42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tindakan 4.1. 1 Deskripsi Pra Siklus Kondisi awal sebelum pelaksanaan penelitian di SD N 2 Gubug, guru lebih banyak melakukan mengajar dengan model konvensional atau ceramah. Model konvensional ini lebih berpusat pada guru daripada siswa, guru lebih aktif menjelaskan materi yang disampaikan dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlansung hampir 70% guru mendominasi pembicaraan. Guru jarang melibatkan siswa dalam pemberian contoh pada saat kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Hal tersebut membuat siswa pasif selama proses pembelajaran. Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada 22 siswa hanya 3 orang yang berani menjawab pertanyaan dari guru. Proses belajar mengajar tentunya memerlukan sumber belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun selama proses belajar mengajar IPA guru kelas III SD N 2 Gubug hanya menggunakan LKS sebagai sumber utama. Hal ini menyebabkan tingkat pemahaman siswa sebatas dari guru dan LKS saja. Guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik perhatian siswa padahal untuk mata pelajaran IPA banyak yang lebih menunjang pengetahuan siswa bila menggunakan alat peraga atau melakukan percobaan langsung. Hal tersebut terlihat di ruang kelas III tidak terlihat alat peraga yang memperlancar kegiatan belajar mengajar dan pada saat saya melakukan observasi. Alat peraga dapat membantu menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Begitu juga melakukan percobaan pada saat mata pelajaran IPA dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang disampaikan guru. Namun pada kenyataannya, selama proses belajar mengajar guru tidak menggunakan alat peraga serta penyampaian materi persis pada LKS. Selain itu guru tidak mempelajari RPP yang ada hal itu terlihat selama kegiatan belajar mengajar guru tidak menggunakan pendekatan
30
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pe Tindakan … · 2016. 8. 15. · Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan dengan bertelepon dan cerita. 46 Kompetensi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Tindakan
4.1. 1 Deskripsi Pra Siklus
Kondisi awal sebelum pelaksanaan penelitian di SD N 2 Gubug, guru lebih
banyak melakukan mengajar dengan model konvensional atau ceramah. Model
konvensional ini lebih berpusat pada guru daripada siswa, guru lebih aktif
menjelaskan materi yang disampaikan dan siswa mendengarkan penjelasan dari
guru. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlansung hampir 70% guru
mendominasi pembicaraan. Guru jarang melibatkan siswa dalam pemberian
contoh pada saat kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya duduk mendengarkan
penjelasan dari guru. Hal tersebut membuat siswa pasif selama proses
pembelajaran. Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada 22 siswa hanya 3
orang yang berani menjawab pertanyaan dari guru.
Proses belajar mengajar tentunya memerlukan sumber belajar yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Namun selama proses belajar mengajar IPA
guru kelas III SD N 2 Gubug hanya menggunakan LKS sebagai sumber utama.
Hal ini menyebabkan tingkat pemahaman siswa sebatas dari guru dan LKS saja.
Guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik perhatian siswa padahal untuk
mata pelajaran IPA banyak yang lebih menunjang pengetahuan siswa bila
menggunakan alat peraga atau melakukan percobaan langsung. Hal tersebut
terlihat di ruang kelas III tidak terlihat alat peraga yang memperlancar kegiatan
belajar mengajar dan pada saat saya melakukan observasi.
Alat peraga dapat membantu menarik perhatian siswa selama proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Begitu juga melakukan
percobaan pada saat mata pelajaran IPA dapat membantu siswa untuk lebih
memahami materi yang disampaikan guru. Namun pada kenyataannya, selama
proses belajar mengajar guru tidak menggunakan alat peraga serta penyampaian
materi persis pada LKS. Selain itu guru tidak mempelajari RPP yang ada hal itu
terlihat selama kegiatan belajar mengajar guru tidak menggunakan pendekatan
43
atau model pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan sesekali
tanya jawab dengan siswa. Sebenarnya siswa perlu dilibatkan pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Untuk itu siswa perlu dilatih berpikir tingkat tinggi
yang melibatkan kerjasama antar teman yang terbentuk dalam kelompok-
kelompok yang heterogen supaya siswa tidak hanya memperoleh informasi dari
penjelasan guru saja. Siswa dapat memperoleh informasi melalui praktek, teman
maupun pengalaman yang siswa peroleh melalui lingkungan sekitar.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru di kelas III SD N 2 Gubug
Kecamatan Guubug Kabupaten Grobogan dengan KKM (Klasifikasi Ketuntasan
Minimal) ≥ 70 diperoleh skor dari 22 siswa terdapat 9 siswa yang memenuhi
KKM (41%). Sementara itu 13 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (59%).
Untuk menindak lanjuti permasalahan yang ada, maka peneliti mencari solusi
yang menyebabkan 59% siswa nilainya masih dibawah KKM. Peneliti mengambil
kesimpulan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dan penilaian proses
dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapkan pada siswa. Pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan yaitu pendekatan IBL. Ketuntasan hasil belajar IPA pada pra
siklus dapat dilihat dari tabel 4.1
Tabel 4.1
Distribusi hasil belajar Pra siklus
No Katagori Nilai Frekuensi Presentase
1 Tuntas ≥ 86 1 4,55%
70 – 85 8 36,36%
2 Tidak Tuntas
54 – 69 - -
38 – 53 10 45,45%
22 – 37 1 4,55%
≤ 21 2 9,09%
Jumlah 22 100%
Rata – Rata 56,95
Nilai Maksimal 93,3
Nilai Minimal 20
44
Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar pra siklus di SDN 2
Gubug sebanyak 9 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 70 dengan presentase
41%, diikuti 10 siswa mendapatkan nilai 38-53 dengan presentase 45,45%,
kemudian 22-37 dengan presentase 4,55 dan 2 siswa yang nilainya kurang dari 21
dengan presentase 9,09%. Selain itu pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata
nilai pra siklus sebesar 56,95 dengan nilai maksimal 93,3 dan nilai minimal adalah
20.
Data hasil belajar dari tabel 4.1 menunjukkan beberapa nilai siswa yang
belum tuntas masih di bawah KKM dari KKM yang ditentukan oleh sekolah
untuk mata pelajaran IPA adalah 70.
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus
No Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%)
1 < 70 Tidak Tuntas 13 59%
2 ≥ 70 Tuntas 9 41%
Jumlah 22 100%
Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
belum maksimal, hal ini ditunjukkan dari banyak siswa yang belum tuntas dalam
belajarnya sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Terdapat 13 (59%)
siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran sesuai dengan KKM dan terdapat 9
(41%) siswa yang tuntas dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan tabel 4.2 dapat
digambarkan dalam diagram lingkaran pada gambar 4.3.
45
Gambar 4.3
Diagram Lingkaran Hasil Belajar IPA pada Pra siklus
4. 2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Siklus I ini ada dua pertemuan dengan tema pembelajaran yang sama yaitu
rekreasi. Tema yang sama bukan berarti semua sama, untuk SK, KD dan indikator
berbeda dengan rincian pelaksanaannya sebagai berikut:
4. 2. 1 Perencanaan
Kegiatan siklus pertama pertemuan pertama yang akan dilakukan ditahapan
ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bertema rekreasi yaitu :
Standar Kompetensi
IPA
4. Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan
sumber energi
Bahasa Indonesia
2. Berbicara.
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan dengan
bertelepon dan cerita
46
Kompetensi Dasar
IPA
4.2 Mendiskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak,
getaran dalam kehidupan sehari-hari
Bahasa Indonesia
6.1 Melakukan percakapan melalui telepon atau alat komunikasi sederhana
dengan kalimat ringkas
Indikator
IPA
4.2.1 Bentuk-bentuk energi
Bahasa Indonesia
6.1.1 Menjelaskan sopan santun bicara pada saat bertelepon
6.1.2 Bercakap-cakap melalui telepon dengan kalimat ringkas
Pendekatan Inquiry Based Learning, media yang digunakan dalam
pembelajaran seperti senar, botol aqua, jarum, alat tulis, perangkat evaluasi yang
meliputi butir-butir soal dan soal pre test, lembar observasi pelaksanaan RPP,
lembar observasi siswa dan LKS untuk kegiatan siklus pertama pertemuan
pertama.
Siklus pertama pertemuan kedua tidak jauh beda tahapan yang dilakukan
yaitu dengan penyusunan RPP dengan tema rekreasi yaitu:
Standar Kompetensi
IPA
1. Menerapkan konsep energi gerak
Bahasa Indonesia
2. Berbicara
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan dengan bertelepon
dan bercerita.
Kompetensi Dasar
IPA
5.1 Membuat kincir angin untuk menunjukkan bentuk energi angin dapat diubah
menjadi energi gerak
47
5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia
1.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat dan didengar.
Indikator
IPA
5.1.1 Membuat kincir angin
5.1.2 Cara menghemat energi
Bahasa Indonesia
1.2.1 Menyebutkan peristiwa yang pernah dialami
1.2.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami secara runtut dan mudah
dipahami
Pendekatan Inquiry Based Learning. Media yang diperlukan seperti sterofom,
tusuk sate, botol aqua, cutter, gunting, air, alat tulis. Selain itu juga menyiapkan
perangkat evaluasi seperti LKS, butir-butir soal, soal pre test, lembar evaluasi dan
lembar observasi RPP untuk guru dan siswa.
4. 2. 2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
a. Pertemuan I
Awal tindakan dimulai pada hari Senin, 24 Februari 2014 pada pukul 09.00-
10.10 WIB. Sebelum proses belajar dimulai guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, seperti RPP, alat peraga dan alat
percobaan. Menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan membuktikan energi
getar dapat merambat pada sebuat benda padat yaitu senar.
Jam pelajaran dimulai guru meminta siswa untuk merapikan terlebih dahulu
meja dan kursi supaya proses belajar mengajar akan berjalan lancar. Kemudian
guru melakukan apersepsi mengulang materi yang lalu dan memeperlihatkan
telpon-telponan sederhana. Sebelum masuk pada materi guru menuliskan tema
pembelajaran yaitu rekreasi.
Kegiatan eksplorasi guru meminta siswa untuk terlebih dahulu membuat 5
soal beserta jawabannya dengan membuka buku paket atau LKS kemudia guru
memeriksa dengan cara siswa diminta membacakan soal beserta jawabannya
48
dengan lantang, untuk siswa yang belum mendapat giliran diminta memberikan
pendapat atau pertanyaan. Siswa yang mendapat mendapat diliran tersebut sebisa
mungkin untuk menjawab pertanyaan siswa yang lain. Guru dalam kegiatan
tersebut sebagai penengah dan pembimbing. Bila jawaban yang diberika siswa
tersebut salah guru memancing memberikan pertanyaan yang mengarah
kejawaban benar. Setelah semua siswa mendapat giliran kemudian siswa
mengerjakan soal pretest yang sudah diberikan sebagai awal menguji kemampuan
siswa. Setelah mengerjakan soal pretest guru melakukan tanya jawab mengenai
soal pretest tersebut. Setelah pemberian materi dengan menggunakan pendekatan
Inquiry Based Learning selesai siswa dibagi kelompok kecil dengan teman
sebangku untuk membuktikan bila energi getaran dapat merampat pada benda
padat melalui percobaan membuat telpon-telponan sederhana. Dalam kegitan
tersebut siswa dibimbing guru untuk membuat telpon-telponan sederhana. Untuk
siswa yang sudah selesai membuatnya kemudian diprakterkan didepan. Dalam
proses tersebut guru mengajukan bertanyaan tentang energi getaran dan
memberikan materi bagaimana cara menelpon dengan sopan dan benar. Dengan
aktif siswa menjawab dan bertanya karena siswa mencoba langsung.
Percobaan membuat telpon-telponan sederhana sudah selesai dan sudah
dipraktekkan cara penggunaannya, selanjutnya siswa dibimbing guru untuk
mengerjakan LKS yang sudah diberikan dan membacanya secara bergantian
dengan kelompok lain. Kelompok yang sudah selesai mengerjakan LKS dapat
membacakan jawabannya didepan siswa yang lain dan siswa yang belum
mendapat giliran diminta menanggapinya. Bila semua kelompok sudah mendapat
giliran guru bersama siswa menarik kesimpulan dan melakukan tanya jawab yang
belum diketahui oleh siswa.
Kegiatan akhir guru memberikan tes evaluasi yang mencakup materi yang
sudah diberikan tadi. Dalam pengerjakan soal evaluasi siswa diminta untuk
mengerjakan sendiri-sendiri. Apabila semua siswa sudah menyelesaikan soal
evaluasi yang diberikan guru membantu siswa membantu siswa membuat
kesimpulan yang akan ditulis siswa dan melakukan tindak lanjut. Guru menutup
pelajaran dan melakukan refleksi.
49
b. Pertemuan 2
Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis, 27 Februari 2014 pada pukul 07.35-
08.45 WIB. Siklus I pertemuan kedua menggunakan tema pembelajaran yang
sama dengan siklus I pertemuan I yaitu rekreasi. Sebelum proses belajar mengajar
guru perlu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya
materi yang disampaikan. Seperti RPP, alat percobaan membuat kincir angin,
menyiapkan kamera untuk mendokumentasi atau mengambil foto, buku pelajaran,
lembar observasi. Pada pertemuan kedua ini langkah-langkah pembelajaran tidak
jauh berbeda dengan pertemuan pertama yaitu guru meminta siswa merapikan
meja dan kursi, melakukan apersepsi dengan cara bercerita pengalaman pada masa
kecil dan melihatkan kincir air, menuliskan tema pembelajaran,
menginformasikan jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan
siswa. Pada kegiatan inti siswa diminta membuat soal kemudian guru memeriksa
tugas siswa dengan cara melakukan tanya jawab, mengadakan pre test. Setelah
siswa mengerjakan soal pre test kemudian dibahas bersama-sama.
Bagian elaborasi guru membagi siswa dalam kelompok kecil yaitu terdiri dari
dua orang atau teman sebangku. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan tiap
kelompok dan membacakannya di depan siswa yang belum mendapat giliran dan
siswa yang belum mendapat giliran diminta untuk menanggapinya, guru
membimbing siswa dalam percobaan pembuatan kincir angin sederhana. Di
konfirmasi guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang hal yang belum
diketahui siswa.
Kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi, memberikan tindak lanjut
berupa pengayaan dan remidi, guru membantu siswa membuat rangkuman untuk
ditulis siswa. Guru menutup pelajaran dan melakukan refleksi.
4.2.3 Hasil Observasi
a. Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilihat dari lembar observasi untuk guru mengenai implementasi
RPP yaitu pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan dengan baik
dan siswa sudah mulai aktif walaupun belum semua. Pada awal pembelajaran
50
guru sudah membangun rasa ingin tahu, membantu siswa dalam pemahanam
materi, memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab, memberi
kesempatan siswa dalam mengemukakan pendapat, memberikan penguatan,
melakukan tindak lanjut, membimbing siswa dalam membuat telpon-telponan
sederhana. Pada manajemen kelas tata tertib kelas diterapkan dengan baik,
ruangan dipersiapkan dengan baik. Selanjutnya pada penilaian perkembangan
keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya umpan balik terhadap
pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa. Hasil dari lembar
pengamatan keaktifan siswa pada kegiatan awal siswa menjawab pertanyaan
apersepsi. Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan materi yang dijelaskan,
siswa aktif bertanya, siswa aktif dalam kegiatan kelompok, siswa aktif dalam
mengungkapkan pendapat. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan
dengan bimbingan guru.
Peneliti berdiskusi dengan observer dan guru mengenai kelemahan-
kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah
memberikan batasan waktu pada tiap kegiatan, belum disampaikannya tujuan
pembelajaran, belum menginformasikan jalannya pembelajaran, belum lebih
merata dalam melempar pertanyaan. Keaktifan siswa dalam bertanya,
mengemukakan pendapat, mengulang kembali hasil diskusi perlu ditingkatkan.
b. Pertemuan Kedua
Hasil dari lembar pengamatan implementasi RPP yaitu pada perencanaan
pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, kegiatan
menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Kemudian pada awal pembelajaran
telah menyampaikan tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun
pemahaman, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat,
memberikan penguatan terhadap pendapat siswa. Pada manajemen kelas tata tertib
kelas diterapkan dengan baik, ruangan dipersiapkan dengan baik. Selanjutnya
pada penilaian perkembangan keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya
umpan balik terhadap pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa.
51
Kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa
menjawab pertanyaan apersepsi dan saat guru menginformasikan jalannya
pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa serius mengikuti arahan-arahan dari guru
untuk membuat kincir air. Siswa dibagikan LKS dan dikerjakan secara kelompok.
Setelah selesaii berdiskusi setiap kelompok mengikuti permainan yang dipandu
oleh guru. Guru memberikan pertannyaan yang jawabannya harus berebut. Siswa
cukup aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, siswa berani
mengungkapkan pendapat. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan
bersama guru. Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya kesimpulan
belum dilakukan bersama oleh semua siswa, penghargaan terhadap siswa masih
kurang. Pada saat diskusi guru hanya cenderung di kelompok tertentu saja belum
menyeluruh. Dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan kedua, maka
pada pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk
memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi
dengan observer dan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran,
hasil diskusi tersebut diantaranya adalah berikan kesimpulan bersama-sama siswa,
pengelolaan waktu perlu ditingkatkan penghargaan terhadap siswa yang
menjawab pertanyaan benar maupun salah. Keaktifan siswa dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat perlu ditingkatkan, lakukan tanya jawab untuk
mengarahkan siswa pada pembelajaran, siswa perlu lebih aktif dalam
pembelajaran.
4. 3 Hasil Analisis Data Siklus I
a. Pertemuan I
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan IBL
(Inquiry Based Learning) yang terdiri dari 2 pertemuan pada siklus I pertemuan I
diperoleh hasil belajar pada setiap pertemuan seperti pada tabel 4.4.
52
Tabel 4.4
Distribusi hasil belajar Siklus I Pertemuan I
No Katagori Nilai Frekuensi Presentase
1 Tuntas
≥ 90 4 18,18%
80 – 89 3 13,64%
70 – 79 4 18,18%
2 Tidak
Tuntas
60 – 69 9 40,90%
≤ 59 2 9,1%
Jumlah 22 100%
Rata – Rata 73,64
Maksimal 100
Minimal 53,3
Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus I pertemuan I
SDN 2 Gubug sebanyak 11 atau 50% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 9 atau 40,9% yang mendapatkan nilai
60-69 dan 2 atau 9,1% yang mendapatkan nilai kurang dari 59. Selain itu pada
tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus I pertemuan I sebesar 73,64
dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 53,3.
Data pada tabel 4.4 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai
siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.5 di bawah ini
akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Siklus 1 Pertemuan I (KKM ≥ 70)
Skor Kriteria Frekuensi Persentase %
< 70 Tidak Tuntas 11 50%
≥ 70 Tuntas 11 50%
Jumlah 22 100%
Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model IBL (Inquiry
Based Learning) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh
pada pra siklus, untuk skor nilai < 70 terdapat 11 siswa dengan persentase 50%
53
dan skor nilai ≥ 70 terdapat 11 siswa dengan persentase 50%. Jadi dilihat dari nilai
KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 11 siswa.
Jelasnya data nilai dapat dilihat pada tabel 4.5 pada distribusi frekuensi
diagram lingkaran pada gambar 4.6
Gambar 4.6
Diagram hasil belajar Siklus I pertemuan I
Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa siklus I pertemuan I dapat diketahui
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 11 siswa.
Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 11 siswa.
b. Pertemuan Ke-2
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan IBL
(Inquiry Based Learning) yang terdiri dari 2 pertemuan pada siklus I pertemuan II
diperoleh hasil belajar pada setiap pertemuan seperti pada 4.7
54
Tabel 4.7
Distribusi hasil belajar siklus I pertemuan II
No Katagori Nilai Frekuensi Presentase
1 Tuntas
≥ 90 4 18,18%
80 – 89 7 31,82%
70 – 79 5 22,73%
2 Tidak
Tuntas
60 – 69 5 22,73%
≤ 59 1 4,54%
Jumlah 22 100%
Rata – Rata 77,27
Maksimal 100
Minimal 53,3
Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus I pertemuan 2
SDN 2 Gubug sebanyak 16 atau 72,73% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 5 atau 22,73% yang mendapatkan nilai
60-69 dan 1 atau 4,54% yang mendapatkan nilai kurang dari 59. Selain itu pada
tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus I pertemuan II sebesar 77,27
dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 53,3.
Data pada tabel 4.7 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai
siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.8 di bawah ini
akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Nilai Siklus I pertemuan 2 (KKM ≥ 70)
Skor Kriteria Frekuensi Persentase %
< 70 Tidak Tuntas 6 27,27 %
≥ 70 Tuntas 16 72,73%
Jumlah 22 100%
Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan IBL (Inquiry
Based Learning) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh
para pertemuan sebelumnya, untuk skor < 70 terdapat 6 siswa dengan persentase
55
27,27% dan skor nilai ≥ 70 terdapat 16 siswa dengan persentase 72,73%. Jadi
dapat dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 16
siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa.
Jelasnya dapat dilihat pada data tabel 4.9 pada distribusi frekuensi diagram
lingkaran
Gambar 4.9
Diagram hasil belajar Siklus I pertemuan 2
Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa siklus I pertemuan 2 dapat diketahui
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 6 siswa. Sedangkan
yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa.
4.3.1 Refleksi Siklus I
Perbaikan pembelajaran pada siklus I telah dilakukan melalui diskusi dan
membuat telpon-telponan sederhana dengan peneliti yang telah menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan IBL (Inquiry Based Learning)
untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dari awal sampai
akhir dan juga telah mencatat semua kendala maupun cara mengatasi dalam
perbaikan pembelajaran siklus I. Yang selanjutnya akan digunakan untuk
menyusun perbaikan pembelajaran siklus II.
Hasil evaluasi siswa yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada
pertemuan pertama dan kedua dengan KKM 70, maka diperoleh pada pertemuan
pertama dari jumlah siswa 22 sebanyak 11 siswa yang belum tuntas dengan
presentase 50% dan 11 siswa yang telah tuntas dengan presentase 50%.
56
Dipertemuan kedua dengan KKM 70, diperoleh siswa yang tidak tuntas 6 orang
dengan presentase 27,27% dan siswa yang tuntas 16 dengan presentase 72,73%
dari 22 siswa
Hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula
41% menjadi 50% dengan nilai maksimal 100 dan minimal 53,3, rata-rata yang
semula 53 menjadi 73,64 dipertemuan pertama. Di pertemuan kedua mengalami
kenaikan nilai siswa kelas III dengan KKM 70. Pada evaluasi pertemuan kedua
yang tuntas menjadi 16 siswa dengan presentase 72,73% dan yang tidak tuntas 6
orang dengan presentase 27,27%. Dari mulai pra siklus sampai disiklus petama
pertemuan kedua sudah mengalami kenaikan yang bagus. Selanjutnya, sebagai
pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan penerapan yang
sama yaitu Pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa mata pelajaran IPA siswa kelas III SDN 2 Gubug. Diketahui hasil
pengamatan dari guru kelas pada siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi
yang dilakukan guru dan peneliti sebagai berikut:
A. Kelebihan
1. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
IBL
2. Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup, perhatian, siswa lebih antusias.
3. Antara rencana pembelajaran dan proses pembelajaran sudah cukup sesuai
4. Siswa yang berkemampuan rendah dalam belajar terbantu oleh
pasangannya.
B. Kekurangan
a. Hambatan
1. Penerapan pendekatan IBL belum terbiasa dilakukan siswa dalam
kegiatan pembelajaran sehingga ketrampilan siswa untuk bertanya
dan menanggapi masih sedikit kurang.
2. Penyampaian tujuan yang belum sepenuhnya dilakukan guru.
57
3. Menginformasikan jalannya pembelajaran belum dilakukan
sepenuhnya oleh guru.
4. Pengelolaan waktu yang kurang dalam proses belajar mengajar.
b. Penyelesaian
1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang
maksimal dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa dan
keterbiasaan dalam penggunaan pendekatan.
2. Menyampaikan tujuan perlu diingat karena itu penting untuk siswa.
3. Menginformasikan jalannya pembelajaran perlu diingat karena itu
penting buat siswa.
4. Pengelolaan waktu perlu diingat dalam suatu proses belajar
mengajar.
4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Siklus II terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
4.4.1 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyusunan perangkat
pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media yang
digunakan dalam pembelajaran di antara lain LKS, alat dan bahan untuk prakek,
perangkat evaluasi yang meliputi butir-butir soal evaluasi, pre test, lembar
observasi RPP, lembar observasi siswa dalam siklus ini dibuat untuk dua kali
pertemuan.
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
a. Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilakukan pada hari Senin, 3 Maret 2014 berlangsung pada
pukul 09.00-10.10 WIB. Sebelum proses belajar dimulai guru menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti RPP tentang kincir air,
media alat dan bahan membuat kincir air yaitu sterofom, botol aqua, cutter,
gunting, tusuk sate, ember. Selain RPP, alat dan bahan untuk membuat kincir air
yaitu buku pelajaran, alat tulis, lembar observasi RPP dan siswa.
58
Awal pembelajaran guru meminta siswa untuk merapikan meja dan kursi
terlebih dahulu, melakukan apersepsi yaitu mengulang sedikit pelajaran yang lalu
dan menunjukkan kincir air, menyampaikan judul pembelajaran yaitu menerapkan
konsep energi gerak dan memberikan informasi awal tentang tujuan pembelajaran
dan jalannya pembelajaran beserta tugas yang dikerjakan siswa.
Kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi yaitu siswa diminta membuat 5 soal
beserta jawaban kemudian siswa diminta membacakannya didepan siswa lain
yang tidak mendapat giliran dan siswa lain diminta menanggapinya, guru dalam
kegiatan tersebut sebagai penengah, setelah semua siswa mendapat giliran guru
memberikan soal pre tes untuk dikerjakan siswa kemudian diperiksa dengan
melalui tanya jawab. Setelah pemberian materi selesai guru membagi kelompok
dengan teman sebangku untuk membuat kincir air. Guru membagi LKS yang
harus diisi siswa dan dipresentasikan diakhir kegiatan elaborasi. Siswa melakukan
praktek membuat kincir air yang alat dan bahannya sudah disiapkan oleh guru.
Guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbing. Guru memberikan waktu untuk
siswa melakukan percobaan dengan kincir air yang mereka buat. Setelah selesai
membuat kincir air siswa diminta memprsentasikan hasil diskusi mengerjakan
LKS didepan. Guru menunjuk siswa untuk bercerita apa saja yang dilakukannya
selama pelajaran berlangsung dan siswa lain diminta untuk menanggapinya.
Ketika semua kelompok sudah mendapat giliran siswa dibantu guru menarik
kesimpulan kegiatan yang sudah dilakukan.
Kegiatan konfirmasi guru bersama siswa melakukan tanya jawab apa yang
belum diketahui oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa boleh bertanya tentang hal
yang belum mereka ketahui dalam pembelajaran yang sudah dilakukan tadi. Bila
tidak ada yang ditanyakan lagi guru mengadakan tes evaluasi dan melakukan
tindak lanjut dengan cara memberikan pengayaan atau remidi. Guru membantu
siswa membuat rangkuman atau kesimpulan untuk ditulis. Guru menutup
pelajaran dan melakukan refleksi.
59
b. Pertemuan Kedua
Tindakan disiklus dua pertemuan kedua berlangsung pada hari Kamis, 6
Maret 2014 pukul 07.35-08.45 WIB. Sebelum proses belajar dimulai guru
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti RPP tentang
hubungan keadaan langit dan cuaca. Dalam kegiatan ini mereka akan melakukan
percobaan membuat hujan buatan secara sederhana yaitu dengan menggunakan es
batu, air panas, plastik, gelas dan gelang karet. Selain RPP, alat dan bahan untuk
membuat hujan buatan secara sederhana yaitu buku pelajaran, gambar, alat tulis,
lembar observasi RPP dan siswa.
Awal pembelajaran guru meminta siswa untuk merapikan meja dan kursi
terlebih dahulu, melakukan apersepsi yaitu menceritakan pengalaman saat hujan
turun dan menunjukkan gambar macam-macam awan, menyampaikan judul
pembelajaran dan memberikan informasi awal tentang tujuan pembelajaran dan
jalannya pembelajaran beserta tugas yang dikerjakan siswa.
Kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi yaitu siswa diminta membuat 5 soal
beserta jawaban kemudian siswa diminta membacakanya didepan siswa lain yang
tidak mendapat giliran dan siswa lain diminta menanggapinya, guru dalam
kegiatan tersebut sebagai penengah, setelah semua siswa mendapat giliran guru
memberikan soal pre tes untuk dikerjakan siswa kemudian diperiksa dengan
melalui tanya jawab. Setelah pemberian materi selesai guru membagi kelompok
dengan teman sebangku untuk membuat kincir air. Guru membagi LKS yang
harus diisi siswa dan dipresentasikan diakhir kegiatan elaborasi. Siswa melakukan
percobaan membuat hujan secara sederhana yang alat dan bahannya sudah
disiapkan oleh guru. Guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbing. Guru
memberikan waktu untuk siswa melakukan percobaan dengan membuat hujan
buatan dan mengamatinya yang mereka buat. Setelah selesai mengamati, siswa
diminta mempersentasikan hasil diskusi mengerjakan LKS didepan. Guru
menunjuk siswa untuk menceritakan pengalamannya saat turun hujan dan teman
lain menanggapinya. Ketika semua kelompok sudah mendapat giliran siswa
dibantu guru menarik kesimpulan kegiatan yang sudah dilakukan.
60
Kegiatan konfirmasi guru bersama siswa melakukan tanya jawab apa yang
belum diketahui oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa boleh bertanya tentang hal
yang belum mereka ketahui dalam pembelajaran yang sudah dilakukan tadi. Bila
tidak ada yang ditanyakan lagi guru mengadakan tes evaluasi dan melakukan
tindak lanjut dengan cara memberikan pengayaan atau remidi. Guru membantu
siswa membuat rangkuman atau kesimpulan untuk ditulis. Guru menutup
pelajaran dan melakukan refleksi.
4.4.3 Hasil Observasi
Hasil observasi terhadap implementasi RPP dan keaktifan siswa pada siklus II
ini melalui lembar pengamatan yang telah disediakan. Item pernyataan pada
lembar observasi implementasi RPP sejumlah 26 item terdiri dari pra
pembelajaran, tahap inkuiri dan penutup, pada lembar observasi siswa sejumlah
14 item.
a. Pertemuan Pertama
Hasil dari lembar observasi implementasi RPP yaitu pada menyampaikan
materi dengan jelas, menyambungkan materi dengan kehidupan sehari-hari,
menguasai kelas sudah sangat bagus dilakukan oleh guru. Saat guru melakukan
apersepsi siswapun dengan aktif menanggapinya karena siswa mulai tertarik saat
guru memperlihatkan kincir air sederhana. Siswa mulai aktif untuk bertanya
kepada guru tentang kincir air, dalam hal tersebut terjadi timbal balik yang
dilakukan antara guru dan siswa. Siswa tidak sadar kalau sedang digali
pemahamannya dengan cara bertanya jawab dengan guru tapi hal tersebut malah
terkesan ramai dalam KBM. Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya
pengelolaan waktu, melakukan tindak lanjut, membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa, siswa kurang mendengarkan saat guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, siswa kurang berani untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran,
menyatukan pendapatnya dengan pendapat temannya.
Kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama, maka pada
pertemuan selanjutnya perlu mengatasi apa yang sebagai kelemahan tersebut
61
untuk memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti
berdiskusi dengan guru kelas untuk mengatasi kelemahan-kelemahan selama
pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah untuk memberikan
kesimpulan bersama-sama siswa dan pengelolaan waktu perlu direncanakan
dengan baik. Keberanian siswa untuk menggabungkan pendapatnya dengan
pendapat temannya dapat dilatih secara pelan-pelan, ramai melakukan tanya
jawab dalam KBM itu wajar tetapi guru juga harus fokus kepada siswa antara
yang berdiskusi pelajaran atau ramai sendiri dengan hal yang tidak jelas.
b. Pertemuan Kedua
Hasil lembar observasi implementasi RPP tentang cuaca yaitu pada
pembelajaran guru sudah menyiapkan dengan baik, kegiatan menggambarkan
pembelajaran siswa aktif. Pada lembar observasi guru untuk pengimplementasian
RPP di item-item pra pembelajaran sudah mendapat nilai yang sempurana tidak
hanya itu saja untuk masalah waktu juga sudah lebih baik dari sebelumnya. Pada
item pendekatan yang digunakanpun mengalami kenaikan yang cukup baik,
kegiatan penutuppun untuk melibatkan siswa membuat rangkuman sudah
dilakukan oleh guru dan guru tidak lupa memberikan tindak lanjut yang jelas.
Pertemuan sebelumnya saat siswa melakukan percobaan atau praktek mereka
sangat antusias dan pada saat itu siswa lebih aktif tanya jawab bersama guru.
Dalam kegiatan tersebut guru memanfaatkan dengan menggali pengetahuan siswa
supaya lebih memahami materi dan berani menghubungkan pendapat mereka
dengan teman yang lain. Saat melakukan pecobaan atau prakter guru selalu
membimbing siswa agar dapat berjalan dengan lancar dan siswa lebih paham.
Lembar observasi untuk siswa sudah tambah aktif dari pertemuan
sebelumnya, siswa lebih aktif untuk berpendapat karena guru menghubungkan
pada kegiatan mereka sehari-hari saat cuaca berubah-ubah. Siswa selalu
menunjukkan respon serius dalam belajar terutama saat melakukan percobaan
karena itu tidak didapatkan mereka pada pembelajaran sebelumnya.
62
4.5 Hasil Analisis Data Siklus II
a. Pertemuan I
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan pendekatan IBL
(Inquiry Based Learning) yang terdiri dari 2 pertemuan pada siklus II dan
diperoleh hasil belajar pada pertemuan ke-1 seperti tabel 4.10
Tabel 4.10
Distribusi hasil belajar siklus II pertemuan I
No Katagori Nilai Frekuensi Presentase
1 Tuntas
≥ 88 8 36,37%
79 – 87 10 45,45%
70 – 78 - -
2 Tidak Tuntas 61 – 69 2 9,09%
52 – 60 2 9,09%
Jumlah 22 100%
Rata - Rata 83, 64
Nilai Maksimal 100
Nilai Minimal 60
Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus II pertemuan I
SDN 2 Gubug sebanyak 18 atau 81,82% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 2 atau 9,09% yang mendapatkan nilai
61-69 dan 2 atau 9,09% yang mendapatkan nilai 52-60. Selain itu pada tabel 4.10
menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus II pertemuan I sebesar 83,64 dengan
nilai maksimal 100 dan nilai minimal 60.
Data pada tabel 4.10 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai
siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.11 di bawah ini
akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.
Tabel 4.11
63
Rekapitulasi Nilai Siklus II pertemuan I (KKM ≥70)
Skor Kriteria Frekuensi Persentase %
< 70 Tidak Tuntas 4 18,18%
≥70 Tuntas 18 81,82%
Jumlah 22 100%
Tabel 4.11 dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan IBL(Inquiry
Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di siklus II pertemuan I
jumlah siswa yang tuntas sebesar 18 atau 81,82% siswa dan 4 atau 18,18% siswa
yang belum tuntas.
Tabel 4.12
Diagram lingkaran siklus II pertemuan I
Diagram diatas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan IBL
(Inquiry Based Learning)ada peningkatan walaupun terlihatnya tidak ada karena
KKM yang sudah berbeda.
64
b. Pertemuan kedua
Siklus 2 pertemuan ke-2 ini KKM 70, data akan disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.13
Distribusi hasil belajar siklus II pertemuan II
No Katagori Nilai Frekuensi Presentase
1 Tuntas
≥ 88 12 54,55%
79 – 87 9 40,91%
70 – 78 - -
2 Tidak Tuntas 61 – 69 - -
52 – 60 1 4,54%
Jumlah 22 100%
Rata – Rata 89,08
Nilai Maksimal 100
Nilai Minimal 60
Tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus II pertemuan II
SDN 2 Gubug sebanyak 21 atau 95,46% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 1 atau 4,54% yang mendapat nilai
antara 52-60. Selain itu pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus
II pertemuan II sebesar 89,08 dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 60.
Data pada tabel 4.13 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai
siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.14 di bawah ini
akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.
Tabel 4.14
Rekapitulasi Nilai Siklus II pertemuan ke-2 (KKM ≥ 70)
Skor Kriteria Frekuensi Persentase %
< 70 Tidak Tuntas 1 4,54%
≥ 70 Tuntas 21 95,46%
Jumlah 22 100%
65
Tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan
IBL(Inquiry Based Learning) ada peningkatan jika dibandingkan pada pertemuan
sebelumnya. Untuk lebih jelas bisa dilihat gambar dibawah ini, akan disajikan
dalam diagram lingkaran.
Tabel 4.15
Diagram Lingkaran Siklus II Pertemuan ke-2 KKM 70
Dilihat perolehan nilai ketuntasan belajar siswa siklus II diketahui bahwa
siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 1 siswa. Sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal 21 siswa.
4.6 Refleksi Siklus II
Akhir pembelajaran pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang
diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar nilai 70 maka diperoleh dari seluruh
jumlah siswa yang berjumlah 22 siswa dalam belajarnya sebanyak 18 siswa yang
tuntas mencapai KKM dengan presentase 81,82% dan yang mendapat nilai <70
yaitu 4 siswa dengan persentase 18,18% dari jumlah keseluruhan siswa belum
mencapai KKM pada siklus II pertemuan ke-1. Pada siklus II pertemuan ke-2
hasil belajar siswa kelas III dengan KKM 70 meningkat yaitu 1 siswa yang
66
mendapat nilai <70 dengan prsentase 4,55% dan 21 siswa yang mendapat nilai
≥70 dengan prsentase 95,46%.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru ketuntasan siswa telah meningkat,
semula sebelum menggunakan pendekatan Inquiry Based Learning 9 siswa yang
mencapai KKM 70 dengan prsentase 41% dan 13 siswa yang kurang dari KKM.
Tetapi setelah menggunakan pendekatan Inquiry Based Learning dari pertemuan
pertama sampai terakhir mengalami kenaikan dengan KKM 70 sebagai berikut:
50%, 72,73%, 81,82% menjadi 95,46%. Dengan rata-rata semula sebelum
menggunakan pendekatan IBL adalah 56,95 tetapi setelah menggunakan
pendekatan IBL menjadi 89,08. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi
tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami
peningkatan dibandingkan siklus I.
Hasil pengamatan tentang penggunaan pendekatan IBL (Inquiry Based
Learning) dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang terjadi, saat siswa
melakukan diskusi guru kurang memantau diskusi siswa, siswa saat melakukan
diskusi cenderung berbicara dengan teman sebangku dan membicarakan hal yang
lain diluar materi pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan IBL kegiatan
pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, pada strategi
pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi memberikan
kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya, mengelola waktu pembelajaran,
pada penilaian guru melakukan penilaian. Namun masih ada kekurangan guru
yang perlu diperbaiki misalnya pemberian pujian pada siswa.
Berikut rincian refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II
adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram
2. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
IBL
3. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai
4. Siswa terlibat aktif di dalam proses pembelajaran
67
5. Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mengeluarkan pendapat dan
bertanya
6. Siswa lebih dihargai dalam menyampaikan pendapatnya
b. Kekurangan
1. Hambatan
- Dalam pengelolaan waktu yang belum tepat yang dilakukan oleh guru
dimana harus membagi untuk diskusi, percobaan, mengerjakan soal
evaluasi dan membuat rangkuman.
2. Penyelesaian
- Guru harus pandai-pandai dalam membagi waktu antara satu kegiatan
dengan kegiatan lain agar siswa tidak merasa dirugikan.
4.7 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan peneliti dapat
diketahui telah terjadi keberhasilan dalam materi yang disampaikan menggunakan
IBL pada mata pelajaran IPA kelas III SDN 2 Gubug Tahun 2013/2014.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11 distribusi perbandingan skor
ketuntasan hasil belajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 4.16
Distribusi Perbandingan Skor Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Siklus Tidak Tuntas Tuntas Nilai
Max
Nilai
Min
Rata -
Rata Frekuensi % Frekuensi %
Pra siklus 13 59 9 41 93,3 20 56,95
Siklus I
Pertemuan
ke-1
11 50 11 50 100 53,3 73,64
Siklus I
Pertemuan
ke-2
6 27,27 16 72,73 100 53,3 77,27
68
Siklus 2
Pertemuan
ke-1
4 18,18 18 81,82 100 60 83,64
Siklus 2
Pertemuan
ke-2
1 4,5 21 95,46 100 60 89,09
Tabel 4.16 dapat dilihat adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa dalam
mata pelajaran IPA terbukti klasifikasi tuntas, pada pra siklus ada 9 siswa yang
tuntas dan 13 siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan KKM 70
siswa yang tuntas 11 siswa dan yang tidak tuntas 11 siswa dan masih di siklus
yang sama pertemuan ke-2 dengan KKM 70 siswa yang tidak tuntas 6 siswa dan
yang tuntas 16 siswa. Pada siklus II pertemuan ke-1 dengan KKM 70 siswa yang
tuntas 18 siswa dan yang tidak tuntas 4 siswa. Masih dalam siklus yang sama dan
KKM sama pada pertemuan ke-2 mengalami peningkatan yaitu siswa yang tuntas
ada 21 siswa dan yang tidak tuntas ada 1 siswa.
Hasil lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini ketuntasan dari pra
siklus, siklus 1 dan siklus II
Tabel 4.17
Perbandingan dari Pra Siklus sampai Siklus II Pertemuan ke-2
69
Tabel 4.17 mulai pra siklus jumlah siswa yang tuntas hanya 9 siswa
padahal KKM 70. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan KKM yang naik menjadi
70 jumlah siswa yang tuntas menjadi 11 siswa, masih pada siklus yang sama
pertemuan ke-2 KKM 70 siswa yang tuntas semakin banyak yaitu 16 siswa. Pada
siklus II pertemuan ke-1 saat KKM 70 siswa yang tuntas hanya 18 siswa saja,
untuk memantapkan KKM 70 diadakan lagi pertemuan ke-2 dengan KKM yang
sama 70 ternyata mengalami kenaikan yaitu 21 siswa tuntas dalam tes evaluasi.
Jadi dengan penggunaan pendekatan IBL dapat membuat siswa lebih mendapat
nilai bagus.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
4.8.1 Pembahasan Siklus I
Hasil analisis yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran di kelas III
Sekolah Dasar Negeri 2 Gubug terlihat ada peningkatan hasil belajar siswa setelah
diadakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran IBL, dengan skor rata-
rata pra siklus 56,95 dan setelah diadakan penelitian pada siklus I pertemuan ke-1
73,64 dan siklus I pertemuan ke-2 77,27 tetapi dalam siklus I ini masih ada yang
belum tuntas yaitu pada siklus I pertemuan ke-1 11 siswa dengan persentase 50%
dan siklus I pertemuan ke-2 6 siswa dengan persentase 27,27%. Hal tersebut
dikarenakan belum terbiasanya siswa menggunakan pendekatan Inquiry Based
Learning dalam pembelajaran. Dan siswa di dalam proses pembelajaran belum
terlihat aktif, hal ini ditandai dengan siswa kurang aktif dalam bertanya atau
menjawab pertanyaan dari guru. Penelitian ini tidak sepenuhnya dilaksanakan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan, ada beberapa kendala yang
mempengaruhi penelitian sehingga penelitian ini belum maksimal. Misalnya ada
siswa yang diam dalam melakukan kerja kelompok atau malah berbicara sendiri
dan terkadang penjelasan atau perintah guru kurang didengarkan siswa karena
siswa lebih fokus membuat kerja kelompok.
70
4.8.2 Pembahasan Siklus II
Siklus II peneliti memperbaiki hasil belajar siswa difokuskan pada
kekurangan siklus I. Pada penelitian siklus I ketuntasan hasil belajar sebesar 50%
untuk pertemuan ke-1 dengan KKM 70 dan 72,73% untuk pertemuan ke-2 dengan
KKM 70. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan disiklus II
pertemuan ke-1 siswa yang tuntas 18 siswa dengan presentase 81,82% dan pada
siklus dan KKM yang sama pertemuan ke-2 jumlah siswa yang tuntas 21 orang
dengan persentase 95,45%. Setelah dilakukan Siklus I dan siklus II dengan Siklus
I sebanyak 2 kali pertemuan dan Siklus II sebanyak 2 kali pertemuan, dapat
membuat siswa mengalami peningkatan ketuntasan nilai pada mata pelajaran IPA.
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran partisipasi siswa dalam
pembelajaran cukup besar. Siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran, lebih
aktif bertanya atau menjawab pertanyaan guru dan lebih aktif untuk berani
mengemukakan pendapatnya didepan teman-temannya. Setelah dilakukan siklus I
dan II dengan siklus I sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 2 kali
pertemuan, dapat membuat siswa lebih paham dalam mata pelajaran IPA.
4.8.3 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kondisi pra siklus hanya sebanyak 41% siswa telah mengalami ketuntasan
dengan skor rata-rata 56,95. Setalah diadakan tindakan penelitian melalui model
pembelajaran IBL pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu
sebanyak 50% untuk pertemuan pertama dan 72,73% untuk pertemuan kedua.
Untuk siklus II juga mengalami kenaikan yaitu dari 81,82% untuk pertemuan ke-1
dan 95,45% untuk pertemuan ke-2. Walaupun sudah mengalami kenaikan sampai
80% sesuai yang diinginkan tetapi tetap saja masih ada siswa yang tidak tuntas.
Dengan demikian perbandingan ketuntasan hasil belajar dari pra siklus, siklus I
dan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan.
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini disebabkan
karena dalam pembelajaran menggunakan pendekatan IBL menurut Wina Sanjaya
(2006:195), pendekatan inkuiri menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung. Inkuiri
71
merupakan metode yang bersifat student center (berpusat pada siswa) dan guru
disini berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah kerja siswa.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wafi yang mengkaji tentang
penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
IV pada mata pelajaran IPA. Ini merupakan suatu kelebihan, karena semua siswa
dapat tuntas walupun melalui dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Kemudian
Wahyuningsih, mengkaji tentang penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV tentang mendeskripsikan
energi panas dan energi bunyi di lingkungan sekitar beserta sifat-sifatnya. Dalam
penelitian Wahyuningsih ini juga merupakan suatu kelebihan, karena semua siswa
juga mengalami ketuntasan dalam belajar. Pada siklus I siswa yang tuntas dalam
pembelajarn dengan menggunakan metode inkuiri mencapai 71,42%, dan siklus II
92,86% siswa tuntas. Walaupun kedua penelitian tersebut berbeda tetapi
setidaknya dapat mendukung penelitian ini. Dalam penelitian ini hipotesis sudah
terbukti yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan IBL maka hasil belajar
siswa mata pelajaran IPA kelas III SDN 2 Gubug Semester II Tahun 2013/2014