-
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
Bagian dalam pelaksanaan tindakan ini akan menguraikan tiga sub
judul yaitu
deskripsi PraSiklus/ Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan
deskripsi siklus II. Deskripsi
PraSiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di
dalamnya hasil
belajar mata pelajaran IPA sebelum dilaksanakannya tindakan
penelitian. Selanjutnya
pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan
penelitian siklus I
meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan
observasi, dan kegiatan
refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan
yang dijelaskan pada
sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II
menguraikan tentang
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan
kegiatan refleksi dari
pelaksanaan tindakan siklus II.
4.1.1. Deskripsi PraSiklus/ Kondisi Awal
Penelitian ini dilakukan di SDN Bugel 01 Salatiga pada Semester
II Tahun
Pelajaran 2014/2015. SDN Bugel 01 memiliki tenaga pendidik dan
kependidikan
dengan jumlah 13 orang diantaranya 1 Kepala Sekolah, 6 Guru
Kelas, 1 Guru Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Mata Pelajaran Bahasa
Inggris, 1 Guru
Mata Pelajaran PenjasOrkes, 1 Pustakawan, 1 Penjaga Sekolah dan
1 guru Tari.
Seluruh tenaga pendidik yang mengampu di SDN Bugel 01 Salatiga
mempunyai latar
belakang pendidikan S1.
Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas 5 SDN Bugel 01
Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 17 siswa
pada pembelajaran
IPA dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.6. Mengidentifikasi peristiwa
alam yang
terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan dan
Kompetensi Dasar (KD) 7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan
manusia yang dapat
mengubah permukaan bumi. Mata Pelajaran IPA di kelas 5 SDN Bugel
01 Salatiga
-
52
diampu oleh guru kelas 5 yaitu Puji Nuryati. Beliau mengampu
seluruh mata
pelajaran yang diajarkan di kelas 5 kecuali untuk mata pelajaran
yang telah diampu
oleh guru mata pelajaran masing-masing yaitu PAI, Bahasa
Inggris, dan PenjasOrkes.
Ibu Puji Nuryati merupakan Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Beliau
menempuh pendidikan pada masa jabatannya sebagai seorang guru SD
sehingga
dalam hal kinerjanya sebagai seorang guru beliau cukup
berkompeten dalam
bidangnya tersebut.
Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu
peneliti melakukan
kegiatan observasi. Observasi dilakukan pada hari Kamis, 25
Februari 2015 dengan
mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dan siswa
kelas 5 di SDN Bugel 01 Salatiga. Berdasarkan hasil pengamatan
yang telah
dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam
pelaksanaan
pembelajaran.
Permasalahan yang muncul adalah terkait dengan hasil belajar
yang rendah yang
diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dipengaruhi oleh
beberapa faktor,
diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri.
Tingkat kemampuan siswa
terhadap mata pelajaran IPA dan antusiasme siswa yang rendah
dalam mengikuti
setiap proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor dari
sisi siswa yang
menyebabkan rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran
IPA, kurangnya
antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat
terlihat dari
karakteristik siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangku
dan sibuk dengan
permainannya sendiri ketika guru mulai menyampaikan materi,
siswa belum bisa
fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan cenderung
mengacuhkan proses
pembelajaran yang tengah berlangsung. Keadaan semacam ini
membentuk
karakteristik guru menjadi terlalu mendominasi di setiap proses
belajar mengajar.
Dominasi guru di dalam kegiatan pembelajaran ini juga merupakan
salah satu faktor
penyebab rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas
5 SDN Bugel
01Salatiga, faktor penyebab lain yang berasal dari guru yang
mengakibatkan hasil
belajar mata pelajaran IPA rendah diantaranya yaitu masih
kurangnya keterampilan
-
53
guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran atau belum menerapkan
variasi model
pembelajaran yang mampu menumbuhkan ketertarikan atau antusiasme
siswa untuk
belajar, guru masih nyaman menerapkan pembelajaran dengan metode
ceramah yang
dianggap lebih praktis.
Pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini masih
memposisikan guru
sebagai subjek yang utama, siswa hanya menjadi objek pasif untuk
menerima semua
materi yang guru sampaikan, guru menganggap ceramah sudah
merupakan cara yang
paling ampuh untuk menyampaikan materi kepada siswa, menurutnya
yang
terpenting ialah materi dapat diterima oleh siswa di sini guru
cenderung
mengesampingkan proses di mana siswa dapat memperoleh
pengetahuan dari
aktivitas yang merangsang mereka untuk membangun konsep tentang
materi yang
dipelajari. Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam
pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga, hambatan-hambatan
yang muncul
tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi
kurang efektif
sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran,
siswa cenderung
jenuh dan bosan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
konsentrasi siswa juga
lebih mengarah pada aktivitas yang ada diluar kegiatan
pembelajaran dan bukan
kepada materi pelajaran yang tengah sampaikan oleh guru. Kondisi
yang demikian
berdampak pada perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA yang
masih kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Batas nilai KKM ≥ 70
merupakan KKM
dari SDN Bugel 01 Salatiga yang telah ditentukan oleh guru untuk
mata pelajaran
IPA.
Hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Bugel 01
Salatiga sebelum
pelaksanaan tindakan diperoleh dari data ulangan mata pelajaran
IPA siswa kelas 5
SDN Bugel 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014. Data hasil
ulangan IPA dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
-
54
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai IPA
Kondisi Awal
NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 50 – 59 7 41,18% Kurang Sekali
2 60 – 69 3 17,65% Kurang
3 70 – 79 4 23,53% Cukup
4 80 – 89 2 11,76% Baik
5 90 – 99 1 5,88% Baik Sekali
Jumlah siswa 17 100%
Nilai Rata-Rata 67,23
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata
pelajaran IPA dapat
dikatakan hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
IPA masih rendah.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum
mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa masih
memperoleh nilai
dibawah KKM 70. Sebanyak 10 siswa dari total keseluruhan 17
siswa masih belum
tuntas dalam mata pelajaran IPA, hanya ada 7 siswa yang berhasil
tuntas dengan
perolehan nilai melebihi KKM 70. Dari tabel tersebut diketahui
perolehan nilai siswa
pada rentang nilai antara 50-59 sejumlah 7 siswa dengan
persentase 41,18% dari
jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 60-69 sejumlah 3 siswa
dengan persentase
17,65% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 70-79
sejumlah 4 siswa dengan
persentase 23,53% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai
antara 80-89
sejumlah 2 siswa dengan persentase 11,76% dari jumlah
keseluruhan siswa, dan
rentang nilai 90-99 sejumlah 1 orang siswa dengan persentase
5,88% dari jumlah
keseluruhan siswa. Dari daftar nilai pada kondisi awal
(PraSiklus) nilai tertinggi yang
-
55
diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah 50 (Untuk daftar
nilai ulangan harian
IPA semester II dapat dilihat pada lampiran halaman 203).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1
sebagai berikut:
Gambar 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil
perolehan nilai
pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk
tabel 4.2.
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 7 41,17 %
2. Tidak Tuntas < 70 10 58,83%
Jumlah 100 %
Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan
dapat diketahui
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM ≥
70) sejumlah 10 siswa atau 58,83% dari total keseluruhan siswa,
sedangkan yang
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 7 siswa
dengan persentase
41,17% dari total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa
persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal
lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil. mencapai
kentutasan
-
56
minimal. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat
pada diagram 4.2
berikut.
Gambar 4.2
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, dibuktikan
dengan nilai
ulangan mata pelajaran IPA semester II siswa kelas 5 SDN Bugel
01 Salatiga maka
peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA
dengan menerapkan
model pembelajaran make a match , sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan sebanyak
dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
4.1.2. Deskripsi Siklus I
Pada sub unit deskripsi siklus I ini, akan menguraikan tentang
tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan refleksi
pada siklus I.
Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali
pertemuan, masing-
masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit.
4.1.2.1.Perencanaan Tindakan
Pada sub unit ini akan menjelaskan mengenai perencanaan yang
dilakukan oleh
peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan
tindakan
-
57
pembelajaran dengan model pembelajaran make a match meliputi
penyusunan RPP
dan segala sesuatu yang menujang pelaksanaan tindakan
pembelajaran yang akan
dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan
dilakukan pada pertemuan
terakhir disetiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan dalam
tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua,dan ketiga,
masing-masing
pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan rincian
sebagai berikut:
Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan
pertemuan dengan
rincian sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka
peneliti melakukan
diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran IPA
yang akan disajikan
dengan pembelajaran make a match. Penyusunan RPP didiskusikan
dengan Ibu Puji
Nuryati selaku guru kelas 5 dan sebagai guru kolaborator dalam
pelaksanaan tindakan
penelitian. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan waktu
penelitian, penyusunan
indikator dan tujuan pembelajaran di dalam proses pembelajaran.
Guru menentukan
standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi
di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan
kompetensi dasar (KD)
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia
dan dampaknya bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Indikator yang dipakai pada
pertemuan pertama
yakni (1) Mendefinisikan pengertian peristiwa alam yang terjadi
di Indonesia, (2)
Mendefinisikan pengertian dari masing-masing contoh peristiwa
alam, (3)
Menentukan ciri-ciri dari peristiwa alam yang terjadi, (4)
Menentukan penyebab
terjadinya peristiwa alam, (5)Menentukan alat pengukur gempa,
cuaca dan iklim.
Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun
rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang
menunjang proses
pembelajaran yaitu berupa gambar peristiwa alam, gambar alat
pengukur cuaca dan
iklim, kartu soal, dan kartu jawaban. Peneliti juga menyiapkan
lembar absensi siswa,
lembar observasi aktivitas guru, dan lembar observasi aktivitas
siswa.
-
58
2) Pertemuan ke Dua
Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak
lanjut dari
pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke
dua adalah
(1)Menentukan peristiwa alam yang dapat dicegah dan yang tidak
dapat dicegah, (2)
Menentukan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan
manusia, hewan, dan
lingkungan, (3) Menentukan bentuk upaya mencegah banjir dan
tanah longsor.
Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran
berupa gambar
macam-macam peristiwa alam, tanah berumput, tanah yang tidak
berumput, alas
untuk menaruh tanah, dan gelas yang berisi air.
3) Pertemuan ke Tiga
Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut
dari
pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga
digunakan sebagai tes
evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pada siklus I.
Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan
ganda.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan
selama 3 kali
pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35
menit atau 2 jam
pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus
I adalah:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal
20 April 2015
pukul 07.00 – 08.15 dan terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran,
yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan
observer yaitu ibu Umi
Uhwati guru pendidikan Agama Islam untuk mengamati aktivitas
guru dan aktivitas
siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata
pelajaran IPA.
Observer mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh
peneliti yakni berupa
lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas
siswa dengan cara
memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah
disediakan. Langkah –
langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai
berikut:
-
59
a. Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran, guru menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan
selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas. Setelah
semua siswa siap
mengikuti pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam,
berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing dipimpin
oleh ketua kelas,
dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak
siswanya
bernyanyi lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan” dan dilanjutkan tanya jawab
berupa
pertanyaan yang mengarahkan ke materi yang akan dibahas,
kemudian guru tidak
lupa menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai macam –
macam
peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia dengan
menggunakan alat peraga
berupa gambar yakni banjir, tanah longsor, gunung meletus,
tsunami, angin puting
beliung, dan gempa bumi, selan itu guru menyampaikan materi
mengenai macam-
macam alat pengukur cuaca dan iklim dengan menggunakan gambar
yaitu sismograf,
anemometer, barometer, dan penakar hujan. Penyampaian informasi
atau materi
yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru
juga melakukan
tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong
mengemukakan
gagasan yang berkaitan dengan materi. Setelah dirasa siswa
menguasai materi, guru
menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a
match) . Guru
membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing
– masing siswa.
Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu
kartu jawaban saja.
Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang
menerima kartu soal
dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa
yang menerima
kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling
berhadap – hadapan.
Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka
dapatkan dengan
batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu
habis, siswa yang
belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari
siswa yang sudah
mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara
berurutan berdasarkan
-
60
nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka
kemudian
menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan.
Siswa yang lain
memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu
jawaban sudah sesuai
atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai
membacakan kartu
soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang
kebenaran dan
kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing
pasangan.
c. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman
tentang materi
yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta
salah satu siswa untuk
membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar
ke tiga yang
berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi
pembelajaran.
Observasi aktivitas guru dilakukan selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
Hasil dari observasi terhadap aktivitas guru siklus I pertemuan
pertama dalam
menerapkan pembelajaran make a match sudah berada dalam kategori
baik dengan
jumlah skor 50. Hasil observasi aktivitas guru siklus I
pertemuan I dalam menerapkan
pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN
Bugel 01
Salatiga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 30
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 16 50
Persentase 78,12%
Kategori Cukup
-
61
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas guru pada
siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi
adalah 50 yang di
persentasekan menjadi 78,12%. Sehingga aktivitas guru pada
siklus pertama
pertemuan pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai
dengan pedoman
yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk
dalam kategori
sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79%
termasuk dalam
kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang
terakhir >59%
termasuk dalam kategori kurang sekali. Walaupun pada siklus I
pertemuan pertama
aktivitas guru sudah cukup, masih terdapat 3 indikator yang
masih perlu ditingkatkan
yakni pada indikator melakukan tanya jawab tentang materi,
menjelaskan permainan
make a match, serta mengawasi aktivitas siswa dan membimbing
siswa selama
melakukan permainan. Pada siklus I pertemuan pertama, ketiga
indikator tersebut
masih mendapatkan skor 2 yaitu dilaksanakan dengan cukup oleh
guru. Observer
memberikan skor 2 pada indikator tersebut dikarenakan guru hanya
melakukan tanya
jawab dengan siswa secara klasikal, sehingga hanya siswa yang
aktif saja yang
melakukan tanya jawab dengan guru, siswa yang lain hanya duduk
diam. Guru masih
terlihat kebingungan dalam menjelaskan tata cara permainan make
a match pada
siswa, sehingga siswa masih merasa kebingungan dengan tata cara
permainan make a
match. Guru juga kurang mengawasi aktivitas siswa dan membimbing
siswa selama
melakukan permainan sehingga siswa merasa kebingungan. Untuk
mengetahui lebih
jelas mengenai data hasil observasi guru pada siklus pertama
pertemuan pertama
dapat dilihat pada lampiran halaman 186.
Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer
juga melakukan
observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi
terhadap aktivitas belajar
siswa kelas V SDN Bugel 01 Salatiga pada kegiatan pembelajaran
dengan penerapan
pembelajaran make a match siklus I pertemuan I dapat dilihat
pada tabel 4.4.
-
62
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 6
2 Kegiatan awal 2 7
3 Kegiatan inti 9 23
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 15 42
Persentase 70%
Kategori Cukup
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas siswa pada
siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi
adalah 42 yang di
persentasekan menjadi 70%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus
pertama pertemuan
pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai dengan
pedoman yang
dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam
kategori sangat
baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk
dalam kategori
cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir
>59% termasuk
dalam kategori kurang sekali. Masih ada 6 indikator yang belum
dilaksanakan dengan
baik oleh siswa. Siswa belum memperhatikan penjelasan guru
dengan baik. Masih
banyak siswa yang bergurau sendiri saat guru menyampaikan
materi. Hanya siswa
yang aktif saja yang mengajukan materi pada guru, padahal
sebenarnya siswa belum
mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Terbukti ketika
guru mengajukan
pertanyaan pada siswa, tidak sampai setengah dari sejumlah siswa
yang menjawab
pertanyaan guru dengan benar. Saat permainan mencari kartu
pasangan akan dimulai,
siswa dari masing-masing kelompok justru berdiskusi dengan teman
satu kelompok
untuk mendiskusikan kartu yang didapatnya, justru tidak
berhadap-hadapan dengan
-
63
kelompok pasangannya. Siswa masih tampak kebingungan dalam
mencari kartu
pasangannya.
Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan
pertama sudah
mencapai indikator kinerja yakni pada kategori cukup. Sedangkan
aktivitas siswa
pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama belum
mencapai indikator
kinerja karena masih berada pada kategori cukup. Untuk
mengetahui lebih jelas
mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus
pertama pertemuan pertama
dapat dilihat pada lampiran halaman 188.
2) Pertemuan ke Dua
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan
pada hari
Rabu tanggal 22 April 2015 selama 2 jam pelajaran dengan alokasi
waktu 2x35 menit
yang dimulai pukul 07.00-08.15. Pada pertemuan ini terdiri dari
tiga kegiatan
pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Materi yang
dibahas melanjutkan dari materi pada siklus I pertemuan pertama
mengenai peristiwa
alam yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah, dampak
dari peristiwa alam
terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan, dan bentuk
upaya mencegah
banjir dan tanah longsor.
a. Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan
selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas agar siswa
siap mengikuti
pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului
dengan absensi
dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam
pertama. Guru
melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang akibat banjir
yang melanda kota
Jakarta dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi
mengenai
peristiwa alam yang dapat dicegah dan peristiwa alam yang tidak
dapat dicegah,
selanjutnya mengenai dampak peristiwa alam terhadap kehidupan
manusia, hewan,
dan lingkungan dan yang terakhir mengenai bentuk upaya yang
dilakukan untuk
-
64
mencagah banjir dan tanah longsor. Penyampaian informasi atau
materi yang
dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga
melakukan tanya
jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong
mengemukakan gagasan
yang berkaitan materi. Guru menyediakan alat peraga berupa
gambar mengenai
contoh gambar tentang peristiwa alam dan berbagai cara untuk
mencagahnya. Setelah
itu siswa menyimpulkan atau mendiskripsikan peristiwa alam
beserta cara
pencegahannya berdasarkan gamabr yang sudah disediakan. Guru
melakukan tanya
jawab dengan siswa menegnai gambar tersebut. Setelah dirasa
siswa menguasai
materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu
pasangan (make a match)
.Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada
masing – masing
siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau
satu kartu
jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan
siswa yang
menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban
berkumpul dengan
siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok
jawaban saling
berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari
kartu yang
mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh
guru. Setelah
waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di
tempat yang
berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil
pasangan siswa
secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu
soal dan kartu
jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat
yang sudah
disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan
kartu soal dan
kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai
semua pasangan
selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan
konfirmasi
tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban
dari masing – masing
pasangan.
c. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman
tentang materi
yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta
salah satu siswa untuk
-
65
membuka masing–masing kartu yang ditempel di depan pada lembar
ke tiga yang
berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi
pembelajaran.
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
dengan penerapan
pembelajaran make a match pada siklus I pertemuan ke II dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 34
4 Kegiatan akhir 2 7
Jumlah 16 55
Persentase 85,93%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas guru pada
siklus I pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi
adalah 55 yang di
persentasekan menjadi 85,93%. Sehingga aktivitas guru pada
siklus pertama
pertemuan ke dua termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai
dengan pedoman yang
dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam
kategori sangat
baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk
dalam kategori
cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir
>59% termasuk
dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru
dalam kegiatan
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah
meningkat
dibandingkan dengan aktivitas guru pada pertemuan pertama. Ada 9
indikator yang
memperoleh skor 3 dan 7 indikator yang memperoleh skor 4. Hasil
observasi
aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua mengalami peningkatan
dibandingkan
aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama. Guru sudah mulai
mengerti dengan
-
66
jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a
match. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas
guru pada siklus
pertama pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman
190.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Bugel
01 Salatiga
pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a
match siklus I
pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 6
2 Kegiatan awal 2 8
3 Kegiatan inti 9 28
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 15 48
Persentase 80%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas siswa pada
siklus I pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi
adalah 48 yang di
persentasekan menjadi 80%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus
pertama pertemuan
ke dua termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan
pedoman yang
dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam
kategori sangat
baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk
dalam kategori
cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir
>59% termasuk
dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa
siklus I pertemuan ke
dua dari 15 indikator, terdapat 5 indikator yang memperoleh skor
4, 8 indikator
memperoleh skor 3, dan 2 indikator memperoleh skor 2 dan tidak
ada indikator yang
memperoleh skor 1. Skor total hasil observasi aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan
ke dua adalah 48 dengan kategori baik. Hal ini ditunjukkan
dengan jumlah skor hasil
-
67
observasi aktivitas guru adalah 48 apabila di presentasekan
menjadi 80%. Aktivitas
siswa pada siklus I pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan
dibandingkan
siklus I pertemuan pertama.
Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke
dua sudah
mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori
baik.. Aktivitas siswa
pada pelaksanaan tindakan tindakan siklus I pertemuan ke dua
juga sudah mencapai
indikator kinerja karena sudah berada pada kategori baik. Untuk
mengetahui lebih
jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus
pertama pertemuan ke
dua dapat dilihat pada lampiran halaman 192.
3) Pertemuan ke Tiga
Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang
dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 25 April 2014 pukul 07.00-08.15.
Pelaksanaan tindakan
siklus I pertemuan ke tiga sebagai tindak lanjut, penyempurnaan,
dan perbaikan
proses pembelajaran pertemuan pertama, pertemuan ke dua pada
siklus I.
Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal
pilihan ganda
dengan jumlah soal 30. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke
tiga yakni
diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi
pembelajaran
kemudian berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing -
masing.
Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa
agar siswa
tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada
siswa tentang tata cara
mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan
soal. Dilanjutkan
dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada
masing – masing
siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru
mengawasi jalannya
tes dari awal sampai akhir
4.1.2.3 Hasil Tindakan Siklus I
Hasil tindakan pada siklus I diperoleh dari hasil observasi
terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga dengan penerapan
pembelajaran
make a match oleh guru.
-
68
1) Hasil Belajar IPA
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dengan
menerapkan
pembelajaran make a match selesai, maka dilakukan evaluasi untuk
mengetahui
pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing
siswa, apakah sudah
mencapai KKM atau belum mencapai KKM.
Hasil belajar IPA siklus I disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I
NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 50 - 59 2 11,76% Kurang Sekali
2 60 - 69 3 17,65% Kurang
3 70 - 79 8 47,06% Cukup
4 80 – 89 3 17,65% Baik
5 90 - 99 1 5,88% Baik Sekali
Jumlah siswa 17 100%
Nilai Rata-Rata 71,23
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 53
Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat diketahui bahwa siswa yang
mendapat nilai 50-
59 sebanyak 2 siswa dengan persentase11,76%. Siswa yang mendapat
nilai 60-69
sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%. Siswa yang mendapat
nilai 70-79
sebanyak 8 siswa dengan persentase 47,06%, Siswa yang mendapat
nilai 80-89
sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%, dan Siswa yang
mendapat nilai 90-99
sebanyak 1 siswa dengan presentase 5,88%. Nilai rata-rata yang
diperoleh dari data
hasil belajar siklus I adalah 71,82 dengan nilai tertinggi 90
dan nilai terendah 53.
Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus
I pada tabel 4.7
maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.3, dan
untuk mengetahui
-
69
lebih jelas mengenai nilai hasil belajar siswa pada siklus 1
dapat dilihat pada lampiran
halaman 204.
Gambar 4.3
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian
peneliti melakukan
analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yang
tertera pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.8
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 12 70,59 %
2. Tidak Tuntas < 70 5 29,41%
Jumlah 17 100 %
Rata-rata 71,82
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 53
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
kelas V SD
Negeri Bugel 01 Salatiga sudah mencapai KKM, yakni 12 dari 17
siswa sudah
mencapai KKM atau dengan persentase 70,59%. Sedangkan ada 5
siswa yang belum
mencapai KKM atau dengan persentase 29,41%. Rata-rata hasil
belajar IPA siswa
pada siklus I adalah 71,82, nilai tertinggi 90, dan nilai
terendah 53. Berdasarkan
-
70
ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01
Salatiga siklus I pada
tabel 4.8 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai
berikut:
Gambar 4.4
Persentase Ketuntsan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan gambar 4.4 tentang persentase ketuntasan hasil
belajar IPA siklus I
dengan penerapan pembelajaran make a match mengalami peningkatan
dibandingkan
dengan hasil belajar IPA yang diperoleh pada hasil belajar pada
kondisi awal. Pada
siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM atau 70,59% siswa sudah
mencapai KKM.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran make a match
yaitu ≥70,59%
siswa mencapai KKM (KKM ≥70) sudah berhasil. Untuk lebih
meningkatkan hasil
belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match maka
penelitian
dilanjutkan siklus II.
4.1.2.4 Refleksi Siklus I
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I baik
pertemuan
pertama, ke dua, maupun ke tiga selesai, maka peneliti melakukan
refleksi terhadap
keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi
dilakukan untuk
mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran
yang telah
dilakukan, hasil tindakan, serta hambatan – hambatan yang
dihadapi. Hasil refleksi
berguna untuk menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan
sudah berhasil atau
-
71
belum berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Selain itu,
juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus
II.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
make a match
pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara lain
:
1. Guru
a) Guru belum malakukan tanya jawab terhadap siswa tentang
materi yang
disampaikan dengan baik.
b) Guru masih mengalami kebingungan dalam menjelaskan cara
permainan
make a match.
c) Guru belum maximal dalam mengawasi aktivitas siswa dan
meberikan
bantuan siswa dalam melakukan permainan.
2. Siswa
a) Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru selama proses
pembelajaran
berlangsung.
b) Siswa tidak mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan
materi
kepada guru.
c) Siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
dengan baik.
d) Siswa tidak berkelompok sesuai dengan kartu yang telah
ditentukan guru.
e) Siswa dalam mencari kertu pasangan belum berdasarkan waktu
yang telah
ditentukan dan siswa belum memberikan tanggapan dengan baik
terhadap
kecocokan kartu pasangan yang dipresentasikan oleh temannya.
Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dapat dilakukan
perbaikan
sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan
lebih baik.
Perbaikan tersebut antara lain:
1. Bagi Guru
a) Selain memberikan pertanyaan atau tanya jawab secara
klasikal, guru
sebaiknya juga memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh
masing-masing
siswa.
-
72
b) Guru harus lebih memahami prosedur atau cara pelaksanaan
pembelajaran
make a match sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat
berjalan
dengan lancar.
c) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model make a match,
guru harus
mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik agar
siswa
tidak bingung.
2. Bagi Siswa
a) Siswa hendaknya memperhatikan penjelasan dari guru selama
proses
pembelajaran berlangsung.
b) Siswa hendaknya mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan
materi dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan
baik.
c) Siswa hendaknya berkelompok sesuai dengan kartu pasangan dan
waktu
yang telah ditentukan serta memberikan tanggapan terhadap
kecocokan
kartu dengan baik.
Dari segi hasil belajar siswa persentase ketuntasan belajar
siswa siklus I
dibandingkan dengan hasil belajar ulangan IPA pada kondisi awal
mengalami
peningkatan. Pada kondisi awal yang diperoleh dari ulangan IPA
hanya ada 7 siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM≥70) dengan
persentase 41,17%.
Sedangkan pada postest siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM
dengan
persentase 70,59%. Ini berarti hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA sudah
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti.
4.1.3 Deskripsi Siklus II
Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap
perencanaan, pelaksanaan
tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan
pembelajaran pada
siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.
Pembelajaran
siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I.
Rencana tindakan
pada siklus II adalah sebagai berikut:
-
73
1) Pertemuan pertama
Rencana tindakan untuk pertemuan pertama yaitu penulis bersama
guru
menentukan standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan
yang terjadi di
alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan
kompetensi
dasar (KD) 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia
yang.dapat mengubah
permukaan bumi. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama
yakni (1)
Mendefinisikan pengertian sumber daya alam, (2) Mendefinisikan
pengertian sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui, (3) Menyebutkan contoh
sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui, (4) Mendefinisikan penggunaan
contoh sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui. Setelah menentukan SK, KD,
dan indikator,
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Peneliti juga
menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu
berupa gambar
berbagai macam contoh sumber daya alam, dua buah kotak yang
bertuliskan sumber
daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui,
serta kartu permainan. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi
siswa, lembar
observasi guru, lembar observasi aktivitas siswa.
2) Pertemuan ke dua
Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak
lanjut dari
pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke
dua adalah (1)
Mendefinisikan pengertian sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, (2)
Menyebutkan contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui, (3)
Menyebutkan
kegiatan manusia yang mengubah permuakaan bumi, (4)Menentukan
dampak dari
masing-masing kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan
bumi.
Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran
berupa gambar
penebangan hutan secara liar, gambar kegiatan penambangan,
gambar kebakaran
hutan, gambar pemukiman penduduk.
3) Pertemuan ke tiga
Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut
dari
pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga
digunakan sebagai tes
-
74
evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pada siklus II.
Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan
ganda.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 kali
pertemuan
dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit
atau 2 jam pelajaran.
Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah:
1. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II
dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 27 April 2015 pukul 07.00-08.15 dan terdiri dari
kegiatan
pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Langkah –
langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai
berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan
pengkondisian
kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru
melakukan apersepsi
tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran
IPA dilakukan
bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya jawab
tentang benda-benda yang ada di ruang kelas dan asal usul
bahannya. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi
mengenai
pengertian sumber daya alam , macam – macam sumber daya alam,
contoh masing-
masing jenis sumber daya alam, dan penggunaannya. Penyampaian
informasi atau
materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah,
tetapi guru juga
melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa
terdorong
mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Guru melakukan tanya
jawab
mengenai gambar-gambar tentang sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui
serta penggunaannya. Guru menunjuk salah masing-masing siswa
untuk
menyebutkan contoh sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui selain yang
-
75
sudah dijelaskan. Setelah guru melakukan tanya jawab kemudian
guru bersama siswa
menyimpulkan tentang pengertian sumber daya alam serta contohnya
berserta
penggunaannya. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru
menjelaskan tata cara
permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru
membagikan kartu soal
dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing
- masing siswa
hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja.
Siswa yang menerima
kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan
siswa yang
menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima
kartu jawaban.
Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan.
Masing – masing
siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan
batasan waktu yang
telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan
pasangannya segera lapor
pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat
pasangan berkumpul di
tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan.
Guru memanggil
pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk
membacakan kartu
soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu
tersebut di tempat yang
sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah
pasangan kartu
soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu
seterusnya sampai semua
pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru
memberikan
konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu
jawaban dari
masing – masing pasangan.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman
tentang materi
yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta
salah satu siswa untuk
membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar
ke tiga yang
berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
Hasil observasi
aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran make a
match pada siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel
4.9
-
76
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 36
4 Kegiatan akhir 2 7
Jumlah 16 57
Persentase 89,06%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas guru pada
siklus II pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil
observasi adalah 57 yang di
persentasekan menjadi 89,06%. Sehingga aktivitas guru pada
siklus ke dua pertemuan
pertama termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan
pedoman yang
dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam
kategori sangat
baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk
dalam kategori
cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir
>59% termasuk
dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru
dalam kegiatan
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah
meningkat
dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus I. Ada 9
indikator yang memperoleh
skor 4 dan 7 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil observasi
aktivitas guru siklus
II pertemuan pertama mengalami peningkatan dibandingkan
aktivitas guru pada
siklus I. Guru sudah mengerti dengan jalannya permainan mencari
kartu pasangan
atau permainan make a match. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai data hasil
observasi aktivitas guru pada siklus ke dua pertemuan pertama
dapat dilihat pada
lampiran halaman 194.
-
77
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas V SD
Negeri Bugel 01
Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran make a match
siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 8
3 Kegiatan inti 9 31
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 15 53
Presentase 88,33%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas siswa pada
siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi
adalah 53 yang di
persentasekan menjadi 88,33%. Sehingga aktivitas siswa pada
siklus ke dua
pertemuan pertama termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai
dengan pedoman
yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk
dalam kategori
sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79%
termasuk dalam
kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang
terakhir >59%
termasuk dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas
siswa siklus II
pertemuan pertama dari 15 indikator, terdapat 8 indikator yang
memperoleh skor 3, 7
indikator memperoleh skor 4, dan tidak ada indikator yang
memperoleh skor 2 dan 1..
Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama sudah mengalami
peningkatan
dibandingkan siklus I. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
data hasil observasi
aktivitas siswa pada siklus ke dua pertemuan pertama dapat
dilihat pada lampiran
halaman 196.
-
78
Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan
siklus II pertemuan
pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada
kategori baik.
2. Pertemuan ke Dua
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada pertemuan ke dua siklus
2 dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 pukul 07.00-08.15 yang
terdiri dari kegiatan
pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Peneliti meminta
bantuan observer yaitu kepala sekolah untuk mengamati aktivitas
guru dan aktivitas
siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata
pelajaran IPA.
Observer mengisi lembar obsevasi yang telah disediakan oleh
peneliti yakni berupa
lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas
siswa dengan cara
memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah
disediakan. Selain
mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Langkah – langkah
pembelajaran pada siklus II pertemuan ke dua adalah sebagai
berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan
pengkondisian
kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Lalu guru langsung
melakukan salam,
berdoa dan kemudian absensi. Guru melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya
jawab tentang pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga dan
akibat dari
pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga. Kemudian guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi
mengenai
contoh kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi dan
dampaknya
dengan menggunakan gambar. Penyampaian informasi atau materi
yang dilakukan
guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan
tanya jawab
dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan
gagasan yang
berkaitan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru
menjelaskan tata cara
permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru
membagikan kartu soal
dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing
- masing siswa
-
79
hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja.
Siswa yang menerima
kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan
siswa yang
menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima
kartu jawaban.
Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan.
Masing – masing
siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan
batasan waktu yang
telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan
pasangannya segera lapor
pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat
pasangan berkumpul di
tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan.
Guru memanggil
pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk
membacakan kartu
soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu
tersebut di tempat yang
sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah
pasangan kartu
soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu
seterusnya sampai semua
pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru
memberikan
konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu
jawaban dari
masing – masing pasangan.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman
tentang materi
yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta
salah satu siswa untuk
membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar
ke tiga yang
berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi
pembelajaran.
3. Pertemuan ke Tiga
Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1I
yang dilaksanakan
pada hari Jumat tanggal 2 Mei 2014 pukul 07.00-08.10. kegiatan
Evaluasi yang
diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda
dengan jumlah soal 30.
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni diawali
dengan memeriksa
kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran kemudian
berdoa bersama
menurut agama dan kepercayaan masing - masing. Sebelum
membagikan soal
evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak
terlalu dekat duduknya
kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara
mengerjakan soal evaluasi
-
80
dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan
pembagian lembar
soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing siswa.
Siswa mengerjakan
soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes
dari awal sampai
akhir.
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
dengan penerapan
pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan ke dua dapat
dilihat pada tabel
berikut 4.1
Tabel 4.11
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 31
4 Kegiatan akhir 2 8
Jumlah 16 62
Persentase 96,87%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas guru pada
siklus II pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi
adalah 62 yang di
persentasekan menjadi 96,87%. Sehingga aktivitas guru pada
siklus ke dua pertemuan
ke dua termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini sesuai
dengan pedoman yang
dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam
kategori sangat
baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk
dalam kategori
cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir
>59% termasuk
dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru
dalam kegiatan
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah
meningkat
dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus II pertemuan
pertama. Ada 14
-
81
indikator yang memperoleh skor 4 dan 2 indikator yang memperoleh
skor 3. Hasil
observasi aktivitas guru siklus II pertemuan ke dua mengalami
peningkatan
dibandingkan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama.
Guru sudah mengerti
dengan jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan
make a match.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi
aktivitas guru pada siklus
ke dua pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman
198.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Bugel
01 Salatiga
pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a
match siklus II
pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item
yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 8
3 Kegiatan inti 9 33
4 Kegiatan akhir 2 8
Jumlah 15 57
Persentase 95%
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas siswa pada
siklus II pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi
adalah 57 yang di
persentasekan menjadi 95%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus
ke dua pertemuan
ke dua termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini sesuai
dengan pedoman yang
dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam
kategori sangat
baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk
dalam kategori
cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir
>59% termasuk
-
82
dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa
siklus II pertemuan ke
dua dari 15 indikator, terdapat 12 indikator yang memperoleh
skor 4 ,3 indikator
memperoleh skor 3, dan tidak ada indikator yang memperoleh skor
2 dan 1. Aktivitas
siswa pada siklus II pertemuan ke dua sudah mengalami
peningkatan dibandingkan
siklus II pertemuan pertama.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi
aktivitas siswa pada
siklus ke dua pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran
halaman 200.
Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan
siklus II pertemuan
ke dua sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada
kategori sangat
baik.
4.1.3.3 Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan siklus II diperoleh dari hasil belajar IPA siswa
kelas V SD Negeri
Bugel 01 Salatiga.
1) Hasil Belajar IPA
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi dengan penerapan
pembelajaran
make a match, guru memberikan tes tertulis kepada siswa dengan
bentuk soal pilihan
ganda sejumlah 30 soal. Tes diberikan kepada siswa pada akhir
siklus II yaitu pada
pertemuan ke tiga.
Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi mengenai hasil
belajar siswa kelas V
siklus II:
-
83
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II
NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 50 – 59 0 0% Kurang Sekali
2 60 - 69 0 0% Kurang
3 70 - 79 6 35,3% Cukup
4 80 - 89 9 52,94% Baik
5 90 - 99 2 11,76% Baik Sekali
Jumlah siswa 17 100%
Nilai Rata-Rata 80,76
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 73
Berdasarkan tabel 4.13 maka dapat diketahui bahwa tidak ada
siswa yang
mendapat nilai 50-59 dan 60-69. Siswa yang mendapat nilai 70-79
sebanyak 6 siswa
dengan persentase 35,3%. Siswa yang mendapat nilai 80-89
sebanyak 9 siswa dengan
persentase 52,94%, dan siswa yang mendapat nilai 90-99 sebanyak
2 siswa dengan
persentase 11,76%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data
hasil belajar siklus I
adalah 80,76 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 73.
Untuk mengetahui lebih
jelas mengenai hasil nilai pada siklus 2 dapat dilihat pada
lampiran halaman 205.
Data mengenai hasil belajar siswa siklus II pada tabel 4.13,
dapat digambarkan
memalui diagram batang seperti pada gambar 4.5.
-
84
Gambar 4.5
Hasil belajar Siswa Siklus II
Data mengenai hasil belajar siswa siklus II kemudian peneliti
melakukan analisis
mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus II yang tertera
pada tabe 4.14 berikut
ini.
Tabel 4.14
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 17 100 %
2. Tidak Tuntas < 70 0 0%
Jumlah 17 100 %
Rata-rata 80,76
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 73
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar IPA
siswa kelas
V pada mata pelajaran IPA siklus II yang telah mencapi KKM
sebanyak 17 siswa
dengan persentase 100% dan tidak ada siswa yang nilainya berada
di bawah KKM.
Ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Bugel 01 Salatiga
siklus II dapat
digambarkan dengan diagram lingkaran seperti yang tertera pada
gambar 4.6.
-
85
.
Gambar 4.6
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Gambar 4.6 mengenai persentase ketuntasan hasil belajar IPA
siklus II dengan
penerapan pembelajaran make a match terlihat bahwa hasil belajar
IPA siswa 100%
mencapai KKM. Hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran
make a match
pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar IPA yang
diperoleh pada
siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa
kelas V SD Negeri
Bugel 01 Salatiga sudah mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan peneliti
yakni minimal 100% siswa mencapai KKM.
4.1.3.4 Refleksi Siklus II
Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama tiga kali
pertemuan maka
peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran
yang telah
dilaksanakan. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan
pembelajaran make a match dengan baik. Proses pembelajaran
dengan menerapkan
pembelajaran make a match dapat membuat siswa benar-benar aktif.
Peningkatan
aktivitas siswa terlihat selama proses pembelajaran, tidak hanya
siswa yang aktif saja
yang memberikan pendapatnya, tetapi siswa yang biasanya hanya
duduk diam
mampu memberikan pendapatnya. Dari hasil evaluasi ketuntasan
belajar IPA yang
diperoleh siswa pada siklus II dengan KKM ≥ 70 dari 17 siswa,
semua siswa sudah
tuntas dengan persentase 100% dan rata-rata 80,76. Hal ini
menunjukkan bahwa,
-
86
hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator kinerja yang
sudah ditetapkan
penulis yaitu minimal 100% siswa mencapai KKM.
Secara keseluruhan, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan
pembelajaran make a match pada siklus II diperoleh hasil
pengamatan sebagai
berikut:
1. Langkah-langkah pembelajaran make a match sudah dilaksanakan
dengan baik
dan runtut oleh guru.
2. Guru sudah tidak bingung lagi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran make
a match sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.
3. Guru mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan
baik saat
permainan kartu make a match berlangsung.
4. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan
penerapan pembelajaran make a match.
5. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA mengalami
peningkatan.
4.2 Hasil Analisis Data
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data
prasiklus, siklus I dan
siklus II mengenai hasil belajar IPA siswa.
4.2.1 Hasil Belajar IPA
Pada kondisi awal atau prasiklus, hasil belajar IPA siswa kelas
V SD Negeri
Bugel 01 Salatiga, masih banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥70). Hanya ada 7 siswa yang memperoleh
nilai di atas
KKM atau dengan persentase 41,17% dan 10 siswa dengan persentase
58,83% belum
mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada
prasiklus adalah 67,23
dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Setelah
diterapkannya pembelajaran
make a match pada mata pelajaran IPA, hasil belajar IPA
mengalami peningkatan,
pada siklus I ada 12 siswa dengan persentase 70,59% yang
mencapai KKM dan 5
siswa dengan persentase 20,41% belum mencapai KKM. Rata-rata
hasil belajar yang
diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 71,82 dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai
-
87
terendah 53. Pada siklus II hasil belajar mengalami peningkatan.
Jumlah siswa yang
mencapai KKM ada 17 siswa dengan persentase 100% dan tidak ada
siswa yang tidak
mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus
II adalah 80,76
dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 73. Perbandingan
ketuntasan hasil belajar
siswa pada kondisi awal atau prasiklus, siklus I, dan siklus II
dapat dilihat pada tabel
4.15.
Tabel 4.15
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I,
dan Siklus II
Ketegori Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II
Jml
Siswa
Persentase
(%)
Jml
Siswa
Persentase
(%)
Jml
Siswa
Persentase
(%)
Tidak
Tuntas
< 70 10 58,83% 5 20,41% 0 0%
Tuntas ≥ 70 7 41,17% 12 70,59% 17 100%
Jumlah 17 100% 17 100% 17 100%
Rata-rata 67,23 71,82 80,76
Nilai tertinggi 90 90 95
Nilai terendah 50 53 73
Berdasarkan tabel 4.15 mengenai perbandingan ketuntasan hasil
belajar IPA
prasiklus, siklus I, dan siklus II, jumlah siswa yang mencapai
KKM mengalami
peningkatan. Sebelum dikenai tindakan hanya ada 7 siswa yang
mencapai KKM
dengan persentase 41,17%. Setelah dikenai tindakan pada siklus
I, jumlah siswa yang
mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 12 siswa dengan
persentase
70,59%, dan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM
meningkat menjadi 17
siswa dengan persentase 100%. Untuk lebih jelasnya mengenai
perbandingan
persentase ketuntasan hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, dan
siklus II, maka dapat
dilihat pada gambar 4.7
-
88
.
Gambar 4.7
Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Perolehan rata-rata hasil belajar tiap siklus juga mengalami
peningkatan. Pada
prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 67,23,
setelah dilaksanakan siklus I
rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 71,82. Setelah
dilaksanakan siklus II rata-
rata hasil belajar meningkat lagi menjadi 80,76. Berikut
disajikan gambar mengenai
perbandingan rata-rata hasil belajar IPA prasiklus, siklus I,
dan siklus II
Gambar 4.8
Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
-
89
4.3 Pembahasan
Data yang telah dipaparkan oleh peneliti mulai dari data pra
siklus atau data
kondisi awal sebelum diterapkannya suatu model pembelajaran make
a match sampai
setelah diterapkannya model pembelajaran make a match pada
siklus I dan Siklus II
dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran make a
match dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal
sebelum
diterapkannya pembelajaran make a match perolehan hasil belajar
sebelum tindakan,
siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥70) hanya
ada 7 siswa
atau dengan persentase 41,17%. Rata-rata yang diperoleh dari
hasil belajar sebelum
tindakan adalah 67,23. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran
siklus I, jumlah
siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 12 siswa dengan
persentase 70,59%.
Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar siklus I adalah
sebesar 71,82.
Pada pembelajaran siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM
adalah sebesar
17 siswa dengan persentase 100%. Rata- rata yang diperoleh dari
hasil belajar pada
siklus II adalah sebesar 80,76. Penelitian yang dilakukan pada
siklus II seluruhnya
sudah mencapai indikator kinerja. Indikator kinerja dari hasil
belajar, peneliti
menetapkan bahwa penerapan dengan pembelajaran make a match
dikatakan berhasil
jika minimal 100% siswa mencapai KKM. Hasil belajar pada siklus
I sudah mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal
70% siswa sudah
mencapai KKM, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa sudah
sesuai dengan
indikator yang ditetapkan oleh peneliti yakni minimal 100% siswa
sudah mencapai
KKM.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Johnson dan
Johnson (dalam Anita Lie, 2002:7) bahwa suasana belajar
cooperative learning
menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih
positif, dan
penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar
yang penuh
persaingan dan memisah-misahkan siswa. Dengan suasana kelas yang
dibangun
sedemikian rupa, maka siswa mendapatkan kesempatan untuk
berinteraksi satu sama
lain sehingga terbentuk hubungan yang positif dan menambah
semangat siswa dalam
-
90
belajar. Suasana seperti ini akan memperlancar pembentukan
pengetahuan secara
aktif sehingga hasil belajar akan meningkat. Pembelajaran make a
match merupakan
salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Dengan
pembelajaran make a match,
siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Disamping itu,
make a match juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan
mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang
menjadikan aktif dalam
kelas. Keunggulan pembelajaran make a match menurut Anita Lie
(2002:55) adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam
suasana yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran serta
untuk semua tingkatan usia. Pembelajaran make a match memiliki
kelebihan
(Miftahul Huda, 2013:253) antara lain: 1) dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa,
baik secara kognitif maupun fisik; 2) karena ada unsur
permainan, metode ini
menyenangkan; 3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajari
dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 4) efektif
sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan 5) efektif melatih
kedisiplinan siswa
menghargai waktu untuk belajar.
Menurut pendapat para ahli di atas mengenai kelebihan model
pembelajaran
make a match maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan model
pembelajaran make a
match yaitu menciptakan suasana belajar yang positif yaitu
terbentuknya interaksi
satu sama lain sehingga secara tidak langsung siswa akan merasa
nyaman tanpa
adanya persaingan siswa satu dengan siswa yang lain. Selain itu
menambah semangat
dan antusias siswa dalam belajar, ketertarikan dalam menerima
suatu materi yang
akan diajarkan dan akan mempermudah siswa dalam menerima suatu
pengetahuan
sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi peningkatan
hasil belajar
siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suratman (2012)
dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA
melalui
Pendekatan Make a Match pada Siswa Kelas V SDN Timbang 01
Semester II Tahun
Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penerapan model make
-
91
a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Terbukti
pada hasil belajar
siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan
12 siswa yang
mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang
belum tuntas. Pada
siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 100%
atau 17 siswa sudah
tuntas.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Astuti, Ria
Yuni (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar IPA
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa
Kelas V SD
Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap
Tahun Ajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan
hasil belajar IPA
pada siswa kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai
siswa dari kondisi
awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 5
siswa yang tuntas dalam
KKM atau sebesar 41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa
atau sebesar 58,3%.
Pada siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau
sebesar 75%, dan yang
belum tuntas terdapat 3 siswa atau sebesar 25%, sedangkan pada
siklus II terdapat 12
siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan yang belum
tuntas dalam
belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %. Dari analisis data
tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan model make a match dapat
meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas V.