Top Banner
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang “Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan anggota keluarga pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Salatiga“. Hasil ini akan dikelompokkan menjadi: jenis kelamin, umur reponden, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien. Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat dan tingkat kecemasan. Hubungan antara variabel akan diuji dengan menggunakan Spearman rho dengan tingkat kemaknaan = 0,05 artinya bila p < (0,05), maka H 0 ditolak, berarti secara signifikan ada hubungan antara dua variabel yang diukur, tapi bila p> (0,05), maka H 0 diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diukur 1.1 Hasil penelitian 1.1.1 Karakteristik responden Table 1: Distribusi frekwensi Jenis Kelamin Responden di ruangICU RSUD Salatiga Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 18 51 Perempuan 17 49 Total 35 100 73
13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

May 01, 2019

Download

Documents

ngonhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

73

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

tentang “Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat

kecemasan anggota keluarga pada pasien yang dirawat di ruang ICU

RSUD Salatiga“. Hasil ini akan dikelompokkan menjadi: jenis kelamin,

umur reponden, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan

pasien. Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non

verbal perawat dan tingkat kecemasan. Hubungan antara variabel akan

diuji dengan menggunakan Spearman rho dengan tingkat kemaknaan

= 0,05 artinya bila p < (0,05), maka H0 ditolak, berarti secara signifikan

ada hubungan antara dua variabel yang diukur, tapi bila p> (0,05),

maka H0 diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

dua variabel yang diukur

1.1 Hasil penelitian

1.1.1 Karakteristik responden

Table 1: Distribusi frekwensi Jenis Kelamin Responden di

ruangICU RSUD Salatiga

Jenis kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 18 51

Perempuan 17 49

Total 35 100

73

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

74

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18

responden (51%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak

17 responden (49%)

Tabel 2: Distribusi frekwensi Umur Responden di ruangICU RSUD

Salatiga

Umur Frekuensi Persentase

20-30 tahun 5 14

31-40 tahun 13 37

41-50 tahun 14 40

51-60 tahun 3 9

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden berusia 41-50 tahun yaitu sebanyak 14 responden

(40%), berusia 31-40 tahun sebanyak 13 responden (37%),

berusia 20-30 tahun sebanyak 5 responden (14%) dan yang

berusia 51-60 tahun sebanyak 3 responden (9%).

Tabel 3: Distribusi frekwensi pendidikan Responden di ruang ICU

RSUD Salatiga

Pendidikan Frekuensi Persentase

Tidak sekolah 1 3

Lulus SD 8 23

Lulus SMP 2 6

Lulus SMA 17 48

Lulus Akademik 7 20

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 17

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

75

reseponden (48%), berpendidikan SD sebanyak 8 responden

(23%), berpendidikan Akademik sebanyak 7 responden

(20%), berpendidikan SMP sebanyak 12 responden (6%) dan

tidak sekolah sebanyak 1 responden (3%)

Table 4: Distribusi frekwensi pekerjaan Responden di ruang ICU

RSUD Salatiga.

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Tidak bekerja 3 9

Swasta 12 34

Wiraswata 13 37

PNS/TNI/POLRI 7 20

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 13

responden (37%), swasta sebanyak 12 responden (34%),

PNS/POLRI/TNI sebanyak 7 responden (20%) dan tidak

bekerja sebanyak 3 responden.

Table 5: Distribusi frekwensi hubungan dengan pasien

Responden di ruang ICU RSUD Salatiga

Hubungan dengan pasien Frekuensi Persentase

Anak 8 23

Istri 3 9

Suami 4 11

Ayah 5 14

Ibu 5 14

Saudara kandung 3 9

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

76

Saudara dekat 7 20

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden adalah anak dari pasien yaitu sebanyak 8

responden (23%), saudara kandung sebanyak 7 responden

(20%), ibu dan ayah daari pasien yaitu sebanyak 5

responden (14%), saudara kandung yaitu sebanyak 3

responden (9%) dan istrii sebanyak 3 responden (9%)

1.1.2 Data khusus

Table 6: Distribusi frekwensi pelaksanaan komunikasi verbal

perawat di ruang ICU RSUD Salatiga.

Komunikasi verbal Frekuensi Persentase

Kurang 10 29

Cukup 11 31

Baik 14 40

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden mengatakan komunikasi verbal yang diberikan

perawat adalah baik yaitu sebanyak 14 responden (40%),

yang mengatakan cukup sebanyak 11 responden (31%) dan

yang mengatakan kurang 10 responden (29%).

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

77

Tabel 7: Distribusi frekwensi pelaksanaan komunikasi non verbal

perawat di ruang ICU RSUD Salatiga.

Komunikasi non verbal

Frekuensi Persentase

Kurang 6 17

Cukup 13 37

Baik 16 46

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden mengatakan komunikasi non verbal yang

diberikan perawat adalah baik yaitu sebanyak 16 responden

(46%), yang mengatakan cukup sebanyak 13 responden

(37%) dan yang mengatakan kurang 6 responden (17%).

Table 8: Distribusi frekwensi tingkat kecemasan anggota keluarga

pasien di ruang ICU RSUD Salatiga.

Tingkat kecemasan Frekuensi Persentase

Ringan 10 29

Sedang 20 57

Berat 5 14

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas

responden mengatakan cemas sedang yaitu 20 responden

(57%), cemas ringan 10 responden(29%) dan cemas berat 5

responden (14%).

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

78

Table 9: Analisa hubungan komuniksai verbal perawat dengan

tingkat kecemasan anggota keluarga yang dirawat di

ruang ICU RSUD Salatiga.

Tingkat Kecemasan Total

Cemas Ringan

Cemas Sedang

Cemas Berat

Komunikasi Verbal

Kurang

Count 3 7 0 10

% 8.6% 20.0% 0% 28.6%

Cukup

Count 4 4 3 11

% of Total

11.4% 11.4% 8.6% 31.4%

Baik

Count 3 9 2 14

% of Total

8.6% 25.7% 5.7% 40.0%

Total

Count 10 20 5 35

% of Total

28.6% 57.1% 14.3% 100.0%

Spearman Correlation P = 0.444

r = 0.134

Berdasarkan penelitian menggunakan uji Spearman rho

menunjukkan tingkat kemaknaan p (0,444) ≥α (0,05), yang artinya

tidak ada hubungan yang signifikan komunikasi verbal dengan

tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di ruangICU

RSUD Salatiga dengan koefisien korelasi 0,134 artinya

mempunyaikorelasi lemah.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

79

Table 10: Analisa hubungan komuniksai non verbal perawat

dengan tingkat kecemasan anggota keluarga yang

dirawat di ruang ICU RSUD Salatiga.

Tingkat Kecemasan Total

Cemas Ringan

Cemas Sedang

Cemas Berat

Komunikasi Non Verbal

Kurang

Count 3 3 0 6

% of Total

8.6% 8.6% .0% 17.1%

Cukup

Count 4 7 2 13

% of Total

11.4% 20.0% 5.7% 37.1%

Baik

Count 3 10 3 16

% of Total

8.6% 28.6% 8.6% 45.7%

Total

Count 10 20 5 35

% of Total

26.6% 57.1% 14.3% 100.0%

Spearman Correlation

P=0.133

r= 0.259

Berdasarkan penelitian menggunakan Spearman rho

menunjukkan tingkat kemaknaan p (0,133) ≥ (0,05), yang artinya

tidak ada hubungan yang signifikan komunikasi verbal dengan

tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di ruang

ICU RSUD Salatiga, dengan koefisien korelasi 0,259 artinya

mempunyai korelasi lemah.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

80

1.2 Pembahasan penelitian

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian selanjutnya, sebagai

berikut:

1. Komunikasi terapeutik perawat

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh bahwa dari rata-rata

responden mengatakan komunikasi yang diberikan perawat

sudah cukup baik. Hal ini terbukti dari 35 responden yang

mengatakan komunikasi terapeutik verbal perawat baik adalah

14 responden (40%), yang mengatakan cukup 11 responden

(31%), yang mengatakan kurang 10 responden (29%).

Responden yang mengatakan komunikasi terapeutik non verbal

perawat baik adalah 16 responden (46%), yang mengatakan

cukup 13 responden (37%), dan yang mengatakan kurang 8

responden (17%).

Hasil penelitian ini menggambarkan dalam praktek

perawatan di ruang ICU RSUD Salatiga dipergunakan

komunikasi yang cukup efektif kepada anggota keluarga pasien

walaupun masih ada sebagian kecil responden yang menilai

komuniksi perawat kurang efektif.

Berkomunikasi dengan usia balita berbeda dengan usia

dewasa. Begitu pula berkomunikasi dengan keluarga pasien

yang usianya lebih tua dengan keluarga pasien usianya lebih

muda. Bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi perlu

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

81

disesuaikan dengan tingkatan umur keluarga pasien.

Kesesuaian bahasa dapat mempengaruhi kemampuaan anggota

keluarga untuk menerima pesan dari perawat dan berdampak

pada penilaian anggota keluarga mengenai kemampuan perawat

dalam berkomunikasi selama berinteraksi dengan keluarga

pasien (Heri Purwanto, 2003)

Tingkat pendidikan anggota keluarga pasien dapat

mempengaruhi proses komunikasi antara perawat dengan

anggota keluarga. Orang yang berpendidikan rendah akan

berbeda dengan orang berpendidikan tinggi dalam

berkomunikasi. Hal ini menyangkut tata bahasa maupun kosa

kata atau istilah. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang

diajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang

berbeda, sehingga perlu penyesuaian dengan tingkat

pengetahuan yang di ajak bicara(Notoraharjo yang dikutip oleh

Nursalam, 2001)

2. Tingkat kecemasan

Anggota keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU paling

banyak mengalami kecemasan tingkat sedang dengan

prosentase 57% (20 responden).

Seseorang yang merasa cemas biasanya dikaitkan dengan

kondisi pasien, lingkungan yang baru, kurangnya informasi, pola

pengobata serta biaya pengobatan.Seseorang yang mengalami

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

82

kecemasan sedang masih dapat melaksanakanaktivitas hidup

sehari-hari. Perlu diperhatikan untuk mencegah agar klien tidak

berada dalam kecemasan berat maupun panik karena pada

tingkat ini wawasan individu terhadap lingkungan sangat

menurun dan sudah tidak mampu mengontrol diri (Ibrahim,

2003: 58)

Dari faktor pendidikan menurut Broewer yang dikutip oleh

Nursalam (2001), pendidikan seseorang sangat menentukan

kecemasan. Klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu

mengatasi kecemasan dengan menggunakan koping yang efektif

dan konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah.

Faktorlainyang dapat menimbulkan kecemasan adalah

lingkungan. Lingkungan dapat membantu seseorang

mengintegritasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan

mengadopsi strategi koping yang berhasil. Hal ini dapat

dipahami karena dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman

yang tidak menyenangkan bagi tiap individu sehingga dapat

menimbulkan suatu kecemasan.

3. Hubungan komunikasi terapeutik perawat dan tingkat

kecemasan anggota keluarga

Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil bahwa hubungan

komunikasi terapeutik verbal dan tingkat kecemasan

menunjukkan tingkat kemaknaan 0,444 > 0,05 artinya tidak

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

83

mempunyai hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal

perawat dan tingkat kecemasan keluarga. Koefisien korelasi

0.134 artinya mempunyai korelasi lemah.Sedangkan untuk

komunikasi terapeutik non verbal dan tingkat kecemasan

menunjukkan tingkat kemaknaan kemaknaan 0,133 > 0,05

artinya tidak mempunyai hubungan yang signifikan antara

komunikasi nonverbal perawat dan tingkat kecemasan keluarga,

dengan koefisien korelasi 0,259 artinya mempunyai korelasi

lemah.

Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal

mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat

di ruang ICU, hal ini disebabkan karena keluarga sangat

membutuhkan adanya informasi dan penjelasan tentang

keadaan anggota keluarganya yang sedang terbaring dan

dirawat di ruang ICU.Selama pasien dirawat di ruang perawatan

keluarga tidak boleh menunggu dan hanya boleh melihat pada

jam-jam tertentu.Keluarga sangat membutuhkan informasi dan

bantuan dari perawat untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan

pasien(Intansasri Nurjanah, 2002).

Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi

secara terapeutik memegang peranan penting dalam membantu

memecahkan masalah klien. Hal ini dikarenakan komunikasi ini

ditujukan untuk kesembuhan klien sehingga dalam

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

84

pelaksanaannya proses komunikasi dapat memberikan

informasi dan membantu klien untuk mengatasi persoalan yang

dihadapi pada tahap perawatan (Heri Purwanto, 2003)

Komunikasi terapeutik perawat mempengaruhi tingkat

kecemasan anggota keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU.

Hal ini disebabkan karena keluarga pasien di ruang ICU

membutuhkan informasi dan penjelasan tentang keadaan

keluarganya dan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat.

Kecemasan yang terjadi pada keluarga pasien yang di rawat di

ruang ICU terjadi karena adanya suatu ancaman terhadap

anggota keluarganya yang sakit seperti ketidakberdayaan dan

kehilangan kendali pada diri dan kecemasan semacam ini akan

terus berkelanjutan. Untuk membantu meningkatkan perasaan

pengendaliaan diri pada keluarga salah satunya dapat melalui

pemberian informasi dan penjelasan. Pemberian informasi ini

dapat dilakukan dengan baik apabila didukung oleh pelaksanaa

komunikasi yang efektif oleh perawat(Maramis, 2004)

4. Keterbatasan dan kelemahan penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yaitu peneliti hanya

memfokuskan hubungan dua variabel bebas terhadap satu

variabel terikat dengan pengambilan data dua variabel tersebut

pada waktu bersamaan. Kedua variabel penelitian diukur dari

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6693/4/T1_462007010_BAB IV.pdf · Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat

85

responden pasien, sehingga data penelitian hanya merupakan

persepsi pasien. Dalam penelitian ini juga belum melibatkan

banyak variabel yang juga mempengaruhi kecemasan anggota

pasien. Dengan demikian penelitian ini belum dapat mengetahui

besarnya hubungan kepuasan dengan variabel variabel yang

lainnya.