Top Banner
181 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian Evaluasi Program Pelatihan IHT Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru ini dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang terletak di Jalan Suropati 14 togaten Salatiga. Sekolah dasar ini merupakan sekolah swasta yang berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah dan telah memiliki SK pendirian sekolah 028/II.O/N/2007 dan SK izin operasional 163/421.3/DIKDAS/II/2009. SD yang dahulu bernama HIS Muhammadiyah dan sempat berubah nama menjadi sekolah rakyat ini berdiri sejak tahun 1932. Pada masa itu, walaupun mengusung nama sekolah Islam, namun sekolah ini mempunyai murid dengan berbagai latar belakang agama, khususnya Islam dan Kristen. Pada tahun 1970-an sekolah ini kembali berubah nama menjadi SD Muhammadiyah. Akan tetapi SD Muhammadiyah kalah bersaing dengan SD Inpres yang sedang dikembangkan pemerintah. Hal ini menyebabkan berkurangnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Muhammadiyah
78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...181 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian Evaluasi Program

Oct 21, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 181

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian

    4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian

    Penelitian Evaluasi Program Pelatihan IHT

    Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru ini

    dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

    yang terletak di Jalan Suropati 14 togaten Salatiga.

    Sekolah dasar ini merupakan sekolah swasta yang

    berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah

    dan telah memiliki SK pendirian sekolah

    028/II.O/N/2007 dan SK izin operasional

    163/421.3/DIKDAS/II/2009.

    SD yang dahulu bernama HIS

    Muhammadiyah dan sempat berubah nama

    menjadi sekolah rakyat ini berdiri sejak tahun

    1932. Pada masa itu, walaupun mengusung nama

    sekolah Islam, namun sekolah ini mempunyai

    murid dengan berbagai latar belakang agama,

    khususnya Islam dan Kristen. Pada tahun 1970-an

    sekolah ini kembali berubah nama menjadi SD

    Muhammadiyah. Akan tetapi SD Muhammadiyah

    kalah bersaing dengan SD Inpres yang sedang

    dikembangkan pemerintah. Hal ini menyebabkan

    berkurangnya animo masyarakat untuk

    menyekolahkan anaknya di SD Muhammadiyah

  • 182

    dan membuat SD ini hampir ditutup. Untuk

    menyikapi kondisi ini, pada tahun 2002 para tokoh

    Muhammadiyah mengadakan rapat yang hasilnya

    diputuskan bahwa sekolah akan dikembangkan

    menjadi sekolah unggulan dan namanya diubah

    menjadi SD Muhammadiyah (Plus).

    Perubahan nama sekolah juga berimbas pada

    perubahan strategi untuk mewujudkan cita-cita

    sebagai sekolah unggulan. Dalam rangka

    mewujudkan cita-cita tersebut maka sekolah

    bersama yayasan mencanangkan beberapa strategi

    yang memerlukan kerjasama dan kesiapan SDM-

    nya. Salah satunya adalah diadakannya program

    IHT agar SDM sekolah mempunyai kesiapan, sikap

    dan keterampilan dalam mencapai cita-cita

    sekolah. Selain itu, merujuk pada Standar Nasional

    Pendidikan pada penerapan KTSP, diperlukan

    analisis konteks agar sekolah senantiasa berbenah.

    Adapun analisis konteks yang dilakukan SD

    Muhammadiyah (Plus) tersebut dirangkai dalam

    kegiatan IHT (In House Training). IHT sendiri

    merupakan kegiatan terprogram setiap tahun yang

    secara intensif sudah berjalan selama 7 (tujuh)

    tahun.

    Pada saat ini SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga telah berkembang pesat dan telah memiliki

    44 orang guru yang aktif mengajar. Berdasarkan

  • 183

    hasil studi dokumen diketahui bahwa seluruh guru

    telah menempuh pendidikan S1, bahkan ada

    beberapa diantaranya, yaitu sebanyak 11% guru

    telah menempuh pendidikan S2. Berdasarkan

    wawancara yang dilakukan dengan Wakil Kepala

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga diketahui

    bahwa sebagian guru yang telah memiliki gelar

    sarjana saat ini tengah menempuh pendidikan

    lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

    4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan SD Muhammadiyah

    (Plus) Salatiga

    Berdasarkan data lapangan yang diperoleh,

    maka diketahui bahwa visi SD Muhammadiyah

    (Plus) Salatiga adalah “Pusat keunggulan di bidang

    IMTAQ dan IPTEK yang berkarakter kebangsaan

    dan peduli lingkungan (The centre of “faith and

    devotion” and “science and technology” excellence

    with nationalism and environmental caring based)”.

    Berdasarkan visi yang telah ditetapkan,

    kemudian dijabarkan ke dalam 10 misi berikut: 1)

    Menumbuhkan sikap kemandirian dalam

    beribadah (To grow an attitude of being independent

    in worship); 2) Membentuk pribadi sopan dalam

    bersikap, santun dalam berucap, dan berempati (To

    form a personality which is polite in attitude,

    mannered in saying, and emphatic); 3) Menghargai

  • 184

    dan membentuk karakter peserta didik (To

    appreciate and form the character of students); 4)

    Mengembangkan budaya lokal dan kreativitas

    peserta didik (To develop local culture and student’s

    creativity); 5) Menciptakan, menumbuhkan budaya

    bersih dan sehat serta memelihara lingkungan

    hidup (To create, grow clean and healthy culture

    and keep the living environment); 6) Menumbuhkan

    belajar mandiri (To grow self study); 7)

    Mengembangkan budaya disiplin dan berprestasi

    (To develop discipline and highly achieved culture);

    8) Menggali, menumbuhkan, dan melejitkan

    potensi peserta didik (To dig, grow, and publish

    student’s potency); 9) Memberikan bekal dasar

    keterampilan TIK dan berbahasa asing (To give

    basic skill of Information Technology and Foreign

    Language); 10) Meraih posisi sekolah bertaraf

    internasional (To achieve international standard

    school).

    Adapun yang menjadi tujuan pendidikan

    Muhammadiyah, yaitu “Mengusahakan

    terbentuknya pelajar muslim yang beriman,

    bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada

    diri sendiri, cinta tanah air, berguna bagi

    masyarakat dan Negara.

  • 185

    4.2. Hasil Penelitian

    Berdasarkan data dan informasi yang telah

    terkumpul, selanjutnya diperlukan pendeskripsian yang

    berkaitan dengan program pelatihan IHT SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun ajaran

    2013/2014. Pendeskripsian diperlukan guna menjawab

    permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu

    bagaimana instructional, institutional, dan behavior dari

    program pelatihan IHT tersebut. Pada tahap

    pendeskripsian ini data diperoleh melalui wawancara

    terhadap wakil kepala SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga, angket yang disebarkan kepada guru-guru dan

    studi dokumen yang berkaitan dengan program

    pelatihan IHT. Adapun informasi yang diperoleh adalah

    sebagai berikut.

    4.2.1. Dimensi Instructional

    Data angket yang telah dikumpulkan selanjutnya

    dilakukan tabulasi untuk menentukan masing-masing

    indikator dalam dimensi instructional termasuk dalam

    kategori rendah, sedang, atau tinggi. Melalui

    pengkategorian tersebut akan diketahui sejauh mana

    program IHT dilaksanakan sehingga dapat diberikan

    rekomendasi perbaikan program jika diperlukan. Hasil

    dari tabulasi dari dimensi instructional dapat dilihat

    pada tabel 4.1 berikut.

    Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Angket Pada Dimensi Instructional

  • 186

    No Indikator

    Frekuensi

    jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    1 Jadwal pelatihan IHT dan pembagian

    durasi waktu pada tiap materi

    pelatihan

    9 7 0 0 0 14,6

    2 Kesesuaian topik pelatihan IHT

    dengan kebutuhan peserta sebagai

    seorang guru

    14 2 0 0 0 15,6

    3 Metode penyampaian materi dalam

    pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14

    4 Kesesuaian metode penyampaian

    materi dengan materi yang diberikan

    dalam pelatihan IHT

    3 13 0 0 0 13,4

    5 Interaksi antara pemateri dengan

    peserta dalam pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14

    6 Penggunaan teori belajar dalam pelatihan

    a Minat peserta untuk mengikuti

    program pelatihan IHT 14 2 0 0 0 15,6

    b Motivasi peserta untuk mengikuti

    program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8

    c Pengurutan materi pelatihan IHT dari

    yang mudah menuju kepada yang

    sulit

    6 10 0 0 0 14

    d Partisipasi peserta dalam pelatihan

    IHT 6 7 3 0 0 13,4

    e Ketepatan waktu penyampaian

    materi atau kesesuaian materi

    dengan jadwal

    4 11 1 0 0 13,4

    f Pengorganisasian pelatihan IHT dan

    pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2

    g Kesesuaian informasi dari materi

    yang disampaikan dalam pelatihan

    IHT dengan profesi peserta

    12 4 0 0 0 15,2

    h Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

    i Kelengkapan peralatan atau media

    yang digunakan dalam pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

    j Ketersediaan alat tulis untuk peserta

    pelatihan IHT yang disediakan panitia 10 6 0 0 0 14,8

    7 Pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT berikut:

  • 187

    No Indikator

    Frekuensi

    jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    a Variasi makanan yang disediakan 7 9 0 0 0 14,2

    b Kenyamanan tempat penginapan

    yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6

    c Kenyamanan ruang presentasi yang

    digunakan 14 2 0 0 0 15,6

    d Kualitas media audio visual yang

    digunakan saat presentasi 15 1 0 0 0 15,8

    Rata-rata 14,7

    Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa

    rata-rata indeks pada dimensi Instructional sebesar 14,7

    sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks

    tertinggi terdapat pada indikator motivasi untuk

    mengikuti program pelatihan dan kualitas media yang

    digunakan dengan nilai indeks sebesar 15,8 yang

    tergolong kategori tinggi. Sedangkan nilai indeks

    terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam

    kategori tinggi, yaitu pada indikator kesesuaian metode

    penyampaian dengan materi pelatihan, partisipasi

    peserta dalam pelatihan, dan ketepatan waktu

    penyampaian materi.

    Selain data angket, terdapat pula data-data yang

    didapatkan dari wawancara dan studi dokumen.

    Adapun hasil yang ditemukan pada masing-masing

    teknik pengumpulan data tersebut dijabarkan per sub

    variabel berikut.

  • 188

    a. Organisasi

    Peserta IHT yang diselenggarakan SD

    Muhammadiyah (Plus) merupakan seluruh guru di SD

    tersebut. Oleh karena itu materi dalam IHT pun

    disesuaikan dengan profesi keguruan. Berdasarkan

    tabel 6, dapat diketahui bahwa persepsi guru mengenai

    kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan

    dengan profesi peserta memiliki nilai indeks 15,2

    sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

    berarti materi yang disampaikan dalam IHT sesuai

    dengan level peserta atau tidak melenceng dari profesi

    peserta sebagai guru di SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga.

    Selain itu, dalam dokumen Panduan Kegiatan

    IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun Ajaran

    2013/2014 diketahui bahwa selain diberikan materi

    mengenai kurikulum yang merupakan materi untuk

    meningkatkan pengajaran, IHT juga menitikberatkan

    pada membangun budaya unggul sekolah. Oleh karena

    itu materi tidak hanya sekedar konten kurikulum

    tetapi juga bagaimana merubah pola pikir,

    meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun

    komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan

    membangun sekolah unggul. Materi yang disampaikan

    meliputi Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

    Character Building pendidikan Muhammadiyah,

    Kurikulum 2013, akselerasi dan peningkatan prestasi,

  • 189

    refleksi dan peneguhan Komitmen, serta pendidikan

    kreatif.

    Pemberian materi pun diurutkan dari materi

    mudah ke materi sulit. Pengurutan materi dari yang

    mudah menuju ke yang sulit juga ditegaskan oleh

    wakil kepala sekolah melalui wawancara tanggal 28

    Januari 2017 yang telah dikonfirmasi kepada salah

    seorang panitia dan guru. Cuplikan wawancara

    mengenai pengurutan materi adalah sebagai berikut:

    “Materi yang diberikan disini diurutkan. Pada hari pertama ada orientasi dari pengurus; lalu ada

    materi Kemuhammadiyahan, supaya semua guru

    dan karyawan teguh terhadap

    Kemuhammadiyahannya sebagai karakter budinya;

    kemudian ada kompetensi pembelajaran; lalu ada kurikulum 2013 yang disini sifatnya hanya

    suplemen saja karena guru-guru juga sudah

    mendapat materi tentang K-13 dari pemerintah,

    materi kurikulum ini termasuk kompetensi

    pembelajaran atau pengetahuan yang berkaitan

    dengan profesionalisme guru; lalu ada akselerasi dan peningkatan prestasi, yang berisi tentang

    capaian-capaian; refleksi, yaitu merefleksi setahun

    yang lalu. Kemudian pada hari kedua terdapat

    Qiyamul Lail atau kerohanian, sehingga kegiatan

    IHT selain berhubungan dengan fisik atau intelijen

    juga diberikan materi mengenai kerohanian melalui Qiyamul Lail, sholat subuh dan Kultum“

    Para peserta pun memberikan penilaian yang

    baik pada pengurutan materi IHT. Hal ini terbukti pada

    indikator mengenai pengurutan materi dari mudah

    menuju ke sulit diperoleh nilai indeks persepsi peserta

    sebesar 14, sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

    Sebagian besar peserta, yaitu sebanyak 62,5%

  • 190

    menyatakan pengurutan materi tersebut sudah baik,

    selebihnya sebanyak 37,5% peserta menyatakan bahwa

    pengurutan materi tersebut sangat baik.

    Berdasarkan hasil wawancara kepada wakil

    kepala sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah

    dikonfirmasi kepada salah seorang panitia dan guru

    diketahui bahwa durasi untuk IHT yang

    diselenggarakan di hotel biasanya dilakukan selama

    dua hari. Hasil wawancara tersebut senada dengan

    data yang ditemukan melalui studi dokumen bahwa

    IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun

    ajaran 2013/2014 dilaksanakan selama dua hari, yaitu

    pada hari Senin, tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan

    hari Selasa, tanggal 2 Juli 2013. IHT dimulai pada

    pukul 11.00 WIB dan ditutup pada hari selanjutnya

    pada pukul 12.00 WIB. Setiap materi yang

    disampaikan oleh pemateri dijadwalkan selama

    sembilan puluh (90) menit. Persepsi peserta terhadap

    jadwal pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu

    pada tiap materi pelatihan memperoleh nilai indeks

    sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

    Sebanyak 56% peserta menilai bahwa jadwal IHT dan

    pembagian durasi waktu pada tiap materi sudah

    sangat baik, dan 44% lainnya menilai baik.

    Organisasi yang meliputi tiga indikator, yaitu

    kesesuaian materi terhadap level peserta yang dalam

    penelitian ini pesertanya adalah guru, pengurutan

  • 191

    materi dari mudah ke sulit, dan durasi waktu dalam

    materi memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

    program. Materi yang diberikan merupakan materi

    yang sesuai dengan kebutuhan peserta sebagai seorang

    guru sehingga dapat meningkatkan kompetensinya.

    Materi pun diurutkan berdasarkan tingkat

    kesulitannya agar peserta dapat memahami isi materi

    dengan baik. Adapun durasi waktu yang digunakan

    dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

    didasarkan pada waktu yang telah ditentukan untuk

    melakukan IHT.

    b. Konten

    Dari hasil wawancara kepada wakil kepala

    sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah

    dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia

    diketahui bahwa:

    “Setiap kegiatan yang diselenggarakan di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu didasarkan

    pada visi dan misi sekolah. Ini juga berlaku untuk

    program IHT. Oleh karena itu topik yang dipilih

    dalam IHT pun didasarkan pada visi dan misi sekolah. Selain itu tentunya juga didasarkan pada

    kebutuhan guru dan tujuan program yang akan

    diselenggarakan.”

    Topik IHT yang merupakan kebutuhan guru pun

    ditentukan oleh semua warga sekolah, khususnya

    kepala sekolah, dan guru. Kepala sekolah sebagai

    pemimpin sekolah dapat menentukan topik yang akan

    diberikan dalam IHT jika memang guru memerlukan

  • 192

    materi mengenai topik tersebut untuk menunjang

    kompetensinya. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri

    bahwa guru terkadang juga memiliki kebutuhan lain

    selain dari keputusan kepala sekolah, khususnya

    dalam menambah wawasan ataupun keterampilan di

    bidang pengajaran. Oleh karena itu, sekolah

    mempunyai inisiatif untuk menampung ide-ide untuk

    dijadikan topik IHT yang disampaikan para guru

    melalui perkumpulan guru yang diadakan setiap

    minggu atau disampaikan langsung kepada kepala

    sekolah. Hal ini senada dengan cuplikan wawancara

    dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi

    kepada salah seorang guru dan panitia IHT berikut ini

    “Program IHT ini selain didasarkan visi dan misi juga

    disesuaikan dengan kebutuhan. Topik pelatihan bisa

    dari pimpinan jika memang kebutuhan guru itu penting untuk dikembangkan dan bisa juga dari guru

    melalui perkumpulan yang diadakan setiap minggu.

    Tetapi kadang-kadang ide atau topik pelatihan tidak

    melalui forum resmi, justru kita banyak yang tidak

    melalui forum resmi.”

    Persepsi peserta terhadap kesesuaian topik IHT

    dengan kebutuhan peserta yang berprofesi sebagai

    guru mencapai nilai indeks sebesar 15,6 sehingga

    termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan

    seorang guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tidak

    hanya bertugas untuk memberikan pengajaran kepada

    siswanya, tetapi juga memiliki tugas untuk

    mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.

  • 193

    (Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah

    (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah

    dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia

    IHT)

    Hal senada juga tercantum dalam dokumen

    Panduan Kegiatan IHT SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 sebagai berikut:

    “Materi IHT juga menitikberatkan pada membangun

    budaya unggul sekolah, merubah pola pikir,

    meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun

    komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan

    membangun sekolah unggul. Kelima hal tersebut

    merupakan bagian dari visi dan misi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.”

    Konten dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga dengan indikatornya adalah topik-topik yang

    diberikan dalam pelatihan dan kesesuaian topik

    dengan tujuan ini memberikan pengaruh positif

    terhadap keberhasilan program. Tujuan dari program

    yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga selalu didasarkan pada visi dan misi sekolah.

    Adapun topik-topik IHT yang diberikan didasarkan

    pada kebutuhan guru dan visi misi sekolah.

    c. Metodologi

    Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

    yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan

    panitia IHT, didapatkan informasi bahwa:

  • 194

    “Metode penyampaian materi dalam IHT disesuaikan

    dengan materi yang diberikan. Selain itu juga

    disesuaikan dengan media yang disediakan oleh di tempat IHT. IHT biasanya kami selenggarakan di

    hotel-hotel, jadi metode yang digunakan pun

    menyesuaikan fasilitas yang diberikan hotel itu

    sendiri. Media yang paling umum dan paling sering

    digunakan itu IT, karena tidak dapat dipungkiri peran IT sangat penting dalam penyampaian materi”

    Berdasarkan dokumen yang ada, IHT tahun

    ajaran 2013/2014 ini diselenggarakan di Hotel Green

    Valley Ambarawa dan berdasarkan wawancara dengan

    Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23

    September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah

    seorang guru dan panitia IHT diketahui bahwa fasilitas

    yang biasa diberikan dan yang sering dimanfaatkan

    dalam penyampaian materi adalah IT (Teknologi

    Informasi) karena IT merupakan media yang sangat

    berperan dalam penyampaian materi. Oleh karena itu,

    sesuai dengan fasilitas yang diberikan hotel tersebut

    maka dipilih metode yang sesuai, yaitu metode

    ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Nilai indeks

    persepsi guru terhadap metode penyampaian materi ini

    pun sebesar 14, sehingga termasuk kategori tinggi. Hal

    ini berarti bahwa guru menilai metode yang digunakan

    dalam penyampaian materi IHT sudah baik.

    Adapun penggunaan metode ceramah, Tanya

    jawab, dan diskusi pun disesuaikan dengan materi

    yang akan disampaikan. Menurut Wakil Kepala SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga, tidak semua materi

  • 195

    menggunakan ketiga metode tersebut secara

    bersamaan. Adakalanya hanya menggunakan ceramah

    dan Tanya jawab, namun adakalanya menggunakan

    diskusi saja. (Wawancara dengan Wakil Kepala SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang

    telah dikonfirmasi kepada salah seorang panitia IHT)

    Persepsi guru mengenai kesesuaian metode

    penyampaian dengan materi yang diberikan dalam

    pelatihan IHT sebesar 13,4, sehingga termasuk dalam

    kategori tinggi. Ini berarti para guru setuju bahwa

    metode yang digunakan dalam penyampaian materi

    sesuai dengan materi yang diberikan.

    Adapun persepsi guru terhadap interaksi antara

    pemateri dan peserta mendapat nilai indeks sebesar

    14, sehingga termasuk kategori tinggi. Ini berarti

    pemateri melakukan interaksi secara baik kepada para

    guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

    Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, juga

    diteliti mengenai penggunaan teori belajar yang

    digunakan dalam IHT. Adapun indikator untuk

    penggunaan teori belajar tersebut beserta nilai

    indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Penggunaan Teori Belajar

    No Indikator

    Frekuensi

    Jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    1 Minat peserta untuk mengikuti 14 2 0 0 0 15,6

  • 196

    No Indikator

    Frekuensi

    Jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    program pelatihan IHT

    2 Motivasi peserta untuk mengikuti

    program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8

    3 Pengurutan materi pelatihan IHT

    dari yang mudah menuju kepada

    yang sulit

    6 10 0 0 0 14

    4 Partisipasi peserta dalam pelatihan

    IHT 6 7 3 0 0 13,4

    5 Ketepatan waktu penyampaian

    materi atau kesesuaian materi

    dengan jadwal

    4 11 1 0 0 13,4

    6 Pengorganisasian pelatihan IHT dan

    pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2

    7 Kesesuaian informasi dari materi

    yang disampaikan dalam pelatihan

    IHT dengan profesi peserta

    12 4 0 0 0 15,2

    8 Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

    9 Kelengkapan peralatan atau media

    yang digunakan dalam pelatihan

    IHT

    10 6 0 0 0 14,8

    10 Ketersediaan alat tulis untuk

    peserta pelatihan IHT yang

    disediakan panitia

    10 6 0 0 0 14,8

    Rata-rata 14,6

    Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa nilai

    rata-rata indeks pada penggunaan teori belajar sebesar

    14,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Nilai indeks

    paling besar berasal dari indikator motivasi.

    Berdasarkan angket terbuka yang dibagikan diisi oleh

    guru, didapat informasi bahwa guru termotivasi untuk

    mengikuti IHT karena para guru telah menyadari

    pentingnya kegiatan tersebut untuk menambah

  • 197

    wawasan, meningkatkan komitmen dalam

    bermuhammadiyah, menyatukan visi misi, mempererat

    keakraban, serta meningkatkan semangat dan etos

    kerja.

    Sub variabel metodologi berisi indikator aktivitas

    mengajar (pemilihan dan kesesuaian metode

    penyampaian materi), tipe interaksi, dan prinsip-

    prinsip pembelajaran atau teori belajar yang digunakan

    memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

    program. Hal ini dapat dilihat dari persepsi peserta

    terhadap masing-masing indikator yang termasuk

    dalam kategori tinggi. Jika salah satu dari indikator

    tersebut tidak ada, maka keberhasilan program tidak

    dapat tercapai secara maksimal. Metode penyampaian

    materi sendiri dipilih dan disesuaikan dengan materi

    dan fasilitas yang disediakan di tempat

    diselenggarakannya IHT. Adapun tipe interaksi yang

    digunakan menyesuaikan dengan metode penyampaian

    materi yang dipilih.

    d. Fasilitas

    Fasilitas merupakan salah satu faktor yang turut

    mempengaruhi keberhasilan program pelatihan.

    Fasilitas yang diberikan dalam IHT yang

    diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus)

  • 198

    Salatiga merupakan fasilitas yang disediakan oleh

    tempat IHT diselenggarakan, yaitu di Hotel Green

    Valley Ambarawa. Berdasarkan Wawancara dengan

    Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28

    Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah

    seorang panitia diketahui bahwa fasilitas yang

    diberikan oleh pihak Hotel berupa penginapan, makan,

    dan tempat untuk pertemuan. Adapun kepuasan para

    peserta terhadap fasilitas yang diberikan tersebut

    dapat dilihat melalui nilai indeks pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Pelayanan dan Fasilitas IHT

    No Indikator Frekuensi Jawaban

    Indeks 5 4 3 2 1

    1 Variasi makanan yang

    disediakan 7 9 0 0 0 14,2

    2 Kenyamanan tempat

    penginapan yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6

    3 Kenyamanan ruang

    presentasi yang digunakan 14 2 0 0 0 15,6

    4 Kualitas media audio visual

    yang digunakan saat

    presentasi

    15 1 0 0 0 15,8

    Rata-rata 15,3

    Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa persepsi

    peserta pelatihan terhadap pelayanan dan fasilitas

    yang diberikan dalam IHT sebesar 15,3 sehingga

    termasuk dalam kategori tinggi. Variasi makanan,

    kenyamanan tempat penginapan, kenyamanan ruang

    presentasi, dan kualitas audio visual yang digunakan

  • 199

    saat presentasi seluruhnya terdapat dalam kategori

    tinggi. Hal ini berarti pelayanan dan fasilitas pelatihan

    IHT sudah memuaskan.

    Fasilitas yang terdiri atas indikator pelayanan

    dan fasilitas yang diperlukan dalam IHT seperti ruang

    IHT, media, dan sebagainya memiliki pengaruh positif

    terhadap keberhasilan IHT. Fasilitas sendiri berperan

    dalam memberikan kenyamanan dalam pelaksanaan

    IHT. Jika fasilitas yang diberikan baik, maka IHT pun

    dapat dilaksanakan dengan baik pula. Oleh karena itu,

    IHT sering diselenggarakan di hotel-hotel karena lebih

    terjamin kenyamanan yang ditawarkannya, mulai dari

    makanan, penginapan, ruang presentasi hingga media

    untuk presentasi.

    e. Biaya

    Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

    yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia

    diketahui bahwa:

    “Seluruh biaya yang diperlukan untuk IHT berasal dari anggaran sekolah. Tetapi karena IHT

    memerlukan biaya yang tidak sedikit, terkadang

    anggaran dari sekolah tidak mencukupi sehingga

    panitia mencari cara untuk memenuhi anggaran

    yang diperlukan itu. Salah satu cara yang ditempuh

    adalah dengan mencari donasi kepada para relasi dari pimpinan-pimpinan SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga.”

  • 200

    Perencanaan anggaran untuk IHT secara resmi

    dilakukan melalui rapat-rapat pimpinan, yang terdiri

    dari kepala sekolah beserta wakil-wakilnya. Anggaran

    tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

    keuangan sekolah. Apabila memungkinkan maka IHT

    dapat diselenggarakan di Hotel, tetapi jika kondisi

    tidak memungkinkan maka IHT diselenggarakan di

    sekolah, atau tempat lain. (Wawancara dengan Wakil

    Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23

    September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah

    seorang panitia IHT)

    Biaya baik itu perolehan maupun

    penggunaannya mempunyai pengaruh positif. Tanpa

    adanya biaya maka IHT ini tidak dapat

    diselenggarakan. Biaya sendiri harus sesuai dengan

    anggaran yang telah direncanakan. Jika biaya yang

    ada kurang dari anggaran yang telah direncanakan,

    maka panitia mencari beberapa donatur untuk

    menutup kekurangan tersebut.

    4.2.2. Dimensi Institutional

    Dimensi Institutional pada penelitian ini

    membahas tentang personil-personil yang ikut

    berperan dalam terselenggaranya IHT. Adapun data

    mengenai dimensi ini didapat dari angket, wawancara

    serta dokumentasi. Pada angket terdapat lima

  • 201

    indikator dan nilai indeks pada masing-masing

    indikator dapat dilihat pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Dimensi Institutional

    No Indikator Frekuensi jawaban

    Indeks 5 4 3 2 1

    1 Penguasaan materi oleh

    pemateri dalam pelatihan IHT

    15 1 0 0 0 15,8

    2 Kejelasan materi yang

    disampaikan pemateri dalam

    pelatihan IHT

    9 7 0 0 0 14,6

    3 Kesempatan yang diberikan

    pemateri kepada peserta untuk

    bertanya dan kejelasan jawaban

    pemateri

    12 4 0 0 0 15,2

    4 Dukungan keluarga peserta

    terhadap program pelatihan IHT

    di sekolah

    14 2 0 0 0 15,6

    5 Dukungan komunitas guru

    yang diikuti terhadap program

    pelatihan IHT

    16 0 0 0 0 16

    Rata-rata 15,4

    Pada tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata nilai

    indeks peserta pada dimensi Institutional sebesar 15,4

    sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks

    tertinggi terdapat pada indikator dukungan komunitas

    guru yang diikuti terhadap program IHT, yaitu sebesar

    16 dan termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan

    nilai indeks terendah masih dalam kategori tinggi

    sebesar 14,6 yaitu pada indikator kejelasan materi

    yang disampaikan pemateri dalam IHT.

    a. Pemateri

  • 202

    Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

    yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

    diketahui bahwa:

    “Pemateri merupakan orang-orang professional yang

    dipilih melalui rapat pimpinan. Pada rapat pimpinan

    itu ditentukan topik yang akan diangkat, materi yang

    akan diberikan, serta pemateri yang sekiranya kompeten untuk memberikan materi. Untuk pemateri

    di IHT tahun ajaran 2013/2014 ini kita ambil dari

    Yayasan Muhammadiyah, PLPM (Pengembang

    Lembaga Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN,

    Kepala Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah

    Sapen Yogyakarta, disdikpora, wali murid dan juga guru sekolah.“

    Data wawancara tersebut sejalan dengan hasil

    studi dokumen bahwa pemateri dalam IHT tahun

    ajaran 2013/2014 berasal dari Yayasan

    Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga

    Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala

    Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen

    Yogyakarta, disdikpora, wali murid serta guru sekolah.

    Persepsi guru terhadap penguasaan materi dari

    pemateri sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam

    kategori tinggi. Hal ini berarti para guru menilai bahwa

    para pemateri merupakan orang kompeten yang dapat

    menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan guru.

    Selain itu persepsi guru terhadap kejelasan materi

    yang disampaikan pemateri mendapat nilai indeks

    sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

    Hal ini berarti materi yang disampaikan tepat sasaran

  • 203

    dan tidak melenceng dari topik yang telah ditentukan.

    Penilaian dari guru ini menguatkan hasil wawancara

    dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh

    salah seorang panitia IHT, pemateri merupakan para

    ahli di bidangnya.

    Selain itu, didapat pula data dari dokumen yang

    memperkuat data hasil tabulasi angket dan wawancara

    yang telah disebutkan. Berdasarkan dokumen

    Panduan Kegiatan IHT diperoleh informasi bahwa

    Pembukaan dengan materi mengenai “Meneguhkan

    Ideologi ber-Muhammadiyah” disampaikan oleh Ketua

    Pimpinan Daerah Muhammadiyah, selanjutnya

    Orientasi Kegiatan IHT disampaikan oleh Pengembang

    Lembaga Pendidikan Muhammadiyah. Selain itu materi

    mengenai Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

    Character Building Pendidikan Muhammadiyah

    disampaikan oleh Kepala Sekolah Teladan Nasional

    dari Yogyakarta, Kurikulum 2013 disampaikan oleh

    Pengawas TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan

    Sidomukti, Akselerasi dan Peningkatan Prestasi

    disampaikan oleh Komite SD Muhammadiyah (Dewan

    Pendidikan Salatiga), serta materi Komisi disampaikan

    oleh guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang

    dipilih.

    Selain kejelasan dalam penyampaian materi,

    kesempatan pemateri untuk melakukan Tanya jawab

  • 204

    juga penting agar guru dapat memahami materi yang

    belum dipahami dengan baik. Adapun persepsi guru

    mengenai kesempatan yang diberikan pemateri kepada

    peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban yang

    diberikan pemateri mendapat nilai indeks sebesar 15,2

    sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Melalui nilai

    indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap

    pemateri selalu memberikan kesempatan kepada para

    guru untuk menanyakan materi yang belum

    dipahaminya.

    Walaupun secara umum pemateri mendapat

    penilaian yang baik dari para peserta, namun masih

    ada yang kurang bagi peserta. Peserta mengharapkan

    agar pada IHT yang diselenggarakan tahun depan

    dihadirkan seorang motivator agar lebih termotivasi

    lagi untuk mengajar. Hal ini diungkapkan guru melalui

    angket terbuka yang diisi langsung oleh guru.

    Pemateri dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga ini memiliki pengaruh positif terhadap

    keberhasilan program IHT. Pemateri harus dipilih yang

    kompeten karena jika tidak kompeten akan

    menghambat kerberhasilan program. Jika pemateri

    tidak kompeten dan tidak menguasai materi maka

    akan menghambat peserta dalam memahami materi

    yang disampaikan. Terlebih jika ada peserta yang

    meminta penjelasan yang lebih, maka pemateri yang

  • 205

    tidak kompeten tidak dapat memberikan penjelasan

    yang benar.

    b. Peserta pelatihan

    Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

    yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang guru dan

    panitia IHT diketahui bahwa peserta pelatihan

    merupakan seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga yang mengajar dari kelas satu sampai enam.

    Berdasarkan angket yang diisi oleh para guru

    diketahui bahwa guru yang mengikuti IHT mempunyai

    masa kerja selama 3-10 tahun. Sebanyak 53% guru

    berusia 21-30 tahun, 40% guru berusia 31-40 tahun,

    dan 7% guru berusia 41-50 tahun. Dari data ini dapat

    disimpulkan bahwa guru SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga masih berusia 21-30 tahun.

    Melalui angket terbuka yang diisi oleh para guru

    diketahui bahwa guru termotivasi untuk mengikuti IHT

    karena program IHT merupakan program wajib yang

    harus diikuti oleh seluruh guru yang mengajar di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Selain itu, tidak sedikit

    pula yang menyatakan bahwa program IHT penting

    untuk menambah wawasan yang dapat menunjang

    profesinya. Ada juga yang menyatakan bahwa IHT

    dapat menyatukan visi misi, meningkatkan komitmen

    guru sebagai bagian dari SD Muhammadiyah (Plus)

  • 206

    Salatiga, meningkatkan semangat dan etos kerja,

    mempererat tali persaudaraan antar teman sekerja,

    dan dapat menyusun program-program berkualitas

    yang akan berdampak pada kemajuan sekolah.

    Peserta dalam program IHT ini memiliki

    pengaruh positif terhadap keberhasilan program.

    Peserta yang mengikuti IHT ini merupakan seluruh

    guru sehingga sudah dapat ditentukan kebutuhannya.

    Terlebih lagi seluruh guru di SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga memliki kewajiban untuk mengikuti IHT agar

    dapat mewujudkan cita-cita sekolah melalui visi

    misinya.

    c. Administrator/ panitia

    Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

    yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

    diketahui bahwa

    “Panitia ditentukan oleh seluruh warga sekolah, yaitu

    kepala sekolah, guru, dan karyawan. Panitia IHT

    dibentuk melalui rapat yang dihadiri seluruh warga

    sekolah. Oleh karena itu, panitia ditentukan melalui

    musyawarah dalam rapat.”

    Berdasarkan studi dokumen diketahui bahwa

    susunan panitia yang dibentuk dalam rapat tersebut

    meliputi penanggung jawab IHT, ketua, sekretaris,

    bendahara, sie acara, sie dokumentasi, sie

    perlengkapan dan dekorasi, sie humas/publikasi, sie

    pembantu umum. Panitia yang telah terbentuk

  • 207

    tersebut selanjutnya disahkan dan laporan

    pembentukan panitia ditandatangani oleh Kepala SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

    Panitia dalam program IHT ini memiliki

    pengaruh positif terhadap keberhasilan program.

    Panitia berperan dalam mengatur jalannya IHT mulai

    dari perencanaan hingga pelaksanaan. Tanpa adanya

    panitia maka IHT tidak akan berjalan secara efektif.

    Panitia memiliki tugas diantaranya merencanakan

    anggaran, mengatur jadwal, menentukan pemateri,

    menentukan tempat pelatihan, dan sebagainya.

    d. Spesialis pendidikan

    Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

    yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

    spesalis pendidikan terlibat sebagai pemateri yang

    memberikan materi kepada peserta IHT. Seperti yang

    tercantum dalam dokumen Panduan IHT bahwa

    seluruh pemateri merupakan para ahli yang dinilai

    kompeten untuk memberikan materi kepada peserta

    dalam IHT. Sebagai contoh keterlibatan Pengawas

    TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan Sidomukti yang

    merupakan seorang spesialis pendidikan yang

    memberikan materi mengenai K-13.

    Spesialis pendidikan memiliki pengaruh positif

    terhadap keberhasilan program IHT SD

  • 208

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hal ini dikarenakan

    spesialis pendidikan memberikan dukungan kepada

    sekolah-sekolah yang hendak mengembangkan

    kompetensi guru melalui pelatihan yang diadakan

    secara mandiri. SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pun

    melibatkan spesialis pendidikan sebagai salah satu

    pemateri dalam IHT.

    e. Keluarga

    Berdasarkan hasil tabulasi angket diketahui

    bahwa nilai indeks untuk dukungan keluarga peserta

    pelatihan terhadap program IHT di sekolah sebesar

    15,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Sebanyak 88%

    guru menilai bahwa dukungan yang diberikan keluarga

    sangat baik, sisanya sebanyak 12% menilai baik. Dari

    hasil nilai indeks tersebut dapat ditarik kesimpulan

    bahwa seluruh guru mendapat dukungan dari

    keluarga untuk mengikuti kegiatan IHT. Keluarga

    sangat mendukung guru untuk mengembangkan

    kompetensinya sebagai seorang pengajar dengan

    melalui kegiatan IHT yang diadakan sekolah.

    Sub variabel keluarga memiliki pengaruh positif

    terhadap keberhasilan IHT. Dukungan dari keluarga

    yang memberi kesempatan dan kebebasan kepada para

    peserta inilah yang memberikan kotribusi terhadap

    keberhasilan program IHT. Keluarga menyadari bahwa

    kegiatan IHT merupakan kegiatan yang wajib untuk

  • 209

    diikuti peserta sebagai bagian dari profesionalisme

    kerja di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

    f. Komunitas

    Menurut para guru, komunitas guru yang diikuti

    sangat mendukung guru terhadap program IHT. Hal ini

    nampak dari nilai indeks pada hasil tabulasi angket

    sebesar 16 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

    Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan

    Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28

    Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah

    seorang panitia IHT bahwa:

    “Seluruh guru memiliki komunitas atau

    perkumpulan sendiri yang terbentuk berdasarkan grade kelas. Setiap perkumpulan wajib melakukan

    pertemuan yang diadakan setiap minggu dan juga saling berkomunikasi via online lewat WhatsApp.

    Perkumpulan guru itu dibentuk agar setiap guru

    dapat mengutarakan masalah-masalah yang

    dihadapi pada saat mengajar dan dapat mencari

    solusi bersama.”

    Setiap perkumpulan terdapat seorang

    coordinator yang bertugas untuk mengkoordinir para

    guru dan untuk menyampaikan aspirasi dari guru ke

    kepala sekolah atau pun sebaliknya. Salah satu contoh

    hasil dari perkumpulan adalah guru ingin melakukan

    kegiatan studi banding untuk mempelajari model

    pembelajaran terbaik untuk kelas satu, maka

    coordinator mengusulkan aspirasi guru untuk

    melakukan studi banding tersebut kepada kepala

  • 210

    sekolah. Jika usulan tersebut diterima oleh kepala

    sekolah, maka guru mengatur jadwal, menghitung

    perkiraan biaya yang dibutuhkan, dan tujuan yang

    ingin dicapai. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan

    maka guru wajib memberikan laporan, yang berisi hal-

    hal apa yang akan dilakukan di SD Muhammadiyah

    (Plus) tempatnya bekerja serta hal-hal apa saja yang

    bisa diterapkan di sekolah karena tidak semua yang

    dilakukan di sekolah lain dapat diterapkan di sekolah

    ini. Begitu juga sebaliknya sekolah lain tidak bisa

    mencontoh kita, tetapi mungkin ada sebagian yang

    bisa karena kan karakteristiknya beda-beda, misalnya

    anaknya, masyarakatnya, orang tuanya, fasilitasnya,

    kompetensi gurunya.

    Wakil kepala sekolah juga menjelaskan bahwa

    sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk

    belajar bersama dengan sesama guru. Kegiatan

    tersebut biasa disebut sebagai pelatihan mandiri yang

    rutin dilakukan pada hari sabtu. Wakil kepala sekolah

    menjelaskan jika kegiatan itu penting untuk dilakukan

    karena guru harus selalu belajar walaupun tidak

    melalui pelatihan yang mumpuni tetapi belajar juga

    dapat dilakukan dengan sesama teman atau sering

    disebut tutor sebaya.

    Komunitas merupakan sub variabel yang

    memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

    program IHT. Guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

  • 211

    membentuk komunitas per-level kelas yang diampu.

    Komunitas ini berfungsi sebagai perantara pemimpin

    sekolah dalam memonitor perubahan perilaku guru

    pasca IHT untuk mencapai tujuan program IHT. Di

    dalam komunitas yang telah terbentuk tersebut para

    guru dapat menyampaikan kendala-kendala yang

    dihadapi dalam rangka mencapai tujuan program IHT

    dengan leluasa. Oleh karena itu kepala sekolah beserta

    para pimpinan lain dapat mecari solusi yang sesuai

    dengan masalah secara efektif.

    4.2.3. Dimensi behavior

    Dimensi behavior dalam penelitian ini

    merupakan tujuan khusus dari program IHT yang di

    selenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

    Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

    yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

    diketahui bahwa tujuan khusus dari IHT adalah untuk

    meningkatkan kompetensi guru. Dalam wawancara

    dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi

    oleh salah seorang panitia IHT diketahui bahwa

    “Kompetensi yang hendak dicapai adalah

    pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek

    untuk penting untuk dimiliki dan dikembangkan karena sesuai dengan visi dan misi sekolah. Guru

    SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tidak hanya harus

    pintar dan terampil dalam mengajar, tetapi juga

  • 212

    harus mempunyai sikap yang baik sehingga akan

    berimplikasi pada siswa.”

    Adapun tujuan khusus pada IHT yang

    diselenggarakan tahun ajaran 2013/2014 tersebut

    dibagi dalam tiga sub variabel, yaitu kognitif, afektif,

    dan psikomotor. Indikator untuk masing-masing sub

    variabel beserta nilai indeksnya dapat dilihat pada

    tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Dimensi Behavior

    No Indikator

    Frekuensi

    jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    Kognitif

    1 Kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan

    Kemuhammadiyahan

    10 6 0 0 0 14,8

    2 Kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan pendidikan

    karakter Muhammadiyah

    9 7 0 0 0 14,6

    3 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan tentang

    penilaian hasil belajar kurikulum 2013

    4 10 0 1 1 12,6

    4 Kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan inovasi

    teknologi

    5 11 0 0 0 13,8

    5 Kontribusi IHT dalam menambah

    pengetahuan diversifikasi model dan metode pembelajaran

    8 8 0 0 0 14,4

    6 Kontribusi IHT dalam menambah

    kemampuan guru dalam memadukan

    variasi bahan ajar

    6 10 0 0 0 14

    7 Kontribusi IHT dalam menambah

    pengetahuan mengembangkan karir

    akademik berbasis prestasi

    4 12 0 0 0 13,6

    8 Kemampuan guru dalam mengaplikasikan Kemuhammadiyahan

    dan pendidikan karakter

    Muhammadiyah setelah mengikuti

    pelatihan IHT

    4 12 0 0 0 13,6

  • 213

    No Indikator

    Frekuensi

    jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    Afektif

    9 Dukungan guru terhadap misi anak

    sholeh berakhlak mulia setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    15 1 0 0 0 15,8

    10 Minat mengajar guru setelah mengikuti

    pelatihan IHT

    15 1 0 0 0 15,8

    11 Ketertiban guru dalam melaksanakan

    ritual ibadah

    10 5 1 0 0 14,6

    12 Penyesuaian diri Anda di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    11 5 0 0 0 15

    Psikomotor

    13 Kemampuan guru untuk menilai hasil

    belajar siswa sesuai K-13

    5 7 4 0 0 13

    14 Kemampuan guru dalam melakukan

    diversifikasi model dan metode

    pembelajaran setelah mengikuti

    pelatihan IHT

    6 10 0 0 0 14

    15 Kemampuan guru dalam melakukan

    inovasi teknologi setelah mengikuti pelatihan IHT

    5 10 1 0 0 13,6

    16 Kemampuan guru dalam menggunakan

    bahan ajar yang bervariasi setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    6 9 0 0 0 13,8

    17 Kemampuan merencanakan

    pengembangan karir akademik

    berbasis prestasi setelah mengikuti pelatihan IHT

    5 9 2 0 0 13,4

    18 Kemampuan menggunakan Bahasa

    Arab dan Bahasa Inggris setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    2 5 6 3 0 10,8

    19 Kemampuan melakukan praktek

    religiusitas setelah mengikuti pelatihan

    IHT

    7 7 2 0 0 13,8

    Rata-rata 14

    Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa rata-rata

    nilai indeks dari dimensi behavior sebesar 14 sehingga

    termasuk kategori tinggi. Ini berarti program IHT yang

    diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

  • 214

    sudah berhasil dalam mencapai tujuan khsusus

    program. Nilai indeks tertinggi terdapat pada sub

    variabel afektif, yaitu pada indikator dukungan guru

    terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia, dan minat

    mengajar guru setelah mengikuti IHT. Hampir seluruh

    guru menilai bahwa kontribusi IHT dalam

    meningkatkan dukungan guru terhadap misi sekolah

    dan kontribusi IHT dalam meningkatkan minat guru

    sangat baik. Akan tetapi, walaupun rata-rata nilai

    indeks termasuk kategori tinggi ada satu indikator

    yang masih termasuk dalam kategori cukup, yaitu

    sebesar 10,8 yang terdapat pada indikator kontribusi

    IHT dalam meningkatkan kemampuan penggunaan

    Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.

    Keberhasilan IHT dalam mencapai tujuan

    khusus program ini juga dinyatakan oleh wakil kepala

    sekolah dalam sebuah wawancara tanggal 28 Januari

    2017 dan telah dikonfirmasi salah seorang panitia IHT.

    Keberbasilan tersebut tidak terlepas dari pengawalan

    oleh pimpinan sekolah, pernyataan ini sebagaimana

    cuplikan wawancara berikut:

    “Keberhasilan program IHT dalam mencapai tujuan

    khusus ini tidak lepas dari pengawalan yang

    dilakukan oleh kepala sekolah dan wakil-wakilnya.

    Alur pengawalan tersebut antara lain: pada hari

    senin para coordinator level kelas melaporkan

    kendala-kendala yang dihadapi guru, kemudian pada malam selasa kepala sekolah beserta para pimpinan

    mencari solusi bersama untuk mengatasi kendala-

    kendala yang dihadapi guru, lalu pada hari sabtu ada

  • 215

    pembinaan dari kepala sekolah kepada seluruh

    guru.”

    a. Kognitif

    Sub variabel kognitif pada penelitian ini hanya

    dibatasi pada kontribusi IHT dalam menambah

    pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan

    pengetahuan. Adapun kontribusi IHT dalam

    menambah dan mengaplikasikan pengetahuan oleh

    guru tersebut disesuaikan dengan isi program IHT

    yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga. Indikator untuk sub variabel kognitif beserta

    nilai indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

    Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Sub Variabel Kognitif

    No Indikator

    Frekuensi jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    Kognitif

    1 Kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan

    Kemuhammadiyahan

    10 6 0 0 0 14,8

    2 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan

    pendidikan karakter

    Muhammadiyah

    9 7 0 0 0 14,6

    3 Kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan tentang

    penilaian hasil belajar kurikulum 2013

    4 10 0 1 1 12,6

    4 Kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan inovasi

    teknologi

    5 11 0 0 0 13,8

    5 Kontribusi IHT dalam menambah 8 8 0 0 0 14,4

  • 216

    No Indikator

    Frekuensi

    jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    pengetahuan diversifikasi model

    dan metode pembelajaran

    6 Kontribusi IHT dalam menambah

    kemampuan guru dalam

    memadukan variasi bahan ajar

    6 10 0 0 0 14

    7 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan mengembangkan karir

    akademik berbasis prestasi

    4 12 0 0 0 13,6

    8 Kemampuan guru dalam

    mengaplikasikan

    Kemuhammadiyahan dan

    pendidikan karakter Muhammadiyah setelah mengikuti

    pelatihan IHT

    4 12 0 0 0 13,6

    Rata-rata 14

    Pada tabel 4.6 diketahui bahwa rata-rata nilai

    indeks pada variabel kognitif mencapai nilai 14

    sehingga termasuk kategori tinggi. Pada variabel

    kognitif terdapat dua indikator yaitu menambah

    pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan

    pengetahuan. Pada indikator menambah pengetahuan

    wawasan dijabarkan menjadi tujuh aspek sesuai

    dengan materi atau isi dari pelatihan. Ketujuh aspek

    pengetahuan dan wawasan beserta nilai indeksnya

    adalah sebagai berikut: kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan

    mendapat nilai indeks 14,8 sehingga termasuk dalam

    kategori tinggi, kontribusi pelatihan IHT dalam

    menambah pengetahuan pendidikan karakter

    Muhammadiyah mendapat nilai indeks 14,6 sehingga

  • 217

    termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi pelatihan

    IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian

    hasil belajar kurikulum 2013 mendapat nilai indeks

    12,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi,

    kontribusi pelatihan IHT dalam menambah

    pengetahuan inovasi teknologi mendapat nilai indeks

    13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi,

    kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan

    diversifikasi model dan metode pembelajaran mendapat

    nilai indeks 14,4 sehingga termasuk dalam kategori

    tinggi, kontribusi IHT dalam menambah kemampuan

    guru dalam memadukan variasi bahan ajar mendapat

    nilai indeks 14 sehingga termasuk dalam kategori

    tinggi, dan kontribusi IHT dalam menambah

    pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis

    prestasi mendapat nilai indeks 13,6 sehingga termasuk

    dalam kategori tinggi. Adapun pada indikator

    mengaplikasikan pengetahuan terdapat satu aspek

    yang sesuai dengan IHT, yaitu kemampuan guru dalam

    mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan pendidikan

    karakter Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan

    IHT yang mendapat nilai indeks 13,6 sehingga

    termasuk dalam kategori tinggi.

    Nilai indeks tertinggi terdapat dalam indikator

    kontribusi pelatihan IHT dalam menambah

    pengetahuan Kemuhammadiyahan dengan nilai indeks

    sebesar 14,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

  • 218

    Hal ini dikarenakan materi banyak yang membahas

    dan berdasar pada kemuhammadiyahan. Adapun nilai

    indeks terendah ada pada indikator kontribusi IHT

    dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil

    belajar Kurikulum 2013, yaitu sebesar 12,6 dan masih

    termasuk kategori tinggi. Bahkan ada beberapa guru

    yang menilai bahwa IHT kurang atau tidak memiliki

    kontribusi dalam menambah pengetahuan tentang

    penilaian hasil belajar Kurikulum 2013. Alasannya

    adalah karena guru tersebut tidak mendapat

    kesempatan untuk mempraktekan penilaian hasil

    belajar Kurikulum 2013 tersebut secara langsung.

    Keterangan tersebut nampaknya sesuai dengan

    dokumen Panduan Kegiatan IHT yang tertulis bahwa

    metode yang digunakan hanya ceramah, Tanya jawab,

    dan diskusi tanpa ada praktek atau simulasi.

    b. Afektif

    Sesuai dengan isi program IHT, maka sub

    variabel afektif dalam penelitian ini adalah kontribusi

    IHT dalam menambah dukungan guru terhadap misi

    sekolah, meningkatkan minat mengajar guru,

    meningkatkan ketertiban guru dalam melaksanakan

    ritual ibadah, dan kemampuan guru untuk

    menyesuaikan diri dalam organisasi sekolah. Adapun

    indikator beserta nilai indeks pada sub variabel afektif

    dapat dilihat pada tabel 4.7.

  • 219

    Tabel 4.7 Hasil Tabulasi Sub Variabel Afektif

    No Indikator

    Frekuensi

    jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    Afektif

    1 Dukungan guru terhadap misi anak

    sholeh berakhlak mulia setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    15 1 0 0 0 15,8

    2 Minat mengajar guru setelah mengikuti

    pelatihan IHT

    15 1 0 0 0 15,8

    3 Ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah

    10 5 1 0 0 14,6

    4 Penyesuaian diri Anda di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    11 5 0 0 0 15

    Rata-rata 15,3

    Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai

    indeks untuk indikator dukungan guru terhadap misi

    anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti

    pelatihan IHT sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam

    kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator minat

    mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar

    15,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai

    indeks untuk indikator ketertiban guru dalam

    melaksanakan ritual ibadah sebesar 14,6 sehingga

    termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk

    indikator penyesuaian diri Anda di SD Muhammadiyah

    (Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar

    15 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

    Rata-rata nilai indeks pada variabel afektif

    berdasarkan tabel 4.7 adalah 15,3 sehingga termasuk

    dalam kategori tinggi. Nilai indeks tertinggi terdapat

  • 220

    pada indikator dukungan guru terhadap misi sekolah

    dam minat mengajar guru yaitu sebesar 15,8 yang

    termasuk dalam kategori tinggi. Guru banyak yang

    beralasan bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan IHT

    selain untuk melaksanakan kewajiban tetapi juga ingin

    menyatukan misi dan untuk meningkatkan minat

    mengajar di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

    Adapun nilai indeks terendah terdapat pada indikator

    ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah.

    Walaupun memiliki indeks terendah, tetapi indikator

    tersebut masih termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

    menunjukkan bahwa IHT telah berhasil mencapai

    tujuan khusus program dari segi afektif peserta IHT.

    c. Psikomotor

    Sesuai dengan isi program IHT maka indikator

    untuk sub variabel psikomotor dibatasi pada

    kemampuan memberi penilaian hasil belajar siswa

    sesuai K13, kemampuan melakukan diversifikasi

    model dan metode pembelajaran, kemampuan

    melakukan inovasi teknologi dalam pembelajaran,

    penggunaan bahan ajar yang bervariasi, merencanakan

    pengembangan karir akademik berbasis prestasi,

    penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris,

    meningkatkan praktek religiusitas, peningkatan

    prestasi guru. Adapun nilai indeks pada masing-

    masing indikator dapat dilihat pada tabel 4.8.

  • 221

    Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Sub Variabel Psikomotor

    No Indikator

    Frekuensi

    jawaban Indeks

    5 4 3 2 1

    Psikomotor

    1 Kemampuan guru untuk menilai hasil

    belajar siswa sesuai K-13

    5 7 4 0 0 13

    2 Kemampuan guru dalam melakukan

    diversifikasi model dan metode

    pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT

    6 10 0 0 0 14

    3 Kemampuan guru dalam melakukan

    inovasi teknologi setelah mengikuti

    pelatihan IHT

    5 10 1 0 0 13,6

    4 Kemampuan guru dalam menggunakan

    bahan ajar yang bervariasi setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    6 9 0 0 0 13,8

    5 Kemampuan merencanakan pengembangan karir akademik

    berbasis prestasi setelah mengikuti

    pelatihan IHT

    5 9 2 0 0 13,4

    6 Kemampuan menggunakan Bahasa

    Arab dan Bahasa Inggris setelah

    mengikuti pelatihan IHT

    2 5 6 3 0 10,8

    7 Kemampuan melakukan praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan

    IHT

    7 7 2 0 0 13,8

    Rata-rata 13,2

    Berdasarkan tabel 13 nilai indeks untuk

    indikator kemampuan guru untuk menilai hasil belajar

    siswa sesuai K-13 adalah 13, sehingga termasuk dalam

    kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator

    kemampuan guru dalam melakukan diversifikasi model

    dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan

    IHT adalah 14, sehingga termasuk dalam kategori

    tinggi. Nilai indeks untuk indikator kemampuan guru

    dalam melakukan inovasi teknologi setelah mengikuti

  • 222

    pelatihan IHT adalah 13,6 sehingga termasuk dalam

    kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator

    Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar

    yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT adalah

    13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai

    indeks untuk indikator kemampuan merencanakan

    pengembangan karir akademik berbasis prestasi

    setelah mengikuti pelatihan IHT adalah 13,4 sehingga

    termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk

    indikator Kemampuan menggunakan Bahasa Arab

    dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT

    adalah 10,8 sehingga termasuk dalam kategori cukup.

    Terakhir adalah indikator kemampuan melakukan

    praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT

    yang mendapat nilai indeks 13,8 sehingga termasuk

    dalam kategori tinggi.

    Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa rata-rata nilai

    indeks pada sub variabel psikomotor sebesar 13,2

    sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Walaupun

    rata-rata nilai indeks termasuk kategori tinggi tetapi

    ada satu indikator yang masih termasuk kategori

    cukup, yaitu pada kategori kemampuan menggunakan

    Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dengan nilai indeks

    sebesar 10,8. Hal ini nampaknya terjadi karena

    kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa

    Inggris bukan menjadi prioritas dalam tujuan khusus

    program. Sedangkan nilai indeks tertinggi terdapat

  • 223

    pada indikator kemampuan guru dalam melakukan

    diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah

    mengikuti pelatihan IHT, yaitu sebesar 14 dan

    termasuk kategori tinggi.

    Menurut wawancara dengan Wakil Kepala SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

    yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT,

    program IHT sudah berhasil dalam mencapai tujuan

    khusus pada sub variabel psikomotor. Sebagai contoh

    prestasi yang dicapai para murid hingga tahun 2016

    sudah mencapai 50 prestasi untuk. Selain itu, ada juga

    guru yang berprestasi. Ada seorang guru yang sudah

    berprestasi se-kota Salatiga, seorang guru lain

    berprestasi se-Jawa Tengah, dan seorang lagi sudah

    berprestasi pada tingkat Nasional. Namun begitu,

    berdasarkan angket terbuka yang diisi langsung oleh

    guru diketahui bahwa peningkatan prestasi yang

    ditargetkan sekolah lebih mengarah kepada

    peningkatan prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan

    temuan bahwa ada guru yang menyarankan agar

    sekolah juga memberikan perhatian kepada

    peningkatan prestasi guru.

    4.3. Pembahasan

    4.3.1. Dimensi Instructional

    Dimensi Instructional membahas segala hal yang

    mendukung terselenggaranya IHT dan terbagi dalam

  • 224

    lima variabel, yaitu: organisasi, konten, metodologi,

    fasilitas dan biaya. Pembahasan atas temuan yang

    diperoleh mengenai variabel pada dimensi Instructional

    tersebut dijelaskan sebagai berikut.

    a. Organisasi

    Berdasarkan pada hasil temuan diketahui bahwa

    kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan

    dengan profesi peserta sebagai seorang guru termasuk

    dalam kategori tinggi. Hal tersebut dapat diartikan

    bahwa materi yang diberikan sesuai dengan level

    peserta yang dalam penelitian ini adalah guru SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hasil temuan ini

    berbeda dengan temuan dalam penelitian yang

    dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa pengelompokan

    materi pelatihan yang belum tersusun berdasarkan

    level membuat peta kompetensi pendidik sulit terlacak

    yang akhirnya dapat menghambat keberhasilan

    program. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa kesesuaian antara level peserta

    dengan materi yang diberikan akan memberikan

    pengaruh positif terhadap keberhasilan program

    pelatihan. Sebaliknya ketidaksesuaian antara level

    peserta dengan materi yang diberikan dapat

    menghambat keberhasilan program.

    Sehubungan dengan pelatihan yang merupakan

    bagian dari pembelajaran, maka pelatihan atau IHT

  • 225

    pun harus mempertimbangkan prinsip belajar. Prinsip

    belajar sendiri menurut Kamil (2010) adalah belajar

    harus dimulai dari yang mudah menuju kepada yang

    sulit, atau dari yang sudah diketahui menuju kepada

    yang belum diketahui. Akan tetapi pengurutan materi

    ini tidak disebutkan pada penelitian terdahulu,

    sehingga tidak diketahui materi yang diberikan dalam

    pelatihan diurutkan atau tidak. Adapun dalam

    penelitian ini diketahui bahwa prinsip ini juga

    diterapkan dalam IHT yang diselenggarakan di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga. IHT tersebut dimulai

    dengan materi mengenai kemuhammadiyahan,

    kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 2013 yang

    mana materi mengenai kurikulum ini merupakan

    suplemen tambahan karena secara umum guru sudah

    mendapat pengetahuan mengenai kurikulum 2013.

    Terakhir peserta diberikan materi mengenai branding

    sekolah atau strategi sekolah untuk menjadi unggul.

    Pengurutan materi dalam IHT ini pun mendapat nilai

    yang baik berdasarkan persepsi guru.

    Pembagian durasi waktu untuk setiap materi

    yang terdapat pada jadwal IHT juga perlu

    dipertimbangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta

    tidak merasa terbebani karena durasi waktu yang

    terlalu lama atau terlalu pendek sehingga konsentrasi

    peserta tetap terjaga. Waktu yang terlalu lama, maka

    peserta akan merasakan bosan. Sedangkan apabila

  • 226

    waktu terlalu pendek tidak akan cukup untuk

    memberikan materi yang cukup banyak sehingga

    peserta akan merasa kebingungan dan kurang

    memahami materi yang disampaikan. Penelitian yang

    dilakukan Riza (2014) pun diungkapkan bahwa jadwal

    diklat yang terlalu padat akan menyulitkan peserta

    dalam membagi waktu untuk berbagai aktivitas dalam

    diklat. Pengaturan jadwal yang tidak efektif tersebut

    dikarenakan terlalu banyak materi yang diberikan.

    Lain halnya dengan temuan dalam penelitian ini,

    pembagian waktu dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga ini penilaian yang baik dari para peserta. Hal

    ini dibuktikan dengan persepsi peserta terhadap jadwal

    pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap

    materi pelatihan termasuk dalam kategori tinggi.

    Tingginya persepsi peserta tersebut dikarenakan materi

    yang diberikan tidak terlalu banyak dan waktu yang

    dialokasikan cukup untuk penyampaian materi dan

    tanya jawab.

    Pada sub variabel organisasi ini seluruh

    indikator dapat dikatakan memperoleh nilai baik. Hal

    ini dibuktikan dengan kesesuaian materi pelatihan

    terhadap level peserta sudah baik. Jadwal yang dibuat

    oleh panitia pun tergolong baik karena durasi waktu

    tidak terlalu lama atau terlalu pendek dan materi yang

    diberikan pun tidak terlalu padat. Materi yang

    diberikan pun termasuk baik karena sesuai dengan

  • 227

    prinsip belajar, yaitu diurutkan dari materi yang

    mudah ke materi sulit. Oleh karena itu, seluruh

    indikator dalam variabel organisasi ini dapat

    memberikan sumbangan terhadap keberhasilan

    program IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

    b. Konten

    Pahlevi (2016) mengemukakan bahwa diperlukan

    analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan tujuan

    penyelenggara untuk menentukan topik pelatihan agar

    dapat meningkatkan kompetensi pesertanya. Hal ini

    senada hasil temuan dalam penelitian ini bahwa topik

    IHT dipilih berdasarkan kebutuhan guru di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang disesuaikan

    dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Topik sendiri

    dipilih dengan cara musyawarah antar warga sekolah,

    terutama guru dan para pimpinan sekolah.

    Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pihak

    sekolah telah melakukan perencanaan dengan baik

    yang didasarkan pada analisis kebutuhan guru di

    sekolah. Berdasarkan temuan tersebut maka secara

    teori pemilihan topik ini dapat memberikan pengaruh

    positif terhadap keberhasilan program. Pernyataan

    tersebut didasarkan pada pendapat Bartram S. dan

    Gibson dalam Daryanto dan Bintoro (2014: 2) bahwa

    dalam pelatihan perlu adanya penyiapan arah dan

  • 228

    fokus investasi apa yang harus dilakukan oleh

    organisasi untuk pengembangan sumber daya

    manusianya yang dapat dilakukan melalui analisis

    kebutuhan.

    Adapun persepsi peserta terhadap kesesuaian

    topik IHT dengan kebutuhan peserta yang termasuk

    dalam kategori tinggi. Hal ini berarti guru setuju

    bahwa seluruh materi dalam IHT penting untuk

    menunjang kompetensinya. Hasil ini berbeda dengan

    hasil penelitian Riza (2014) bahwa materi diklat

    merupakan komponen yang paling penting untuk

    menunjang pekerjaan, tetapi tidak semua materi dalam

    diklat dapat menunjang pekerjaan peserta, ada

    beberapa materi saja yang menjadi prioritas peserta.

    Temuan ini hampir sama dengan temuan Uysal (2012)

    bahwa materi yang diberikan tidak sesuai dengan

    kebutuhan guru sehingga tujuan program tidak dapat

    tercapai dengan baik. Pentingnya seluruh materi dalam

    IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

    dikarenakan topik IHT yang dipilih oleh panitia

    penyelenggara dapat membantu guru dalam

    meningkatkan komitmen terhadap organisasi

    tempatnya bekerja, khususnya dalam hal

    kemuhammadiyahan. Selain itu topik IHT juga

    memotivasi guru untuk lebih menyatu dengan visi,

    misi dan tujuan sekolah serta aturan yang ditetapkan

    oleh pemerintah. Kesesuaian antara topik dengan

  • 229

    kebutuhan peserta dalam pelatihan dapat berpengaruh

    terhadap keberhasilan program pelatihan.

    Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

    konten, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

    indikatornya termasuk baik. Pemilihan topik

    didasarkan pada kebutuhan peserta dan visi, misi

    sekolah, dan topik tersebut sesuai dengan kebutuhan

    peserta sebagai guru SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga. Oleh karena itu sub variabel konten dapat

    memberikan sumbangan terhadap keberhasilan

    program IHT.

    c. Metodologi

    Metode penyampaian materi harus disesuaikan

    dengan materi yang akan disampaikan dalam

    pelatihan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Basri dan

    Rusdiana (2015) bahwa tidak ada metode yang paling

    baik karena semua metode yang dapat digunakan

    dalam pelatihan saling melengkapi. Sebagaimana

    penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa

    metode pelatihan yang digunakan dalam diklat adalah

    metode ceramah, dan praktek langsung karena materi

    diklat lebih menitikberatkan pada bidang kejuruan.

    Senada dengan penelitian Uysal (2012) bahwa

    sehubungan dengan topik pelatihan mengenai

    keterampilan mengajar bahasa maka panitia

    menggunakan metode simulasi agar peserta dapat

  • 230

    mempraktekkan secara secara langsung tugas yang

    diberikan pelatih, tetapi kelas tidak disetting dengan

    baik sehingga kelas terlalu sesak. Berdasarkan

    penelitian-penelitian tersebut diketahui bahwa selain

    disesuaikan dengan topik atau materi yang akan

    disampaikan, pemilihan metode juga perlu didasari

    pada fasilitas yang ada di tempat pelatihan.

    Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui

    bahwa metode yang digunakan dalam IHT di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah ceramah, tanya

    jawab, dan diskusi. Pemilihan metode ini pun

    mendapat respon yang baik dari para peserta karena

    nilai indeks persepsi peserta terhadap metode

    penyampaian materi termasuk dalam kategori tinggi.

    Metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi ini

    dipilih karena sesuai dengan materi yang hendak

    disampaikan dalam IHT yang lebih banyak pada teori

    dan penyusunan strategi. Selain itu, pemilihan metode

    tersebut didasarkan pada fasilitas yang ditawarkan

    oleh hotel tempat IHT diselenggarakan. Adapun

    fasilitas hotel yang sering ditawarkan dan sering

    digunakan dalam IHT adalah IT. Kesesuaian antara

    metode dan materi pun dinilai baik oleh peserta

    pelatihan yang dibuktikan dengan nilai indeks persepsi

    peserta terhadap kesesuaian metode dengan materi

    termasuk dalam kategori tinggi. Temuan ini berbeda

    dengan penelitian yang dilakukan Uysal (2012) bahwa

  • 231

    pelatihan yang tidak memberikan kesempatan kepada

    peserta untuk mendiskusikan masalah-masalah yang

    dihadapi di sekolah, dan penyampaian materi yang

    membosankan karena materi tidak terorganisir dengan

    baik ini akan menghambat keberhasilan program.

    Selain metode penyampaian materi, keberhasilan

    program pelatihan juga ditentukan oleh interaksi yang

    dilakukan pemateri kepada peserta. Adapun persepsi

    peserta terhadap interaksi antara pemateri dan peserta

    termasuk dalam kategori tinggi. Ini berarti pemateri

    melakukan interaksi secara baik kepada para guru SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada saat IHT

    berlangsung. Sebagaimana Basri dan Rusdiana (2015)

    yang mengemukakan bahwa pemateri harus

    menciptakan suasana yang menyenangkan dengan

    cara memberikan kesan yang baik, dan menunjukkan

    suasana yang diharapkan peserta. Temuan ini juga

    sejalan dengan penelitian yang dilakukan Uysal (2012)

    bahwa pemateri yang baik adalah pemateri yang dapat

    memainkan peran yang menyenangkan sesuai dengan

    harapan para peserta, sebaliknya pemateri yang

    mendominasi pelatihan akan membosankan bagi

    peserta.

    Sebagaimana telah dikemukakan bahwa

    pelatihan merupakan proses belajar, maka pelatihan

    pun harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar.

    Adapun penggunaan prinsip-prinsip belajar

  • 232

    berdasarkan penilaian peserta termasuk dalam

    kategori tinggi. Adapun fungsi dari penggunaan

    prinsip-prinsip belajar dalam pelatihan menurut

    Hammond (1968: 5) adalah untuk menguatkan sikap

    yang menggambarkan pencapaian tujuan, membangun

    motivasi agar tujuan pelatihan dapat dicapai secara

    efektif, mengaplikasikan prinsip pemecahan masalah,

    merencanakan pembelajaran agar sesuai dengan

    kecakapan peserta, membuat peserta mampu

    melakukan hal-hal yang diajarkan dalam pelatihan,

    dan peserta ikut berpartisipasi dalam pelatihan

    tersebut.

    Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

    metodologi, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

    indikator termasuk baik. Pemilihan metode

    penyampaian materi termasuk baik, kesesuaian

    metode dengan materi yang disampaikan termasuk

    baik, penggunaan tipe interaksi termasuk baik, dan

    penggunaan prinsip-prinsip belajar termasuk baik.

    Oleh karena itu sub variabel metodologi yang termasuk

    baik ini akan memberikan pengaruh positif terhadap

    keberhasilan program.

    d. Fasilitas

    Fasilitas yang mempengaruhi keberhasilan

    program pelatihan oleh Hammond (1968:5)

    didefinisikan sebagai ruang, peralatan khusus, dan

  • 233

    kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk

    menunjang pelatihan. Adapun Putri (2013)

    mengemukakan bahwa yang termasuk dalam fasilitas

    adalah fasilitas akomodasi, konsumsi, dan tentang

    pelayanan dari panitia penyelenggara. Lain halnya

    dengan Riza (2014) yang mengemukakan bahwa

    fasilitas yang diberikan dalam pelatihan yang

    ditelitinya antara lain akomodasi, konsumsi, dan

    fasilitas ruangan, tetapi tidak disediakannya ruang

    khusus untuk ibadah dapat menghambat efektivitas

    pelaksanaan pelatihan. Temuan lain dari Pahlevi

    (2016) dijelaskan bahwa fasilitas yang diberikan oleh

    penyelenggara mulai dari penginapan, sarana

    peralatan untuk praktek dan ruang untuk

    menyampaikan materi. Akan tetapi fasilitas

    penginapan yang diberikan tidak sama atau berbeda

    antara peserta satu dengan peserta lain sehingga akan

    berpengaruh terhadap kepuasan dan kenyamanan

    peserta. Selain itu sarana peralatan untuk praktek

    yang terkini yang sesuai dengan kebutuhan industri

    juga masih kurang, sehingga dapat menghambat

    ketercapaian tujuan program. Lain halnya pada

    temuan Uysal (2012) bahwa dari sekian fasilitas yang

    diberikan, terdapat satu fasilitas yang kurang baik,

    yaitu ketersediaan materi yang tidak mencukupi untuk

    seluruh peserta dan tidak ada materi baru yang

    dikembangkan pihak penyelenggara.

  • 234

    Temuan-temuan yang telah dikemukakan

    berbeda dengan hasil temuan dalam penelitian di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Fasilitas yang

    diberikan dalam IHT merupakan fasilitas yang

    disediakan oleh tempat atau hotel dimana IHT

    diselenggarakan, yaitu berupa penginapan, makanan,

    tempat untuk pertemuan, dan kualitas media. Adapun

    persepsi peserta terhadap pelayanan dan fasilitas yang

    diberikan dalam IHT termasuk dalam kategori tinggi.

    Hal ini berarti pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT

    sudah memuaskan.

    Kepuasan peserta terhadap fasilitas dan

    pelayanan yang diberikan dalam IHT merupakan hal

    yang baik. Hal ini dikarenakan kepuasan tersebut akan

    menambah semangat peserta dalam mengikuti IHT.

    Oleh karena itu kepuasan peserta terhadap fasilitas

    dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap

    keberhasilan program IHT.

    e. Biaya

    Hammond (1968: 5) mengemukakan bahwa

    biaya atau anggaran dalam pelatihan merupakan uang

    yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas,

    pemeliharaan dan personil untuk menyelesaikan tugas

    yang diberikan. Pahlevi (2016) dalam penelitiannya

    mengemukakan bahwa biaya yang diperlukan untuk

    diklat berasal dari dana APBD sehingga besarnya

  • 235

    anggaran menjadi masalah tersendiri bagi

    penyelenggaraan program diklat karena akan

    berpengaruh terhadap jumlah peserta dan durasi

    waktu diklat. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa

    panitia akan menyesuaikan jumlah peserta dengan

    dana yang ada.

    Temuan yang dikemukakan Pahlevi berbeda

    dengan temuan dalam penelitian ini. Berdasarkan data

    yang dikumpulkan, diketahui bahwa biaya yang

    diperlukan untuk IHT berasal dari sekolah. Walapun

    biaya memang berpengaruh terhadap jumlah peserta,

    fasilitas yang akan diberikan kepada peserta dan

    durasi waktu untuk IHT, akan tetapi panitia IHT di SD

    Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu berusaha untuk

    mencukupi biaya yang diperlukan agar IHT dapat

    berjalan dengan baik sesuai dengan rencana dan

    tujuan. Apabila sumber dana yang dialokasikan

    sekolah kurang, maka panitia akan mencari sponsor

    untuk menutupi kekurangan tersebut daripada harus

    mengurangi peserta atau mengubah rencana dan

    tujuan IHT. Usaha yang dilakukan panitia ini

    merupakan cara yang baik karena kualitas IHT yang

    diselenggarakan dapat terjaga.

    Berdasarkan temuan yang telah dipaparkan

    maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan

    membutuhkan anggaran biaya atau dana untuk

    memfasilitasi seluruh peserta IHT, dan durasi waktu

  • 236

    yang diperlukan dalam IHT. Semakin banyak anggaran

    biaya maka akan semakin baik fasilitas yang dapat

    diberikan kepada peserta, sebaliknya jika anggaran

    biaya kurang, maka akan menghambat proses

    penyelenggaraan IHT. Oleh karena itu usaha atau

    strategi yang dilakukan panitia IHT untuk selalu

    mencukupi anggaran biaya dengan mencari sponsor

    tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap

    keberhasilan program dalam mencapai tujuan.

    4.3.2. Dimensi Institutional

    Dimensi Institutional pada penelitian ini

    membahas tentang personil-personil yang berperan

    dalam IHT. Adapun sub variabel pada dimensi ini

    adalah pemateri, peserta, administrator atau panitia,

    spesialis pendidikan, keluarga, dan komunitas.

    Adapun pembahasan pada masing-masing sub variabel

    tersebut adalah sebagai berikut.

    a. Pemateri

    Menurut Basri dan Rusdiana (2015: 95) pemateri

    bertugas untuk memfasilitasi peserta dalam

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya yang

    dikomunikasikan secara verbal maupun non-verbal.

    Oleh karena itu pemateri dituntut untuk menguasai

    materi, metode, dan teknik berkomunikasi. Kamil

    (2010: 18) menambahkan bahwa pemateri harus

    memahami program pelatihan secara menyeluruh yang

  • 237

    meliputi urutan kegiatan, ruang lingkup, materi

    pelatihan, metode dan media yang digunakan, selain

    itu pemateri juga harus memahami karakteristik

    peserta dan kebutuhannya. Oleh karena itu pemateri

    dipilih haruslah orang-orang yang kompeten dan ahli

    di bidangnya. Pernyataan tersebut senada dengan

    temuan dari penelitian Putri (2013) diketahui bahwa

    pemateri yang dalam pelatihan merupakan orang-

    orang ahli di bidangnya yang sesuai dengan topik

    pelatihan sehingga tujuan program dapat tercapai

    dengan baik. Adapun Riza (2014) mengemukakan

    bahwa pemateri atau narasumber tidak menguasai

    metode dengan baik karena pemateri terlalu teoritis

    dan tidak memberikan contoh konkrit pada materinya

    sehingga peserta sulit memahami materi yang

    disampaikan.

    Adapun temuan yang diperoleh dalam penelitian

    ini diketahui bahwa pemateri dipilih berdasarkan

    kompetensinya. Seperti yang telah dijelaskan

    sebelumnya bahwa materi yang diberikan dalam IHT

    mengenai kemuhammadiyahan, kurikulum, dan materi

    branding sekolah agar mampu menjadi sekolah unggul.

    Oleh karena itu pemateri yang dipilih adalah orang-

    orang yang kompeten terhadap materi tersebut, yaitu

    orang-orang yang berasal dari Yayasan

    Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga

    Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala

  • 238

    Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen

    Yogyakarta, disdikpora, wali murid serta guru sekolah.

    Pemateri dipilih dari orang-orang yang kompeten

    karena orang-orang tersebut menguasai materi yang

    akan disampaikan sehingga diharapkan peserta dapat

    memahami isi materi tersebut dengan baik. Hal ini

    sebagaimana terdapat pada temuan penelitian Pahlevi

    (2016) bahwa pemateri harus dipilih berdasarkan

    kompetensinya, jika tidak kompeten maka pemateri

    tidak memiliki penguasaan materi yang baik sehingga

    dapat menghambat keberhasilan program pelatihan.

    Selain kompetensi yang dimiliki pemateri, baik atau

    tidaknya materi yang disampaikan juga bergantung

    pada waktu yang diberikan pemateri untuk

    menyiapkan materinya agar sesuai dengan kebutuhan

    peserta. Hal ini sebagaimana temuan penelitian Uysal

    (2012) bahwa pemateri hanya diberikan waktu yang

    singkat untuk menyiapkan materinya, sehingga

    pemateri merasa kesulitan untuk menyesuaikan materi

    dengan kebutuhan peserta yang sesungguhnya.

    Adapun temuan pada penelitian ini diketahui

    bahwa persepsi guru terhadap penguasaan materi dari

    pemateri termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

    berarti para guru menilai bahwa para pemateri

    merupakan orang kompeten yang dapat

    menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan guru.

    Selain itu, peserta juga menilai bahwa pemateri dapat

  • 239

    memberikan materi secara jelas yang dibuktikan

    dengan persepsi guru terhadap kejelasan materi yang

    disampaikan pemateri termasuk dalam kategori tinggi.

    Hal ini berarti materi yang disampaikan tepat sasaran

    dan tidak melenceng dari topik yang telah ditentukan.

    Basri dan Rusdiana (2015: 41) mengemukakan

    bahwa pemateri harus dapat menciptakan kesan yang

    baik dengan menunjukkan jenis suasana kelas yang

    diharapkan peserta. Kesan yang baik tersebut

    diantaranya adalah tidak mendominasi kelas dan

    memberikan kesempatan kepada peserta untuk

    menanyakan materi yang belum dipahaminya.

    Berdasarkan temuan dalam penelitian ini diketahui

    bahwa peserta memberikan penilaian yang baik

    mengenai kesempatan yang diberikan pemateri kepada

    peserta untuk menanyakan materi yang masih

    membingungkan dan kejelasan dari jawaban pemateri.

    Pernyataan itu dibuktikan dengan nilai indeks persepsi

    terhadap kesempatan yang diberikan pemateri kepada

    peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban yang

    diberikan pemateri termasuk dalam kategori tinggi.

    Melalui nilai indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa

    setiap pemateri selalu memberikan kesempatan kepada

    para guru untuk menanyakan materi yang belum

    dipahaminya. Jawaban dari pemateri pun jelas dan

    dapat dipahami oleh peserta.

  • 240

    Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

    pemateri, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

    indikator dalam sub variabel ini tergolong baik.

    Kualifikasi pemateri termasuk baik, penguasaan materi

    pelatihan termasuk baik, kejelasan penyampaian

    materi termasuk baik, dan kesempatan yang diberikan

    oleh pemateri kepada peserta untuk menanyakan

    materi yang kurang jelas dan jawaban dari pertanyaan

    peserta termasuk baik. Oleh karena itu secara teori

    sub variabel pemateri secara positif mempengaruhi

    pencapaian tujuan program IHT SD Muhammadiyah

    (Plus) Salatiga. Walaupun begitu para guru

    mengharapakan agar pada IHT berikutnya panitia

    mengundang motivator agar para guru lebih

    termotivasi dalam mengajar.

    b. peserta pelatihan

    Sebagaimana dikemukakan Sudjana dalam

    Kamil (2010: 17) rekrutmen peserta menjadi kunci

    yang bisa menentukan keberhasilan langkah

    selanjutnya dalam pelatihan. Rekrutmen bisa

    ditetapkan melalui beberapa syarat sesuai dengan

    karakteristik tertentu, misalnya kebutuhan, minat,

    pengalaman, tugas, pekerjaan, dan pendidikan.

    Perekrutan peserta dalam IHT ini juga dilakukan dalam

    penelitian Riza dan Pahlevi. Riza (2014)

    mengemukakan bahwa rekrutmen peserta dalam

  • 241

    penelitian termasuk dalam kategori baik namun dalam

    pelaksanaannya belum sesuai dengan kriteria umum

    dan khusus, yang diantaranya usia melebihi batas

    maksimal dan kualifikasi akademik tidak sesuai

    dengan syarat yang telah ditentukan. Adapun Pahlevi

    (2016) menjelaskan bahwa peserta diklat dipilih oleh

    panitia dan diambil dari sekolah yang memiliki paket

    keahlian sesuai dengan topik pelatihan dan memiliki

    peralatan yang menunjang di sekolah.

    Teori dan temuan-temuan dalam penelitian yang

    telah dikemukakan tidak sama dengan temuan dalam

    penelitian ini. Dalam penelitian ini peserta tidak

    diseleksi atau direkrut berdasarkan syarat-syarat

    tertentu karena pelatihan atau IHT hanya dilakukan

    dalam lingkup sekolah. Oleh karena itu peserta IHT

    merupakan seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus)

    Salatiga. Walaupun tidak sesuai dengan teori yang

    telah dikemukakan oleh pakar pelatihan, namun

    peserta pelatihan yang tidak melalui perekrutan ini

    tetap dapat menentukan keberhasilan program karena

    adanya motivasi, dan kesadaran yang tinggi akan

    pentingnya mengikuti IHT untuk meningkatkan

    kompetensinya.

    Peserta yang ditunjuk dalam IHT ini merupakan

    seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang

    tidak melalui perekrutan berdasarkan syarat-syarat

    tertentu. Walaupun begitu, bukan berarti keberhasilan

  • 242

    tidak dapat tercapai. Peserta sendiri memiliki motivasi

    dan kesadaran yang tinggi untuk mengikuti kegiatan

    IHT yang diselenggarakan selama dua hari. Oleh

    karena itu, tanpa perekrutan pun keberhasilan

    program tetap dapat dicapai apabila peserta memiliki

    motivasi dan kesadaran untuk mengikuti IHT.

    c. administrator/ panitia

    Keberhasilan program pelatihan tid