Top Banner
80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah kerangka berpikir berhasil dibangun menggunakan teori yang ada dan sampel serta teknik sampel yang ditentukan, maka penelitian akan dilanjutkan dengan pengambilan data dan mengolahnya dengan bantuan SPSS. Bab ini akan menjelaskan secara terperinci proses tersebut. 4.1 DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksakan di SMP Negeri 13 Ambon yang beralamat di jalan Laksdya Leo Wattimena, Negeri Lama, Kecamatan Baguala Kota Ambon. Sekolah ini beroperasi sejak tahun 1984 dengan luas lahan seluruhnya 11,592 meter 2. Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 11 orang. Visi, misi dan tujuan dari SMP Negeri 13 sebagai berikut: Visi Sekolah: memiliki daya saing yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran dan mampu berkompetensi dalam bidang akademik dan non akademik dengan indikator: 1. Terwujudnya prestasi di bidang akademik meliputi pencapaian nilai UN di atas rata-rata standar Nasional, menjuarai lomba olimpiade MIPA, olimpiade Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, juga olimpiade IPS. 2. Terwujudnya prestasi di bidang non akademik meliputi menjuarai lomba olahraga dan menjuarai lomba kesenian. 3. Terwujudnya prestasi di bidang iman dan taqwa, meliputi aktif dalam kegiatan keagamaan dan penegakkan disiplin.
27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

Mar 09, 2019

Download

Documents

lamnga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

80

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah kerangka berpikir berhasil dibangun menggunakan teori

yang ada dan sampel serta teknik sampel yang ditentukan, maka penelitian

akan dilanjutkan dengan pengambilan data dan mengolahnya dengan

bantuan SPSS. Bab ini akan menjelaskan secara terperinci proses tersebut.

4.1 DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksakan di SMP Negeri 13 Ambon yang beralamat

di jalan Laksdya Leo Wattimena, Negeri Lama, Kecamatan Baguala Kota

Ambon. Sekolah ini beroperasi sejak tahun 1984 dengan luas lahan

seluruhnya 11,592 meter2.

Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan

tenaga kependidikan sebanyak 11 orang. Visi, misi dan tujuan dari SMP

Negeri 13 sebagai berikut:

Visi Sekolah: memiliki daya saing yang tinggi dalam kegiatan

pembelajaran dan mampu berkompetensi dalam bidang akademik dan non

akademik dengan indikator:

1. Terwujudnya prestasi di bidang akademik meliputi pencapaian

nilai UN di atas rata-rata standar Nasional, menjuarai lomba

olimpiade MIPA, olimpiade Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,

juga olimpiade IPS.

2. Terwujudnya prestasi di bidang non akademik meliputi menjuarai

lomba olahraga dan menjuarai lomba kesenian.

3. Terwujudnya prestasi di bidang iman dan taqwa, meliputi aktif

dalam kegiatan keagamaan dan penegakkan disiplin.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

81

4. Terwujudnya prestasi di bidang ekstrakulikuler meliputi pramuka,

Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) dan Lomba Karya Ilmiah

Remaja (LKIR).

Misi sekolah: meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indikator

sebagai berikut:

1. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2. Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Meningkatkan profesionalisme guru.

Tujuan sekolah

1. Mampu menghasilkan lulusan yang memiliki rata-rata nilai Ujian

Nasional dan Ujian Akhir Sekolah di atas rata-rata standar

nasional.

2. Mampu memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang akademik

dan non akademik dan memiliki iman dan takwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

3. Mampu menyusun Buku Dokumen I, Dokumen II dan Dokumen

III Kurikulum SMP Negeri 13 Ambon.

4.2 DESKRIPSI RESPONDEN PENELITIAN

Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP

Negeri 13 sebanyak 150 orang.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

82

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Karakteristik responden menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah responden Presentase

Laki –laki 74 49 %

Perempuan 76 51 %

Total 150 100%

Berdasar Tabel 4.1 menunjukkan jumlah subjek penelitian

sebanyak 150 orang yang terdiri dari 74 laki-laki (49%) dan 76 perempuan

(51%).

4.3 DESKRIPSI HASIL PENGUKURAN PEUBAH

4.3.1 Peubah Kecenderungan Kenakalan Remaja

Dengan menentukan tinggi rendahnya peubah kecenderungan

kenakalan remaja, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan untuk

mengukur kecenderungan kenakalan remaja adalah 28 aitem. Dengan

demikian skor tertinggi adalah 28 x 5 = 140 dan skor terendah 1 x 28 = 28.

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kecenderungan kenakalan remaja

digunakan interval ukuran:

i = skor tertinggi - skor terendah

jumlah ketegori

i = 142,5 – 27,5 = 115 = 23

5 5

i = 23

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

83

Gambaran tinggi rendah hasil dari Kecenderungan Kenakalan

Remaja dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2

Deskripsi pengukuran peubah Kecenderungan Kenakalan Remaja

Kategori Interval N Presentase

Sangat tinggi 120≤ x ≤ 142 - -

Tinggi 97≤ x ≤ 119 2 1,3%

Sedang 74≤ x ≤ 96 33 22%

Rendah 51≤ x ≤ 73 69 46%

Sangat rendah 28≤ x ≤ 50 46 30,7%

Jumlah 150 100%

SD= 17,52 Rata-rata= 109,38

Tabel 4.2 memberi informasi bahwa 1,3% responden memiliki

kecenderungan kenakalan tinggi; 22% memiliki kecenderungan kenakalan

sedang; 46% responden memiliki kecenderungan kenakalan rendah dan

30,7% responden memiliki kecenderungan kenakalan sangat rendah.

4.3.2 Peubah Kecerdasan Emosional

Dengan menentukan tinggi rendahnya peubah Kecerdasan

Emosional, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi, tinggi, sedang,

rendah dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan untuk mengukur

Kecerdasan Emosional adalah 24 aitem. Dengan demikian skor tertinggi

adalah 24 x 5=120 dan skor terendah 1 x 24=24. Untuk mengetahui tinggi

rendahnya Kecerdasan Emosional remaja digunakan interval ukuran:

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

84

i = skor tertinggi - skor terendah

jumlah ketegori i = 123,5 – 23,5 = 100

5 5

i = 20

Tabel 4.3

Deskripsi pengukuran Peubah Kecerdasan Emosional

Kategori Interval N Presentase

Sangat tinggi 104≤ x≤123 35 23,3%

Tinggi 84≤ x≤103 74 49,3%

Sedang 64≤ x≤83 37 24,7%

Rendah 44≤ x≤63 4 2,7%

Sangat rendah 24≤ x≤43 -

Jumlah 150 100%

SD= 15,31 Rata-rata= 54,83

Tabel 4.3 memberi informasi bahwa 23,3% responden memiliki

Kecerdasan Emosional sangat tinggi; 49,3% responden memiliki

Kecerdasan Emosional tinggi; 24,7% memiliki Kecerdasan Emosional

sedang; 2,7% responden memiliki Kecerdasan Emosional yang rendah.

4.3.3 Peubah Keharmonisan Keluarga

Dengan menentukan tinggi rendahnya peubah keharmonisan

keluarga, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah

dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan untuk mengukur

keharmonisan keluarga adalah 33 aitem. Dengan demikian skor tertinggi

adalah 33 x 5 = 165 dan skor terendah 1 x 33 = 33. Untuk mengetahui

tinggi rendahnya keharmonisan keluarga digunakan interval ukuran

sebagai berikut:

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

85

i = skor tertinggi - skor terendah

jumlah ketegori

i = 167,5-32,5 = 135 = 27

5 5

i = 27

Gambaran tinggi rendah hasil dari keharmonisan keluarga dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4

Deskripsi pengukuran Peubah Keharmonisan Keluarga

Kategori Interval N Presentase

Sangat tinggi 141≤ x≤167 42 28%

Tinggi 114≤ x≤140 79 52,7%

Sedang 87≤x≤113 26 17,3%

Rendah 60≤x≤86 3 2%

Sangat rendah 33≤x≤59 - -

Jumlah 150 100%

SD= 19,33 Rata-rata= 71,2

Tabel 4.4 memberi informasi bahwa 28% responden dengan

keharmonisan keluarga sangat tinggi; 52,7% dengan keharmonisan

keluarga tinggi; 17,3% responden dengan keharmonisan keluarga sedang

dan 2% responden dengan tingkat keharmonisan rendah.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

86

4.4 UJI ASUMSI KLASIK

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, P-P

Plot Test, dan hasil uji contoh tunggal Kolmogorov-Smirnov.

Gambar 4.1.

Histogram

Gambar 4.1 di atas memperlihatkan bahwa pola berdistribusi

normal sebab gambar histogram berbentuk lonceng (bell shaped curve)

(Santosa, 2000).

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

87

Selain menggunakan histogram, normalitas data dapat dilihat melalui

grafik P-P Plot Test pada Gambar 4.2 di bawah ini,

Gambar 4.2

Grafik P-P Plot Test

Berdasar pada Gambar 4.2 P-P Plot Test di atas menunjukan

bahwa sebaran data berupa titik menyebar di sekitar garis diagonal dan

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sehingga asumsi normalitas

terpenuhi.

Uji normalitas juga dapat dilakukan secara statistik dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi

normal bila tingkat signifikansi pada Tabel Kolmogorov-Smirnov nilai

alpha (p>0,05).

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

88

Tabel 4.5

Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov contoh tunggal

Tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa nilai residual koefisien

Kolmogorov-Smirnov 0,953 dengan signifikansi sebesar 0,324 oleh

karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,324>0,005) maka disimpulkan

bahwa data terdistribusi dengan normal.

Secara keseluruhan dengan menggunakan metode grafik histogram

dan grafik normal P-P Plot maupun statistik menunjukan bahwa data

dalam penelitian ini terdistribusi normal. Dengan demikian data penelitian

ini memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak untuk

digunakan.

Residual yang tak terbakukan

N 150

Normal Parametersa Rerata .0000000

Std. Deviation 13.12934633

Perbedaan Paling Ekstrim Absolute .078

Positif .078

Negatif -.041

Kolmogorov-Smirnov Z .953

Asymp. Sig. (2-tailed) .324

a. Test distribution is Normal.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

89

4.4.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar peubah tak gayut. Sebab, jika

terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas. Pengujian

dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor

(VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10

(Ghosali, 2009).

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinieritas

Dari Tabel 4.6 terlihat kedua peubah tak gayut memiliki nilai

tolerance 0,716>0,10 dan nilai VIF 1,397<10. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikilinieritas pada peubah yang

digunakan.

Koefisiena

Model Statistik Koliniearitas

Toleransi VIF

1 (Konstanta)

Kecerdasan Emosional

Keharmonisan Keluarga

0,716

0,716

1,397

1,397

a. Peubah Gayut: Kecenderungan Kenakalan Remaja

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

90

4.4.3 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tetap maka terjadi

problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi

heteroskedastisitas atau homoskedastisitas (Santoso, 2000).

Gambar 4.3.

Diagram Pencar (Scatterplot)

Diagram pencar di atas menunjukkan bahwa titik-titik terpencar

dengan tidak membentuk pola-pola tertentu tetapi titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini memberikan informasi

bahwa model regresi dalam penelitian ini terjadi homoskedastisitas

daripada heteroskedastisitas.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

91

4.4.4 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan linear antar

peubah. Suatu data dikatakan mempunyai hubungan linear apabila nilai

penyimpangan dari linearitas dengan p>0.05. Hasil uji linearitas terhadap

peubah Kecenderungan Kenakalan Remaja, Kecerdasan Emosional dan

Keharmonisan Keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7

Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dengan Kecenderungan

Kenakalan Remaja

Keterangan: JK= Jumlah Kuadrat (Sum of Squares), db=derajat bebas, KT= Kuadrat

Tengah (Mean square). Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 4.9 dan

4.13

KKR = Kecenderungan Kenakalan Remaja

KE = Kecerdasan Emosional

KK = Keharmonisan Keluarga

Keterangan ini berlaku untuk Tabel 4.8 sampai dengan Tabel 4.14

Dari Tabel 4.7 di atas diketahui bahwa nilai signifikansi linearitas

sebesar 0,000 (p<0,05), dengan dan nilai penyimpangan linearitas sebesar

0,341 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang linear

antar Kecerdasan Emosional dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja.

Tabel Sidik Ragam

db JK KT F Sig.

KKR

*

KE

Antar

Kelomp

ok

(Gabungan) 49 22821,255 465,740 2,412 .000

Linearitas 1 12633,950 12633,950 65,422 .000

Simpangan dari

Linearitas 48 10187,305 212,236 1,099 .341

Dalam Kelompok 100 19311,579 193,116

Total 149 42132,833

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

92

Tabel 4.8

Hasil Uji Linearitas Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan

Kenakalan Remaja Tabel Sidik Ragam

db JK KT F Sig.

KKR

KE

Antar

Kelompok

(Gabungan) 56 23583,467 421,133 2,111 .001

Linearitas 1 12580,268 12580,268 63,073 .000

Simpangan

dari

Linearitas

55 11003,199 200,058 1,003 .487

Dalam Kelompok 93 18549,367 199,456

Total 149 42132,833

Dari Tabel 4.8 di atas diketahui bahwa nilai signifikansi linearitas

sebesar 0,000 (p<0,05), dengan dan nilai penyimpangan linearitas sebesar

0,487 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang linear

antar Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja.

4.5 UJI HIPOTESIS

Pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan dilakukan

dengan menggunakan analisis regresi berganda baik secara simultan

maupun parsial.

Hipotesis : Ada pengaruh Kecerdasan Emosional dan

Keharmonisan Keluarga secara simultan terhadap

Kecenderungan Kenakalan Remaja siswa SMP Negeri

13 Ambon.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

93

Untuk membuktikan hipotesis digunakan uji signifikansi simultan

(uji F) dengan tujuan untuk mengetahui keberartian koefisien regresi

secara bersama-sama dan uji signifikansi parameter individual (uji t) untuk

mengetahui keberartian koefisien secara parsial.

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil uji statistik secara simultan untuk peubah tak gayut, X1

(Kecerdasan Emosional) dan X2 (Keharmonisan Keluarga) terhadap

peubah gayut Y (Kecenderungan Kenakalan Remaja) diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil uji regresi berganda signifikansi nilai F

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 47,069

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh

yang signifikan dari Kecerdasan Emosional, Keharmonisan Keluarga

terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Dari hasi perhitungan ini

maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Model db JK KT F Sig.

1 Regresi 2 16448,253 8224,126 47,069 .000a

Sisa 147 25684,581 174,725

Total 149 42132,833

a. Prediktor: (Konstanta), KK, KE b. Peubah Gayut: KKR

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

94

4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Hasil uji statistik secara parsial untuk peubah tak gayut X1

(Kecerdasan Emosional) dan X2 (Keharmonisan Keluarga) terhadap

peubah gayut Y (Kecenderungan Kenakalan Remaja) diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil uji regresi berganda signifikansi parameter individual (uji t)

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut:

Y= a + b1 X1 + b2 X2 sehingga dapat ditulis

Y= 147,374 + (-0,358)X1 + (-0,356)X2

Persamaan regresi berganda dapat diartikan sebagai berikut:

1. Konstanta (a) sebesar 147,374 memberikan arti bahwa jika

Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga bernilai 0,

maka nilai Kecenderungan Kenakalan Remaja sebesar 147,374.

2. Koefisien regresi Kecerdasan Emosional sebesar (-0,358) memberi

arti bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan

Kecerdasan Emosional akan berdampak pada penurunan nilai

Kecenderungan Kenakalan Remaja sebesar 0,358. Dengan kata

Koefisien

Koefisien tak terbakukan

Keofisien

terbakukan

t Sig. B Kesalahan Baku Beta

1 (Konstanta) 147,374 9,117 16,165 .000

KE -.446 .095 -.358 -4,705 .000

KK -.357 .076 -.356 -4,672 .000

Peubah Gayut: KKR

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

95

lain semakin tinggi tingkat Kecerdasan Emosional yang di miliki

siswa SMP Negeri 13 Ambon akan berdampak pada penurunan

Kecenderungan Kenakalan Remaja.

3. Koefisien regresi Keharmonisan Keluarga sebesar (-0,356)

memberi arti bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu

tingkatan Keharmonisan Keluarga akan berdampak pada

penurunan nilai Kecenderungan Kenakalan Remaja sebesar 0,356.

Dengan kata lain lain semakin tinggi tingkat Keharmonisan

Keluarga akan berdampak pada penurunan Kecenderungan

Kenakalan Remaja siswa SMP Negeri 13 Ambon.

Jenis kelamin merupakan hal yang menarik untuk diteliti guna

mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kecenderungan

kenakalan. Penulis menggunakan uji beda t-test untuk mengetahui

perbedaan Kecenderungan Kenakalan Remaja pada siswa laki-laki dan

perempuan. Adapun analisisnya sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hasil Uji t untuk Kecenderungan Kenakalan remaja siswa laki-laki

dan perempuan

Tabel 4.11 menunjukan bahwa laki-laki dan perempuan terdapat

perbedaan dengan nilai rata-rata untuk laki-laki sebesar 63,88 dan

perempuan sebesar 56,16.

Jenis Kelamin N Rata-rata Std. Deviasi

Rata-rata Std.

Error

KKR Laki-laki 74 63.88 18.542 2.155

Perempuan 76 56.16 14.048 1.611

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

96

Tabel 4.12

Hasil uji Signifikansi perilaku Kecenderungan Kenakalan Remaja

ditinjau dari Jenis Kelamin

Uji Levene

untuk Ekualitas

Ragam Uji t untuk Ekualitas rata-rata

F Sig. t db

Sig.

(2-

tailed)

Beda

Rataan

Standar

Error

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

KKR Diasumsikan varian

sama

10,571 .001 2,879 148 .005 7,720 2,681 2,422 13,019

Diasumsikan varian

berbeda

2.869 136.039 .005 7,720 2,691 2,398 13,042

Dari Tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa nilai F sebesar 10,571

dengan signifikansi 0,001 (p<0,05) maka terdapat perbedaan varians. Nilai

t hitung sebesar 2,869 dengan signifikansi 0,005 (p<0,05) artinya ada

perbedaan tingkat Kecenderungan Kenakalan Remaja laki-laki dan

perempuan.

4.5.3 Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana pengaruh antara kecerdasan emosional dan keharmonisan

keluarga terhadap kecenderungan kenakalan remaja SMP Negeri 13

Ambon. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh tabel summary

untuk menunjukan koefiesien determinasi sebagai berikut:

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

97

Tabel 4.13

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Dari Tabel 4.13 di atas diketahui nilai R (koefisien korelasi)

sebesar 0,625 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan

antara Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap

Kecenderungan Kenakalan Remaja. Koefisien determinasi (R2) sebesar

0,390 menggambarkan bahwa sumbangan pengaruh Kecerdasan

Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap Kecenderungan

Kenakalan Remaja sebesar 39% sedangkan sisanya 61% dipengaruhi oleh

peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian di atas, diketahui bahwa Kecerdasan

Emosional dan Keharmonisan Keluarga berpengaruh terhadap

Kecenderungan Kenakalan Remaja.

Ringkasan Model

Model R R2

R2 terkoreksi

Kesalahan Baku

taksiran

1 .625a .390 .382 13,218

a. Prediktor: (Konstanta), KK, KE

b. Peubah Gayut: KKR

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

98

4.5.4 Sumbangan Efektif Tiap Peubah

Sumbangan efektif tiap peubah digunakan untuk mengetahui besar

sumbangan efektif masing-masing peubah tak gayut (Kecerdasan

Emosional dan Keharmonisan Keluarga) terhadap peubah gayut

(Kecenderungan Kenakalan Remaja). Sumbangan efektif peubah tak gayut

sama dengan koefisen determinasi (Budiono, 2004).

Tabel 4.14

Koefisien Korelasi

KKR KE KK

Pearson Correlation KKR 1.000 -.548 -.546

KE -.548 1.000 .533

KK -.546 .533 1.000

Sumbangan efektif dapat dihitung dengan rumus:

a. Sumbangan efektif Kecerdasan Emosional

SE (X1)% = βx1 x rxy1 x 100%

= 0,358 x 0,548 x 100%

= 19,6%

b. Sumbangan efektif Keharmonisan Keluarga

SE (X2)% = βx2 x rxy2 x 100%

= 0,356 x 0,546 x 100%

= 19,4%

SE (X)% = βx X rxy X 100%

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

99

Sumbangan efektif Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan

Keluarga dirangkum dalam Tabel 4.15

Tabel 4.15

Rangkuman sumbangan efektif peubah X1, X2 terhadap Y

No. Sumbangan Peubah Sumbangan Efektif

1. Kecerdasan Emosional terhadap

Kecenderungan Kenakalan Remaja

19,6 %

2. Keharmonisan Keluarga terhadap

Kecenderungan Kenakalan Remaja

19,4%

Total sumbangan 39%

Tabel 4.15 di atas menunjukkan besarnya sumbangan efektif

Kecerdasan Emosional terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja

sebesar 19,6%. Sedangkan sumbangan efektif Keharmonisan Keluarga

terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja sebesar 19,4%. Jadi, besar

sumbangan Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap

Kecenderungan Kenakalan Remaja sebesar 39%.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

100

4.6 PEMBAHASAN

Dari hasil pengukuran di atas membuktikan bahwa hipotesis

penelitian ada pengaruh Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan

Keluarga secara simultan terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja

siswa SMP Negeri 13 Ambon terbukti. Hal ini dibuktikan dari hasil

pengujian statistik (uji statistik nilai F) yang menunjukan nilai F sebesar

47,069 dengan tingkat signifikansi 0,000 dengan sumbangan efektif

sebesar 39%. Makin tinggi tingkat Kecerdasan Emosional dan

Keharmonisan Keluarga maka tingkat Kecenderungan Kenakalan Remaja

makin rendah.

Menurut Bandura (1963, dalam Siegel & Brandon, 2011)

kecenderungan kenakalan merupakan hasil interaksi faktor dalam diri dan

lingkungan. Sejalan dengan itu Kartono (2012) menjelaskan

Kecenderungan Kenakalan Remaja disebabkan oleh faktor internal dan

eksternal. Kecerdasan Emosional (faktor internal) dan Keharmonisan

Keluarga (faktor eksternal) secara bersama-sama menurunkan

Kecenderungan Kenakalan Remaja. Kecerdasan Emosional yang baik

memengaruhi remaja dalam berperilaku seperti dapat bersikap toleransi,

mampu mengendalikan emosi, dapat mengendalikan perilaku yang dapat

merusak diri sendiri dan orang lain, memiliki perasaan positif tentang diri

sendiri dan orang lain, juga memiliki kemampuan untuk mengatasi

kesulitan (Rachmawati, 2013). Keharmonisan Keluarga sebagai situasi

lingkungan yang memengaruhi remaja dalam pembentukan kepribadian,

cenderung menjadi pribadi yang baik dan memiliki kemampuan

mengembangkan sikap sosial, memiliki perilaku yang terkontrol dan

membentuk asas hidup kelompok yang baik sebagai landasan hidup di

masyarakat nantinya (Maria, 2007). Sehingga, jika remaja memiliki

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

101

Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga yang baik maka

remaja akan cenderung tidak nakal.

Ditinjau dari determinasi parsial diketahui bahwa peubah

Kecerdasan Emosional memberikan kontribusi terhadap Kecenderungan

Kenakalan Remaja. Emosi yang dimiliki individu akan menentukan

perilaku. Tingkat Kecerdasan Emosional yang tinggi akan berpengaruh

terhdap tingkat Kecenderungan Kenakalan Remaja. Hal ini didukung oleh

penelitian Rini et al., (2012) yang menyatakan semakin tinggi tingkat

Kecerdasan Emosional individu maka semakin rendah tingkat kenakalan

remaja. Searah dengan itu penelitian yang dilakukan oleh Agung dan

Matulessy (2012) menunjukkan Kecerdasan Emosional berpengaruh

terhadap tingkat Kenakalan Remaja.

Kecenderungan Kenakalan Remaja yang muncul pada dasarnya

berkaitan erat dengan perkembangan psikis dalam diri remaja. Kecerdasan

Emosional merupakan salah satu faktor psikis yang berpengaruh. Hal ini

disebabkan di dalam Kecerdasan Emosional terdapat komponen-

komponen perilaku yang mampu menjadi pengendali terhadap potensi

munculnya perilaku. Komponen Kecerdasan Emosional yang dimaksud

adalah kemampuan mengendalikan emosi, mengelola emosi sendiri

sehingga dapat mengendalikan perilaku yang salah. Remaja yang mampu

mengontrol emosi memiliki kecerdasan emosi yang baik karena dapat

mengenali, mengelola, memotivasi diri sendiri dan memiliki kemampuan

empati (Tsaosis, 2008). Jika komponen Kecerdasan Emosional dimiliki

oleh remaja maka remaja tidak akan mudah terpancing oleh keadaan atau

situasi yang dapat menyebabkan hilangnya kontrol emosi dan pada

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

102

akhirnya mengarah pada perilaku negatif sebagai bentuk luapan emosi

yang tidak terkendali.

Salovey dan Mayer (1990, dalam Stein & Book, 2002)

menjelaskan Kecerdasan Emosional sebagai kemampuan untuk mengenali

perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran

memahami perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara

mendalam sehingga membantu perkembangan emosional dan intelektual.

Remaja dengan Kecerdasan Emosional yang baik memiliki kemampuan

untuk mengontrol diri dalam bertindak. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Aprilia dan Indrijati (2014) yang menemukan bahwa

remaja yang memiliki Kecerdasan Emosional yang baik dapat mengontrol

diri agar tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri maupun

orang lain. Penelitian lainnya yang mendukung yaitu penelitian dari

Moskat dan Sorensen (2012) yang menyebutkan jika individu memiliki

Kecerdasan Emosional yang tinggi maka individu akan lebih mampu

menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang terbentuk sebelumnya

sehingga menjadi kurang berperilaku nakal. Sejalan dengan penelitian di

atas, penelitian yang dilakukan oleh Castillo et al. (2013) pada remaja di

Spanyol menemukan sebuah hasil jika remaja memiliki Kecerdasan Emosi

yang baik akan membuat tingkat kecenderungan kenakalan seseorang

menjadi rendah dan begitu pula sebaliknya.

Dari pembahasan di atas diketahui Kecerdasan Emosional

memegang peranan sangat penting, tanpa Kecerdasan Emosional yang

baik, remaja tidak dapat memiliki kontrol dalam setiap perilakunya sehari-

hari.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

103

Secara parsial Keharmonisan Keluarga turut memberi pengaruh

terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Hal ini disebabkan karena

keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling intim dan tempat

memulai proses penting bagi anak-anak. Menurut Mace (1985, dalam

Defrain, 2003) kualitas hubungan dalam keluarga berkontribusi terhadap

kesehatan emosional dan kesejahteraan keluarga. Keluarga yang sehat,

harmonis dapat menjadi sumber daya berharga untuk bertahan dalam

kesulitan hidup. Menurut Defrain dan Stinnet (2002, dalam Coombs, 2005)

Keharmonisan Keluarga didasari oleh hubungan emosional yang positif

antara anggota keluarga, sehingga tercipta rasa nyaman antara satu dengan

lainnya dan terjaminnya kesejahteraan tiap anggota keluarga. Di sisi lain,

hubungan yang tidak sehat atau disfungsional dapat menciptakan masalah

serius yang dapat bertahan dari satu generasi ke generasi berikutnya

(DeFrain & Asay, 2007).

Penelitian yang dilakukan Darokah dan Safaria (2005) menemukan

bahwa kondisi keluarga yang tidak harmonis mempunyai resiko lebih

tinggi anak-anak mereka terlibat kenakalan remaja. Sebaliknya Douglas

(1980) menjelaskan bahwa keluarga yang utuh lebih sedikit menghasilkan

kecenderungan perilaku nakal pada remaja. Menurut Hurlock (1980) pada

masa remaja terjadi perubahan yang bersifat universal, yaitu

meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan

peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap

setiap perubahan. Berbagai perubahan yang dialami oleh remaja juga

dipengaruhi oleh lingkungan dan lingkungan keluarga berperan penting

untuk hal tersebut.

Berbagai penelitian di Indonesia membuktikan bahwa kenakalan

remaja sangat terkait dengan hubungan yang tidak baik antara orang tua

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

104

dan anak atau apa yang dilihatnya di rumah, sekolah dan di kalangan

teman (Retnowati, 1983; & Sarifuddin, 1982 dalam Sarwono, 1999).

Dalam suatu penelitian (Maria, 2007) ditemukan Keharmonisan Keluarga

berpengaruh terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Remaja yang

terpenuhi kebutuhannya secara psikologis kecil kemungkinan untuk

berperilaku nakal. Kebutuhan psikologis ini akan didapatkan remaja dari

keluarga yang harmonis dan sehat. Keluarga juga berperan membentuk

kepribadian seorang remaja. Dalam keluarga harmonis, anak akan

mendapatkan latihan-latihan dasar dalam mengembangkan sikap sosial

yang baik dan perilaku yang terkontrol. Selain itu anak juga memperoleh

pengertian tentang hak, kewajiban, tanggung jawab serta belajar bekerja

sama dan berbagi dengan orang lain. Dengan kata lain seorang anak dalam

keluarga yang diwarnai dengan kehangatan dan keakraban (keluarga

harmonis) akan terbentuk asas hidup kelompok yang baik sebagai

landasan hidupnya di masyarakat nantinya.

Lingkungan keluarga yang kurang harmonis memberikan

kontribusi terhadap munculnya kenakalan pada remaja. Remaja yang

dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis cenderung mempersepsi

rumahnya sebagai tempat yang tidak menyenangkan dan melakukan hal-

hal yang melanggar norma di masyarakat. Hasil penelitian ini memperkuat

penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997, dalam Maria, 2007) yang

meneliti tiga kondisi keluarga yang berbeda yaitu; keluarga berantakan

(tidak harmonis), keluarga yang biasa-biasa saja, dan keluarga yang

harmonis. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa remaja yang dibesarkan

dalam keluarga yang tidak harmonis mempunyai risiko lebih besar untuk

terganggu jiwanya, yang selanjutnya mempunyai kecenderungan besar

untuk menjadi remaja nakal dengan melakukan tindakan-tindakan anti

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

105

sosial. Hasil temuan ini sejalan dengan temuan Saputri dan Naqiah (2014)

keharmonisan keluarga memberi pengaruh terhadap perilaku kenakalan

remaja.

Dalam uji tambahan secara demografi, terdapat perbedaan antara

Kecenderungan Kenakalan Remaja laki-laki dan perempuan. Dapat dilihat

dalam Tabel 4.11 dan 4.12, nilai rata-rata sebesar 63,88 untuk laki-laki

dan perempuan sebesar 56,16 selain itu nilai signifikansi sebesar 0,005

(p>0,05), yang berarti Kecenderungan Kenakalan Remaja laki-laki lebih

tinggi dari perempuan. Hasil temuan ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Masum dan Khan (2014), yang menemukan tingkat kenakalan

remaja laki-laki yang lebih tinggi. Sejalan dengan itu penelitian yang

dilakukan Cruyff, Ribeaud dan Tasm (2015) dalam tiga negara ditemukan

perempuan memiliki tingkat kenakalan jauh lebih rendah dibandingkan

laki-laki, khususnya yang berhubungan dengan tindakan pelanggaran.

Mqadi (1994); Weerman dan Hoeve (2012) dalam hasil penelitian yang

berbeda juga menemukan hasil bahwa remaja, laki-laki memiliki tingkat

kenakalan yang tinggi dan serius dibandingkan perempuan.

Penyebab tingkat kenakalan laki-laki yang lebih tinggi dari

perempuan berdasar penelitian Weerman dan Hoeve (2012) adalah bahwa

remaja laki-laki cenderung lebih menghabiskan waktu lebih banyak

dengan teman sebaya dari pada remaja perempuan. Lingkungan teman

sebaya yang cenderung tidak baik tentunya akan berdampak dalam

pembentukan perilaku remaja laki-laki. Selain itu menurut Mqadi (1994)

konsekuensi dari perlakuan berbeda yang diberikan untuk tiap jenis

kelamin sehari-hari berdampak tingkat kecenderungan kenakalan

seseorang. Menurut Tappan (1949, dalam Atmasasmita, 1985) perbedaan

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/4/T2_832013009_BAB IV.pdf · Jumlah tenaga pendidik sebanyak 32 orang dan tenaga kependidikan

106

perilaku kenakalan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan terletak

pada bentuk-bentuk kenakalannya.