Top Banner
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Awal Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 kota Salatiga dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas 4 sebanyak 15 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 berada di Wilayah kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Dilihat dari letak geografisnya SD ini terletak di pinggiran kota Salatiga yaitu tidak jauh dari jalan baru (JB) Salatiga, karena letaknya di pinggiran kota Salatiga yang mudah dijangkau. Letak SD Negeri Pulutan 02 juga termasuk jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2013, dan terdiri dari dua siklus, siklus pertama tiga pertemuan dan siklus kedua tiga pertemuan. Siklus I membahas tentang materi Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama dan yang berbeda serta Operasi Hitung Pengurangan Pecahan dan siklus II membahas tentang materi Operasi Hitung Pecahan Desimal dan Penggunaan Operasi Hitung Pecahan Desimal Dalam Kehidupan Sehari-hari. Penelitian dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Salatiga, yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki- laki pada mata pelajaran matematika dengan materinya adalah “Operasi Hitung Pecahan”. 1.2 Kondisi Pra Siklus Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Semester 2 Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 15 siswa pada pembelajaran matematika, terlihat bahwa kompetensi siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi matematika siswa pada mata pelajaran Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60). Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.
28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

Apr 11, 2019

Download

Documents

phungthuan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Deskripsi Awal

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 kota Salatiga

dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas 4 sebanyak 15 siswa. Letak Sekolah Dasar

Negeri Pulutan 02 berada di Wilayah kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Dilihat

dari letak geografisnya SD ini terletak di pinggiran kota Salatiga yaitu tidak jauh

dari jalan baru (JB) Salatiga, karena letaknya di pinggiran kota Salatiga yang

mudah dijangkau. Letak SD Negeri Pulutan 02 juga termasuk jauh dari kebisingan

kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2013, dan terdiri dari

dua siklus, siklus pertama tiga pertemuan dan siklus kedua tiga pertemuan. Siklus

I membahas tentang materi Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut

Sama dan yang berbeda serta Operasi Hitung Pengurangan Pecahan dan siklus II

membahas tentang materi Operasi Hitung Pecahan Desimal dan Penggunaan

Operasi Hitung Pecahan Desimal Dalam Kehidupan Sehari-hari.

Penelitian dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Salatiga,

yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki-

laki pada mata pelajaran matematika dengan materinya adalah “Operasi Hitung

Pecahan”.

1.2 Kondisi Pra Siklus

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar

Negeri Pulutan 02 Semester 2 Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 15 siswa

pada pembelajaran matematika, terlihat bahwa kompetensi siswa masih rendah.

Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi matematika siswa pada mata

pelajaran Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik

memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60). Diperoleh

data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan

oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

39

Tabel 4.1Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pra Siklus

Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan≤ 49 - - Tidak Tuntas

50-59 8 53 Tidak Tuntas60-69 7 47 Tuntas≥ 70 - - Tuntas

Jumlah 15 100Nilai Rata-rata 59,53Nilai Tertinggi 69Nilai Terendah 50

Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pelajaran matematika materi

“Operasi Hitung Pecahan” siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 pada pra siklus

pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam

belajarnya (KKM=60). Diketahui pada skor nilai 50-59 frekuensinya ada 8 siswa

(53% dari jumlah keseluruhan siswa tindak tuntas), skor nilai antara 60-69

frekuensinya ada 7 siswa (47% dari jumlah keseluruhan siswa tuntas).

Jumlah keseluruhan siswa 15 dengan nilai rata-rata 59,53, nilai tertinggi 69

dan nilai terendah 50. Peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran

demi membantu meningkatkan hasil belajar Matematika materi “Operasi Hitung

Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Berdasarkan tabel

4.2 dapat digambarkan dalam gambar grafik 4.1.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

39

Gambar 4.1: Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

(Prasiklus)

Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi hasil belajar mata

pelajaran matematika materi “Operasi Hitung Pecahan” pada skor 50-59

frekuensinya ada 8 siswa dan skor nilai 60-69 frekuensinya ada 7 orang siswa.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data grafik 4.1 hasil

perolehan hasil belajar/nilai siswa sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat

disajikan dalam bentuk tabel 4.2.

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan

No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa

Jumlah Persentase %

1 Tuntas 7 572 Tidak Tuntas 8 43

Jumlah 15 100

Ketuntasan belajar siswa sebelum diberikan tindakan dapat diketahui pada

tabel 4.2, bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM=60) sebanyak 8 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai

Frekuensi

Jum

lah

Sisw

a

39

Gambar 4.1: Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

(Prasiklus)

Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi hasil belajar mata

pelajaran matematika materi “Operasi Hitung Pecahan” pada skor 50-59

frekuensinya ada 8 siswa dan skor nilai 60-69 frekuensinya ada 7 orang siswa.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data grafik 4.1 hasil

perolehan hasil belajar/nilai siswa sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat

disajikan dalam bentuk tabel 4.2.

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan

No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa

Jumlah Persentase %

1 Tuntas 7 572 Tidak Tuntas 8 43

Jumlah 15 100

Ketuntasan belajar siswa sebelum diberikan tindakan dapat diketahui pada

tabel 4.2, bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM=60) sebanyak 8 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai

≤ 49 50-59 60-69

Frekuensi 7 8

39

Gambar 4.1: Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

(Prasiklus)

Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi hasil belajar mata

pelajaran matematika materi “Operasi Hitung Pecahan” pada skor 50-59

frekuensinya ada 8 siswa dan skor nilai 60-69 frekuensinya ada 7 orang siswa.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data grafik 4.1 hasil

perolehan hasil belajar/nilai siswa sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat

disajikan dalam bentuk tabel 4.2.

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan

No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa

Jumlah Persentase %

1 Tuntas 7 572 Tidak Tuntas 8 43

Jumlah 15 100

Ketuntasan belajar siswa sebelum diberikan tindakan dapat diketahui pada

tabel 4.2, bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM=60) sebanyak 8 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai

≥ 70

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

40

KKM sebanyak 7 orang siswa dengan persentase 47%. Ketuntasan belajar siswa

sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2: Diagram Lingkaran Sebelum Tindakan

(Prasiklus)

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar matematika sebelum

tindakan adalah 53% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 47%

dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi

“Operasi Hitung Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.

Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama

Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan metode yang

konvensional (ceramah) dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang

membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga

menimbulkan kebosanan bagi siswa dan berakibat hasil belajar matematika juga

tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan

temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang

diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 47%,

peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4

sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan

40

KKM sebanyak 7 orang siswa dengan persentase 47%. Ketuntasan belajar siswa

sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2: Diagram Lingkaran Sebelum Tindakan

(Prasiklus)

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar matematika sebelum

tindakan adalah 53% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 47%

dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi

“Operasi Hitung Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.

Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama

Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan metode yang

konvensional (ceramah) dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang

membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga

menimbulkan kebosanan bagi siswa dan berakibat hasil belajar matematika juga

tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan

temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang

diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 47%,

peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4

sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan

47%Tuntas53%

Tidaktuntas

≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70

40

KKM sebanyak 7 orang siswa dengan persentase 47%. Ketuntasan belajar siswa

sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2: Diagram Lingkaran Sebelum Tindakan

(Prasiklus)

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar matematika sebelum

tindakan adalah 53% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 47%

dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi

“Operasi Hitung Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.

Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama

Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan metode yang

konvensional (ceramah) dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang

membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga

menimbulkan kebosanan bagi siswa dan berakibat hasil belajar matematika juga

tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan

temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang

diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 47%,

peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4

sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

41

penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada penelitian

ini, peneliti merancang dalam dua siklus, satu siklus terdiri dari tiga kali

pertemuan.

1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Dalam Siklus I terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut :

a. Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Operasi

Hitung Pecahan”, peneliti bersama guru kolaborator mempelajari materi serta

mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan

diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar

evaluasi Siklus I, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa diorganisasi

menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa.

b. Tindakan dan Observasi

1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 April 2013, beberapa kegiatan

sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Selasa, 2 April 2013 pukul 07.00

WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan

pembelajaran, siswa sebelumnya sudah membentuk kelompok kelompok masing-

masing terdiri dari 3-4 siswa, kelompok dibentuk dengan bantuan guru. Siswa

dalam kelompok dibagi secara acak dan heterogen agar tidak ada yang membeda-

bedakan temannya dalam kelompok tersebut. Setiap kelompok menyiapkan meja

turnamen masing-masing. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan

salam, mengecek kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan bertanya

kepada siswa sebagai apersepsi, guru bertanya ”benda apakah yang Bapak pegang

sekarang? (bendanya : buah apel, guru membawa tiga buah apel, satu apel utuh,

yang kedua dipotong menjadi dua bagian dan apel yang ketiga dibagi menjadi

empat bagian), lalu bertanya lagi kepada siswa, coba kalian perhatikan buah-buah

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

42

apel ini guru menunjukkan sebuah apel kepada para siswa, lalu bertanya”anak-

anak benda apakah ini? (hipotesis : apel), kemudian guru menunjukkan kepada

siswa lagi sebuah apel yang lain yang sudah dipotong menjadi dua dan dan sebuah

lagi yang menjadi 4 bagian, lalu bertanya kepada siswa “apa perbedaan apel yang

satu dengan apel yang kedua dan ketiga? Setelah menjelaskan kepada siswa

mengenai penjelasan dari buah-buah apel tadi, guru mengarahkan para siswa

untuk masuk dalam kegiatan belajar mengajar dan masuk pada materi pertama

yaitu “Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama”. Sebelumnya

guru menjelaskan model pembelajaran koopeartife tipe TGT.

Kegiatan Inti:

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung penjumlahan pecahan

yang berpenyebut sama. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang operasi

hitung penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut sama dipapan tulis. Dengan

arahan guru, siswa mengerjakan contoh-contoh soal tersebut di papan tulis.

Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh siswa dipapan tulis, guru mengarahkan

para siswa untuk masuk dalam permainan/game turnamen dalam kelompok. Guru

membentuk siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen terdiri dari 4 orang

siswa. Setiap kelompok memiliki nama-nama kelompok masing-masing (nama

kelompok dibuat berdasarkan jenis-jenis nama hewan). Setiap kelompok juga

memiliki ketua kelompoknya masing-masing. Siswa mendengarkan penjelasan

dari guru mengenai, aturan dalam permainan/game turnamen dalam kelompok.

Setelah semua kelompok terbentuk dan diberi arahan mengenai aturan

permainan/game turnamen dalam kelompok, guru memberi aba-aba agar semua

siswa dalam kelompok mempersiapkan diri masing-masing. Setiap pemain/siswa

dalam kelompok memasuki meja turnamen untuk menentukan pembaca soal dan

pemain yang pertama. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang

berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan

soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Soal dikerjakan

secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

43

pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh

penantang searah jarum jam.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru

mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

2) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2013, beberapa kegiatan

sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00-08.45 WIB. Sebelum pembelajaran

ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Guru mengucapkan salam

dan guru mengulas materi pelajaran sebelumnya mengenai “Operasi Hitung

Penjumlahan Pecahan” sebagai bentuk apersepsi kepada siswa, setelah melakkan

apersepssi, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam pembelajaran.

Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran koopeartife tipe TGT.

Kegiatan Inti:

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung penjumlahan pecahan

yang berpenyebut berbeda. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang

operasi hitung penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut berbeda dipapan

tulis. Dengan arahan guru, siswa mengerjakan contoh-contoh soal tersebut

dipapan tulis. Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh siswa dipapan tulis, guru

mengarahkan para siswa untuk masuk dalam permainan/game turnamen dalam

kelompok. Guru menyuruh siswa masuk dalam kelompok turnamen yang sudah

dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru

mengenai, aturan dalam permainan/game turnamen dalam kelompok yang sedikit

berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Setelah semua tim siap, guru mulai

mempersiapkan bahan-bahan/alat dalam games turnamen. Urutan

permainan/games turnamen masih seperti pada pertemuan sebelumnya. Perbedaan

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

44

dalam games turnament pada pertemuan ini adalah ada yang dinamakan dengan

tim yang gugur, jadi apabila skor tim tersebut paling bawah/dasar dari kelompok-

kelompok yang lain maka akan dinyatakan gugur atau tidak bisa mengikuti

turnamen lagi.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru

mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Pertemuan Ketiga

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 April 2013, beberapa kegiatan

sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan ketiga ini berlangsung pada pukul 09.00-10.45 WIB. Sebelum

pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Guru

membuka pembelajaran dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan

mengabsen siswa. Sebagai bentuk apersepsi guru memperlihatkan kepada para

siswa dua potong kertas yang bertuliskan pecahan? Lalu bertanya kepada para

siswa jika kedua kertas yang bertuliskan pecahan ini dijumlahkan, berapakah

jumlahnya sekarang? Melalui pertanyaan ini guru mengarahkan para siswa untuk

masuk dalam materi pelajaran mengenai operasi hitung penjumlahan pecahan

yang berpenyebut berbeda. Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran

koopeartif tipe TGT.

Kegiatan Inti:

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung pengurangan pecahan

yang memiliki penyebut sama maupun yang berbeda. Guru memberikan beberapa

contoh soal tentang operasi hitung pengurangan pecahan yang memiliki penyebut

sama dan berbeda dipapan tulis. Dengan arahan guru, siswa mengerjakan contoh-

contoh soal tersebut dipapan tulis. Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh

siswa dipapan tulis, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

45

permainan/game turnamen dalam kelompok. Guru memperbaharui kelompok-

kelompok siswa, dengan cara menukar setiap anggota kelompok untuk beralih ke

kelompok yang lain. Setelah semua kelompok terbentuk dan diberi arahan

mengenai aturan permainan/game turnamen dalam kelompok, guru memberi aba-

aba agar semua siswa dalam kelompok mempersiapkan diri mereka masing-

masing. Setiap siswa mempersiapkan diri masuk dalam meja turnament serta

mempersiapkan alat tulis. Guru mempersiapkan bahan dan alat dalam pelaksanaan

turnamen. Urutan permainan seperti pada pertemuan sebelumnya.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Selanjutnya

siswa diminta untuk mengatur tempat duduk seperti semula. Guru membagikan

lembar evaluasi Siklus I untuk dikerjakan oleh semua siswa secara individu.

c. Hasil Observasi

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran

yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan

pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi

aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.

Data hasil observasi guru dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

46

Tabel 4.3

Hasil Observasi Kegiatan Guru Menerapkan TGT

No Aspek yang di amati Skor1 Guru mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran 42 Guru memeriksa kesiapan peserta didik 43 Guru membagi siswa dalam beberpa kelompokuntuk masuk dalam turnamen 44 Guru melakukan kegiatan apersepsi 35 Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana

kegiatan3

6 Guru menjelaskan beberapa hal penting yang ada dalam materi pembelajaran 47 Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan soal

turnamen yang berhubungan dengan materi pelajaran4

8 Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk masuk dalam gamesturnament

4

9. Guru membimbing para siswa yang kesulitan dalam games turnament 210 Guru menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pelaksanaan games

turnament4

11 Guru membahas hasil games turnament bersama- sama siswa 412 Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif4

13 Guru memberikan reward kepada setiap kelompok yang berhasil menjawabpertanyaan pada saat games turnament

3

14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materiyang belum jelas

2

15 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan pembelajaran 316 Guru melakukan evaluasi pembelajaran 2

TOTAL SKOR PEROLEHAN 53

Data kinerja guru dalam menggunakan model TGT pada tabel 4.3 dihitungdengan cara sebagai berikut.

Nilai = Σ Skor yang diperolehΣ Skor maksimum X100%Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

51 – 72 = A (sangat baik)

37 – 50 = B (baik)

23 – 36 = C (cukup baik)

< 22 = D (kurang)

Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru pada siklus I, maka kinerja

guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berada pada

kategori sangat baik dengan perolehan skor 53.

Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

TGT, disajikan dalam tabel 4.4.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

47

Tabel 4.4

Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1

No Aspek yang diamatiHasil

Jumlahsiswa Persentase

1 Siswa menempati tempat duduk masing-masing 13 85%2 Kesiapan siswa menerima pembelajaran 13 85%3 Siswa mampu menjawab apersepsi 13 85%4 Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan

kompetensi/tujuan yang akan dicapai13 85%

5 Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materipembelajaran

13 85%

6 Aktif bertanya saat proses pelajaran materi 13 85%7 Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 13 85%8 Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan

benar13 85%

9 Siswa mengikuti pelajaran dengan santai dan tidak adatekanan

13 85%

10 Siswa menanggapi hasil jawaban temannya 15 100%11 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode

pembelajaran yang digunakan guru15 100%

12 Siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan lembarkerja secara berkelompok

15 100%

13 Siswa melakukan diskusi saat menyelesaikan lembar kerjakelompok

15 100%

14 Siswa merasa senang pada saat pembelajaran berlangsung 10 70%

15 Siswa mampu berinteraksi saat games turnament disajikan 13 85%16 Siswa merasa terbimbing 10 70%

17Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru

15 100%

18 Siswa secara aktif membuat rangkuman 13 85%

Berdasarkan hasil pengamatan siswa pada aktivitas guru dan siswa dalam

proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan

signifikan meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang begitu aktif pada saat

mengikuti kegiatan turnamen di dalam kelas dan dalam kegiatan turnamen belum

sepenuhnya dibimbing oleh guru sehingga ada beberapa siswa yang binggung

akan berbuat apa. Proses pembelajaran ada peruabahan, siswa sudah aktif

mengikuti, ada kerjasama, tanggung jawab dan ketekunan antar siswa dalam

kelompok.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

48

1.3.1 Hasil Analisis Data Siklus I

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan model TGT yang

terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus

I pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I

Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan≤ 49 - - -

50-59 3 20% Tidak Tuntas60-69 4 27% Tuntas≥ 70 8 53% Tuntas

Jumlah 15 100Nilai Rata-rata 73,06Nilai Tertinggi 85Nilai Terendah 55

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model TGT ada

peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada pra siklus, untuk

skor nilai 50-59 terdapat 3 siswa dengan persentase 20%, skor nilai 60-69 terdapat

4 siswa dengan persentase 27%, skor nilai ≥ 70 terdapat 8 siswa dengan

persentase 53%. Jadi dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 60 maka

jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa dan siswa yang belum tuntas

sebanyak 3 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata 73,06 nilai

tertinggi 85 dan nilai terendah 55.

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada data

distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.3 berikut.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

49

Gambar 4.3: Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Dapat diketahui dari gambar diagram 4.3 , ketuntasan belajar siswa dari

siklus I adalah 3 siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM=60). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12

siswa. Persentase belajar siswa dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.4 berikut.

Gambar 4.4: Diagram Lingkaran Hasil Belajar Matematika Siswa

Siklus I

Frekuensi

0123456789

Jum

lah

Sisw

a

49

Gambar 4.3: Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Dapat diketahui dari gambar diagram 4.3 , ketuntasan belajar siswa dari

siklus I adalah 3 siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM=60). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12

siswa. Persentase belajar siswa dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.4 berikut.

Gambar 4.4: Diagram Lingkaran Hasil Belajar Matematika Siswa

Siklus I

≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70

Frekuensi 3 4

20% Tidaktuntas

27%Tuntas

53% Tuntas

≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70

49

Gambar 4.3: Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Dapat diketahui dari gambar diagram 4.3 , ketuntasan belajar siswa dari

siklus I adalah 3 siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM=60). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12

siswa. Persentase belajar siswa dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.4 berikut.

Gambar 4.4: Diagram Lingkaran Hasil Belajar Matematika Siswa

Siklus I

≥ 70

8

20% Tidaktuntas

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

50

Berdasarkan pada gambar 4.4 dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang belum

tuntas atau di bawah KKM=60 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%,

sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa 80%. Untuk lebih meningkatkan

dan memaksimalkan hasil belajar siswa agar hasil belajar siswa di atas Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM=60) maka diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa

dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02

Salatiga.

1.3.2 Refleksi Siklus I

Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, peneliti melakukan diskusi

dengan observer dan guru kelas 4 yang telah melakukan pengamatan selama

proses pembelajaran dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua

temuan dalam perbaikan pembelajaran siklus I, selanjutnya digunakan untuk

menyusun perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Untuk melihat seberapa hasil pembelajaran menggunakan model

pembelajaran TGT, maka diperlukan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa

dengan Ketuntasan Belajar Minimal (KKM=60), maka diperoleh dari seluruh

jumlah siswa yang berjumlah 15 siswa dalam belajarnya sebanyak 12 siswa yang

tuntas dengan mendapat nilai ≥60 dan 3 siswa tidak tuntas dengan mendapat nilai

di bawah KKM. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu

ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa peneliti memberikan patokan 100%

dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai nilai

di atas KKM berdasarkan hasil evaluasi siswa.

Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah

meningkat, semula 53% menjadi 80% dengan jumlah keseluruhan siswa dengan

nilai maksimal 85 dan minimal 55, rata-rata semula 59,53 menjadi 73,06.

Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II

dengan menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

51

meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02

Salatiga.

Diketahui dari hasil pengamatan dari observer pada siklus I maka secara

keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I

sebagai berikut:

Hambatan:

Penggunaan model pembelajaran TGT dalam penerapannya masih banyak

kekurangan yang terjadi. Pada saat siswa bermain dalam turnamen, ada beberapa

siswa yang tidak atau kurang membantu temannya dalam pengerjaan soal

turnamen, beberapa siswa asyik berbicara sendiri diluar konteks turnamen.

Penyelesaian :

Untuk mengatasi hambatan tersebut guru sudah menyiapkan beberapa cara

penyelesaiannya di siklus II. Bagi siswa yang suka berbicara sendiri sehingga

mengganggu kegiatan turnamen dalam kelas akan diberikan teguran dan dengan

mengurangkan poin siswa tersebut. Setiap ketua kelompok mencatat juga teman

kelompoknya yang sering berbicara dan tidak mau membantu pada saat kegiatan

turnamen.

1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Dalam siklus II terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

a) Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Operasi

Hitung Pecahan”, peneliti bersama guru kolaborator mempelajari materi serta

mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan

diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar

evaluasi Siklus II, lembar observasi guru dan siswa, rubrik penelitian dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan

pembelajaran siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

52

b) Tindakan dan Observasi

1) Pertemuan Pertama

Tindakan pertama pada hari Selasa, 16 April 2013 pukul 07.00-08.45 WIB,

beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Kegiatan dimulai dengan guru mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa,

mengecek apakah ruang kelas telah tertata rapi untuk memulai pembelajaran.

Guru menggali pemahaman awal siswa dengan mengulang pembelajaran

sebelumnya mengenai operasi hitung pecahan sebagai apersepsi. Setelah

mengajukan apersepsi, guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang

akan dipelajari, yaitu “operasi hitung pecahan desimal”. Guru sebelumnya telah

menginformasikan bahwa pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model

pembelajaran TGT.

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

operasi hitung pecahan desimal. Setelah itu siswa dengan arahan guru

mengerjakan contoh-sontoh soal dipapan tulis mengenai mengubah pecahan

desimal ke bentuk pecahan biasa dan sebaliknya serta penjumlahan pecahan

desimal. Guru menginformasikan kepada siswa mengenai sampai sejauh mana

pemahaman siswa tentang pecahan desimal yang baru dijelaskan oleh guru.

Kemudian guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam games turnamen.

Setiap siswa masuk dalam kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk pada

pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok bersiap-siap masuk dalam games

turnamen, setiap ketua kelompok menginformasikan agar anggota kelompoknya

menyiapkan alat belajarnya masing-masing. Kemudian guru menginformasikan

bahwa games turnamen telah dimulai dan akan mencatat setiap skor yang didapat

setiap kelompok pada saat turnamen.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

53

tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru

mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

2) Pertemuan Kedua

Tindakan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 18 April

2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan ini berlangsung dari pukul 09.00-10.45 WIB. Sebelum pembelajaran

dimulai, dibuka dengan memberi salam, berdoa setelah itu guru mengecek

kehadiran siswa. Sebagai bentuk apersepsi, guru menagajak para siswa untuk

menyanyikan lagu “balonku”. Melalui lagu tersebut, guru menginformasikan

kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari yaitu “operasi hitung

pengurangan pecahan desimal”.

Kegiatan Inti:

Kegitan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi

hitung pengurangan pecahan desimal. Dengan arahan dan bantuan guru para siswa

mencoba mengerjakan contoh soal dipapan tulis yang telah disediakan oleh guru

sebelumnya. Setelah itu guru menginformasikan siswa untuk masuk dalam

kelompok games turnamen. Soal-soal games turnamen berkisar tentang operasi

hitung pecahan desimal. Guru mengecek kesiapan setiap kelompok untuk

mengikuti games turnamen. Setelah semua kelompok siap mengikuti games

turnamen, guru memulai games turnamen. Selama turnamen setiap kelompok

mengecek skor masing-masing dan diakhir turnamen setiap perolehan skor

kelompok diserahkan kepada guru.

Kegiatan akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru

mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Pertemuan Ketiga

Tindakan dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 April 2013 pukul 09.00-10.45

WIB, beberapa kegiatan dari pertemuan ketiga ini sebagai berikut:

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

54

Kegiatan Awal:

Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru terlebih dahulu memberi salam,

mengecek kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa mengikuti pembelajaran

meliputi tempat duduk dan alat tulis siswa. Pembelajaran dimulai dengan guru

mengajak siswa masuk dalam apersepsi dengan mengulang sedikit pembelajaran

yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai operasi

hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Melalui apersepsi

tersebut, guru mengarahkan siswa untuk masuk dalam materi tentang operasi

hitung pecahan campuran. Guru menginformasikan kepada siswa bahwa

pembelajaran akan menggunakan model TGT.

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi

hitung pecahan campuran dan dilanjutkan untuk menguji kemampuan awal siswa

mengenai materi, guru menginformasikan para siswa untuk mengerjakan contoh-

contoh soal yang telah disediakan oleh guru. Setelah dirasa paham, guru

menginformasikan kepada siswa untuk masuk dalam kelompok tim games

turnamen yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa mempersiapkan diri untuk

masuk dalam turnamen. Guru memberi aba-aba bahwa turnamen sudah siap

dimulai, setiap kelompok siap untuk mengerjakan soal-soal turnamen yang telah

dibuat. Siswa dengan arahan guru mengecek jumlah skor yang diperoleh selama

turnamen berlangsung.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru sedikit

mengingatkan tentang materi tentangoperasi hitung pecahan biasa dan pecahan

desimal, selanjutnya siswa mengatur tempat duduk seperti semula untuk disiapkan

mengerjakan evaluasi. Guru membagikan lembar evaluasi Siklus II untuk

dikerjakan oleh semua siswa secara individu.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

55

c) Hasil Observasi

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran

yang telah dilaksanakan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan pada

saat guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas maka menggunakan lembar observasi yang diambil dari

lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil

observasi guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6

Hasil Observasi Kinerja Guru Menerapkan TGT

No Aspek yang di amati Skor1 Guru mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran 42 Guru memeriksa kesiapan peserta didik 33 Guru membagi siswa dalam beberpa kelompokuntuk masuk dalam turnamen 44 Guru melakukan kegiatan apersepsi 35 Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana

kegiatan4

6 Guru menjelaskan beberapa hal penting yang ada dalam materi pembelajaran 47 Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan soal

turnamen yang berhubungan dengan materi pelajaran4

8 Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk masuk dalam gamesturnament

4

9. Guru membimbing para siswa yang kesulitan dalam games turnament 410 Guru menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pelaksanaan games

turnament4

11 Guru membahas hasil games turnament bersama- sama siswa 412 Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif3

13 Guru memberikan reward kepada setiap kelompok yang berhasil menjawabpertanyaan pada saat games turnament

4

14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materiyang belum jelas

4

15 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan pembelajaran 316 Guru melakukan evaluasi pembelajaran 4

TOTAL SKOR PEROLEHAN 60

Data kinerja guru dalam menggunakan model TGT pada tabel 4.6 dihitung

dengan cara sebagai berikut:

Nilai = Σ Skor yang diperolehΣ Skor maksimum X100%

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

56

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

51 – 72 = A (sangat baik)

37 – 50 = B (baik)

23 – 36 = C (cukup baik)

< 22 = D (kurang)

Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru pada siklus II, maka kinerja

guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berada pada

kategori sangat baik dengan perolehan skor 60.

Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

TGT, disajikan dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1

No Aspek yang diamatiHasil

Jumlahsiswa Persentase

1 Siswa menempati tempat duduk masing-masing 15 100%2 Kesiapan siswa menerima pembelajaran 15 100%3 Siswa mampu menjawab apersepsi 15 100%4 Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan

kompetensi/tujuan yang akan dicapai14 97%

5 Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materipembelajaran

15 100%

6 Aktif bertanya saat proses pelajaran materi 14 97%7 Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 15 100%8 Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan

benar15 100%

9 Siswa mengikuti pelajaran dengan santai dan tidak adatekanan

15 100%

10 Siswa menanggapi hasil jawaban temannya 15 100%11 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode

pembelajaran yang digunakan guru15 100%

12 Siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan lembarkerja secara berkelompok

15 100%

13 Siswa melakukan diskusi saat menyelesaikan lembar kerjakelompok

15 100%

14 Siswa merasa senang pada saat pembelajaran berlangsung 15 100%

15 Siswa mampu berinteraksi saat games turnament disajikan 15 100%16 Siswa merasa terbimbing 15 100%

17Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru

15 100%

18 Siswa secara aktif membuat rangkuman 14 97%

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

57

Dapat dilihat pada tabel 4.7 tentang aktivitas siswa mengikuti pembelajaran

menggunakan model pembelajaran TGT pada siklus II, dapat diketahui bahwa

penggunan model TGT telah dapat membuat siswa aktif dan antusias mengikuti

pembelajaran terlihat bahwa hampir keseluruhan item soal telah hampir mencapai

100% hanya ada beberapa item yang belum terpenuhi tingkat kinerjanya yaitu

item nomor 7, 6 dan 18 dikarenakan masih ada beberapa siswa yang masih asyik

berbicara sendiri selama kegiatan turnamen, masih ada beberapa siswa yang

kurang antusias dalam bertanya dan masih ada siswa yang kesulitan dalam

kegiatan merangkum isi pembelajaran.

1.4.1 Hasil Analisis Data Siklus II

Analisis penelitian setelah pembelajaran berlangsung menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus

II dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus II pada pertemuan ke-3 seperti

pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan≤ 49 0 0 -

50-59 0 0 -60-69 3 20% Tuntas≥ 70 12 80% Tuntas

Jumlah 15 100Nilai Rata-rata 82,67Nilai Tertinggi 100Nilai Terendah 63

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT ada peningkatan signifikan jika dibandingkan

dengan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, untuk skor nilai 50-59

terdapat 0 siswa dengan persentase 0%, skor nilai 60-69 terdapat 3 siswa dengan

persentase 20% dan dengan skor nilai ≥70 terdapat 13 siswa dengan persentase

80%. Jadi dilihat dari nilai KKM yaitu 60, maka jumlah siswa yang tuntas

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

58

sebanyak 15 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata nilai 82,67,

nilai tertinggi 100 dan terendah 63.

Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat

pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5 berikut ini.

Gambar 4.5: Grafik Perolehan Nilai Siklus II

Ketuntasan belajar siswa melalui perolehan hasil belajar siswa siklus II

dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM = 60 sebanyak 0

siswa (tidak ada), sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak

15 siswa (semua sdah tuntas). Persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada

gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6: Diagram Lingkaran Persentase Hasil Belajar

Matematika Siswa Siklus II

Frekuensi

0

2

4

6

8

10

12

14

Jum

lah

sisw

a

58

sebanyak 15 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata nilai 82,67,

nilai tertinggi 100 dan terendah 63.

Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat

pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5 berikut ini.

Gambar 4.5: Grafik Perolehan Nilai Siklus II

Ketuntasan belajar siswa melalui perolehan hasil belajar siswa siklus II

dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM = 60 sebanyak 0

siswa (tidak ada), sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak

15 siswa (semua sdah tuntas). Persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada

gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6: Diagram Lingkaran Persentase Hasil Belajar

Matematika Siswa Siklus II

≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70

Frekuensi 3 12

20%Tuntas

80%Tuntas

≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70

58

sebanyak 15 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata nilai 82,67,

nilai tertinggi 100 dan terendah 63.

Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat

pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5 berikut ini.

Gambar 4.5: Grafik Perolehan Nilai Siklus II

Ketuntasan belajar siswa melalui perolehan hasil belajar siswa siklus II

dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM = 60 sebanyak 0

siswa (tidak ada), sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak

15 siswa (semua sdah tuntas). Persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada

gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6: Diagram Lingkaran Persentase Hasil Belajar

Matematika Siswa Siklus II

≥ 70

12

20%Tuntas

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

59

Berdasarkan pada gambar 4.6, dapat diketahui bahwa kegiatan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa yang

belum tuntas atau di bawah nilai KKM = 60 sebanyak 0 siswa (tidak ada) dengan

persentase 0% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya dan sudah

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 15 siswa dengan

persentase 100% yang berarti indikator kinerja penelitian pada siklus II telah

tercapai dengan baik.

1.4.2 Refleksi Siklus II

Setelah selesai pembelajaran pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi

untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hasil

evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar minimal (KKM =60)

sebanyak 15 siswa dari keseluruhan siswa kelas 4 berjmlah 15 siswa, jadi dapat

dikatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM dan

keseluruhan siswa mendapat ketuntasan belajar. Berdasarkan indikator kinerja

yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa peneliti

memberikan patokan 100% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya

meningkat dengan mencapai nilai ≥60 dan 100% dari jumlah keseluruhan siswa

telah mencapai nilai di atas KKM.

Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah

meningkat, yang semula 80% pada siklus I meningkat menjadi 100% dengan

keseluruhan siswa dengan nilai maksimal 100 dan minimal 63, rata-rata semula

73,06 menjadi 82,67. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa

pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami peningkatan

dibandingkan dengan siklus I.

Pada saat observer melakukan pengamatan pada siklus I, dalam penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT masih ada kekurangan yang terjadi, saat

siswa melakukan turnamen masih ada siswa yang berbicara sendiri diluar konteks

turnamen dan guru belum maksimal membimbing semua siswa dalam proses

turnamen, terbukti dengan masih ada beberapa siswa yang asyik berbicara sendiri

maupun mengganggu teman disebelahnya selama turnamen berlangsung.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

60

Pada siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa melaksanakan

turnamen, guru membimbing dan mengingatkan sebelum turnamen berlangsung

agar siswa fokus mengikuti turnamen, dan bila tidak skor timnya akan dikurangi

dan untuk kelompok tim yang berhasil memperoleh skor tertinggi serta kelompok

yang paling kompak selama turnamen berlangsung akan mendapatkan hadiah dari

guru. Hal tersebut dilakukan sebagai tambahan agar siswa lebih bersemangat

mengikuti turnamen.

1.5 Rekapitulasi Nilai Siswa Sebelum Tindakan (Pra Siklus), Siklus I dan

Siklus II

Berikut ini dapat dilihat tabel hasil belajar siswa sebelum tindakan

(prasiklus), siklus I dan siklus II serta rekapitulasi pengelompokan nilai dalam

tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Nilai Prasiklus, Siklus I, Siklus II

NoKetuntasan

Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

JumlahSiswa

Persen(%)

JumlahSiswa

Persen(%)

JumlahSiswa

Persen(%)

1 Tuntas 7 47 12 80 15 1002 Tidak Tuntas 8 53 3 20 0 0

Jumlah 15 100 15 100 15 100

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan hasil belajar siswa pada tabel 4.9

dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang masuk dalam Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM=60) dalam mata pelajaran matematika terbukti untuk

klasifikasi Tuntas, sebelum diadakan tindakan (pra siklus) yang tuntas hanya 7

siswa sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas sudah menjadi 13 siswa

dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II menjadi 15 siswa yang tuntas. Hal

ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pada klasifikasi Tidak Tuntas,

sebelum diadakan tindakan (pra siklus) terdapat 8 siswa yang belum tuntas setelah

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

61

siklus I hanya 3 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II untuk kategori yang

belum tuntas terdapat 0 siswa, dalam artian seluruh siswa tuntas. Hal ini dapat

dilihat pada gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.7: Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan

Siklus II

Pada Tabel 4.9 dan diagram linier 4.7 menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

1.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas 4 SD

Negeri Pulutan 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa

masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai materi “Operasi

Hitung Pecahan” belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses

pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih pasif

selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung

mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan.

Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran

kreatifitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial

(bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena proses

Tuntas

Tidak Tuntas

Jum

lah

Sisw

a

61

siklus I hanya 3 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II untuk kategori yang

belum tuntas terdapat 0 siswa, dalam artian seluruh siswa tuntas. Hal ini dapat

dilihat pada gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.7: Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan

Siklus II

Pada Tabel 4.9 dan diagram linier 4.7 menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

1.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas 4 SD

Negeri Pulutan 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa

masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai materi “Operasi

Hitung Pecahan” belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses

pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih pasif

selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung

mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan.

Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran

kreatifitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial

(bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena proses

02468

10121416

Prasiklus Siklus I Siklus IITuntas 7 12 15

Tidak Tuntas 8 3 0

61

siklus I hanya 3 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II untuk kategori yang

belum tuntas terdapat 0 siswa, dalam artian seluruh siswa tuntas. Hal ini dapat

dilihat pada gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.7: Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan

Siklus II

Pada Tabel 4.9 dan diagram linier 4.7 menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

1.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas 4 SD

Negeri Pulutan 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa

masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai materi “Operasi

Hitung Pecahan” belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses

pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih pasif

selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung

mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan.

Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran

kreatifitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial

(bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena proses

Siklus II15

0

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

62

pembelajaran seakan monoton dari guru saja sehingga hasil belajar siswa rata-rata

masih rendah, khusus pada materi “Operasi Hitung Pecahan” hasil belajar siswa

dalam rata-rata sebelum tindakan adalah 59,53. Siswa yang mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM=60) hanya 7 siswa atau 47%, sedangkan siswa yang

belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyal 8 siswa atau 53%. Nilai

tertinggi yang berhasil didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 69

sedangkan nilai terendah adalah 50.

Adanya perbandingan yang cukup merata di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02

Salatiga antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sudah dapat menerima materi yang

disajikan oleh guru walaupun hanya dengan metode ceramah saja, karena ke-7

siswa ini memamg mempunyai daya tangkap materi pembelajaran yang lebih baik

dibandingkan teman-teman yang lain walaupun guru menyampaikan materi

dengan menggunakan metode ceramah saja. Sebaliknya 8 siswa yang lain belum

bisa menerima materi pembelajaran yang disajikan oleh guru menggunakan

metode ceramah karena 8 siswa dalam hal penguasaan materi pembelajaran masih

rendah jika guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga diperlukan

tindakan sesuai yaitu bagaimana guru harus menekankan aktifitas siswa di kelas

agar tidak hanya mengandalkan metode konvensional (ceramah) yang sedikit

membosankan dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar

yang masih dalam tahap operasional konkrit (7-11 th). Siswa akan lebih dapat

menguasai materi jika dihadapkan pada suatu yang konkrit dan pembelajaran yang

menyenangkan agar siswa dapat mendapatkan pengalaman belajar yang berarti

serta siswa dapat terlibat aktif selama kegaiatan belajar mengajar berlangsung.

Menurut Slavin (2005: 59) model pembelajaran kooperatif tipe TGT

merupakan model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dalam

sebuah turnamen. Siswa dirancang dapat bersaing dalam kelompok untuk

memperoleh skor nilai yang terbaik. Model pembelajaran ini juga mendorong

siswa untuk meningkatkan kerja sama dalam tim dan adanya semangat kerja sama

yang tumbuh dari model pembelajaran tersebut memungkinkan siswa memahami

materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

63

Menurut Sasmito (2005: 27) pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat

mudah diterapkan, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas

pendukung yang harus tersedia seperti peralatan khusus. Selain mudah

diterapkannya dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa

untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor sebaya

terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing anggota

kelompok menjawab pertanyaan, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan

dan saling belajar bersama.

Pendapat yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas juga selaras dengan apa

yang peneliti terapkan pada saat melaksanakan tindakan di kelas 4 SD Negeri

Pulutan 02 Salatiga menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa

tidak lagi terlihat pasif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa

terlibat aktif, bekerja dalam kelompoknya untuk mengerjakan soal-soal turnamen

yang diberikan oleh guru. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi hasil

belajar matematika siswa. Peningkatan hasil belajar matematika didapatkan dari

hasil perolehan nilai siswa di siklus I dan siklus II.

1) Siklus I

Siklus I dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa

yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 12 siswa

atau 80% dan 3 atau 20% siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM.

Nilai rata-rata siswa adalah 73,06 sedangkan nilai tertinggi adalah 85 dan

nilai terendah adalah 55.

2) Siklus II

Siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 15 siswa atau

100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah atau sama

dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Nilai rata-rata adalah 82,67

sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 63.

Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II

didapatkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8402/4/T1_292011609_BAB IV.pdfkendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian

64

lebih menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga

pada akhirnya siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran matematika

tentang operasi hitung pecahan, yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar

Matematika siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga semester 2 tahun ajaran

2012/2013.