BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Penentuan Suhu Optimum Alkalin Protease Data rata - rata aktivitas enzim tiap variasi suhu disajikan pada Tabel 4.1. Data selengkapnya disajikan pada lampiran 3. Tabel 4.1 Karakterisasi Suhu Optimum Alkalin Protease Suhu ( o C) Rata-rata Aktivitas (U/ml) 30 0,248 ± 1,453 x 10 -2 d 0,290 ± 9,04 x 10 -3 c 0,359 ± 2,409 x 10 -2 b 0,405 ± 1,477 x 10 -2 a 0,371 ± 8,860 x 10 -3 a b 40 50 60 70 Keterangan: Huruf berwarna merah menunjukan grouping data berdasarkan Tukey’s Confidence Interval dengan P value > 0,05. Huruf yang berbeda menandakan perbedaan signifikan. Hasil analisis statistik data (lampiran 4), terlihat data rata-rata aktivitas karakterisasi suhu tersebut berdistribusi normal dan homogen ditandai nilai P value > 0,05. Karena data normal dan homogen, analisis dilanjutkan dengan uji statistik one way ANOVA. Dari hasil uji Tukey’s Confidence Interval, terlihat perlakuan uji aktivitas pada suhu 60 o C memiliki 32
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Penentuan Suhu Optimum Alkalin Protease
Data rata - rata aktivitas enzim tiap variasi suhu
disajikan pada Tabel 4.1. Data selengkapnya disajikan
pada lampiran 3.
Tabel 4.1 Karakterisasi Suhu Optimum Alkalin Protease
Suhu (oC) Rata-rata Aktivitas (U/ml)30 0,248 ± 1,453 x 10-2 d
0,290 ± 9,04 x 10-3 c
0,359 ± 2,409 x 10-2 b
0,405 ± 1,477 x 10-2 a
0,371 ± 8,860 x 10-3 a b
40506070
Keterangan: Huruf berwarna merah menunjukan grouping databerdasarkan Tukey’s Confidence Interval dengan Pvalue > 0,05.Huruf yang berbeda menandakan perbedaan signifikan.
Hasil analisis statistik data (lampiran 4),
terlihat data rata-rata aktivitas karakterisasi suhu
tersebut berdistribusi normal dan homogen ditandai
nilai Pvalue > 0,05. Karena data normal dan homogen,
analisis dilanjutkan dengan uji statistik one way ANOVA.
Dari hasil uji Tukey’s Confidence Interval, terlihat
perlakuan uji aktivitas pada suhu 60oC memiliki32
33
nilai aktivitas yang berbeda signifikan dengan yang
dilakukan pada suhu 30,40, dan 50oC. Sementara perlakuan
uji pada suhu 70oC tidak berbeda signifikan dengan
suhu 50 mapupun 60oC. Meskipun 60oC tidak berbeda
signifikan dengan 70oC, 60oC tetap berbeda signifikan
dengan suhu-suhu lainnya dan memiliki nilai rata-rata
aktivitas yang paling tinggi sehingga dapat disimpulkan
uji aktivitas optimum dilakukan pada suhu 60oC.
4.1.2 Penentuan pH Optimum Alkalin Protease
Data rata - rata aktivitas enzim tiap variasi pH
disajikan pada Tabel 4.2. Data selengkapnya disajikan
pH Rata-rata Aktivitas (U/ml)7 0,305 ± 1,625x 10-2 b
0,349 ± 2,946 x 10-2 a b
0,348 ± 2,044 x 10-2 a b
0,406 ± 2,061 x 10-2 a
0,368 ± 1,982 x 10-2 a
891011
Keterangan: Huruf berwarna merah menunjukan grouping databerdasarkan Tukey’s Confidence Interval dengan Pvalue > 0,05.Huruf yang berbeda menandakan perbedaan signifikan.
Hasil analisis statistik data (lampiran 4),
terlihat data rata-rata aktivitas karakterisasi pH
34
tersebut berdistribusi normal dan homogen ditandai
nilai Pvalue > 0,05. Karena data normal dan homogen,
analisis dilanjutkan dengan uji statistik one way ANOVA.
Dari hasil uji Tukey’s Confidence Interval, terlihat
perlakuan uji aktivitas pada pH 10 memiliki nilai
aktivitas yang berbeda signifikan dengan yang dilakukan
pada pH 7. Sementara perlakuan uji pada pH 10 tidak
berbeda signifikan dengan pH 8, 9,dan 11. Namun, pH 7,
8, 9, dan 11 saling tidak berbeda signifikan satu sama
lain sehingga dapat dikatakan ketiganya berasal dari satu
grup yang sama. Selain itu, pH 10 memiliki nilai rata-
rata aktivitas yang paling tinggi sehingga dapat
disimpulkan uji aktivitas optimum dilakukan pada pH 10.
4.1.3 Pemurnian Dengan Presipitasi dan Dialisis
Data di tiap tahap pemurnian ekstrak kasar enzim
disajikan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Data Pemurnian Ekstrak Kasar Hingga
Dialisis
35
Tahapan Vsampel
(ml)
Tirosin
(µg/ml)
Protein/ml
ekstrak(µg/ml)
Protein
total(µg)
Aktivitas(µmol/men
it)
Aktivitastotal
Aktivitasspesifik
(µmol/µg.menit)
Yield(%)
Purification
Factor
Awal 120 228.5 186.1 22338.8
0.378 45.4 2,032 x10-3
10% 10 169.2 140.7 1407.9
0.280 2.802 1,990 x 10-3
6.173 0.979
20% 1.5 173 108.9 163.4 0.286 0.429 2,629 x 10-3
0.946 1.293
30% 4 200.2 107.7 431.04
0.331 1.325 3,076 x 10-3
2.920 1.513
40% 4 138.4 103.3 413.5 0.229 0.917 2,218 x10-3
2.020 1.091
50% 4 136.6 113.3 453.3 0.226 0.905 1,996 x10-3
1.993 0.982
60% 4 144.2 89.8 359.4 0.238 0.955 2,657 x 10-3
2.103 1.307
70% 10 312.8 137.6 1376.06
0.518 5.180 3,764 x 10-3
11.408 1.852
80% 5 237.8 121.2 606.4 0.393 1.969 3,246 x 10-3
4.336 1.597
Dialisis
6 292.7 124.07 744.4 0.484 2.907 3,906 x 10-3
6.777 1.759
Keterangan: Data yang ditampilkan merupakan data rata-rata dari ketiga replikasi. Data lengkap disajikan padaLampiran 5 Tabel 5.
4.1.4 Pemurnian Dengan Ion Exchange Chromatography (IEC)
Sampel yang dimurnikan pada tahap IEC adalah sampel hasil
dialisis presipitasi ammonium sulfat 70%. Berikut adalah
Keterangan : “ – “ berarti tidak dapat dihitung karena 0 / 0 . Yield dan purification
37
factor dihitung terhadap ekstrak kasar enzim. Data yangditampilkan merupakan data rata-rata dari ketigareplikasi. Data lengkap disajikan pada Lampiran 5 Tabel7-9. Fraksi ke-10 dipilih sebagai fraksi yang digunakan untukSDS PAGE karena memiliki nilai yield dan purification factorterbaik.
Peningkatan hasil pemurnian pada setiap tahap, disajikan
pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Perbandingan Tahap PemurnianTahapan V
sampel(ml)
Tirosin
(µg/ml)
Protein/ml
ekstrak(µg/ml)
Proteintotal(µg)
Aktivitas
(µmol/menit)
Aktivitastotal
Aktivitas
spesifik
(µmol/µg.menit)
Yield(%)
Purification
Factor
Awal 120 228.533
186.156 22338.830
0.378 45.404 2,032x 10-3
100 1
Presipitasi70%
10 312.876
137.606 1376.066
0.518 5.180 3,764x 10-3
11.408
1.852
Dialisis
6 292.735
124.076 744.457 0.484 2.907 3,606x 10-3
6.777 1.759
IECrata-rata
1 695.9
08 100 100 1.152 1.152
1,1603
x 10-3 2.537 5.708
Keterangan: Yield dan purification factor dihitung terhadap
ekstrak kasar enzim.
4.1.5 Penentuan Berat Molekul Protein Enzim dengan SDS
PAGE
Hasil SDS PAGE disajikan pada Gambar 4.1 M CE 70%-1 70%-2 70%-3 D-1 D-2
D3 IEC1 IEC 2
38
Gambar 4.1 SDS PAGE Sampel pada Tiap Tahap Pemurnian
M IEC 3
14
22
29
42 51
62
95130175
10,514
22
29
42
516070
95130175
10,5
protein
target
39
Gambar 4.2 Hasil SDS PAGE pada Tahap IEC Replikasi 3
Gambar 4.3 Hasil SDS PAGE pada Tahap Pemurnian Replikasi
1
Keterangan : M : Marker Vivantis 100 kDA
70%-1,2,3 : Hasil Presipitasi 70% replikasi
1,2, dan 3
D-1,2,3 : Hasil Dialisis pada replikasi 1,
2, dan 3
IEC 1,2,3: Hasil IEC (fraksi 10) pada
replikasi 1,2, dan 3
9,10,11,12,24 : Hasil IEC pada fraksi
tersebut replikasi 1
CE M 70% 1 D 9 10
11 12 24
40
Penentuan berat molekul protein dihitung dari
persamaan regresi linear marker protein, antara jarak
migrasi (sumbu x) dan log berat
molekul (sumbu y). Persamaan yang
didapat adalah y = -0,175 x +
2,130 R² = 0,955 (Lampiran 5).
Hasil perhitungan berat molekul
sampel ditunjukkan pada Lampiran 6
Tabel 10. Didapatkan band protein target sebesar 33,32
kDa.
4.2 Pembahasan
Gambar 4.4 Isolat Bakteri
41
Isolat yang digunakan pada produksi enzim pada
penelitian ini berasal dari limbah cair pemotongan
hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Jalan Pegiriaan,
Surabaya. Limbah cair tersebut memiliki suhu sebesar 30oC
dan pH 8. Dari limbah tersebut, akan diisolasi bakteri
yang akan menghasilkan enzim alkaline protease yang
kemudian akan dimurnikan lebih lanjut. Untuk mendapatkan
enzim alkaline protease tersebut, diperlukan proses
produksi enzim. Produksi enzim dilakukan dengan cara
menginokulasikan isolat bakteri terpilih ke dalam media
susu skim cair yang merupakan media produksi enzim.
Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 30oC selama 45 jam
dengan agitasi 100 rpm. Menurut penelitian Widjaja (belum
dipublikasikan), suhu 30oC dipilih sebagai suhu optimum
untuk produksi enzim alkaline protease dan waktu optimum
produksi enzim alkaline protease ialah 45 jam. Pemanenan
enzim alkaline protease dilakukan dengan cara memisahkan
hasil produksi enzim dengan sel bakteri melalui
sentrifugasi. Sel bakteri yang memiliki densitas lebih
berat akan mengendap sebagai pellet sedangkan enzim akan
larut dalam air sehingga akan bertahan pada supernatant.
Supernatan yang dihasilkan setelah sentrifugasi dianggap
sebagai ekstrak kasar enzim alkaline protease. Pada
penelitian ini, ekstrak kasar enzim yang didapatkan
42
sebesar 360 ml dan akan dibagi untuk tiga replikasi pada
tahap pemurnian.
4.2.1 Penentuan Suhu Optimum
Karakterisasi pH dan suhu optimum enzim dilakukan untuk
mengetahui kondisi suhu dan pH yang paling baik bagi
enzim untuk bekerja. Data ini digunakan untuk menentukan
buffer pH yang digunakan untuk melarutkan pellet
enzim di tahap berikutnya dan suhu yang digunakan
untuk uji aktivitas di tahap pemurnian selanjutnya.
Penentuan suhu optimum ditentukan dari nilai aktivitas
enzim yang tertinggi. Larutan enzim tersebut diuji
aktivitas dan kadar proteinnya, hasil uji tampak pada
Tabel 4.1 dan Gambar 4.5.
0,405
0,371
43
Gambar 4.5 Grafik Karakterisasi Suhu Optimum Alkalin
Protease
Aktivitas tertinggi diperoleh pada uji aktivitas
yang dilakukan pada suhu 60oC, yakni sebesar 0,405 U/ml.
Hasil Tukey’s Confidence Interval (Tabel 4.1) menunjukan suhu
optimum adalah 60oC. Limbah cair yang merupakan sumber
isolat penghasil enzim alkaline protease memiliki suhu
30oC. Hasil penelitian Soeka (2011) menunjukan fenomena
serupa dimana enzim alkaline protease yang berasal dari
beberapa jenis Bacillus seperti Bacillus licheniformis dan Bacillus
cereus yang ditumbuhkan pada suhu 37oC dapat menghasilkan
enzim dengan suhu optimum sebesar 60oC.
4.2.2 Penentuan pH Optimum
Hasil karakterisasi pH optimum enzim alkaline
protease diperoleh aktivitas tertinggi pada pH 10. (Tabel
4.2 dan Gambar 4.6) .
44
Gambar 4.6 Grafik Karakterisasi pH Optimum Alkalin
Protease
Aktivitas tertinggi diperoleh pada uji aktivitas
yang dilakukan pada suhu 60oC dan pH 10, yakni 0,406
U/ml. Hasil Tukey’s Confidence Interval (Tabel 4.2) menunjukan
pH optimum adalah 10. Limbah cair yang merupakan sumber
isolat penghasil enzim alkaline protease memiliki suhu
35oC dan pH sebesar 8. Hasil penelitian Soeka (2011),
mengatakan bahwa enzim alkaline protease yang berasal
dari Bacillus cereus yang ditumbuhkan pada suhu 37oC dapat
menghasilkan enzim dengan suhu optimum sebesar 60oC dan
pH 10.
4.2.3 Presipitasi dan Dialisis
4.2.3.1 Presipitasi Amonium Sulfat
0,305
0,3490,348
0,4060,368
45
Pada proses presipitasi ammonium sulfat, sampel yang
digunakan ialah ekstrak kasar hasil pemanenan enzim
alkaline protease. Presipitasi ammonium sulfat yang
dilakukan memiliki tingkat kejenuhan 10%-80%. Dilakukan
presipitasi secara bertahap dikarenakan protein enzim
alkaline protease belum diketahui pasti mengendap pada
kejenuhan tertentu sehingga diperlukan optimasi untuk
mengetahui di tingkat kejenuhan berapa enzim alkaline
protease akan mengendap. Pelet dengan tingkat kejenuhan
ammonium sulfat 70% memiliki aktivitas spesifik tertinggi
yakni sebesar 3,766 x 10-3 µmol/µg.menit. Adanya kenaikan
nilai aktivitas spesifik dibandingkan ekstrak kasar awal
menunjukkan adanya peningkatan kemurnian enzim. Hal ini
juga didukung dengan kenaikan nilai purification factor sebesar
1,85. Terdapat penurunan nilai yield hingga 11,4%. Hal ini
menunjukan bahwa tidak semua enzim target terndapkan pada
tahap ini. Selain itu, adanya kemungkinan menurunnya
nilai yield diakibatkan adanya aktivitas enzim yang hilang
selama proses akibat denaturasi enzim.
4.2.3.2 Dialisis
Dialisis dilakukan setelah tahap presipitasi
ammonium sulfat. Dialisis dilakukan untuk menghilangkan
sisa garam amonium sulfat dalam proses presipitasi.
Pemisahan protein enzim dengan garam berfungsi agar garam
46
tidak mengganggu proses pemurnian selanjutnya, yakni IEC.
Adanya garam dalam proses IEC akan menghambat proses
penempelan protein enzim bermuatan dengan resin sehingga
enzim tidak dapat terelusi dengan baik. Dalam penelitian
ini dipakai tabung selofan merk Servapor yang memiliki
MWCO 14.000, berarti garam amonium sulfat dapat keluar,
namun protein tetap di dalam tabung selofan.
Pada proses dialisis didapatkan adanya penurunan
nilai yield yang awalnya sebesar 11,4% menjadi 6,77%.
Penurunan nilai yield ini diakibatkan penurunan aktivitas
enzim saat proses dialisis. Penurunan nilai aktivitas
dapat diakibatkan karena adanya aktivator logam yang
kemungkinan juga ikut hilang selama proses dialisis.
Enzim alkaline protease memiliki beberapa aktivator,
yakni Zn2+, Fe2+, dan Ca2+(Murdiyatmo, 2006). Peneliti
menggunakan media susu skim sebagai media produksi enzim.
Susu skim mengandung berbagai mineral, 67% diantaranya
adalah ion kalsium dan beberapa persen ion Fe2+ (Pruitt,
2004). Adanya ion Ca2+ dan Fe2+ pada media produksi
kemungkinan dapat menjadi aktivator bagi enzim alkaline
protease sehingga saat keduanya hilang saat proses
dialisis akan menurunkan aktivitasnya. Sedangkan nilai
purification factor yang didapat cenderung tetap dibandingkan
dengan presipitasi 70%.
47
4.2.4 Pemurnian Alkalin Protease dengan Metode IEC
Sampel yang dimurnikan lebih lanjut dengan metode IEC ini
ialah sampel hasil dialysis. Diketahui pI enzim
alkaline protease dari Bacillus diketahui berkisar antara 9
(Murdiyanto, 2006). Pada penelitian ini, ditemukan bahwa
enzim alkaline protease yang didapatkan memiliki pI
sebesar 8,8. Pada pengujian pH optimum enzim (Tabel 4.2),
didapatkan aktivitas enzim alkalin protease yang paling
optimum berada pada pH 10. Saat enzim berada dalam
larutan dengan pH di atas nilai pInya, enzim tersebut
cenderung berbentuk anion, sehingga dilakukan
pemurnian dengan anion exchanger chromatography.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450123456
Fraksi ke-
Purifi
catio
n Fa
ctor 5,7
08
Gambar 4.7 Hasil Purification Factor Pemurnian Enzim dengan
Metode IEC
48
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Fraksi ke-
Yiel
d (%
)
2,537
Gambar 4.8 Hasil Yield Pemurnian Enzim dengan Metode IEC
Keterangan : Data grafik yield dan purification factor pemurnian
enzim dengan metode IEC di atas merupakan data rata-rata.
Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5 Tabel 7-9.