BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa penelitian dilaksanakan di TPA Al- Ishlah Kec.Kota Tengah Kota Gorontalo. Uraian deskripsi hasil penelitian mengenai Analisis Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan Interpersonal Anak Usia Dini dilaporkan berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dilapangan, yang kemudian dibahas sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan dalam penelitian ini. Hasil data diperoleh kemudian di deskripsikan sebagai berikut: 4.1.1 Deskripsi Observasi Lapangan Sesuai dengan permasalahan penelitian yakni bagaimana Analisis peran pengasuh dalam meningkatkan kecerdasaan interpersonal Anak Usia Dini di TPA AL-Ishlah Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo. Maka peneliti melakukan observasi penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 31 Mei Tahun 2012. Dengan menggunakan Instrument kompetensi pengasuh peneliti mengobservasi Tempat Penitipan Anak Al-Ishlah. a. Deskripsi Hasil Observasi gedung Gedung Al-Ishlah memiliki luas gedung: 6x4 persegi, Dengan fasilitas air PAM, ruangan Full AC dan APE dalam, ruang serba guna, kamar mandi dan dapur. Dengan peserta didik yang terdiri dari: 19 anak yaitu Anak yang berusia 1-2 tahun ada 9 anak, dan anak yang berusia 2-4 tahun ada 10 anak. Dan pengasuh yang ada di lembaga ini sebanyak: lima orang. Dua diantaranya baru bekerja di tempat ini tepatnya sebulan. dua belum berkeluarga tapi memiliki pengalaman bekerja di tempat ini selama 3 dan 4 tahun. Ada juga yang memiliki pengalaman menjadi kader posyandu. Sesuai dengan kebutuhan lapangan lembaga ini melayani 5x pertemuan dalam seminggu dengan 2 layanan full day: jam 08.00- jam 17.00 dan layanan setengah hari: jam 08.00- jam 13.00. Dengan kegiatan pengasuhan dalam sehari yaitu;1).Kegiatan Penyambutan anak, 2).Kegiatan senam bersama 3).Kegiatan istrahat;mandi, 4).Belajar(KBM) 5).Istrahat;makan 6).Kegiatan Inti(Belajar sambil Bermain) 7).Transisi;Toilet Training 8).Istrahat siang/tidur 9).Mandi 48
23
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/6613/5/2012-1-86207-153408098-bab4... · Deskripsi hasil pengamatan pengasuh pada kegiatan penyambutan anak.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Pada Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa penelitian dilaksanakan di TPA Al-
Ishlah Kec.Kota Tengah Kota Gorontalo. Uraian deskripsi hasil penelitian mengenai Analisis
Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan Interpersonal Anak Usia Dini dilaporkan berdasarkan
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dilapangan, yang kemudian dibahas sebagai dasar
untuk merumuskan kesimpulan dalam penelitian ini. Hasil data diperoleh kemudian di
deskripsikan sebagai berikut:
4.1.1 Deskripsi Observasi Lapangan
Sesuai dengan permasalahan penelitian yakni bagaimana Analisis peran pengasuh dalam
meningkatkan kecerdasaan interpersonal Anak Usia Dini di TPA AL-Ishlah Kec. Kota Tengah
Kota Gorontalo. Maka peneliti melakukan observasi penelitian yang dilaksanakan pada tanggal
31 Mei Tahun 2012. Dengan menggunakan Instrument kompetensi pengasuh peneliti
mengobservasi Tempat Penitipan Anak Al-Ishlah.
a. Deskripsi Hasil Observasi gedung
Gedung Al-Ishlah memiliki luas gedung: 6x4 persegi, Dengan fasilitas air PAM, ruangan Full AC dan APE dalam, ruang serba guna, kamar mandi dan dapur. Dengan peserta didik yang terdiri dari: 19 anak yaitu Anak yang berusia 1-2 tahun ada 9 anak, dan anak yang berusia 2-4 tahun ada 10 anak. Dan pengasuh yang ada di lembaga ini sebanyak: lima orang. Dua diantaranya baru bekerja di tempat ini tepatnya sebulan. dua belum berkeluarga tapi memiliki pengalaman bekerja di tempat ini selama 3 dan 4 tahun. Ada juga yang memiliki pengalaman menjadi kader posyandu. Sesuai dengan kebutuhan lapangan lembaga ini melayani 5x pertemuan dalam seminggu dengan 2 layanan full day: jam 08.00- jam 17.00 dan layanan setengah hari: jam 08.00- jam 13.00. Dengan kegiatan pengasuhan dalam sehari yaitu;1).Kegiatan Penyambutan anak, 2).Kegiatan senam bersama 3).Kegiatan istrahat;mandi, 4).Belajar(KBM) 5).Istrahat;makan 6).Kegiatan Inti(Belajar sambil Bermain) 7).Transisi;Toilet Training 8).Istrahat siang/tidur 9).Mandi
48
dan ganti baju 10).Penutup dan menunggu jemputan. Adapun dari catatan yang kami temukan adalah;buku induk, catatan anekdot, dan buku pengecekan keadaan anak
b. Deskripsi Hasil Observasi Pengasuh dan Anak
Dilihat dari dua kegiatan yang berbeda pada hari yang sama peneliti menemukan
bagaimana kegiatan pengasuh dalam hal meningkatkan kecerdasan interpersonal anak yang ada
di TPA Al-Ishlah.
Deskripsi hasil pengamatan pengasuh pada kegiatan penyambutan anak.
Catatan berikut menggambarkan kejadian bahwa anak mampu membedakan pengasuh
utama(Ibu) dan pengasuh di TPA Al-Ishlah secara terpisah antara lingkungan rumah dan
lingkungan sekolah
Bayi yang diantar oleh orangtuanya langsung di terima pengasuh dengan sapaan salam, kemudian di ajak bermain dengan mainan favorit sedangkan anak yang datang disapa dengan mengucap salam sambil bersalaman di arahkan untuk bermain bersama dengan memilih teman dan kegiatan bermain, terlihat ada anak yang mulai mengobrol dengan temannya, ada juga yang bermain bersama, ada pula yang hanya melihat-lihat temannya bemain. Kegiatan ini berlangsung sampai pengasuh memberi aba-aba untuk senam. Pengasuh yang mengawasi anak sedang bermain, terlihat bercakap-cakap dengan salah seorang anak yang pada saat itu menangis akibat didorong temannya. Pada saat yang sama terdengar salah seorang pengasuh memberi aba-aba untuk senam menandakan pukul 07.15 wita. Sementara itu pengasuh dan anak menyelesaikan masalahnya yang di akhiri maaf-memaafkan. senam pun di mulai anak dan pengasuh senam bersama.
Deskripsi hasil pengamatan pengasuh pada kegiatan istirahat makan . Catatan berikut
menggambarkan cara pengasuh berkomunikasi.
Setelah mencuci tangan Salsa (3 tahun) menirukan sikap ibu guru sambil berkata, duduk,duduk (dengan tangan yang di ayun-ayunkan kebawah). Menyuruh kepada temannya untuk duduk melantai. Pengasuh menyiapkan makanan (bekal yang dibawah dari rumah masing-masing). Setelah duduk teratur anak-anak membaca doa makan. Dilanjutkan makan bersama. Akmal(3 tahun) duduk dekat putra(3 tahun). Tiba-tiba indah(1,7) mengambil kerupuk Nayla(4 tahun),saat memakan kerupuk itu nayla langsung merampas kembali kerupuk itu. Indah menangis karena kerupuk diambil nayla. Pengasuh
indah berkata “indah mau kerupuk? Iya, ibu ambilkan kerupuknya ya.” Kemudian berkata lagi “nayla boleh bagi kerupuknya sama buguru?”nayla pun mau membagi kerupuknya, sambil memberikan kerupuk itu pada pengasuh, “terima kasih, hari ini nayla mau berbagi sama buguru” nayla pun senyum-senyum karena merasa dihargai. Dan indah sekarang sudah bisa tenang karena merasa dipahami perasaannya.
4.1.3 Deskripsi Hasil Wawancara Dengan Pengasuh
Kompetensi kecakapan memahami dasar pengasuhan dapat dilakukan pengasuh dengan;
Memahami dasar pengasuhan, Terampil melaksanakan pengasuhan, Bersikap dan berperilaku
sesuai kebutuhan psikologis anak asuh dengan indikator penting perkembangan interpersonal
anak.
A. Karakteristik Anak
Kompetensi dasar mengasuh/membimbing seorang pengasuh dalam memahami
karakteristik peserta Didik Yang Berkaitan dengan Aspek kecerdasan interpersonal anak di
TPA Al-Ishlah bisa tergambar dari cerita-cerita pengasuh TPA Al-Ishlah berikut:
Menurut IM (31 tahun) sebagai pengasuh anak di TPA Al-Ishlah bahwa karakteristik
interpersonal anak adalah:
“Cara ia berinteraksi dengan orang lain/teman. sering memukul teman ini diakibatkan tidak mau menerima kehadiran orang lain/teman dalam kehidupan sehari-harinya. Ia menganggap pengasuh itu miliknya dan tak mau ada yang lain mungkin karena indah dirumah tinggal hanya dengan orangtuanya dan ia pun anak pertama dan tunggal.” (1/W/PA/4.6.2012).
Berbeda dengan IM, karakteristik interpersonal anak menurut MD (33 tahun) sebagai berikut :
“Karakteristik anak yaitu pertumbuhan dan perkembangan setiap bulannya bertambah. Faja (8 bulan) dapat mengenali saya sebagai pengasuhnya. Mengacu pada tumbuh kembang seorang anak (bayi) upaya yang saya lakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan makan, kebersihannya dan stimulasi apa yang saya berikan. Contoh dengan memberi susu formula yang dibawa dari rumah (bekal anak), mengganti popok, memandikan serta mengajak bicara. Karakternya biasanya hanya mengikuti semua kegiatan dirumah seperti jam berapa makan , beri susu, mandi, ganti popok dll.” (1/W/PA/4.6.2012).
Karakteristik interpersonal anak menurut DP (48 tahun) bahwa :
“Karakteristik anak yaitu senang diterima dan berada dengan teman sebayanya, senang bekerja sama, dan saling memberikan semangat. Sebagai contoh putra (3 tahun) dan Akmal (3 Tahun) menunjukkan minat terhadap teman , orang dewasa dan selalu ingin dekat dan bersama melakukan kegiatan sederhana dan menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial. Hal ini dapat dilihat dariperilaku mereka yang suka berebutan mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi keinginannya dan memaksakan sesuatu terhadap orang lain.” (1/W/PA/4.6.2012)
Menurut SH (23 tahun) karakteristik interpersonal anak sebagai berikut :
“Saya melihat anak biasanya senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif. Sehingga pada umumnya mereka kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya hal-hal gaib sekalipun. Perkembangan interpersonal dilihat dari proses komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar) melalui berbagai kesempatanuntuk kemudian memberikan umpan balik (feedback) kepada komunikator. Untuk mengetahui apakah pesan tersebut dipengaruhi oleh cara pandang individu, yang tidak dapat dijelaskan dari faktor kepribadian, faktor pengalaman, pengetahuan, maupun sikapnya terhadap ide, gagasan atau objek yang dipersepsinya.” (1/W/PA/4.6.2012).
Karakteristik interpersonal anak menurut MH (28 tahun) sebagai berikut :
“Karakteristik anak pada perkembangan interpersonal yaitu kecenderungan anak untuk bergaul dengan temannya, memimpin dan bekerja sama bila terjadi konflik di antara mereka penyebabnya biasa dari berbeda pendapat, keinginana terhadap sesuatu tapi tidak terpenuhi dan masa penyesuaian diri anak dengan keadaan di lembaga ini.” (1/W/PA/4.6.2012)
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Interpersonal Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interpersonal anak yang ada di TPA
Al-Ishlah diantaranya tingkah laku agresif, daya suai yang kurang dan perilaku berkuasa. Hal ini
dapat diidentifikasi pengasuh dengan melihat kesulitan belajar anak asuh dalam bidang
pengembangan interpersonalnya.
Kompetensi memahami dasar pengasuhan yang terkait dengan mengidentifikasi kesulitan
anak asuh dalam bidang pengembangan interpersonal anak yang tergambar dari cerita
pengasuh-pengasuh di TPA Al-Ishlah sbb:
IM mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interpersonal anak sebagai berikut.“Saya mengidentifikasi kesulitan belajar dengan cara mengajak anak bercerita , dan melihat secara langsung ciri-ciri anak tersebut. Contoh tidak mau bermain, mukanya cemberut, serta ada cek ia punya malah dari rumah. Dari keterangan orang tuanya karena baku riki kerja indah ada kase bangun tidur.” (2/W/PA/4.6.2012)
MD mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interpersonal
anak sebagai berikut:
“Saya mengidentifikasinya dengan melihat faja (8 bulan) mulai membedakan pengasuh utama (ibunya) dengan saya (pengasuh) yang ada di TPA. Masalah percaya dan tidak percaya.” (2/W/PA/4.6.2012)
DP mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interpersonal anak
sebagai berikut :
“Menurut saya putra dan akmal menunjukkan minat terhadap teman, orang dewasa dan selalu ingin dekat dengan mereka saat melakukan kegiatan sederhana, dengan menggunakan permainan sebagai alat hubungan sosial.” (2/W/PA/4.6.2012)
SM mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interpersonal anak
sebagai berikut :
“Menurut saya sikap menyendiri (savira 2,8 tahun) akibat teman yang selalu mengendalikan hubungan interpersonal. Anak ini merasakan hak-haknya dilanggar sehingga ia memutuskan hubungan interpersonal.” (2/W/PA/4.6.2012)
MH mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interpersonal
anak sebagai berikut:
“Biasanya penyebab dari kesulitan dalam pengembangan interpersonal yaitu berbeda pendapat, keinginannya terhadap sesuatu tapi tidak terpenuhi dan masa penyesuaian diri anak dengan lingkungan TPA.” (2/W/PA/4.6.2012)
C. Ketrampilan Menerapkan Metode Komunikasi Yang Memberikan Rasa Aman/Nyaman
Anak tidak memisahkan bermain dengan bekerja. Bagi anak, bermain merupakan
seluruh aktifitas anak termasuk bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana
mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Suatu aktivitas yang langsung,
spontan dimana seorang anak asuh berinteraksi dengan pengasuh atau orang lain,benda-benda
disekitarnya, dilakukan dengan senang hati/gembira, atas inisiatif sendiri, menggunakan daya
hayal menggunakan panca indra dan seluruh anggota tubuhnya. Cara memberi dukungan
kepada anak asuh pun dapat dilakukan dengan belajar melalui bermain sehingga memiliki
pengalaman yang berguna dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal. Kegiatan
bermain ini diciptakan oleh pengasuh dengan melihat minat dan gaya belajar anak asuh.
Konflik antara anak kapan saja terjadi, hal tersebut terungkap dalam penelitian pada kegiatan
makan dan kegiatan penyambutan anak. Konflik dapat dikatakan wajar karena suasana emosi
sehari-hari yang terjadi dalam bentuk interaksi antara anak dengan teman, anak dengan
pengasuh, anak dengan anggota keluarga dan anak dengan orangtua selalu memberi warna
dalam praktek pengasuhan anak. konflik akan terasa berat jika sudah merugikan anak lain.
Kompetensi memahami dasar pengasuhan yang terkait dengan Ketrampilan Menerapkan
Metode Komunikasi Yang Memberikan Rasa Aman/ Nyaman tergambar dari cerita pengasuh-
pengasuh di TPA Al-Ishlah sbb:
Menurut IM bahwa :
cara menyelesaikan masalah dengan mencoba menjelaskan sikapnya itu benar atau salah. kemudian memberikan kesempatan untuk keduanya bermaaf-maafan atau mengajak salah seorang anak untuk menemani anak yang diam dan suka menyendiri, jika belum mengalami perubahan mungkin anak itu sakit atau saja ada hal yang dirumah hingga menyebabkan dia bersikap demikian. karena indah suka main air. Pengasuh IM memberi botol aqua yang berisi air. Indah membuka dan menutup botol tersebut sambil sekali-sekali ia berusaha mengeluarkan suara, mengucapkan kata. Cara pengasuh IM menstimulasi kecerdasan indah ini dapat mengalihkan perasaan indah yang sedih, kata IM. “indah menangis jika keinginannya tidak tercapai. Sikap indah menggambarkan kalau ia merasa nyaman karena pengasuh mengerti perasaannya. (3/W/PA-1/4.6.2012)
Menurut MD bahwa:
“Caranya dengan memberikan penjelasan bahwa ia mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah itu sendirian jika tidak saya membantu langsung menangani dengan dan atas ijin anak, meluangkan waktu untuk mereka menyelesaikan, menjelaskan cara mengungkapkan sesuatu tanpa mengganggu / memukul teman, mengajak anak yang menyendiri dengan bercerita kemudian mengajak main dengan teman. Anak merasa nyaman jika mereka sudah mempercayai pengasuh. MD mengungkapkan bermain yang terkait dengan bidang pengembangan kecerdasan interpersonal anak itu adalah bermain dengan bayi yaitu memberikan rasa aman dengan belaian, mengajak bercerita saat memberi makan dan mengganti popok, melihat sementara bercakap-cakap dengan orangtuanya, melambaikan tangan ketika berpisah (saat datang dan pulang).” (3/W/PA-2/4.6.2012)
Menurut DP bahwa :
“Contoh tingkahlaku anak yang berebutan mainan hingga menyebabkan saling dorong dan menangis. Penanganannya; “mainan sekarang dipinjam bu guru.” Lalu memberikan pilihan jikalau masih berebutan mainan ibu tahan mainannya dan bila tidak permainan dapat dilanjutkan kembali. Sedangkan pada masalah anak menyendiri dapat di atasi dengan memberikan penghargaan/ ganjaran yang berupa pujian, bantuan dan dorongan moral. Seseorang akan menyukai jika orang menyukai dan memujinya. rasa nyaman akan tercipta bila sering diajak bermain dan membuat gurauan hingga mereka tertawa. DP mengungkapkan pula Permainan yang terkait dengan bidang pengembangan kecerdasan interpersonal anak itu adalah menurut saya bermain kuda-kudaan (APE dalam) dapat merangsang kecerdasan interpersonal anak. karena melalui permainan ini anak dapat bersosialisasi langsung dengan anak lain dan menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial.” (3/W/PA-3/4.6.2012)
Menurut SA bahwa :
“konflik dapat diketahui dengan melihat latar belakang masalah anak. Anak menyendiri dapat di atasi dengan memberikan penghargaan/ ganjaran yang berupa pujian, bantuan dan dorongan moral. Kenyamanan anak tercipta karena merasa terpenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. SA mengungkapkan bermain yang terkait dengan bidang
pengembangan kecerdasan interpersonal anak itu adalah bemain yang diselingi canda kemudian bercerita dengan anak, mengajak anak lain berkomunikasi dengan anak yang menyendiri dan melihat temannya yang sedang bermain, secara tidak langsung mengajarkan mereka untuk bergaul.”(3/W/PA-4/4.6.2012)
Menurut MH bahwa:
“Konflik yang terjadi akibat main bersama, dapat diatasi dengan mendekati anak kemudian diajak bercerita, menanyakan kepadanya kenapa timbul masalah lalu menyelesaikannya dengan bermaafan. Penggunakan metode main bersama, bergantian pada jenis permainan, mengkomunikasikan dengan memberi pemahaman arti sebuah persahabatan. Anak merasa nyaman jika pengasuh memenuhi kebutuhan anak dan memberikan perlindungan. MH mengungkapkan pula bermain yang terkait dengan bidang pengembangan kecerdasan interpersonal anak itu adalah mengajak anak menjadi pemimpin pada main pura-pura, bergantian pada jenis permainan, serta berkomunikasi baik dengan memberikan pemahaman lewat bercerita” (3/W/PA-5/4.6.2012).
D. Kendala Yang Dihadapi Pengasuh Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak
Kemampuan interpersonal/sosial adalah kemampuan anak untuk berinteraksi dan bekerja
sama dengan pengasuh atau teman/orang lain. Kecerdasan interpersonal dapat pula dikatakan
peka pada ekspresi, suara dan gerakan tubuh orang lain dan mampu memberikan respon secara
efektif dalam berkomunikasi. Masalah yang sering dialami di TPA Al-Ishlah ingin menang
sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran, selalu ingin diperhatikan dan memilih-milih
teman, agresif dengan menyerang/mendorong teman, merebut mainan atau barang teman dan
ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri.
Terkait dengan kebutuhan psikologi anak, kendala yang dihadapi pengasuh untuk
mengoptimalisasikan kecerdasan Interpersonal anak di TPA ini dapat di gambarkan dari uraian
jawaban pengasuh berikut; lebih lanjut dapat diketahui bagaimana pengasuh memahami layanan
bimbingan, cara memberikan bantuan kepada anak yang bermasalah, dan metode yang
diterapkan. Metode komunikasi yang digunakan terhadap anak yaitu; Melaksanakan pelatihan
emosi dengan cara pola asuh (authoritatif) demokratis melalui penataan alat dan bahan main
yang memungkinkan anak untuk main sendiri, berdampingan, bersama dan bekerjasama.
Hal ini dapat digambarkan dari cerita pengasuh-pengasuh TPA Al-Ishlah sebagai berikut
IM mengungkapkan:
“penataan yang memungkinkan anak untuk main sendiri, main berdampingan, main bersama dan main bekerja sama telah saya lakukan agar tercipta kelekatan anak dengan pengasuh. Cara IM mendekati indah dengan bersedia menjadi pendengar, kemudian menanggapi sikap indah dengan memberikan pengertian. Seperti indah yang ingin mainan/makanan teman indah dapat mengucapkan langsung pada teman atau pula dapat meminta bantuan pengasuh. Bukan dengan merampas ataupun merebutnya dari tangan teman. Sikap seperti itu tidak di sukai oleh siapapun termasuk indah. Menurut IM susahnya anak untuk berinteraksi dengan orang lain karena latar belakang sosial budaya dan cara pengasuhan di rumah. bagaimana anak melewati fase dalam proses sosial sosialisasi sebelumnya. Di ungkap pula oleh IM anak yang sering memukul dimana akibat tidak mau menerima kehadiran orang lain/teman dalam kehidupan sehari-harinya.Untuk itu penanganan terhadap anak ini diberi pengertian bahwa dilembaga ini ada teman-teman, guru dan pengasuh. Semua anak tidak ditemani ibunya selain pengasuh dan guru. Makanya pengasuh memperlakukan semua anak sama dalam hal kenyamanan. Dan setiap anak harus menerima itu melalui tahap-tahap adaptasi dengan lingkungan yang ada di lembaga.” (4/W/PA/4.6.2012).
MD mengungkapkan:
“Penataan alat dan bahan main yang memungkinkan anak untuk main sendiri, main berdampingan, main bersama, dan bekerja sama. Dapat dilakukan dengan cara membentuk perilaku dalam bentuk interaksi antara pengasuh dan anak melalui dasar filsafat TPA tempa yaitu, mewujudkan kualitas fisik AUD; asah Yaitu memberi dukungan kepada anak melalui bermain yang bermakna,menarik, dan imajinasi; asih merupakan penjamin pemenuhan kebutuhan anak untuk mendapatkan perlindungan dan rasa aman; asuh yang dilakukan secara konsisten untuk perilaku dan kualitas kepribadian anak. Akan tetapi praktiknya tidaklah sesederhana itu karena praktik ini berjalan secara informal, sering dibumbui dengan hal-hal yang tanpa disadari dan tanpa disengaja serta lebih diwujudkan oleh suasana emosi sehari-hari yang terjadi dalam bentuk interaksi antara anak dengan teman, anak dan pengasuh, anak dengan anggota keluarga dan anak dengan orangtua. Dengan demikian hubungan inter dan intrapersonal dengan orang-orang di sekitar anak sangat memberi warna pada praktik pengasuhan anak.pada kenyataannya seringkali kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang tidak didapatkan dengan baik dan benar. Contoh; a)Asuh. Misalnya;ketiadaan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dengan pengganti ASI saja (meskipun belakangan ada susu formula yang di upayakan mendekati kualitas ASI. b)Asih. Misalnya;kasih sayang ibu yang tidak benar (perlakuan kasar akibat capek beraktivitas di luar rumah(bekerja) ). c)Asah, Misalnya;dusta putih, suasana murung,
sepinya komunikasi, pertengkaran, kekerasan dalam keluarga, dsb.” (4/W/PA/4.6.2012).
DP mengungkapkan:
“Penataan alat dan bahan yang memungkinkan anak untuk membuat keputusan main sendiri, main berdampingan, main bersama dan main bekerja sama. Pengasuh menggunakan model interaksi dengan memberikan contoh secara langsung pengasuh dapat berinteraksi dengan anak-anak dengan cara memberi aturan-aturan, hadiah maupun hukuman (toleransi dengan umur anak). juga dapat menunjukkan perhatian serta tanggapan positif terhadap anak-anak sehingga dijadikan contoh dan panutan. Dalam mengatasi hal tersebut di ungkapkan oleh DP dengan menggunakan model interaksi. Seperti contoh ungkapnya pengasuh berinteraksi dengan anak-anaknya dengan cara memberi aturan-aturan, hadiah maupun hukuman. Juga menunjukkan perhatian serta tanggapan yang positif terhadap anak-anak sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anak. Kendalanya dalam komunikasi biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesehatan anak;anak yang sehat lebih mudah berkomunikasi dari pada anak yang kurang sehat, Kecerdasan;anak yang cerdas lebih mudah berkomunikasi dari pada anak yang kurang cerdas, Jenis kelamin;anak laki-laki mempunyai kecenderungan lebih susah berkomunikasi dibanding anak perempuan, Keinginan berkomunikasi, dorongan;semakin anak didorong berkomunikasi dengan yang lain, semakin mudah anak berkomuunikasi” (4/W/PA/4.6.2012).
SA mengungkapkan:
“Penataan alat dan bahan main Sudah mendukung anak untuk membuat keputusan sendiri, mengembangkan ide dan mengembangkan kemampuan sosialnya. Terkadang ada anak yang biasanya senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, Sehingga pada umumnya kaya dengan fantasi. Anak ini dapat bercerita melebihi pengalaman pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Perkembangan interpersonal dilihat dari proses komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar) melalui berbagai kesempatan untuk kemudian memberikan umpan balik (feedback) kepada komunikator. untuk mengetahui apakah pesan tersebut dipengaruhi oleh cara pandang individu, yang tidak dapat di jelaskan dari faktor kepribadian, faktor pengalaman, pengetahuan, maupun sikapnya terhadap ide, gagasan atau objek yang dipersepsinya. Anak dapat melaksanakan tugas, peran dan tanggungjawabnya dengan baik, dituntut dari mampu bertingkah dan berperilaku menurut agama dan nilai-nilai sebagai cara memperoleh penyesuaian bagi persoalan-persoalan serta penyesuaian diri yang sehat. Diungkap pula oleh SH bahwa Anak yang sering menyendiri akibat teman yang selalu berusaha mengendalikan hubungan interpersonal. Anak ini merasakan hak-haknya di langgar sehingga memutuskan hubungan interpersonal. Keadaan ini dapat di atasi dengan memberikan penghargaan/ganjaran yang berupa pujian, bantuan dan dorongan moral. Seseorang akan menyukai jika orang menyukainya serta memujinya. Di ibaratkan interaksi sosial sebagai transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seseorang pendamping masyarakat dengan orang-
orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial. ” (4/W/PA/4.6.2012).
MH mengungkapkan:
“penataannya yang memungkinkan anak untuk main sendiri, main berdampingan, main bersama dan main bekerja sama. Pengasuh menggunakan metode main bersama menurutnya sikap ini lebih efektif untuk memberi pemahaman pada anak. Menurut MH karakteristik anak pada perkembangan interpersonal yaitu kecenderungan anak untuk bergaul dengan temannya, memimpin dan bekerja sama bila terjadi konflik di antara anak biasanya penyebabnya berbeda pendapat, keinginan terhadap sesuatu tapi tidak terpenuhi dan masa penyesuaian diri anak dengan keadaan di lembaga. Dalam mengatasi hal tersebut diungkapkan oleh MH dengan cara menggunakan metode main bersama, bergantian pada jenis permainan, di komunikasikan dengan baik dengan memberi pemahaman arti sebuah persahabatan. Kendala dalam mengatasi konflik anak ungkap MH adalah persoalan anak yang baru masuk dan dalam masa penyesuaian diri, saat banyak yang hadir tapi jumlah pengasuhnya kurang.” (4/W/PA/4.6.2012).
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, penulis akan melakukan pembahasan hasil penelitian yang di peroleh
dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan harapan dapat memberikan
gambaran secara objektif berkenaan dengan masalah yang di angkat dalam penelitian ini.
Berdasarkan deskripsi data hasil observasi lapangan dapat di simpulkan bahwa TPA Al-
Ishlah adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non-Formal yang telah memberikan layanan
kepada anak yang di tinggalkan orang tuanya karena pekerjaan, dengan memberikan pemenuhan
hak anak untuk tumbuh dan berkembang, mendapat perlindungan dan kasih sayang, serta hak
untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial.
Sebagaimana kebijakan dalam layanan PAUD holistik dan integratif, sejak tahun 2009
telah ditetapkan standar Pendidikan Anak Usia Dini melalui peraturan Mendiknas No.58/2009,
yang memuat; 1)standar tingkat pencapaian perkembangan; 2) standar pendidik dan tenaga
kependidikan; 3)standar isi, proses, dan penilaian; 4) standar sarana dan prasarana, pengelolaan,
dan pembiayaan.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat di simpulkan: bahwa TPA Al-Ishlah adalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non-Formal yang telah memberikan layanan kepada anak
asuh yang di tinggalkan orang tuanya karena pekerjaan dengan Memenuhi hak anak untuk
tumbuh dan berkembang, mendapat perlindungan dan kasih sayang, serta hak untuk
berpartisipasi dalam lingkungan sosial dari seorang pengasuh.
Dari hasil penelitian terungkap pengasuh di TPA Al-Ishlah mampu menjalin kontak
sosial dengan anak asuhnya menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial
sementara pengasuh mengamati sambil sekali-kali turut memecahkan masalah serta membantu
menyelesaikan konflik antar anak sebagai akibat dari interaksi selama kegiatan berlangsung.
Menurut Bowlby (Haditono,2007) bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam
rentang kehidupan manusia yang di awali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain
pengganti ibu. Merujuk pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan interaksi
anak asuh dengan pengasuh diharapkan terjalin dengan aman dan tidak mengalami
masalah dalam proses perkembangannya karena menyebabkan masalah kriminal
dan mengganggu perkembangan sosial anak di masa yang akan datang. Selanjutnya dari hasil
penelitian pada anak asuh di TPA Al Ishlah bahwa pengasuh mampu menciptakan rasa
aman/nyaman mampu berkomunikasi dengan kata-kata yang dimengerti anak dan memotivasi
anak untuk belajar bersosialisasi.
Menurut (Surya, 2007) bahwa “Hal-hal yang menjadi syarat kemampuan pengasuh
adalah: 1). pengetahuan tentang kesehatan. 2). kemampuan berbahasa yang jelas dan santun. 3).
memiliki kecerdasan yang cukup tinggi. 4). berperilaku sopan dan santun.” Merujuk pada
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Seorang pengasuh haruslah selalu berbahasa yang
santun dan jelas. Karena pada usia tersebut, anak sedang melatih ketrampilannya dalam
berbicara. Dan pada masa itu pula, anak mengasah ketrampilan berbicara serta menjaga
kesantunannya, untuk itu seorang pengasuh harus menjaga tutur katanya.
Kompetensi kecakapan memahami dasar pengasuhan dapat dilakukan pengasuh dengan;
memahami dasar pengasuhan, terampil melaksanakan pengasuhan, bersikap dan berperilaku
sesuai kebutuhan psikologis anak asuh dengan indikator penting perkembangan interpersonal
anak.
4.2.1 Karakteristik Anak
TPA Al-Ishlah menginginkan peserta didiknya berkualitas dalam hal berperilaku dan
memiliki kepribadian yang baik sebagai dasar seseorang mampu menjalin hubungan dengan
orang lain. Untuk mencapai keinginan tersebut maka seorang pengasuh harus mampu
mengetahui karakteristik kecerdasan interpersonal anak.
Kompetensi dasar mengasuh/membimbing seorang pengasuh dalam memahami
karakteristik peserta Didik Yang Berkaitan dengan Aspek kecerdasan interpersonal anak di TPA
Al-Ishlah dapat dicapai oleh pengasuh. Berdasarkan hasil wawancara terungkap bahwa
pengasuh dapat mengukur ciri-ciri interpersonal anak dengan;1)Anak mudah bergaul; 2)Senang
menolong orang lain; 3)Disukai teman-teman; 4)Suka bertemu orang; 5)Lebih suka melakukan
kegiatan bersama ketimbang sendirian.
Adapun tolak ukur keberhasilan yang cukup penting dan mendasar dalam
perkembangan kecakapan Interpersonal (Tembong, 2006)yaitu; 1).Anak-anak mampu menjalin
kerja sama dan kesetiaan persahabatan yang positif dengan teman sebaya; 2)Anak-anak mampu
memaafkan kesalahan orang lain dan meminta maaf bila mereka bersalah; 3) Anak-anak mampu
beradaptasi dengan lingkungan sosial atau pertemanan baru; (4) Anak mampu mengidentifikasi
peranan penting dirinya, baik didalam lingkungan keluarga, sekolah maupun dikalangan teman-
teman sebayanya.
Merujuk pada pendapat di atas mengenai tolak ukur keberhasilan perkembangan
kecakapan Interpersonal anak, maka pengasuh mendapat arahan dan petunjuk tentang
karakteristik pada perkembangan interpersonal anak. Dalam hal perkembangan interpersonal
karakteristik anak perlu diketahui oleh pengasuh untuk mengukur perkembangan anak berhasil
atau tidak.
4.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Interpersonal Anak.
Kompetensi memahami dasar pengasuhan berhubungan dengan faktor yang
mempengaruhi perkembangan kecerdasan interpersonal anak, dapat diidentifikasi pengasuh
dengan mengidentifikasi faktor penyebab kesulitan belajar anak asuh dalam perkembangan
kecerdasan interpersonalnya.
Berdasarkan hasil uraian observasi dan temuan pada catatan dokumentasi terungkap
bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interpersonal anak yang ada di TPA
Al-Ishlah diantaranya tingkah laku agresif, daya suai yang kurang dan perilaku berkuasa.
Sementara itu pengasuh mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
interpersonal anak melalui kesulitan belajar anak asuh dalam bidang pengembangan