siklus II.
4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian dilaksanakan di SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten
Blora semester II tahun 2013-2014 pada kelas 5 yang berjumlah 34 siswa pada
pembelajaran matematika. Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melakukan
observasi terhadap hasil belajar siswa serta aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran matematika di kelas 5. Observasi pembelajaran matematika
dilaksanakan pada SK 4. menghitung volume kubus dan balok dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah dengan KD 4.1 menghitung volume
kubus dan balok.
Hasil observasi menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa rendah di
mana rata-rata hasil belajar siswa masih di bawah KKM atau ≤ 65. Rendahnya
hasil belajar siswa disebabkan ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa
tampak pasif menerima konsep pembelajaran tanpa adanya komunikasi dua arah
guru dan siswa seperti siswa bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui atau
guru bertanya tentang contoh konkrit konsep pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam proses pembelajaran kurang adanya kerja sama yang terjalin
antarsiswa, guru kurang membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok dan
kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran
sehingga diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pintar dan anggota
kelompok yang lain bersikap acuh. Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang
kurang kondusif di mana guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah (teacher centered) dan tanpa adanya media
pembelajaran yang dapat membantu mempermudah siswa menerima konsep
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan cara
Page 2
70
yang mekanistik dengan memberikan konsep secara langsung untuk dihafal,
diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran.
Kurang adanya kerja sama yang terjalin antarsiswa dan pengkonkritan
konsep pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam
pembelajaran, mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam menerima konsep
pembelajaran dan merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa dari
jumlah keseluruhan siswa kelas 5, 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa memperoleh
hasil belajar di bawah KKM terbukti nilai ulangan siswa < 65 dan 9 siswa atau
26,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM terbukti nilai ulangan
siswa ≥ 65. Nilai hasil belajar tertinggi yang dicapai adalah 75, nilai terendah
adalah 50, dan rata-rata hasil belajar klasikal adalah 58,9.
Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya kerja sama dan hasil belajar
matematika adalah: (1) rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, (2) guru
kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dan kerja sama didominasi
oleh siswa yang pintar, (3) penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat,
yaitu ceramah, (4) penyampaian konsep pembelajaran dengan cara mekanistik
tanpa media pembelajaran, serta (5) kurangnya pemberian contoh nyata konsep
pembelajaran matematika dalam di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan, maka penulis mengadakan perbaikan
pembelajaran matematika untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar
matematika dengan menerapkan metode bermain peran melalui tindakan
pembelajaran pada siklus I dan siklus II.
4.1.2 Deskripsi Siklus I
Pada deskripsi siklus I akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus I yang
meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi. Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan.
Page 3
71
4.1.2.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu pertama dan
kedua bulan Maret 2014. Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan setelah
penulis memperoleh informasi pada observasi yang telah dilakukan pada kondisi
awal, kemudian penulis melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi
pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang diperlukan dalam
proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan tindakan siklus I meliputi: (1)
menganalisis kompetensi matematika meliputi SK 5, KD 5.3, indikator 5.3.1,
5.3.2, dan 5.3.3, (2) merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan
indikator, (3) menyusun materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan
pembelajaran, (4) menentukan metode pembelajaran, yaitu bermain peran, serta
(5) menyusun skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang telah penulis
konsultasikan guru kelas 5 dan telah penulis revisi, kemudian penulis lengkapi
menjadi sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang untuh dengan
sumber pembelajaran (terlampir pada Lampiran 6), media pembelajaran, LKS,
instrumen penelitian yang berupa lembar observasi kerja sama (terlampir pada
Lampiran 8, lembar observasi aktivitas siswa dan guru (terlampir pada Lampiran
7), serta tes evaluasi siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti pelaksanaan tindakan siklus I.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu ketiga bulan
Maret 2014. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan, yaitu 3
kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan tes evaluasi siklus I.
Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 2 jam pelajaran
atau 2 x 35 menit.
1) Pertemuan pertama.
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama pada tahap persiapan,
guru telah menyusun guru menyusun skenario bermain peran yang berjudul Pasar
Suka Maju, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok masing-
masing beranggota 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah
Page 4
72
mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang
diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan
dengan bimbingan guru.
Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Senin, 17 Maret 2014 pada pukul 07.35-08.45 WIB. Pada kegiatan awal, siswa
bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan
siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan
bernyanyi lagu yang berjudul Naik Delman, kemudian dilanjutkan dengan
menerima apersepsi dari gutu. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru
digunakan untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar serta
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa juga menyimak
penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang
ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa.
Kegiatan inti siklus I pertemuan pertama diawali dengan siswa menyimak
penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa melalui kertas berpetak dan potongan buah apel, kemudian siswa
dan guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum
dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario
bermain peran berjudul Pasar Suka Maju, siswa bersama guru mereview
penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi
kelompok lain, siswa memberikan masukan antarkelompok, serta siswa bersama
guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan
penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol, terhadap informasi yang
telah didapat.
Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, guru
membantu siswa memahami konsep pembilang, penyebut, dan aturan yang
berlaku dalam operasi perkalian pecahan. Setelah siswa menyimak penjelasan
Page 5
73
guru tentang operasi perkalian pecahan, siswa menyimak penjelasan guru tentang
hubungan keterkaitan dan pembuktian bahwa pembagian operasi pembagian
pecahan merupakan operasi perkalian di mana pembilang pecahan kedua diubah
menjadi penyebut pecahan kedua dan penyebut pecahan kedua diubah menjadi
pembilang pecahan kedua.
Dalam pembelajaran siklus I pertemuan pertama guru tidak hanya
menggunakan cara yang mekanistik, tetapi guru telah menggunakan media kertas
berpetak dan potongan buah apel. Media kertas berpetak merupakan kertas
berpetak yang diisi dengan tempelan kertas warna-warni sebagai visualisasi
perkalian pecahan, di mana bagian horisontal kertas berpetak merupakan pecahan
pertama dan bagian vertikal kertas berpetak merupakan pecahan kedua. Jumlah
semua kertas warna-warni adalah pembilang pecahan hasil perkalian dan jumlah
petak yang digunakan adalah penyebut pecahan hasil perkalian. Potongan buah
apel digunakan guru untuk menjelaskan konsep operasi pembagian pecahan biasa
dengan pecahan biasa. Guru juga melibatkan siswa dalam penggunaan media
pembelajaran.
Skenario bermain peran berjudul Pasar Suka Maju ditampilkan oleh
Kelompok 3 yang beranggota BD, EPS, FF, FAH, dan IDW. Kelompok 3 cukup
baik dalam menampilkan skenario bermain peran, namun rasa canggung,
kurangnya latihan, dan penggunaan metode bermain peran yang belum pernah
digunakan membuat penampilan kurang maksimal. Guru membimbing jalannya
pemeranan dan kelompok lain juga cukup aktif dalam berpastipasi sebagai
audience. Pelaksanaan diskusi sudah cukup baik, siswa yang awalnya pasif mulai
mencoba aktif walaupun masih terdapat beberapa siswa yang pasif dalam
bekerjasama di dalam diskusi dan beberapa siswa masih tampak malu untuk ikut
mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk
menunjukkan bahwa 2 kelompok mendapatkan nilai 62,5 dan 5 kelompok lain
mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 85,3
terlampir pada Lampiran 10).
Page 6
74
Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan pertama, siswa bersama guru
melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan
kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru juga
membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi
pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan campuran dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan
salam.
2) Pertemuan kedua.
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua pada tahap persiapan,
guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Toko Alat Tulis Laris
Terus, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok beranggota
masing-masing 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah
mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang
diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan
dengan bimbingan guru.
Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Selasa, 18 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa
bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan
siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan
bernyanyi lagu yang berjudul Paman Datang, kemudian dilanjutkan dengan
menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru
digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep
pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah
dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Pada kegiatan awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik
pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian
dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya.
Page 7
75
Kegiatan inti siklus I pertemuan kedua diawali dengan siswa menyimak
penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan campuran dan sebaliknya melalui permen dan gelas, kemudian siswa dan
guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum
dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario
bermain peran berjudul Toko Alat Tulis Laris Terus, siswa bersama guru
mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi
kelompok lain, siswa memberi masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan
positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat.
Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan
sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran permen dan gelas. Jumlah
permen dalam gelas digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan
siswa dalam penggunaan media pembelajaran permen dan gelas, di mana permen
dan gelas adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah
pecahan campuran menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi
perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Skenario bermain peran yang berjudul Toko Alat Tulis Laris Terus
ditampilkan oleh Kelompok 1 yang beranggota SAR, EN, MFA, VAP, dan YA.
Kelompok 1 cukup baik dalam menampilkan skenario bermain peran, masih
nampak rasa canggung dalam menampilkan skenario, namun penampilannya lebih
baik dari pada Kelompok 3 pada siklus I pertemuan pertama. Sudah nampak
peningkatan kerja sama dalam latihan maupun penampilan skenario bermain
drama. Guru lebih aktif membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga
lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih
baik daripada siklus I pertemuan pertama, siswa yang awalnya pasif mulai
mencoba aktif walaupun masih terdapat beberapa siswa yang pasif dalam
Page 8
76
bekerjasama di dalam diskusi, namun beberapa siswa yang awalnya pasif sudah
berani bertanya dalam diskusi serta ikut mengambil bagian dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan diskusi yang
dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa 1
kelompok mendapatkan nilai 62,5 dan 6 kelompok lain mendapatkan nilai 75-100
dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 91,2 (terlampir pada Lampiran 10)
Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan kedua, guru bersama siswa
melakukan refleksi serta menghubungkan situasi yang diperankan dengan
kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru
membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan campuran dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk
mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian
pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, kemudian siswa bersama
guru mengucapkan salam.
3) Pertemuan ketiga.
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ketiga pada tahap persiapan, guru
telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Mengikuti Kerja
Bakti, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok masing-masing
beranggota 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah mempelajari
skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam
pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan
guru.
Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Jumat, 21 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa
bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan
siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan
bernyanyi lagu yang berjudul Layang-Layang, kemudian dilanjutkan dengan
menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru
digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep
Page 9
77
pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah
dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Pada kegiatan awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik
pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian
dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya.
Kegiatan inti siklus I pertemuan ketiga diawali dengan siswa menyimak
penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan desimal dan sebaliknya melalui pita dan bendera, kemudian siswa dan
guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum
dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan penampilan skenario bermain peran
berjudul Bersiap Mengikuti Kerja Bakti, siswa bersama guru mereview
penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi
kelompok lain, siswa memberi masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan
positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat.
Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan
sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran pita dan bendera. Jumlah pita
dan bendera digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa
dalam penggunaan media pembelajaran pita dan bendera, di mana pita dan
bendera adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah
pecahan campuran menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi
perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Mengikuti Kerja Bakti
ditampilkan oleh Kelompok 6 yang beranggota WRNA, YFSR, MFHA, AH, dan
FRJ. Kelompok 6 menampilkan skenario bermain peran dengan baik.
Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat
menampilkan skenario dengan cukup utuh dan rasa canggung sudah banyak
Page 10
78
berkurang. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih
aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik
daripada siklus I pertemuan kedua, siswa yang masih pasif terdorong untuk aktif
dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi, dan ikut
mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk
menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata
nilai hasil diskusi sebesar 93 (terlampir pada Lampiran 10)
Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan ketiga, siswa bersama guru
melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan
kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru
membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan desimal dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk
mempersiapkan tes evaluasi siklus I tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan biasa, perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan campuran dan sebaliknya, serta perkalian dan pembagian pecahan biasa
dengan pecahan desimal dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru
mengucapkan salam.
4) Pertemuan keempat.
Tindakan siklus I pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu, 22
Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Siklus I pertemuan keempat merupakan
kegiatan tes evaluasi siklus I. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru
mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian siswa mengecek kesiapan
belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang berjudul
Burung Kutilang dan apersepsi, serta siswa menyimak penjelasan guru tentang
tujuan tes evaluasi siklus I. Pada kegiatan inti, siswa telah menerima lembar tes
evaluasi siklus I dari guru, siswa mengerjakan tes evaluasi dengan tenang dan
lancar. Setelah siswa selesai mengerjakan tes evaluasi, siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannnya kepada guru.
Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan keempat, siswa bersama guru
melakukan refleksi pembelajaran. Kegiatan akhir dilanjutkan dengan siswa
Page 11
79
menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya
tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan
sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. Hasil belajar
siswa pada siklus I berdasarkan nilai tes evaluasi siklus I menunjukkan bahwa
nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 70,8, di mana jumlah siswa yang
tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan
jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari
34 siswa (terlampir pada Lampiran 9).
4.1.2.3 Pengamatan
Pengamatan tindakan siklus I dilaksanakan ketika proses pembelajaran
sedang berlangsung. Pengamatan tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan proses pembelajaran, tidak pada saat pertemuan tes evaluasi siklus I.
Hasil pengamatan yang diperoleh dari lembar observasi dibagi menjadi tiga, yaitu
aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama selama mengikuti proses
pembelajaran matematika melalui metode bermain peran.
Hasil pengamatan aktivitas guru terdiri dari 4 aspek yang dijabarkan ke
dalam 25 indikator pengamatan. Hasil pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 4
aspek yang dijabarkan ke dalam 25 indikator pengamatan. Hasil pengamatan kerja
sama terdiri dari 5 aspek yang dijabarkan ke dalam 34 indikator pengamatan.
Masing-masing indikator dalam lembar observasi diberi skor 1-4, di mana skor 1
jika pernyataan dilakukan dengan kurang, skor 2 jika pernyataan dilakukan
dengan sedang, skor 3 jika pernyataan dilakukan dengan baik, dan skor 4 jika
pernyataan dilakukan dengan sangat baik. Setelah itu skor akan dijumlahkan dan
diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria skor observasi aktivitas
guru dan siswa yaitu untuk jumlah skor 25-37 berarti sangat rendah, 38-50 berarti
rendah, 51-63 berarti sedang, 64-76 berarti cukup tinggi, 77-89 berarti tinggi, dan
90-100 berarti sangat tinggi. Kriteria skor kerja sama yaitu untuk jumlah skor 34-
51 berarti sangat rendah, 52-68 berarti rendah, 69-85 berarti sedang, 86-102
berarti cukup tinggi, 103-119 berarti tinggi, dan 120-136 berarti sangat tinggi.
Page 12
80
1) Pertemuan pertama.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 dengan kriteria cukup tinggi. Guru
masih belum secara maksimal menerapkan metode bermain peran dalam
pembelajaran matematika. Aktivitas guru yang cukup tinggi ditunjukkan ketika
menyusun skenario bermain peran, memberikan salam dan doa bersama,
menjelaskan konsep materi pembelajaran, serta memberi tugas kepada kelompok.
Aktivitas guru yang masih perlu ditingkatkan adalah mendampingi siswa latihan
pemanasan, memberi motivasi dan apersepsi, menyampaikan kompetensi
pencapaian, memberi kesempatan siswa bertanya, membimbing aktor
menampilkan skenario, membimbing audience mengamati jalannya pemeranan,
serta memberi kesempatan siswa memberi masukan kepada kelompok lain.
Kurangnnya motivasi dan penyampaian kompetensi pencapaian, siswa pasif
dalam proses pembelajaran dan mengalami kebingungan dalam mengikuti
pembelajaran tentang apa yang akan dan harus dipelajari sehingga siswa kurang
berinisiatif dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dari
guru. Kurangnya kesempatan yang diberikan guru untuk siswa bertanya
mengakibatkan pembelajaran terkesan lebih didominasi guru sebab komunikasi
yang terbentuk hanya satu arah.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 dengan kriteria cukup tinggi. Siswa
masih belum sepenuhnya aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika melalui
metode bermain peran di mana masih pembelajaran hanya didomiasi aktivitas
siswa tertentu saja. Aktivitas siswa yang cukup tinggi ditunjukkan ketika
menerima tugas kelompok yang diberikan oleh guru, serta memberi salam dan doa
bersama. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah mempelajari
skenario sebelum pelaksanaan pembelajaran, merancang ruangan dan peralatan
dalam pemeranan, melakukan latihan pemanasan, mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, bertanya kepada guru, memberi masukan kelompok lain, serta
Page 13
81
membuat kesimpulan pembelajaran bersama guru. Kurangnya aktivitas siswa
dalam mempelajari skenario, membuat pemahaman siswa akan skenario bermain
peran juga menurun sehingga pelaksanaan pembelajaran matematika melalui
metode bermain peran juga kurang maksimal.
Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan pertama menunjukkan
bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 91,5 yang berarti secara keseluruhan kerja
sama cukup tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 6 siswa atau 17,6% dari 34
siswa berkriteria sedang dan kerja sama 28 siswa atau 82,4% dari 34 siswa
berkriteria cukup tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 102 dan skor terendah
sebesar 79. Masih rendahnya kerja sama disebabkan karena siswa kurang
bekerjasama dalam kelompok, rasa individualis atau acuh terhadap tugas
kelompok masih tinggi sehingga komunikasi yang terjalin dalam kelompok sangat
kurang. Siswa kurang menyadari arti penting kerja sama, salah satunya siswa
kurang berinisiatif mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.
Siswa masih perlu meningkatkan kerjasamanya ketika melakukan latihan
pemeranan bersama teman kelompoknya, memberikan review/penilaian yang
objektif, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal penting yang belum diketahui,
membantu teman yang mengalami kesulitan, menggantikan atau bertukat tugas
dengan teman, menyamakan pendapat, menyelesaikaan tugas tepat waktu,
mengambil giliran dalam menyampaikan presentasi, menjawab pertanyaan
tentang hasil diskusi, serta memberikan masukan yang membangun kepada
kelompok lain.
2) Pertemuan kedua.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus I pertemuan kedua sebesar 77 dengan kriteria tinggi, namun terdapat
beberapa aktivitas yang masih perlu guru tingkatkan. Aktivitas guru yang tinggi
ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan salam dan doa
bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi tugas kepada
kelompok, serta membimbing siswa berdiskusi. Aktivitas guru yang masih perlu
ditingkatkan adalah menyampaikan kompetensi pencapaian, memberi kesempatan
Page 14
82
siswa bertanya, serta memberi kesempatan siswa memberi masukan kepada
kelompok lain. Guru kurang memberikan penguatan positif terhadap siswa yang
aktif sehingga masih terdapat beberapa siswa yang pasif, namun di sisi lain
dengan meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswa dalam berdiskusi
mengakibatkan beberapa siswa yang awalnya pasif mencoba untuk menjadi aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa mulai mengemukakan pendapat dan
menghargai pendapat orang lain.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan kedua yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan kedua sebesar 74 dengan kriteria cukup tinggi. Aktivitas
yang menunjukkan aktivitas siswa tinggi tetap, namun beberapa aktivitas yang
masih perlu siswa tingkatkan berkurang. Aktivitas siswa tinggi ditunjukkan ketika
siswa menerima tugas kelompok yang diberikan oleh guru, serta memberi salam
dan doa bersama. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah
merancang ruangan dan peralatan dalam pemeranan, serta memberi masukan
kelompok lain. Siswa masih perlu meningkatkan aktivitas dalam memberi
masukan dan tanggapan kepada kelompok lain sebab siswa merasa canggung dan
pada pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan siswa belum pernah memberi
masukan kelompok lain, oleh karena itu siswa terbiasa dengan anggapan bahwa
kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas itu sudah sangat
baik dan tidak perlu adanya masukan.
Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan kedua menunjukkan
bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 98,4 yang berarti secara keseluruhan kerja
sama cukup tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 3 siswa atau 8,8% dari 34
siswa berkriteria sedang, kerja sama 24 siswa atau 70,6% dari 34 siswa berkriteria
cukup tinggi, dan kerja sama 7 siswa atau 20,6% dari 34 siswa berkriteria tinggi,
di mana skor tertinggi sebesar 113 dan skor terendah sebesar 84. Kerja sama yang
cukup tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami
karakter peran yang didapat, serta melakukan latihan pemanasan. Siswa masih
perlu meningkatkan kerjasamanya ketika memberikan review/penilaian yang
objektif, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal penting yang belum diketahui,
Page 15
83
menyamakan pendapat, serta memberikan masukan yang membangun kepada
kelompok lain. Kurang optimalnya kerja sama disebabkan karena siswa yang
kurang pandai cenderung menarik diri atau menyerahkan tugas pada siswa yang
pandai, hal ini menyebabkan siswa pandai masih mendominasi kerja sama dalam
kelompok dan pembagian tugas kelompok menjadi kurang merata.
3) Pertemuan ketiga.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan ketiga yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus I pertemuan ketiga sebesar 83 dengan kriteria tinggi. Aktivitas guru
yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan
salam dan doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing
siswa berada dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing
siswa berdiskusi, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan
situasi yang diperankan dengan kehidupan nyata dan masalah lain yang mungkin
muncul. Meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam
kelompok, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan situasi
yang diperankan dengan kehidupan nyata meningkatkan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, siswa lebih bersemangat sehingga komunikasi pembelajaran
terjadi dua arah. Walaupun aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam
kelompok mengalami peningkatan, guru tetap harus mengoptimalkan aktivitasnya
dalam membimbing siswa ketika berdiskusi agar siswa menyadari arti penting
dengan melakukan diskusi dalam sebuah kelompok.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ketiga yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan ketiga sebesar 80 dengan kriteria tinggi. Aktivitas siswa
yang tinggi ditunjukkan ketika mendengarkan konsep materi pembelajaran,
bersama guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok yang diberikan
guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru melakukan refleksi dan
penguatan positif, bersama guru membuat kesimpulan, serta memberi salam dan
doa bersama. Peningkatan aktivitas siswa yang menonjol terletak pada aktivitas
mendengarkan konsep materi pembelajaran, bersama guru mereview pemeranan,
Page 16
84
dan mendiskusikan tugas yang didapat sehingga kekompakan dan kerja sama
dalam kelompok lebih terlihat, tidak lagi didominasi beberapa siswa saja serta
pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran meningkat. Walaupun
aktivitas siswa sudah tinggi, namun siswa tetap harus meningkatkan aktivitasnya
dalam bertanya kepada guru dan temannya agar komunikasi yang terjalin dalam
pembelajaran terjaga dan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga menunjukkan
bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 107,9 yang berarti secara keseluruhan
kerja sama tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 4 siswa atau 11,8% dari 34
siswa berkriteria cukup tinggi, kerja sama 29 siswa atau 85,3% dari 34 siswa
berkriteria tinggi, dan kerja sama 1 siswa atau 2,9% dari 34 siswa berkriteria
sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 120 dan skor terendah sebesar 100.
Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok,
memahami karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemanasan, berada
dalam kelompok selama pemeranan berlangsung, serta membagi tugas dalam
penyampaian presentasi. Walaupun kerja sama sudah tinggi, namun masih perlu
adanya peningkatan, sebab dalam kerja sama yang terbentuk dalam kelompok
masih terlihat bahwa siswa yang pandai merasa bahwa ia yang paling bisa
mengatasi semua tugas kelompok.
4.1.2.4 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika melalui metode
bermain peran pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga maka
selanjutnya diadakan refleksi atas semua kegiatan dalam proses pembelajaran.
Hasil refleksi diambil dari pelaksanaan tindakan dan hasil pengamatan pada siklus
I. Refleksi berfungsi sebagai acuan melakukan perbaikan dengan membandingkan
hasil tindakan siklus I dalam proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh
pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 yang berarti cukup tinggi, meningkat
menjadi 77 yang berarti tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi
83 yang berarti tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas guru
Page 17
85
pada siklus I sebesar 77,3 yang berarti tinggi. Aktivitas guru yang tinggi
ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan salam dan doa
bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing siswa berada
dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing siswa
berdiskusi, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan situasi
yang diperankan dengan kehidupan nyata dan masalah lain yang mungkin muncul.
Walaupun aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam kelompok
mengalami peningkatan, guru tetap harus mengoptimalkan aktivitasnya dalam
membimbing siswa ketika berdiskusi agar siswa menyadari arti penting dengan
melakukan diskusi dalam sebuah kelompok.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa, jumlah skor yang diperoleh
pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 yang berarti cukup tinggi, meningkat
menjadi 74 yang berarti cukup tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi
menjadi 80 yang berarti tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 74 yang berarti cukup tinggi. Aktivitas siswa
yang cukup tinggi ditunjukkan ketika siswa mendengarkan konsep materi
pembelajaran, bersama guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok
yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru melakukan
refleksi dan penguatan positif, bersama guru membuat kesimpulan, serta memberi
salam dan doa bersama. Untuk optimalkan aktivitasnya dalam mengikuti proses
pembelajaran, siswa harus meningkatkan aktivitasnya dalam bertanya kepada guru
dan temannya agar komunikasi yang terjalin dalam pembelajaran terjaga dan
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Berdasarkan hasil pengamatan kerja sama, siklus I pertemuan pertama
rata-rata skor kerja sama sebesar 91,5 yang berarti cukup tinggi meningkat pada
pertemuan kedua menjadi sebesar 98,4 yang berarti cukup tinggi, dan meningkat
lagi pada pertemuan ketiga menjadi sebesar 107,9 yang berarti tinggi. Kerja sama
yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami
karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemanasan, berada dalam
kelompok selama pemeranan berlangsung, serta membagi tugas dalam
penyampaian presentasi. Walaupun kerja sama sudah tinggi, namun masih perlu
Page 18
86
adanya peningkatan, sebab dalam kerja sama yang terbentuk dalam kelompok
masih terlihat bahwa siswa yang pandai merasa bahwa ia yang paling bisa
mengatasi semua tugas kelompok.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama,
pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran yang
kurang maksimal dalam siklus I yang terdiri dari 3 kali pertemuan menyebabkan
kurang maksimalnya kerja sama dan hasil belajar siswa. Kurang maksimalnya
kerja sama ditunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama pada siklus I sebesar 99,2
yang dalam siklus I secara keseluruhan kerja sama cukup tinggi, dengan 9 siswa
atau 26,5% dari 34 siswa memenuhi kriteria kerja sama tinggi, dan 25 siswa atau
73,5% dari 34 siswa tidak memenuhi kriteria kerja sama tinggi. Kurang
maksimalnya hasil belajar siswa pada siklus I ditunjukkan bahwa berdasarkan
nilai tes evaluasi siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada
siklus I sebesar 70,8, di mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I
sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar
pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari 34 siswa.
Berdasarkan masih kurang maksimalnya pelaksanaan proses pembelajaran,
kerja sama, dan hasil belajar siswa diperlukan perbaikan dalam pelaksanaan
tindakan pembelajaran pada siklus II. Beberapa kekurangan atau kegiatan
pembelajaran yang belum berjalan dengan maksimal pada proses pembelajaran
siklus I, yaitu:
1) Ketika guru menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran
matematika, masih terdapat beberapa aspek yang belum sesuai dengan RPP
yang telah penulis susun, hal ini disebabkan guru belum begitu memahami
langkah-langkah pembelajaran melalui metode bermain peran.
2) Guru kurang jelas menyampaikan kompetensi pencapaian dan kurang
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang konsep materi
pembelajaran yang telah disampaikan, sehingga siswa cenderung masih pasif.
3) Kerja kelompok masih didominasi beberapa siswa, siswa yang lain masih
tampak pasif dan acuh.
Page 19
87
4) Masih sedikit siswa yang mempunyai inisiatif untuk mengeluarkan pendapat
dan bertanya, sebab masih banyak siswa yang malu bertanya, menjawab
pertanyaan, serta memberikan tanggapan hasil presentasi teman yang maju.
5) Guru kurang memberikan motivasi dan apresiasi terhadap siswa yang aktif
dalam pembelajaran.
Dari berbagai kekurangan pada proses pembelajaran siklus I, penulis
mengadakan analisis dan konsultasi bersama guru kelas 5 serta guru observer
tentang aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran yang telah
berlangsung. Penyelesaian dari kekurangan pada proses pembelajaran siklus I
berdasarkan hasil analisis dan konsultasi, yaitu:
1) Penulis memberikan penjelasan lebih lanjut kepada guru kelas 5 tentang
langkah-langkah pembelajaran matematika melalui metode bermain peran.
2) Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi pencapaian dan lebih
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang konsep materi
pembelajaran yang telah disampaikan.
3) Pemilihan anggota kelompok lebih teliti dan agar lebih merata didasarkan
pada kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa, bukan berdasarkan
nomor urut siswa. Jumlah anggota kelompok dalam diskusi dikurangi,
sehingga setiap kelompok beranggota 4 siswa saja dengan tujuan siswa
aktivitas siswa meningkat (tidak hanya bergantung ada teman yang lain).
4) Guru memberikan pin smile untuk memacu aktivitas siswa, sehingga siswa
dapat lebih aktif mengemukakan pendapat dan bertanya. Pin smile OKE
diberikan kepada siswa yang aktivitasnya cukup tinggi dalam mengikuti
pembelajaran. Pin smile HEBAT diberikan kepada siswa yang aktivitasnya
tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Pin smile SUPER diberikan kepada
siswa yang aktivitasnya sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran.
5) Guru memberikan pengarahan agar dalam kegiatan kerja kelompok semua
siswa ikut berpartisipasi.
Page 20
88
4.1.3 Deskripsi Siklus II
Pada deskripsi siklus II akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus II
yang meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
dan refleksi seperti pada siklus I. Siklus II merupakan upaya perbaikan dari siklus
I. Pembelajaran pada siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan.
4.1.3.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga dan
keempat bulan Maret 2014. Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan setelah
penulis memperoleh penyelesaian dari kekurangan pada proses pembelajaran
siklus I berdasarkan hasil analisis dan konsultasi bersama guru kelas 5 serta guru
observer, kemudian penulis melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi
pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang diperlukan dalam
proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan tindakan siklus II meliputi: (1)
menganalisis kompetensi matematika yang meliputi SK 5, KD 5.3, indikator
5.3.4, 5.3.5, dan 5.3.6, (2) merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan
indikator, (3) menyusun materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan
pembelajaran, (4) menentukan metode pembelajaran, yaitu bermain peran, serta
(5) menyusun skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang telah penulis
konsultasikan guru kelas 5 dan telah penulis revisi, kemudian penulis lengkapi
menjadi sebuah RPP yang untuh dengan sumber pembelajaran (terlampir pada
Lampiran 6), media pembelajaran, LKS, instrumen penelitian yang berupa lembar
observasi kerja sama (terlampir pada Lampiran 8), lembar observasi aktivitas
siswa dan guru (terlampir pada Lampiran 7), serta tes evaluasi siklus II untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelaksanaan tindakan siklus II.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan
tindakan siklus I yaitu merupakan deskripsi dari tahap persiapan hingga tahap
pelaksanaan, di mana tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir,
yang membedakan dengan siklus I adalah pada materi, media pembelajaran,
Page 21
89
jumlah anggota kelompok siswa, dan penggunaan pin smile sebagai bentuk
penghargaan terhadap aktivitas siswa. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan
pada minggu keempat bulan Maret 2014. Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri
dari 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali
pertemuan tes evaluasi siklus II. Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan
siklus II terdiri dari 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit.
1) Pertemuan pertama.
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama pada tahap pelaksanaan,
guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Belajar Kelompok,
siswa telah membentuk 9 kelompok dengan 7 kelompok masing-masing
beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3 orang, siswa
telah mempelajari skenario, merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan
dalam pemeranan, serta melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru.
Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Rabu, 26 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa
bersama guru mengucapkan dan berdoa, kemudian dilanjutkan siswa mengecek
kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang
berjudul Balonku dan apersepsi. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru
digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep
pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah
dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Pada kegiatan awal, siswa juga telah menyimak penjelasan guru tentang tujuan
dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran
perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya.
Kegiatan inti siklus II pertemuan pertama diawali dengan siswa menyimak
penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan
pecahan persen dan sebaliknya melalui roti berbentuk lingkaran dan persegi yang
dipotong, kemudian siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang konsep
materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan
Page 22
90
siswa menampilan skenario bermain peran berjudul Belajar Kelompok, siswa
bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok
(LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang
presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta
siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap
informasi yang telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan
positif dengan cara memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran, 29 siswa mendapatkan pin smile OKE dan hanya 5 siswa
yang mendapatkan pin smile HEBAT.
Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan tentang konsep perkalian
dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, guru
menggunakan media pembelajaran roti berbentuk lingkaran dan persegi. Potongan
roti berbentuk lingkaran dan persegi digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan.
Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran roti berbentuk
lingkaran dan persegi, di mana potongan roti berbentuk lingkaran dan persegi
adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga
menjelaskan bahwa perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan
persen dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan persen menjadi
pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi perkalian dan pembagian pecahan
biasa dengan pecahan biasa.
Skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Belajar Kelompok
ditampilkan oleh Kelompok 5 yang beranggota AK, MZR, MIM, dan RN.
Kelompok 5 menampilkan skenario bermain peran dengan baik. Kekompakan dan
kerja sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat menampilkan skenario
dengan cukup utuh dan rasa canggung sudah banyak berkurang dibandingkan
dengan penampilan skenario pada siklus I. Guru membimbing jalannya
pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai
audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus I, siswa yang
masih pasif terdorong untuk aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba
bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan
Page 23
91
hasil diskusi kelompoknya. Dalam pembelajaran, guru lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya, namun
pemberian kesempatan itu belum digunakan secara maksimal oleh siswa.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk
menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata
nilai hasil diskusi sebesar 90,8 (terlampir pada lampiran 10).
Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan pertama, siswa bersama guru
melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan
kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat
kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan
persen dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari
materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan
campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru
mengucapkan salam.
2) Pertemuan kedua.
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua pada tahap persiapan,
guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Memanen Hasil
Kebun, siswa telah membentuk 9 kelompok dengan 7 kelompok masing-masing
beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3 orang, siswa
telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang
diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan
dengan bimbingan guru.
Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Kamis, 27 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa
bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan
dengan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dengan
bernyanyi lagu yang berjudul Pergi Belajar, kemudian menerima apersepsi dari
guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru digunakan untuk meningkatkan
semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen
dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan dipelajari
Page 24
92
dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan
pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa juga
menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta
kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian
pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya.
Kegiatan inti siklus II pertemuan kedua diawali dengan siswa menyimak
penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan campuran
dengan pecahan persen dan sebaliknya melalui sedotan, siswa bersama guru
melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum
dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario
bermain peran berjudul Memanen Hasil Kebun, siswa bersama guru mereview
penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi
kelompok lain, siswa memberikan masukan antarkelompok, serta siswa bersama
guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan
penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang
telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan positif dengan cara
memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran,
23 siswa mendapatkan pin smile HEBAT dan 4 siswa yang mendapatkan pin
smile SUPER, namun 7 siswa masih mendapatkan pin smile OKE.
Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang
konsep perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan
sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran sedotan. Jumlah beberapa
sedotan digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa
dalam penggunaan media pembelajaran sedotan, di mana potongan sedotan adalah
benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga
menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran
dengan pecahan persen dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan
campuran dan pecahan persen menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya
menjadi perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
Page 25
93
Skenario bermain peran yang berjudul Memanen Hasil Kebun ditampilkan
oleh Kelompok 4 yang beranggota SUL, LAS, BD, dan MAW. Kelompok 4
menampilkan skenario bermain peran dengan sangat baik. Kekompakan dan kerja
sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat menampilkan skenario
dengan utuh dan tanpa rasa canggung, jauh lebih baik dibandingkan dengan
penampilan skenario pada siklus II pertemuan pertama. Guru membimbing
jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai
audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus II pertemuan
pertama, siswa yang masih pasif dan siswa yang sudah aktif terus terdorong untuk
lebih aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi,
dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Dalam pembelajaran, siswa mulai menggunakan kesempatan yang diberikan oleh
guru untuk mengemukakan pendapat dan bertanya secara maksimal, sehingga
komunikasi pembelajaran berlangsung dua arah. Berdasarkan diskusi yang
dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa
semua kelompok mendapatkan nilai 75-100 dengan rata-rata nilai hasil diskusi
sebesar 91,2 (terlampir pada Lampiran 10).
Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan kedua, siswa bersama guru
melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan
kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat
kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan
persen dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari
materi pembelajaran selanjutnya tentang operasi hitung campuran berbagai bentuk
pecahan, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam.
3) Pertemuan ketiga.
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ketiga pada tahap persiapan,
guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Menyiapkan Pesta
Ulang Tahun, siswa telah membentuk 9 kelompok siswa dengan 7 kelompok
masing-masing beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3
orang, siswa telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan
Page 26
94
peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan
latihan pemanasan dengan bimbingan guru.
Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Jumat, 28 Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada kegiatan awal, siswa
bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan
siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi kepada siswa dengan
bernyanyi lagu yang berjudul Kebunku, kemudian menerima apersepsi dari guru.
Pemberian motivasi dan apersepsi digunakan untuk memotivasi siswa belajar,
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang operasi hitung campuran
berbagai bentuk pecahan, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan
dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan
pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, serta berbagai bentuk pecahan.
Pada kegiatan awal, siswa juga menyimak penjelasan tentang tujuan dan teknik
pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran operasi
hitung campuran berbagai bentuk pecahan.
Kegiatan inti siklus II pertemuan ketiga diawali dengan siswa menyimak
penjelasan guru tentang konsep operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan
melalui kertas koran dan kertas warna-warni, kemudian siswa bersama guru
melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum
dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario
bermain peran berjudul Menyiapkan Pesta Ulang Tahun, siswa bersama guru
mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi
kelompok lain, siswa memberikan masukan kelompok lain, serta siswa bersama
guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan
penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang
telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan positif dengan cara
memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran,
24 siswa mendapatkan pin smile HEBAT dan 8 siswa yang mendapatkan pin
smile SUPER, namun 2 siswa masih mendapatkan pin smile OKE.
Page 27
95
Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan tentang konsep operasi
hitung campuran berbagai bentuk pecahan, guru menggunakan media kertas koran
dan kertas warna-warni. Ukuran kertas koran dan kertas warna-warni digunakan
sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan
media pembelajaran kertas koran dan kertas warna-warni, yaitu dengan cara
menutupi seluruh permukaan kertas koran dengan kertas-warna-warni yang
ukurannya lebih kecil. Kertas koran dan kertas warna-warni adalah benda yang
dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga menjelaskan bahwa
operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan dikerjakan dengan mengubah
berbagai bentuk pecahan menjadi pecahan biasa dan pengerjaannya dimulai
dengan menghitung operasi hitung yang berada paling kiri sebab perkalian dan
pembagian mempunyai kedudukan yang sama.
Skenario bermain peran yang berjudul Menyiapkan Pesta Ulang Tahun
ditampilkan oleh Kelompok 6 yang beranggota SRW, YA, AYU, dan YFSR.
Kelompok 6 menampilkan skenario bermain peran dengan sangat baik.
Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi, serta latihan yang memadai
membuat mereka dapat menampilkan skenario dengan utuh dan tanpa rasa
canggung, lebih baik dibandingkan dengan penampilan skenario pada siklus II
pertemuan kedua. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga
lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih
baik daripada siklus II pertemuan kedua, kini semua siswa sudah aktif dan tetap
terus terdorong untuk lebih aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba
bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya. Dalam pembelajaran, siswa secara maksimal
mengemukakan pendapat dan bertanya kepada guru dan teman kelompoknya,
sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif dan komunikasi pembelajaran
berlangsung dua arah. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7
kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan
nilai 87,5-100 dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 97,1.
Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan ketiga, siswa bersama guru
melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan
Page 28
96
kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat
kesimpulan tentang operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan, siswa
menyimak penjelasan guru untuk mempersiapkan tes evaluasi siklus II, kemudian
siswa bersama guru mengucapkan salam.
4) Pertemuan keempat.
Tindakan siklus II pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu, 29
Maret 2014 pada pukul 07.00-08.10 WIB. Siklus II pertemuan keempat
merupakan kegiatan tes evaluasi siklus II. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru
mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian siswa mengecek kesiapan
belajar. Siswa menerima motivasi dengan bernyanyi lagu yang berjudul Naik
Kereta Api dan apersepsi, serta siswa menyimak penjelasan tentang tujuan tes
evaluasi siklus II. Pada kegiatan inti, siswa telah menerima lembar tes evaluasi
siklus II dari guru, siswa mengerjakan tes evaluasi dengan tenang dan lancar.
Setelah siswa selesai mengerjakan tes evaluasi, siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannnya kepada guru.
Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan keempat, siswa bersama guru
melakukan refleksi pembelajaran. Kegiatan akhir dilanjutkan dengan siswa
menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya
tentang perbandingan dan skala, kemudian siswa bersama guru mengucapkan
salam. Hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan nilai tes evaluasi siklus II
menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 85,5, di
mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus II sebanyak 2 siswa atau
5,9% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanyak
32 siswa atau 94,1% dari 34 siswa (terlampir pada Lampiran 9).
4.1.3.3 Pengamatan
Pengamatan tindakan siklus II dilaksanakan ketika proses pembelajaran
sedang berlangsung. Pengamatan tindakan siklus II dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan proses pembelajaran, tidak pada saat pertemuan tes evaluasi siklus II.
Hasil pengamatan dibagi menjadi tiga, yaitu aktivitas guru, aktivitas siswa, dan
Page 29
97
kerja sama selama mengikuti proses pembelajaran matematika melalui merode
bermain peran.
1) Pertemuan pertama.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 dengan kriteria tinggi. Aktivitas guru
yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, membentuk
kelompok siswa yang masing-masing beranggota 4 orang, memberikan salam dan
doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi kesempatan
siswa untuk bertanya, membimbing siswa serada dalam kelompok, memberikan
tugas kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, serta bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan
positif terhadap informasi yang telah didapat siswa. Untuk memaksimalkan
aktivitas guru dalam pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan
lagi adalah ketika membimbing siswa memberi masukan kelompok lain. Kurang
maksimalnya aktivitas guru dalam membimbing /siswa memberi masukan
kelompok lain membuat masukan yang diberikan siswa kepada kelompok lain
cenderung lebih banyak berupa pujian, bukan berupa saran yang membangun
potensi kelompok, baik kelompok yang mendapat saran maupun kelompok
lainnya.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus II pertemuan pertama sebesar 85 dengan kriteria tinggi. Aktivitas
siswa yang tinggi ditunjukkan ketika membentuk kelompok yang beranggota 4
orang, memberikan salam dan doa bersama, mendengarkan penjelasan guru
tentang konsep materi pembelajaran, berada dalam kelompok, menerima tugas
yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru bertanya
jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif
terhadap informasi yang telah didapat, serta bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran.
Page 30
98
Untuk memaksimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, salah satu
aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika menyimak penjelasan guru,
baik penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, maupun kompetensi
yang akan dicapai. Dengan lebih memaksimalkan aktivitasnya ketika menyimak
penjelasan guru, siswa lebih terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan baik dengan cara lebih memaksimalkan aktivitasnya pada setiap langkah
pembelajaran dan memahami kompetensi apa yang harus dicapainya dalam
pembelajaran.
Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan pertama menunjukkan
bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 114,5 yang berarti secara keseluruhan
kerja sama tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 31 siswa atau 91,2% dari 34
siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 3 siswa atau 8,8% dari 34 siswa berkriteria
sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 123 dan skor terendah sebesar 107.
Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok,
memahami karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemeranan, berada
dalam kelompok selama pemeranan berlangsung, menyimak pemeranan dengan
baik, mengajukan pertanyaan dalam pemeranan, melaksanakan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya, membantu teman kelompok yang mengalami
kesulitan, membagi tugas presentasi, serta mendengarkan presentasi kelompok
lain. Secara keseluruhan semua siswa mulai tertarik untuk mengerjakan tugas
secara bersama, dan tugas guru adalah memotivasi dan memberi penguatan positif
kepada siswa, agar siswa dapat terus memaksimalkan kemampuan kerjasamanya
dalam pembelajaran.
2) Pertemuan kedua.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus II pertemuan kedua sebesar 92 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas
guru yang sangat tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran,
membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggota 4 orang,
memberikan salam dan doa bersama, memberikan motivasi dan apersepsi kepada
siswa, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi kesempatan siswa
Page 31
99
untuk bertanya, membimbing siswa serada dalam kelompok, memberikan tugas
kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, membimbing siswa berdiskusi
dan mempresentasikan hasil diskusi, serta bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap
informasi yang telah didapat siswa. Untuk memaksimalkan aktivitas guru dalam
pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi
temannya. Kurang maksimalnya aktivitas guru dalam memberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi temannya, baik berupa
siswa memberikan pertanyaan atau memberikan masukan, mengakibatkan hanya
kelompok tertentu saja yang selalu memberikan pertanyaan atau memberikan
masukan dan belum merata kepada kelompok yang lain, sehingga pengetahuan
yang didapat siswa kurang tergali secara dalam dan ide-ide yang disampaikan
masih terbatas.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan kedua yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus II pertemuan kedua sebesar 90 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas
siswa yang sangat tinggi ditunjukkan ketika membentuk kelompok yang
beranggota 4 orang, mempelajari skenario bermain peran, melakukan latihan
pemanasan, memberikan salam dan doa bersama, menerima motivasi dan
apersepsi dari guru, mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi yang akn
dicapai dan konsep materi pembelajaran, berada dalam kelompok, menampilkan
skenario, menerima tugas yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat,
bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan
penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat, serta bersama guru
membuat kesimpulan pembelajaran. Untuk memaksimalkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah
memperhatikan ketika ada kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya.
Dengan memperhatikan secara maksimal ketika kelompok lain mempresentasikan
hasil diskusinya, siswa dapat lebih memahami tentang isi presentasi, dapat lebih
Page 32
100
menggali pertanyaan tentang presentasi, dan mendapat ide-ide masukan yang
lebih membangun kepada kelompok lain.
Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua menunjukkan
bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 120,8 yang berarti secara keseluruhan
kerja sama sangat tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 14 siswa atau 41,2%
dari 34 siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 20 siswa atau 58,8% dari 34 siswa
berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 130 dan skor terendah
sebesar 113. Kerja sama yang sangat tinggi ditunjukkan ketika membagi peran
dan memahami karakter peran yang didapat, mengatur sesi-sesi pemeranan,
berada dalam kelompok selama persiapan pemeranan, melakukan latihan
pemeranan, memerankan skenario secara utuh, berada dalam kelompok selama
pemeranan, menyimak pemeranan dan mengajukan pertanyaan dalam pemeranan,
melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, membantu teman
kelompok yang mengalami kesulitan, menyampaikan pendapat dan menghargai
pendapat teman dalam diskusi, menyelesaikan tugas tepat waktu, membagi tugas
presentasi, serta mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tentang presentasi
kelompok lain. Pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua, secara keseluruhan
kerja sama merata dengan siswa yang pandai mulai dilibatkan secara aktif dalam
kelompoknya, namun kerja sama lebih perlu dimaksimalkan sebab pada beberapa
kelompok masih terlihat siswa pandai masih lebih mendominasi.
3) Pertemuan ketiga.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan ketiga yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus II pertemuan ketiga sebesar 96 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas
guru yang sangat tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah
pembelajaran dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal, namun
tidak dapat dipungkiri tetap ada aktivitas guru yang perlu ditingkatkan untuk lebih
memaksimalkan pembelajaran. Salah satu aktivitas guru yang perlu ditingkatkan
lagi adalah ketika mengamati jalannya pemeranan skenario. Guru terkadang
terlihat kurang berkonsentrasi mengamati jalannya pemeranan skenario, sehingga
guru juga kurang optimal ketika membimbing aktor dalam menampilkan skenario
Page 33
101
dan membimbing audience dalam mengamati jalannya penampilan skenario. Jika
guru kurang optimal dalam membimbing siswa, maka aktivitas siswa ketika
menampilkan skenario dan mengamati jalannya penampilan skenario juga kurang
optimal.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ketiga yang
diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus II pertemuan ketiga sebesar 95 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas
siswa yang sangat tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah
pembelajaran dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal, namun
tidak dapat dipungkiri tetap ada aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan untuk
lebih memaksimalkan pembelajaran. Salah satu aktivitas siswa yang masih perlu
ditingkatkan lagi adalah ketika menyimak penjelasan guru tentang kompetensi
yang akan dicapai, sebab masih terdapat beberapa siswa yang kurang fokus dalam
mencapai kompetensi ketika mengikuti proses pembelajaran dan aktivitasnya
dalam pembelajaran terkesan hanya mengikuti “arus” pembelajaran.
Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan ketiga menunjukkan
bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 128,3 yang berarti secara keseluruhan
kerja sama sangat tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama seluruh siswa atau
100% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 134
dan skor terendah sebesar 122. Kerja sama yang sangat tinggi ditunjukkan ketika
hampir setiap indikator kerja sama dalam pembelajaran dapat dilakukan secara
optimal dan pembagian tugas dapat dilaksanakan secara merata antara siswa yang
pandai dan kurang pandai, namun tidak dapat dipungkiri tetap ada kerja sama
yang perlu ditingkatkan untuk lebih memaksimalkan pembelajaran. Salah satu
kerja sama yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika menggantikan atau bertukar
tugas dengan teman. Pada beberapa kelompok masih nampak beberapa siswa
merasa sangat beruntung mendapatkan tugas yang diterimanya, sehingga siswa
hanya membantu teman yang mengalami kesulitan namun enggan menggantikan
atau bertukar tugas ketika tugas yang didapat temannya dianggap lebih sukar,
padahal terdapat siswa lain yang dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik.
Page 34
102
4.1.3.4 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh
pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 yang berarti tinggi, meningkat
menjadi 92 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi
menjadi 96 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata
aktivitas guru pada siklus II sebesar 92 yang berarti sangat tinggi. Berdasarkan
hasil pengamatan aktivitas siswa, jumlah skor yang diperoleh pada siklus II
pertemuan pertama sebesar 85 yang berarti tinggi, meningkat menjadi 90 yang
berarti sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi 95 yang
berarti sangat tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas siswa
pada siklus II sebesar 90 yang berarti sangat tinggi. Aktivitas guru dan siswa yang
cukup tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah pembelajaran
dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan kerja sama, siklus II pertemuan pertama
rata-rata skor kerja sama sebesar 114,5 yang berarti tinggi meningkat pada
pertemuan kedua menjadi sebesar 120,8 yang berarti sangat tinggi, dan meningkat
lagi pada pertemuan ketiga menjadi sebesar 128,3 yang berarti sangat tinggi.
Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap indikator kerja sama
dalam pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan pembagian tugas dapat
dilaksanakan secara merata.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama,
pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran
dalam siklus II yang terdiri 3 kali pertemuan terbukti lebih maksimalkan kerja
sama dan hasil belajar siswa. Kerja sama yang maksimal ditunjukkan bahwa rata-
rata skor kerja sama pada siklus II sebesar 121,2 yang dalam siklus I secara
keseluruhan kerja sama sangat tinggi, dengan seluruh siswa atau 100% dari 34
siswa memenuhi kriteria kerja sama tinggi. Hasil belajar yang maksimal
ditunjukkan bahwa nilai rata-rata tes evaluasi siklus II sebesar 85,5, di mana
jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 2 siswa atau 5,9%
dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 32
siswa atau 94,1% dari 34 siswa.
Page 35
103
Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I
diperoleh bahwa secara keseluruhan masih terdapat beberapa kekurangan atau
kegiatan pembelajaran yang belum berjalan dengan maksimal, yaitu guru belum
memahami langkah-langkah pembelajaran, guru kurang menjelaskan kompetensi
pencapaian, guru kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya, guru kurang
memberikan motivasi dan apresiasi terhadap siswa, kerja sama dan aktivitas siswa
kurang merata, serta masih terdapat beberapa siswa yang belum mempunyai
inisiatif untuk mengeluarkan pendapat, belum berani bertanya, dan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Kekurangan yang
masih terjadi pada pembelajaran diselesaikan melalui pembelajaran pasa siklus II
dengan memberikan penjelasan lebih lanjut kepada guru tentang langkah-langkah
pembelajaran, guru memberikan penjelasan kompetensi pencapaian, guru lebih
memberi kesempatan siswa untuk bertanya, pemilihan anggota kelompok
didasarkan pada kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa dan jumlah
anggota setiap kelompok 4 orang, serta guru membimbing siswa mengungkapkan
pendapatnya dan bertanya melalui pemberian penghargaan seperti pujian, tepuk
tangan, atau pin smile kepada siswa yang aktif.
4.2 Hasil Analisis Data
Data yang dianalisis pada penelitian ini berupa data aktivitas guru dan
siswa, kerja sama, dan hasil belajar. Hasil analisis data diperoleh dari data kondisi
awal, siklus I, dan siklus II. Hasil analisis data aktivitas guru dan siswa diperoleh
dari data siklus I serta siklus II yang meliputi data skor aktivitas guru dan siswa
pada setiap pembelajaran. Hasil analisis data kerja sama diperoleh dari data siklus
I dan siklus II yang meliputi data skor kerja sama pada setiap pembelajaran. Hasil
analisis data hasil belajar diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan siklus II
yang meliputi data nilai tes evaluasi siswa pada akhir siklus.
Data hasil obervasi aktivitas guru dan siswa dari hasil pengamatan melalui
lembar observasi meliputi empat aspek yang dijabarkan ke dalam 25 indikator
pengamatan, yaitu aspek persiapan yang terdiri dari 4 indikator pengamatan,
aspek kegiatan awal yang terdiri dari 5 indikator pengamatan, aspek kegiatan inti
Page 36
104
yang terdiri dari 12 indikator pengamatan, dan aspek kegiatan akhir yang terdiri
dari 4 indikator pengamatan. Data hasil obervasi aktivitas guru dari hasil
pengamatan melalui lembar observasi meliputi lima aspek yang dijabarkan ke
dalam 34 indikator pengamatan, yaitu aspek mengambil giliran dan berbagi tugas
yang terdiri dari 12 indikator pengamatan, aspek berada dalam kelompok yang
terdiri dari 5 indikator pengamatan, aspek menyelesaikan tugas tepat waktu yang
terdiri dari 1 indikator pengamatan, aspek menghargai kontribusi yang terdiri dari
8 indikator pengamatan, serta aspek menyamakan pendapat yang terdiri dari 8
indikator pengamatan.
4.2.1 Hasil Analisis Data Kondisi Awal
Observasi pembelajaran matematika pada kondisi awal dilaksanakan pada
SK 4. menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah dengan KD 4.1 menghitung volume kubus dan balok. Hasil
observasi menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa serta kerja sama siswa
dalam proses pembelajaran masih rendah. Rendahnya aktivitas guru dan siswa
terbukti ketika siswa tampak pasif menerima konsep pembelajaran tanpa adanya
komunikasi dua arah guru dan siswa seperti siswa bertanya tentang hal-hal yang
belum diketahui atau guru bertanya tentang contoh konkrit konsep pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran kurang adanya kerja
sama yang terjalin antarsiswa, guru kurang membimbing siswa bekerjasama
dalam kelompok dan kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa
dalam proses pembelajaran sehingga diskusi kelompok hanya didominasi oleh
siswa yang pintar dan anggota kelompok yang lain bersikap acuh. Guru
menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif di mana guru lebih
mendominasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
(teacher centered) dan tanpa adanya media pembelajaran yang dapat membantu
mempermudah siswa menerima konsep pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik dengan memberikan konsep
secara langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran
yang mengakibatkan siswa kesulitan dalam menerima konsep pembelajaran dan
Page 37
105
merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar sehingga berdampak
pada hasil belajar siswa yang rendah.
Data hasil belajar pada kondisi awal diperoleh dari data nilai ulangan
matematika semester I tahun 2013/2014 dengan SK 4 menghitung volume kubus
dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Data nilai ulangan
matematika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Matematika Kondisi Awal
No. Nilai f %
1. 47 – 55 12 35,3
2. 56 – 64 13 38,2
3. 65 – 73 8 23,5
4. 74 – 82 1 2,9
Jumlah 34 100,0
Rata-rata 58,9
Nilai Maksimal 75
Nilai Minimal 50
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan matematika pada
kondisi awal dapat dikatakan hasil belajar masih rendah. Rendahnya hasil belajar
dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran atau
nilai ulangannya masih di bawah KKM sebesar 65. Dari tabel 4.1 diketahui bahwa
nilai antara 47-55 frekuensinya ada 12 dengan persentase 35,3% dari jumlah
keseluruhan siswa, nilai antara 56-64 frekuensinya ada 13 dengan persentase
38,2% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 65-73 frekuensinya ada 8
dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan skor nilai 74-82
frekuensinya 1 dengan persentase 2,9%. Berdasarkan tabel 4.1, distribusi
frekuensi nilai ulangan matematika pada kondisi awal dapat disajikan dalam
diagram berikut.
Page 38
106
Diagram 4.1 Nilai Ulangan Matematika Kondisi Awal
Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai
ulangan matematika pada kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa
Jumlah (%)
1. Tidak tuntas. < 65 25 73,5
2. Tuntas. ≥ 65 9 26,5
Jumlah 34 100,0
Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa jumlah
siswa yang tidak tuntas sebanyak 25 siswa dengan persentase 73,5% dari jumlah
keseluruhan siswa, sedangkan jumlah siswa tuntas sebanyak 9 siswa dengan
persentase 26,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Ketuntasan belajar pada kondisi
awal dapat disajikan pada diagram berikut.
Page 39
107
Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
4.2.2 Hasil Analisis Data Siklus I
1) Aktivitas Guru dan Siswa.
Data hasil obervasi aktivitas guru pada siklus I terdiri dari data pertemuan
pertama (P1), pertemuan kedua (P2), pertemuan ketiga (P3), serta rata-rata dari
ketiga pertemuan ( ) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Persetase Aspek Aktivitas Guru Siklus I
Aspek yang Diamati Total Skor
P1 % P2 % P3 % %
Persiapan. 12 75,0 13 81,3 13 81,3 12,7 79,2
Kegiatan awal. 14 70,0 15 75,0 16 80,0 15,0 75,0
Kegiatan inti. 33 68,8 36 75,0 41 85,5 36,7 76,4
Kegiatan akhir. 13 81,3 13 81,3 13 81,3 13,0 81,3
Jumlah 72 77 83 77,3
Kriteria Cukup tinggi. Tinggi. Tinggi. Tinggi.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 dengan kriteria cukup tinggi
meningkat menjadi sebesar 77 dengan kriteria tinggi pada pertemuan kedua, dan
meningkat lagi menjadi sebesar 83 dengan kriteria tinggi pada pertemuan ketiga.
Peningkatan aktivitas guru yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek
pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika
guru mendampingi siswa melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek
Page 40
108
persiapan pada pertemuan pertama sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal
meningkat menjadi sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan
kedua. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika
memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, serta menyampaikan
kompetensi pencapaian, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan
pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 16 atau
80,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan inti,
peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika memberi siswa kesempatan untuk
bertanya, membimbing siswa berada dalam kelompok, membimbing aktor
menampilkan skenario, membimbing audience mengamati penampilan skenario,
membimbing siswa berdiskusi, memberi kesempatan siswa memberi masukan
kepada kelompok lain, serta bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah
didapat siswa, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama
sebesar 33 atau 68,8% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 41 atau
85,5% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir,
tidak terjadi peningkatan pada aktivitas guru, terbukti total skor aspek kegiatan
akhir pada setiap pertemuan sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal.
Berdasarkan tabel 4.3, maka persentase tiap aspek aktivitas guru pada siklus I
dapat disajikan dalam diagram berikut.
Page 41
109
Diagram 4.3 Persentase Aspek Aktivitas Guru Siklus I
Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas guru dan peningkatan yang terjadi
pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor
aspek persiapan sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan inti sebesar 36,7 atau 76,4% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan akhir sebesar 13,0 atau 81,3% dari skor maksimal, sehingga rata-rata
jumlah skor skor aktivitas guru pada siklus I sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi.
Data hasil obervasi aktivitas siswa pada siklus I terdiri dari data pertemuan
pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Page 42
110
Tabel 4.4
Persetase Aspek Aktivitas Siswa Siklus I
Aspek yang Diamati Total Skor
P1 % P2 % P3 % %
Persiapan. 9 56,3 10 62,5 12 75,0 10,3 64,6
Kegiatan awal. 14 70,0 15 75,0 16 80,0 15,0 75,0
Kegiatan inti. 33 68,7 36 75,0 36 75,0 35,0 72,9
Kegiatan akhir. 12 75,0 13 81,3 13 81,3 12,7 79,2
Jumlah 68 74 80 74,0
Kriteria Cukup tinggi. Cukup tinggi. Tinggi. Cukup tinggi.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 dengan kriteria cukup tinggi
meningkat menjadi sebesar 74 dengan kriteria cukup tinggi pada pertemuan
kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 80 dengan kriteria tinggi pada
pertemuan ketiga. Peningkatan aktivitas siswa yang dapat dilihat dari peningkatan
setiap aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas siswa dapat
dilihat ketika mempelajari skenario bermain peran, merancang ruangan dan
peralatan dalam pemeranan, serta melakukan latihan pemanasan, terbukti total
skor aspek persiapan pada pertemuan pertama sebesar 9 atau 56,3% dari skor
maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal pada
pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas siswa dapat
dilihat ketika mengucapkan salam dan berdoa bersama, serta menerima motivasi
dan apersepsi dari guru, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan
pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 16 atau
80,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan inti,
peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika mendengarkan penjelasan guru
dan bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran, mendiskusikan
tugas yang didapat, mempresentasikan hasil diskusi, serta bertanya tentang
presentasi dan memberi masukan kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan
inti pada pertemuan pertama sebesar 33 atau 68,7% dari skor maksimal meningkat
menjadi sebesar 36 atau 75,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada
aspek kegiatan akhir, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika bersama
Page 43
111
guru membuat kesimpulan pembelajaran, terbukti total skor aspek kegiatan akhir
pada pertemuan pertama sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat
menjadi sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan kedua.
Berdasarkan tabel 4.4, maka persentase tiap aspek aktivitas siswa pada siklus I
dapat disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.4 Persentase Aspek Aktivitas Siswa Siklus I
Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas siswa dan peningkatan yang terjadi
pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor
aspek persiapan sebesar 10,3 atau 64,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan inti sebesar 35,0 atau 72,9% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan akhir sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal, sehingga rata-rata
jumlah skor skor aktivitas siswa siklus I sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi.
Page 44
112
2) Kerja Sama.
Data kerja sama pada siklus I dari pertemuan pertama, pertemuan kedua,
pertemuan ketiga, serta rata-rata ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kerja Sama Siklus I
Skor P1 P2 P3
f % f % f % f %
69 – 85 6 17,6 3 8,8 0 0 0 0
86 – 102 28 82,4 24 70,6 4 11,8 25 73,5
103 – 119 0 0 7 20,6 29 85,3 9 26,5
120 – 136 0 0 0 0 1 2,9 0 0
Jumlah 34 100 34 100 34 100 34 100
Rata-rata 91,5 98,4 107,9 99,2
Kriteria Cukup tinggi Cukup tinggi Tinggi Cukup tinggi
Maksimal 102 113 120 112
Minimal 79 84 100 88
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor kerja
sama pada siklus I pertemuan pertama sebesar 91,5 dengan kriteria cukup tinggi
meningkat menjadi sebesar 98,4 dengan kriteria cukup tinggi pada pertemuan
kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 107,9 dengan kriteria tinggi pada
pertemuan ketiga. Peningkatan kerja sama yang dapat dilihat dari peningkatan
setiap aspek pengamatan. Data aspek pengamatan kerja sama pada siklus I terdiri
dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata
dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Page 45
113
Tabel 4.6
Persetase Aspek Kerja Sama Siklus I
Aspek yang Diamati Total Skor
P1 % P2 % P3 % %
Mengambil giliran dan
berbagi tugas.
32 66,7 36 75,0 39 81,3 35,7 74,3
Berada dalam kelompok. 14 70,0 16 80,0 17 85,0 15,7 78,3
Menyelesaikan tugas
tepat waktu.
2 50,0 3 75,0 3 75,0 2,7 66,7
Menghargai kontribusi. 19 59,4 21 65,6 26 81,3 22,0 68,8
Menyamakan pendapat. 23 71,9 24 75,0 25 78,1 24,0 75,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada aspek mengambil
giliran dan berbagi tugas, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika memahami
karakter peran yang didapat, mencatat hal-hal penting dalam pemeranan dan
presentasi, membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan, menggantikan
atau bertukar tugas dengan teman, serta membagi tugas dan mengambil giliran
dalam penyampaian presentasi, terbukti total skor aspek mengambil giliran dan
berbagi tugas pada pertemuan pertama sebesar 32 atau 66,7% dari skor maksimal
meningkat menjadi sebesar 39 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan
ketiga. Pada aspek berada dalam kelompok, peningkatan kerja sama dapat dilihat
ketika melakukan latihan pemeranan bersama dan berada dalam kelompok selama
pemeranan, terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan
pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 17
atau 85,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek menyelesaikan
tugas tepat waktu, peningkatan kerja sama terbukti total skor aspek berada dalam
kelompok pada pertemuan pertama sebesar 2 atau 50,0% dari skor maksimal
meningkat menjadi sebesar 3 atau 75,0% dari skor maksimal pada pertemuan
kedua. Pada aspek menghargai kontribusi, peningkatan kerja sama dapat dilihat
ketika menyimak pemeranan, memberikan review/penilaian objektif dan
mengajukan pertanyaan tentang pemeranan, mendengarkan presentasi,
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dalam presentasi, serta
memberikan masukan yang membangun kepada kelompok lain, terbukti total skor
Page 46
114
aspek menghargai kontribusi pada pertemuan pertama sebesar 19 atau 59,4% dari
skor maksimal meningkat menjadi sebesar 26 atau 81,3% dari skor maksimal pada
pertemuan ketiga. Pada aspek menyamakan pendapat, peningkatan kerja sama
dapat dilihat ketika menyamakan pendapat sebagai hasil diskusi dan membuat
kesimpulan pembelajaran bersama dengan bimbingan guru, terbukti total skor
aspek menyamakan pendapat pada pertemuan pertama sebesar 23 atau 71,9% dari
skor maksimal meningkat menjadi sebesar 25 atau 78,1% dari skor maksimal pada
pertemuan ketiga. Berdasarkan tabel 4.6, maka persentase tiap aspek kerja sama
pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.5 Persentase Aspek Kerja Sama Siklus I
Berdasarkan skor tiap aspek kerja sama dan peningkatan yang terjadi pada
setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek
mengambil giliran dan berbagi tugas sebesar 35,7 atau 74,3% dari skor maksimal,
rata-rata skor aspek berada dalam kelompok sebesar 15,7 atau 78,3% dari skor
maksimal, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat waktu sebesar 2,7 atau
Page 47
115
66,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menghargai kontribusi sebesar
22,0 atau 68,8% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyamakan pendapat
sebesar 24,0 atau 75,0% dari skor maksimal. Rata-rata skor kerja sama pada siklus
I dari ketiga pertemuan sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi, di mana kerja
sama 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa berkriteria cukup tinggi, dan kerja sama 9
siswa atau 26,5% dari 34 siswa berkriteria tinggi. Hasil analisis kriteria kerja sama
pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.6 Kriteria Kerja Sama Siklus I
3) Hasil Belajar.
Hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 diperoleh dengan
mengadakan tes evaluasi di akhir siklus I yaitu pada pertemuan keempat. Tes
evaluasi siklus I dilakukan dengan indikator 5.3.1 menghitung perkalian dan
pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, 5.3.2 menghitung perkalian dan
pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, serta 5.3.3
menghitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan
sebaliknya. Data nilai tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Page 48
116
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus I
No. Nilai f %
1. 47 – 55 2 5,9
2. 56 – 64 6 17,6
3. 65 – 73 12 35,3
4. 74 – 82 9 26,5
5. 83 – 91 3 8,8
6. 92 – 100 2 5,9
Jumlah 34 100,0
Rata-rata 70,8
Nilai Maksimal 100
Nilai Minimal 53
Berdasarkan tabel 4.7 distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus I dapat
dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal dan siklus I
yang ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar kondisi awal sebesar 58,9
meningkat menjadi 70,8 pada siklus I, nilai maksimal kondisi awal sebesar 75
meningkat menjadi 100 pada siklus I, serta nilai terendah kondisi awal sebesar 50
meningkat menjadi 53 pada siklus I. Dari tabel 4.7 diketahui bahwa nilai antara
47-55 frekuensinya ada 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa,
nilai antara 56-64 frekuensinya ada 6 dengan persentase 17,6% dari jumlah
keseluruhan siswa, nilai antara 65-73 frekuensinya ada 12 dengan persentase
35,3% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 74-82 frekuensinya 9 dengan
persentase 26,5%, nilai 83-91 frekuensinya 3 dengan persentase 8,8% dari jumlah
siswa, dan nilai 92-100 frekuensinya 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah siswa.
Berdasarkan tabel 4.7, distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus I dapat
disajikan dalam diagram berikut.
Page 49
117
Diagram 4.7 Nilai Tes Evaluasi Siklus I
Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai tes
evaluasi siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 4.8
Ketuntasan Belajar Siklus I
No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa
Jumlah %
1. Tidak tuntas. < 65 8 23,5
2. Tuntas. ≥ 65 26 76,5
Jumlah 34 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan
belajar siswa, terbukti dari jumlah siswa yang tidak tuntas pada kondisi awal
sebanyak 25 siswa dengan persentase 73,5% dari jumlah keseluruhan siswa
menurun menjadi 8 siswa dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa
pada siklus I, sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal sebanyak 9
siswa dengan persentase 26,5% dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi
26 siswa dengan persentase 76,5% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus I.
Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak daripada jumlah siswa
yang tidak tuntas, namun indikator keberhasilan hasil belajar matematika yang
Page 50
118
penulis tentukan belum tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar pada siklus I dapat
disajikan pada diagram berikut.
Diagram 4.8 Ketuntasan Belajar Siklus I
4.2.3 Hasil Analisis Data Siklus II
1) Aktivitas Guru dan Siswa.
Data hasil obervasi aktivitas guru pada siklus II terdiri dari data pertemuan
pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9
Persetase Aspek Aktivitas Guru Siklus II
Aspek yang Diamati Total Skor
P1 % P2 % P3 % %
Persiapan. 14 87,5 14 87,5 16 100,0 14,7 91,7
Kegiatan awal. 17 85,0 18 90,0 19 95,0 18,0 90,0
Kegiatan inti. 42 87,5 44 91,7 45 93,8 43,7 91,0
Kegiatan akhir. 14 90,0 16 100,0 16 100,0 15,3 95,8
Jumlah 87 92 96 91,7
Kriteria Tinggi. Sangat Tinggi. Sangat Tinggi. Sangat Tinggi.
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas guru
pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 dengan kriteria tinggi meningkat
menjadi sebesar 92 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan
meningkat lagi menjadi sebesar 96 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan
Page 51
119
ketiga. Peningkatan aktivitas guru yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek
pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika
guru menunjuk siswa mempelajari skenario dan guru mendampingi siswa
melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek persiapan pada pertemuan
kedua sebesar 14 atau 87,5% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 16
atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan
awal, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika mengecek kesiapan belajar
siswa serta memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, terbukti total skor
aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 17 atau 85,0% dari skor
maksimal meningkat menjadi 19 atau 95,0% dari skor maksimal pada pertemuan
ketiga. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika
bersama siswa mereview penampilan skenario, membimbing siswa mempre-
sentasikan hasil diskusi, dan memberikan kesempatan siswa bertanya tentang hasil
presentasi kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan
pertama sebesar 42 atau 87,5% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 45
atau 93,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir,
peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika bersama siswa melakukan refleksi
dan menghubungkan situasi pemeranan dengan contoh lain di kehidupan nyata,
serta membimbing siswa membuat kesimpulan, terbukti total skor aspek kegiatan
akhir pada pertemuan pertama sebesar 14 atau 90,0% dari skor maksimal
meningkat menjadi sebesar 16 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan
kedua. Berdasarkan tabel 4.9, maka persentase tiap aspek aktivitas guru pada
siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.
Page 52
120
Diagram 4.9 Persentase Aspek Aktivitas Guru Siklus II
Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas guru dan peningkatan yang terjadi
pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor
aspek persiapan sebesar 14,7 atau 91,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan awal sebesar 18,0 atau 90,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan inti sebesar 43,7 atau 91,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan akhir sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal, sehingga rata-rata
jumlah skor skor aktivitas guru pada siklus II sebesar 91,7 dengan kriteria sangat
tinggi.
Data hasil obervasi aktivitas siswa pada siklus II terdiri dari data
pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga
pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Page 53
121
Tabel 4.10
Persetase Aspek Aktivitas Siswa Siklus II
Aspek yang Diamati Total Skor
P1 % P2 % P3 % %
Persiapan. 13 81,3 15 93,8 15 93,8 14,3 89,6
Kegiatan awal. 16 80,0 18 90,0 18 90,0 17,3 86,7
Kegiatan inti. 41 85,4 42 87,5 46 95,8 43,0 89,6
Kegiatan akhir. 15 93,8 15 93,8 16 100,0 15,3 95,8
Jumlah 85 90 95 90,0
Kriteria Tinggi. Sangat tinggi. Sangat tinggi. Sangat tinggi.
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas siswa
pada siklus II pertemuan pertama sebesar 85 dengan kriteria tinggi meningkat
menjadi sebesar 90 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan
meningkat lagi menjadi sebesar 95 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan
ketiga. Peningkatan aktivitas siswa yang dapat dilihat dari peningkatan setiap
aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas siswa dapat
dilihat ketika mempelajari skenari bermain peran dan melakukan latihan
pemanasan, terbukti total skor aspek persiapan pada pertemuan pertama sebesar
13 atau 81,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 15 atau 93,8% dari
skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan
aktivitas siswa dapat dilihat ketika menerima motivasi dan apersepsi, serta
menyimak penjelasan tentang tujuan dan teknik pembelajaran dari guru, terbukti
total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 16 atau 80,0%
dari skor maksimal meningkat menjadi 18 atau 90,0% dari skor maksimal pada
pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas siswa dapat
dilihat ketika bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran,
menampilkan skenario pembelajaran, bersama guru mereview penampilan
skenario, mempresentasikan hasil diskusi, serta bertanya tentang presentasi
kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama
sebesar 41 atau 85,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 46 atau
95,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir,
peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika bersama guru melakka refleksi
Page 54
122
dan menghubungkan situasi pemeranan dengan contoh lain di kehidupan nyata,
terbukti total skor aspek kegiatan akhir pada pertemuan kedua sebesar 15 atau
93,8% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 16 atau 100,0% dari skor
maksimal pada pertemuan ketiga. Berdasarkan tabel 4.10, maka persentase tiap
aspek aktivitas siswa pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.10 Persentase Aspek Aktivitas Siswa Siklus II
Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas siswa dan peningkatan yang terjadi
pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor
aspek persiapan sebesar 14,3 atau 89,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan awal sebesar 17,3 atau 86,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan inti sebesar 43,0 atau 89,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek
kegiatan akhir sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal, sehingga rata-rata
jumlah skor skor aktivitas siswa pada siklus II sebesar 90,0 dengan kriteria sangat
tinggi.
Page 55
123
2) Kerja Sama.
Data kerja sama pada siklus II dari pertemuan pertama, pertemuan kedua,
pertemuan ketiga, serta rata-rata ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Kerja Sama Siklus II
Skor P1 P2 P3
f % F % f % f %
103 – 119 31 91,2 14 41,2 0 0 9 26,5
120 – 136 3 8,8 20 58,8 34 100 25 73,5
Jumlah 34 100 34 100 34 100 34 100
Rata-rata 114,5 120,8 128,3 121,2
Kriteria Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
Maksimal 123 130 134 128
Minimal 107 113 122 114
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor kerja
sama pada siklus II pertemuan pertama sebesar 114,5 dengan kriteria tinggi
meningkat menjadi sebesar 120,8 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan
kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 128,3 dengan kriteria sangat tinggi
pada pertemuan ketiga. Peningkatan kerja sama yang dapat dilihat dari
peningkatan setiap aspek pengamatan. Data aspek pengamatan kerja sama pada
siklus II terdiri dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga,
serta rata-rata dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Page 56
124
Tabel 4.12
Persetase Aspek Kerja Sama Siklus II
Aspek yang Diamati Total Skor
P1 % P2 % P3 % %
Mengambil giliran dan
berbagi tugas.
41 85,4 42 87,5 47 97,9 43,3 90,3
Berada dalam kelompok. 18 90,0 20 100,0 20 100,0 19,3 96,7
Menyelesaikan tugas
tepat waktu.
3 75,0 4 100,0 4 100,0 3,7 91,7
Menghargai kontribusi. 27 84,4 28 87,5 29 90,6 28,0 87,5
Menyamakan pendapat. 25 78,1 29 90,6 30 93,8 28,0 87,5
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada aspek mengambil
giliran dan berbagi tugas, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika membantu
teman memahani karakter peran, mencatat hal-hal penting dalam pemeranan dan
presentasi, membagi tugas dalam diskusi secara merata, membuat laporan hasil
diskusi, serta mengambil giliran dalam penyampaian presentasi, terbukti total skor
aspek mengambil giliran dan berbagi tugas pada pertemuan pertama sebesar 41
atau 85,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 47 atau 97,9% dari
skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek berada dalam kelompok,
peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika berada dalam kelompok selama
persiapan pemeranan dan memeranan skenario dalam kelompok secara untuh,
terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan pertama sebesar
18 atau 90,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 20 atau 100,0%
dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek menyelesaikan tugas tepat
waktu, peningkatan kerja sama terbukti total skor aspek berada dalam kelompok
pada pertemuan pertama sebesar 3 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat
menjadi sebesar 4 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada
aspek menghargai kontribusi, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dalam presentasi, terbukti total
skor aspek menghargai kontribusi pada pertemuan pertama sebesar 27 atau 84,4%
dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 29 atau 90,6% dari skor maksimal
pada pertemuan ketiga. Pada aspek menyamakan pendapat, peningkatan kerja
Page 57
125
sama dapat dilihat ketika mengatur sesi-sesi pemeranan, menyampaikan pendapat
dalam diskusi, mendengarkan dan menghargai pendapat teman, menyamakan
pendapat sebagai hasil diskusi, serta menghubungkan situasi yang diperankan
dengan kehidupan di dunia nyata, terbukti total skor aspek menyamakan pendapat
pada pertemuan pertama sebesar 25 atau 78,1% dari skor maksimal meningkat
menjadi sebesar 30 atau 93,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga.
Berdasarkan tabel 4.12, maka persentase tiap aspek kerja sama pada siklus II
dapat disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.11 Persentase Aspek Kerja Sama Siklus II
Berdasarkan skor tiap aspek kerja sama dan peningkatan yang terjadi pada
setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek
mengambil giliran dan berbagi tugas sebesar 43,3 atau 90,3% dari skor maksimal,
rata-rata skor aspek berada dalam kelompok sebesar 19,3 atau 96,7% dari skor
maksimal, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat waktu sebesar 3,7 atau
91,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menghargai kontribusi sebesar
Page 58
126
28,0 atau 87,5% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyamakan pendapat
sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal. Rata-rata skor kerja sama pada siklus
II dari ketiga pertemuan sebesar 121,2 dengan kriteria sangat tinggi, di mana kerja
sama 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa tinggi, dan kerja sama 25 siswa atau
73,5% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi. Hasil analisis kriteria kerja sama
pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.12 Kriteria Kerja Sama Siklus II
3) Hasil Belajar.
Hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 diperoleh dengan
mengadakan tes evaluasi di akhir siklus II yaitu pada pertemuan keempat. Tes
evaluasi siklus II dilakukan dengan indikator 5.3.4 menghitung perkalian dan
pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, 5.3.5
menghitung perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen
dan sebaliknya, serta 5.3.6 menghitung operasi hitung campuran berbagai bentuk
pecahan. Data nilai tes evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Page 59
127
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus II
No. Nilai f %
1. 56 – 64 2 5,9
2. 65 – 73 2 5,9
3. 74 – 82 9 26,5
4. 83 – 91 9 26,5
5. 92 – 100 12 35,3
Jumlah 34 100,0
Rata-rata 85,5
Nilai Maksimal 100
Nilai Minimal 59
Berdasarkan tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus II dapat
dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II yang
ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 70,8 meningkat
menjadi 85,5 pada siklus II, nilai maksimal siklus I sebesar 100 tetap 100 pada
siklus II, serta nilai terendah siklus I sebesar 53 meningkat menjadi 59 pada siklus
II. Dari tabel 4.13 diketahui bahwa nilai antara 56-64 frekuensinya ada 2 dengan
persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 65-73 frekuensinya
ada 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 74-82
frekuensinya 9 dengan persentase 26,5%, nilai 83-91 frekuensinya 9 dengan
persentase 26,5% dari jumlah siswa, dan nilai 92-100 frekuensinya 12 dengan
persentase 35,3% dari jumlah siswa. Berdasarkan tabel 4.13, distribusi frekuensi
nilai tes evaluasi siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.
Page 60
128
Diagram 4.13 Nilai Tes Evaluasi Siklus II
Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai tes
evaluasi siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 4.14
Ketuntasan Belajar Siklus II
No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa
Jumlah %
1. Tidak tuntas. < 65 2 5,9
2. Tuntas. ≥ 65 32 94,1
Jumlah 34 100,0
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan
belajar siswa, terbukti dari jumlah siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak
8 siswa dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa menurun menjadi
2 siswa dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus II,
sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal sebanyak 26 siswa dengan
persentase 76,5% dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi 32 siswa
dengan persentase 94,1% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus II. Pada
siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak daripada jumlah siswa
yang tidak tuntas, serta indikator keberhasilan hasil belajar matematika yang
Page 61
129
penulis tentukan telah tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar pada siklus II dapat
disajikan pada diagram berikut.
Diagram 4.14 Ketuntasan Belajar Siklus II
4.2.4 Analisis Komparatif
Pada analisis komparatif akan diuraikan tentang perbandingan aktivitas
guru dan siswa, kerja sama, serta hasil belajar siswa kelas 5 SD Jepon 02
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014 antara kondisi
awal, siklus I, dan siklus II.
1) Aktivitas Guru dan Siswa.
Perbandingan antara rata-rata total skor tiap aspek aktivitas guru dan
aktivitas siswa antara siklus I (S I) dan siklus II (S II) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.15
Perbandingan Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II
Aspek yang Diamati
Total Skor
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
S I % S II % S I % S II %
Persiapan. 12,7 79,2 14,7 91,7 10,3 64,6 14,3 89,6
Kegiatan awal. 15,0 75,0 18,0 90,0 15,0 75,0 17,3 86,7
Kegiatan inti. 36,7 76,4 43,7 91,0 35,0 72,9 43,0 89,6
Kegiatan akhir 13,0 81,3 15,3 95,8 12,7 79,2 15,3 95,8
Jumlah 77,3 91,7 74,0 90,0
Kriteria Tinggi. Sangat Tinggi. Cukup tinggi. Sangat tinggi.
Page 62
130
Berdasarkan tabel 4.15, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-
rata skor aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan siklus II. Peningkatan
aktivitas guru dan siswa dapat diketahui dari peningkatan aspek pengamatan.
Peningkatan aktivitas guru terbukti dari total skor pada aspek persiapan sebesar
12,7 atau 79,2% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 14,7 atau 91,7 %
dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan awal sebesar
15,0 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 18,0 atau 90,0%
dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan inti sebesar 36,7
atau 76,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 43,7 atau 91,0% dari
skor maksimal pada siklus II, serta total skor pada aspek kegiatan akhir sebesar
13,0 atau 81,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 15,3 atau 95,8%
dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan aktivitas siswa terbukti dari total
skor pada aspek persiapan sebesar 10,3 atau 64,6% dari skor maksimal meningkat
menjadi sebesar 14,3 atau 89,6% dari skor maksimal pada siklus II, total skor
pada aspek kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat
menjadi sebesar 17,3 atau 86,5% dari skor maksimal pada siklus II, total skor
pada aspek kegiatan inti sebesar 35,0 atau 72,9% dari skor maksimal meningkat
menjadi sebesar 43,0 atau 89,6% dari skor maksimal pada siklus II, serta total
skor pada aspek kegiatan akhir sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal
meningkat menjadi sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal pada siklus II.
Peningkatan persentase tiap aspek aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan
siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.
Page 63
131
Diagram 4.15 Peningkatan Persentase Aspek Aktivitas Guru dan Siswa
Siklus I dan Siklus II
Peningkatan tiap aspek pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus I
dan siklus II menyebabkan terjadinya peningkatan rata-rata skor aktivitas guru
dan siswa pada siklus I dan siklus II. Rata-rata skor aktivitas guru pada siklus I
sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 91,7 dengan
kriteria sangat tinggi pada siklus II. Rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I
sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 90,0 dengan
kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan yang terjadi pada rata-rata skor
aktivitas guru dan siswa dapat disajikan pada diagram berikut.
Page 64
132
Diagram 4.16 Peningkatan Rata-Rata Skor Aktivitas
Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II
2) Kerja Sama.
Perbandingan rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.16
Perbandingan Rata-Rata Skor Kerja Sama Siklus I dan Siklus II
Skor Siklus I Siklus II
f % f %
86 – 102 25 73,5 0 0,0
103 – 119 9 26,5 9 26,5
120 – 136 0 0,0 25 73,5
Jumlah 34 100 34 100
Rata-rata 99,2 121,2
Kriteria Cukup tinggi. Sangat tinggi.
Skor Maksimal 112 128
Skor Minimal 88 114
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata
skor kerja sama antara siklus I dan siklus II. Rata-rata skor kerja sama pada siklus
I sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 121,2
Page 65
133
dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan rata-rata skor kerja sama
antara siklus I dan siklus II dapat disajikan pada diagram berikut.
Diagram 4.17 Peningkatan Rata-Rata Skor Kerja Sama Siklus I
dan Siklus II
Meningkatnya rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II
disebabkan oleh meningkatnya total skor aspek-aspek pengamatan kerja sama
pada siklus I dan siklus II. Perbandingan persetase total skor tiap aspek
pengamatan kerja sama pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.17
Perbandingan Persetase Aspek Kerja Sama Siklus I dan Siklus II
Aspek yang Diamati Total Skor
S I % S II %
Mengambil giliran dan berbagi tugas. 35,7 74,3 43,3 90,3
Berada dalam kelompok. 15,7 78,3 19,3 96,7
Menyelesaikan tugas tepat waktu. 2,7 66,7 3,7 91,7
Menghargai kontribusi. 22,0 68,8 28,0 87,5
Menyamakan pendapat. 24,0 75,0 28,0 87,5
Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek
mengambil giliran dan berbagi tugas pada siklus I sebesar 35,7 atau 74,3% dari
Page 66
134
skor maksimal meningkat menjadi sebesar 43,3 atau 90,3% dari skor maksimal
pada siklus II, rata-rata skor aspek berada dalam kelompok pada siklus I sebesar
15,7 atau 78,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 19,3 atau 96,7%
dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat
waktu pada siklus I sebesar 2,7 atau 66,7% dari skor maksimal meningkat menjadi
sebesar 3,7 atau 91,7% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek
menghargai kontribusi pada siklus I sebesar 22,0 atau 68,8% dari skor maksimal
meningkat menjadi sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal pada siklus II,
rata-rata skor aspek menyamakan pendapat pada siklus I sebesar 24,0 atau 75,0%
dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor
maksimal pada siklus II. Peningkatan total skor aspek-aspek pengamatan kerja
sama pada siklus I dan siklus II disajikan pada diagram berikut.
Diagram 4.18 Peningkatan Persentase Aspek Kerja Sama Siklus I dan
Siklus II
Perbandingan hasil analisis kriteria kerja sama pada siklus I dan siklus II
dapat disajikan dalam diagram berikut.
Page 67
135
Diagram 4.19 Perbandingan Kriteria Kerja Sama Siklus I dan
Siklus II
3) Hasil Belajar.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siswa kelas
5 SD Jepon 02, maka perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar antara
kondisi awal, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.18
Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar
Nilai
Ketuntasan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tidak tuntas. < 65 25 73,5 8 23,5 2 5,9
2. Tuntas. ≥ 65 9 26,5 26 76,5 32 94,1
Jumlah 34 100,0 34 100,0 34 100,0
Rata-rata 58,9 70,8 85,5
Nilai Maksimal 75 100 100
Nilai Minimal 50 53 59
Berdasarkan tabel 4.18 nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan
tiap siklus, pada kondisi awal nilai rata-rata hasil belajar sebesar 58,9, pada siklus
I nilai rata-rata hasil belajar sebesar 70,8, dan pada siklus II nilai rata-rata hasil
belajar sebesar 85,5. Peningkatan rata-rata hasil belajar tiap siklus dapat disajikan
pada diagram berikut.
Page 68
136
Diagram 4.20 Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.18, pencapaian ketuntasan belajar mengalami
peningkatan tiap siklus, pada kondisi awal jumlah siswa yang tidak tuntas belajar
sebanyak 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar
sebanyak 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa, pada siklus I jumlah siswa yang tidak
tuntas belajar sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang
tuntas belajar sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari 34 siswa, sedangkan pada siklus
II jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa atau 5,9% dari 34
siswa dan jumlah siswa yang tunas belajar sebanyak 32 siswa atau 94,1% dari 34
siswa. Perbandingan ketuntasan belajar tiap siklus dapat disajikan pada diagram
berikut.
Page 69
137
Diagram 4.21 Peningkatan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis dalam proses
pembelajaran matematika di kelas V SDN Jepon 02 semester 1 tahun 2013/2014
pada kondisi awal (sebelum melakukan penelitian), diketahui bahwa ketika proses
pembelajaran berlangsung guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah, guru tidak menggunakan media
pembelajaran yang mempermudah siswa menerima konsep pembelajaran, guru
cenderung menggunakan cara yang mekanistik dengan memberikan konsep secara
langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran, guru
kurang menekankan pentingnya kerja sama, guru tidak memberi contoh nyata
konsep pembelajaran, siswa pasif menerima konsep pembelajaran, kurang adanya
kerja sama yang terjalin antarsiswa (didominasi beberapa siswa), guru kurang
membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok, dalam kehidupan sehari-hari
dalam pembelajaran, serta siswa merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran
yang sukar sehingga berdampak pada hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil
belajar siswa pada kondisi awal ditunjukkan rata-rata nilai ulangan matematika
siswa sebesar 58,9 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 25
siswa atau 73,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 9
Page 70
138
siswa atau 26,5% dari 34 siswa. Berdasarkan hasil pengamatan pada kondisi awal,
telah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran matematika untuk meningkatkan
kerja sama dan hasil belajar siswa selama dua siklus, di mana tiap siklus
dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan melalui metode bermain peran.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kerja sama dan
hasil belajar siswa pada siklus I meningkat seiring meningkatnya aktivitas guru
dan siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran
dibandingkan dengan pada kondisi awal. Peningkatan aktivitas guru ditunjukkan
ketika menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing siswa berada
dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing siswa
berdiskusi, bersama siswa bertanyajawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
pemberian penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat siswa, serta
melakkan refleksi dan penghubungan situasi yang diperankan dengan kehidupan
nyata dan masalah lain yang mungkin muncul, di mana rata-rata skor aktivitas
guru pada siklus I sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi. Peningkatan aktivitas siswa
ditunjukkan ketika siswa mendengarkan konsep materi pembelajaran, bersama
guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok yang diberikan guru,
mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru bertanyajawab meluruskan
kesalahan pemahaman dan pemberian penguatan positif terhadap informasi yang
telah didapat, serta bersama guru membuat kesimpulan, di mana rata-rata skor
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi.
Peningkatan juga terjadi pada kerja sama dalam proses pembelajaran siklus I,
namun kerja sama yang terjalin antarsiswa dapat dikatakan masih belum
maksimal dan belum merata. Kerja sama yang tinggi hanya ditunjukkan ketika
membagi peran dalam kelompok, memahami karakter peran yang didapat,
melakukan latihan pemanasan, berada dalam kelompok selama pemeranan
berlangsung, serta membagi tugas dalam penyampaian presentasi, di mana rata-
rata skor kerja sama pada siklus I sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi. Pada
siklus I, kerja sama yang berkriteria cukup tinggi sebanyak 25 siswa atau 73,5%
dari 34 siswa dan kerja sama yang berkriteria tinggi sebanyak 9 siswa atau 26,5%
dari 34 siswa. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan bahwa rata-rata nilai tes
Page 71
139
evaluasi siklus I sebesar 70,8 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar
sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar
sebanyak 26 siswa atau 76,3% dari 34 siswa. Peningkatan yang terjadi pada kerja
sama dan hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan penulis, sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kerja sama dan
hasil belajar siswa pada siklus II juga meningkat seiring meningkatnya aktivitas
guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui metode bermain
peran dibandingkan pada siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan siswa pada
siklus II ditunjukkan ketika hampir setiap aktivitas guru dan siswa dalam langkah-
langkah proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran telah
dilaksanakan secara optimal dengan guru memberikan penjelasan lebih lanjut
tentang kompetensi pencapaian, guru lebih memberi kesempatan siswa untuk
bertanya, guru lebih membimbing siswa mengungkapkan pendapatnya, dan
bertanya melalui pemberian penghargaan seperti pujian, tepuk tangan, atau pin
smile kepada siswa yang aktif, sehingga setiap siswa termotivasi untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dengan lebih aktif bertanya, lebih
aktif menjawab pertanyaan, lebih mendengarkan penjelasan guru, serta lebih aktif
dalam diskusi, di mana rata-rata skor aktivitas guru pada siklus II sebesar 91,7
dengan kriteria sangat tinggi dan rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II
sebesar 90,0 dengan kriteria sangat tinggi. Peningkatan aktivitas guru dan siswa
pada siklus II, menyebabkan terjadinya peningkatan kerja sama dan hasil belajar.
Kerja sama yang tinggi pada siklus II ditunjukkan ketika hampir setiap indikator
kerja sama dalam pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan adanya
pembagian tugas dapat dilaksanakan secara merata, di mana rata-rata skor kerja
sama pada siklus II sebesar 121,2 dengan kriteria sangat tinggi. Pada siklus II,
kerja sama yang berkriteria tinggi sebanyak 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa dan
kerja sama yang berkriteria sangat tinggi sebanyak 25 siswa atau 73,5% dari 34
siswa. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan bahwa rata-rata nilai tes evaluasi
siklus II sebesar 85,5 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2
Page 72
140
siswa atau 5,9% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 32
siswa atau 94,1% dari 34 siswa.
Dari data kerja sama dan hasil belajar pada siklus II dapat dinyatakan
bahwa kualitas pembelajaran sudah meningkat dan penelitian telah berhasil atau
telah mencapai indikator keberhasilan penelitian. Indikator keberhasilan kerja
sama yang penulis tetapkan adalah kerja sama 80% dari 34 siswa kelas 5 SDN
Jepon 02 berkriteria tinggi, di mana pada siklus II kerja sama 9 siswa atau 26,5%
dari 34 siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa
berkriteria sangat tinggi, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator keberhasilan
kerja sama telah tercapai dengan presentase klasikal kerja sama yang berkriteria
tinggi sebesar 100,0% atau sangat tinggi. Indikator keberhasilan hasil belajar yang
penulis tetapkan adalah 80% dari 34 siswa mencapai ketuntasan belajar dengan
memperoleh nilai hasil belajar di atas KKM atau ≥ 65, di mana pada siklus II 32
siswa atau 94,1% dari 34 siswa tuntas belajar dan 2 siswa atau 5,9% dari 34 siswa
tidak tuntas belajar, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator keberhasilan hasil
belajar telah tercapai dengan presentase klasikal ketuntasan belajar sebesar 94,1%
atau sangat tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksaaan pembelajaran
matematika melalui metode bermain peran dan keterangan dari guru kelas 5 dan
guru kelas 4 SDN Jepon 02, dapat diketahui bahwa 2 siswa atau 5,9% dari 34
siswa yang tidak tuntas belajar disebabkan karena kedua siswa mengalami
kesulitan dalam belajar dengan karakteristik siswa cepat merasa gelisah dan sulit
menjaga konsentrasi belajarnya dalam waktu yang lama, serta siswa kurang
mandiri atau masih banyak bergantung pada bantuan guru dan teman, khususnya
dalam memberi penjelasan dalam memahami suatu konsep materi pembelajaran.
Peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran matematika melalui metode bermain peran terjadi karena
peningkatan aktivitas guru dan siswa, di mana metode bermain peran merupakan
metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (student
centered), mengangkat contoh konsep dan menggunakan media pembelajaran dari
kehidupan sehari-hari sehingga dapat memudahkan siswa untuk memahami
konsep pembelajaran serta siswa menjadi merasa senang belajar matematika.
Page 73
141
Pemberian reward berupa pin smile kepada siswa juga terbukti dapat
meningkatkan aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui
metode bermain peran. Hal ini mendukung pendapat Pitadjeng (2006: 49-59)
bahwa dua hal yang harus diupayakan guru untuk membantu memaksimalkan
siswa dalam belajar matematika adalah memberi kesan matematika tidak sulit dan
menantang, antara lain dengan menggunakan media pembelajaran, memberikan
masalah yang berupa masalah dalam kehidupan sehari-hari, memberikan topik
baru dengan pendekatan permainan, serta memberi tantangan kepada siswa untuk
menyelesaikan suatu masalah dengan memberikan hadiah bagi yang dapat
menyelesaikannya.
Melalui metode bermain peran, siswa juga dituntut bekerja sama dengan
baik dalam kelompok, sebab berhasil atau tidaknya pembelajaran matematika
melalui metode bermain peran bergantung pada kerja sama dan kekompakan
kelompok, mulai dari tahap persiapan sampai tahap pelaksanaan dengan cara
saling membantu memahami karakter yang didapat, latihan pemeranan secara
bersama, memerankan skenario secara utuh, berdiskusi dalam kelompok,
mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman, mengajukan pertanyaan,
dan lain sebagainya. Hal ini mendukung pendapat Huda (2013: 211) bahwa
penerapan metode bermain peran memerlukan kekompakan, kerja sama yang
baik, dan sikap saling menghargai antaranggota kelompok. Sejalan dengan
pendapat Huda, Woolfolk (2009: 261) juga mengungkapkan bahwa sebagian guru
memberikan berbagai peran kepada siswa untuk mendorong kerja sama dan
partisipasi penuh dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil pembahasan, maka pembelajaran matematika melalui
metode bermain peran pada kelas 5 SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten
Blora semester II tahun 2013/2014 ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh Indah Kristina W. pada tahun 2012 dengan rata-rata hasil belajar matematika
meningkat menjadi 70 dan penelitian yang dilakukan oleh Leinna Mega Reinny
pada tahun 2012 dengan rata-rata hasil belajar matematika meningkat menjadi 82.
Pembelajaran matematika melalui metode bermain peran pada kelas 5 SDN Jepon
02 juga meningkatkan kerja sama yang selaras dengan penelitian yang dilakukan
Page 74
142
oleh Dwiyanto Joko Pranowo pada tahun 2013 dengan hasil penerapan teknik
bermain peran dalam mata kuliah Expression Orale I mampu meningkatkan nilai-
nilai kepedulian dan kerja sama antarmahasiswa pada kategori Mulai Terlihat
(tahap Heteronomi) dan hasil belajar meningkat menjadi 72,7. Dari berbagai hasil
penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa metode bermain peran dapat
meningkatkan kerja sama dan hasil belajar.