Top Banner
169 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Finansial, Non Finansial, GCG, dan Kondisi Ekonomi Makro Bank yang sudah Go Public se ASEAN Hasil penelitian tentang kondisi finansial, non finansial, Good Corporate Governance dan ekonomi makro di bank yang sudah go public se ASEAN cukup beragam. Ada perbedaan cukup signifikan antara Bank dengan asset terbesar dan Bank dengan aset terkecil yang dimiliki beberapa Bank di ASEAN. Aktivitas Bank yang sudah go public se ASEAN dilakukan dalam mata uang dalam negeri maupun dalam valuta asing. ASEAN adalah emerging market bagi industri layanan Bank. Negara di ASEAN memiliki bonus demografi dan pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari kenaikan populasi dan proporsi penduduk usia kerja. 4.1.1.1. Deskripsi Finansial Bank yang sudah Go Public se ASEAN Deskripsi kondisi faktor finansial dengan indikator modal inti, CAR, jumlah aset, NPL, pertumbuhan dana pihak ketiga, pertumbuhan kredit, LDR, BOPO,NIM, jumlah fee-based income dan prosentase fee-based income terhadap pendapatan adalah sebagai berikut:
104

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

Jan 05, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

169

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Finansial, Non Finansial, GCG, dan Kondisi Ekonomi

Makro Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Hasil penelitian tentang kondisi finansial, non finansial, Good Corporate

Governance dan ekonomi makro di bank yang sudah go public se ASEAN cukup

beragam. Ada perbedaan cukup signifikan antara Bank dengan asset terbesar dan

Bank dengan aset terkecil yang dimiliki beberapa Bank di ASEAN. Aktivitas

Bank yang sudah go public se ASEAN dilakukan dalam mata uang dalam negeri

maupun dalam valuta asing. ASEAN adalah emerging market bagi industri

layanan Bank. Negara di ASEAN memiliki bonus demografi dan pertumbuhan

ekonomi yang bersumber dari kenaikan populasi dan proporsi penduduk usia

kerja.

4.1.1.1. Deskripsi Finansial Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Deskripsi kondisi faktor finansial dengan indikator modal inti, CAR,

jumlah aset, NPL, pertumbuhan dana pihak ketiga, pertumbuhan kredit, LDR,

BOPO,NIM, jumlah fee-based income dan prosentase fee-based income terhadap

pendapatan adalah sebagai berikut:

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

170

Tabel 4. 1 Deskripsi kondisi finansial Bank yang sudah Go Public se-ASEAN

(dalam ribuanUSD untuk satuan $)

Finansial Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Modal Inti ($) 18.040 34118.750 4011.59180 6422.607297

CAR (%) 8.1% 87.5% 17.1% 6.0%

Jumlah Aset 132.000 387377.750 39902.41633 67803.059828

NPL (%) 0.0% 12.6% 2.5% 1.8%

Pertumbuhan Dana ( DPK )

(%) -55.5% 216.6% 17.4% 27.3%

Pertumbuhan Kredit (%) -50.0% 701.9% 20.7% 43.1%

LDR (%) 12.6% 170.2% 83.7% 16.0%

BOPO (%) 21.4% 259.8% 54.6% 16.8%

NIM (%) -6.8% 12.9% 4.2% 2.2%

Jumlah fee-based income ($) 0.000 3278.990 508.79508 719.394018

Prosentase fee-based income

terhadap pendapatan (%) -4.5% 42.0% 16.7% 10.4%

Valid N (listwise)

Sumber : Data diolah Peneliti 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data laporan keuangan diketahui bahwa

modal dalam struktur perusahaan sebagai variabel untuk penilaian pengambilan

keputusan dari strategi korporasi sangat berbeda antara bank satu dengan lainnya.

Modal inti minimal yaitu $18,04 juta dan tertinggi adalah $34.118,7 juta.

Simpangan baku sebesar $ 4.011 Juta. Hal ini menunjukan bahwa sebaran

perbedaan modal inti diantara bank di ASEAN cukup tinggi. Rata-rata jarak

penyimpangan modal diukur dari nilai rata-rata data adalah $6.422 juta.

Hasil analisis laporan keuangan diperkuat hasil Fokus Discussion Group

dan wawancara dengan pimpinan Bank di Indonesia dan negara ASEAN lainnya

yang menyimpulkan bahwa perlu dilakukan peningkatan modal agar CAR yang

disyaratkan dapat tetap dipenuhi. Modal ditingkatkan untuk mendukung aktivitas

bisnis yang harus dilakukan melalui organik dengan meningkatkan laba ditahan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

171

atas persetujuan pemegang saham, serta penambahan modal dari para pemegang

saham. Selain itu juga harus dilakukan peningkatan modal secara anorganik

dengan memberikan tambahan modal atau dilakukan dengan strategi korporasi

lainnya yaitu merger ataupun akuisisi.

Mengacu pada peraturan otoritas jasa keuangan ditegaskan bahwa Bank

dalam melakukan kegiatan usaha dan memperluas jaringan kantor nya harus

sesuai dengan kapasitas dasar yang dimiliki Bank, yaitu modal inti. Dengan

beroperasi sesuai dengan kapasitasnya, Bank dipercaya dapat memiliki ketahanan

yang lebih baik dan akan lebih efisien karena kegiatannya terfokus pada produk

dan aktivitas yang memang menjadi keunggulan bersaingnya.

Berdasarkan pendapat Lemioux (2013) menjelaskan bahwa kedudukan

modal sebagai struktur mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk bertahan.

Diperkuat oleh Choundry (2007) bagaimana modal melindungi Bank menghadapi

risiko dan ketidakpastian. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dan kondisi nyata,

rencana menghadapi QAB dengan simpangan baku yang sangat tinggi maka dapat

disimpulkan bahwa struktur modal bank di ASEAN menggambarkan kekuatan

yang beragam, baik dalam menghadapi ketidakpastian maupun menghadapi risiko

terutama pada saat krisis ekonomi. Bank dengan modal rendah menghadapi risiko

lebih tinggi dibanding bank yang memiliki modal tinggi. Struktur modal terbesar

di dunia dikuasai oleh perbankan dari negara China (Financial Timer, 2018).

Sesuai dengan hasil Fokus Discussion Group dan Wawancara dengan

beberapa Pimpinan Bank se ASEAN di acara Banking Council Meeting di Brunei

Darussalam, bahwa Bank-bank di ASEAN belum semua memahami tentang

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

172

rencana dari ASEAN untuk melaksanakan ASEAN Banking Integration

Framework yang akan menunjuk beberapa Bank menjadi QAB (Qualified ASEAN

Bank). Syarat yang ditetapkan adalah bank yang well Capitalized. Good

Corporate Governance dengan Score baik, Capital Adequacy Ratio minimal

17.5%, bank yang penting di negaranya (Sistemic Bank). Para pimpinan bank

menyadari bahwa tidak semua Bank akan siap dengan persyaratan seperti itu, dan

terbukti ASEAN council juga menunda rencana AEC untuk perbankan menjadi

pada Tahun 2025.

Untuk CAR tertinggi adalah tertinggi 87.5% dan terendah adalah 8,1%

dengan simpangan baku sebesar 6 %. Tingkat kecukupan modal bank secara

umum menunjukan perbedaan yang cukup tinggi jika diukur dengan rasio

modalnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai tertinggi dan terendah yang ditunjukan

pada tabel tersebut. Tingginya CAR menunjukan kemampuannya menyerap

kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha Bank artinya semakin solvable

terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi akibat perang

dagang China dan Amerika. Persyaratan CAR pada bank QAB minimal sebesar

17.5 %, namun bank di ASEAN masih terdapat Bank dengan CAR jauh dibawah

persayaratan tersebut.

Di era persaingan yang semakin ketat, kemampuan permodalan suatu

bank untuk mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang mungkin terjadi

menentukan ekspansi perusahaan. Semakin tinggi angka rasio ini, maka

menunjukkan Bank tersebut semakin sehat, begitu juga sebaliknya. Rasio ini

memperlihatkan Bank cukup berhati-hati untuk memilih aktiva Bank yang

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

173

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada Bank lain)

yang dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber di luar

Bank. Secara umum diperoleh deskripsi bahwa bank mematuhi regulasi

permodalan.

Bank di ASEAN memiliki aset yang cukup tinggi kesenjangannya. Total

aset yang dimiliki menentukan indikasi nilai bisnis, kepemilikan bisnis, atau

penggunaan keamanan, satu atau lebih metode berdasarkan nilai aset bersih dari

kewajiban jumlah aset tertinggi $387 milyar dan terendah adalah $1,32 milyar

simpangan baku adalah $ 6,7 milyar. Perusahaan mampu mengelola risiko dan

peluang memiliki kesempatan luas untuk mendapatkan imbalan atas aset tersebut

terlebih Bank dengan aset besar sepanjang pasar terbuka luas. Sejalan dengan

konsep tentang size asset yang dikemukakan Choudry (2013) bahwa aset

mengindikasikan perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya,

Hitchner (2006) bagaimana kedudukan aset dalam bisnis baik untuk investasi

maupun untuk meminimalisir risiko. Di sisi lain produktivitas aset dituntut dalam

sistem tata kelola QAB. Aset yang sangat besar cenderung mengalami

pertumbuhan produktivitas yang semakin berkurang akibat kurang ekspansifnya

aktivitas bisnis perusahaan.

NPL terendah berdasarkan hasil perhitungan 0 % sedangkan tertinggi

12.6% dengan simpangan baku sebesar 1.8 %. Penerapan sistem manajemen

risiko yang efektif meningkatkan rasio kredit bermasalah yang merupakan salah

satu kunci untuk menilai kualitas kinerja Bank menjadi lebih baik.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

174

Pertumbuhan dana pihak ketiga menjadi salah satu indikator dalam

menilai likuiditas. Ketersediaan dana dalam jumlah yang besar dapat

mengoptimalkan sisi permintaan kredit. Pertumbuhan dana terbesar adalah 216.6

% dan terendah -55.5%. Bank-bank yang beroperasi di lintas negara memiliki

pertumbuhan dana yang cukup signifikan. Berbeda dengan bank yang memiliki

jangkauan lokal dan terbatas, dana pihak ketiga yang diperoleh dari masyarakat

masih rendah termasuk penyerapan dana dalam mata uang asing. Bank yang

memiliki kredibilitas dan dipercaya oleh masyarakat memiliki kemampuan untuk

mengumpulkan dana pihak ketiga secara optimal. Gallo et al (1996) menjelaskan

pentingnya kemampuan untuk mengelola dana pihak ketiga secara produktif.

Risiko dan profitabilitas seperti dua sisi mata uang saat terjadi pertumbuhan dana

yang signifikan dari pihak ketiga. Ekspansi produktif sebagai jalan untuk bank

agar tetap mencapai pertumbuhannya dan meminimalisir risiko akibat

pertumbuhan dana pihak ketiga.

Pertumbuhan kredit tertinggi 701,9 % dan terendah -50 %. Persaingan di

industri layanan jasa Bank yang semakin ketat menentukan keberhasilan Bank

dalam mengoptimalkan dana pihak ketiga untuk penyerapan kredit, yang pada

akhirnya menentukan tingkat kesehatan Bank. Sejalan dengan Jeong (2006) yang

mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit menjelaskan tingkat kesehatan Bank.

Bank yang menerapkan manajemen risiko secara ketat umumnya memiliki

pertumbuhan kredit yang relatif stabil, dan berkesinambungan. Beberapa Bank

yang memiliki pertumbuhan kredit minus lebih banyak disebabkan daya

jangkauan pasar yang relatif sempit. Bank dengan sumber finansial besar

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

175

memiliki jangkauan luas. Bank-bank besar memiliki sistem tata kelola atau tools

untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa pengelolaan dana yang

diinvestasikan dilakukan dengan baik sehingga perusahaan menghasilkan return.

Hasil penilaian aspek likuiditas yang menunjukan kemampuan Bank untuk

mengelola tingkat likuiditas yang memadai guna memenuhi kewajibannya secara

tepat waktu cukup beragam. Ada perbedaan cukup signifikan, nilai LDR tertinggi

170,2% dan terendah 46% . LDR Bank yang sudah Go Public se ASEAN dan

memiliki aset besar umumnya memiliki rasio LDR rendah. Bank memiliki

kemungkinan bermasalah di kemudian hari pada saat MEA diberlakukan seperti

dikemukakan Ganley (2004), Brunnermeier dan Yogo, (2009), Harbi (2017) yang

mengemukakan adanya risiko likuiditas. Mitra & Schwaiger (2011) menyatakan

bahwa LDR mengukur hubungan antara pinjaman dan simpanan nasabah.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan serta kondisi di lapangan terkait

dengan LDR, diperoleh penjelasan bahwa kondisi LDR kelompok Bank dengan

modal diatas 5 T rata-rata 80% sedangkan bank dengan modal rendah cukup

variatif. Bank yang memiliki modal inti rendah umumnya memiliki rasio LDR

diantara 30% s.d 60%. Kondisi tersebut mengambarkan bahwa bank belum

menjalankan fungsi utama dari Bank sebagai intermediasi antara pihak yang

kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana secara optimal.

Secara keseluruhan nilai BOPO bank yang sudah Go Public se-ASEAN

angka rasio BOPO terendah 21.4 % dan tertinggi 259.8%. Rata-rata bank-bank

yang sudah Go Public se-ASEAN tersebut dapat dikategorikan efisien dalam

menjalankan operasinya yaitu 54.6 % dengan standar deviasi 16.8 %..

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

176

Efisiensi menjadi kata kunci dalam sistem tata kelola layanan Bank. Bagi

bank-bank yang beroperasi dengan tingkat efisiensi tinggi, kondisi tersebut

menguntungkan bagi para investor yang artinya biaya dapat diminimalkan dan

disisi lain pemasukan meningkat karena modal lebih produktif sejalan dengan

Hardianto & Wulandari (2016) tentang efisiensi, Abid & Goaied (2016), Azad et

al (2016) pada dasarnya efisiensi dalam sistem tata kelola bank menjelaskan

beragam aspek. Hubungan paling umum dikemukakan dari efisiensi terkait

dengan profit. Unit-unit fungsional yang menjalankan strategi bisnis dan korporasi

dituntut mengambil keputusan yang efisien. Efisiensi sebagai aktivitas bisnis yang

bersifat relatif sesuai dengan tujuan progresif seperti dikemukakan Sufian et al

(2013).

Efisiensi menjadi salah satu aspek penting guna menunjang pencapaian

kinerja. Oleh karena itu bank berupaya mencapai skala ekonomi. Perubahan input

memungkinkan dilakukan oleh Bank untuk mencapai skala ekonomi atau

memenuhi permintaan agar produk tersedia dengan input harga yang lebih murah.

Aktivitas untuk efisiensi biaya berkaitan dengan 1) minimalisasi biaya produksi,

melalui biaya yang lebih rendah perusahaan dapat menjual lebih bersaing,

Penghitungan biaya produksi ditujukan agar bank dapat mencapai skala ekonomi

pada biaya, 2) ekspansi pasar dengan fungsi produksi bersifat Homothetic

(perluasan produksi dapat dicapai kombinasi input menjadi konstan, berapapun

tingkat produksinya), ada penyesuaian produksi terhadap perubahan rasio harga

disederhanakan. Jika harga produk (input untuk produksi) meningkat dan input

produksi diperluas untuk mencapai rasio harga yang tepat untuk nasabahnya.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

177

Rasio BOPO untuk mengukur efisiensi tidak dapat dilihat dari satu sisi,

seperti pengeluaran biaya teknologi, lingkungan maupun letak geografis yang

turut menentukan bagaimana efisiensi dalam sistem layanan bank. Secara umum

disepakati bahwa ukuran efisiensi diantara bank-bank yang go public se ASEAN

ditentukan bagaimana menekan input untuk menghasilkan output yang optimal.

Di era yang semakin kompetitif upaya untuk meningkatkan efisiensi fokus

pada output sebagai ukuran. Oleh karena itu expansi produktif dan ekplorasi

peluang-peluang usaha sebagai output yang menentukan bagaimana efisiensi

bukan input semata. Bahkan di rezim persaingan usaha layanan bank yang

semakin ketat, biaya adalah investasi yang akan menghasilkan output yang

optimal.

Hasil penelitian menunjukan NIM terendah adalah -6.8% dan tertinggi

12.9%. Rata-rata 4.2% dengan standar deviasi sebesar 2.2 %. Perbandingan total

jumlah laba bersih dengan total jumlah pendapatan perusahaan menunjukan

bagaimana tingkat efisiensi perusahaan dalam sistem tata kelola layanan Bank.

Berkembangnya teknologi memungkinkan bank beroperasi dengan tingkat

efisiensi yang tinggi. Profitabilitas yang dihasilkan menunjukan tata kelola

manajemen yang sudah efisien.

Jumlah fee-based income tertinggi $3.278 juta dan dan terendah $-0.46

juta. Bank-bank yang telah beroperasi lintas negara mampu mengembangkan

layanannya dan menghasilkan fee-based income. Bank yang memiliki

kemampuan untuk melakukan transaksi pembayaran dan mendukung kelancaran

transfer barang dan Prosentase fee-based income terhadap pendapatan yang

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

178

tertinggi adalah 42% dan terendah adalah -4.5%. Jasa dalam dan luar negeri dapat

mengoptimalkan pencapaian fee-based income. Hal ini seperti dikemukakan Arif

& Anes (2012) dan Hanak, (1992) bahwa di tengah ketidaksempurnaan pasar,

nasabah berani membayar sesuai dengan nilai yang dirasakan. Bank dituntut

mengoptimalkan kekuatan produknya sesuai dengan kebutuhan nasabahnya. Bank

fokus pada upaya untuk menjangkau lebih banyak nasabah dengan segmen

kelompok yang beragam terutama pasar retail. Bank dituntut untuk melakukan

ekplorasi dan eksploitasi peluang pasar sebagai pilihan, bahkan menciptakan

layanan baru untuk strategi bersaing.

Nasabah mengambil keputusan untuk tambahan layanan yang dapat

menghasilkan fee-based income untuk Bank. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Koukova et al (2011), dan Chao et al (2016) tentang fasilitas yang diberikan

kepada customer yang menghasilkan fee. Bahkan bank-bank yang beroperasi

lintas negara memberikan fasilitas transaksi pembayaran, sistem penyelesaian

transaksi dan transfer barang atau jasa antar negara agar menghasilkan fee-based

income.

Keragaman gambaran finansial masing-masing bank yang sudah go public

se ASEAN diprediksi akan mempengaruhi bagaimana kemampuan bank dalam

menghasilkan kinerja. Di tengah persaingan yang semakin kompleks dan ruang

pasar yang terbatas di ASEAN, fungsi finansial untuk memprediksi kinerja perlu

dievaluasi secara menyeluruh. Keragaman aspek finansial menunjukan adanya

perbedaan kemampuan untuk bersaing di era industri layanan jasa Bank yang

semakin ketat.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

179

Selanjutnya kondisi profil bank yang go public se ASEAN akan

dibandingkan dengan sepuluh bank terbesar di dunia untuk mengetahui posisi

bank-bank yang sudah go public di ASEAN.

Tabel 4. 2 Daftar 10 bank terbesar di dunia

Dibandingkan dengan modal inti 10 Bank terbesar di dunia, maka

kedudukan modal inti Bank yang sudah go public di ASEAN cukup jauh

tertinggal. Hal ini menjelaskan bahwa 1) kegiatan usaha dan upaya memperluas

jaringan kantor sulit dilakukan pada saat era MEA diberlakukan, kapasitas dasar

yang dimiliki bank ASEAN jauh lebih rendah, 2) daya tahan dan efisiensi sulit

diwujudkan. Skala ekonomi belum tercapai karena Bank ASEAN dibandingkan

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

180

10 Bank terbesar di dunia belum memiliki produk dan aktivitas yang menjadi

keunggulan bersaingnya, 3) kemampuan menghadapi tekanan ekonomi global

lebih rendah artinya bahwa perlindungan terhadap risiko dan ketidakpastian hanya

dimiliki oleh bank-bank yang memiliki struktur modal memadai di era persaingan

yang sangat kompleks.

Modal inti Bank terbesar di dunia yaitu $ 312 M setara dengan Rp. 4300

T, sedangkan modal inti tertinggi di ASEAN adalah $ 34.M atau setara dengan

Rp.447 T. Dengan demikian bank yang memiliki aset dan modal tertinggi di

ASEAN masih sangat jauh dibandingkan dengan 10 Bank terbesar di dunia. Hal

ini menunjukan masih rendahnya kemampuan bank di ASEAN untuk ekspansif

keluar ASEAN. Bank- bank di ASEAN harus meningkatkan modal inti dan

menambah pangsa pasar mempertahankan bisnis agar tidak tergerus oleh hadirnya

bank-bank dari luar ASEAN yang menyerang ke regional ASEAN. Besarnya

modal yang dimiliki menggambarkan bagaimana nilai perusahaan dan nilai

sekuritas perusahaan (Lee et al , 2010). Bahkan Cottei et al (2011) menjelaskan

struktur modal berkaitan dengan pengembangan pasar saham dan rasio baik

leverage jangka panjang maupun jangka pendek.

CAR Bank terbesar di dunia 17.4 % artinya kecukupan modal dikelola

secara optimal. Kondisi tersebut menggambarkan modal dijaga kecukupannya dan

tetap optimal, tidak berlebihan sehingga dana tidak idle capacity, namun tetap

memperhitungkan risiko operasional maupun risiko pemasaran. Berbeda dengan

bank di ASEAN CAR tertinggi adalah tertinggi 87.5% dan terendah adalah 8,1%.

Tingkat kecukupan modal bank secara umum menunjukan perbedaan yang cukup

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

181

tinggi. Tingkat CAR yang terlalu tinggi mengakibatkan iddle capacity pada

beberapa bank di ASEAN. Sedangkan bank yang memiliki CAR hanya 8 % akan

kesulitan untuk meningkatkan bisnis dan menghadapi risiko operasional maupun

pemasaran. Bank di ASEAN memiliki kemampuannya lebih rendah untuk

menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha Bank artinya kurang

solvable.

Pertumbuhan aset adalah bagian besar dari kisah tahun ini; ambang untuk

dimasukan di antara yang terbesar meningkat dari sekitar $ 590 miliar tahun lalu

menjadi $ 627 miliar. Secara kolektif, bank-bank tersebut memiliki aset lebih dari

$17 triliun dan menghasilkan laba sekitar $155 miliar. Sementara bank-bank di

AS yang termasuk Bank terbesar hanya membawa total aset $10 triliun, dan

memperoleh laba lebih dari $100 miliar. Australia, Kanada, dan Jepang tetap

menjadi yang utama dalam 10 besar di bidang perbankan

(http://www.fsb.org/2018/11/fsb-2018-resolution-report). Berbeda dengan jumlah

asset di ASEAN, tertinggi adalah $ 387 milyar. Perbedaan jumlah aset cukup

signifikan yaitu hanya 2 %. Berikut daftar 10 bank terbesar di dunia dan aset yang

dimilikinya.

Aset Bank terbesar di dunia yaitu $ 3.883,2 M (setara dengan Rp. 54.364

T, sedangkan aset tertinggi di ASEAN adalah $ 387.M atau setara dengan

Rp.5.031 T. Dengan demikian bank yang memiliki aset tertinggi di ASEAN

masih sangat jauh dibandingkan dengan 10 Bank terbesar di dunia. Hal ini

menunjukan masih rendahnya penyerapan dana maupun penyaluran pembiayaan

bank di wilayah ASEAN serta kurang ekspansif keluar ASEAN. Bank- bank di

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

182

ASEAN harus meningkatkan aktifitas bisnis dan menambah pangsa pasar untuk

mempertahankan kinerja serta untuk meningkatkan kemampuan bersaing di

regional ASEAN. Sejalan dengan konsep tentang size asset yang dikemukakan

Choudry (2013) bahwa aset mengindikasikan perusahaan mampu memenuhi

kewajiban jangka pendeknya, Hitchner (2006) bagaimana kedudukan aset dalam

bisnis baik untuk investasi maupun untuk meminimalisir risiko.NPL terendah

bank ASEAN tertinggi 12.6% sedangkan dunia 4.76 %. rendahnya NPL 10 bank

terbesar didunia menunjukan Bank dunia menerapkan sistem manajemen risiko

yang efektif dibandingkan dengan Bank di ASEAN. Bank dunia memiliki rasio

kredit bermasalah yang sangat baik. Besatnya kredit yang dikucurkan oleh Bank

terbesar di dunia mendukung NPL kecil. Kredit yang diberikan pada perusahaan

multinasional dan pemerintah di negaranya maupun di negara lain memiliki

tingkat risiko yang rendah dan repayment capacity yang baik. Sedangkan Bank di

ASEAN portofolio kredit yang diberikan masih rendah dan perusahaan yang

dibiayai memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi.

Pertumbuhan dana tertinggi di 10 bank terbesar di dunia mencapai 12,39%

rendah dibandingkan dengan Bank di ASEAN yaitu 117%. Namun demikian dari

sisi jumlah pertumbuhan jauh lebih tinggi di bandingkan bank-bank d ASEAN. 10

Bank terbesar di dunia yang memiliki kredibilitas lebih tinggi dan dipercaya oleh

masyarakat global memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dana pihak ketiga

secara optimal. Hal ini menunjukan bahwa Bank terbesar di dunia memiliki

jangkauan global. Penyerapan dana pihak ketiga berasal dari negara sendiri dan

dari negara lain dengan alasan faktor keamanan serta pajak yang lebih ringan

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

183

bahkan zero tax. Walaupun tingkat suku bunga lebih rendah di negaranya, tetapi

selisish nilai kurs masih menjanjikan memberikan nilai lebih tinggi dari pada

bunga yang berlaku di Negara nya.

Pertumbuhan kredit Bank tertinggi di ASEAN mencapai 129% sedangkan

10 Bank terbesar dunia sebesar 11.31 % dengan capitalisasi pertumbuhan kredit

yang sangat tinggi dinilai dari jumlah kredit baik untuk corporasi, retail maupun

pinjaman kepada pemerintah di negara tujuan. Jumlah pertumbuhan kredit lebih

tinggi dari Bank di ASEAN. Bahkan ekspansi bank-bank terbesar di dunia

memperluas pasar ke lintas negara dan membiayai proyek-proyek pemerintah

negaranya maupun pemerintah negara lain. Bank terbesar di dunia lebih berhasil

dalam mengoptimalkan dana pihak ketiga untuk penyerapan kredit, maupun

mengelola tingkat kesehatan Bank.

LDR tertinggi bank di ASEAN adalah 170,2% sedangkan 10 terbesar di

dunia sebesar 92.85% . Bank terbesar di dunia memiliki likuiditas yang baik dan

penyerapan kredit yang optimal dibandingkan Bank di ASEAN.

Secara keseluruhan nilai BOPO tertinggi se ASEAN adalah 259.8%. dan

10 Bank terbesar di dunia memiliki nilai BOPO tertinggi 68.63%, Aktivitas

operasi Bank dunia dapat dikategorikan lebih efisien dibandingkan bank di

ASEAN. Bank di ASEAN kurang efisien akan mengurangi return dan kinerja

Bank kurang optimal.

NIM bank di ASEAN dibandingkan dengan bank terbesar di dunia lebih

rendah. NIM tertinggi 12.9%. Rata-rata 4.2% dengan standar deviasi sebesar 2.2

%. Sedangkan bank terbesar di dunia memiliki NIM sebesar. Jumlah fee-based

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

184

income tertinggi bank di ASEAN $3.278 juta dan 10 bank terbesar di dunia adalah

$ 158 milyar. Kemampuan untuk mencapai jumlah fee-based income secara

optimal dimungkinkan oleh Bank dengan struktur modal yang memadai, daya

jangkau dan ekspansi pasar secara global serta kemampuan mendiversifikasi

produk-produk layanan perbankan yang beragam dengan perluasan segmen

kelompok pasar yang dilayaninya antar negara.

Jumlah fee-based income tertinggi untuk bank se-ASEAN adalah

3.278.milyar dan fee-based income tertinggi untuk 10 bank terbesar di dunia

adalah $ 34.01 Milyar. Besarnya perbedaan tersebut menunjukan bahwa aktivitas

fee-based income Bank terbesar di dunia sangat beragam. Diversifikasi layanan

keuangan baik produk maupun pengembangan pasar jauh lebih luas dan beragam

dibandingkan bank-bank di ASEAN.

Prosentase fee-based income tertinggi untuk bank di ASEAN adalah 42%

dan bahkan salah satu Bank dari 10 bank terbesar di dunia mampu mencapai

Prosentase fee-based income 38 %. Hal ini menunjukan 10 Bank terbesar di

dunia memiliki pendapatan kedepannya tidak hanya bersumber dari NIM namun

bersumber pada kemampuan fee- based income dari transaksi perbankan dan fee

hasil kerjasama wealth management dan produk layanan lainnya yang

menciptakan pendapatan.

Secara keseluruhan nilai GCG Bank-bank se-ASEAN baik dan 10 bank

terbesar di dunia memiliki nilai GCG baik. Hal ini menunjukan bahwa Bank yang

sudah Go Public akan senantiasa melaksanakan tata kelola perusahaan dengan

baik, untuk menjaga nilai perusahaan terjaga dengan baik pula.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

185

Apabila membandingkan dengan Jumlah jaringan bank-bank di ASEAN

yang relatif masih banyak membuka jaringan di negaranya sendiri, belum banyak

yang ekspansi ke luar ASEAN, sedangkan bank-bank terbesar di dunia sudah

banyak melakukan ekspansi bisnis dengan membuka jaringan ke luar negeri.

Inflasi di negara ASEAN masih tinggi, berbeda dengan inflasi di negara-

negara yang memiliki Bank terbesar di dunia, inflasi sangat rendah. Bank di

negara ASEAN masih memiliki banyak peluang dinegaranya. Bank terbesar di

dunia yang memiliki Inflasi rendah harus melakukan ekspansi ke luar negeri agar

dapat meningkatkan ekspansi bisnis.

Suku bunga acuan di ASEAN relatif masih tinggi, walaupun beberapa

negara sudah memiliki suku bunga yang rendah. Bank terbesar di dunia memiliki

suku bunga acuan yang relatif sangat rendah, sehingga secara nominal return

kurang menguntungkan.

Nilai tukar mata uang asing di ASEAN relatif sangat lemah dibandingkan

dengan negara-negara yang memiliki bank-bank terbesar di dunia. Bank-bank di

ASEAN harus menjaga fluktuasi dari nilai tukar tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditunjukan profil kondisi finansial

bank yang sudah go public di ASEAN dengan 10 Bank terbesar di dunia yang

dijadikan benchmark yaitu :

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

186

Tabel 4. 3 Profil Finansial Tertinggi Bank yang sudah go public Di ASEAN

dibandingkan dengan 10 bank terbesar di dunia

(dalam ribuanUSD untuk satuan $)

Finansial

Profil bank yang sudah

go public di ASEAN

10 bank terbesar di dunia

yang dijadikan

Modal Inti ($) Tertinggi : 34.118.750 312.605.915.,

CAR (%) Tertinggi :87,5%

17.40%

Jumlah Aset Tertinggi :387.377.750

3.883.223.185.

NPL (%) Tertinggi :12,6% 4.76%

Pertumbuhan Dana (

DPK ) (%) Tertinggi :216,6% 12.39 %

Pertumbuhan Kredit

(%) Tertinggi :701,9% 11.31%

LDR (%) Tertinggi :170,2% 92.85%

BOPO (%) Tertinggi :259,8% 68.63%

NIM (%) Tertinggi :12.9% 3.28%

Jumlah Fee-base

income ($) Tertinggi :3.278. 34.012.999

Prosentase Fee-base

income terhadap

pendapatan (%)

Tertinggi :42.0% 38.00%

Sumber: Hasil olah data 2019

4.1.1.2. Deskripsi non finansial Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Deskripsi kondisi non finansial bank yang sudah go public se ASEAN

menunjukan adanya perbedaan yang cukup signifikan misalnya dari jumlah

cabang atau jumlah pegawai. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari laporan

tahunan Bank (2008 s.d 2017) beberapa Bank tercatat mengurangi ekspansi dan

hanya memiliki jumlah pegawai 208 pegawai sementara bank lainnya memiliki

lebih dari 100.000 pegawai. Gambaran lengkap hasil penelitian tentang aspek

nonfinansial adalah sebagai berikut:

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

187

Tabel 4. 4 Deskripsi Kondisi Non finansial Bank yang sudah Go Public se

ASEAN

Indikator Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Jumlah Cabang 1 10661. 697 1485.0

Jumlah

Pegawai

56. 130209. 14137. 14100.

Human capital 1.130 8081.950 1173.06 1611.36

Deskripsi tentang aspek non finansial menunjukan bahwa ditinjau dari

jumlah cabang, ekspansi, jumlah pegawai cukup beragam, berdasarkan data yang

dikumpulkan dari Laporan Tahunan Bank (2008-2017) bank yang beroperasi di

Indonesia seperti BRI memiliki jumlah cabang dengan jumlah pegawai yang

cukup besar. Berdasarkan laporan tahunan Bank (2008-20017) Bank yang

beroperasi di Singapura dan Malaysia lebih memilih untuk mengoptimalkan

jaringan berbasis digital untuk menjangkau pelanggannya. Jumlah cabang

tertinggi adalah 10.661 terendah 1.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa bagi beberapa Bank yang

berupaya mengoptimalkan pasar retail, upaya untuk mendekati konsumen

dilakukan dengan cara expansi cabang. Hal ini didasarkan pada pertimbangan

karakteristik pelanggan serta dukungan infrastruktur teknologi yang belum

optimal terutama di daerah terpencil. Jumlah pegawai terbesar adalah 130.209 dan

terendah 58 pegawai.

Nilai SDM tertinggi berdasarkan pasar adalah $8,081 triliun dan terendah

$1, 130 milyar. Perbedaan valuasi SDM berdasarkan nilai pasar cukup tinggi

diantara bank-bank di ASEAN tersebut. Jumlah SDM dalam sistem layanan jasa

perbankan sangat signifikan menentukan bagaimana sistem layanan tersebut

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

188

beroperasi. Beberapa Bank memilih untuk mengalihkan layanannya dengan

bantuan teknologi. Pilihan-pilihan tersebut berdasarkan pertimbangan strategis

bagaimana interaksi bank dengan nasabahnya. Di era masyarakat modern

teknologi menjadi pilihan. Keragaman karakteristik masyarakat serta kesiapannya

menerima teknologi turut menentukan pilihan-pilihan interaksi Bank dengan

nasabahnya.

Optimalisasi ketersediaan SDM terintegrasi kegiatan-kegiatan yang

dikoordinasikan melalui struktur kebijakan strategis perusahaan. Pengelolaan

SDM tidak hanya sebagai pendukung kegiatan operasional. Kegiatan pengelolaan

SDM ditempatkan sebagai mitra strategis Bank. Artinya bahwa keberhasilan

merencanakan ketersediaan SDM yang memiliki cognitivists dan connectivists

seperti dikemukakan Shih et al (2010). Agarwal et al (2018) menegaskan

bagaimana hubungan inovasi dan manusia. Aktivitas bisnis memerlukan

kemampuan inovatif untuk menalarkan superioritas nilai pada nasabah.

Manusia ditetapkan sebagai modal artinya menjadi struktur yang

menopang keberhasilan bisnis layanan Bank. Modal manusia mengacu pada

pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kemampuan individu (Schultz,

1961). Becker (1975) menegaskan kunci teoritis fondasi dalam akuisisi bakat dan

penyusutan modal manusia. Pemahaman tersebut mengarahkan bagaimana

aktivitas sistem tata kelola SDM yang lebih diarahkan tidak hanya menjadi

pendukung kegiatan strategis. Pengelolaan SDM adalah mitra strategis

perusahaan.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

189

Konsep SDM sebagai modal manusia adalah inovasi, investasi pengetahuan

dan keterampilan yang difungsikan untuk menghasilkan kreativitas sebagai

strategi kompetitif abad dua puluh satu (Garder,2002). Salah satu keunggulan di

era kompetetif yang sulit dititu adalah pengetahuan termasuk pengetahun implisit.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kondisi nonfinansial Bank

yang sudah go public se-ASEAN memiliki tingkat deviasi yang cukup tinggi

artinya kesenjangan diantara bank tersebut menjadikan tingkat kepercayaan

masyarakat maupun investor beragam. Kondisi ini menguntungkan pada saat

QAB diberlakukan. Bank yang memiliki kepercayaan kuat dari masyarakat atau

investor memiliki peluang untuk menguasai pasar. Inisiatif ASEAN untuk

menciptakan mekanisme integrasi dan mempercepat integrasi perbankan melalui

pemberian akses pasar (market access) dan keleluasaan beroperasi (operational

flexibility) memerlukan dukungan berupa struktur perekonomian makro negara-

negara ASEAN yang memadai. Struktur perekonomian terkait dengan penetapan

tingkat suku bunga perbankan yang sangat kompetetif atau didukung oleh otoritas

home country untuk menjadi QAB melalui kebijakan ekonomi makro.

Dibandingkan dengan Bank terbesar di dunia, kondisi non finansial ASEAN

lebih rendah baik jumlah maupun nilai pasar dari SDM. 10 Bank terbesar didunia

memiliki kantor cabang yang jauh lebih tinggi di bandingkan dengan Bank di

ASEAN. Jumlah kantor cabang tertinggi 14.920 yang tersebar di beberapa negara.

sedangkan jumlah kantor cabang tertinggi adalah 10.661 terendah. Jumlah

terendah kantor cabang untuk 10 Bank terbesar di dunia adalah 3.270. Jumlah

kantor cabang tertinggi sebesar 23.674 kantor cabang yang tersebar di seluruh

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

190

dunia. Jumlah kantor cabang yang lebih banyak memungkinkan pihak Bank untuk

mendekati konsumennya dan melayani segmen kelompok pasar yang semakin

terdiversifikasi.

Jumlah pegawai bank di ASEAN tertinggi adalah 130.209 sedangkan

jumlah tenaga kerja 10 bank terbesat didunia adalah 487.307. Nilai human capital

yang diukur berdasarkan nilai pasar untuk bank terbesar didunia adalah $ 453,04

T sedangkan Nilai SDM tertinggi berdasarkan pasar adalah $52.344 triliun. Hal

ini menunjukan bahwa SDM sebagai salah satu sumber daya yang menjadi

keunggulan bersaing bank terbesar di dunia sangat memadai.

Tabel 4. 5 Profil Nonfinansial tertinggi Bank yang sudah Go Public tertinggi

di ASEAN dibandingkan dengan 10 Bank Terbesar di Dunia

Non finansial Bank yang sudah go

public se ASEAN

10 Bank terbesar di

Dunia

Jumlah Cabang 10.661. 23.674

Jumlah

Pegawai

130.209. 487.307

Human capital

($)

8.081.950.000 52.344.999.000

Meningkatnya kebutuhan terhadap ketersediaan SDM memadai

mendorong pihak Bank untuk mengoptimalkan fungsi SDM secara berkelanjutan.

4.1.1.3. Deskripsi Good Corporate Governance Bank yang sudah Go Public

se ASEAN

Deskripsi tentang tata kelola bank yang diindikasikan dengan skor GCG

mengambarkan bagaimana perangkat pengaturan sampai evaluasi sistem

manajemen Bank secara keseluruhan, budaya organisasi dan termasuk bagaimana

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

191

risiko dan imbal hasil saham dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan tersebut.

Tabel 4. 6 Deskripsi kondisi GCG Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Indikator Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

GCG komposisi

komisaris independen

(%)

20. 60. 37. 10.

Score GCG 3. 2 2.56 .5

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata skor GCG adalah 2.56,

artinya nilai GCG adalah baik. Hal ini dapat dikategorikan bahwa bank-bank yang

sudah go public di ASEAN sudah memiliki tingkat good corporate governance

yang baik, hal ini sebagai tuntutan dari perusahaan yang sudah dijual di pasar

sekunder harus memiliki tingkat skor GCG yang baik. Indikator lainnya dalam

penelitian ini adalah komposisi komisaris independen dengan hasil sebesar 35%

artinya cukup baik sesuai dengan pedoman GCG (2006) menyebutkan bahwa

dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari pihak

terafiliasi yang dikenal sebagai komisaris independen dengan komposisi

sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris.

Komposisi komisaris independen dan skor GCG bank menunjukan

kecukupan tata kelola dan konsep fungsi GCG sebagai tools untuk memberikan

keyakinan kepada investor bahwa pengelolaan dana yang diinvestasikan

dilakukan dengan baik sehingga perusahaan menghasilkan return yang sesuai

bagi para stakeholder. Tugas dan tanggung jawab dewan direksi atas kinerja

perusahaan secara keseluruhan bisa optimal dengan dukungan komposisi yang

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

192

tepat. GCG dan proporsi komisaris independen dalam struktur tata kelola Bank

merupakan konsep yang dijadikan sebagai kerangka kerja strategis dan fungsional

untuk mewujudkan tingkat kesehatan Bank.

Sejalan dengan Krayenbuel (1993) tentang GCG sebagai “tata kelola

korporasi” serta bagaimana ungsi GCG sebagai alat untuk menghasilkan return

seperti dikemukakan Shleifer dan Vishny (1997). Tata kelola GCG sebagai

strategi dapat merubah sistem dana arah aktivitas bisnis menjadi lebih baik.

Secara keseluruhan nilai GCG bank-bank yang sudah go public di ASEAN

tersebut adalah tertinggi 2 dan terendah 3. Hal ini didorong oleh tuntutan dan

harapan bank yang sudah go public diawasi oleh masyarakat luas dan akan

memberikan pengaruh kepada tingkat kepercayaan masyarakat dalam melakukan

transaksi di Bank tersebut. .

Nilai-nilai yang melekat pada organisasi diformalkan dalam bentuk struktur

organsiasi dengan komposisi jajaran komisaris yang proporsional. Aktivitas

fungsi-fungsi organisasi dileneggarakan berdasarkan prinsip Accountability,

Transparency, Predictability dan Participation seperti dikemukakan dalam Asian

Development Bank (ADB, 2005). Penerapan GCG dalam sistem tata kelola bank

sebagai persyaratan Qualified ASEAN Banks (QAB) dengan nilai baik.

.Keberhasilan bank-bank di ASEAN mewujudkan GCG mengambarkan

keberhasilan bank-bank mengelola strukturnya termasuk bagaimana interaksi

Bank dengan pihak eksternal untuk menempatkan jajaran komisaris independen

sebagai representasi dari independensi dan profesionalitas untuk mengarahkan

Bank sesuai dengan tujuan untuk memperoleh peningkatan kinerja. Fungsi

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

193

komisaris secara umum bertugas melakukan pengawasan secara umum atau

khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.

Sesuai dengan hasil FGD dan wawancara dengan pimpinan Bank yang sudah go

public, tidak ada kekhawatiran untuk Bank go public untuk mencapai nilai Baik

untuk memenuhi persyaratan Bank QAB. Krayenbuel (1993) mengemukakan

pentingnya GCG sebagai bagian dari struktur organisasi artinya kedudukan GCG

menentukan bagaimana aktivitas bisnis baik strategis, bisnis maupun fungsi dalam

organisasi tersebut dioperasikan. Sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh

Lopez et al (2017) tentang nilai, pengambilan keputusan dan mekanisme 193

kontrol sebagai dasar dikembangkan nya konsep GCG dalam sistem tata kelola

organsiasi.

Ditegaskan dalam GCG di Bank yang terpenting adalah pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab Direksi serta pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tata

kelola Dewan Komisaris serta komite-komite nya yang menerapkan prinsip-

prinsip GCG. Salah satu penilaian adalah komposisi Dewan Komisaris

Independen harus menetapkan struktur dan praktik governance yang tepat dalam

melaksanakan tugas nya dan secara periodik melakukan telaah atas efektivitasnya.

GCG menjamin sistem tata kelola sesuai dengan nilai-nilai yang mendasari

praktek GCG. Selain itu fungsi monitoring dari pelaksanaan implementasi GCG

dilakukan oleh beberapa organ perseroan sejalan dengan Suhadak et al (2018)

bahwa GCG menjelaskan bagaimana pengendalian untuk keuntungan, sistem

pengawasan dan bimbingan dalam berinvestasi dan mengelola sumber daya

perusahaan. Mengacu pada Soewarno (2018) GCG adalah etika bisnis.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

194

Berdasarkan konsep yang dikemukakan tentang GCG disimpulkan bahwa

GCG tidak hanya sebagai berfungsi untuk pengawasan dan bimbingan

beroperasinya sistem dan perilaku individu, GCG diterapkan berkaitan dengan

etika bisnis. Keberhasilan penyelenggaraan nilai-nilai GCG dalam sistem tata

kelola organsiasi didasarkan pada pelemahan tentang fungsi GCG sebagai

representasi kepemilikan dan orientasi serta etika bisnis seperti Soewarno (2018)

GCG. Seharusnya etika dijadikan sebagai acuan filosofis adanya GCG dalam

sistem tata kelola organisasi untuk menumbuhkan kepercayaaan para stakeholder

perusahaan.

Hal ini menunjukan bahwa GCG tidak hanya sebagai praktik menuju

perusahaan yang layak dipercaya baik oleh publik maupun investor. GCG

merupakan wujud dari kesadaran tentang etika bisnis artinya bahwa praktik-

praktik GCG tidak hanya didasarkan pada kemanfaatan semata. Etika bisnis

kontemporer menuntut pemikiran kritis, radikal dan sistematis tentang ujaran

moralitas dalam pengeloaan perusahaan termasuk bagaimana isu-isu etika dalam

memperluas pangsa pasar dan menciptakan produk superior, mengoptimalkan

layanan, dan operasi di seluruh dunia. Dibandingkan dengan GCG bank terbesar

di dunia, GCG bank di ASEAN masih beragam berbeda dengan bank terbesar di

dunia yang homogen dengan kategori baik.

Tabel 4. 7 Profil GCG tertinggi Bank Go Public se ASEAN dibandingkan

dengan 10 Bank terbesar di Dunia

Indikator Bank yang sudah go

public se ASEAN

10 Bank terbesar

di Dunia

GCG komposisi

komisaris independent

60 %. 37%.

Score GCG 2. 1

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

195

4.1.1.4. Deskripsi ekonomi makro Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Kondisi ekonomi makro menentukan bagaimana aktivitas para pelaku

ekonomi termasuk Bank dalam mengoptimalkan pencapaiannya. Kondisi ekonomi

menentukan bagaimana siklus hidup perusahaan. Pemberian akses pasar (market

access) dan keleluasaan beroperasi (operational flexibility) di negara anggota

ASEAN sulit dioptimalkan tanpa adanya kondisi ekonomi makro yang stabil dan

lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Beberapa negara ASEAN

tercatat memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Vietnam dan

Filipina bahkan mencapai pertumbuhan ekonomi mengalahkan Tiongkok yang

melemah ke level 6,8% sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia justru

tumbuh stagnan. Deskripsi ekonomi makro adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 8 Deskripsi Kondisi ekonomi makro Bank yang sudah Go Public se-

ASEAN

Indikator Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Nilai tukar -0.154 0.263 0.0289 0.082976

Inflasi -0.009 0.199 0.0449 0.033487

Sk.Bunga 0.000 0.093 0.0593 0.025140

Secara umum deskripsi ekonomi makro di wilayah ASEAN cukup stabil.

Nilai tukar minimum yaitu -0.154 dan maksimum 26%. Inflasi terendah adalah

0.01. Tingkat suku bunga tertinggi adalah 19.9 dan terendah -0.09%. Keragaman

kondisi ekonomi makro akan menentukan bagaimana kinerja Bank. Akses pasar

(market access) dan keleluasaan beroperasi (operational flexibility) memerlukan

dukungan nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi yang terkendali. Perbedaan

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

196

kondisi ekonomi makro mempengaruhi kebijakan pemerintah di masing-masing

negara termasuk bidang perbankan.

Nilai tukar di ASEAN cenderung stabil pasca krisis yang melanda tahun

2008 namun beberapa bulan terakhir terdepresiasi secara tajam. Hal ini dibuktikan

dengan pergerakan nilai tukar bahkan beberapa mata uang melemah atas dolar.

Negara-negara di ASEAN yang dikenal dengan negara emerging seperti Filipina,

Indonesia menempuh pengetatan kebijakan moneter dan intervensi nilai tukar

untuk mengatasi capital outflow. Indonesia yang meningkatkan suku bunga saat

terjadi fluktuasi nilai tukar beberapa bulan sebelumnya.

Inflasi menurunkan daya beli masyarakat dan meningkatkan tekanan pada

perekonomian di beberapa negara ASEAN. Salah satu pemicu kenaikan inflasi

antara lain kenaikan harga minyak dan makanan serta perbaikan tingkat konsumsi

di ASEAN. Dampak krisis finansial global yang masih membayangi, menjadi

ancaman terhadap inflasi. Indonesia di kenal dengan tingkat inflasi tertinggi di

ASEAN. Kondisi tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi termasuk

industri perbankan. Sesuai dengan Bodie dan Marcus (2001) Qin dan He (2013),

menjelaskan adanya penurunan daya beli masyarakat akibat inflasi. Kondisi

tersebut akan berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat termasuk multyflyer

effect akibat menurunnya investasi. Naiknya harga-harga barang secara umum,

yang berarti terjadinya penurunan nilai uang dan pada akhirnya meningkatkan

suku bunga yang berarti lebih sedikit nasabah. Inflasi adalah kondisi yang

mempengaruhi perubahan titik keseimbangan baru antara permintaan dan

penawaran jasa perbankan.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

197

Ekspansi perekonomian global seperti yang ditunjukan oleh negara China

beberapa tahun terakhir telah menunjukan momentum untuk mengoptimalkan dan

memperbaiki sistem perekonomian agar pemberian akses pasar (market access)

dan keleluasaan beroperasi (operational flexibility) di negara anggota ASEAN

memberikan dampak positif bagi bank-bank di ASEAN. Di sisi lain ada ancaman

ketidakseimbangan global yang dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan

ekonomi di ASEAN.

Suku bunga menjadi aspek penting yang mendukung sistem perekonomian

negara-negara ASEAN. Rezim suku bunga tinggi di industri perbankan tidak

relevan dengan momentum ekspansi perekonomian global yang melanda ASEAN.

Untuk menjaga momentum tersebut, negara-negara di ASEAN dituntut

mengurangi risiko finansial dan fiskal dengan memperkuat ketahanan sektor

finansial dan membangun kembali ruang kebijakan tingkat suku bunga yang

kompetetif. Terlebih diera saat ini ada kecenderungan perekonomian global

sedang berada di bawah tekanan dari terkikisnya secara perlahan atau

melemahnya kepercayaan. Sistem ekonomi yang ada saat ini tidak mampu

memecahkan masalah-masalah ekonomi dalam perspektif yang lebih mendalam

terutama terkait keadilan dan kesetaraan. Ketidakseimbangan rentan mendorong

pembalikan arus modal secara tiba-tiba dan berisiko memicu proteksionisme,

dengan efek merugikan terhadap perdagangan dan pertumbuhan. Pemerintah

umumnya menggunakan instrument suku bunga sebagai upaya perlindungan

investasi termasuk untuk menghambat nilai tukar. Tingkat suku bunga sebagai

mekanisme kontrol perekonomian menjadi salah satu faktor yang menentukan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

198

perikehidupan bank sebagai “bisnis kepercayaan”. Faktanya meskipun bunga

tinggi telah ditetapkan oleh negara-negara emerging market namun kebijakan

tersebut belum mampu mencegah terjadinya keluarnya arus modal asing yang

artinya ada tingkat kepercayaan yang menurun secara global.

Adanya sentimen seperti penguatan nilai USD akibat pertumbuhan

ekonomi AS yang sangat tinggi memicu pergeseran arus investasi finansial

(rebalancing) menuju aset USD, terutama dari emerging market seperti beberapa

negara di ASEAN menurunkan daya saing dalam bisnis layanan Bank. Respons

Bank sentral dengan pengetatan moneter termasuk meningkatkan tingkat suku

bunga menimbulkan kondisi yang kurang kondusif bagi tingkat konsumsi kredit.

Bahkan di Indonesia yang memasuki tahun politik, para pelaku usaha cenderung

menahan aktivitas produksi hingga situasi politik dianggap normal dan kondusif.

Aktivitas ekonomi di ASEAN mengalami perlambatan.

Kondisi ekonomi makro untuk bank-bank terbesar didunia relatif stabil

dengan tingkat inflasi yang rendah. sebagai contoh sebaran 10 bank terbesar di

dunia berada di negara-negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi stabil dan

tinggi seperti China, Amerika. Bank terbesar di dunia berada di negara-negara

maju seperti Inggris, Australia. Secara umum deskripsi ekonomi makro di

wilayah ASEAN cukup stabil . Nilai tukar minimum yaitu -0.154 dan maksimum

26%. Inflasi terendah adalah 0.01. Tingkat suku bunga tertinggi adalah 19.9 %

dan terendah -0.09%.Pada umumnya bank-bank terbesar di dunia beroperasi di

negara-negara yang memiliki tingkat inflasi rendah dan suku bunga yang

kompetitif dengan tingkat jaminan keamanan investasi memadai.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

199

Tabel 4. 9 Deskripsi kondisi ekonomi makro tertinggi di negara bank Go

Public se ASEAN dibandingkan dengan 10 Bank terbesar di Dunia

Indikator Bank yang sudah

go public se

ASEAN

10 Bank terbesar di

Dunia

Nilai tukar 26%

Inflasi 20% 3%

Sk.Bunga 9.3% 3%

4.1.1.5. Deskripsi kinerja Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Meskipun bank-bank di ASEAN menghadapi ancaman perlambatan

ekonomi (tahun 2008-2017) namun secara umum kinerja bank-bank di ASEAN

mencatat pertumbuhan. Di tengah ancaman perlambatan ekonomi, para Bankir

telah mencanangkan berbagai strategi untuk mendorong bisnis bank yang

dikelolanya. Ritel dan konsumsi rumah tangga sebagai fokus utama kegiatan

Bank. Upaya untuk restrukturisasi dan risiko kredit yang dilakukan oleh

perbankan masih cukup tinggi dan dapat menimbulkan kredit bermasalah yang

menghambat kinerja. Bank dituntut memilih sektor dan segmen dalam penyaluran

kreditnya. Kinerja dicapai oleh perbankan sebagai output dari interaksi fungsi-

fungsi dalam sistem organsiasinya termasuk interaksi dengan lingkungan luarnya

seperti ekonomi secara umum deskripsi perbankan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 10 Deskripsi Kinerja Bank yang sudah Go Public se-ASEAN

Indikator Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

ROA -11% 4% 1% 1%

ROE -133% 36% 12% 11%

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

200

Berdasarkan data Laporan Keuangan Tahunan ( 2008-2917) dan data

Bloomberg (2008- 2017) kinerja perbankan lebih banyak ditampilkan secara

mengesankan oleh perusahaan-perusahaan besar. Deskripsi luas dan kompleks

tentang kinerja perbankan memberikan gambaran bagaimana kompetisi di industri

perbankan. Dalam struktur persaingan pasar yang semakin ketat beragam sudut

pandang dikemukakan baik berkaitan dengan ukuran finansial.

Nilai tertinggi ROE yang dapat dicapai adalah 36% dari modal sedangkan

terendah adalah -113%. Perbandingan antara laba sesudah pajak dengan total aset

yang dimiliki antara perusahaan dengan total aset 5 triliun dengan bank asal

Singapura (data Bloomberg 2008- 2017) dengan aset yang mencapai ribuan triliun

cukup signifikan. Keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran deviden.

Semakin besar ratio ini maka makin besar kenaikan laba bersih bank yang

bersangkutan, selanjutnya akan menaikan harga saham bank dan semakin besar

pula dividen yang diterima Investor. Sedangkan untuk ROA, nilai ROA tertinggi

adalah 4% dan terendah -11% dengan standar deviasi 1%. Rata-rata bank yang

memperoleh nilai ROA tinggi adalah bank yang memiliki aset dibawah $500 juta.

Semakin besar nilai ROA, maka semakin kecil aset yang dimiliki, return yang

didapatkan perusahaan yang memiliki aset besar lebih tinggi nilai nominalnya

dibandingkan dengan bank kecil namun perbankan beraset besar menghadapi

kecenderungan pertambahan nilai yang semakin berkurang. Aset terlalu besar dan

menjadi tidak produktif akibat pangsa pasar yang tidak berkembang.

Gambaran kinerja Bank menunjukan variasi kemampuan strategis. Grady

(1991) bahwa alat atau metode yang mengartikulasikan sebuah strategi bisnis

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

201

serta memonitor dampak dari strategi. Tingginya variasi finansial diantara Bank

yang sudah Go Public se-ASEAN menunjukan keragaman alat yang artinya

dampak yang ditimbulkannya akan beragam. Berbeda dengan konsep yang

dikemukakan tentang kinerja, Wheelen & Hunger (2012) bahwa kinerja adalah

hasil akhir dari aktivitas. Pada dasarnya kinerja adalah fungsi dari sebuah proses

yang menunjukan kemampuannya bersaing dalam situasi yang kompleks dan

ketat. Kinerja yang digambarkan secara finansial tidak cukup memberikan

jaminan bahwa bank akan mampu bertahan bahkan menjadi pemimpin pasar.

David (2013) mengemukakan kinerja tidak dapat dilepaskan dari dimensi ruang

dan waktu, pengaruh struktur dan kondisi dinamik rata-rata industri.

Keragaman kinerja menggambarkan ada keragaman fungsi pada sistem

internal dan kondisi dinamik eksternal. Hal ini sejalan dengan Best (2009),

Boonpattarakan (2012) yang lebih luas memaknai kinerja dalam perspektif jangka

panjang. Artinya perubahan-perubahan pada kinerja memerlukan waktu yang

relatif panjang. Optimalisasi fungsi-fungsi bisnis dan kemampuan merespon,

bersikap proaktif dan mampu mendekontruksi pasar sebagai aspek penting dalam

kinerja.

Sejalan dengan Momparler et al (2012), Berger Bouwman (2013) kinerja

finansial sebagai indikator yang dapat menjelaskan bagaimana pencapaian kinerja

perusahaan. Namun perlu duiingat bahwa ukuran-ukuran keuangan belum tentu

mencerminkan kondisi dinamis sebenarnya. Seperti dikemukakan Kaplan &

Norton, (1992) bahwa kekurangan dari semua pengukuran berbasis data akuntansi

adalah fokusnya pada kinerja yang sudah lalu. berbeda dengan Gul, et al (2011),

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

202

Momparler et al (2012), Sahile et al (2013), Doyran (2013), Dawar (2014), yang

menegaskan bahwa ROA dan ROE sebagai indikator kinerja yang

menggambarkan kemampuan manajemen Bank dalam mengelola aktiva yang

dikuasainya.

Variabel kinerja dari sudut pandang finansial dipandang lebih jelas dan

mudah menggambarkan output serta kesesuaiannya dengan target ditengah

kompetisi yang semakin ketat fokus pada pengukuran keungan menjadikan Bank

lebih fokus dan lebih cepat memberikan feedback, meskipun secara fungsional

pengukuran kinerja finansial belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan Bank

itu sendiri.

Dibandingkan dengan kinerja Bank terbesar di dunia, ROA asean lebih

tinggi. Nilai ROA tertinggi dari 10 Bank terbesar adalah 1.13 % sedangkan nilai

ROE sebesar 14.35%. Sedangkan untuk ROA untuk Bank di ASEAN tertinggi

4% dan terendah -11%. Nilai tertinggi ROE untuk bank di ASEAN adalah 36%

dari modal sedangkan terendah adalah -113%. Kinerja bank-bank di ASEAN

lebih tinggi jika diukur dengan ROA & ROE. Dinilai dari sisi jumlah nilai uang

yang diperoleh , kinerja 10 Bank terbesar di dunia jauh lebih besar.

Tabel 4.11 Profil kinerja tertinggi bank Go Public se ASEAN dibandingkan

dengan 10 Bank terbesar di Dunia

Indikator Bank yang sudah

go public se

ASEAN

10 Bank terbesar di

Dunia

ROA 4% 1.13%

ROE 36% 14.18%

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

203

4.2. Pengaruh Finansial, non finansial, GCG dan Ekonomi makro terhadap

kinerja

Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling

(SEM). Structural Equation Modeling memiliki dua jenis model, yaitu model

pengukuran dan model struktural. Model pengukuran menjelaskan proporsi

varians masing-masing variabel manifest atau dimensi yang dapat dijelaskan di

dalam variabel laten. Melalui label pengukuran akan diketahui indikator mana

yang lebih dominan dalam variabel laten. Setelah model pengukuran masing-

masing variabel laten diuraikan selanjutnya akan dijabarkan model struktural yang

akan mengkaji pengaruh masing-masing variabel laten independen (exogenous

latent variabel) terhadap variabel laten dependen (endogenous latent variabel).

Untuk pengujian hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 3 terlebih dahulu

dilakukan pengujian model. Goodness of fit model bertujuan untuk menguji

apakah model yang dihasilkan menggambarkan kondisi aktualnya. Pada bagian ini

akan dibahas hasil pengujian hipotesis menggunakan SEM, sebelum pembahasan

dilakukan maka hipotesis akan dianalisis untuk hasil uji kesesuaian model.

Berdasarkan hasil perhitungan uji model menggunakan program Amos SPSS 23

diperoleh hasil sebagai berikut.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

204

Tabel 4. 12 Goodness of Fit Model Pengaruh Finansial GCG, Non finansial

dan ekonomi makro terhadap Kinerja Bank yang sudah Go Public se

ASEAN

Goodnwess Cut Of Value Hasil Pengujian Kesimpulan

Signifikansi

Probability

≥0.05 0.00 Disarankan

Untuk Melihat

Fit Indices Lain

RMSEA ≤0.08 0.158 poor

GFI ≥0.90 0.537 Marginal fit

AGFI ≥0.90 0.603 Marginal fit CMIN/DF ≤ 2 atau ≤ 3 10.061 Marginal fit TLI ≥ 0.95 0.673 Marginal fit CFI ≥0.95 0.721 Marginal fit

PNFI >0.6 0.6 MarginalFit

IFI >0.90 0.723 MarginalFit

Berdasarkan hasil pengujian, model dalam penelitian ini memenuhi kriteria

fit untuk cut of value RMSEA (indeks untuk mengkompensasikan Chi-Square

dalam sampel yang besar), CMIN/DF, PNFI, GFI, AGFI, TLI, CFI artinya model

dapat dapat diterima berdasarkan degree of freedom dengan perbaikan. Nilai cut

off value pada tingkat marginal fit artinya dapat diperbaiki untuk menghasilkan

model fit dengan resample atau merefisi model.

Dengan menggunakan metode estimasi Structural Equation Modeling diperoleh

seperti terlihat pada gambar 4.1

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

205

Gambar 4. 1 Hasil pengujian Pengaruh Finansial, Non finansial, GCG, dan

ekonomi makro terhadap Kinerja Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Langkah pertama adalah menganalisis variabel observed. Berdasarkan

hasil pengujian selanjutnya dapat dinilai validasi dari masing-masing indikator,

serta uji reliabilitas dari konstruk variabel yang diteliti. Dimensi yang memiliki

bobot faktor (loading factor) yang kurang dari 0,40 akan direduksi dari model,

sedangkan composite reliability yang dianggap memuaskan yaitu bila lebih besar

dari 0,70. Berikut disajikan model pengukuran dari masing-masing variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Untuk variabel laten, hasil pengujian sebagai

berikut:

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

206

Tabel 4. 13 Composite Reliability dan Average Variance Extracted Masing-

Masing Dimensi Variabel finansial, non finansial, GCG, ekonomi makro dan

kinerja

Variabel

Manifes

Bobot Faktor

(λ) λ 2 Ε Simpulan

X11 1 1 0.999 digunakan

X12 0.03 0.00 -0.029 dikeluarkan dari

model

X13 0.98 0.97 0.985 digunakan

X14 -0.19 0.04 -0.189 dikeluarkan dari

model

X15 -0.15 0.02 -0.153 dikeluarkan dari

model

X16 -0.12 0.02 -0.123 dikeluarkan dari

model

X17 0.1 0.1 0.100 dikeluarkan dari

model

X18 0.33 0.11 0-.328 dikeluarkan

X19 0.3 0.09 -0.300 dikeluarkan dari

model

X110 0.94 0.88 0.938 digunakan

X111 0.54 0.29 0.537 digunakan

X21 0.34 0.11 0.336 dikeluarkan

X22 0.64 0.41 0.638 digunakan

X23 0.99 0.99 0.993 digunakan

X31 -0.26 0.07 -0.255 dikeluarkan

X32 0.96 0.93 0.963 digunakan

X41 0.60 0.24 0.516 digunakan

X42 0.52 0.27 0.516 digunakan

X43 1.00 0.99 0.996 digunakan

Y1 1.02 0.82 1.023 digunakan

Y2 0.90 1.05 0.903 digunakan

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa variabel observed yang

dikeluarkan dari model. Variabel observed tidak dapat menjelaskan gambaran

variabel laten disebabkan beberapa hal antara lain dari sangat rendahnya standar

deviasi dari variabel tersebut. CAR, NPL sudah merupakan kondisi yang melekat

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

207

pada struktur tata kelola Bank. Penetapan CAR dan NPL sebagai kebijakan yang

harus dipenuhi oleh bank agar bisa beroperasi sebagai bank yang sehat.

Pertumbuhan dana pihak ketiga dan pertumbuhan kredit mengandung risiko tinggi

bagi bank di tengah rezim suku bunga tinggi seperti di Indonesia. Untuk efisiensi,

pengukuran NIM adalah kebijakan yang ditetapkan oleh Bank. Variasi tingkat

NIM sangat rendah. NIM tidak dapat menjelaskan variabel kondisi finansial bank.

Jumlah fee-based income dan presentase fee-based income terhadap pendapat

sebagai indikator variabel finansial.

Hal ini menunjukan bahwa di tengah kondisi persaingan yang semakin

ketat terdapat beragam peluang yang dapat dioptimalkan oleh Bank tersebut.

Sebagai bank sistemik, bank-bank tersebut dapat melakukan seluruh kegiatan

usaha seperti kegiatan penyertaan modal, valas, kegiatan penghimpunan dana

yang merupakan produk atau aktivitas dana, kegiatan penyaluran dana,

pembiayaan perdagangan (trade finance), keagenan dan kerjasama, sistem

pembayaran dan electronic banking dengan cakupan luas, penyertaan modal

dalam Rupiah maupun dalam valuta asing dan penyertaan modal pada lembaga

finansial di Indonesia atau di luar negeri terbatas pada wilayah regional ASEAN.

Bank dapat melakukan kegiatan usaha baik dalam rupiah maupun dalam valuta

asing.

Hasil penelitian menunjukan reliabilitas untuk variabel finansial adalah

0.68. Variabel yang memiliki variabel observed tertinggi adalah 0.95 yaitu kinerja

dan terendah adalah -0.19. Hasil pengujian menunjukan nilai bobot faktor untuk

masing-masing variabel manifest yang lebih besar dari 0,40. Artinya indikator

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

208

yang tidak dapat menggambarkan variabel laten dikeluarkan dari model. Dimensi

finansial yang tidak dikeluarkan dari model adalah X1.1 (Modal inti/ 1 ), X1.3

(Jumlah asset/0.98) dan X1.10 (Jumlah fee-based income/0.94). Porsentase

Jumlah feebase (X11/0.54).

Pada variabel non finansial, variabel observed yang dikeluarkan dari model

adalah X21 (kantor cabang), dengan nilai 0.34. Indikator X23 yaitu Jumlah

pegawai dengan nilai bobot faktor 0.64 dan X23 yaitu human capital dengan

bobot factor 0.99 digunakan sebagai model yang dapat menjelaskan variabel non

finansial.

Kantor cabang adalah salah satu upaya strategis untuk memperluas pasar dan

menjangkau daerah-daerah yang tidak bisa diakses oleh layanan jasa perbankan.

keberadaan teknologi serta diversifikasi produk, menjadikan bank-bank besar

memperluas jartingan dengan mengoptimalkan teknologi dan beralih dari kantor

cabang. Bagi bank yang beroperasi di beberapa negara ASEAN pembukaan kantor

cabang memiliki hambatan tersendiri baik tingkat kejenuhan pasar maupun

terbatasnya pasar sasaran.

Untuk variabel GCG, kedua indikator tetap digunakan sesuai dengan

ketentuan dalam sistem tata kelola perbankan. Untuk variabel ekonomi makro 3

indikator digunakan. Nilai bobot faktor yang digunakan yaitu nilai tukar adalah

0.6, inflasi adalah 0,52 dan suku bunga 1. ketiga indikator faktor ekonomi

menentukan bagaimana kebijakan dan perkembangan layanan jasa perbankan.

Indikator yang dapat menjelaskan kinerja ROA dan ROE. Nilai bobot faktor

yaitu 1 untuk ROA dan 0.90 .untuk ROE. ROA dan ROE digunakan untuk

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

209

menjelaskan variabel kinerja. Nilai Average Variance Extracted adalah 0.68,

artinya secara rata-rata 68% informasi yang terdapat pada masing-masing

indikator bisa mencerminkan variabel laten. Nilai composite reliability sebesar

0.96 lebih besar dari yang direkomendasikan yaitu 0.70 menunjukan bahwa

indikator memiliki konsistensi untuk mengukur variabel laten. Temuan penelitian

adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 2 Temuan penelitian

Hasil pengujian menunjukan bahwa kriteria fit model belum dapat

diterima. Masih terdapat beberapa persyaratan uji model yang di bawah standar.

Oleh karena itu dilakukan modifikasi model supaya model ini dapat diterima

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

210

dengan baik. Secara keseluruhan model hubungan faktor finansial, non finansial,

dan kondisi eksternal dengan kinerja finansial dapat diterima. Berdasarkan hasil

pengujian maka hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh ditolak, artinya

bahwa faktor ekonomi makro memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja.

Fungsi dari kinerja adalah = λ3x3+ 3.

Sesuai dengan hasil pengujian Telah dilaksanakan Focus Discussion

Group melalui fasilitas yang diberikan pada saat ASEAN Banking Council

Meeting di Brunei Darussalam, dengan hasil sebagai berikut :

a. Dalam Diskusi tersebut penulis mendapat kesimpulan dari panelis

yang berasal dari akademisi dan praktisi perbankan dengan hasil antara

lain :

a. Terdapat hubungan finansial dengan kinerja Bank

b. Terdapat hubungan Non-Finansial dengan kinerja Bank

c. Terdapat hubungan Good Corporate Governance dengan kinerja

Bank

d. Terdapat hubungan ekonomi makro dengan kinerja Bank

Hasil ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Halling & hayden

(2006) yang mengungkapkan tentang pengaruh likuiditas terhadap performance.

Likuiditas adalah dimensi finansial suatu bank. Sangat penting bagi manajemen

Bank untuk mengetahui posisi likuiditasnya. Kondisi yang berbeda. Ini akan

membantu mereka dalam meningkatkan portofolio investasi mereka dan

memberikan keunggulan kompetitif di pasar. Ini adalah prioritas utama bank

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

211

manajemen untuk memperhatikan masalah likuiditas. Masalah-masalah ini harus

segera ditangani, dan tindakan perbaikan segera harus diambil.

Sejalan dengan Nigmonov (2010) sebelumnya mengatakan bahwa

perkembangan sistem finansial di Uzbekistan menempatkan banyak hal, tugas-

tugas yang menantang bagi para manajer lembaga finansial dan regulasi ini.

Perkembangan sistem finansial di Uzbekistan selama dekade terakhir

menempatkan banyak hal tugas-tugas yang menantang bagi para manajer lembaga

finansial dan regulasi ini. Faktor finansial menjadi prediktor bagi kinerja. Hal ini

menunjukan bahwa finansial bagi industri layanan jasa finansial merupakan

keharusan (tingkat variasinya rendah). Berdasarkan rumusan penelitian diatas,

maka terungkap Novelty dalam penelitian berdasarkan temuan penelitian baik

terkait dengan indikator variabel laten maupun hubungan variabel. Berdasarkan

hasil pengujian model dengan mengeluarkan indikator yang memiliki bobot faktor

kurang dari 5 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 14 Hasil revisi model sebagai kebaruan

Estimate

performance <--- finansial -0.479

performance <--- NonFIna 0.531

Perfortmance GCG -0.493

performance <--- Makro 0.153

Diketahui berdasarkan hasil revisi model diketahui bahwa ketika finansial

naik dengan 1 standar deviasi, kinerja turun sebesar 0.479 standar deviasi.

Kemampuan finansial yang maksimal tidak serta merta dapat mengoptimalkan

kinerja finansial bank, terlebih dalam perkembangan pasar yang stagnan. Saat ini

Bank yang memiliki pendapatan tinggi adalah bank yang fokus pada retail, di sisi

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

212

lain retail terbatas hasil penelitian menunjukan faktor finansial memiliki pengaruh

negatif jika diukur pendapat perusahaan dari ROA/ROE. Artinya produktivitas

aset menurun artinya dalam jangka pendek muncul gejala “the law of diminishing

return”. Pertambahan nilai untuk kinerja semakin menurun berdasarkan

persentase nya dari modal sendiri maupun aset. Berlakunya LDR (The Law of

Diminishing Return), penambahan kinerja nilai akan tetap menambah total

pendapatan dan mencapai nilai maksimum. Gagasan QAB adalah salah satu bukti

dari berlakunya hukum tersebut. QAB diterapkan untuk memberikan keluasan

bagi bank-bank luar negeri beroeperasi di negara-negara lain dan

mengkapitalisasikan modalnya untuk memberikan layanan yang lebih luas

terlebih di Indonesia dengan jumlah penduduk dan usia produkif tinggi (bonus

demografi).

Diperlukan perluasan pasar untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja.

Perluasan pasar didasarkan pada pemahaman ROA/ROE akan cenderung

meningkat, yang mengarah ke peningkatan ketidaksamaan masing-masing bank di

ASEAN selama pasar masing-masing cukup terbuka dan tidak ada perubahan

kebijakan yang diterapkan yang dapat mengganggu akumulasi pendapatan bank di

masing-masing negara. Para pengambil kebijakan maupun bankir percaya pada

hukum pengembalian yang semakin menurun. Ketika modal menumpuk, maka

laba tambahan atas unit tambahan modal menurun. Diberlakukannya QAB tidak

hanya untuk meminimalisir risiko terganggunya arus pendapatan akibat kebijakan

di masing-masing negara. QAB diberlakukan untuk menghindari berlakunya LDR

(The Law of Diminishing Return). Hasil penelitian sejalan dengan Summer (2014)

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

213

tentang pertambahan nilai yang semakin berkurang. Gejala tersebut mendorong

diberlakukannya ABIF.

Untuk estimasi non finansial, diketahui bahwa ketika non finansial naik

dengan 1 standar deviasi, kinerja naik sebesar 0.531 standar deviasi. Untuk

estimasi GCG, diketahui bahwa ketika GCG naik dengan 1 standar deviasi,

kinerja turun sebesar -0.493. Standar deviasi ketika makro naik dengan 1 standar

deviasi, kinerja naik sebesar 0,153 standar deviasi. Hasil uji fit model setelah

perbaikan model adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 15 Goodness Of Fit Model Pengaruh Finansial, Non-finansial, GCG

dan ekonomi makro terhadap Kinerja Bank yang sudah Go Public se

ASEAN setelah perbaikan

Goodness Cut Of

Value

Hasil

Pengujian

sebelum

perbaikan

Setelah

perbaikan

Kesimpulan

Signifikansi

Probability

≥0.05 0.00 0.000 Disarankan Untuk

Melihat Fit Indices

Lain

RMSEA ≤0.08 0.158 0.167 Marginal fit

GFI ≥0.90 0.537 0.812 Lebih baik

Marginal fit

AGFI ≥0.90 0.603 0.690 Lebih baik

Marginal fit

CMIN/DF ≤ 2 atau ≤ 3 10.061 11.086 Marginal

TLI ≥ 0.95 0.673 0.830 Lebih baik

Marginal fit

CFI ≥0.95 0.721 0.880 Lebih baik

Marginal fit

PNFI >0.6 0.6 0.614 fit lebih baik

IFI >0.90 0.723 0.880 Lebih baik Marginal

fit

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbaikan nilai fit model

dibandingkan dengan sebelum perbaikan. Hal ini menunjukan bahwa variabel

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

214

observed dapat menjelaskan variabel laten. Nilai dianggap memadai dengan nilai.

Masing-masing indikator adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 16 Variabel observed penelitian

No Variabel unobserved Variabel observed

1 Finansial Modal, Jumlah aset, Pertumbuhan kredit, Efisiensi

, Jumlah fee-based income,

2 Non Finansial Cabang, dan Jumlah Pegawai, HC

3 Ekonomi Makro Nilai tukar, Inflasi dan Suku bunga

GCG Rasio komisaris independen, skor self assessment

4 Kinerja ROA/ROE

Berdasarkan hasil penelitian terdapat mengaruh faktor ekonomi makro

eksternal terhadap Kinerja adalah 0.153. Yaitu, ketika makro ekonomi naik 1,

kinerja naik sebesar 0.153. Pengaruh dari ekonomi makro pada Y2 (ROA) adalah

0.905. Ketika makro naik sebesar 1, Y2 naik sebesar 0,905. Pengaruh ekonomi

makro terhadap ROE sebesar 1.022. Total efek (langsung dari ekonomi makro

terhadap Y adalah 0.38.

Pengaruh dari non finansial terhadap kinerja adalah 0.531 yaitu, ketika non

finansial naik dengan 1 standar deviasi, kinerja naik dengan 0.531 standar

deviasi. Pengaruh finansial terhadap kinerja adalah -0.479 ketika finansial naik

dengan 1 standar deviasi, kinerja turun sebesar 0.479 standar deviasi.

4.2.1. Pengaruh Finansial terhadap Kinerja Bank yang sudah Go Public se

ASEAN

Hasil pengujian data pengaruh faktor finansial terhadap kinerja Bank yang

sudah go public se ASEAN adalah sebagai berikut.

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

215

Gambar 4. 3 Model Structural Equation Modeling Pengaruh faktor finansial

terhadap kinerja Bank yang sudah go public se ASEAN

Hasil pengujian pada koefisien regresi pada standardized estimate. Hasil

pengujian menunjukan adanya pengaruh faktor finansial terhadap kinerja.

Tabel 4. 17 Estimasi para meter Pengaruh finansial terhadap performance

Estimate S.E. C.R. P Label

Performance <--- Finansial .052 .000 1.187 .235 par_12

Nilai CR (critical ratio) yang didapatkan kurang dari dari nilai standar

error (1.96) artinya finansial tidak dapat dijadikan sebagai prediktor yang

signifikan untuk mengukur kinerja finansial pada taraf 5%. Pengaruh finansial

terhadap performance 0.052 dengan nilai CR tidak signifikan. Pengaruh finansial

terhadap performance adalah 0.025 nilai perhitungan standardize ini bisa dipakai

acuan untuk parameter universal model yang diajukan. Nilainya sama untuk nilai

unit yang berbeda.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

216

Hasil dari wawancara kepada pimpinan Bank di Indonesia dan di negara

ASEAN pada saat Banking Council Meeting di Brunei Darussalam, maka

pendapatnya bahwa finansial memiliki hubungan dengan kinerja, dalam hal ini

modal, aset, CAR, feebase, BOPO, NPL, akan berpengaruh terhadap kinerja.

Pengaruh kinerja bisa meningkat maupun bisa menurun, hal tersebut tergantung

dari faktor lainnya yaitu hubungan tingkat suku bunga yang ada dalam faktor

ekonomi makro maupun pangsa pasar yang ada di negara tersebut.

Dari hasil wawancara diungkapkan bahwa :

b. Konfirmasi tentang permodalan memiliki pengaruh terhadap kinerja, karena

permodalam merupakan variabel yang sangat penting dalam suatu bank,

baik untuk memenuhi regulasi maupun untuk memperluas aktivitas bisnis

dan kelangsungan perusahaan. Dengan modal yang kuat, maka bank dapat

melakukan investasi teknologi untuk meningkatkan layanan kepada

nasabah yang berbasis teknologi dan digital service.

c. Konfirmasi tentang CAR memiliki pengaruh terhadap kinerja, namun

tidak signifikan, karena CAR merupakan regulasi dan harus dipenuhi.

Sedangkan modal inti memiliki pengaruh terhadap kinerja, karena

Modal Inti menjadi darah bagi Bank dalam melakukan aktivitas bisnis.

Walaupun Bank memiliki CAR yang sehat, namun jika modal tidak

besar, maka Bank tetap tidak akan dapat memperluas aktivitas

bisnisnya yang akan berpengaruh terhadap kinerja.

d. Konfirmasi tentang aset, bahwa kondisi aset yang merupakan hasil dari

aktivitas bisnis Bank, maka aset memiliki pengaruh terhadap kinerja.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

217

Aset bagi Bank merupakan gambaran aktivitas bisnis dari simpanan

dan aktivitas pinjaman. Jika aset masih kecil dibandingkan dengan

Bank lain maka terdapat peluang bisnis yang tergerus oleh Bank lain,

sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja Bank.

e. Pertumbuhan dana dan pertumbuhan kredit merupakan faktor untuk

berpengaruh terhadap aset, oleh karena itu pertumbuhan dana harus

diiringi dengan pertumbuhan kredit, karena jika salah satunya tidak

berkembang, maka akan berpengaruh terhadap besarnya aset dan

berpengaruh terhadap kinerja.

f. Konfirmasi tentang NPL memiliki pengaruh terhadap kinerja,

mengingat kualitas kredit harus baik, sehingga tidak menggerus laba

Bank. Jika NPL dibiarkan tinggi, maka Bank akan kehilangan

kesempatan untuk mendapatkan penyaluran kredit kepada yang

memiliki kualitas yang baik. Dengan demikian NPL memiliki

pengaruh terhadap kinerja yang dinotasikan dengan keuntungan.

g. Konfirmasi efisiensi memiliki pengaruh terhadap kinerja, mengingat

dengan Bank menjadi efisien, maka produktivitas meningkat ditandai

dengan NIM yang baik, BOPO yang rendah, dengan demikian kinerja

yang dinotasikan dengan keuntungan akan berpengaruh.

h. Konfirmasi fee-based income memiliki pengaruh terhadap kinerja, saat

ini dan kedepannya Feebase akan menduduki urutan penerimaan

pendapatan Top 2, karena Feebase merupakan bagian penerimaan

penghasilan lainnya yang berasal dari biaya-biaya non bunga

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

218

(Interest) atau jasa-jasa lainnya serta salah satunya merupakan hasil

kerjasama dengan lembaga lainnya (asuransi), sekuritas.

Kondisi finansial dalam struktur layanan perbankan menentukan

performance perusahaan. Hasil penelitian sejalan dengan Berger., A.N (2003),

Chantapong, (2005), Berger & Bouwman (2013), Al-Kayed et al (2014) bahwa

modal mempengaruhi performance. Hasil penelitian sejalan dengan margaritis

dan Psillaki (2010), Olweny & Shipho, 2011, Athanasoglou et al ( 2005) bahwa

aspek finansial menentukan kinerja. Namun pengaruh pada penelitian ini adalah

negatif. Kondisi tersebut menunjukan adanya titik jenuh dari pertambahan nilai

dari pertambahan aset yang dimiliki perusahaan terhadap kinerja. Kondisi di

ASEAN sedang mengalami pertambahan yang semakin berkurang. Hasil

penelitian berbeda dengan Dawar. V (2014) bahwa struktur modal tidak

berpengaruh pada kinerja.

Berdasarkan hasil penelitian dalam disertasi ini bahwa perbedaan dengan

peneliti sebelumnya terletak pada pengaruh negatif yang dihasilkan oleh variabel

finansial perbankan yang sudah Go Public di ASEAN. Produktivitas aset bank-

bank yang memiliki Modal dan aset besar menurun atau mengalami gejala “the

law of diminishing return”. Berlakunya LDR (The Law of Diminishing Return)

menuntut perusahaan untuk memperluas pasar agar tidak berada dalam kondisi

finansial yang tidak produktif meskipun memiliki jumlah aset yang besar.

Perluasan pasar menjadi kunci keberhasilan mengoptimalkan modal dan

mendorong pertumbuhan return yang pada akhirnya meningkatkan kinerja Bank.

Sejalan dengan Ray (2006) bahwa seringkali sebuah bank beroperasi di wilayah

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

219

dengan skala pengembalian yang semakin berkurang. Disampaikan bahwa bank

yang terlalu besar berpotensi mengalami pengembalian yang semakin berkurang.

Sejalan dengan Muldur (2003) berdasarkan penelitiannya mengungkapkan adanya

peningkatan pengembalian skala untuk Bank dan berkurangnya pengembalian dari

tabungan yang disebabkan oleh ukuran Bank. Salah satu pilihan strategis adalah

memperluas pangsa pasar di sektor kompetitif yang memberikan hasil tinggi.

Bahkan mengacu pada Liu et al (2018) bahwa struktur pasar dan konsentrasi

memiliki pengaruh terhadap risiko gagal bayar, Bank yang beroperasi dalam

struktur pasar dengan tingkat hambatan masuk yang rendah meningkatkan risiko

kredit. Sementara Bank yang memiliki kekuatan pasar terbatas membatasi

memasok kredit ke pasar. Bank dengan ukuran besar memiliki hambatan masuk

yang rendah dan berpotensi meningkatkan risiko kredit untuk meningkatkan rasio

atas aset nya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh faktor finansial terhadap

kinerja. Hasil penelitian sejalan dengan Cotei et al (2011), Pabozzi dan Peterson

(2003) yang mengemukakan bahwa modal merupakan sumber pendanaan jangka

panjang. Teori ini menjadi landasan konseptual bagi perbankan untuk

meningkatkan modal sesuai dengan tuntutan peningkatan pada kinerja perbankan.

Sejalan dengan Olweny & Shipho, 2011, Athanasoglou et al., 2005 Dietrich &

Wanzenried, 2010, Naceur & Omran, 2011 yang mengemukakan hubungan antara

aset dengan kinerja bank. Sejalan dengan Azam & Siddiqoui, 2012 secara khusus,

mengukur dampak ukuran pada kinerja perbankan. Ukuran aset memungkinkan

perusahaan memperluas pengaruh yang besar dalam produk dan pasar faktor-

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

220

faktor produksi. Pengaruh finansial dan non finansial tersebut signifikan termasuk

pada saat perusahan berada dalam situasi krisis. Salah satu contoh yaitu indikator

finansial fee-based income. Hasil penelitian sejalan dengan Berger & Bouwman

(2013). Beragam layanan jasa perbankan yang ditawarkan kepada pelanggan.

Beragam aktivitas transaksi yang diperlukan pelanggan merupakan peluang untuk

meningkatkan kinerja. Hasil peneitian sejalan dengan Hanak (1992), Crouzille

2013. Secara parsial keuangan sebagai slaah satu kunci keberhasilan kinerja Bank.

4.2.2. Pengaruh Non Finansial terhadap Kinerja Bank yang sudah Go

Public se ASEAN

Hasil pengujian data pengaruh faktor non finansial terhadap kinerja Bank

yang sudah Go Public se-ASEAN adalah sebagai berikut

Gambar 4. 4 Model Structural Equation Modeling Pengaruh faktor non

finansial terhadap kinerja Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

221

Hasil pengujian pada koefisien regresi pada standardized estimate. Hasil

pengujian menunjukan adanya pengaruh faktor non finansial terhadap

performance.

Tabel 4. 18 Estimasi parameter pengaruh non finansial terhadap

performance

Estimate S.E. C.R. P Label

Performance <--- Non Finansial .30 .000 4.505 .000 par_12

Terdapat hubungan yang signifikan nilai CR (critical ratio) yaitu 4.505

yang didapatkan lebih dari nilai standar error (1.96) artinya faktor non finansial

dapat dijadikan sebagai faktor prediktor untuk mengukur kinerja finansial pada

taraf 5%. Pengaruh non finansial terhadap performance 0.55 dengan nilai CR

signifikan. Pengaruh non finansial terhadap performance adalah 0.30 atau sebesar

9 % nilai perhitungan standardize ini bisa dipakai acuan untuk parameter

universal model yang diajukan. Nilainya sama untuk nilai unit yang berbeda. Hal

ini dapat menjelaskan bagaimana keunggulan untuk menjangkau pasar baik

dengan teknologi maupun serta dengan pembukaan kantor cabang, daya inovasi

serta performance yang dicapainya ditentukan oleh faktor non finansial. Aktivitas

bisnis memerlukan dukungan non finansial untuk mewujudkan superioritas

performance-nya.

Hasil dari wawancara, pendapatnya adalah faktor yang memiliki pengaruh

besar adalah dengan jumlah dan kualitas Human capital . Konfirmasi Pengaruh

Human capital terhadap Kinerja, mengingat Human capital merupakan sumber

daya utama yang sangat penting dalam kelangsungan bisnis perusahaan.

Disamping jumlah Human capital yang memiliki pengaruh terhadap kinerja, jika

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

222

Human capital melampaui batas dengan kualitas yang kurang memadai, maka

akan menjadi beban bagi bank, dan akan memberikan pengaruh terhadap kinerja

yang memburuk. Namun jika Human capital dengan jumlah yang memadai

dengan kualitas, kompetensi yang sangat memadai dan memberikan nilai tambah

bagi bank, maka akan memberikan pengaruh terhadap kinerja bank.

Konfirmasi Pengaruh Network terhadap kinerja, walaupun saat ini jumlah

cabang tidak banyak ditingkatkan, namun jumlah barnchless banking

ditingkatkan, karena bagaimanapun bisnis bank berada di tataran Network atau

kantor cabang. Network memiliki pengaruh terhadap kinerja, jika Network tidak

berada pada lokasi dan jumlah yang tepat dan memadai, maka akan menjadi beban

bagi Bank. Sedangkan Network atau cabang yang memiliki tempat yang tepat dan

jumlah yang memadai, maka akan memberikan nilai tambah layanan kepada

masyarakat, bertambah luas layanan kepada masyarakat, maka inklusi perbankan

juga akan menjadi lebih luas, dengan demikian akan memberikan pengaruh

terhadap peningkatan kinerja yaitu dengan memberikan keuntungan bagi Bank.

Konfirmasi pengaruh Digital Service terhadap kinerja, dengan

perkembangan teknologi maka layanan yang berbasis digital sangat diperlukan

saat ini, Bank yang kurang memberikan layanan ATM dengan jumlah yang

kurang dan kualitas yang tidak memadai, maka akan Bank akan ditinggalkan

nasabah yang beralih kepada Bank yang memiliki layanan digital yang lebih baik.

Konfrimasi pengaruh digital banking terhadap kinerja, dengan

perkembangan layanan berbasis digital, maka digital banking menjadi keharusan

dalam perbankan. Dengan kondisi yang mulai persepsi masyarakat yang memiliki

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

223

kesibukan dan juga memiliki daya teknologi yang tinggi, saat ini masayarakat

perkotaan terutama tidak lagi datang untuk hadir ke Bank, tetapi melakukan

transaksi dapat dilakukan di kantor sendiri atau dari rumah.

Hasil penelitian memperkuat Hirtle (2007) mengemukakan tentang

perluasan jaringan kantor cabang untuk meningkatkan performance. Soda &

Zaheer (2012) menjelaskan tentang jaringan dalam arsitektur organisasi. Hasil

penelitian sesuai dengan Becker, (1975; Price, 1977) sebelumnya yang

menjelaskan bahwa superior kinerja dapat diwujudkan dengan adanya modal

manusia. SDM menjadi indikator penting yang menentukan bagaimana kinerja

perbankan. Aktivitas perbankan memerlukan dukungan SDM yang dapat

mendorong kinerja. Inovasi yang didorong oleh SDM memadai dapat

meningkatkan kinerja Bank. Bank dituntut mampu menghadirkan inovasi.

Ketersediaan SDM memungkinkan dihasilkannya kinerja dalam ruang persaingan

yang komplkes atau tidak ada pesaing (samudera biru). SDM memadai

memungkinkan perusahaan mendekontruksi pasar dan nilai yang diperlukan

nasabah. Kesiapan SDM mendukung kreativitas dan eksperimentasi dalam

memperkenalkan produk baru, dan kebaruan dalam jangka waktu tertentu, 2)

implementasi penggunaan teknologi dan R & D dalam mengembangkan proses

baru untuk sistem layanan berbasis internet, 3) meningkatkan kemampuan untuk

mengantisipasi dan mengejar peluang baru terutama di pasar retail, bahkan

menyerang secara frontal untuk mengalahkan pesaing. Hasil penelitian

memperkuat penjelasan tentang kedudukan SDM dalam teori tentang kinerja

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

224

perbankan. Hasil penelitian memperkuat konsep yang dikemukakan oleh Barney

(1991) tentang keahlian yang unik dan sumber daya manusia sebagai keunggulan.

Ketersediaan SDM yang memadai memungkinkan Bank mengoptimalkan

layanan pada nasabah. SDM yang memadai berfungsi untuk mengkordinasikan,

mengalokasikan sumber-sumber daya untuk digunakan dalam mendukung

layanan pada nasabah. Hasil penelitian sejalan dengan Arteaga (2016), Agarwal et

al (2018), Donald &Lantub (2014), Torabia et al (2016), Ali (2016) yang

mengemukakan peran SDM untuk aktifitas layanan menjadi lebih optimal artinya

performance Bank dengan adanya dukungan SDM memadai.

4.2.3. Pengaruh GCG terhadap Kinerja Bank yang sudah Go Public se

ASEAN

Keberadaan GCG menentukan bagaimana sebuah sistem bekerja termasuk

di Bank. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh GCG terhadap kinerja

perbankan. Bank bekerja untuk mewujudkan kinerjanya berdasarkan prinsip tata

kelola. Pihak Bank mengembangkan struktur GCG yang meliputi GCG struktur

dan GCG infrastruktur guna menjalankan mekanisme GCG sesuai peraturan

perundang-undangan serta best practices yang ada. Dengan mendasarkan kegiatan

usahanya berdasarkan prinsip-prinsip. GCG, menjaga kesinambungan kinerja

dalam jangka panjang. Pengaruh GCG terhadap kinerja adalah sebagai berikut.

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

225

Gambar 4. 5 Model Structural Equation Modeling Pengaruh GCG terhadap

kinerja Bank yang sudah Go Public se ASEAN

Dalam rangka mewujudkan kinerja optimal, bank telah menetapkan

standar implementasi GCG yang dapat dijadikan sebagai acuan dasar pencapaian

kinerja meliputi kriteria yang akan dicapai dari berbagai aspek yang terkait

dengan implementasi GCG. Terdapat pengaruh GCG terhadap kinerja Bank

sebesar 0.64%. Terdapat hubungan yang signifikan GDG dan Kinerja . Nilai CR

(critical ratio) yaitu 8.464 yang didapatkan lebih dari nilai standar error (1.96)

artinya faktor GCG dapat dijadikan sebagai faktor prediktor untuk mengukur

kinerja finansial pada taraf 5%. Pengaruh GCG terhadap performance 0.840

dengan nilai CR signifikan. Terdapat pengaruh GCG terhadap kinerja bank

sebesar 64%. Nilai perhitungan standardize ini bisa dipakai acuan untuk

parameter universal model yang diajukan.

Sejalan dengan hasil wawancara dan FGD disimpulkan GCG memiliki

pengaruh terhadap kinerja Bank, dengan Bank yang GCG maka kepercayaan

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

226

masyarakat menigkat, dan aktivitas bisnis Bank akan meningkat pula yang

berpengaruh pada peningkatan kinerja.

Keberhasilan untuk mewujudkan kinerja tidak terlepas dari prinsip GCG.

Di tengah persaingan yang semakin ketat, implementasi GCG dalam struktur

organisasi meningkatkan fungsi strategis. GCG terintegrasi dengan baik ke dalam

fungsi-fungsi organisasi perbankan. Bahkan praktik tata kelola perusahaan (GCG)

yang baik meningkatkan kinerja organisasi dalam kondisi ekonomi yang stabil

maupun pada saat krisis keuangan dan situasi ekonomi yang bergejolak.

Keberhasilan meningkatkan kinerja dipengaruhi oleh implementasi prinsip GCG.

Penerapan GCG yang tidak baik salah satunya jika komposisi jumlah

anggota dewan komisaris independen, direktur independen, dan komite

pemantauan yang lebih besar dari non independen. Bank perlu memasukkan

struktur kepemilikan yang lebih beragam untuk memastikan praktik tata kelola

lebih baik. Investor, pembuat kebijakan, dan praktisi harus mempertimbangkan

pendidikan dan kualifikasi untuk meningkatkan praktik GCG di industri

perbankan.

Tabel 4. 19 Estimasi para meter Pengaruh GCG terhadap Kinerja

Estimate S.E. C.R. P Label

Kinerja <--- GCG .840 .089 8.464 .000 par_12

Hasil penlitian menunjukan bahwa secara parsial pengaruh GCG terhadap

kinerja 64 %. GCG sebagai Variabel yang memiliki pengaruh terhadap kinerja

tersebut sesuai dengan teori dari Krayenbuel (1993) yang menjelaskan bahwa

GCG menggambarkan tugas dan tanggung jawab dewan direksi atas kinerja

perusahaan secara keseluruhan. Sheleifer dan Vishny (1997) yang menjelaskan

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

227

kedudukan GCG sebagai alat optimasi kinerja. Arun dan Turner (2004), Ahrens

(2009), Chahine dan Safieddine (2009), Asian Development Bank, OECD (The

Organization for Economic Co-operation and Development).

Hasil penelitian memperkuat Orazalin et al (2016) yang menjelaskan

bagaimana kedudukan GCG terhadap kinerja termasuk pada saat terjadi krisis

ekonomi yang melanda. GCG mengoptimalkan penentuan arah strategis bank dan

menunjukan bahwa bank memiliki sistem pengendalian internal yang baik. GCG

mengarahkan strategi yang menekankan praktik tata kelola bank yang

menunjukan kesehatan keuangan jangka panjang dan bisnis yang berkelanjutan.

Bahkan keberadaan GCG dalam struktur organisasi sebagai aspek

fundamental yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi normatif seperti etika

dalam bisnis lebih terkontrol baik di tingkat top manajemen maupun pada level

operasional. GCG adalah bentuk kepatuhan bank terhadap aturan untuk menjaga

kejujuran dan integritas. GCG menjadi salah satu syarat untuk Bank menjadi

QAB dalam penerapan ABIF di era MEA perbankan.

4.2.4. Pengaruh Ekonomi Makro terhadap Kinerja Bank yang sudah Go

Public se ASEAN

Hasil pengujian data pengaruh faktor ekonomi makro terhadap kinerja

Bank yang sudah go public se-ASEAN adalah sebagai berikut

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

228

Gambar 4. 6 Model structural equation modeling pengaruh faktor eksternal

terhadap kinerja Bank yang sudah go public se ASEAN

Hasil pengujian pada Koefisien Regresi pada standardized estimate. Hasil

pengujian menunjukan adanya pengaruh faktor non-finansial terhadap

performance.

Tabel 4. 20 Estimasi para meter pengaruh makro terhadap performance

Estimate S.E. C.R. P Label

Performance <--- Makro .16 .466 3.099 .002 par_4

Terdapat hubungan yang signifikan. Nilai CR (critical ratio) yaitu 3.099

yang didapatkan lebih dari nilai standar error (1.96) artinya faktor makro dapat

dijadikan sebagai faktor prediktor untuk mengukur kinerja finansial pada taraf

5%. Pengaruh kondisi ekonomi makro terhadap performance 0.16 dengan nilai

CR signifikan. Pengaruh ekonomi makro terhadap performance adalah 0.000.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

229

Nilai perhitungan standardize ini bisa dipakai acuan untuk parameter universal

model yang diajukan. Nilainya sama untuk nilai unit yang berbeda.

Hasil dari wawancara, bahwa ekonomi makro terutama tingkat suku bunga

dan inflasi memiliki pengaruh terhadap kinerja. Dengan tingkat suku bunga yang

memiliki net interest margin yang optimal, maka kinerja akan baik. Tingkat inflasi

yang menurun, maka banyak dana yang terkumpul, maka berpengaruh kepada

simpanan dana di Bank, sebaliknya jika inflasi naik, maka berpengaruh terhadap

kebutuhan dana pinjaman menjadi meningkat dan akan berpengaruh kepada

kinerja Bank.

Hasil wawancara dan FGD menunjukan :

i. Konfirmasi adanya pengaruh faktor ekonomi makro terhadap kinerja,

yang terdiri dari inflasi, yang ternyata kinerja bank bagaimanapun akan

terpengaruh oleh laju inflasi di daerah itu sendiri. Jika negara saat itu

kondisi inflasi tinggi, maka kebutuhan nasabah untuk meningkatkan

pinjaman menjadi inggi, hal ini akan berpengaruh terhadap net interest

margin. Namun sebaliknya jika negara tersebut inflasi nya rendah,

maka simpanan akan meningkat, pinjaman juga tidak akan dibutuhkan

oleh nasabah, maka kinerja Bank juga akan meunrun.

j. Konfirmasi tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap kinerja,

bahwa aktivitas Bank akan sangat dipengaruhi dengan suku bunga

acuan, karena bagaimanapun Bank akan berhubungan langsung dengan

ketentuan suku bunga acuan. Ketika Bank harus tunduk kepada

ketentuan penyesuain suku bunga acuan, maka Bank harus siap dengan

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

230

segala konsekwensi nya dengan memiliki margin yang mulai menipis,

dengan demikian akan memiliki pengaruh terhadap keuntungan, atau

kinerja Bank.

k. Konfirmasi tentang pengaruh perubahan kurs mata uang terhadap

Kinerja, jika fluktuasinya tidak signifikan, maka tidak terlalu

berpengaruh, realitanya tidak ada Bank yang bangkrut karenanya,

kecuali flutuasi yang signifikan disaat krisis tahun 1996.

l. Konfirmasi tentang strategi korporasi, bahwa Bank yang belum Well

Capitalize harus melakukan strategi korporasi dengan penambahan

modal an organik ataupun merger dan akuisisi.

m. Konfirmasi tentang strategi kooperatif, bahwa Bank yang aset nya

masih jauh dari perbankan ASEAN lainnya, diusulkan untuk

meningkatkan kerjasama dengan kolaborasi, partnership, joint venture.

Hasil penelitian sejalan dengan Dietrich & Wanzenried, (2010), Naceur &

Omran, 2011 bahwa Terdapat Pengaruh karakteristik Bank dan ekonomi makro

terhadap kinerja Bank. Boyd et al (2001), Aburime (2005) dan Su Dinh Thanh

(2015) secara detail mengungkapkan faktor ekonomi makro seperti inflasi

memiliki pengaruh terhadap kinerja perbankan. Hal ini semakin mempertegas

pentingnya untuk menjaga agar perekonomian mampu menghadapi tekanan-

tekanan. Titik keseimbangan yang diperlukan untuk menunjang kinerja akibat

inflasi adalah titik keseimbangan yang memberikan keuntungan optimal bagi

kepentingan investor (untuk memperoleh bunga lebih tinggi) dan nasabah

(menginginkan beban bunga lebih rendah).

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

231

Di tengah pasar yang menghadapi tekanan akibat penguatan USD terhadap

seluruh mata uang ASEAN maka diperlukan kebijakan yang tepat. Pengetatan

pasar finansial yang dipengaruhi oleh sentimen perbaikan ekonomi AS, eskalasi

konflik perdagangan, ketidakpastian hasil negosiasi Brexit, serta risiko geopolitik

di wilayah ASEAN seperti Myanmar atau menguatnya pengaruh China di

ASEAN dapat memicu pergeseran arus investasi finansial (rebalancing) menuju

aset USD, terutama dari emerging market seperti Indonesia. Kondisi tersebut

berdampak pada terdepresiasinya nilai tukar negara emerging bahkan Singapura.

Respon Bank sentral untuk meminimalisir dampak dari keluarnya arus investasi

atau nilai tukar USD yang menguat adalah dengan pengetatan moneter. Kondisi

tersebut dalam jangka panjang berdampak buruk terhadap investasi dan sistem

layanan Bank yang sulit diakses akibat bunga yang terlalu tinggi. Bank akan

mengalami kelebihan liquiditas dan penyaluran kredit terutama untuk konsusmi

rumah tangga terhambat. Kinerja Bank akan menurut dalam jangka panjang.

Inflasi dan suku bunga menjadi kondisi makro yang menentukan baik

kondisi kinerja maupun kondisi finansial serta non finansial perusahaan. Dalam

setiap kenaikan faktor-faktor input produksi akibat inflasi dan suku bunga, Bank

tetap menghitung setiap modal yang digunakan. Semakin tinggi penggunaan

modal untuk faktor-faktor produksi maka semakin tinggi harga yang tawarkan

pada nasabah dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja perbankan. Perubahan

suku bunga acuan akan mempengaruhi bagaimana pinjaman maupun

pengumpulan dana pihak ketiga. Disisi lain akan mempengaruhi sisi pinjaman

yang pada akhirnya mempengaruhi konsumsi layanan jasa perbankan.

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

232

Hasil penelitian memperkuat teori yang dikemukakan Pedro et al (2017)

bahwa stabilitas Bank dapat dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi, perilaku

pengambilan risiko Bank, koneksi antara Bank dan struktur sistem finansial

negara. Pada saat yang sama, regulasi dan pengawasan perbankan yang dirancang

untuk melindungi Bank dari kegagalan tidak cukup. Sejumlah besar krisis di

sektor perbankan tidak dapat dicegah. Hal ini menunjukan bahwa determinasi

faktor eksternal berupa kondisi ekonomi makro menentukan bagaimana

keberlangsungan bisnis di sektor perbankan.

Instrumen yang umum digunakan untuk menghadapi krisis ekonomi

adalah kebijakan pemerintah. Ketika kebangkrutan terjadi, sistem perbankan yang

terkena dampak krisis mengalami krisis perbankan. Bank-bank besar dapat

mempengaruhi entitas pemerintah dalam sistem finansial. Intervensi politik lebih

mungkin menyajikan peluang untuk keluar dari krisis. Di sisi lain bank-bank besar

diharapkan memiliki struktur organisasi internal yang lebih baik dan lebih

mungkin untuk pulih krisi yang melanda. Di negara-negara di mana bank lebih

besar, probabilitas mengalami krisis perbankan diperkirakan akan lebih rendah

(Pedro et al, 2017). Sejalan dengan hasil penelitian Doyran (2013) bahwa faktor

ekonomi seperti inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas tetapi secara

positif dan signifikan.

Semakin tinggi harga maka permintaan akan layanan Bank semakin

menurun yang pada akhirnya mempengaruhi bagaimana kinerja bank. Fakta

bahwa kondsi ekonomi makro memiliki pengaruh terhadap kinerja sejalan

dengan Aburime, 2005, Boyd yet al (2001), Thanh (2015), Dietrich &

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

233

Wanzenried, 2010 Naceur & Omran, 2011. Nilai tukar tidak menjadi indikator

yang menentukan performance Bank. Transaksi dalam mata uang tidak menjadi

fokus perbankan. Sesuai dengan hasil wawancara dan diskusi dengan telah

diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, maka dalam diskusi

tersebut beberapa bank yang sudah Go Public siap menghadapi tantangan di Era

AEC tahun 2025, dengan melalui persiapan beberapa strategi antara lain :

a. Peningkatan Modal, agar CAR yang disyaratkan dapat tetap

dipenuhi, serta modal lebih ditingkatkan untuk mendukung

aktivitas bisnis yang harus dilakukan melalui organik dengan

meningkatkan laba ditahan atas persetujuan pemegang saham, serta

penambahan modal dari para pemegang saham. Selain itu juga

harus dilakukan peningkatan modal secara anorganik dengan

memberikan tambahan modal atau dilakukan dengan Strategi

Korporasi lainnya yaitu Merger ataupun Akuisisi.

Dengan modal yang kuat, maka Bank akan melakukan investasi

teknologi yang memadai untuk layanan kepada nasabah yang

berbasis tekonogi yang tinggi. Dengan modal yang memadai, maka

network cabang dapat diperluas dengan Human capital yang

dapat diberikan kesejahteraan yang baik yang dapat memberikan

kualitas Human capital .

b. Peningkatan aset dengan meningkatkan bisnis bank, melalui

strategi kooperatif dengan melakukan peningkatan kolaborasi,

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

234

partnership dengan beberapa bank maupun lembaga finansial dan

lembaga non finansial lainnya.

c. Peningkatan efisiensi dengan meningkatkan produktifitas dan

menurunkan biaya bisnis, agar mendapatkan keuntungan yang

maksimal.

d. Peningkatan Kualitas Good Corporate Governance, karena untuk

mencapai Qualified ASEAN Banking, diperlukan GCG yang

berkualitas.

e. Tetap memepertimbangkan kondisi perekonomian di negara

masing-masing, karena dengan perbedaan kondisi ekonomi, maka

treatment dan strategi di masing-masing Bank akan berbeda.

Telah dilaksanakan wawancara kepada beberapa komisaris dan direksi

serta pimpinan eksekutif Bank yang merupakan

Komisaris Utama BRI

Komisaris Utama Bukopin

Komisaris Utama Bank Mandiri Taspen

Komisaris Bank BTPN

Direktur Utama Bank BRI

Direktur Utama Bank bjb

Direktur Bank DBS Singapura

Direktur Utama Bank BRI Agro

Senior Vice President/Chief Economist Bank BNI

Senior Vice President Bank Mandiri

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

235

Direktur Bank Vietnam

Direktur Bank Philipina

Direktur Bank Thailand

Direktur Bank Malaysia

Direktur Bank Singapura

Sekjen ASEAN Banking

Hasil dari wawancara tersebut dihasilkan pendapat bahwa, dalam

menghadapi ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) yang didalam

programnya mengharuskan Bank dapat memiliki kualitas yang sama di ASEAN

dengan rujukan untuk menjadi Qualified Bank ASEAN, maka perbankan yang

dapat bersaing di era MEA perbankan di tahun 2025 adalah Bank yang memiliki

modal yang kuat, Good Corporate Governance, menjadi bank yang sistemik.

Waktu yang diperisapkan di era MEA tahun 2025 tentu saja harus efektif agar

dapat terwujud persyaratan QAB, setidaknya bank yang saat ini ada akan terus

berkembang di era MEA tahun 2025.

Penulis sangat mendukung dengan madzab bahwa Bank yang memiliki

modal dan aset yang besar yang dapat melakukan aktivitas bisnis yang luas yang

memberikan hasil kinerja dengan keuntungan yang ditargetkan. Alasan dari Bank

yang memiliki modal yang dapat meningkatkan aktivitas bisnis, bahwa Bank

dapat memberikan layanan kepada masyarakat dengan melalui peningkatan

teknologi yang tinggi yang dibiayai oleh modal, serta Bank dapat memberikan

layanan perkreditan kepada nasabah dengan suku bunga yang bersaing.

Sebaliknya jika Bank memiliki modal yang kecil, maka Bank tidak memiliki

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

236

kekuatan untuk mengembangkan layanan berbasis teknologi, tidak mempunyai

dana untuk membeli capital expenditure . Di Indonesia sesuai peraturan OJK

bahwa Bank yang memiliki kategori buku I tidak dapat melaksanakan digital

Banking, artinya Bank yang memiliki modal yang rendah tidak dapat melakukan

aktivitas dengan berbasis teknologi.

Adapun yang memiliki madzab Bank yang kecil asalkan sehat, maka Bank

tersebut akan memiliki kinerja yang baik tidak ada salahnya, walaupun dapat

dikatakan Small is Beatifull namun untuk Bank yang sehat saja tidak cukup,

karena modal merupakan darahnya bagi Perusahaan atau Bank, yang harus

dimiliki Bank untuk meningkatkan aktivitas bisnisnya.

Selanjutnya Bank yang besar dan berkinerja baik, tidak akan selamanya

mendapatkan kinerja yang meningkat, jika pangsa pasar sudah jenuh, maka tetap

Bank harus melakukan ekspansi ke negara yang memiliki pasar yang masih luas.

Di beberapa negara yang relatif tidak luas dan penduduknya kurang, namun

pendapatan per kapitanya besar maka Bank akan memiliki modal dan aset yang

besar, Bank harus melakukan ekspansi ke luar negeri. Riset ini akan

membuktikan bahwa tujuan ASEAN mempersiapkan diri untuk ABIF ini harus

mempersiapkan Bank yang berkualifikasi QAB untuk mendapatkan peluang

pasar di luar negeri, mengingat beberapa Bank di negara ASEAN banyak yang

memiliki modal dan aset besar namun kinerja menurun, karena tidak didukung

dengan peluang pasar yang ada, dan tingkat suku bungan yang relatif kecil

sehingga kurang memberikan keuntungan bagi Bank, karena memiliki net

Interest margin yang rendah dengan demikian return juga rendah, dengan

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

237

demikian kinerja yang diukur dengan ROE akan mengalami penurunan pula.

Memperhatikan kedua madzab tersebut maka, diperlukan strategi yang harus

mendukung kedua kondisi Bank tersebut di negara masing-masing di ASEAN.

4.3. Pemetaan Model Kompetisi Bank

Persaingan di industri perbankan di ASEAN semakin ketat. Pemetaan

untuk model kompetisi Bank data dijadikan sebagai kerangka kerja guna

memecahkan masalah kinerja Bank. Asumsi bahwa persaingan Bank didasarkan

pada model Stackelberg di mana strategi Bank nasional dan regional memilih

jumlah pinjaman yang mereka berikan di masyarakat ekonomi ASEAN di seluruh

negara.

Metode pendekatan yang digunakan dalam analisis ini yaitu Static

Discrete Game with Incomplete Information. Dari hasil analisis tersebut maka kita

peroleh hasil pada masing-masing Bank di Kawasan ASEAN. Jika kita analisis

dalam lingkup antar Bank secara satu persatu dengan Bank lainnya. Dengan

menggunakan robustness check dengan menambahkan variabel control berupa

index financial liberalization dengan menggunakan Degree of Financial Openess.

Pada Gambar di bawah ini terlihat bahwa semakin tinggi tingkat

keterbukaan keuangan yang ditunjukkan dengan Degree of Openess pada sumbu

horizontal dengan rentang 0 -1 yang menunjukkan jika nilai mendekat 1 maka

suatu negara memiliki tingkat keterbukaan finansial yang semakin besar.

Diharapkan secara teori jika memiliki nilai mendekati 1 maka akan semakin baik,

artinya suatu negara akan semakin terbuka sehingga memberikan dampak pasar

keuangan yang efisien di negara yang bersangkutan.

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

238

Gambar 4. 7 Simulasi untuk kompetisi antar Bank yang sudah Go Public se

ASEAN dengan Pasar Terbuka ( Data Bank ASEAN 2008-20017)

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

239

Pada sumbu vertikal terlihat tingkat daya saing dari suatu Bank untuk

memasuki pasar luar negeri di kawasan ASEAN. Semakin posisi suatu Bank

mendekati nilai 1, maka Bank yang bersangkutan akan semakin kompetitif jika

dibandingkan dengan Bank lainnya. Pada panel simulasi terlihat bahwa garis fit

(fit line-warna merah) menunjukan batas klister bahwa suatu Bank dibawah garis

fit berarti di bawah posisi mean dari seluruh sampel. Artinya Bank yang berada di

bawah garis merah relatif kurang memiliki daya saing yang kuat untuk masuk ke

pasar luar negeri di kawasan ASEAN. Sebagian besar Bank Indonesia, .

bertambahnya keterbukaan keuangan akan menyebabkan bank-bank kelas

menengah di Indonesia harus ekspansi ke pasar ASEAN.

Secara teori pada model panel simulasi, merupakan situasi yang paling

ideal. Artinya tujuan dari liberalisasi keuangan atau perbankan akan

meningkatkan efisiensi bagi bank-bank lainnya seiring dengan daya saing. Hal ini

terlihat pada Gambar 4.8 diatas yang menunjukkan adanya hubungan yang positif

antara daya saing dengan tingkat keterbukaan keuangan. Semakin tinggi tingkat

keterbukaan maka akan meningkatkan daya saing.

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

240

Gambar 4. 8 Hasil Simulasi untuk kompetisi antar Bank yang sudah Go Public se ASEAN dengan Pasar Terbuka

( Data Bank ASEAN 2008-20017)

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

241

Analisis selanjutnya yaitu produktivitas Bank dan daya saing. Pada

gambar 4.9 terlihat, bahwa produktivitas Bank dan daya saing ketika ditambah

variabel control keterbukaan keuangan menyababkan batas rata-rata kinerja

produktivitas semakin negatif. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat

persaingan maka produktivitas nya akan menurun. Hal ini disebabkan dengan

adanya persaingan akan menurunkan produktivitas karena dengan adanya

persaingan, pangsa pasar kredit dan simpanan di pasar akan tergerus oleh Bank

pesaing dan akan menurunkan tingkat produktivitas, sehingga keuntungan suatu

bank menjadi lebih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dengan

menggunakan SEM, bahwa finansial memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja.

Bank yang memiliki Modal dan Aset yang semakin tumbuh namun tidak diikuti

dengan penyerapan pasar atau ekspansi ke luar negeri untuk Bank yang besar,

maka tingkat produktifitas yang tergambar dalam kinerja akan menurun.

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

242

Gambar 4. 9 Hasil. Impulse Response Function (IRF)

Analisis selanjutnya yaitu analisis IRF yang menghitung peramalan pada masing-

masing variabel selama 5 tahun yang akan datang, atau awal dari MEA

perbankan tahun 2025 diberlakukan. Hal ini menunjukkan besaran magnitude dari

variabel terhadap kondisinya di masa yang akan datang. Pada masing-masing

panel terlihat bahwa dengan adanya liberalisasi keuangan akan meningkatkan

jumlah perusahaan di masing-masing negara ASEAN. Hal ini menunjukkan

bahwa lembaga intermediasi seperti Bank, merupakan lembaga keuangan yang

harus dikuasai oleh pemerintah untuk dikelola secara maksimal. Dengan

meningkatnya perusahaan produktif, maka ketergantungan terhadap Bank untuk

melaksanakan transaksi perusahaan maupun trading ke luar negeri bagi

perusahaan akan semakin bertumbuhnya Bank dalam penyerapan dana maupun

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

243

penyaluran kredit. Kinerja Bank akan meningkat sejalan dengan tumbuhnya

pembiayaan dengan dana yang relatif murah.

4.4. Novelty Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian maka noveliti penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 10 Novelty Penelitian “Model Determinan Kinerja Bank dalam

menghadapi ASEAN Banking Integration Framework bagi Bank di ASEAN”

Novelty tersebut mengungkapkan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan

kinerja Bank perlu didukung oleh pengembangan non finansial seperti jumlah

SDM yang memadai, kualitas human capital, jaringan yang memadai, dan digital

service yang mumpuni. Variabel non finansial yang memiliki pengaruh lebih

besar dari variabel finansial dalam mempengaruhi kinerja bank, Variabel

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

244

berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan pada penelitian ini bahwa variabel yang

dapat memprediksi kinerja adalah yang pertama adalah non finansial dengan

pengaruh positif signifikan artinya setiap perubahan pada non finansial sebesar

satu satuan maka akan mempengaruhi kinerja secara positif dan signifikan.

Pengaruh terbesar kedua adalah GCG sebesar positif dan signifikan. hal ini

menunjukan bahwa Bank sebagai industri jasa layanan yang berorientasi pada

kepercayaan masyarakat sangat bergantung dari Governance, kepatuhan terhadap

regulasi Bank agar bank memiliki kinerja yang baik. Pengaruh terbesar ketiga

adalah finansial memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Hal ini disebabkan ada

gejala hukum pertambahan yang semakin berkurang untuk bank-bank ASEAN

terutama bank dengan kepemilikan aset besar dan modal besar namun pasar yang

stagnan atau pasar yang sudah jenuh. Pada negara tertentu yang memiliki Bank

dengan modal dan aset yang besar maka jika tidak dilakukan ekspansi ke negara

lain, dapat dipastikan kinerja atau Return on Equity akan menjadi tidak optimal,

walaupun secara nominal masih lebih besar dibanding dengan yang memiliki

modal terendah dari Bank yang berada di negara lain. Disamping itu kondisi

ekonomi makro positif dan signifikan. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh

ekonomi makro terutama dari sisi inflasi dan suku bunga acuan akan menentukan

perilaku masyarakat dalam menggunakan layanan bank, jika rate suku bunga

acuan meningkat maka akan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan

simpanan ataupun pinjaman bagi pribadi maupun perusahaan, hal ini yang akan

berpengaruh terhadap kinerja bank di suatu negara. Begitu juga dengan adanya

kenaikan inflasi, maka masyarakat kebutuhan untuk melakukan pinjaman Bank

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

245

akan meningkat, sehingga akan mempengaruhi terhadap aktivitas bisnis Bank,

yang pada akhirnya akan memiliki pengaruh terhadap kinerja Bank. Hal ini

menunjukan bahwa non finansial sebagai variabel utama yang menentukan

bagaimana kinerja perbankan.

Ada perbedaan cukup signifikan terkait dengan indikator variabel

unobserved. Hasil ini memberikan kerangka kerja yang lebih jelas dan prioritas

untuk mengelola upaya-upaya fungsional mewujudkan kinerja. Beberapa

indikator variabel unobserved dikeluarkan dari model seperti dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4. 21 Hasil Perbaikan Model

Sebelum penelitian Hasil Perbaikan model

Finansial Finansial

Modal inti Modal inti

CAR Jumlah aset

Jumlah asset BOPO

NPL Jumlah fee-based income

pertumbuhan dana pihak ke tiga Pertumbuhan Kredit

Prosentase fee-based income

terhadap pendapatan Pertumbuhan Kredit

LDR

BOPO

NIM

Jumlah fee-based income

Prosentase fee-based income terhadap pendapatan)

Non finansial

Cabang) Cabang

Expansi cabang) Jumlah pegawai

Jumlah pegawai) Human capital

Human capital )

GCG

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

246

Sebelum penelitian Hasil Perbaikan model

Finansial Finansial

Inflasi

Nilai Tukar) Suku bunga

Inflasi) Nilai tukar

suku bunga)

Kinerja Kinerja

ROA) ROA

(ROE) ROE

Novelty Penelitian didukung dengan hasil pemetaan dan plotting posisi Bank

di ASEAN dalam peta persaingan industri Bank di ASEAN, agar menjadi

rekomendasi Bank dalam memperhatikan kondisi terkini dan mempertimbangkan

rekomendasi atas simulasi yang dilakukan.

4.5. Usulan Penerapan Temuan Penelitian

Hasil dari novelty dapat digunakan untuk menyusun usulan penerapan

temuan penelitian dalam upaya meningkatkan kinerja Bank yang baik, melalui

pengembangan strategi, baik strategi korporasi, strategi bisnis, maupun strategi

fungsional yang tepat didukung oleh kemampuan pihak manajemen dalam

mengembangkan bisnis Bank. Usulan penerapan temuan penelitian akan diuraikan

melalui lima aspek utama yaitu tujuan usulan penerapan temuan penelitian,

pemetaan strategi, usulan perumusan strategi, penerapan strategi serta evaluasi

dan pengendalian. Tahapan usulan penerapan temuan penelitian secara lengkap

adalah sebagai berikut :

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

247

4.5.1. Tujuan usulan Penerapan Temuan Penelitian.

. Usulan Penerapan temuan penelitian dengan optimalisasi peran

stakeholders terkait, diharapkan akan menjadi rekomendasi bagi industri

perbankan di ASEAN dalam mempersiapkandiri dalam menghadapi

implementasi ABIF dan pelaksanaan QAB pada tahun 2025.

Dari hasil estimasi model dalam penelitian ini variabel yang memiliki

pengaruh paling besar pada kondisi empirik di industri perbankan, non finansial,

finansial, penerapan GCG serta dari kondisi ekonomi makro adalah suku bunga

dan inflasi yang perannya cukup besar. Berdasarkan pada rumusan tujuan tersebut

diatas maka ditentukan rumusan usulan penerapan temuan penelitian yang

disesuaikan dengan kondisi empirik yakni dengan melakukan pemetaan strategi.

4.5.2. Pemetaan Strategi

Pemetaan strategi ditujukan untuk mencapai tujuan pemecahan masalah.

Dari masing-masing pengujian hipotesis dapat dibuat strategi untuk mencapai

tujuan pemecahan masalah. Peta strategi dari penentuan variabel solusi, kemudian

disususn operasionalisasi variabel solusi atau merinci indikator variabel solousi

sehingga menjadi dimensi dan indikator atau saran yang kongkrit.

4.5.3. Pemetaan Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan

Pemetaan Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan

Pemetaan strategi peta strategi didasarkan pada penentuan elemen kunci untuk

meningkatkan kinerja. Variabel dioperasionalisasikan berdasarkan indikator yang

dapat menjelaskan variabel laten pemetaan strategi adalah sebagai berikut:

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

248

Variabel predictor Kontribusi

Pengaruh ( %)

NonFIna 28

GCG 24

finansial 23

Makro 2,3

Pemetaan peningkatan non finansial Variabel Langkah prioritas

(variabel observed)

Pengaruh (%)

NonFIna Human capital 99

Jumlah pegawai 41

GCG

Skor self assessment 93

Rasio komisaris

independen

7

finansial

Modal inti 1

Jumlah aset 97

Jumlah fee-based income 88

Prosentase Jumlah fee-

based income

29

Makro

Suku bunga 1

Nilai Tukar 27

Suku bunga 6

Pada Pemetaan Strategi akan diusulkan 2 Strategi Utama yaitu:

1. Strategi Korporasi (Corporate Strategy)

Bank dapat melakukan penggabungan dengan merger, akusisi , Hal ini

sejalan dengan strategi korporasi terutama mengenai pilihan arah

perusahaan secara keseluruhan dan manajemen bisnis atau portofolio

produknya. Ini benar adanya apakah perusahaan itu adalah perusahaan

kecil atau multinastional Corp (MNC), (Thomas L Wheelen, 2012).

2. Strategi Bisnis (Business Strategy)

1. Strategi bersaing ( competitive strategy). Hal tersebut sesuai dengan Teori

dari strategi bisnis terdiri dari strategi bersaing dan strategi kooperatif seperti

dikemukakan Pearce & Robinson (2015).

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

249

2. Strategi Kooperatif (Cooperative Strategy) , Hal tersebut selain

mengoptimalkan sumber daya yang besar juga dapat memberikan feebase

yang akan meningkatkan keuntungan Bank sesuai dengan pendapat Gee, EP

(2000) Collaborative Strategy adalah strategi perusahaan dalam menjalankan

bisnis dengan mengoptimalkan kebersamaan dan kerjasama dengan pihak lain

yang saling menguntungkan. Sedangkan menurut Lasker, RD., Weis, ES., &

Miller, R (2001), Collaborative Strategy adalah suatu proses yang melalui

beberapa pihak yang berkepentingan untuk secara bersama-sama secara

konstruktif dalam mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi

Selanjutnya Le Roy, F., & Sanou, FH (2014) menyampaikan gabungan dua

konsep yaitu collaboration dengan competition menjadi beberapa alternatif

yang dapat dijalankan oleh perusahaan.

3. Usulan Perumusan Strategi

Pada pemetaan strategi berdasarkan hasil plotting, dengan analisa TOWS

(SWOT) masing-masing alternatif kondisi bank di ASEAN yang sudah go

public, dibuat strategi untuk masing-masing kelompok Bank dengan kategori

Bank menurut kepemilikan modal,

- Bank dengan Modal Inti > 30 T,

- Bank dengan Modal 5 T s.d. 30 T

- Bank dengan Modal 1 T s.d. 5 T.

- Bank dengan Modal < 1 T

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

250

1. Strategi Jangka Pendek, Menengah dan panjang untuk Kelompok

Bank dengan Modal Inti > 30 T.

a. Analisis SWOT (TOWS) :

Tabel 4. 22 Analisis SWOT (TOWS) untuk kelompok Bank dengan modal

Inti > 30 T

Dimensi Analisis

Threath o Pangsa pasar : Bank pesaing dengan peer yang sama merebut

pangsa pasar di ASEAN dengan ekspansi ke luar negeri

o Marketing : Bank pesaing aktif pemasaran dengan promosi yang

besar

o Teknologi : Bank pesaing yang sama besar sudah menerapkan

digital Banking

o Inovasi produk funding dan lending korporasi dan private

o Diversifikasi produk non tradisional untuk meningkatkan fee-base

Income (Sekuritas, asuransi, wealth management)

o Pembentukan holding, merger dan akusisi untuk memperbesar size

Opprotunity

o Market : Masih terbuka untuk target market di luar negeri ASEAN

o Network : Masih luas untuk membuka jaringan dan branshless

Banking

Makro Ekonomi : Inflasi dan suku bunga mendukung

Weakness

o Market dan Network : Modal dan aset yang besar menjadi kurang

efektif jika kurang ekspansi.

o Bank yang memiliki modal besar tersebut belum optimal membuka

jaringan di luar negeri.

Strenght

Finansia

o Finansial

o Permodalan : Well Capitailize, permodalan masih bisa ditambah

o Aset : Aset yang besar, membuka peluang untuk ekspansi

o Non Finansial :

o Human Capital : Kemampuan HC dan pengalaman yang sangat

baik

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

251

Dimensi Analisis

o Network/Jaringan : Memiliki kemampuan untuk dapat menambah

jaringan maupun digital Banking

o Teknologi : Kemmapuan layanan berbasis teknologi dan digital

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

b. Strategi Kelompok Bank > Rp. 30 T

1) Strategi Jangka Pendek

- Strategi peningkatan modal secara Organik

- Strategi Kooperatif

- Strategi Kerjasama Teknologi Informasi (TI) : bekerjasama

menggabungkan teknologi yang dimiliki dengan menjadi chanel

agregator atau gateway bagi chanel Bank lain.

- Strategi kerjasama wealth manajemen : mengoptimalkan potensi diluar

bisnis core Bank dapat memberikan feebase yang akan meningkatkan

keuntungan Bank.

- Kerjasama pembiayaan sindikasi dan korporasi kepada proyek-proyek

pemerintah maupun swasta yang memerlukan pembiayaan yang besar,

pada kondisi ini Bank dapat berperan menjadi Leader,

- Kerjasama pembiayaan kepada lembaga keuangan Bank dan non Bank

seperti BPR dan koperasi yang memiliki potensi dan prospek yang baik

untuk menjangkau literasi, baik chanelling maupun executing,

- Strategi pengembangan SDM hardskill maupun softskill, serta

pengembangan berbasis teknologi,

- Strategi inovasi produk funding dan lending korporasi dan Private.

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

252

2) Strategi Jangka Menengah

Strategi Korporasi :

Strategi peningkatan anorganik

Strategi Kompetitif

Strategi memperluas Market

Bank yang memiliki modal besar, dengan aset yang besar dapat

membuka jaringan baru di negara-negara yang masih memiliki potensi

dan prospek literasi Keuangan, dengan negara yang memiliki kondisi

tingkat inflasi yang tinggi dan tingkat suku bunga acuan lebih tinggi

dari negaranya,

Strategi keunggulan bersaing yang dapat dikembangkan

Low cost strategies: Strategi menekan biaya

Differentiation : Strategi Diferensiasi produk

Strategi keunggulan bersaing bidang layanan

Speed based strategies: layanan dengan cepat dan akurat

Market Focus: Pemasaran fokus pada nasabah tertentu

Diversifikasi produk non tradisional untuk meningkatkan fee-base

Income. Bank di era teknologi dan kolaborasi tidak akan sepenuhnya

mengandalkan keuntungan dari net interest margin, namun kedepannya

harus ada inovasi produk yang dapat menciptakan keuntungan, seperti

dari peningkatan feebase income dari transaksional berbasis digital,

transaksi wealth management dan transaksi produk sekuritas, asuransi.

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

253

3) Strategi Jangka Panjang

Strategi Korporasi, melakukan merger atau akuisisi kepada Bank lain yang

lebih rendah modal dan asetnya,

Pembentukan holding untuk memperbesar size

Pembentukan Holding dirasakan karena kebutuhan dengan bertambahnya

anak perusahaan berupa produk non tradisional bank,

Strategi merger, Bank sebagai leader,

Strategi Akuisisi : Melakukan akuisisi terhadap bank-bank yang memiliki

modal yang relatif lebih rendah. Kondisi Bank yang memiliki modal yang

kuat jika dengan ekspansi cabang saja tidak cukup menyentuh

optimalisasi keuntungan, maka Bank perlu melakukan strategi korporasi

dengan mengakusisi bank-bank yang kecil. Pasar juga akan diperluas

dengan pangsa pasar yang dimiliki Bank yang diakuisisi.

Tabel 4. 23 Strategi jangka pendek , jangka menengah,jangka panjang untuk

Kelompok Bank dengan Modal Inti > 30 T

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Strategi

Korporasi

Strategi

peningkatan modal

secara Organik

Strategi peningkatan

anorganik

melakukan merger

atau akuisisi

kepada Bank lain

yang lebih rendah

modal dan

asetnya.

Strategi akuisisi :

terhadap bank-bank

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

254

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

lebih rendah

pembentukan

Holding,

Strategi Bisnis

Strategi

Kompetitif

o Strategi

Pengembangan

SDM berbasis

teknologi

o Inovasi produk

funding dan

lending

korporasi dan

private

Strategi ekspansi

Market :

- Strategi

keunggulan

bersaing yang

dapat

dikembangkan

berikut ini:

- Low cost

strategies:

- Differentiation :

Strategi

keunggulan

bersaing

Speed based

strategies:

Market focus:

Diversifikasi

Strategi

Kooperatif

Strategi Kerjasama

teknologi infomrasi

(TI)

strategi

kerjasama wealth

manajemen

leader kerjasama

pembiayaan

sindikasi dan

korporasi

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

255

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

kerjasama

pembiayaan kepada

lembaga keuangan

Bank dan non Bank

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

2. Strategi Jangka Pendek, Menengah dan panjang untuk Kelompok Bank

dengan Modal Inti 5 - 30 T.

a. Analisis SWOT

Tabel 4. 24 Analisis SWOT (TOWS) untuk Kelompok Bank dengan Modal Inti

5->30 T

Dimensi Analisis

Threath o Pangsa Pasar : Bank Pesaing dengan Peer yang sama merebut

Pangsa Pasar di ASEAN dengan ekspansi ke luar negeri

o Marketing : Bank pesaing aktif pemasaran dengan promosi yang

besar

o Teknologi : Bank pesaing Peer yang samar sudah menerapkan

digital Banking

o Inovasi produk funding dan lending korporasi dan private

o Diversifikasi produk non tradisional untuk meningkatkan fee-base

Income(seperti sekuritas, wealth management, asuransi)

Bank pesaing pembentukan holding, merger dan akuisisi untuk

memperbesar size

Opprotunity

o Market : Masih terbuka untuk target market di luar negeri ASEAN

o Network : Masih luas untuk membuka jaringan

Makro Ekonomi : Inflasi dan suku bunga mendukung

Weakness

o Jaringan : Bank belum banyak yang membuka peluang jaringan di

luar negeri, karena Bank yang memiliki modal dan aset yang besar

dan lebih dari memadai menjadi kurang efektif jika ekaspansi

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

256

Dimensi Analisis

bisnis kurang.

- Teknologi : Bank masih menghemat biaya teknologi

Strenght

Finansial

n. Finansial

o. Permodalan : Well Capatilize, permodalan masih bisa ditambah

p. Aset : Aset yang besar, membuka peluang untuk ekspansi

q. Non finansial :

r. Human Capital : Kemampuan HC dan pengalaman yang sangat

baik

s. Network/Jaringan : Memiliki kemampuan untuk dapat

menambah jaringan maupun digital Banking

t. Teknologi : Kemampuan layanan berbasis teknologi dan digital

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

b. Strategi Kelompok Bank Rp. 5 T - Rp. 30 T

1) Strategi Jangka Pendek

Strategi Kompetitif

Mengemukakan beberapa sumber keunggulan bersaing yang dapat

dikembangkan berikut ini:

Low cost strategies: Strategi menekan biaya

Differentiation : Strategi Diferensiasi produk

Strategi Keunggulan bersaing bidang layanan

Speed based strategies: layanan dengan cepat dan akurat

Market Focus: Pemasaran fokus pada nasabah tertentu

2) Strategi Jangka Menengah

Meningkatkan Strategi Kooperatif

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

257

Strategi bekerjasama menggabungkan teknologi yang dimiliki

dengan Bank yang memiliki teknologi lebih baik. Optimalisasi

feebased income dari transaksi berbasis teknologi

Strategi pengembangan SDM hardskill maupun softskill, serta

pengembangan berbasis teknologi

Strategi kerjasama pembiayaan sindikasi dan korporasi

Kerjasama pembiayaan sindikasi kepada proyek-proyek pemerintah

maupun swasta yang memerlukan pembiayaan yang besar, pada

kondisi ini Bank dapat berperan menjadi Leader

Kerjasama pembiayaan kepada lembaga keuangan Bank dan non

Bank seperti BPR dan koperasi yang memiliki potensi dan prospek

yang baik untuk menjangkau literasi, baik chanelling maupun

executing

Diversifikasi produk non tradisional untuk meningkatkan fee-base

Income Bank di era teknologi dan kolaborasi tidak akan

sepenuhnya mengandalkan keuntungan dari net interest margin,

namun kedepannya harus ada inovasi produk yang dapat

menciptakan keuntungan, seperti dari peningkatan feebase income

dari transaksional berbasis digital, transaksi wealth management

dan transaksi produk sekuritas, asuransi.

3) Strategi Jangka Panjang

Strategi korporasi, peningkatan modal disetor baik organik maupun

anorganik.

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

258

Strategi merger dengan Bank yang lebih besar

Pembentukan holding, untuk memperbesar size

Tabel 4. 25 Strategi jangka pendek , jangka menengah, jangka panjang

untuk kelompok Bank dengan modal inti 5-30 T

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Strategi korporasi Strategi peningkatan

modal baik secara

organik

Strategi peningkatan

anorganik

Strategi

korporasi,

peningkatan

modal disetor

baik organik

maupun

anorganik.

Strategi merger

dengan Bank

yang lebih

besar

Strategi Bisnis

Strategi

Kompetitif

- Low cost

strategies:

- Differentiation :

Strategi uk:

Speed based

strategies:

layanan dengan

cepat dan akurat

Market Focus:

Pemasaran fokus

pada nasabah

tertentu

o Diversifikasi

produk

nontradisional

untuk

meningkatkan

fee-base Income

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

259

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Strategi

Kooperatif

- Kerjasama

teknologi

Optimalisasi

feebased income

– dari transaksi

berbasis

teknologi

- Strategi

pengembangan

SDM hardskill

maupun softskill,

serta

pengembangan

berbasis

teknologi

- Strategi

kerjasama

pembiayaan,

pemerintah

korporasi,

- Lembaga

keuangan Bank

dan non Bank

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

3. Strategi Jangka Pendek, Menengah dan panjang untuk Kelompok Bank

dengan Modal Inti Rp. 1 T – 5 T.

a. Analisis SWOT (TOWS)

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

260

Tabel 4. 26 Analisis SWOT (TOWS) untuk Kelompok Bank dengan Modal

Inti 5- 30 T

Dimensi Analisis

Threath o Pangsa pasar : Bank pesaing dengan peer yang sama merebut

pangsa pasar di ASEAN dengan ekspansi ke luar negeri

o Marketing : Bank pesaing aktif pemasaran dengan promosi

yang besar

o Teknologi : Bank pesaing peer yang samar sudah menerapkan

digital Banking

o Inovasi produk funding dan lending korporasi dan private

o Diversifikasi produk non tradisional untuk meningkatkan fee-

base Income

o Pembentukan holding, merger dan akusisi untuk memperbesar

size

Opprotunity

o Market : Masih terbuka untuk target market di luar negeri

ASEAN

o Network : Masih luas untuk membuka jaringan

Makro ekonomi : Inflasi dan suku bunga mendukung

Weakness

- Finansial :

- Modal dan aset yang kurang memadai menjadi kurang efektif

jika peluang terbuka luas.

- Likuiditas dana yang masih kurang optimal.

- Non Finansial :

- Human capital : Kemampuan dan pengalaman yang masih

kurang

- Jaringan : Kurang meningkatkan jaringan maupun digital

Banking.

Strenght

u. Kekuatan finansial

v. Laba : sangat baik

w. Biaya : lebih efisien

x. Kekuatan non finansial

y. SDM : kuantitas memadai

z. Jaringan dan Branchless non digital tersebar luas

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

261

b. Strategi Kelompok Bank Rp. 1 T - Rp. 5 T

1) Strategi Jangka Pendek

- Strategi korporasi, peningkatan modal baik secara organik

maupun anorganik.

- Strategi merger dengan Bank yang lebih besar

- Diversifikasi produk non-tradisional untuk meningkatkan fee-

base Income

2) Strategi Jangka Menengah

Strategi korporasi, peningkatan modal secara anorganik.

Strategi kooperatif

Strategi bekerjasama menggabungkan teknologi yang dimiliki

dengan Bank yang memiliki teknologi lebih baik.

Optimalisasi feebased income – dari transaksi berbasis

teknologi

Strategi pengembangan SDM hardskill maupun softskill, serta

pengembangan berbasis teknologi

Strategi kerjasama pembiayaan sindikasi dan korporasi

Kerjasama pembiayaan sindikasi kepada proyek-proyek

pemerintah maupun swasta yang memerlukan pembiayaan yang

besar, pada kondisi ini Bank dapat berperan menjadi leader,

Kerjasama pembiayaan kepada lembaga keuangan Bank dan non

Bank seperti BPR dan koperasi yang memiliki potensi dan

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

262

prospek yang baik untuk menjangkau literasi, baik chanelling

maupun executing,

3) Strategi Jangka Panjang

Strategi Korporasi, peningkatan modal dengan merger atau

penggabungan Bank.

Tabel 4. 27 Strategi korporasi, peningkatan modal dengan merger atau

penggabungan Bank

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Strategi Korporasi - Strategi

peningkatan

modal baik

secara organik

Strategi peningkatan

anorganik

- Strategi

merger

dengan Bank

yang lebih

besar

Strategi Bisnis

Strategi Kompetitif

Strategi Kooperatif - Kerjasama Teknologi

- Strategi

pengembangan

SDM hardskill

maupun softskill,

serta pengembangan

berbasis teknologi

- Strategi kerjasama

pembiayaan,

pemerintah

korporasi,

- lembaga keuangan

Bank dan non Bank

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

263

4. Strategi Jangka Pendek, Menengah dan panjang untuk Kelompok Bank

dengan Modal Inti < Rp. 1 T.

a. Analisis SWOT (TOWS)

Tabel 4. 28 Analisis SWOT (TOWS) untuk Kelompok Bank dengan Modal

Inti < Rp. 1 T.

Dimensi Analisis

Threath o Pangsa pasar : Bank pesaing dengan peer yang sama merebut

pangsa pasar di ASEAN dengan ekspansi ke luar negeri

o Marketing : Bank pesaing aktif pemasaran dengan promosi yang

besar

o Teknologi : Bank pesaing peer yang samar sudah menerapkan

digital Banking

o Inovasi produk funding dan lending korporasi dan private

o Diversifikasi produk non tradisional untuk meningkatkan fee-base

Income

o Pembentukan holding, merger dan akusisi untuk memperbesar size

Opprotunity

o Market : Masih terbuka untuk target market di luar negeri ASEAN

o Network : Masih luas untuk membuka jaringan

Makro Ekonomi : Inflasi dan suku bunga mendukung

Weakness

- Finansial

- Modal dan aset yang kurang memadai menjadi kurang

efektif jika peluang yang terbuka lebar tidak

dimanfaatkan..

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

264

Dimensi Analisis

- Likuiditas dana yang masih kurang optimal.

Non Finansial :

- Human capital : Kemampuan dan pengalaman yang masih

kurang

- Jaringan : Kurang kemampuan untuk dapat menambah

jaringan maupun digital Banking.

Strenght

aa. Finansial

bb. Laba : Tingkat ROE yang baik

cc. Biaya : Lebih efisien, karena SDM kurang

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

b. Strategi Kelompok Bank < Rp. 1 T

1) Strategi Jangka Pendek

Strategi Korporasi,

peningkatan modal disetor Organik, Peningkatan Modal Organik

berasal dari peningkatan laba ditahan.

Strategi Bisnis :

dd. Differentiation Strategy

Mendapat ancaman dari Bank pesaing di ASEAN dalam

menghadapi MEA harus mempersiapkan diri dengan beberapa strategi

bisnis antara lain peningkatan fitur produk

Peningkatan layanan dengan optimalisasi digital service

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

265

Peningkatan produk dan layanan yang customize agar lebih

fleksible dirasakan oleh nasabahnya.

Cost Leadership Strategy

Perusahaan dalam hal ini dituntut untuk memahamicCost drivers

yang terdiri dari cost of input factors, economis of scale, learning

curve effect, experience-curve effect

Cost of input factors: Biaya dana yang relatif lebih efisien

Economis of scale : Meningkatkan skala ekonomis agar layanan

kepada nasabah lebih luas

Learning curve effect : Peningkatan kemampuan human capital

agar lebih efektif dan efisien secara biayanya

Experience-curve effect : Peningkatan pengalaman agar dapat

memecahkan masalah spesifik dalam menghadapi tantangan

kebutuhan nasabah

Integration Strategy

Strategi ini merupakan kombinasi cost leadership dan differentiation

Innovation Strategy

Strategi ini merupakan kekuatan untuk menghadapi persaingan.

Dalam menghadapi persaingan global maka diperlukan strategi yang

Inovatif dari berbagai aspek :

Aspek Product : Harus dapat memberikan inovasi produk yang

memberikan layanan yang lebih baik dari pesaing.

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

266

Aspek Price : Harus dapat memberikan inovasi harga yang

terintegrasi dengan harga produk lainnya, atau di bundling dan

dipaket dengan produk inovasi lainnya. Konsep cross selling

strategy, agar dipastikan nasabah menggunakan beberapa produk

Bank sesuai kebutuhan nasabah.

Aspek people : Human capital harus diodorog untuk lebih memiki

inovasi dalam memberikan layanan maupun memikirkan kreatifitas

produknya

Aspek place : Harus memberikan jaringan layanan di jaringan

network maupun non branch yang dapa memberikan layanan

unggul dan kenyaman untuk nasabah

Aspek Promosi : Nasabah harus senantiasa diberikan edukasi

maupun informasi produk yang tepat guna, agar dapat

meningkatkan pemahaman dan bermanfaat untuk Bank agar lebih

memperluas dan memperbanyak nasabah yang loyal kepada Bank.

Promosi dapat dilakukan dengan meningkatkan strategi kooperatif

dengan melakukan kerjasama dengan komunitas-komunitas bisnis,

maupun profesi dengan sistem co-branding. Bank akan sangat

dibutuhkan oleh komunitas, dan komunitas juga membutuhkan

layanan Bank yang bersifat masal dan terprogram dan fokus kepada

layanan komunitas nya.

Entreupreneur Strategy

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

267

Strategi ini untuk menjalankan proses pembaharuan secara

konsisten, sehingga selalu dalam inovasi yang terus menerus.

Dengan demikian dalam menghadapi era integrasi ASEAN,

perbankan sebagai lembaga dibidang jasa keuangan tidak hanya

memikirkan layanan semata, namun juga harus berfikir bisnis yang

menguntungkan secara terus menerus dan harus menghindarkan

dari kerugian yang berkepnajangan yang berakhir dengan

kebangkrutan atau likuidasi. Dalam dekade terakhir banyak bank

yang mengalami kebangkrutan karena kurang memperhatikan

kewirausahaan (Entereupreneurship) yang harus dimiliki oleh

insan perbankan. Maka Bankers juga dalam mengelola perbankan

harus memiliki jiwa entreupreneurship.

Bentuk peningkatan strategi kooperatif tersebut diatas dapat

dilakukan dalam peningkatan funding dengan dana murah, dan juga

peningkatan pembiayaan (lending) dengan menjadi berpasrtisipasi

sebagai member pada kredit sindikasi atau korporasi pada

perusahaan pemerintah dan swasta yang cukup besar, dengan

leader Bank besar, Kerjasama agen brnschless Banking.

2) Strategi Jangka Menengah

Strategi Korporasi,

peningkatan modal disetor baik anorganik

Meningkatkan strategi kooperatif

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

268

Strategi bekerjasama menggabungkan teknologi yang dimiliki

dengan Bank yang memiliki teknologi lebih baik.

Optimalisasi feebased income dari transaksi berbasis teknologi

Strategi pengembangan SDM hardskill maupun softskill, serta

pengembangan berbasis teknologi

Strategi kerjasama pembiayaan sindikasi dan korporasi

Kerjasama pembiayaan sindikasi kepada proyek-proyek pemerintah

maupun swasta yang memerlukan pembiayaan yang besar, pada

kondisi ini Bank dapat berperan menjadi Leader,

Kerjasama pembiayaan kepada lembaga keuangan Bank dan non

Bank seperti BPR dan koperasi yang memiliki potensi dan prospek

yang baik untuk menjangkau literasi, baik chanelling maupun

executing.

3) Strategi Jangka Panjang

Strategi korporasi,

peningkatan modal melalui merger.

Strategi kooperatif

Strategi bekerjasama transaksi luar negeri dengan Bank asing.

Page 101: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

269

Tabel 4. 29 Strategi korporasi strategi jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang untuk kelompok Bank dengan modal inti < Rp. 1 T

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Strategi

Korporasi

Peningkatan modal organik

berasal dari peningkatan

laba ditahan

Strategi korporasi,

peningkatan modal

disetor secara

anorganik

Strategi korporasi,

peningkatan modal

melalui merger.

Strategi Bisnis

Strategi

Kompetitif

Strategi bisnis :

Differentiation strategy

Peningkatan fitur produk

Peningkatan layanan

digital service

Peningkatan produk dan

layanan yang customize

cost leadership strategy

Economis of scale

Learning curve effect :

Experience-curve effect :

Integration strategy

strategi ini merupakan

kombinasi cost

leadership dan

differentiation innovation

strategy

Aspek product :

Aspek price :

Aspek people :

Aspek place :

Aspek promosi :

.Entreupreneur strategy

Page 102: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

270

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Strategi

Kooperatif

Strategi bekerjasama

Transaksi luar negeri dengan

Bank asing.

Kerjasama agen Brnschless

Banking

Meningkatkan

strategi kooperatif

-Strategi

bekerjasama

menggabungkan

teknologi yang

dimiliki dengan

Bank yang memiliki

teknologi lebih baik.

Optimalisasi

feebased income –

Dari transaksi

berbasis teknologi

Strategi

Pengembangan

SDM Hardskill

maupun softskill,

serta

pengembangan

berbasis Teknologi

Strategi kerjasama

Ppembiayaan

sindikasi dan

korporasi

Kerjasama

pembiayaan

sindikasi kepada

proyek-proyek

pemerntah maupun

swasta yang

memerlukan

pembiayaan yang

-

Strategi Kooperatif

- Strategi kerjasama

teknologi dengan Bank

memiliki teknologi lebih

baik.

-Kerjasama Wealth

manajemen,.

-Strategi pengembangan

SDM hardskill maupun

softskill, serta

pengembangan SDM

berbasis teknologi

strategi kerjasama

pembiayaan sindikasi dan

korporasi, pemerintah,

swasta lembaga keuangan

dan non Bank

Page 103: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

271

Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

besar, pada kondisi

ini Bank dapat

berperan menjadi

Leader,

Kerjasama

Pembiayaan

kepada lembaga

keuangan Bank

dan non Bank

seperti BPR dan

koperasi yang

memiliki potensi

dan prospek yang

baik untuk

menjangkau

literasi, baik

chanelling maupun

executing,

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

4.5.4. Usulan Penerapan Strategi

Saran Tindakan Yanag

diajukan

Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan

Strategi pengembangan

Non Finansial (jumlah

SDM, Jaringanm HC

kompetensi)

Divisi human capital

Divisi operasional

Setiap 6 bulan

Strategi Pengembangan

Finansial (Modal Inti, CAR,

Aset, Pertumbuhan Kredit,

Feebase)

Divisi perencanaan

Divisi keuangan

Kantor cabang dan divisi

kredit

Sesuai dengan RBB

Page 104: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_4_1586.pdf · terlebih di era persaingan bebas serta ancaman krisis ekonomi

272

Saran Tindakan Yanag

diajukan

Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan

Kantor cabang, wealth

manajemen, divisi

tansaksional Banking

Pengembangan GCG Divisi manajemen risiko Setiap 6 bulan dilaporkan

score card ke authority

Penyeusian kondisi dengan

Ekonomi Makro

Tim ALCO Setiap terjadi perubahan

realisasi ekonomi makro

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)

4.5.5. Usulan Monitoring dan Evaluasi

Variabel penelitian Rancangan

Evaluasi

Rancangan

Pengendalian

Hasil

Non Finansial Strategi Bisnis,

Strategi Kompetitif

Human capital score

card

- Penilaian berkala

untuk Jaringan

- Survei berkala

-Human capital

berkualitas

-Jaringan yang

memadai

-Digital Banking

mumpuni

Finansial Strategi Korporasi

Strategi Kompetitif

Strategi Kooperatif

Evaluasi valuasi

Balancesore card

Kinerja meningkat

brand image

meningkat

valuasi saham

meningkat

GCG Strategi Korporasi Scorecard Valuasi saham

meningkat

Ekonomi Makro Strategi Kompetitif Tim ALMA Pricing sesuai

dengan kondisi

ekonomi makro

Sumber : Hasil Penelitian diolah (2018)