Page 1
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Diskripsi Pra Siklus
Berdasarkan hasil penelitian siswa kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo
pada semester II tahun 2013/2014, pembelajaran tematik tidak pernah dilakukan.
Pembelajaran yang dilakukan berdasarkan mata pelajaran yaitu mata pelajaran
IPS, IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, SBK, PKn, dan Muatan Lokal.
Desain pembelajaran menggunakan pendekatan scientific tidak pernah
dirancang. Pendekatan scientific adalah desain pembelajaran yang menekankan
pembelajaran berpusat pada siswa, dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Aktivitas siswa
yang ada di kelas IV siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan kemudian
siswa mengerjakan soal latihan atau mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
Aktifitas siswa dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan melakukan
diskusi kelompok tidak pernah dilakukan. Hal itu dikarenakan guru tidak pernah
membuat RPP dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga
pembelajaran yang dilakukan guru tidak terencana.
Dalam pembelajaran perlu adanya pengukuran untuk melihat apakah
pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Pengukuran tersebut masih
berbentuk angka, untuk itu perlu dilakukan asesmen untuk mengolah angka
tersebut menjadi penilaian. Hasil penilaian inilah yang merupakan hasil belajar.
Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengukuran baik tes
maupun non tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui apakah siswa sudah
mencapai tingkat kelulusan yang ditentukan. Hasil belajar yang ada di kelas IV
SDN 1 Reco Kertek Wonosobo hanya diperoleh dari tes saja baik itu ulangan
harian, tes tengah semester, dan tes akhir semester. Untuk mengetahui ketuntasan
hasil belajar maka digunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni ≥ 90.
Distribusi hasil belajar pada pra siklus secara rinci dapat disajikan dalam tabel 4.1.
Page 2
46
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Belajar IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, PKn,
SBK, dan Muatan lokal Pada Pra Siklus
Skor Frekuensi Persentase (%)
20-29 2 6,89
30-39 18 62,06
40-49 9 31,03
Jumlah 29 100
Sumber: Data Primer
Tabel 4.1 tentang distribusi hasil belajar IPA, IPS, Matematika, Bahasa
Indonesia, PKn, SBK, dan Muatan lokal pada pra siklus nampak bahwa skor
maksimal yang dicapai oleh siswa yaitu 44,6 berada antara skor 40-49. Sedangkan
skor minimal dicapai oleh siswa berada antara skor 20-29 yaitu 28,88 dengan
skor rata-rata 37,23. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 20-29 ada
2 siswa atau 6,89%. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 30-39 ada
18 siswa atau 62,06%. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 40-49
ada 9 siswa atau 31,03%. Distribuisi skor hasil belajar IPA, IPS, Matematika,
Bahasa Indonesia, PKn, SBK, dan Muatan lokal Pra Siklusjuga dapat disajikan
lebih jelas dengan menggunakan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.1.
Sumber: Data Primer
Gambar 4.1
Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA, IPS, Matematika,
Bahasa Indonesia, PKn, SBK, dan Muatan lokal Pra Siklus
0
5
10
15
20
20-29 30-39 40-49
Jum
lah
Sis
wa
Skor
Page 3
47
Gambar 4.1 tentang grafik batang distribusi hasil belajar pra siklus nampak
bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 18 dari 29 siswa yaitu sebesar
62,06% pada interval skor 30-39. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya
diperoleh siswa sebanyak 2 dari 29 siswa yaitu sebesar 6,89% pada interval skor
40-49. Dari gambar 4.1 tersebut nampak bahwa ketuntasan belajar tidak tercapai
pada seorang siswa atau siswa yang tidak tuntas mencapai 100% yakni 29 siswa.
Hal itu didukung oleh skor maksimal yang diperoleh siswa sebesar 44,6 dan skor
minimalnya sebesar 28,8 dengan skor rata-rata 37,23.
4.1.2 Diskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan tindakan siklus I di kelas IV SD Negeri 1 Reco
Kertek Wonosobo disusun perangkat pembelajaran dengan tema keanekaragaman
hewan dan tumbuhan dengan sub tema kelangkaan burung cenderawasih. RPP
dirancang untuk 2 kali pertemuan.
Kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran tematik ini meliputi mata
pelajaran Matematika dengan KD 3.7 Menentukan hasil operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan desimal. Dan KD 4.2 Menyatakan pecahan ke bentuk
desimal dan persen. Untuk mata pelajaran IPA dengan KD 3.7 Mendeskripsikan
hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat. Dan KD 4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan
pemanfaatannya oleh masyarakat. Dan KD 4.7 Menyajikan laporan hasil
pengamatan tentang teknologi yang digunakan di kehidupan sehari-hari serta
kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi
tersebut. Mata pelajaran IPS dengan KD 3.5 Memahami manusia dalam dinamika
interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Dan KD 4.5
Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial,
budaya, dan ekonomi. Secara rinci integrasi antar KD dengan tema
keanekaragaman hewan dan tumbuhan sub tema kelangkaan burung cenderawasih
dapat disajikan melalui gambar 4.2 di bawah ini.
Page 4
48
Gambar 4.2
Jaring-jaring Tema Kelangkaan Burung Cenderawasih Silkus 1
Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar
observasi untuk mengamati pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama proses
pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan scientific. Materi
pembelajaran dengan judul indahnya cenderawasih disajikan melalui (lampiran 1),
kisi-kisi penilaian (lampiran 5), butir soal evaluasi (lampiran 4), dan rubrik
penilaian kinerja (lampiran 3). Media gambar jenis-jenis burung Cenderawasih
(lampiran 1), dan tabel jenis-jenis makanan burung cenderawasih (Lampiran 2).
2. Implementasi Tindakan dan Observasi
Implementasi tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 Maret
2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan
yaitu:
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.7 Menentukan hasil
operasi penjumlahan
dan pengurangan
bilangan desimal
4.2 Menyatakan pecahan ke
bentuk desimal dan
persen
Kelangkaan
Burung
Cenderawasih
IPA
Kompetensi Dasar:
3.7 Mendeskripsikan
hubungan antara
sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat
4.6 Menyajikan laporan
tentang sumberdaya
alam dan
pemanfaatannya oleh
masyarakat
4.7 Menyajikan laporan
hasil pengamatan
tentang teknologi
yang digunakan di
kehidupan sehari-hari
serta kemudahan yang
diperoleh oleh
masyarakat dengan
memanfaatkan
teknologi tersebut
IPS
Kompetensi Dasar:
3.5 Memahami manusia dalam
dinamika interaksi dengan
lingkungan alam, sosial,
budaya, dan ekonomi
4.5 Menceritakan manusia
dalam dinamika interaksi
dengan lingkungan alam,
sosial, budaya, dan ekonomi
Page 5
49
Pertemuan 1
Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan selamat siang
kepada guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan
masing-masing, siswa bernyanyi “burung cenderawasih” bersama guru, siswa
menyimak informasi tentang tema dan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
Serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific.
Dalam kegiatan inti siswa membentuk kelompok dengan masing-masing
kelompok beranggotakan 5 orang. Kemudian guru membagikan materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya siswa
menyimak gambar dan teks tentang interaksi antara burung cenderawasih dengan
kegiatan manusia. Selanjutnya siswa menanya tentang kelangkaan burung
cenderawasih dan hubungannya dengan kegiatan manusia. Pada saat itu pula guru
melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja siswa
ketika siswa dapat menanya. Siswa menganalisis hubungan kelangkaan burung
cenderawasih dan kegiatan manusia berdasarkan teks indahnya cenderawasih
secara berkelompok. Dari hasil analisis siswa berupaya untuk mendiskripsikan
hubungan antara kelangkaan burung cenderawasih dan kegiatan manusia dengan
mengerjakan lembar kerja siswa.
Saat mengakhiri pembelajaran siswa bersama guru membuat penegasan
hasil diskripsi hubungan antara kelangkaan burung cenderawasih dan kegiatan
manusia. Siswa mengucapkan selamat siang kepada guru untuk mengakhiri
pembelajaran pada pertemuan pertama, kemudian berdoa.
Pertemuan 2
Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian
siswa bersama-sama dengan guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing
masing. Sebagian siswa mengungkapkan kembali diskripsi hubungan antara
kelangkaan burung cenderawasih dan kegiatan manusia. Siswa menyimak tujuan
dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan saat ini.
Kegiatan inti siswa duduk secara berkelompok sesuai dengan pertemuan
sebelumnya. Kemudian siswa menelaah tabel hasil penelitian tentang jenis
Page 6
50
makanan kesukaan burung cenderawasih. Kemudian siswa menganalisis jenis
makanan yang dimakan burung cenderawasih berdasarkan perhitungan
penjumlahan dan pengurangan dengan mengerjakan lember kerja siswa.
Selanjutnya siswa diskusi kelompok untuk mengevaluasi hubungan kelangkaan
cenderawasih dengan makanan yang tersedia di alam. Setelah itu secara
bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitiannya dan siswa dari
kelompok lain memberikan tanggapan. Bersama guru, siswa menegaskan kembali
hubungan kelangkaan burung cenderawasih dan jenis makanan.
Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif tema
keanekaragaman hewan dan tumbuhan sub tema kelangkaan burung
cenderawasih. Untuk mengakhiri proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk
berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi
terhadap langkah-langkah pendekatan scientific. Obeserver yang menjadi
pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah teman sejawat.
Lembar observasi implementasi tindakan pendekatan scientific sub tema
Kelangkaan Burung Cenderawasih terdri dari 31 butir.
3. Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 ini maka
selanjutnya diadakan refleksi. Refleksi dilakukan antara observer, guru kelas dan
peneliti tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi
terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana.
Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran sub tema kelangkaan
burung cenderawasih pada siklus 1 dengan menggunakan pendekatan scientific
memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Ada peningkatan ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran
dengan pendekatan scientific.
2. Walaupun guru barusaja menerapkan pembelajaran tematik dengan
pendekatan scientific, nampak proses pembelajaran berjalan sesuai dengan
RPP yang telah disiapkan.
Page 7
51
3. Siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran tematik yang
menggunakan pendekatan scientific.
4. Siswa nampak melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran tematik
dengan pendekatan scientific.
Di sisi lain, melalui pembelajaran tematik pada siklus 1 menunjukkan ada
beberapa kelemahan yaitu:
1. Dalam pembentukan kelompok memerlukan waktu yang agak lama.
Solusinya guru membantu proses pembentukan kelompok.
2. Belum setiap siswa dapat menanya pembelajaran tematik melalui
pendekatan scientific, solusinya guru memberikan pancingan atau
rangsangan kepada siswa.
3. Pelaksanaan penilaian proses belum terlalu optimal, karena guru juga
sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi kelompok.
4. Belum semua siswa dapat menanggapi setiap hasil presentasi kelompok
lain. Solusinya dengan memberikan reward kepada siswa yang dapat
menanggapi.
Hasil belajar tema kelangkaan burung cenderawasih siklus 1 secara rinci
dapat disajikan melalui tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Distribusi Hasil Belajar Tematik Kelangkaan Burung Cenderawasih Siklus 1
Skor Frekuensi Persentase (%)
40-49 1 3,44
50-59 1 3,44
60-69 1 3,44
70-79 9 31,03
80-89 5 17,24
≥ 90 12 41,38
Jumlah 29 100
Sumber: Data Primer
Page 8
52
Tabel 4.2 distribusi hasil belajar Kelangkaan Burung Cenderawasih pada
siklus 1 nampak bahwa besarnya skor maksimal yang dicapai oleh siswa berada
pada skor ≥ 90 yakni 97,5, sedangkan skor minimal yang dicapai oleh siswa
berada pada antara skor 40-49 yakni 43,5, adapun skor rata-rata mencapai 82,41.
Siswa yang memperoleh skor pada interval 40-49, 50-59, dan 60,-69 masing-
masing interval ada 1 siswa atau sebesar 3,44%. Siswa yang memperoleh skor
pada interval 70-79 ada 9 siswa atau 31,03%. Siswa yang memperoleh skor pada
interval 80-89 ada 5 siswa atau sebesar 17,24%. Dan siswa yang memperoleh skor
≥ 90 ada 12 siswa atau 41,38%. Distribuisi hasil belajar pada siklus 1 secara rinci
dapat disajikan lebih jelas dengan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.3.
Sumber: Data Primer
Gambar 4.3
Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar Tematik
Kelangkaan Burung Cenderawasih Siklus 1
Gambar 4.3 tentang grafik batang distribusi hasil belajar tematik
Kelangkaan Burung Cenderawasih pada siklus 1. Nampak bahwa batang tertinggi
diperoleh siswa sebanyak 11 dari 29 siswa yaitu sebesar 37,93% pada skor ≥ 90.
Sedangkan batang yang terendah diperoleh siswa sebanyak 1 dari 29 siswa
(3,44%) pada interval skor 40-49, 50-59 dan 60- 69.
0
2
4
6
8
10
12
14
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 ≥90
Jum
lah
Sis
wa
Skor
Page 9
53
Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar,
untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM sebesar ≥ 90. Secara rinci
distribusi ketuntasan belajar tematik kelangkaan burung cenderawasih pada siklus
1 siswa kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo dapat disajaikan melalui tabel
4.3.
Tabel 4.3
Distribusi Ketuntasan Belajar Tematik Kelangkaan
Burung Cenderawasih Siklus 1
No Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)
1 ≥ 90 Tuntas 12 41,38
2 < 90 Tidak tuntas 17 58,62
Jumlah 29 100
Sumber: Data Primer
Tabel 4.3 distribusi ketuntasan belajar tematik kelangkaan burung
cenderawasih pada siklus 1, nampak bahwa pada siklus 1 terdapat 17 siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥90 atau sebesar 58,62% dan
yang sudah tuntas dengan KKM ≥90 ada 12 siswa atau sebesar 41,38%.
Ketuntasan belajar siswa juga dapat digambarkan dengan diagram lingkaran
seperti disajikan melalui gambar 4.4.
Sumber: Data Primer
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Tematik
Kelangkaan Burung Cenderawasih Siklus 1
41,38%
58,62%
Tuntas
Tidak Tuntas
Page 10
54
Gambar 4.4 diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar tematik
Kelangkaan Burung Cenderawasih Siklus 1. Nampak bahwa ketidaktuntasan
mencapai 58, 62% ditunjukkan oleh warna merah dan ketuntasan mencapai
41,38% ditunjukan oleh warna biru pada gambar diagram lingkaran. Hasil belajar
siswa pada siklus 1 diperoleh dari total 50% skor tes dan 50% skor non tes.
4.1.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 2
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan tindakan siklus II di kelas IV SD Negeri 1 Reco
Kertek Wonosobo disusun perangkat pembelajaran dengan tema keanekaragaman
hewan dan tumbuhan, sub tema hewan-hewan langka. RPP dirancang untuk 2 kali
pertemuan.
Kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran tematik ini meliputi mata
pelajaran Matematika dengan KD 3.7 Menentukan hasil operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan desimal. Dan KD 4.2 Menyatakan pecahan ke bentuk
desimal dan persen. Untuk mata pelajaran IPA dengan KD 3.7 Mendeskripsikan
hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat. Dan KD 4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan
pemanfaatannya oleh masyarakat. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
KD 3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan
sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan
dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. Dan KD 4.4 Menyajikan
teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri
dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku. Secara rinci integrasi antar KD dengan tema keanekaragaman
hewan dan tumbuhan sub tema hewan–hewan langka dapat disajikan melalui
gambar 4.5 di bawah ini.
Page 11
55
Gambar 4.5
Jaring-jaring Tematik Hewan-hewan Langka Siklus 2
Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar
observasi untuk mengamati pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama proses
pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan scientific. Materi
pembelajaran dengan judul “perburuan liar ancam macan tutul di ujung kulon”
disajikan melalui (lampiran 2), kisi-kisi penilaian (lampiran 7), butir soal evaluasi
(lampiran 6), dan rubrik penilaian kinerja (lampiran 5). Media gambar hewan-
hewan langka (lampiran 1), berita bergambar (lampiran 4), dan tabel luas kandang
hewan di kebun binatang sehat ceria (lampiran 3).
2. Implementasi Tindakan dan Observasi
Implementasi tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 27 - 28 Maret
2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan.
Matematika Kompetensi Dasar:
3.7 Menentukan operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal
4.2 Menyatakan pecahan ke bentuk
desimal dan persen
IPA Kompetensi Dasar:
3.7 Mendeskrpisikan hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
4.6 Menyajikan laporan tentang
sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh
masyarakat
Hewan Langka
Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar:
3.4 Menggali informasi dari teks
cerita petualangan tentang
lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.4 Menyajikan teks cerita
petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara
mandiri dalam teks bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata
baku
Page 12
56
Pertemuan 1
Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan salam kepada
guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing-
masing, siswa bernyanyi “dari sabang sampai merauke” bersama guru, siswa
menyimak informasi tentang tema dan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
Serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific.
Dalam kegiatan inti siswa duduk dengan kelompok masing-masing sesuai
pertemuan pada siklus 1. Kemudian siswa mengamati gambar hewan langka dan
tidak langka. Setelah itu siswa membuat pertanyaa tentang hewan langka dan
tidak langka, setiap pertanyaan disampaikan kepada guru. Secara bersama-sama
guru dan siswa membuat jawaban atas pertanyaan yang dibuat siswa. Kemudian
siswa mengelompokkan gambar hewan langka dan tidak langka. Saat itu pula
guru memetulkan jawaban siswa yang kurang tepat saat membedakan hewan
langka dan tidak langka. Setelah itu siswa menganalisis teks tentang perburuan
macan tutul di ujung kulon, kemudian siswa menceritakan kembali menggunakan
kata-kata sendiri teks perburuan macan tutul di ujung kulon dengan mengerjakan
lember kerja siswa. Kemudian siswa menganalisis berita tentang harimau,
orangutan, merak jawa, dan komodo. Saat itu pula siswa mencari informasi
penting dari berita tentang harimau, orangutan, merak jawa, dan komodo
kemudian menuliskannya menggunakan kata-kata sendiri.
Kegiatan penutup siswa bersama guru membuat penegasan tentang
informasi penting dari berita tentang harimau, orangutan, merak jawa, dan
komodo yang ditulis siswa. Dan doa penutup.
Pertemuan 2
Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian
siswa bersama guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Siswa
mengungkapkan kembali tentang informasi penting dari berita tentang harimau,
orangutan, merak jawa, dan komodo yang di tulis siswa pada pertemuan 1. Siswa
menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan saat
ini.
Page 13
57
Pada kegiatan inti siswa menelaah tabel luas kandang hewan kemudian
menganalisis tabel luas kandang hewan berdasarkan perhitungan penjumlahan dan
pengurangan dengan mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah selesai
menganalisis tabel luas kandang hewan di kebun binatang sehat ceria siswa
melakukan diskusi kelompok untuk menyebutkan 2 kosakata baru yang baru
mereka ketahui. Siswa dengan bantuan guru mencari tahu makna dari kosa kata
yang baru mereka ketahui kemudian membuat kalimat dengan kata-kata sendiri.
Siswa melakukan diskusi kelas, secara bergantian setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Siswa lain memberikan tanggapan atas hasil
presentasi kelompok yang presentasi. Siswa membuat kesimpulan bersama.
Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif tema
keanekaragaman hewan dan tumbuhan dengan sub tema hewan-hewan langka.
Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi tentang proses pembelajaran
tematik tema keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang telah dilakukan. Untuk
menutup proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut
kepercayaan masing-masing.
Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi
terhadap langkah-langkah pendekatan scientific. Obeserver yang menjadi
pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah teman sejawat.
Lembar observasi implementasi tindakan pendekatan scientific sub tema hewan-
hewan langka yang terdri dari 31 butir.
3. Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 ini maka
selanjutnya diadakan refleksi. Refleksi dilakukan antara observer, guru kelas dan
peneliti tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi
terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana.
Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran sub tema hewan-
hewan langka pada siklus 2 dengan menggunakan pendekatan scientific memiliki
kelebihan sebagai berikut:
Page 14
58
1. Guru sudah bisa merangsang siswa untuk menanya dengan strategi
yang dilakukan.
2. Proses pembelajaran sudah sesuai dengan rancangan yang telah di
rencanakan.
3. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan scientific.
4. Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup. Karena guru tidak
mendominasi pembelajaran secara keseluruhan.
5. Siswa sudah mampu menyampaikan pendapat, ini menunjukan bahwa
keberanian siswa sudah tumbuh, meskipun belum maksimal.
Di sisi lain pelaksanaan pembelajaran tematik pada siklus 2 ada beberapa
kelemahan yaitu:
1. Siswa masih belum bisa tertip saat guru memberikan bimbingan.
2. Siswa kurang tertarik dengan reward yang diberikan guru sehingga
mereka kurang tertarik untuk menaggapi hasil presentasi kelompok.
Guru memberikan reward yang lebih menarik bagi siswa yaitu dengan
memberikan pensil.
3. Guru kurang bisa memenejemen waktu, terbukti waktu yang
dialokasikan dalam pembelajaran masih kurang.
Hasil belajar tema hewan-hewan langka siklus 2 secara rinci dapat disajikan
melalui tabel 4.4.
Tabel 4.4
Distribusi Hasil Belajar Tematik Hewan-hewan Langka Siklus 2
Skor Frekuensi Persentase (%)
70-79 1 3,44828
80-89 2 6,89655
≥ 90 26 89,6552
Jumlah 29 100
Sumber: Data Primer
Page 15
59
Tebel 4.4 distribusi hasil belajar tematik Hewan-hewan Langka Siklus 2 di
halaman 58 nampak bahwa besarnya skor maksimal yang dicapai oleh siswa
berada pada skor ≥ 90 yakni 97,5, sedangkan skor minimal yang dicapai oleh
siswa berada pada antara skor 70-79 yakni 77. adapun rata-rata skor mencapai
92,26. Siswa yang memperoleh skor pada interval 70-79 ada 1 dari 29 siswa atau
3,44%. Siswa yang memperoleh sekor pada interval 80-89 ada 2 dari 29 siswa
atau 6,89%. Dan siswa yang memperoleh skor ≥ 90 ada 26 dari 29 siswa atau
89,65%. Distribuisi skor hasil belajar juga dapat disajikan lebih jelas dengan
menggunakan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.6.
Sumber: Data Primer
Gambar 4.6
Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar Temaik Hewan-hewan Langka Siklus
2
Gambar 4.6 tentang grafik batang distribusi hasil belajar tematik hewan-
hewan langka pada siklus 2. Nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa
sebanyak 26 dari 29 siswa 89,66% pada interval skor ≥ 90. Sedangkan batang
yang terendah jumlahnya diperoleh sebanyak 1 dari 29 siswa (3,45%) pada
interval skor 70-79.
02468
1012141618202224262830
70-79 80-89 ≥ 90
Jum
lah
Sis
wa
Skor
Page 16
60
Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar,
untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM sebesar ≥ 90. Secara rinci
ketuntasan belajar tema keanekaragaman hewan dan tumbuhan siklus 2 siswa
kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo dapat disajaikan melalui tabel 4.5.
Tabel 4.5
Distribusi Ketuntasan Belajar Temaik Hewan-hewan Langka Pada Siklus 2
Skor Kriteria Fekuensi Persen (%)
≥ 90 Tuntas 26 89,66
< 90 Tidak tuntas 3 10,34
Jumlah 29 100
Sumber: Data Primer
Tabel 4.5 distribusi ketuntasan belajar tematik hewan-hewan langka diatas.
Nampak bahwa pada siklus 2 masih ada 3 dari 29 siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar dengan KKM ≥90 atau 10,34% dan yang sudah tuntas dengan
KKM ≥90 ada 26 dari 29 siswa atau 89,66%. Distribusi ketuntasan belajar siswa
juga dapat digambarkan dengan diagram lingkaran seperti disajikan melalui
gambar 4.7.
Sumber: Data Primer
Gambar 4.7
Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar
Temaik Hewan-hewan Langka Siklus 2
89,66%
10,34%
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
Page 17
61
Gambar 4.7 diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar tematik Hewan-
hewan Langka Siklus 2. Nampak bahwa ketidaktuntasan 10,34% ditunjukan oleh
warna merah dan ketuntasan 89,66% ditunjukan oleh warna biru pada gambar
diagram lingkaran. Hasil belajar siswa pada siklus 2 diperoleh dari total 50% dari
skor tes dan 50% dari skor non tes.
4.1.4 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 3
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan tindakan siklus 3 di kelas IV SD Negeri 1 Reco
Wonosobo disusun perangkat pembelajaran yang dirancang untuk dua kali
pertemuan dengan tema keanekaragaman hewan dan tumbuhan, sub tema
pelestarian pohon pinus.
Kompetensi Dasar (KD) dalam pembelajaran tematik ini meliputi mata
pelajaran PPKn dengan KD 3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga
dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan masyarakat. Dan KD 4.2
Melaksanakan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah, sekolah dan
masyarakat. Untuk mata pelajaran Matematika dengan KD 3.7 Menentukan hasil
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal. Dan KD 4.2
Menyatakan pecahan ke bentukdesimal dan persen. Secara rinci integrasi antar
KD dengan tema keanekaragaman hewan dan tumbuhan sub tema pelestarian
pohon pinus dapat disajikan melalui gambar 4.8 di bawah ini.
Gambar 4.8
Jaring-jaring Tematik Pelestarian Pohon Pinus Siklus 3
Pelestarian Pohon
Pinus
PPKn
3.2 Memahami hak dan kewajiban
sebagai warga dalam kehidupan
sehari-hari di rumah, sekolah dan
masyarakat
4.2 Melaksanakan kewajiban sebagai
warga di lingkungan rumah,
sekolah dan masyarakat
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.7 Menentukan hasil operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal
4.2 Menyatakan pecahan ke bentukdesimal dan persen
Page 18
62
Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar
observasi untuk mengamati pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama proses
pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan scientific. Materi
pembelajaran dengan judul “manfaat pohon pinus” disajikan melalui (lampiran 2),
kisi-kisi penilaian (lampiran 5), butir soal evaluasi (lampiran 4), dan rubrik
penilaian kinerja (lampiran 3), dantabel ukuran kertas (lampiran 1).
2. Implementasi Tindakan dan Observasi
Implementasi tindakan siklus 3 dilaksanakan pada tanggal 10 - 11 April
2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan
yaitu:
Pertemuan 1
Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan salam kepada
guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing-
masing, siswa bernyanyi “desaku” bersama guru, siswa menyimak informasi
tentang tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific.
Pada kegiatan inti siswa membentuk kelompok sesuai dengan anggota
kelompok pertemuan sebelumnya. Siswa mengamati teks bacaan tentang pohon
pinus. Setelah itu siswa menanya manfaat tumbuhan pinus untuk kehidupan
manusia serta kelangkaan pohon pinus terkait dengan pemanfaattannya, pada saat
itu pula guru melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian
kinerja siswa. Setelah itu siswa menganalisis teks bacaan tentang pohon pinus.
Kemudian siswa mendiskripsikan kewajiban warga negara terhadap kelestarian
pohon pinus.
Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bersama guru membuat penegasan
hasil diskripsi tentang kewajiban warga negara terhadap kelestarian pohon pinus
dan mengakhiri pembelajaran dengan doa.
Page 19
63
Pertemuan 2
Kegiatan awal siswa mengucapkan salam kepada guru, kemudian guru
mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Siswa
mengungkapkan kembali diskripsi tentang kewajiban warga negara terhadap
kelestarian pohon pinus. Siswa menyimak informasi tujuan pembelajaran yang
akan dicapai dan langkah-lanhkah pembelajaran yang akan dilakukan pada
pertemuan saat ini.
Kegiatan inti siswa duduk sesuai dengan kelompok pada pertemuan
sebelumnya. Siswa menelaah tabel ukuran kertas sambil mendengarkan
penjelasan guru. Kemudian siswa menganalisis ukuran kertas berdasarkan operasi
penjumlahan dan pengurangan serta menghitung keliling kertas dalam berbagai
ukuran kertas dengan mengerjakan lembar kerja siswa. Kemudian siswa
berdiskusi kelompok dengan menggali informasi dari teks untuk menemukan
contoh-contoh kewajiban sebagai warga terhadap kelestarian pohon pinus terkait
penggunaan kertas. Setelah melakukan diskusi kelompok siswa melakukan
diskusi kelas. Setiap kelompok bergantian mempresentasikan hasil diskusinya.
Kelompok lain memberikan tanggapan atas hasil presentasi kelompok lain.
Setelah berdiskusi kelas siswa membuat kesimpulan bersama guru.
Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif tema
keanekaragaman hewan dan tumbuhan dengan sub tema kelestarian pohon pinus.
Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi tentang proses pembelajaran
tematik tema keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang telah dilakukan. Untuk
menutup proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut
kepercayaan masing-masing.
Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi
terhadap langkah-langkah pendekatan scientific. Obeserver yang menjadi
pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah teman sejawat.
Lembar observasi implementasi tindakan pendekatan scientific dengan sub tema
kelestarian pohon pinus terdiri dari 31 butir.
Page 20
64
3. Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 3 ini maka
selanjutnya diadakan refleksi. Refleksi dilakukan antara observer, guru kelas, dan
peneliti tentang hasil observasi tiap implementasi tindakan. Sedangkan refleksi
terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan analisis statistik sederhana. Hasil
diskusi menunjukkan bahwa secara keseluruhan pada siklus 3 ini proses
pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.
Semua kegiatan sudah dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan baik meskipun
masih ada sedikit kekurangan pada proses diskusi kelasnya dalam pembelajaran.
Di sisi lain pelaksanaan pembelajaran tematik pada siklus 3 menunjukkan ada
beberapa kelemahan yaitu:
1. Berdasarkan hasil peengamatan sampai siklus 3 ini masih ada 7 siswa yang
belum mau mengutarakan pendapatnya pada saat diskusi kelas.
Hasil belajar pada siklus 3 menunjukkan besarnya skor maksimal adalah
100 dan skor minimal sebesar 88. Adapun rata-rata skor mencapai 96.24. Siswa
yang memperoleh skor pada interval 80-89 ada 1 dari 29 siswa atau 3,44%. Siswa
yang memperoleh skor ≥ 90 ada 28 dari 29 siswa atau 96,56%.
Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar,
untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM sebesar ≥ 90. Secara rinci
ketuntasan belajar tematik tema keanekaragaman hewan dan tumbuhan siswa
kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo disajaikan di tabel 4.6.
Tabel 4.6
Distribusi Ketuntasan Belajar Tematik
Pelestarian Pohon Pinus Siklus 3
Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)
≥ 90 Tuntas 28 96,55
< 90 Tidak tuntas 1 3,45
Jumlah 29 100,00
Sumber: Data Primer
Page 21
65
Tabel 4.5 distribusi ketuntasan belajar tematik Pelestarian Pohon Pinus
Siklus 3. Nampak bahwa pada siklus 3 masih ada 1 siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar dengan KKM ≥90 atau 3,44% dan yang sudah tuntas dengan
KKM ≥90 ada 28 siswa atu 96,55%. Ketuntasan belajar siswa juga dapat
digambarkan dengan diagram lingkaran seperti disajikan melalui gambar 4.9.
Sumber: Data Primer
Gambar 4.9
Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Tematik
Pelestarian Pohon Pinus Siklus 3
Gambar 4.9 diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar tematik
Pelestarian Pohon Pinus Siklus 3 diatas menunjukkan ketuntasan belajar siklus 3
mencapai 96,55% dan ketidaktuntasan pada siklus 3 mencapai 3,45%.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pada siklus 3 ini sudah mencapai
indikator ketercapaian kinerja pada penelitian ini.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil belajar siswa di kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo pada pra
siklus menunjukkan bahwa belum ada satupun siswa dari 29 yang mampu
mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 90 atau
100% tidak tuntas. Hal itu nampak pada skor maksimal yang dicapai siswa baru
mencapai 44,6 dan skor minimal mencapai 28,88 dengan rata-rata skor baru
mencapai 37,23. Keadaan ini dikarenakan hasil belajar di kelas IV baru diukur
dari tes tertulis saja sedangkan unjuk kerja siswa tidak diukur. Padahal menurut
96,55%
3,45%
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
Page 22
66
Poerwadarminta, (1984) menyatakan hasil belajar adalah perubahan pada diri
sendiri dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahan sikap dan tingkah
laku, keterampilan dan kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain
yang ada pada diri individu yang belajar. Pendapat lain dikemukakan oleh
Benjamin S. Bloom dkk (taksonomi bloom, 1956) yang membagi tujuan
pembelajaran menjadi 3 domain yaitu kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan
psikomotor (ketrampilan). Penilaian kognitif dapat dilakukan dengan tes yang
dapat berupa tes tertulis, akan tetapi penilaian afektif dan psikomotor tidak dapat
dilakukan dengan penilaian tes tertulis. Untuk mengetahui hasil belajar maka
diperlukan pengukuran. Pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk
(2012: 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-
angka pada suatu gejala atau peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan
penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu
Alen dan Yen (dalam Wardani Naniek Sulistya dkk ,2012:48). Penilaian hasil
belajar dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Tes adalah alat ukur indikator
atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga
hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani
Naniek Sulistya 2012: 142). Teknik non tes berisi tentang pertanyaan atau
pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes dapat
berbentuk kuesioner atau inventori (Wardani Naniek Sulistya, dkk 2012:73).
Namun pada kenyataannya pada kondisi pra siklus guru baru menilai hasil
belajar siswa melalui tes saja, sedangkan unjuk kerja siswa tidak di nilai sebagai
hasil belajar. Hal itu menunjukkan bahwa guru baru mengukur dari kognitifnya
(intelektual) saja, sedangkan afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan) belum
diukur sebagai penilaian hasil belajar.
Asesmen pada semua siklus dilakukan dengan tes dan unjuk kerja yang di
analisis menggunakan statistik sederhana melalui penjumlahan dan presentase.
Siswa dianggap sudah tuntas apabila siswa mampu mencapai KKM ≥ 90, dan jika
siswa tidak mampu mencapai KKM ≥ 90 maka dianggap tidak tuntas.
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas IV SDN 1
Reco Kertek Wonosobo nampak bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa
Page 23
67
setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakana pendekatan scientific. Pada
kondisi pra siklus besarnya skor rata-rata 37,23 dan pada siklus 1 skor rata-rata
meningkat menjadi 82,41 dengan skor tertinggi 97,5 dan skor terendah 43,5.
Berarti pembelajaran telah berhasil dengan tingkat keberhasilan 41,38% dari
jumlah seluruh siswa sebanyak 29 siswa, dan pada siklus 1 ini hasil belajar siswa
sudah mengalami peningkatan meskipun masih ada beberapa siswa yang belum
tuntas sebanyak 58,62%. Karena ketuntasan yang diharapakan belun mencapai
target keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 90% dari seluruh siswa
sehingga perlu diadakan tindakan pada siklus 2.
Perolehan hasil belajar pada siklus 1 ini belum tercapai secara optimal,
beberapa kekurangan dalam penelitian tindakan siklus 1 ini antara lain dalam
pembentukan kelompok memerlukan waktu yang agak lama, solusinya guru
membantu proses pembentukan kelompok. Belum setiap siswa dapat menanya
pembelajaran tematik melalui pendekatan scientific, solusinya guru memberikan
pancingan atau rangsangan kepada siswa. Pelaksanaan penilaian proses belum
terlalu optimal, karena guru juga sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi
kelompok. Belum semua siswa dapat menanggapi setiap hasil presentasi
kelompok lain, solusinya dengan memberikan reward kepada siswa.
Berdasarkan hasil belajar pada siklus 1 nampak bahwa sudah ada
peningkatan ketuntasan hasil belajaryang cukup signifikan. Namun karena tingkat
ketuntasan hasil belajar belum mencapai tingkat keberhasilan yang sudah
ditetapkan yaitu 90%. Maka diadakan perbaikan pada siklus 2 dengan melakukan
perbaikan atas semua kekurangan yang ada di siklus 1.
Proses pembelajaran yang ada pada siklus 2 nampak bahwa siswa sudah
tertip dalam pembentukan kelompok sehingga waktu tidak terbuang banyak hanya
untuk membentuk kelompok. Seluruh siswa juga sudah mampu menanya saat
proses pembelajaran. Siswa mulai tertarik memberikan tanggapan atas presentasi
kelompok lain. Akan tetapi dalam diskusi kelompok siswa masih kurang tertip
saat guru memberikan bimbingan. Pada siklus 2 hasil belajarnya meningkat
menjadi 89,66% skor rata-rata meningkat menjadi 92,25 dengan skor tertinggi
mencapai 97,5 dan skor terendah sebesar 77. Pada siklus 2 masih ada 10,44%
Page 24
68
siswa yang belum tuntas dan ketuntasan yang diharapakan belum mencapai target
keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 90% dari seluruh siswa sehingga perlu
diadakan tindakan pada siklus 3.
Pelaksanaan siklus 3 ini dilaksanakan guna memperbaiki seluruh
kekurangan yang ada di siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan
pembelajaran di kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo nampak bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan perbaikan terhadap kekurangan
yang ada di siklus 2. Peningkatan hasil belajar yang ada di siklus 3 sangat
signifikan jika dibandingkan dengan hasil belajar yang ada di pra siklus. Hasil
belajar di siklus 3 menunjukkan ketuntasan belajarnya mencapai 96,55% dari 29
siswa dengan skor maksimal mencapai 100 sedangkan skor minimalnya sebesar
88 dengan rata-rata skor sebesar 96,24. Hal ini menunjukkan bahwa sampai siklus
3 ini sudah mampu mencapai tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan dalam
penelitian yaitu 90% ketuntasan. Akan tetapi sampai siklus 3 ini masih terdapat
satu siswa yang tidak mampu memperoleh nilai sessuai KKM yakni ≥ 90. Kondisi
dimana siswa tidak mampu mencapai nilai sesuai KKM karena siswa sering tidak
konsentrasi saat proses pembelajaran dan tingkat pemehaman siswa yang masih
kurang. Di sisi lain penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran tematik
dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan.
Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan scientific pada
pembelajaran tematik keanekaragaman hewan dan tumbuhan kelas IV SDN 1
Reco Kertek Wonosobo Tahun 2013/ 2014 nampak bahwa ada peningkatan hasil
belajar yang signifikan setelah penilaian hasil belajar dilakukan dengan penilaian
tes dan unjuk kerja pada psiklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Perbandingan
peningkatan ketuntasan belajar tema Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan
lebih jelasnya dapat disajikan melalui tabel 4.7.
Page 25
69
Tabel 4.7
Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar Tema Keanekaragaman
Hewan dan Tumbuhan Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3
Sumber: Data Primer
Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar Tema
Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus
3. Nampak bahwa pada pada pra siklus tidak ada seorangpun dari 29 siswa
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 90. Pada siklus 1 terdapat
12 dari 29 siswa yang tuntas ( 41,38%) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 17
dari 29 siswa (58,62%). Sedangkan pada siklus 2 siswa yang tuntas ada 26 dari
29 siswa (89,66%) sedangkan yang tidak tuntas ada 3 dari 29 siswa (10,34%).
Kemudian pada siklus 3 siswa yang tuntas terdapat 28 dari 29 siswa (96,55%)
sedangkan yang tidak tuntas ada 1 dari 29 siswa (3,45%). Perbandingan
persentase ketuntasan hasil belajar pra siklus dengan siklus 1, siklus 2, dan siklus
3 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan grafik linier di bawah ini
melalui gambar 4.10.
Ketuntasan
Belajar
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tuntas 0 0 12 41,38 26 89,66 28 96,55
Tidak tuntas 29 100 17 58,62 3 10,34 1 3,45
Jumlah 29 100 29 100 29 100 29 100
Page 26
70
Sumber: Data Primer
Gambar 4.10
Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Tema keanekaragaman Hewan
dan Tumbuhan Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3
Gambar 4.10 Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus 1, Siklus
2, dan Siklus 3 nampak ada peningkatan ketuntasan belajar siswa yang cukup
signifikan. Nampak pada pra siklus persentase ketuntasannya masih 0%.
Sedangkan pada siklus 1 persentase ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi
41,38%. Di siklus 2 persentase hasil belajar juga mengalami peningkatan menjadi
89,66%. Di siklus 3 persentase peningkatan hasil belajar juga mengalami
peningkatan menjadi 96,55%. Ini menunjukkan pendekatan scientific dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Reco. Selain persentese
ketuntasan belajar peningkatan juga terjadi pada skor masimal, skor minimal dan
rata-rata skor pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 jika di bandingkan dengan pra
siklus. Distribusi perbandingan peningkatan skor masimal, skor minimal dan rata-
rata skor pada pra siklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 lebih jelas dapat disajikan
dengan menggunakan tabel 4.8 dibawah ini.
0
41,38
89,66
96,55
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Page 27
71
Tabel 4.8
Distribusi Perbandingan Peningkatan Skor Maksimal, Skor Minimal, dan
Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3
Peningkatan Skor Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Skor Maksimal 44,6 97,5 97,5 100
Skor Minimal 28,88 43,5 77 88
Rata-rata skor 37,23 82,41 92,25 96,24
Sumber: Data Primer
Tabel 4.8 Peningkatan Skor Maksimal, Skor Minimal, dan Rata-rata Skor
Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3 nampak bahwa pada pra siklus skor
maksimal baru mencapai 44,6. Pada siklus 1 dan siklus 2 skor maksimal
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana skor maksimalnya
mencapai 97,5 pada kedua siklus. Di siklus 3 skor maksimalnya juga mengalami
peningkatan yang sangat signifikan bila dibandingkkan dengan pra siklus, dimana
pada siklus 3 skor maksimalnya mencapai 100. Di sisi lain peningkatan skor juga
terjadi pada skor minimal yang di peroleh siswa. Di pra siklus skor minimal yang
diperoleh sebesar 28,88 dan pada siklus 1 skor minimal yang diperoleh siswa
sebesar 43,5. Peningkatan juga terjadi di siklus 2, skor minimal yang diperoleh
siswa sebesar 77. Di siklus 3 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 88.
Apabila dibandingkan dengan skor minimal yang diperoleh siswa pada pra siklus
skor minimal yang diperoleh sampai dengan siklus 3 ini menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan. Peningkatan juga terjadi pada skor rata-rata yang
diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus
3. Skor rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,23 sedangkan
skor rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan, dimana pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 82,41. Pada
siklus 2 juga terjadia peningkatan skor rata-rata sebesar 92,25. Sampai dengan
siklus 3 peningkatan skor rata-rata sudah mampu mencapai 96,24. Peningkatan
skor masimal, skor minimal dan rata-rata skor pada pra siklus, siklus 1, siklus 2,
Page 28
72
dan siklus 3 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan gambar 4.11 di
bawah ini.
Sumber: Data Primer
Gambar 4.11
Perbandingan Skor Maksimal, Skor Minimal dan
Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3
Gambar 4.11 perbandingan skor maksimal dari pra siklus, siklus 1, siklus 2
dan siklus 3. Nampak bahwa pada pra siklus skor maksimal yang diperoleh siswa
hanya 44,6 bila dibandingkan dengan siklus 1 dan siklus 2 dengan skor maksimal
97,5 terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat signifikan pada siklus 1 dan siklus 2 yaitu ada
peningkatan sebanyak 52,9. Dan di siklus 3 terjadi lagi peningkatan bila
dibandingkan dengan nilai maksimal di pra siklus, di siklus 3 skor maksimalnya
mencapai 100, hal ini menunjukkan di siklus 3 ada peningkatan skor sebanyak
55.4. Ini menunjukkan pendekatan scientific dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Di sisi lain peningkatan skor juga terjadi pada skor minimal yang di peroleh
siswa. Di pra siklus skor minimal yang diperoleh sebesar 28,88 sedangkan pada
siklus 1 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 43,5. Berdasarkan data
44,6
97,5 97,5 100
28,88
43,5
77
88
37,23
82,5892,25
96,24
0
20
40
60
80
100
120
pra siklus siklus 1 siklus 2 siklus 3
skor maksimal
skor minimal
skor rata-rata
Page 29
73
tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada siklus 1 sebanyak
14,62. Peningkatan juga terjadi di siklus 2, skor minimal yang diperoleh siswa
sebesar 77. Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor
minimal pada siklus 2 bila dibandingkan dengan pra siklus dengan peningkatan
sebanyak 48,12. Dan di siklus 3 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 88.
Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada
siklus 3 dengan peningkatan sebanyak 59,12. Apabila dibandingkan dengan skor
minimal yang diperoleh siswa skor minimal yang diperoleh sampai dengan siklus
3 ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.
Selain itu nampak pula peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa jika
dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Skor rata-rata yang
diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,23 sedangkan skor rata-rata yang
diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana
pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 82,41. Hal itu menunjukkan adanya
peningkatan skor rata-rata pada siklus 1 sebanyak 45,18. Pada siklus 2 juga
terjadia peningkatan skor rata-rata sebesar 92,25. Hal itu menunjukkan adanya
peningkatan skor rata-rata pada siklus 2 sebanyak 55,01. Sampai dengan siklus 3
peningkatan skor rata-rata sudah mampu mencapai 96,24. Hal itu menunjukkan
adanya peningkatan skor rata-rata pada siklus 3 sebanyak 59,01.
Berdasarkan data yang ada menunjukkan adanya peningkatan skor minimal,
skor maksimal, dan skor rata-rata pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 bila
dibandingkan dengan pra siklus. Dalam penelitian ini hipotesis tindakan terbukti
bahwa apabila pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
scientific maka hasil belajar tematik keanekaragaman hewan dan tumbuhan siswa
kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo Semester II Tahun 2013/2014
meningkat.