-
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada BAB III telah dibahas mengenai rancangan penelitian yang
akan
dilakukan pada kelas 4 SD di Gugus Joko Tingkir Salatiga yang
terletak di
Kecamatan Tingkir Salatiga. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 4
SD di Gugus Joko Tingkir Salatiga , dengan mengambil sampel
penelitian yaitu
siswa kelas 4 SD inti yaitu SDN Tingkir Lor 02, SD imbas yaitu
SDN Tingkir Lor
01 dan SDN Tingkir Tengah 01. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah model
pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning,
variabel
terikat yaitu hasil belajar IPA.
Pada BAB IV akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan
yang berupa hasil penelitian dan implementasi pembelajaran IPA
menggunakan
model pembelajaran PBL sebagai kelompok eksperimen 1/
Kelompok
eksperimen, hasil penelitian pada implementasi pembelajaran
menggunakan
model pembelajaran PjBL sebagai kelompok eksperimen 2, hasil uji
beda
penelitian, hasil uji hipotesis, hasil pembahasan penelitian dan
keterbatasan
penelitian.
4.1 Hasil Penelitian
Sebelum dipaparkan secara detail mengenai hasil penelitian,
akan
dijelaskan terlebih dahulu upaya-upaya untuk mengontrol variabel
yang dapat
mengganggu perlakuan. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi
validitas internal
dalam penelitian adalah sebagai berikut: a) History (sejarah)
merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap validasi internal,
dalam hal ini
peneliti melakukan atau memberikan perlakuan yang sama kepada
siswa dalam
model pembelajaran PBL dan PjBL. Hal ini merujuk pada situasi
lingkungan,
peristiwa yang terjadi disekitar, seperti ruang kelas yang
diatur guru sebelum
dilakukan penelitian. Pada hasil uji perlakuan dapat
dikendalikan dengan harapan
memiliki pengalaman eksternal (history) yang sama selama
pelaksanaan. b)
Selection dalam kegiatan ini peneliti membagi kelompok subjek
dengan kesamaan
dan kesetaraan yang diterapkan pada kelompok eksperimen 1 dan
kelompok
-
44
eksperimen 2. c) Maturation (kematangan) dalam hal ini peneliti
melacak
psikologi dari siswa, usia dari anak, dari segi kematangan siswa
rata-rata
kematangan dari siswa itu sama, dengan rata-rata usia dari siswa
yaitu 10 tahun.
d) Pretesting (pengujian sebelumnya) untuk menghindari
terjdainya masalah yang
disebabkan oleh pretesting, peneliti dalam hal ini melakukan
penataan struktur tes
pada pasca tes yaitu dengan cara mengacak soal tes, kalimat yang
diganti akan
teteapi mempunyai arti yang sama, penggunakan tanda titi ataupun
koma, serta
pilihan ganda yang diacak. e) Mortality (mortalitas) untuk
menghindari terjadinya
masalah yang diakibatkan oleh mortality peneliti dalam kegiatan
ini melakukan
kegiatan membagi siswa dalam kelompok yaitu dengan membagi
jumlah
kelompok dengan sama besar anggotanya.
4.1.1 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model
Pembelajaran PBL Sebagai Kelompok Eksperimen 1
Penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning
pada kelas eksperimen 1 dilakukan pada tanggal 31 Maret dan 4
april 2016 di
kelas 4 SD Negeri Tingkir Lor 01 dengan jumlah 25 siswa dan pada
tanggal 2 dab
6 april 2016 sebagian siswa kelas 4 di SDN Tingkir Lor 02 yang
berjumlah 17
siswa sebagai kelompok eksperimen 1 dari SD imbas dilaksanakan 2
x 2x 35
menit (2x pertemuan). Mata pelajaran yang diteliti oleh peneliti
adalah mata
pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan topik materi yang
diambil adalah
Sumber Daya Alam. Materi yang diambil didasarkan dari Standar
kompetensi 11.
Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,
teknologi,
dan masyarakat dan Kompetensi Dasar 11.1 Menjelaskan hubungan
antara sumber
daya alam dan lingkungan serta Indikator 1. Menjelaskan
pengertian sumber daya
alam, 2. Menyebutkan jenis SDA, 3. Mendiskusikan pengertian SDA
yang dapat
diperbarui beserta contohnya. 4. Mendiskusikan pengertian SDA
yang tidak dapat
diperbarui beserta contohnya. 5. Menyebutkan manfaat dari sumber
daya alam
yang dapat diperbarui. 6. Menyebutkan manfaat dari sumber daya
alam yang tidak
dapat diperbarui.
-
45
Pemberian perlakuan dilakukan langsung oleh peneliti sendiri
dengan guru
kelas 4 SDN Tingkir Lor 01 dan guru kelas 4 SDN Tingkir Lor 02
sebagai
observer.
4.1.1.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA Menggunakan
Model
Pembelajaran PBL Kelompok Eksperimen 1
a. Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 31 Maret 2016 di kelas
4 SD
N Tingkir Lor 01 (SD Imbas), dengan alokasi waktu 2x 35 menit
yang diikuti oleh
25 siswa. Proses pembelajaran diawalai dengan pendahuluan yang
meliputi salam,
mengabsen kehadiran siswa, mengkodisikan siswa agar siap
mengikuti
pembelajaran, apersepsi, siswa menyimak tujuan pembelajaran,dan
langkah-
langkah pembelajaran. Setelah kegiatan pendahuluan dilakukan
kemudian siswa
diberikan soal pretest untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
sebelum
mendapatkan perlakuan.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti dalam proses
pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang
terdiri
sintagmatis yaitu guru menunjukkan gambar SDA, guru membagi
siswa kedalam
beberapa kelompok, siswa mendengarkan permasalahan yang
dibacakan oleh
guru, setiap anggota kelompok mencari informasi mengenai materi
SDA, Masing-
masing kelompok saling berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Gru
mengadakan refleksi
Penelitian juga dilakukan di SDN Tingkir Lor 02 Sebagai SD
Inti.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 april 2016 di kelas 4
yang diikuti sebagian
dari jumlah siswa kelas 4 yaitu 17 siswa, kegiatan pembelajaran
dilakukan sama
dengan pelaksanaan pembelajaran di SDN Tingkir Lor 01.
Berdasarkan hasil observassi yang telah dilakukan aktivitas guru
pada
pertemuan pertama yang dilakukan di kelas 4 SDN Tingkir Lor 01
dan SDN
Tingkir Lor 02 mencapai 100% dari 7 point kegiatan. Hal ini juga
sama dengan
tingkat keterlaksanaan kegiatan dari siswa yaitu 100% dari 7
poin kegiatan yang
dilakukan. Hal ini berarti semua aspek kegiatan dari guru dan
siswa pada
pertemuan pertama telah dilaksanakan dan tingkat keterlaksanaan
dari
-
46
pembelajaran berjalan dengan baik. Hasil observasi lebih rinci
dapat dilihat pada
lampiran 4.
b. Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 april 2016
dengan
alokasi waktu 2x 35 menit yang diikuti siswa kelas 4 yang
berjumlah 25 siswa,
kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa, kemudian presensi
siswa setelah
itu apersepsi pembelajaran, dilanjutkan dengan kegiatan inti
minggu lalu yaitu
melanjutkan menyelesaian tugas yang diberikan minggu lalu/ pada
pertemuan
sebelumnya, setelah selesai sperwakilan dari kelompok diminta
untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kelompok lain diminta
untuk
memperhatikan presentasi yang disampaikan kelompok, siswa /
kelompok lain
diminta untuk menanggapi hasil presentasi, setelah selesai guru
memberikan soal
posttest dan kemudian menutup kegiatan pembelajaran dengan salam
penutup.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas 4 SDN
Tingkir Lor
01 dan SDN Tingkir Lor 02 , tingkat keterlaksanaan dari kegiatan
yang dilakukan
oleh guru adalah 100% dari 6 poin kegiatan yang dilakukan.
Begitu pula tingkat
keterlaksanaan kegiatan yang dialakukan oleh siswa yaitu 100%
dari 6 poin
kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua. Dalam hal ini
berarti semua
aspek kegiatan telah terlaksana dan berjalan dengan baik.
Penelitian menggunakan model pembelajaran PBL di SDN Tingkir Lor
02
dilaksanakan pada tanggal 07 april 2016 dikelas 4 yang diikuti
sebagian jumlah
siswa kelas 4 yang berjumlah 17 siswa. Kegiatan yang dilakukan
sama seperti
pemberian perlakuan yang diberikan pada SDN Tingkir Lor 01.
4.1.1.2 Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Tingkir Lor
01 dan
SDN Tingkir Lor 02 Menggunakan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Sebagai Kelompok Eksperimen 1
Tingkat hasil belajar IPA siswa dipaparkan melalui statistik
deskriptif dari
hasil pretset dan posttest yang terdiri dari rata-rata (mean),
nilai tertinggi (max),
nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan
penyajiannya dalam
bentuk grafik.
-
47
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest
Kelompok eksperimen 1
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Nilai Pretest 42 50 90 70,71 10,510
Nilai Post-Test 42 60 100 77,14 9,762
ValidN
(listwise) 42
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang
didapat oleh
kelas eksperimen 1 sebelum mendapatkan perlakuan menggunakan
Problem
Based Learning (nilai Pretest) sebesar 70,71 dengan standar
deviasi 10,510.
Kemudian setelah mendapatkan perlakuan menggunakan Problem
Based
Learning (nilai Posttest) adalah sebesar 77,14 dengan standar
deviasi 9,762. Nilai
tertinggi yang didapatkan oleh siswa saat melakukan pretest
adalah 90 dan nilai
terendah yang didapatkan oleh siswa adalah 50. Sedangkan untuk
nilai tetinggi
saat mengikuti posttest adalah 100 dan nilai yang terendah
adalah 60. Jumlah
siswa yang mengikuti kegiatan pretest dan posttest adalah 42
siswa.
Jumlah data yang dissajikan terlalu banyak sehingga peneliti
menyusun
data menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajian lebi
efisien. Penyajian
tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas interval yang
diperoleh dari selisih
skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi jumlah kelas.
Penentuan jumlah
kelas menggunakan rumus Strurges (Sugiyono, 2013:35) yaitu
K=1+3,3 log n. K
adalah jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Melalui
rumus dapat
diperoleh K=1+3,3 log 42= 6,35 atau dibulatkan menjadi 6
Sedangkan interval
kelas didapatkan dari hasil rentang ( skor maksimal-skor
minimal) dibagi jumlah
kelas yaitu ������
�= 8. Hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest
kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
-
48
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 1
No.
Kelas Kelas Interval
Nilai Pretest
Frekuensi Persentase
1. ≤58 3 7,14%
2. 59-67 13 30,95%
3. 68-76 13 30,95%
4. 77-85 11 26,19%
5. ≥86 2 4,76%
Jumlah 42 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai pretest terdapat
3,siswa
yang mendaptkan nilai ≤58 dengan presentase 7,14%, 13 siswa yang
mendapatkan
nilai antara 59-67 dengan persentase 30,95%, 13 siswa
mendapatkan nilai antara
68-76 dengan presentase 30,95%, 11 siswa mendapatkan nilai
antara 77-85
dengan presentase 26,19%, 2 siswa yang mendapatakan nilai ≥86
dengan
presentase 4,76%.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 1
No.
Kelas Kelas Interval
Nilai Posttest
Frekuensi Persentase
1. 60-67 6 14,28%
2. 68-76 16 38,09%
3. 77-85 15 35,71%
4. 86-95 3 7,14%
5. ≥96 2 4,76%
Jumlah 42 100%
Pada nilai Posttest mengalami peningkatan yaitu yang mulanya
nilai
terendah 50 kemudian naik pada nilai terendah 60 dan dapat
dilihat bahwa nilai
-
49
posttest 6 siswa yang mendapatkan nilai antara 60-67 dengan
persentase 14,28%,
16 siswa mendapatkan nilai antara 68-76 dengan presentase
38,09%, 15 siswa
mendapatkan nilai antara 77-85 dengan presentase 35,71%, 3 siswa
yang
mendapatakan nilai 86-95 dengan presentase 7,14% dan 2 siswa
yang
mendapatkan nilai ≥96 dengan presentase 4,76%. Untuk lebih jelas
akan
dipaparkan dengan daftar frekuensi nilai pretest dan posttest
dalam bentuk grafik
sebagai berikut.
Gambar 4.1
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 1
(SDN
Tingkir Lor 01 dan SDN Tingkir Lor 02)
3
13 13
11
2
0
2
4
6
8
10
12
14
≤58 59-67 68-76 77-85 ≥86
pretest
pretest
-
50
Gambar 4.2
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 1
SDN
Tingkir Lor 01 dan SDN Tingkir Lor 02
4.1.2 Hasil Implemenstasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model
Pembelajaran Project Based Learning sebagai Kelompok
Eksperimen
2
Perlakuan pada kelompok eksperimen 2 ini hampir sama dengan
kelompok
eksperimen 1. Upaya untuk memenuhi validitas internal dalam
penelitian
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning antara
lain sebagai
berikut: a) History (sejarah) merupakan salah satu faktor yang
sangat
berpengaruh terhadap validasi internal, dalam hal ini peneliti
melakukan atau
memberikan perlakuan yang sama kepada siswa dalam model
pembelajaran PBL
dan PjBL. Hal ini merujuk pada situasi lingkungan, peristiwa
yang terjadi
disekitar, seperti ruang kelas yang diatur guru sebelum
dilakukan penelitian. Pada
hasil uji perlakuan dapat dikendalikan dengan harapan memiliki
pengalaman
eksternal (history) yang sama selama pelaksanaan. b) Selection
dalam kegiatan ini
peneliti membagi kelompok subjek dengan kesamaan dan kesetaraan
yang
diterapkan pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.
c)
Maturation (kematangan) dalam hal ini peneliti melacak psikologi
dari siswa, usia
dari anak, dari segi kematangan siswa rata-rata kematangan dari
siswa itu sama,
6
1615
32
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
60-67 68-76 77-85 86-95 ≥96
posttest
posttest
-
51
dengan rata-rata usia dari siswa yaitu 10 tahun. d) Pretesting
(pengujian
sebelumnya) untuk menghindari terjdainya masalah yang disebabkan
oleh
pretesting, peneliti dalam hal ini melakukan penataan struktur
tes pada pasca tes
yaitu dengan cara mengacak soal tes, kalimat yang diganti akan
teteapi
mempunyai arti yang sama, penggunakan tanda titi ataupun koma,
serta pilihan
ganda yang diacak. e) Mortality (mortalitas) untuk menghindari
terjadinya
masalah yang diakibatkan oleh mortality peneliti dalam kegiatan
ini melakukan
kegiatan membagi siswa dalam kelompok yaitu dengan membagi
jumlah
kelompok dengan sama besar anggotanya.
Peneliti telah memberikan upaya dalam memenuhi validitas
eksternal berupa
pengambilan sampel yang mewakili populasi agar hasil penelitian
dapat
digeneralisasikan ke populasi yang luas.
Penelitian menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning
dilakukan di SDN Tingkir Tengah 01, dilaksanakan pada tanggal 31
maret dan 5
april 2016. Jumlah siswa yang mengikuti adalah 30 siswa dan yang
tidak
berangkat 3 orang siswa yang tidak beragkat 2 siswa yang
dikarenakan sakit dan 1
siswa ijin urusan keluarga. Kegiatan pemebalajaran dilakukan 2x
2x 35 menit
yang artinya 2x pertemuan. Mata pelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah mata pelajaran IPA dengan mengambil materi sumber daya
alam.
Pengambilan materi diambil dari sumber silabus kelas 4 yang
memiliki
Standar Kompetensi Standar kompetensi 11. Memahami hubungan
antara sumber
daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat dan
Kompetensi Dasar
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dan lingkungan
serta
Indikator 1. Menjelaskan pengertian sumber daya alam 2.
Menyebutkan jenis
SDA. 3. Mendiskusikan pengertian SDA yang dapat diperbarui
beserta contohnya.
4. Mendiskusikan pengertian SDA yang tidak dapat diperbarui
beserta contohnya.
5. Menyebutkan manfaat dari sumber daya alam yang dapat
diperbarui. 6.
Menyebutkan manfaat dari sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui.
Pemberian perlakuan dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
observer yaitu
guru kelas 4 SDN Tingkir Tengah yang bernama Ibu Umayyah. Begitu
juga di
SDN Tingkir Lor 02 kelas 4 yang dilaksanakan pada tanggal2 dan 4
april 2016.
-
52
Pemberian perlakuan dilakukan oleh peneliti dengan obeserver
guru kelas 4 yang
bernama Ibu Mutmainnah
4.1.2.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA Menggunakan
Model
Pembelajaran Project Based Learning Kelompok Eksperimen 2
a. Pertemuan 1
Pertemuan 1 pada kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning di kelas 4 SDN Tingkir
Tengah
dilaksanakan pada tanggal 31 maret 2016. Kegiatan pembelajaran
diikuti 27
siswa, 3 siswa tidak berangkat dikarenakan sakit dan ijin urusan
keluarga.
Pembelajaran diawali dengan doa kemudian dilanjutkan dengan
presensi, yang
dilanjutkan dengan apersepsi dari guru. Setelah itu kegiatan
dilanjutkan dengan
pembagian soal pretest yang diberikan oleh guru untuk melihat
tingkat
pemahaman siswa.
Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu menggunakan
model
pembelajaran Project Based Learning yang terdiri dari
sintagmatis yaitu pertama
siswa memperhatikan gambar yang ditunjukkan oleh guru kemudian
siswa
memperhatikan gambar yang ditampilkan oleh guru, siswa dibagi
menjadi
beberapa kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa,
siswa
diberi pengarahan oleh guru mengenai proyek yang diselesaikan
oleh siswa,
masing-masing kelompok mengambil gambar yang disediakan oleh
guru, siswa
mencari informasi mengenai gambar yang disediakan oleh guru yang
akan
dikerjakan pada pertemuan berikutnya, siswa diberi kesempatan
untuk bertanya
mengenai tugas / proyek yang belum dimengerti, kemudian guru
menutup
pembelajaran dengan salam penutup.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa
tingkat
keterlaksanaan kegiatan yang dilakukan di kelas 4 SDN Tingkir
Tengah 01 dan
SDN Tingkir Lor 02 menunjukan kegiatan dari guru adalah 100%
dari 7 poin
kegiatan. Begitu juga dengan tingkat keterlaksanaan dari
kegiatan yang dilakukan
oleh siswa yaitu 100% dari 7 poin kegiatan pada pertemuan
pertama, hal ini
berarti semua aspek kegiatan telah dilaksanakan dengan lengkap
oleh guru dan
siswa dan berjalan dengan baik.
-
53
Penelitian pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran
Project Based Learning juga dilaksanakan di SDN Tingkir Lor 02
sebagai SD
inti. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 april 2016 di kelas
4 dan diikuti
sebagian dari jumlah siswa kelas 4 yang berjumalah 16 siswa
dikarenakan 1 anak
yang tidak hadir dikarenakan sakit. Pelaksanaan pembelajaran
dilakukan sama
seperti pembelajaran yang dilakukan di SDN Tingkir Tengah
01.
b. Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 5 april 2016 dengan
alokasi waktu
yang sama yaitu 2x 35 menit, dengan jumlah siswa yang hadir
yaitu 30 siswa.
Kegiatan pembelajaran di awali dengan guru menyiapkan alat-alat
pembealajaran,
guru memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran, berdoa,
presensi, kemudian dilanjutkan dengan apersepsi. Dilanjutkan
dengan kegiatan
inti siswa disuruh untuk nmenyiapkan materi yang telah
dikumpulkan oleh siswa
dari rumah, siswa duduk bersama kelompok yang sudah dibagi pada
pertemuan
sebelumnya, masing-masing kelompok menyelesaikan proyek yang
telah
disampaikan di pertemuan sebelumnya, setelah itu siswa diminta
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok yang lain
memperhatikan presetasi
kelompok, kemudian guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
yang telah
dilakukan, guru memberikan soal posttest, guru menutup
pembelajaran dengan
salam penutup.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat dilihat
bahwa
tingkat keterlaksanaan dari kegiatan yang telah dilakukan oleh
guru adalah 100%
dari 8 poin kegiatan, begitu juga tingkat keterlaksanaan yang
dilakukan oleh siswa
yaitu 100% dari 8 poin kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan kegiatan
pembelajaran telah terlaksana dengan baik dan berjalan dengan
lancar sesuai
dengan yang diharapkan.
Penelitian menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
di
SDN Tingkir Lor 02 pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
rabu 7 april
2016 yang diikuti 17 siswa. Kegiatan yang dilakukan pada SDN
Tingkir Lor sama
dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SDN Tingkir
Tengah 01. Sintak
yang dilakukan sama dengan yang dilakukan di SDN Tingkir Tengah
01.
-
54
4.1.2.2 Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Tingkir
Tengah 01 dan
SDN Tingkir Lor 02 Menggunakan Model Pembelajaran Project
Based Learning Sebagai Kelompok Eksperimen 2
Tingkat hasil belajar IPA siswa akan dipaparkan melalui
statistik
deskriptif dari hasil pretest dan posttest yang terdiri dari
rata-rata (mean), nilai
tertinggi (max), nilai terendah ( min), standar deviasi,
distribusi frekuensi dan
penyajiannya dalam bentuk grafik.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen 2
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai Pre-Test 43 40 80 60,60 9,890
Nilai Post-Test 43 60 100 76,67 8,601
Valid N
(listwise) 43
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
kelas
eksperimen 2 sebelum mendapatkan perlakuan (nilai pretest)
menggunakan model
pembelajaran adalah 60,60 dengan standar deviasi 9,890 nilai
terendah 40 dan
nilai terttinggi adalah 80. Setelah siswa mendapatkan perlakuan
(nilai
Posttest)menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
nilai rata-rata
yang didapatkan adalah 76,67, standar deviasi 8,601, nilai
terendah adalah 60 dan
nilai tertinggi adalah 100. Jumalh siswa yang mengikuti pretest
dan posttest
adalah 43 siswa.
Jumlah data yang dipaparkan cukup banyak, sehingga akan
dipaparkan
data menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajian lebih
efisien.
Penyajian tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas interval
yang diperoleh
dari selisih skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi jumlah
kelas. Penentuan
jumlah kelas menggunakan rumus Strurges (Sugiyono, 2013:35)
yaitu K=1+3,3
log n. K adalah jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa.
Melalui rumus
dapat diperoleh K= 1+3,3 log 43 = 6,39 atau dibulatkan menjadi
6. Interval kelas
-
55
didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal- skor minimal)
dibagi jumlah kelas
yaitu������
� =10. Hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest
kelompok
eksperimen 2 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest kelompok Ekperimen 2 SDN
Tingkir
Tengah 01 dan SDN Tinkir Lor 02
No.
Kelas Kelas Interval
Nilai Pretest
Frekuensi Persentase
1. 40-50 5 11,62%
2. 51-60 10 23,25%
3. 61-70 17 39,53%
4. 71-80 8 18,60%
5. ≥81 2 4,65%
Jumlah 43 100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai pretest
terdapat 5 siswa
yang mendapatkan nilai antara 40-50 dengan presentase 11,62%, 10
siswa yang
mendapatkan nilai antara 51-60 dengan presentase 23,25%, 17
siswa
mendapatkan nilai antara 61-70 dengan presentase 18,60, 8 siswa
yang
mendapatkan nilai antara 71-80 dengan presentase 18,60%, 2 siswa
yang
mendapatkan nilai antara ≥81 dengan presentase 4,65%.
-
56
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 2 SDN
Tingkir
Tengah 01 dan SDN Tingkir Lor 02
No.
Kelas Kelas Interval
Nilai Posttest
Frekuensi Persentase
1. ≤60 3 6,97%
2. 61-70 10 23,25%
3. 71-80 18 41,86%
4. 81-90 10 23,25%
5. ≥91 1 2,32%
Jumlah 43 100%
Dari tabel 4.5 pada nilai posttest mengalami peningkatan nilai
terendah yang
didapatkan oleh siswa sebesar 60 dan nilai tertinggi 100, 3
siswa mendapatkan
nilai antara ≤60 dengan presentase 6,97%, 10 siswa mendapatkan
nilai antara 61-
70 dengan presentase 23,25%, 18 siswa mendapatkan nilai antara
71-80 dengan
presentase 41,86%, 10 siswa mendapatkan nilai antara 81-90
dengan presentase
23,32%, dan 1 anak yang mendapatkan nilai antara ≥91 dengan
presentase 2,32%.
Untuk lebih jelas akan disajikan dalam bentuk grafik sebagai
berikut.
-
57
Gambar 4.3
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Kelompok
Eksperimen 2 (SDN
Tingkir Tengah 01 dan SDN Tingkir Lor 02)
Gambar 4.4
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 2
SDN
Tingkir Tengah 01 dan SDN Tingkir Lor 02
5
10
17
8
2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
40-50 51-60 61-70 71-80 ≥81
pretest
pretest
3
10
18
10
10
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
≤60 61-70 71-80 81-90 ≥91
Posttest
Posttest
-
58
4.1.3 Deskriptif Komparasi Hasil Pengukuran
Deskriptif Komparasi dalam penelitian ini akan memaparkan
paerbandingan hasil pengukuran dari kelompok eksperimen 1 dan
kelompok
eksperimen 2 berdasarkan nilai pretest dan posttest. Deskripsi
komparasi disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik berikut.
Tabel 4.7
Tabel Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen 1 dan
Eksperimen 2
Tahap pengukuran Rerata skor (mean) kelompok Keterangan
selisih
skor Eksperimen 1 Eksperimen 2
Pretest
Posttest
70,71
77,14
60,60
76,67
10,11
0,47
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai
rata-rata
tahap pengukuran pretest yang ditunjukkan adanya selisih skor
antara kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 sebesar 10,11 dimana
nilai kelompok
eksperimen 1 lebih unggul dari kelompok eksperimen 2. Sedangkan
pengukuran
nilai posttest juga terdapat perbedaan nilai rata-rata uyang
ditunjukkan pada
selisih skor antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 yaitu
sebesar 0,47 dan nilai kelompok eksperimen 1 lebih unggul
dibandingkan nilai
kelompok eksperimen 2.
Secara ringkas deskripsi komparasi hasil pengukuran tersebut
akan dipaparkan
pada grafik berikut.
-
59
Gambar 4.5
Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen
1 dan
Kelompok Eksperimen 2
4.1.4 Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Belajar Menggunakan
Model
Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based
Learning
Dalam hasil uji beda penelitian ini akan dipaparkan mengenai
teknis
analisis data yang digunakan yaitu uji prasyarat dan uji
hipotesis. Uji prasayat
terdiri dari uji normalitas, dan homogenitas yang digunakan untu
mengetahui
distribusi kenormalan data dan tingkat kesetaraan dari data yang
akan diuji t (beda
rata-rata). Pengujian yang dilakukan oleh peneliti adalah
menggunakan SPSS 20
for Windows.
4.1.4.1 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji normalitas dilakukan agar mengetahui apakah populasi data
distribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas data dengan bantuan SPSS
20 for
windows. Uji ini dilakukan dengan melihat signifikansi pada
Kolmogrov-Smirnov.
Dengan asumsi, dataa berdistribusi normal apabila nilai memiliki
probalitas (P)
lebih besar dari 0,05.
70,71
60,6
77,14 76,67
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
eksperimen 1 eksperimen 2
pretest
posttest
-
60
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok
Eksperimen 2
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Model Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest PBL .132 42 .065 .956 42 .108
PjBL .124 42 .100 .967 42 .256
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dililihat/ diketahui bahwa nilai
pretest
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah 0,065 dan
0,100.
Karena nilai signifikansi/ probalitas data tersebut diatas 0,05
maka disimpulkan
bahwa populasi hasil pretest kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2
berdistribusi normal.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengujian normalitas
terhadap
nilai posttest dari kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2. Beriku
adalah hasil uji normalitas data nilai posttest kelompok
eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2.
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Nilai Postest Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok
Eksperimen 2
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Model Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Posttest PBL .125 42 .097 .958 42 .123
PjBL .124 42 .100 .958 42 .125
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hasil nilai posttest
kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah 0,097 dan 0,100.
Karena nilai
signifikansi sudah diatas 0,05 maka disimpulkan bahwa populasi
hasil posttest
kelompok eksperimen 1 dan ekpserimen 2 adalah berdistribusi
normal.
-
61
Kemudian setelah uji normalitas berupa distribusi kenormalan
data
terpenuhi, kemudian dilanjutkan denga prasyarat yang kedua yaitu
uji
homogenitas atau tingkat kesetaraan data dengan melakukan uji
homogenitas,
dengan ketentuan nilai dianggap homogen apabila nilai probalitas
lebih dari 0,05
maka dapat disimpulkan data tersebut homogen. Pengujian
dilakukan dengan
bantuan SPSS 20 for windows. Uji homogenitas dari kelompok
eksperimen 1 dan
eksperimen 2 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 1
dan
Eksperimen 2
Levene Statictic df1 df2 Sig.
Pretest Based on Mean 0,274 1 82 .602
Based on Median 0,202 1 82 .654
Based on Median and
with adjusted dt
0,202 1 81,929 .654
Based on trimmed
mean
0,282 1 82 .597
Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa hasil output test
of
homogeneity of variance nilai pretest menunjuikkan angka
signifikansi yang ada
pada Based on Mean 0,602, Based on Median 0,654, Based on Median
and with
adjusted dt adalah 0,654 dan Based on trimmed mean adalah 0,597.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest kelompok eksperimen 1
dan kelompok
eksperimen 2 memiliki varian yang sama atau homogen karena nilai
probalitas
dari data nilai pretest populasi lebih dari 0,05.
-
62
Tabel 4.11
Hasil Uji Hompogenitas Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 1
dan
Kelompok Eksperimen 2
Levene Statictic df1 df2 Sig.
Posttest Based on Mean .653 1 83 .421
Based on Median .613 1 83 .436
Based on Median and
with adjusted dt
.613 1 82,633 .436
Based on trimmed
mean
.646 1 83 .424
Untuk nilai posttest menunjukan bahwa angka signifikansi yang
diperoleh
adalah Based on Mean adalah 0,421, Based on Median adalah 0,436,
Based on
Median and with adusted dt 0,436, Based on trimmed mean 0,424.
Karena hasil
nilai probalitas data >0,05 maka disimpulkan bahwa nilai
posttest kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 memiliki varian yang
homogen / sama.
Berdasarkan hasil perhitungan uji prasyarat pada uji normalitas
dan uji
homogenitas antara kelompok eksperimen 1 yang diberi perlakuan
pembelajaran
Problem Based Learning dan kelompok eksperimen 2 yang diberi
perlakuan yaitu
pembelajaran Projec Based Learning menunjukanj data
berdistribusi normal dan
homogen karena nilai probalitas menunjukkan nilai >0,05.
Dasar pengambilan keputusan adalah dapat dilihat pada nilai
probalitas
pada kolom sig.
a. Apabila nilai probalitas > 0,05 maka H0 diterima
b. Apabila nilai probalitas < 0,05 maka H1 ditolak
perhitungan uji beda menggunakan uji t Independent T test.
Hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
-
63
Tabel 4.12
Analisis Uji t Pada kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa nilai F sebesar
0,653 ,
koefisien sig (2tailed) 0,670. Koefisien ini lebih dari 0,05
maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima atau nilai rata-rata posttest antara kelompok
eksperimen 1
dengan model pembelajaran PBL dan kelompok eksperimen 2 dengan
model
pembelajaran PjBL hasil belajarnya sama/ tidak ada perbedaan
hasil belajar IPA
yang signifikan siswa kelas 4 SD menggunakan model pembelajaran
PBL dan
PjBL di Gugus Joko Tingkir Salatiga.
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Nilai
Equa
l
varia
nces
assu
med
,653 ,421 ,427 83 ,670 ,864 2,022 -3,158 4,886
Equa
l
varia
nces
not
assu
med
,427 81,837 ,671 ,864 2,025 -3,164 4,891
-
64
4.1.5 Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini adalah dengan melihat hasil
belajar siswa
kelas 4 SDN Gugus Joko Tingkir. Hipotesis yang telah dirumuskan
adalah sebagai
berikut.
1. H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai hasil
belajar IPA siswa
kelas 4 SD menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL di
Gugus
Joko Tingkir Salatiga.
2. Ha : Ada perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA
siswa kelas 4
SD menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL di Gugus Joko
Tingkir Salatiga.
Berdasarkan tabel 4.10 disimpulkan bahwa nilai rata-rata
posttest antara
kelompok eksperimen 1 yang diberi perlakuan PBL dan kelompok
eksperimen 2
yang diberi perlakuan PjBL hasil belajarnya sama, karena nilai
koefisien sig
(2tailed) menunjukan hasil 0,670. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H0
diterima yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai
hasil belajar IPA
siswa kelas 4 SD menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL di
Gugus
Joko Tingkir Salatiga.
4.2 Pembahasan Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Gugus Joko Tingkir Salatiga yaitu di
SDN
Tingkir Lor 01 di kelas 4 sebagai kelas eksperimen 1 dan
sebagian siswa kelas 4
di SDN Tingkir Lor 02 dengan diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran
Problem Based Learning dan sebagai kelompok eksperimen 2 yaitu
di SDN
Tingkir Tengah 01 siswa kelas 4 dan sbagian siswa kelas 4 di SDN
Tingkir lor 02
dengan diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Project
Based Learning.
Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan lancar sesuai dengan
rencana dan
sesuai dengan sintak pembelajaran. Pada kegiatan pebelajaran ini
peneliti sudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintak model
pembelajaran
menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL .
Penelitian difokuskan pada rumusan masalah pada bab 1 yaitu
apakah ada
perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD yang signifikan
dalam pembelajaran
-
65
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan
model
pembelajaran Project Based Learning?
Hasil uji prasyarat dari kedua kelompok penelitian adalah
homogen/sama
karena nilai pretest kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2
sebesar 0,602 >
0,05 dan nilai posttest sebesar 0,421 > 0,05. Dapat diambil
kesimpulan dari uji
prasyarat adalah kedua varian tersebut (kelas eksperimen 1 dan
eksperimen 2 )
homogen/ sama. Sedangkan hasil uji normalitas pretest dan
posttest secara
keseluruhan lebih dari 0,05 sehingga diambil kesimpulan bahwa
kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 berdistribusi normal.
Hasil analisis deskriptif dari hasil pretest kelompok eksperimen
1 siswa
mendapatkan nilai terendah 50 dan yang mendapatkan nilai
tertinggi adalah
sebesar 90, dengan rata-rata 70,71. Hasil pretest kelompok
eksperimen 2 siswa
mendapatkan nilai terendah 40 dan yang mendapatkan nilai
tertinggi adalah
sebesar 80 dan nilai rata-rata 60,12. Hasil nilai posttest
kelompok eksperimen 1
siswa mendapatkan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi sebesar
100 dengan nilai
rata-rata 77,14. Hasil posttest kelompok eksperimen 2 siswa yang
mendapatkan
nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendah 60, dan nilai
rata-rata yang
didapatkan oleh siswa pada kelompok eksperimen 2 adalah
76,28.
Pada distribusi frekuensi nilai pretest kelompok eksperimen
1
menunjukkan nilai pretest terdapat 3,siswa yang mendaptkan nilai
antara 50-58
dengan presentase 7,14%, 13 siswa yang mendapatkan nilai antara
59-67 dengan
persentase 30,95%, 13 siswa mendapatkan nilai antara 68-76
dengan presentase
30,95%, 11 siswa mendapatkan nilai antara 77-85 dengan
presentase 26,19%, 2
siswa yang mendapatakan nilai 86-95 dengan presentase 4,76% dan
tidak ada
yang mendapatkan nilai antara 96-104. Pada nilai Posttest
mengalami peningkatan
yaitu yang mulanya nilai terendah 50 kemudian naik pada nilai
terendah 60 dan
dapat dilihat bahwa nilai posttest tidak ada yang mendapatkan
nilai antara 50-58,
6 siswa yang mendapatkan nilai antara 59-67 dengan persentase
14,28%, 16 siswa
mendapatkan nilai antara 68-76 dengan presentase 38,09%, 15
siswa
mendapatkan nilai antara 77-85 dengan presentase 35,71%, 3 siswa
yang
-
66
mendapatakan nilai 86-95 dengan presentase 7,14% dan 2 siswa
yang
mendapatkan nilai antara 96-104 dengan presentase 4,76%.
Distribusi frekuensi kelompok eksperimen 2 dilihat bahwa nilai
pretest
diketahui dapat diketahui bahwa nilai pretest terdapat 5 siswa
yang mendapatkan
nilai antara 40-50 dengan presentase 11,62%, 10 siswa yang
mendapatkan nilai
antara 51-60 dengan presentase 23,25%, 17 siswa mendapatkan
nilai antara 61-70
dengan presentase 18,60, 8 siswa yang mendapatkan nilai antara
71-80 dengan
presentase 18,60%, 2 siswa yang mendapatkan nilai antara 81-90
dengan
presentase 4,65%, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai
antara 91-100.
Pada nilai posttest mengalami peningkatan nilai terendah yang
didapatkan
oleh siswa sebesar 60 dan nilai tertinggi 100, tidak ada siswa
yang mendapatkan
nilai antara 40-50, 3 siswa mendapatkan nilai antara 51-60
dengan presentase
6,97%, 10 siswa mendapatkan nilai antara 61-70 dengan presentase
23,25%, 18
siswa mendapatkan nilai antara 71-80 dengan presentase 41,86%,
10 siswa
mendapatkan nilai antara 81-90 dengan presentase 23,32%, dan 1
anak yang
mendapatkan nilai antara 91-100 dengan presentase 2,32%.
Analisis berikutnya adalah dengan uji beda skor hasil kedua
kelompok
penelitian dengan menggunakan uji Independent Sample T Test
dengan
menggunakan bantuan SPSS 20 for Windows. Uji beda dilakukan
dengan
menggunakan tabel distribusi t dengan sig. Probalitas sebesar
< 0,05. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan kriteria signifikan probalitas sig
(2tailed)
menunjukan nilai sebesar 0,670 yang berarti lebih dari 0,05 maka
dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil
belajar IPA
siswa kelas 4 menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning dan
Project Based Learning pada Gugus Joko Tingkir Salatiga.
Hasil uji beda dan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak
terdapat
perbedaan antara kedua kelompok eksperimen terhadap nilai
posttest ditunjukkan
dengan skor nilai rata-rata hasil belajar IPA yang didapatkan
oleh kelompok
eksperimen 1 sebesar 77,14 dan kelompok eksperimen 2 sebesar
76,28. Dengan
dipaparkan nilai tersebut terlihat bahwa hampir sama/tidak
terdapat perbedaan
yang signifikan.
-
67
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model
pembelajaran PBL
dan PjBL karena model pembelajaran ini sama-sama berpacu pada
penentuan
masalah yang sering digunakan siswa pada kehidupan sehari-hari,
serta pada
model pembelajaran ini berpacu pada pengalaman baru dari model
ini siswa
dilatih untuk menemukan jawaban dari masalah tersebut dengan
cara pengalaman
langsung yang dialami oleh siswa. Pada model pembelajaran ini
siswa juga dilatih
untuk bisa aktif dalam berdiskusi dan berkomunikasi, serta
interaksi terhadap
siswa lainnya, selain itu siswa dilatih untuk percaya diri
terbukti pada akhir
pembelajaran siswa disuruh untuk maju mempresentasikan hasil
karyanya/hasil
diskusi kelompok.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Prametasari, Merinda
menunjukan ada
efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (
Problem Based
Learning) pada mata pelajaran IPA siswa Kelas 5, dengan adanya
perbedaan rata-
rata dari hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan perolehan rata-
rata nilai tes siswa kelas kontrol lebih rendah daripada
rata-rat nilai tes siswa kelas
eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan perbedaan rata-rata
(mean diference)
sebesar 8,851. Perbedaan tersebut ditinjau dari ke signifikannya
nampak t hitung
> t tabel (3.201 > 1.674) dengan taraf signifikansi
diperoleh angka 0,002 < 0,05 .
hal tersebut terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara
kelas kontrol dan
kelas eksperimen di SD Gugus Hasanudin Salatiga.
Penelitian yang dilakukan oleh Chitika, Prisky. 2012. Menunjukan
bahwa
penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dengan hasil
penelitian nilai t hitung > t
tabel (5.345 > 4,660). Signifikansi (0,000 < 0,005).
Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak berarti Ha diterima.
Dengan demikian
terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran
berbasis masalah
dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas SD Negeri 3 Jepon
Semester II tahun
ajaran 2011/2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugraeni, Veronica Yasinta pada
tahun
2013 menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL (Project
Based
-
68
Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa
kelas 4 SD Negeri
01 Gandulan semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Terbukti
dengan hasil yang
diperoleh siswa dalam pra siklus 11 siswa (52,38%) belum tuntas
KKM dan 10
siswa (47,62%) sudah mencapai KKM. Dan setelah adanya penelitian
pada siklus
I dengan menerapkan Pendekatan Kontektual Melalui Project Based
Learning
siswa mengalami peningkatan, 5 siswa (23,8%) belum tuntas KKM
dan 16 siswa
(72,2%) siswa sudah tuntas KKM. Dan hasil dari siklus II hasil
yang diperoleh 2
siswa (9,5%) belum tuntas KKM dan 19 siswa (90,5%) tuntas
KKM.
Dalam kegiatan pembelajarn yang dilakukan pada kelas eksperimen
1 dan
eksperimen 2 menunjukan bahwa model pembelajaran PBL dan PjBL
membawa
pengaruh yang positif bagi siswa, ditunjukkan dengan adanya
peningkatan skor
nilai dan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Dalam penelitian yang dilakukan di SDN Tingkir Lor 01, SDN
Tingkir
Lor 02 dan SDN Tingkir Tengah 01 menunjukan bahwa model
pembelajaran PBL
dan PjBL membawa pengaruh yang positif dalam penyampaian mata
pelajaran
IPA dengan materi pembelajaran Sumber Daya Alam terbukti adanya
peningkatan
hasil belajar siswa, karena model pembelajaran ini hampir sama
maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan. Sehingga pembelajaran dapat
berlangsung
dengan aktif dan positif.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih
banyak
kekurangan/keterbatasan yang dialami oleh peneliti sehingga
mengakibatkan
penelitian kurang sempurna. Kekurangan yang dialami oleh
peneliti karena
penelitian ini hanya meneliti pada kognitif dari siswa. Peneliti
melakukan
penelitian sendiri maka proses kegiatan kurang terpusat pada
proses pembelajaran
karena siswa merasa peneliti kurang berwibawa/ kurang menguasai
kelas. Belajar
dari kekurangan yang dilakukan oleh peneliti, maka diharapkan
peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih baik.