36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Lahirnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bermula pada kedatangan pasangan suami istri yang berbeda kebangsaan ke Indonesia pada tahun 1882 sebagai ambtenaar atau pengawai sipil pemerintah Hindia-Belanda. Pasangan suami istri tersebut adalah Abraham Theodorus Johanes van Emmerick (1858) dari Belanda dan Alice Cleverly (1871) dari Inggris. Peran mereka bermula dari tahun 1901 saat meletusnya gunung Kelut di Jawa Timur. Banyak warga disekitar gunung Kelud mengungsi. Ada sekitar 300 jiwa yang mengungsi sampai ke Salatiga. Awalnya mereka datang untuk singgah meminta makan dan minum, namun keterbatasan bekal dan tenaga membuat mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Keadaan tersebut, para pengungsi sangat membutuhkan tempat penampungan untuk berteduh dan beristirahat. Melihat keadaan para pengungsi, rasa kemanusiaan pasangan suami istri ini terketuk untuk memberikan bantuan. Akhirnya mereka tinggal sementara di rumah keluarga van Emmerick di Salatiga. Keterbatasan rumah keluarga van Emmerick, membuatnya meminta tanah kepada Pemerintah Hindia-Belanda. Hasilnya Pemerintah Hindia-Belanda memberikan tanah seluas 42 Ha di Jalan Raya Salatiga Kopeng Km. 4 serta bekal uang tunai fI 300. Keluarga van Emmerick yang dibantu oleh para pengungsi
29
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4922/5/T1_162010051_BAB IV.pdf · Adapun yang masuk dalam kategori ini adalah sampo, karbol,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
Lahirnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bermula pada kedatangan
pasangan suami istri yang berbeda kebangsaan ke Indonesia pada tahun 1882
sebagai ambtenaar atau pengawai sipil pemerintah Hindia-Belanda. Pasangan
suami istri tersebut adalah Abraham Theodorus Johanes van Emmerick (1858)
dari Belanda dan Alice Cleverly (1871) dari Inggris.
Peran mereka bermula dari tahun 1901 saat meletusnya gunung Kelut di
Jawa Timur. Banyak warga disekitar gunung Kelud mengungsi. Ada sekitar 300
jiwa yang mengungsi sampai ke Salatiga. Awalnya mereka datang untuk singgah
meminta makan dan minum, namun keterbatasan bekal dan tenaga membuat
mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Keadaan tersebut, para pengungsi
sangat membutuhkan tempat penampungan untuk berteduh dan beristirahat.
Melihat keadaan para pengungsi, rasa kemanusiaan pasangan suami istri ini
terketuk untuk memberikan bantuan. Akhirnya mereka tinggal sementara di
rumah keluarga van Emmerick di Salatiga.
Keterbatasan rumah keluarga van Emmerick, membuatnya meminta tanah
kepada Pemerintah Hindia-Belanda. Hasilnya Pemerintah Hindia-Belanda
memberikan tanah seluas 42 Ha di Jalan Raya Salatiga Kopeng Km. 4 serta bekal
uang tunai fI 300. Keluarga van Emmerick yang dibantu oleh para pengungsi
37
mendirikan barak-barak penampungan dan mulai menempatinya pada tanggal 14
Mei 1902. Inilah yang menjadi awal pelayanan Salib Putih.
Perkembangan Yayasan ini melalui perluasan tanah untuk menampung para
pengungsi. Semakin luasnya tanah karena adanya hibah dari seorang wedana dan
juga pembelian tanah dari masyarakat sekitar oleh keluarga van Emmerick. Tanah
ini dikelola dan dibangun berbagai saran prasarana untuk pelayanan banyak orang
yang membutuhkan,
Nama Salib Putih diberikan pada perkumpulan ini berdasarkan penemuan
marmer putih berbentuk salib. Marmer ini ditemukan ketika membuka lahan
untuk perkumpulan yaitu disebelah timur jalan raya (±30m). Oleh karena itu,
perkumpulan ini oleh keluarga van Emmerick diberi nama Witte Kruis Kolonie
(WKK).
Van Emmerick meninggal pada tanggal 9 Juli 1924. Pelayanan WKK
kemudian dilanjutkan oleh istrinya. Ketika Jepang masuk Indonesia, Cleverly
ditangkap dan dipenjarakan, sehingga tugas pelayanan diserahkan pada orang-
orang pribumi kepercayaan keluarga van Emmerick.
Ketika Indonesia merdeka, pimpinan WKK dipengang oleh pemerintah,
yang kemudian pada tahun 1948-1952 dipimpin oleh anak Emmerick yaitu
Santosa Adolt van Emmerick. Tepatnya pada tanggal 16 Januari 1952
perkumpulan ini diserahkan kepada Yayasan Amal Kristen yang berada dibawah
naungan Sinode Gereja Kristen Jawa yang diketuai oleh Ds. Basuki Probowinoto
dan namanya berubah menjadi Perkumpulan Rumah Perawatan Salib Putih.
38
Tahun 1959 diadakan transmigrasi besar-besaran ke Kalianda Lampung
karena penghuni semakin banyak dan adanya rencana pemerintah untuk
menempatkan Romusa Indonesia dari Thailand ke Salib Putih. Pada tahun 1960
sebagian rawatan diberikan tanah diarea Salib Putih yang sekarang menjadi desa
Bendosari Salatiga.
Adapun pelayanan panti-panti yang terdapat di Salib Putih adalah pelayanan
sebagai berikut:
1. Panti Asuhan (1956),
2. Panti Wredha dan Panti Karya (1960),
3. Panti Karya Taruna (PKT) (1970),
4. Balai Pengobatan atau Rumah Sakit Bantu.
Keberadaan Panti Asuhan, Panti Wredra dan Panti Karya mendapat
pengesahan dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada tanggal 19 Juli 1977
dengan surat anda pendaftaran no 376/Y/PSSM/1977. Kemudian pada 25 Febuari
1986 di daftarkan ulang dalam hal ini Menteri Sosial Republik Indonesia nomor:
066-12/KPTS/BB/II/86. Salib Putih dikukuhkan tanggal 5 April 1995 melalui
Kanwil Depsos Provinsi Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/85/95. Yayasan Sosial
Kristen Salib Putih dalam melakukan kegiatan pelayanannya melalui dasar hukum
sebagai berikut:
1. Akta Notaris No. 39 tanggal 14 Desember 1995 tentang Anggaran Dasar
Yayasan sosial Kristen Salib Putih yang diperbarui dengan Akta Notaris No.
52 tanggal 26 September 2008 sesuai Undang-Undang nomor 16 tahun 2001
39
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang no 28 tahun 2004 tentang
Yayasan.
2. Surat Ijin Operasional (SIOP) dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi
Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/2007/2010 (Yang berlaku 3 tahun dan
dilakukan perpanjangan kembali).
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai tugas pokok dan fungsi,
yaitu:
1. Mendirikan, menyelenggarakan serta memelihara panti-panti seperti Panti
Asuhan, Panti Karya dan Panti Wredha.
2. Menyelenggarakan perawatan kesehatan bagi warga rawatan dan
masyarakat umum yang diwujudkan dengan pendirian Balai Pengobatan
Salib Putih.
3. Memberikan pelayanan papan, jasmani, pendidikan dan pembinaan baik
dalam hal intelektualitas, etika moralitas, mental spiritualitas dan sosialitas
bagi warga rawatan dan masyarakat umum.
4. Mengembangkan kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang terlantar
dan atau tertinggal yang dilakukan secara cuma-Cuma.
Berkaitan dengan tujuan pokoknya, maka Yayasan Sosial Kristen Salib
Putih menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Papan dan fasilitas pendukung
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih menyediankan tempat tinggal bagi
kalayan dalam bentuk asrama untuk panti, yang terdiri dari Asrama Panti
Asuhan, Asrama Panti Wredha dan Rumah Tinggal bagi kalayan Panti
40
Karya. Tempat tinggal tersebut diberikan berbagi fasilitas seperti kebutuhan
air, listrik, komunikasi, dll.
2. Pangan dan sandang
Pangan dan sandang ini, meliputi dapur panti, bahan makanan, peralatan
makan, pakaian, dll.
3. Kesehatan
Sarana kesehatan ditunjang dengan adanya Balai Pengobatan dan peralatan
kesehatan yang tersedia.
4. Pendidikan
Sarana dan prasaranan pendidikan ini meliputi peralatan olahraga, hiburan,
halaman dan gedung, tempat ibadah, fasilitas kerohanian, dll.
5. Usaha kemandirian
Usaha mandiri meliputi kandang sapi, lahan perkebunan, bangunan untuk
produksi makanan kecil, dll.
6. Managerial
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilengkapi dengan unit pelayanan seperti
kantor, peralatan kantor, gedung, dll.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih secara historis dimiliki Gereja Kristen
Jawa (GKJ) Sinode, untuk itu struktur organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib
Putih tidak lepas dari GKJ Sinode. Struktur organisasi ini terdiri dari Bapelsin
GKJ, Pembina, Pengawas dan Pengurus, serta Staf Pelaksana yang melaksanakan
kegiatan operasional. Pelaksanaannya Yayasan ini mempunyai 4 (empat) unit
pelayanan yaitu Panti Asuhan, Panti Karya, Panti Wredha dan Balai Pengobatan.
41
Struktur organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dapat dilihat pada gambar
4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
4.1.2 Sistem Pengendalian Intern Pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
Pengelolaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih harus sehat, hal ini
ditujukan agar harta yang dimiliki dapat aman. Pentingnya keamanan harta,
menunjukan bahwa Yayasan ini memerlukan sistem pengendalian intern yang
baik.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai dua (2) sumber pendanaan
yaitu pendanaan yang berasal dari sumbangan dan pendanaan yang berasal dari
hasil usaha dalam panti atau yang biasa disebut dengan Unit Ekonomi Produktif.
Pengelolaan kedua sumber dana ini berbeda-beda baik administrasinya maupun
yang menanganinya.
BAPELSIN GKJ
PEMBINA
PENGAWAS
PENGURUS
PANTI ASUHAN PANTI KARYA PANTI WREDHA BALAI PENGOBATAN
ADM & PERSONALIA
BENDAHARA
PEMBUKUAN
RUMAH TANGGA
42
Sumber pendanaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dari sumbangan,
berasal dari dua (2) pihak yaitu sumbangan rutin dan sumbangan tidak rutin.
Berdasarkan jenisnya, sumbangan juga dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Sumbangan yang berupa uang tunai
Jumlah sumbangan ini tidak ditentukan nominalnya. Sumbangan dalam
bentuk uang tunai diberikan melalui Bendahara Pelaksana. Bendahara
Pelaksana bertugas sebagai Kasir yaitu untuk menerima dan mengeluarkan
kas. Dalam hal pembukuan, bukti transaksi yang ada akan di bukukan dan di
simpan oleh bagian Pembuku.
2. Sumbangan dalam bentuk barang atau natura.
Sumbangan dalam bentuk natura dapat diberikan melalui Bagian Rumah
Tangga maupun diberikan langsung ke Panti. Sumbangan dalam bentuk
natura ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Makanan
Natura dalam bentuk makanan yaitu sumbangan berupa bahan makanan
dan minuman. Adapun yang masuk dalam kategori natura dalam bentuk
makanan ini adalah makanan dus, beras, gula pasir, minyak goreng, mie,