54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 5 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 21 siswa yaitu meliputi 10 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. 2. Deskripsi Penelitian Tahap Awal Pemberian tindakan dalam penelitian tahap awal atau pratindakan ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas 5, yaitu Boedi Ngali. Peneliti melakukan dialog dengan guru kelas 5 tentang permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran IPS. Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi, peneliti berdiskusi dengan guru sehingga diputuskan untuk menerapkan metode Role Playing sebagai alternatif dalam mengatasi permasalahan. Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan pengamatan di kelas yang akan dikenai tindakan yaitu kelas 5 dengan melihat aktivitas belajar dan nilai hasil belajar. Pengamatan tersebut meliputi bagaimana keadaan siswa pada saat pembelajaran, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS serta metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada prasiklus diperoleh nilai ujian tengah semester pada mata pelajaran IPS tahun 2015/2016 siswa kelas 5 SD Negeri Blotongan beberapa nilai siswa ada yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu ≥ 60. Jumlah siswa yang tuntas adalah 2 siswa (9,52%) sedangkan yang belum tuntas adalah 19 siswa (90,48%). Menurut pendapat siswa, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut karena pelajaran IPS dianggap membosankan dan tidak menarik. Selain itu, materi IPS yang cukup
24
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/2/T1_292011225_BAB IV... · dengan guru sehingga diputuskan untuk menerapkan metode Role
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 5 SD Negeri
Blotongan 01 Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2015/2016
dengan jumlah 21 siswa yaitu meliputi 10 siswa perempuan dan 11
siswa laki-laki.
2. Deskripsi Penelitian Tahap Awal
Pemberian tindakan dalam penelitian tahap awal atau
pratindakan ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas 5,
yaitu Boedi Ngali. Peneliti melakukan dialog dengan guru kelas 5
tentang permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran IPS.
Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi, peneliti berdiskusi
dengan guru sehingga diputuskan untuk menerapkan metode Role
Playing sebagai alternatif dalam mengatasi permasalahan.
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan
pengamatan di kelas yang akan dikenai tindakan yaitu kelas 5 dengan
melihat aktivitas belajar dan nilai hasil belajar. Pengamatan tersebut
meliputi bagaimana keadaan siswa pada saat pembelajaran, hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS serta metode pembelajaran yang
sering digunakan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti pada prasiklus diperoleh nilai ujian tengah semester
pada mata pelajaran IPS tahun 2015/2016 siswa kelas 5 SD Negeri
Blotongan beberapa nilai siswa ada yang belum mencapai KKM yang
telah ditetapkan sekolah yaitu ≥ 60. Jumlah siswa yang tuntas adalah 2
siswa (9,52%) sedangkan yang belum tuntas adalah 19 siswa
(90,48%). Menurut pendapat siswa, ada beberapa faktor yang
menyebabkan hal tersebut karena pelajaran IPS dianggap
membosankan dan tidak menarik. Selain itu, materi IPS yang cukup
55
banyak dengan waktu yang terbatas, sehingga guru lebih fokus
mengejar materi. Guru dalam menyampaikan materi lebih banyak
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa
menjadi cepat bosan.
Pembelajaran IPS di kelas 5 SD Negeri Blotongan masih
menitikberatkan pada penguasaan konsep saja. Proses pembelajaran
yang dilakukan cenderung pada pencapaian target materi kurikulum
dan lebih mementingkan pada menghafal konsep bukan pemahaman.
Guru menyampaikan materi menggunakan ceramah dan tanya jawab.
Ketika siswa diminta untuk bertanya oleh guru banyak yang
tidak melakukannya. Hal ini karena siswa kurang termotivasi untuk
lebih aktif mengutarakan pendapat, ide, gagasan, pertanyaan dan
kesulitan-kesulitan maupun hal-hal yang belum dipahami selama
pembelajaran berlangsung. Minat belajar dan aktifitas dalam
pembelajaran IPS masih kurang, sehingga hasil belajar rendah. Hasil
belajar IPS yang rendah merupakan suatu permasalahan yang harus
segera diatasi.
Peneliti mengambil data hasil belajar yang berupa data awal.
Data awal tersebut diperoleh dari dokumen guru sebelum diadakan
tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPS sebelum menggunakan metode Role Playing.
Untuk lebih jelas data awal sebelum tindakan dijelaskan pada tabel 3.
Tabel 3
Hasil Belajar Pratindakan Siswa SD N Blotongan 01 Salatiga
No Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
1. ≥ 60
2 9,52% Tuntas
2. < 60
19 90,47% Belum
Tuntas
Jumlah 21 100%
Jumlah Nilai 745
Nilai Rata-Rata 35,48
56
Berdasarkan tabel 3. dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS
Pratindakan adalah 2 siswa dari 21 siswa mendapat nilai ≥ 60, jika
dipersentase 9,52% dengan keterangan tuntas dan 19 siswa dari 21
siswa mendapat nilai <60, jika dipersentase 90,48% dengan
keterangan belum tuntas. Nilai rata-ratanya yaitu 35,48. Dari data
tersebut disimpulkan terdapat 19 siswa yang belum tuntas dan 2 siswa
yang sudah tuntas.
3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran IPS
dengan Metode Role Playing.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam mata pelajaran IPS
siswa kelas V SD Negeri Blotongan 01 Salatiga dilaksanakan dalam
dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan pada
tanggal 17 Februari 2016 dengan waktu 2 jam pelajaran setiap 1
pertemuan (2x35 menit) dengan materi perjuangan para tokoh menuju
kemerdekaan. Pada siklus kedua berlangsung satu kali pertemuan
yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2016, masing-masing
pertemuan selama 70 menit sesuai dengan materi tokoh perjuangan
kemerdekaan.
Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini
mencangkup empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Keempat tahapan tersebut dilaksanakan
dalam setiap siklus.
a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu
tanggal 17 Februari 2016 dengan waktu 2 jam pelajaran setiap 1
pertemuan (2 x 35 menit) dengan materi perjuangan para tokoh
kemerdekaan.
1. Perencanaan Tindakan
Tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
57
perencanaan. Perencanaan pada siklus I ini, peneliti berdiskusi
dengan guru kelas 5, yakni Boedi Ngali, sebelum melakukan
tindakan penelitian mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan
untuk tindakan penelitian. Persiapan-persiapan yang dilakukan
antara lain:
a. Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b. Menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d. Mempersiapkan lembar observasi pengamatan pengelolaan
pembelajaran dengan metode Role Playing, lembar observasi
pengamatan guru dan siswa.
e. Menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan
diberikan pada akhir siklus.
f. Menjelaskan kepada guru mengenai metode Role Playing.
g. Penyamaan persepsi dengan observer.
h. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang akan digunakan
dalam pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I.
a) Tindakan Siklus I
Tahap kedua dari penelitian adalah pelaksanaan tindakan yang
merupakan implementasi isi rancangan. Proses pelaksanaan
tindakan siklus I dilaksanakan pada hari rabu tanggal 17 Februari
2016 mulai pukul 08.10 sampai 08.45 dilanjutkan pukul 09.00
sampai 09.35 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).
1. Pertemuan Siklus I
Kegiatan Awal
Kegiatan awal diawali dengan guru membuka pelajaran
dengan salam, berdoa dan presensi kelas. Selanjutnya guru
mengajak siswa menyanyi lagu kemerdekaaan dan mengaitkan
lagu tersebut dengan materi perjuangan para tokoh menuju
58
kemerdekaan melalui tanya jawab serta menyampaikan tujuan
pembelajaran dan manfaat yang diperoleh dalam materi ini.
Kegiatan Inti
Kegiatan yang telah dilakukan guru adalah melakukan
langkah pertama dalam metode role playing yaitu tahap
pemanasaan. Pada tahap pemanasan guru melakukan tanya jawab
dengan siswa mengenai materi perjuangan para tokoh menuju
kemerdekaan. Guru juga memberikan penjelasan mengenai cara
pelaksanaan pembelajaran role playing oleh siswa.
Pada tahap kedua yaitu tahap menyiapkan penonton yang
akan mengobservasi, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok
dan menunjuk kelompok 1 untuk bermain peran sedangkan
kelompok 2 mengobservasi bermain peran yang dilaksanakan oleh
kelompok 1. Setelah itu guru membagikan LKS kepada tiap
kelompok.
Tahap ketiga yaitu tahap mengatur panggung, yaitu guru
menyuruh siswa untuk berkumpul bersama kelompoknya dan
melakukan pengecekan kesiapan siswa dan panggung bagi siswa
yang akan berperan.
Tahap keempat yaitu tahap permainan, guru menyuruh
siswa yang ditunjuk dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan
dan perumusan dasar negara episode 1 bermain peran sesuai
naskah yang dibuat oleh peneliti sendiri. Sedangkan siswa yang
tidak ikut bermain memperhatikan siswa yang bermain peran.
Tahap kelima yaitu tahap tahap diskusi dan evaluasi, guru
dan siswa melakukan tanya jawab dan diskusi mengenai
bagaimana jalannya usaha mempersiapkan kemerdekaan dan
perumusan dasar negara. Guru juga melakukan evaluasi mengenai
drama yang ditampilkan oleh kelompok 1 dan tanya jawab dengan
siswa.
59
Tahap keenam yaitu tahap permainan berikutnya, guru
menyuruh kelompok 2 untuk bermain peran dan siswa yang tidak
ikut bermain peran menjadi penonton.
Tahap ketujuh yaitu tahap tahap diskusi lebih lanjut, guru
dan siswa melakukan tanya jawab dan evaluasi mengenai beberapa
tokoh yang terlibat dalam mempersiapkan kemrdekaan, riwayat
singkat/ringkasan tentang tokoh penting dalam rangka persiapan
kemerdekaan dan sikap cara menghargai jasa para tokoh dalam
mempersiapkan kemerdekaan berdasarkan drama yang baru saja
diperankan. Guru juga melakukan diskusi dan evaluasi mengenai
drama yang ditampilkan oleh kelompok 1 dan kelompok 2 dengan
tanya jawab dengan siswa. Guru menanyakan kepada siswa hal-hal
yang belum dimengerti namun tidak ada siswa yang bertanya.
Tahap terakhir yaitu tahap generalisasi, guru dan siswa
melakukan generalisasi serta mereflekskan pembelajaran yang
dilakukan, materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Setelah itu siswa mengerjakan soal siklus I. Setelah selesai
jawaban soal dibahas bersama-sama.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dialkukan tanya jawab kepada siswa
mengenai kesimpulan materi yang dipelajari. Guru juga melakukan
refleksi dan pesan moral kepada siswa dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa juga diberi motivasi dan dorongan agar semangat
dalam belajar. Setelah selesai pelajaran ditutup dengan salam.
Nilai yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal pada
siklus I termasuk hasil belajar kognitif. Hasil belajar kognitif dapat
dinyatakan dalam bentuk persentase (%), sehingga akan diperoleh
presentase perolehan hasil belajar kognitif pascatindakan siklus I
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
60
Tabel 4
Persentase Perolehan Hasil Belajar Kognitif pada Siklus I
No Nilai Frekuensi Persentase
(%)
Keterangan
1. 71-80 3 14,28 % Tuntas
2. 61-70 5 23,8% Tuntas
3. 51-60 4 19,04% Tuntas
4. 41-50 5 23,8% Belum Tuntas
5. 31-40 1 4,76% Belum Tuntas
6. 21-30 3 14,2% Belum Tuntas
Jumlah 21 100%
Nilai Rata-Rata 57,61
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 30
Sumber : Nilai tes siklus I materi Perjuangan para Tokoh
menuju Kemerdekaan siswa Kelas V SD Negeri Blotongan
01 Salatiga
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa tes pascatindakan
siklus I diikuti oleh 21 siswa. Hasilnya adalah 3 siswa dari 21 siswa
mendapat nilai dengan interval 71-80, jika dipersentase 14,28%
dengan keterangan tuntas, 5 siswa dari 21 siswa mendapat nilai
dengan interval 61-70, jika dipersentase 23,8% dengan keterangan
tuntas, 4 siswa dari 21 siswa mendapat nilai dengan interval 51-60,
jika dipersentase 19,04% dengan keterangan tuntas, 5 siswa dari 21
siswa mendapat nilai dengan interval 41-50, jika dipersentase
23,8% dengan keterangan belum tuntas, 1 siswa dari 21 siswa
mendapat nilai dengan interval 31-40, jika dipersentase 4,76%
dengan keterangan belum tuntas dan 3 siswa dari 21 siswa
mendapat nilai dengan interval 21-30, jika dipersentase 14,2%
dengan keterangan belum tuntas. Untuk lebih jelasnya data nilai
pada tabel 4 dapat dibuat diagram batang seperti berikut ini :
61
Gambar 2
Diagram Batang Persentase Hasil Belajar Kognitif Siklus I
Hasil belajar siklus I mengalami peningkatan dibandingkan
dengan hasil tes pratindakan. Data awal sebelum adanya tindakan
diperoleh hasil dengan rata-rata kelas yaitu 35,48 dengan nilai
tertinggi 70 dan nilai terendah 15 dengan ketuntasan sebesar 9,52%
dan ketidaktuntasan 90,48%. Sedangkan pada siklus I diperoleh
hasil dengan rata-rata kelas yaitu 57, 61 dengan nilai tertinggi yaitu
dengan interval 71-80 dan nilai terendah yaitu dengan interval 21-
30 dengan ketuntasan sebesar 57,14% dan ketidaktuntasan
42,86%. Berdasarkan dari tes pascatindakan siklus I terjadi
peningkatan sebesar 47,62% dari 9,52% menjadi 57,14%.
Sementara pada tes pascatindakan siklus I, siswa telah mencapai
taraf keberhasilan minimal 57,14% sehingga dalam penelitian
tindakan siklus I belum dikatakan berhasil dan masih ada kendala-
kendala yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.
2. Observasi
Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas ini adalah pengamatan
atau observasi. Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya
tindakan. Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti. Observasi afektif
dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran pada saat pelaksanaan
metode Role Playing pada mata pelajaran IPS. Kegiatan observasi ini
dilakukan baik sebelum maupun sesudah implementasi tindakan dalam
62
pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan untuk memantau siswa dan
guru dalam pembelajaran serta pengelolaan pembelajaran
kesesuaiannya dengan perencanaan.
Hasil observasi aspek afektif siswa pada saat proses pembelajaran
IPS menggunakan metode Role Playing diperoleh dari hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran
dengan mengisi lembar observasi afektif siswa. Observer melakukan
pengamatan aspek afektif siswa pada pertemuan I siklus I. Hasil yang
diperoleh tersebut dimasukkan ke dalam interval sehingga diperoleh
hasil yang dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%) serta
dinyatakan dalam keterangan sangat baik, baik, kurang atau sangat
kurang. Data hasil observasi aspek afektif siswa dalam pembelajaran
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 5
Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa pada Siklus I
No Skor Kategori Jumlah
Siswa
Persentase Keterangan
1. 51-60 Kurang 6 28,57% Belum
Tuntas
2. 61-70 Cukup 3 14,28% Tuntas
3. 71-80 Baik 5 23,80% Tuntas
4. 81-100 Sangat
Baik
7 33,33% Tuntas
Jumlah 21 100%
Keterangan :
Sangat Baik = 81 -100 Kurang = 51 - 60
Baik = 71 - 80
Cukup = 61 – 70
Berdasarkan tabel 5 hasil observasi aspek afektif siswa
pascatindakan siklus I di atas, dapat diketahui bahwa hasil observasi
diikuti oleh 21 siswa. Hasilnya adalah 6 siswa dari 21 siswa
mendapatkan nilai dengan interval 51-60, jika dipersentase 28,57%
dengan kategori kurang, 3 siswa dari 21 siswa mendapatkan nilai
63
dengan interval 61-70, jika dipersentase 14,28% dengan kategori cukup,
5 siswa dari 21 siswa mendapatkan nilai dengan interval 71-80, jika
dipersentase 23,80% dengan kategori baik dan 7 siswa dari 21 siswa
mendapatkan nilai dengan interval 81-100, jika dipersentase 33,33%
dengan kategori sangat baik. Siswa yang telah tuntas mencapai 15 siswa
(71,43%) dan yang belum tuntas mencapai 6 siswa (28,57%).
3. Refleksi
Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas adalah refleksi.
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang
sudah dilakukan, menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam
kekurangan dan kelebihan tindakan yang telah dilakukan tersebut.
Peneliti dan guru melakukan evaluasi proses pembelajaran IPS yang
telah dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode Role
Playing.
Berdasarkan hasil observasi, kendala-kendala yang dialami siswa
selama proses pembelajaran IPS yaitu ada beberapa siswa yang belum
memahami tahapan-tahapan metode Role Playing, siswa malu, kurang
percaya diri saat disuruh untuk bermain peran di depan kelas dan
kurang memperhatikan dan kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran, hal itu terlihat saat siswa kurang termotivasi dan malas
dalam mengerjakan soal LKS dan soal evaluasi.
Kendala-kendala tersebut harus segera diatasi agar dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar IPS dalam metode Role Playing
dapat berhasil sesuai rencana. Peneliti harus cermat mengatasi masalah
tersebut, karena jika permasalahan yang pertama sulit diatasi maka akan
menghambat pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran IPS dengan
metode Role Playing.
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil tes yang diperoleh serta hasil
refleksi yang telah dilakukan, hasil yang dipeoleh kurang memuaskan
bagi peneliti. Untuk itu disusun rencana perbaikan yang dilaksanakan
64
pada siklus II. Perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II yaitu
menciptakan pembelajaran yang terkendali untuk membuat siswa
memperhatikan dan lebih sungguh-sungguh lagi dalam belajar dan
peneliti lebih jeli lagi agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam
belajar.
Hasil belajar kognitif siswa dalam mata pelajaran IPS pada siklus I
mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes pratindakan.
Tetapi peningkatan tersebut belum dinilai baik oleh guru dan peneliti
meskipun lebih dari kriteria keberhasilan 75% yaitu sebanyak 57,61%
siswa yang tuntas karena masih ada 9 siswa yang interval nilainya 41-
50 ke bawah. Oleh karena itu guru dan peneliti sepakat untuk
mengadakan siklus II agar mencapai kriteria keberhasilan 75% dari
jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar.
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu
tanggal 2 Maret 2016 dengan waktu 2 jam pelajaran setiap 1
pertemuan (2x35 menit) dengan materi Tokoh Perjuangan
Proklamasi Kemerdekaan.
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil dari siklus I, perencanaan pada siklus II
berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Peneliti menyusun rencana
perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil
perencanaan siklus II dapat dilihat di bawah ini :
a. Peneliti menyamakan persepsi dan diskusi untuk merumuskan
tindakan yang akan dilakukan pada siklus ke II.
b. Peneliti sepakat akan menciptakan suasana pembelajaran yang
samtai dan menyenangkan namun terkendali.
c. Peneliti menjelaskan tahapan ulang metode Role Playing
dengan menambah waktu dalam tiap-tiap tahap dan lebih detail
menjelaskan materi.
65
d. Peneliti sepakat untuk lebih melakukan pendekatan dengan
siswa.
e. Peneliti membuat skenario untuk bermain peran dan skenario
pembelajaran serta Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP).
f. Menyusun dan menyiapkan soal tes yang akan diberikan pada
siklus II.
g. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang akan digunakan
dalam pelaksanaan tindakan siklus II.
2. Tindakan Siklus II
Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas ini adalah
pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi isi rancangan.
Proses pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu,
2 Maret 2016 dengan waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit). Berikut
ini deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II :
a. Pertemuan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pada pertemuan I sebagai
tindak lanjut, perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran
pada siklus I. Siklus II dilaksanakan pada 2 Maret 2016 pukul
08.10-08.45 dilanjutkan pukul 09.00-09.35 selama 2 jam pelajaran
(2x35 menit). Gambaran umum pelaksanaan siklus II sebagai
berikut:
Kegiatan Awal
Kegiatan awal diawali dengan guru membuka pelajaran
dengan salam dan berdoa dilanjutkan presensi kelas. Guru
melakukan kegiatan apersepsi dengan menyanyikan lagu
kemerdekaan dan mengaitkan lagu tersebut dengan materi yang
akan dipelajari. Guru tidak lupa mengajukan pertanyaan tentang
proklamasi kemerdekaan, menyampaikan tujuan serta kegiatan
yang akan dilakukan oleh siswa.
66
Kegiatan Inti
Kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah melakukan
langkah pertama dalam metode Role Playing yaitu tahap
pemanasan. Pada tahap pemanasan, guru melakukan tanya jawab
pada siswa tentang materi tokoh perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru. Kemudian siswa memperhatikan lebih lanjut tentang
materi tersebut. Guru juga menjelaskan cara pelaksanaan
pembelajaran dengan metode Role Playing yang dilakukan oleh
siswa.
Tahap kedua yaitu tahap menyiapkan penonton yang akan
mengobservasi, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan
menunjuk secara bergilir kelompok 3 untuk bermain peran
sedangkan kelompok 4 mengobservasi bermain peran yang
dilaksanakan oleh kelompok 3. Setelah itu guru membagikan LKS
kepada tiap kelompok.
Tahap ketiga yaitu tahap mengatur panggung, yaitu guru
menyuruh siswa untuk berkumpul bersama kelompoknya dan
melakukan pengecekan kesiapan siswa dan panggung bagi siswa
yang akan berperan.
Tahap keempat yaitu tahap permainan, guru menyuruh
siswa yang ditunjuk dalam Peristiwa-Peristiwa penting yang terjadi
di sekitar Proklamasi , Peranan BPUPKI dan PPKI dalam
Perumusan Dasar Negara dan UUD 1945 (episode 1) bermain
peran sesuai naskah yang dibuat oleh peneliti sendiri. Sedangkan
siswa yang tidak ikut bermain memperhatikan siswa yang bermain
peran.
Tahap kelima yaitu tahap tahap diskusi dan evaluasi, guru
dan siswa melakukan tanya jawab dan diskusi mengenai
bagaimana peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar
proklamasi , peranan BPUPKI dan PPKI dalam perumusan dasar
67
negara dan UUD 1945. Guru juga melakukan evaluasi mengenai
drama yang ditampilkan oleh kelompok 3 dan tanya jawab dengan
siswa.
Tahap keenam yaitu tahap permainan berikutnya, guru
menyuruh kelompok 4 untuk bermain peran episode 2, kelompok 3
mengobservasi dan siswa yang tidak ikut bermain peran menjadi
penonton.
Tahap ketujuh yaitu tahap tahap diskusi lebih lanjut, guru
dan siswa melakukan tanya jawab dan evaluasi mengenai garis
waktu mengenai tahapan peristiwa menjelang proklamasi, riwayat
singkat tokoh-tokoh kemerdekaan dan sikap cara menghargai
tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan berdasarkan drama
yang baru saja diperankan. Guru juga melakukan diskusi dan
evaluasi mengenai drama yang ditampilkan oleh kelompok 1 dan
kelompok 2 dengan tanya jawab dengan siswa. Guru menanyakan
kepada siswa hal-hal yang belum dimengerti namun tidak ada
siswa yang bertanya.
Tahap terakhir yaitu tahap generalisasi, guru dan siswa
melakukan generalisasi serta mereflekskan pembelajaran yang
dilakukan, materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Setelah itu siswa mengerjakan soal siklus II. Setelah selesai
jawaban soal dibahas bersama-sama.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dialkukan tanya jawab kepada siswa
mengenai kesimpulan materi yang dipelajari. Guru juga melakukan
refleksi dan pesan moral kepada siswa dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa juga diberi motivasi dan dorongan agar semangat
dalam belajar. Setelah selesai pelajaran ditutup dengan salam.
Nilai yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal pada
siklus II termasuk hasil belajar kognitif. Hasil belajar kognitif
dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%), sehingga akan
68
diperoleh presentase perolehan hasil belajar kognitif pascatindakan
siklus II yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6
Persentase Perolehan Hasil Belajar Kognitif pada Siklus II
No Nilai Frekuensi Persentase
(%)
Keterangan
1. 71-80 4 19,04% Tuntas
2. 61-70 11 52,38% Tuntas
3. 51-60 4 19,04% Tuntas
4. 41-50 2 9,52% Belum
Tuntas
Jumlah 21 100%
Nilai Rata-Rata 60,92
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 50
Sumber : Nilai tes siklus II materi Tokoh Perjuangan
Proklamasi Kemerdekaan siswa Kelas V SD Negeri Blotongan
01 Salatiga
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa tes pascatindakan
siklus I diikuti oleh 21 siswa. Hasilnya adalah 4 siswa dari 21
siswa mendapat nilai dengan interval 71-80, jika dipersentase
19,04% dengan keterangan tuntas, 11 siswa dari 21 siswa
mendapat nilai dengan interval 61-70, jika dipersentase 52,38%
dengan keterangan tuntas, 4 siswa dari 21 siswa mendapat nilai
dengan interval 51-60, jika dipersentase 19,04% dengan
keterangan tuntas, 2 siswa dari 21 siswa mendapat nilai dengan
interval 41-50, jika dipersentase 9,52% dengan keterangan belum
tuntas. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 5 dapat dibuat
diagram lingkaran seperti berikut ini :
69
Gambar 3
Diagram Batang Persentase Hasil Belajar Kognitif Siklus I
Hasil belajar siklus II mengalami peningkatan
dibandingkan dengan hasil tes pratindakan dan siklus I. Data awal
sebelum adanya tindakan diperoleh hasil dengan rata-rata kelas
yaitu 35,48 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 15 dengan
ketuntasan sebesar 9,52% dan ketidaktuntasan 90,48%. Sedangkan
pada siklus I diperoleh hasil dengan rata-rata kelas yaitu 57, 61
dengan nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai terendah yaitu 30 dengan
ketuntasan sebesar 57,14% dan ketidaktuntasan 42,86% dan siklus
II diperoleh hasil dengan rata-rata kelas yaitu 60,92 dengan nilai
tertinggi yaitu 80 dan nilai terendah yaitu 50 dengan ketuntasan
sebesar 90,48%. Berdasarkan dari tes pascatindakan siklus II
terjadi peningkatan dari siklus I sebesar 33,33% dari 57,16%
menjadi 90,48%. Sementara pada tes pascatindakan siklus II, siswa
telah mencapai taraf keberhasilan minimal 90,48% sehingga dalam
penelitian tindakan siklus II dikatakan berhasil karena sudah
mencapai lebih dari 75% dari kriteria ketuntasan minimal.
Perbandingan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD N Blotongan 01
Salatiga pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
70
Tabel 7
Perbandingan Hasil Belajar Kognitif pada Pratindakan, Siklus I dan
Siklus II
Tahap Rata-
Rata
Nilai
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Ketunta
-san
Ketidaktuntasan
Pratinda-
kan
35,48 70 15 9,52% 90,47%
Siklus I 57,61 80 30 57,14% 42,85%
Siklus II 60,92 80 50 90,47% 9,52%
Berdasarkan tabel di atas, terdapat peningkatan hasil belajar
IPS siswa kelas 5 SD N Blotongan 01 Salatiga pada siklus II. Data
awal sebelum adanya tindakan diperoleh hasil dengan rata-rata
kelas yaitu 35,48 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 15
dengan ketuntasan sebesar 9,52% dan ketidaktuntasan sebesar
90,47%. Siklus I diperoleh hasil dengan rata-rata kelas yaitu 57,61
dengan nilai tertinggi yaitu dengan interval 71-80 dan nilai
terendah dengan interval 21-30 dengan ketuntasan sebesar 57,14%
dan ketidaktuntasan sebesar 42,85%. Siklus II diperoleh hasil
dengan rata-rata kelas yaitu 60,92 dengan nilai tertinggi dengan
interval 71-80 dan nilai terendah dengan interval 41-50 dengan
ketuntasan sebesar 90,47% dan ketidaktuntasan sebesar 9,52%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS mengalami
peningkatan secara signifikan. Pada siklus I terjadi peningkatan
sebesar 47,62% dari 9,52% menjadi 57,14%, pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 33,33% dari 57,14% menjadi
90,47%.
3. Observasi
Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas ini adalah
pengamatan atau observasi. Observasi dilakukan bersamaan dengan
berlangsungnya tindakan. Observasi dilakukan oleh guru dan
peneliti. Observasi afektif dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran pada saat pelaksanaan metode Role Playing pada
71
mata pelajaran IPS. Kegiatan observasi ini dilakukan baik sebelum
maupun sesudah implementasi tindakan dalam pembelajaran di
kelas. Observasi dilakukan untuk memantau siswa dalam
pembelajaran serta pengelolaan pembelajaran kesesuaiannya
dengan perencanaan.
Hasil observasi aspek afektif siswa pada saat proses
pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing diperoleh
dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses
pembelajaran dengan mengisi lembar observasi afektif siswa.
Observer melakukan pengamatan aspek afektif siswa pada siklus
II. Hasil yang diperoleh tersebut dimasukkan ke dalam interval
sehingga diperoleh hasil yang dapat dinyatakan dalam bentuk
persentase (%) serta dinyatakan dalam keterangan sangat baik,
baik, kurang atau sangat kurang. Data hasil observasi aspek afektif
siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 8
Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa pada Siklus I
No Skor Kategori Jumlah
Siswa
Persentase Keterangan
1. 61-70 Cukup 9 42,85% Tuntas
2. 71-80 Baik 5 23,80% Tuntas
3. 81-100 Sangat
Baik
7 33,33% Tuntas
Jumlah 21 100%
Keterangan :
Sangat Baik = 81 -100 Kurang = 51 - 60
Baik = 71 - 80
Cukup = 61 – 70
Berdasarkan tabel hasil observasi aspek afektif siswa
pascatindakan siklus II di atas, dapat diketahui bahwa hasil
observasi diikuti oleh 21 siswa. Hasilnya adalah 9 siswa dari 21
siswa mendapatkan nilai dengan interval 61-70, jika dipersentase
42,85% dengan kategori cukup, 5 siswa dari 21 siswa mendapatkan
72
nilai dengan interval 71-80, jika dipersentase 23,80% dengan
kategori baik dan 7 siswa dari 21 siswa mendapatkan nilai dengan
interval 81-100, jika dipersentase 33,33% dengan kategori sangat
baik. Jadi semua siswa tuntas mencapai 21 siswa (100%).
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II ini suasana
pembelajaran lebih efektif dan optimal. Sebagian siswa sudah
mulai aktif dalam proses pembelajaran dan bermain drama. Dengan
demikian pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Role
Playing menjadi lebih kondusif dan efektif. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Role Playing dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa SD N Blotongan 01 Salatiga.
4. Refleksi
Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas adalah
refleksi. Dalam kegitan refleksi peneliti mengevaluasi
implementasi tindakan dan menganalisis dampak implementasi
tindakan yang telah dilaksanakan. Refleksi ini dilaksanakan
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil
belajar IPS siswa kelas 5 dengan menggunakan metode Role
Playing.pada siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi dapat dikatakan hampir semua
langkah yang disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
telah terlaksana. Pada siklus II permasalahan pada siklus I dapat
teratasi. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas telah
mencapai peningkatan yaitu 90,47% dari jumlah seluruh kelas 5
dan telah melebihi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu
≥ 75% siswa tuntas. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini
dihentikan.
4.2 Hasil Analisis Data
Hasil analisis data peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas 5
menggunakan metode Role Playing dapat dilihat pada tabel 5
73
Tabel 9
Peningkatan Pencapaian KKM Hasil Belajar Kognitif pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas 5 SD N Blotongan 01 Salatiga
Tahap Rata-
Rata
Nilai
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Jumlah Siswa Ketuntasan Ketidaktuntas
an
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Pra-
tindakan
35,48 70 15 2 19 9,52% 90,48%
Siklus I 57,61 80 30 12 9 57,12% 42,88%
Siklus II 60,92 80 50 19 2 90,48% 9,52%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui terdapat peningkatan hasil belajar
IPS siswa kelas 5 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga. Data awal sebelum adanya
tindakan diperoleh hasil dengan rata-rata kelas yaitu 35,48 dengan nilai tertinggi
yaitu 70 dan nilai terendah 15 dengan ketuntasan sebesar 9,52% dan
ketidaktuntasan 90,48%. Siklus I diperoleh hasil dengan rata-rata kelas yaitu
57,61 dengan nilai tertinggi yaitu dengan interval 80 dan nilai terendah yaitu
dengan interval 21-30 dengan ketuntasan sebesar 57,12% dan ketidaktuntasan
42,88%. Siklus II diperoleh hasil dengan rata-rata kelas yaitu 60,92 dengan nilai
tertinggi yaitu dengan interval 71-80 dan nilai terendah yaitu dengan interval 41-
50 dengan ketuntasan sebesar 90,48% dan ketidaktuntasan 9,52%. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa mengalami peningkatan secara
signifikan. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 47,6% dari 9,52% menjadi
57,12%, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 33,36% dari 57,12% menjadi
90,48%. Peningkatan hasil belajar siswa dari pratindakan sampai siklus II dapat
diakumulasikan sebesar 80,96%. Diagram batang hasil belajar IPS siswa kelas
SD Negeri Blotongan 01 Salatiga adalah sebagai berikut.
74
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pratindakan Siklus I Siklus II
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Gambar 4
Diagram Batang Peningkatan Pencapaian KKM Hasil Belajar Kognitif pada
Pembelajaran IPS Siswa Kelas 5 SD N Blotongan 01 Salatiga
Menurut data hasil observasi aspek afektif siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan data hasil observasi aspek afektif
siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. Adapun peningkatan hasil
observasi aspek afektif siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 10
Peningkatan Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Kelas 5 SD N Blotongan
01 Salatiga
No Interval (Nilai) Siklus I Siklus II Keterangan
1. 81-100 7 (33,33%) 7 (33,33%) Sangat Baik
2. 71-80 5 (23,80%) 5 (23,80%) Baik
3. 61-70 3 (14,28%) 9 (42,65%) Cukup
4. 51-60 6 (28,57%) 0 Kurang
Jumlah 21 (100%) 21 (100%)
Aspek yang diamati :
a. Memperhatikan jalannya pembelajaran
b. Menghargai sikap kepahlawanan tokoh-tokoh kemerdekaan
c. Memberikan tanggapan terhadap sikap kepahlawanan yang ditampilkan
75
d. Mengajukan/menjawab pertanyaan tentang nilai moral yang terkandung
dalam drama.
Berdasarkan tabel hasil observasi aspek afektif siswa pascatindakan siklus I
dan sikls II, dapat diketahui bahwa hasil observasi diikuti oleh 21 siswa. Siswa
yang mendapatkan nilai dengan interval 81-100 dengan keterangan sangat baik
pada siklus I dan siklus II nilainya sama yaitu 7 siswa dari 21 siswa, jika
dipersentase 33,33%. Siswa yang mendapatkan nilai dengan interval 71-80
dengan keterangan baik pada siklus I dan siklus II nilainya sama yaitu 5 siswa dari
21 siswa, jika dipersentase 23,80%. Siswa yang mendapatkan nilai dengan
interval 61-70 dengan keterangan pada siklus I adalah 3 siswa dari 21 siswa, jika
dipersentase 14,28%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 9 siswa dari 21
siswa, jika dipersentase 42,65%. Peningkatan hasil observasi afektif siswa pada
pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing juga dapat dilihat pada
diagram batang berikut ini.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
51-60 61-70 71-80 81-100
Siklus I
Siklus II
Gambar 5
Diagaram Batang Peningkatan Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Kelas 5
SD Negeri Blotongan 01 Salatiga
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal 9,52% siswa yang
mencapai KKM. Berangkat dari temuan tersebut peneliti berusaha meningkatkan
hasil belajar IPS menggunakan metode Role Playing. Pada siklus I terjadi
peningkatan sebesar 47,6% dari 9,52% menjadi 57,12%. Hal ini membuktkan
76
bahwa tindakan pada siklus I memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Akan tetapi, peningkatan tersebut belum dikatakan berhasil. Hal ini dikatakan
presentase siswa yang mencapai KKM belum mencapai ≥ 60. Selain itu, hasil
refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I masih dirasa kurang
optimal dan belum sesuai dengan hasil yang diharapkan. Meskipun sudah berjalan
sesuai perencanaan awal, tetapi masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki
yakni: ada beberapa siswa yang belum memahami tahapan-tahapan metode Role
Playing, siswa kurang terbuka dan mengkomunikasikan dengan guru apabila
menemui kesulitan, siswa kurang percaya diri pada saat bermain drama dan siswa
juga kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kekurangan tersebut diperbaiki pada siklus II dengan menciptakan
suasana pembelajaran yang santai, menyenangkan namun terkendali yaitu
melakukan pendekatan kepada siswa agar siswa antusias dalam mengikuti
pembelajaran IPS. Selain itu peneliti juga memberi motivasi kepada siswa agar
giat belajar, memperhatikan teman saat bermain drama, siswa juga diberi
kesempatan untuk bertanya agar siswa tidak mengalami kesulitan ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif
siswa mengalami peningkatan sebesar 33,36% dari 57,12% menjadi 90,48%. Pada
siklus I terjadi peningkatan sebesar 47,6% dari 9,52% menjadi 57,12%. Pada
siklus II terjadi peningkatan sebesar 33,36% dari 57,12% menjadi 90,48%.
Peningkatan hasil belajar dari pratindakan sampai siklus II dapat diakumulasikan
sebesar 80,96%.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II juga menunjukkan bahwa
suasana pembelajaran lebih efektif dan optimal. Sebagian besar siswa mulai aktif
baik dalam proses pembelajaran maupun dalam bermain drama. Siswa juga lebih
percaya diri dalam bermain drama dan lebih cepat memahami materi
pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
Role Playing ini dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih kondusif
dan efisien.
77
Berdasarkan hasil observasi aspek afektif siswa selama proses
pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing mengalami peningkatan.
Pada siklus I, siswa yang mendapatkan nilai dengan interval 81-100 adalah 7
siswa, jika dipersentase 33,33%, siswa yang mendapatkan nilai dengan interval
71-80 adalah 5 siswa, jika dipersentase 23,80%, siswa yang mendapatkan nilai
dengan interval 61-70 adalah 3 siswa, jika dipersentase 14,28%, dan siswa siswa
yang mendapatkan nilai dengan interval 51-60 adalah 6 siswa, jika dipersentase
28,5%. Pada siklus II meningkat, siswa yang mendapatkan nilai dengan interval
81-100 adalah 7 siswa, jika dipersentase 33,33%, siswa yang mendapatkan nilai
dengan interval 71-80 adalah 5 siswa, jika dipersentase 23,80%, dan siswa yang
mendapatkan nilai dengan interval 61-70 adalah 9 siswa, jika dipersentase
42,65%. Dari keterangan di atas terjadi peningkatan pada siklus I dari kategori
kurang (6 siswa) ke kategori cukup (9 siswa) pada siklus II.
Hasil belajar IPS yang siswa peroleh dirasa cukup memuaskan bagi guru
dan peneliti, karena indikator keberhasilan sudah tercapai yaitu 19 siswa telah
mencapai KKM atau 90,48% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan hasil
yang diperoleh pada tahap pratindakan sampai dengan tindakan siklus II, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode Role Playing memberikan dampak
positif, karena penggunaan metode Role Playing dinilai berhasil dan dapat