BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Desa Tonusu Tempat penelitian penulis merupakan salah satu bagian dari wilayah Desa Tonusu. Desa Tonusu sendiri menurut data sekunder yang diperoleh dari pemerintah Desa Tonusu merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Pamona Puselemba. Adapun luas wilayah Desa ini 10.000 Km 2 terbagi atas kawasan hutan 7000 km 2 dan kawasan non hutan 3000 km 2 . Desa ini dalam rinciannya berbatasan dengan beberapa wilayah yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan hutan Negara 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mayakeli 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Danau Poso 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leboni Desa ini memiliki jumlah penduduk 1640 orang atau 394 kepala keluarga, dari jumlah penduduk 127 kepala keluarga masuk kategori warga miskin. Berdasarkan cacatan sejarah dari arsip di kantor Desa Tonusu, dijelaskan pula bahwa Desa Tonusu pada tahun 1941 merupakan tempat atau lokasi menangkap ikan dan kelelawar, dahulunya wilayah ini dinamakan Suolemba. Pada tahun 1949 kepala distrik Bapak Malindo kemudian mencetuskan ide membuat pemukiman baru di wilayah terebut, Beliaupun mengajak sekitar 30 kepala keluarga dari Desa Sangira untuk bermukim di wilayah ini. Pemukiman baru tersebut bernama palindo ndaya yang dikepalai oleh Bapak Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
21
Embed
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Desa …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Desa Tonusu
Tempat penelitian penulis merupakan salah satu bagian dari wilayah Desa Tonusu.
Desa Tonusu sendiri menurut data sekunder yang diperoleh dari pemerintah Desa Tonusu
merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Pamona Puselemba. Adapun luas
wilayah Desa ini 10.000 Km2 terbagi atas kawasan hutan 7000 km2 dan kawasan non
hutan 3000 km2. Desa ini dalam rinciannya berbatasan dengan beberapa wilayah yang
dijabarkan sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan hutan Negara
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mayakeli
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Danau Poso
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leboni
Desa ini memiliki jumlah penduduk 1640 orang atau 394 kepala keluarga, dari
jumlah penduduk 127 kepala keluarga masuk kategori warga miskin. Berdasarkan
cacatan sejarah dari arsip di kantor Desa Tonusu, dijelaskan pula bahwa Desa Tonusu
pada tahun 1941 merupakan tempat atau lokasi menangkap ikan dan kelelawar,
dahulunya wilayah ini dinamakan Suolemba. Pada tahun 1949 kepala distrik Bapak
Malindo kemudian mencetuskan ide membuat pemukiman baru di wilayah terebut,
Beliaupun mengajak sekitar 30 kepala keluarga dari Desa Sangira untuk bermukim di
wilayah ini. Pemukiman baru tersebut bernama palindo ndaya yang dikepalai oleh Bapak
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Dalam kehidupan masyarakat Poso ( to pamona) mula-mula kumpulan komunitas
terdiri atas kelompok kelompok kecil yang hidup dalam rumah besar yang disebut
sombori, dalam pemahamannya sombori secara umum dimaknai sebagai keluarga, akan
tetapi keluarga yang dimaksudkan dalam tulisan ini memiliki pemahaman yang lebih luas
karena dalam suatu sombori (rumah besar) terdiri atas 8-10 sombori-sombori (keluarga-
keluarga). Biasanya sombori-sombori yang dimaksudkan masih memiliki ikatan keluarga.
Setiap satu sombori (rumah besar) memiliki seorang kepala keluarga yang dituakan, diera
sebelum zending sebuah sombori dikepalai seorang pemimpin (kabose). Dengan kata
lain makna sombori pada tulisan ini dapat berarti persatuan, keluarga besar, atau rumah.
Sombori sebagai rumah besar umumnya berbentuk rumah persegi panjang, rumah ini
memiliki 4-5 ruas dimana setiap ruas diisi oleh 1 sombori, jadi misalnya rumah yang
memiliki 4 ruas didiami 7-8 sombori.
Gambar 3: Model rumah besar atau Sombori1)
1 Foto diambil dari (1) http://koprol.zenfs.com/system/mugshots/0167/6208/fdp.jpg (2)http://simurudotcom.blogspot.com/2009/07/chapter-6-perjuangan-antara-terang-dan.html
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
sebagai suatu pola kehidupan bersama yang menyebabkan orang berjalan bersama-sama,
mengambil jalan yang sama, memperlihatkan diri dengan seperasaan. Sintuwu
selanjutnya diwujudkan dalam tindakan metulung atau saling memberi bantuan tenaga.
Ungkapan metulung kemudian dapat dilihat melalui kebiasaan mesale. Di Kabupaten
Poso sendiri istilah Sintuwu dijadikan sebagai sebuah jargon politis untuk menyatukan
orang-orang pamona dengan istilah tuwu malinuwu, tuwu siwagi, Sintuwu maroso.
Makna jargon ini intinya mengandung makna persatuan seperti yang tertuang dalam
semboyan Negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.
4.2.3 Po sintuwu
Berdasarkan penjelasan Bapak Bou Mulanya segala bentuk po sintuwu tidak
tertulis seperti saat ini (buku po sintuwu) karena pada saat itu belum dikenal alat tulis
sederhana seperti kertas dan tinta oleh kebanyakan Masyarakat Pamona. Akan tetapi
sejak masuknya pengaruh Belanda melalui zendingnya pada ditahun 1945 beberapa
kelompok masyarakat dari golongan Kabose sudah membuat pencatatan-pencatatan3)
yang saat ini dikenal dengan nama buku po sintuwu. Hal ini kemudian memperkuat
penjelasan Bapak Buloko bahwa dalam tradisi po sintuwu berlaku suatu nilai yang sangat
mempengaruhi atau membelenggu4) kehidupan Masyarakat Pamona, khususnya mereka
3 Ibu penulis sendiri lahir di tahun 1957 menjelaskan bahwa pada tahun 1962 sekolah dasar pada masa itu masihmenerapkan sistim “tulis-hapus” pada sebuah batu. Zaman ini dikenal dengan istilah gerepu (batu tulis).4 Setiap nama dalam buku po sintuwu merupakan jaminan sekaligus hutang yang harus dibayar dikemudian harijika orang yang berada dalam cacatatan tersebut melakukan hajatan. Besaran nilai Po sintuwu yang diberikan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Selain itu pada masa “terisolasi” oleh alam pengaruh kebudayaan luar juga
mempengaruhi tradisi pernikahan itu sendiri. Salah satu contohnya adalah penambahan
syarat untuk pernikahan yang tidak masuk dalam tradisi perkawinan asli Suku Pamona
sampapitu5) seperti pengadaan langka atau dipan dan lemari pakaian. Dalam kasus
pernikahan Papa Bou pengadaan syarat tambahan ditanggung secara kolektif dari
beberapa keluarganya (sombori) dari beberapa tempat / desa.
Meskipun tradisi po sintuwu sangat kuat akan tetapi bukan berarti tidak ada yang
berani melanggarnya. Pada wujud tindakan jenis pelanggaran po sintuwu yang umumnya
dikenal yaitu to polinoro. Akan tetapi menurut Papa Bou sebenarnya definisi orang yang
malas berpo sintuwu dan molinoro itu berbeda akan tetapi sikap atau perilaku keduanya
sama-sama tidak disukai oleh masyarakat. Pada konteks orang yang malas berpo sintuwu
dicontohkan sebagai berikut; ketika seseorang individu diajak6) untuk membantu
pekerjaan disebuah pesta kemudian individu tersebut mengiyakan, namun pada saat
bekerja ia tidak datang membantu bahkan pada kasus tertentu si individu bersikap acuh
tak acuh dengan ajakan individu lain maupun kelompok komunitas. Pada konteks
molinoro pelanggaran secara spesifik terjadi ditempat individu yang sedang membuat
sebuah pesta.
Seseorang yang disebut to polinoro akan datang membantu mengolah hewan
untuk dikonsumsi pada saat pesta baik dalam kegiatan memasak, memotong daging dan
sebagainya, namun dalam aktifitasnya mereka yang disebut to polinoro akan
5 7 jenis peralatan seperti piring, sarung, alat pertanian,dan tikar yang digunakan untuk keperluan sehari-hariuntuk bekerja diladang dan untuk keperluan memasak di dapur6 Dalam bahasa pamona kata diajak bisa mengacu pada istilah mesale ataupun mewalo
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Sebagai produk dari nilai po Sintuwu maka perlu jabarkan hal-hal mengenai kedua
defenisi dari tradisi tersebut yakni
4.2.4.1 Pebedaan definisi Mesale dan mewalo
Pai nu pesale danaka njo’u anu mewalo pai nu pewalo danaka re’e ma’i ri
siko…maka sa’e ane na to’o yaku beda njo’u ri njau..benda walo yaku…paikanya ua
darayanya mawalo siko, jela ri siko. terPapasa ncetu, mesale si’anya da njou danu
sawani. (…dan kerena anda mesale agar orang datang mewalo…dan atau karena anda
mewalo agar ada orang yang datang membantu…misalnya seseorang mengatakan saya
tidak pergi kesitu (orang tertentu) karena saya tidak diwalo (mengacu pada kata mewalo)
…akan tetapi karena (dalam kasus lain) ia darayanya7) mewalo anda, maka seseorang itu
akan datang pada anda. Sehingga jika ia mesale anda harus datang bekerja kepadanya.
Sebenarnya dari kutipan wawancara dengan Ibu Pelia khususnya pada kalimat Pai
nu pesale danaka njo’u anu mewalo pai nu pe mewalo danaka re’e ma’i ri siko sudah
sangat jelas perbedaan definisi mesale dan mewalo. Disini mesale dan mewalo
merupakan satu kesatuan dari konsep mesale artinya dalam kata mesale yang dipahami
oleh Suku Pamona mengandung kata mesale itu sendiri dan mewalo. Seperti yang sudah
dipaparkan pada penjelasan sebelumnya mesale memiliki 2 kemungkinan A?2B artinya
A membantu B dimana B tidak harus membantu A karena yang dilakukan A adalah suatu
bentuk keiklasan atau A?"B artinya A membantu B karena A juga membutuhkan B atau
7 Darayanya dalam bahasa pamona dimaknai sebagai sesuatu yang diinginkan, dalam konteks kalimat darayanyamewalo dilakukan oleh orang yang menginginkan jasa seseorang yang dianggap mampu mendukung pekerjaannya.Mendukung pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah kelebihan (biasanya fisik) yang dimiliki seseorang yangdimaksud untuk mengerjakan sesuatu yang tidak mampu dikerjakan sendiri di sawah atau ladang.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
banya mo ewa owi. Owi basa manto’o bepa maria ngaya gaga anu nda oli nce’e naka
maria tau mombetulungi10)”.
(kau tolong saya membantu memasak, sebagai contoh…jika ada pernyataan seperti itu
jangan berpikir atau berharap dia (orang yang mengajak) akan mengganti tenaga atau
membayar. Saat ini ketika sudah dibantu maka setelah itu sudah uang yang bergerak
(harus dibayar!). Dahulu belum terlalu beragam kebutuhan yang harus dibayar dengan
uang itulah sebabnya kebiasaan saling membantu masih sangat kuat
Disisi lain umumnya ditempat penelitian motifasi bercocok tanam mengalami
perubahan orientasi dimana dahulu bercocok tanam digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, berubah menjadi pemenuhan kebutuhan industri. Akibatnya
jenis tanamanpun umumnya merupakan jenis tanaman yang menghasilkan produk bahan
mentah untuk industri seperti coklat dan cengkeh. Walaupun kondisinya demikian masih
ada juga aktor aktor-yang mampu mengelaborasi nilai sintuwu dengan nilai luar, salah
satunya seperti pada kutipan Ibu Pelia berikut ini
“ Maka ku epe ewa riyaku.. re’e se’e anu merapi, ri bonde ku sinjau…perapi
lemo,.pia….ane yaku ne’emo na bayari, paikanya…ane ku wai naini, si’a ma’imo
naini,… mampari ngkosika,… mewali anu ku nawa-nawa na perapi ku waika…wance’e
mo se’e…paikanya ua sima’i nda tonju mo nu anu (doi)…tidak mungkin beda ku
10 Maria tau mombetulungi yaitu suatu ungkapan bahwa banyak orang yang saling tergantung untuk salingmembantu. Dahulu kondisi ini sangat dimungkinkan terjadi karena perilaku saling mengajak (mesale) tidak dinilaidengan uang dan dilakukan secara sukarela. Kesukarelaan ini sifatnya melembaga.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
dikarenakan KSP diasumsikan sebagai sombori rumah besar dan anggota anggota KSP
diasumsikan sebagai sub-sub sombori dari rumah besar itu sendiri. Kedua, meskipun
sering terjadi pelanggaran beberapa ketentuan kelompok KSP misalnya keterlambatan
mengembalikan cicilan pinjaman, pengurus kelompok tidak langsung serta-merta
menarik aset yang menjadi jaminan pada saat anggota yang bersangkutan melakukan
peminjaman. Umumnya pengurus terlebih dahulu mengunjungi, menanyakan alasan-
alasan penundaan serta mengingatkan anggota tersebut. Padahal menurut peraturannya
dalam koperasi yang telah memiliki badan hukum yang disahkan oleh Negara,
memberikan hak pada setiap pengurus koperasi untuk melakukan penarikan aset karena
pelanggaran ketentuan koperasi12).
12 Lihat pula tulisan Partomo 2008 dan Machfud 2009 tentang koperasi atau usaha berbasis simpan pinjam yangberkembangan di dalam kehidupan masyarakat ekonomi menengah kebawah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer