BAB IV RENCANA TEKNIS PELAKSANAAN PKERJAAN 4.1. Uraian Umum Rencana Kerja pelaksanaan wajib dibuat Kontraktor untuk mendapat persetujuan pemimpin proyek selambat- lambatnya satu minggu setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja ) dikeluarkan. Sebelum Kontraktor memulai pelaksanaan pekerjaan harus mengadakan penelitian antara lain : 1. Lapangan atau lokasi yang akan didirikan bangunan. 2. Gambar-gambar dan perubahannya secara menyeluruh beserta RKS-nya. 3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam berita acara Aanwijzing. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus sesuai dengan : 1. RKS dan gambar-gambar detail untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan. 2. RKS dan segala perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Aanwijzing. 3. Petunjuk-petunjuk dari pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas. Pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang nantinya akan merugikan pihak kontraktor itu sendiri. Berikut ini 4-1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
RENCANA TEKNIS PELAKSANAAN PKERJAAN
4.1. Uraian Umum
Rencana Kerja pelaksanaan wajib dibuat Kontraktor untuk mendapat
persetujuan pemimpin proyek selambat-lambatnya satu minggu setelah SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja ) dikeluarkan. Sebelum Kontraktor memulai
pelaksanaan pekerjaan harus mengadakan penelitian antara lain :
1. Lapangan atau lokasi yang akan didirikan bangunan.
2. Gambar-gambar dan perubahannya secara menyeluruh beserta RKS-nya.
3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam berita acara Aanwijzing.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus sesuai dengan :
1. RKS dan gambar-gambar detail untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
2. RKS dan segala perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara
Aanwijzing.
3. Petunjuk-petunjuk dari pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor agar dalam
pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang nantinya akan
merugikan pihak kontraktor itu sendiri. Berikut ini akan disampaikan beberapa
item pekerjaan dari Proyek Pembangunan Struktur Gedung Kantor Pusat
Pengendalian dan Operasional Semarang.
4.2. Rencana Persiapan Site Plan dan Tenaga Kerja
4.2.1. Rencana Tata Letak atau Site Plan
Dalam suatu pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan, tata letak
bangunan sementara (direksi keet, gudang, barak kerja, pos jaga dll) harus
dipertimbangkan dengan kondisi sekitar agar tidak mengganggu jalannya
pekerjaan. Pada pelaksanaan pembangunan Gedung STAIN ini, bersamaan
dengan pelaksanaan pembangunan gedung sarana dan prasarana yang lainnya,
sehingga untuk penggunaan bangunan sementara juga digunakan secara
bersamaan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tata letak bangunan
sementara dapat digambarkan sebagai berikut :
4-1
D
C
E A B
4-2
Keterangan :
A. Pembangunan
Gedung Kantor
PUSDALOPS
B. Kantor Direktorat
Jendral Pajak
C. Sekretariat Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah
D. Lahan Kosong
E. Rumah Penduduk
Gambar 4.1 Site Plan Proyek
3.2.2 Rencana Tenaga Kerja
Untuk tenaga kerja pada proyek Pembangunan Gedung P ini, maka
berdasarkan statusnya, tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan proyek
ini, terdapat beberapa kelompok antara lain:
a) Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja yang memperoleh gaji bulanan dari perusahaan tempatnya
bekerja dan dapat upah lembur apabila bekerja di luar jam kerja yang
ditentukan.
b) Tenaga Kerja Kontrak / Tenaga Borongan
Tenaga Kerja yang yang diperlukan untuk mengerjakan suatu bagian
pekerjaan tertentu dan akan mendapatkan upah berdasarkan jumlah volume
pekerjaan yang dikerjakan, jumlah kebutuhan tenaga borongan dapat berubah-
ubah tergantung dengan kondisi proyek. Tenaga borongan di proyek ini
dikoordinasi oleh seorang Mandor sebagai pimpinan kepala pekerjaan.
c) Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja yang mendapatkan upah gaji berdasarkan jumlah hari kehadiran
dan mendapat upah lembur jika bekerja di luar jam kerja yang ditentukan. Di
proyek ini Tenaga Kerja Harian dikoordinasi oleh Mandor.
4-3
d) Mekanik atau Pegawai teknik
Kedudukan mekanik di proyek ini sebagai tenaga kontrak yang mengerjakan
suatu jenis pekerjaan tertentu, dan mendapatkan upah gaji secara harian, di
proyek ini tenaga mekanik mengerjakan pekerjaan instalasi listrik dan
pekerjaan rangka baja atap.
3.3 Rencana Instalasi Lapangan
Dalam proyek ini, untuk memperlancar jalannya pekerjaan maka diperlukan
perencanaan instalasi lapangan yang meliputi : Perencanaan Instalasi Air,
Perencanaan Instalasi Penerangan Proyek, dan Perencanaan Instalasi Komunikasi.
3.3.1 Perencanaan Instalasi Air
Untuk instalasi air kerja yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, kebutuhan air diambil sumber mata air yang telah ada di sekitar lokasi
proyek, yang disalurkan dengan selang-selang elastis dan ditampung di tong-tong
air yang diletakkan di dekat timbunan pasir, kerikil, sirtu, dll. Hal ini
dimaksudkan agar mempermudah dalam proses pembuatan adukan beton atau
spesi untuk pekerjaan pasangan.
3.3.2 Perencanaan Instalasi Penerangan Proyek
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan ini, kebutuhan pasokan
listrik untuk penerangan dan pompa air diambil dari pasokan listrik PLN yang
terdapat pada Gedung STAIN yang disalurkan melalui kabel-kabel listrik yang
berjarak kurang lebih 100 m dari lokasi proyek, karena pembangunan Gedung
STAIN II ini dibangun setelah pembangunan Gedung STAIN I selesai. Sedangkan
kebutuhan listrik yang digunakan untuk penggerak molen diambilkan dari
pasokan listrik generator yang terdapat di lokasi proyek.
3.3.3 Perencanaan Instalasi Komunikasi
Karena lokasinya daerah pmukiman desa dan bangunan ini merupakan
bangunan baru di sekitar lokasi proyek, maka belum terdapat jaringan
telekomunikasi. Sehingga untuk kelancaran komunikasi dalam satu lokasi proyek,
seperti hubungan komunikasi antara mandor, logistik, pengawas, dan pelaksana
digunakan dengan kordinasi sajaSedangkan untuk kelancaran komunikasi dengan
4-4
pihak yang tidak berada di lokasi proyek, seperti supplyer, owner, dan hubungan
dengan kantor administrasi pusat digunakan HP (Hand Phone).
3.4 Pekerjaan Persiapan Proyek
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek, kelancaran
dalam pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan tidak lepas dari pekerjaan itu
sendiri, sehingga dalam hal ini penting sekali bagi kontraktor untuk
memperhatikan aspek-aspek yang tercakup dalam pekerjaan persiapan, yang
meliputi :
– Pekerjaan pembersihan lokasi
– Pekerjaan pengukuran
– Pekerjaan instalasi lapangan
3.4.1 Pekerjaan Pembersihan Lokasi
Pekerjaan pembersihan lokasi dilakukan apabila pada pelaksanaan
pekerjaan terdapat hal-hal yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
Pekerjaan tersebut meliputi pembabatan tanaman, pohon, dan semak serta
galian (cut) dan pengurugan tanah (fill) pada lokasi yang didirikan bangunan
untuk menghilangkan humus dan zat organik lainnya.
3.4.2 Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pengecekan dan pembersihan lokasi
selesai. Pekerjaan pengukuran dalam hal ini adalah untuk menentukan titik
duga permukaan lantai ( 0.00), penentuan as bangunan yang dibidik dengan
menggunakan pesawat theodolit.
Di bawah pengamatan konsultan pengawas, kontraktor diwajibkan
menempatkan minimal satu titik duga dan lima titik bantu sebagai titik
referensi untuk perletakan pesawat theodolite. Dalam proyek ini titik duga
dibuat dengan tiang beton yang panjangnya 1,20 m ukuran 10x10 cm yang
diletakkan seperti pada gambar berikut.
4-5
Gambar 3.2 Titik Duga dengan Tiang Beton
3.4.3 Pekerjaan Instalasi Lapangan
Pekerjaan instalasi lapangan adalah pekerjaan yang berkaitan dengan
perencanaan dan pengaturan sarana-sarana penunjang proyek serta
penempatan material dan peralatan.
3.4.3.1 Pertimbangan Dasar pada Konstruksi Instalasi Lapangan
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pekerjaan instalasi
lapangan ini, antara lain:
a. Karakteristik Konstruksi
– Volume konstruksi
– Rencana Kerja dan Syarat-syarat
– Gambar Kerja
b. Lokasi
– Ketersediaan dan kapasitas pengadaan bahan serta tenaga kerja
setempat.
– Kondisi lapangan
Pada proyek ini kondisi lapangan ada di daerah datar dengan
kondisi tanah keras.
– Letak lapangan
Proyek ini terletak di Jl. Perumahan Kembang Arum Salatiga.
c. Waktu pelaksanaan pekerjaan
d. Jenis peralatan dan perlengkapan peralatan
e. Ukuran peraturan dan standar–standar.
4-6
3.4.3.2 Perencanaan Tata Letak
Pekerjaan instalasi lapangan dalam hal ini sangatlah penting karena
berhubungan dengan penempatan bangunan-bangunan yang akan
memperlancar sirkulasi atau arus masuk dan keluar dalam suatu proyek.
Dalam proyek ini tata letak direncanakan serapi mungkin guna mendukung
kelancaran arus mobilisasi barang, jasa maupun alat.
Adapun pekerjaan instalasi lapangan untuk proyek ini meliputi:
1. Jalan Masuk
Pada proyek ini pencapaian lokasi proyek adalah melalui lalu lintas umum,
sehingga apabila terjadi kerusakan jalan, jembatan dan sebagainya akibat
pelaksanaan mobilisasi proyek baik itu mobilisasi bahan, alat, maupun tenaga
kerja, maka kontraktor wajib memperbaiki.
2. Pos Keamanan
Pos Keamanan berguna untuk tempat penjaga keamanan proyek, untuk itu
penempatan pos keamanan sebaiknya di dekat pintu masuk / keluar proyek
sehingga lalu lintas orang keluar masuk proyek dapat dipantau secara mudah.
4-7
Gambar 3.3 Tampak dan Denah Pos Keamanan
3. Direksi Keet
Direksi Keet adalah tempat para teknisi dan staf pelaksana proyek
melaksanakan tugasnya. Direksi Keet terdiri dari ruang kerja kontraktor dan
ruang kerja pengawas. Penempatan direksi keet menghadap pada lokasi
bangunan, tidak jauh dari pintu masuk dan terletak di daerah yang cukup
leluasa dalam pengawasan.
4. Gudang
4-8
Ada dua macam gudang yaitu :
Gudang Terbuka Yaitu tempat terbuka yang dipakai untuk menyimpan
material lepas seperti pasir, kerikil, batu belah, dan bahan-bahan lain yang
tidak membutuhkan pemadatan khusus. Gudang Tertutup yaitu Gudang yang
dipakai untuk menyimpan bahan yang tidak tahan cuaca dan rusak apabila
berhubungan dengan air atau udara lembab misalnya semen, kapur, dan untuk
bahan serta peralatan yang digunakan dalam proyek tersebut yang rawan
dicuri. Gudang ini ditempatkan berdekatan dengan Direksi Keet agar mudah
dalam pengawasan.
5. Barak Pekerja
Barak pekerja berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat bagi para pekerja
yang berasal dari luar daerah. Barak ini biasanya terletak di samping atau di
belakang proyek.
Pada pelaksanaan proyek ini antara Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang
Tertutup digabung menjadi satu bangunan karena keterbatasan tempat.
6. Bengkel Kerja
Adalah tempat para pekerja melaksanakan pekerjaannya seperti pemotongan,
dan pembengkokan tulangan, pekerjaan kayu dan lainnya dengan aman dan
nyaman.
Gambar 3.4 Denah Direksi Keet, Gudang Tertutup dan Barak Kerja
4-9
Gambar 3.5 Tampak Depan Dan Tampak Samping Kanan
7. Papan Nama Proyek
Pemasangan papan nama proyek dimaksudkan untuk memberikan informasi,
pemberitahuan kepada masyarakat dan pihak lain bahwa di tempat tersebut
akan didirikan sebuah bangunan. Papan nama ini harus diletakkan di tempat
yang mudah dilihat oleh umum. Papan nama proyek ini berukuran 240 × 120
cm dibuat dari multiplek dengan tebal 0,9 cm. Pengaku yang digunakan dari
kayu 5/7 dan penyangga digunakan kayu 5/7 cm.
Gambar 3.6 Papan Nama Proyek
8. Pagar Pengaman dan Pintu Gerbang
Pagar pengaman ini dipasang di sekeliling lokasi proyek berfungsi sebagai
pembatas lokasi proyek dengan batas tanah orang lain, pengaman barang atau
material proyek dari jangkauan orang luar, menghindari masuknya orang lain
yang tidak berkepentingan di lokasi proyek, juga untuk mengurangi
kebisingan dan debu akibat pekerjaan proyek.
4-10
Gambar 3.7 Pagar Pengaman dan Pintu Gerbang
3.4.3.3 Pekerjaan Bouwplank
Bouwplank harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
terganggu waktu pelaksanaan pekerjaan. Bouwplank dibuat dengan
menggunakan papan kayu kelas II dengan tebal 2 cm, lebar 20 cm dan bagian
atasnya diketam rata. Tiang bouwplank dibuat dari bahan kayu dengan ukuran
5/7 cm. Pada papan dasar pelaksanaan bouwplank ini harus dibuat tanda yang
menyatakan as-as dan peil dengan warna yang jelas (warna merah) yang
menyatakan elevasi 0.00.
Gambar 3.8 Bowplank
Sebelum melaksanakan pekerjaan atau pemasangan bouwplank, perlu
dilaksanakan hal berikut:
a. Mempelajari denah lokasi bangunan ;
b. Membuat tiang untuk memasang papan bouwplank (tiang dari kaso
5/7 dari jenis kayu meranti) ;
c. Membuat papan bouwplank.
4-11
Setelah kita pelajari dan kita siapkan hal di atas, pelaksanaan pemasangan
bouwplank dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Membuat garis as bangunan yang telah ditentukan di lapangan ;
2. Membuat patok di luar bangunan dengan jarak 1,50 m dari as
bangunan tersebut ;
3. Membuat peil pada patok-patok tersebut setinggi permukaan atas
papan bouwplank 0,00 m ;
4. Memasang papan bouwplank yang sudah terpasang sesuai dengan
peil permanen dan apakah sudah benar-benar horizontal.
3.5 Pekerjaan Tanah
3.5.1 Pekerjaan Pondasi Foot Plat
1. Pekerjaan Galian
Setelah pemasangan bouwplank selesai dilakukan, maka dilanjutkan
dengan pekerjaan galian. Pekerjaan galian dilakukan untuk pondasi foot plat
dan pondasi batu belah. Ukuran galian disesuaikan dengan tipe pondasi. Hal-
hal yang perlu dilakukan dalam pekerjaan ini adalah:
a.Peralatan yang dipergunakan sesuai dengan volume pekerjaan dan
jenis tanah. Pada proyek ini pekerjaan galian dilakukan secara
manual dengan alat cangkul, linggis, skop, garpu karena tanah tidak
terlalu keras dan kedalaman tanah untuk pondasi foot plat 2,1 meter.
b. Penempatan sisa galian jangan sampai merusak bouwplank, patok–
patok dan peil serta tidak mengakibatkan kelongsoran. Jika
diperlukan dipasang turap untuk menghindari kelongsoran.
c.Bila galian lebih rendah dari muka air tanah, perlu dilakukan
pemompaan air (dewatering) ;
d. Bila penggalian lebih dalam dari yang direncanakan, maka diurug
dengan beton praktis (rabat beton) sampai mencapai peil yang telah
direncanakan ;
e.Pembersihan lubang-lubang galian dari akar-akar pohon yang dapat
mengganggu pondasi dan tanahnya.
4-12
Gambar 3.9 Galian Pondasi Foot Plat
2. Pekerjaan Urugan Pasir
Setelah pekerjaan galian tanah pondasi foot plat selesai dikerjakan,
dasar pondasi diurug dengan pasir urug setebal 5 cm, dengan panjang dan
lebar sesuai dengan tipe pondasi. Lapisan pasir ini dihamparkan dan diratakan
dengan ruskam kayu atau alat perata yang lain.
3. Pekerjaan Lantai Kerja
Untuk pekerjaan lantai kerja yang akan dibuat adalah tebal 5 cm dengan
campuran beton 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr. Adapun fungsi dari lantai kerja ini adalah
untuk meletakkan tulangan pondasi foot plat dan memudahkan dalam proses
pengerjaan pembetonan foot plat.
4. Pekerjaan Urugan Tanah
Setelah bekisting kaki kolom dibongkar dan beton mengeras maka dapat
dilakukan penimbunan kembali dengan mengambil tanah dari bekas galian
foot plat. Penimbunan dilakukan secara bertahap setiap ketebalan 30 cm harus
dipadatkan dengan stamper dan diuji prosentase kepadatannya harus mencapai
¿ 90 % dari kepadatan yang disyaratkan. Penimbunan dihentikan setelah
mencapai level -1.00 dari ± 0.00 karena nantinya akan digunakan untuk
pasangan pondasi batu kali.
3.5.2 Pekerjaan Pondasi Batu Kali
Pelaksanaan pekerjaan pasangan pondasi batu kali menggunakan campuran
spesi 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps. Sebelum pekerjaan pondasi batu kali dapat dikerjakan
harus dilakukan penggalian terlebih dahulu sesuai gambar pondasi batu kali atau
sloof.
1. Pekerjaan Galian Tanah
Penggalian dilakukan sesuai dengan gambar denah pondasi batu kali
dengan menggunakan cangkul dan sekop. Penggalian tanah dengan kemiringan
4-13
1:3. penggalian dilakukan sampai – 1.00 ± 0.00 peil lantai. Tanah bekas galian
dibuang di sekitar lokasi penggalian. Penempatan tanah bekas galian tersebut
tidak boleh mengganggu kedudukan papan bowplank.
Gambar 3.10 Galian Tanah Pondasi Batu Kali
2. Pekerjaan Urugan Pasir
Pekerjaan urugan pasir pasangan pondai batu kali dilakukan setelah
penggalian selesai dilakukan. Pasir dihamparkan sepanjang galian tersebut
dengan tebal 10 cm dan diratakan menggunakan jidar atau ruskam kayu.
3. Pekerjaan Pasangan Batu kosong
Di atas urugan pasir ditata pasangan batu tanpa spesi sebagai landasan
pasangan batu kali. Pasangan batu kosong Ø 15 cm ditata berdiri dan celah-
celah yang ada diisi dengan menggunakan pasir urug.
4. Pekerjaan Urugan Tanah Kembali
Urugan tanah pondasi batu kali diambil dari tanah bekas galian di
sekitar lokasi pekerjaan. Tanah diambil menggunakan cangkul dan dilakukan
pemadatan secara bertahap setiap tebal lapisan 30 cm. Pemadatan menggunakan
stamper dan tanah disiram dengan air secara optimal sehingga didapatkan hasil
pemadatan yang sempurna yaitu 90% dari rencana hasil pemadatan yang
disyaratkan. Urugan tanah ini dihentikan pada level -0.40 dari ± 0.00 peil lantai.
3.6 Pekerjaan Acuan dan Perancah
Acuan dan perancah merupakan konstruksi sementara yang berfungsi sebagai
cetakan atau mal dari beton cair (adukan beton), hingga mengeras sebagai struktur
bangunan dan akan dibongkar setelah beton mencapai umur tertentu. Meskipun
hanya bersifat sementara, namum sangat berpengaruh terhadap hasil pekerjaan,
sehingga harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kuat
4-14
Seperti diketahui bahwa seluruh berat beton basah disangga oleh acuan
dan perancah termasuk berat sendiri, pekerja dan alat, maka acuan dan perancah
harus kuat menahan beban – beban tersebut sampai beton mengeras.
2. Kokoh
Di samping gaya vertikal yang bekerja pada acuan dan perancah, perlu
juga diperhatikan gaya horisontal agar acuan dan perancah tetap stabil dan kuat
untuk mempertahankan kedudukannya. Untuk itu perlu adanya penyekoran pada
tiang – tiang perancah.
3. Rapat dan bersih
Cetakan harus rapat, sehingga air semen dari adukan tidak hilang,
disamping itu cetakan harus bersih, bebas dari segala kotoran yang dapat
mempengaruhi mutu beton.
4. Ekonomis
Pemakaian bahan untuk acuan dan perancah harus ekonomis (murah)
tetapi layak dari segi kekuatan, proporsi biaya pekerjaan acuan dan perancah kira
– kira 30 % dari seluruh biaya pekerjaan beton, untuk itu perlu penghematan biaya
tanpa mengurangi kekuatan dari konstruksi acuan dan perancah tersebut.
Penghematan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan alat, bahan, pengetahuan
praktis, serta metode pelaksanaan.
5. Mudah dibongkar
Cetakan harus mudah dibongkar tanpa merusak beton yang sudah jadi
dan bekas bongkaran juga tidak boleh rusak. Pembongkaran acuan dan perancah
dilakukan apabila beton sudah mencapai cukup umur (28 hari).
Pada konstruksi tertentu pembongkaran bisa dilakukan lebih awal
misalnya pada pekerjaan pondasi atau pekerjaan yang tidak menggantung, untuk
konstruksi yang menggantung seperti pada balok, plat lantai, konsol tidak boleh
dilakukan pembongkaran acuan dan perancah sebelum beton cukup umur. Jika hal
tersebut dilakukan maka akan berakibat retak pada beton atau lepasnya ikatan
beton dengan tulangan.
Acuan untuk suatu bagian strukur hanya boleh dibongkar apabila bagian
struktur tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat
sendiri dan beban – beban pelaksanaan selama pembangunan. Kekuatan ini harus
4-15
ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji dan dengan hasil perhitungan.
Pengawas memberikan persetujuan setelah memeriksa hasil pemeriksaan benda
uji dan perhitungannya. Apabila untuk menentukan pembongkaran acuan dan
perancah tidak dibuat benda uji, maka acuan dan perancah baru boleh dibongkar
setelah beton berumur tiga minggu. Jika ada jaminan bahwa setelah acuan dan
perancah dibongkar, beban yang bekerja pada bagian struktur tidak lebih dari 50%
beban rencana total, maka pembongkaran dapat dilakukan setelah beton berumur
dua minggu, cetakan samping dari balok atau kolom boleh dibongkar setelah
berumur tiga hari.
Pembongkaran acuan dan perancah harus dilakukan dengan hati – hati
untuk mencegah timbulnya retak pada beton, pengelupasan atau cacat lainnya.
Syarat – syarat pembongkaran adalah :
– Syarat ekonomis
Usahakan agar acuan dan perancah bekas bongkaran dapat dipakai
lagi, hal ini dapat dilakukan bila pembongkaran dilakukan dengan
hati-hati.
– Syarat keamanan
Urutan pembongkaran harus diperhatikan, sehingga dalam melakukan
pembongkaran tidak akan mencelakakan pekerja.
– Syarat konstruktif
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan, bidang momen
yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan.
Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari
tengah kemudian ke tepi, disamping itu pembongkaran juga harus
dilakukan secara bertahap dan merata untuk menghindari timbulnya
tegangan – tegangan yang tidak diinginkan pada beton.
Perlu diperhatikan beberapa pertimbangan dan faktor–faktor dalam
merencanakan acuan dan perancah, seperti di bawah ini :
a. Cetakan untuk konstruksi beton harus mampu mendukung beton mulai dari
keadaan elastis sampai mengeras.
b. Timbulnya berbagai faktor harus diasumsikan berdasarkan pengalaman.
4-16
c. Perencanaan tekanan didasarkan pada tekanan maksimum yang ditimbulkan
selama pengecoran.
d. Tekanan maksimum yang akan terjadi tergantung pada cara pengecoran,
slump, dan temperatur.
e. Pemakaian bahan harus hemat.
f. Papan perangkai dibuat secukupnya, sehingga akan memudahkan pada waktu
pembongkaran.
3.6.1 Pemilihan Bahan
Bahan yang digunakan untuk acuan dan perancah adalah kayu, dan
multiplex. Maksud digunakannya multiplek adalah :
a. Dapat digunakan berulang kali selama kondisi masih baik.
b. Permukaannya bebas atau sedikit sambungan.
c. Mudah dalam pembentukan cetakan.
Pada proyek pembangunan gedung ini bahan acuan dan perancah yang
dipakai adalah :
– Kayu Meranti klas II mutu A
– Papan 2/20 x 400 cm
– Kaso 5/7 x 400 cm
– Balok 6/12 x 400 cm
– Multiplek 122 x 244 x 1,8 cm
– Scaffolding
3.6.2 Perhitungan Kekuatan Acuan dan Perancah
Perhitungan ini digunakan untuk menentukan besarnya kekuatan acuan
dan perancah yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan. Perhitungan ini
berdasarkan rumus ilmu kekuatan bahan, Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1987)
dan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan Kekuatan Acuan dan Perancah
Beban rencana yang akan bekerja pada waktu pelaksanaan diperhitungkan
secermat mungkin. Adapun beban–beban yang bekerja antara lain : berat beton
4-17
sendiri, pekerja, dan alat. Beban tersebut termasuk beban hidrolis yang
mengakibatkan tekanan samping.
Faktor–faktor yang mempengaruhi tekanan samping antara lain :
– Berat beton
– Cara pemadatan
– Tinggi pengecoran
– Suhu dan macam adukan
– Bentuk acuan perancah
Untuk perhitungan dimensi bahan, diperhitungkan dengan beberapa
keadaan, yaitu :
1. Tekanan Hidrostatis (Preasure of Hydrostatic)
100
.hPH
dimana, PH : Tekanan hidrostatis (Kpa)
: Berat jenis beton (kg/m3)
h : Tinggi cetakan (m)
2. Tekanan Pengaruh Pelengkungan ( dimensi tebal dinding)
PA=15+3 R+ d10
dimana, PA : Tekanan terhadap faktor tekuk (Kpa)
R : Kecepatan pengecoran (m/jam)
d : Tebal beton dalam cetakan (mm)
Tekanan terhadap faktor tekuk ini diperhitungkan bila tebal beton
dalam cetakan (d) ≤ 500 mm.
3. Tekanan Pengaruh Proses Pengerasan
PS= γ . R . K100
+5
dimana, PS : Tekanan akibat faktor pengerasan beton (Kpa)
: Berat jenis beton (kg/m3)
R : Kecepatan pengecoran (m/jam)
K : Faktor koreksi.
Nilai K ini tergantung dari besarnya slump dan suhu beton.
Tabel nilai K
4-18
KEMANTAPAN
PENURUNAN (mm)
SUHU BETON ( 0 C )
10 15 20 25 30 35
25
50
75
100
1.10
1.45
1.80
2.10
0.80
1.10
1.35
1.60
0.60
0.80
1.00
1.15
0.45
0.60
0.75
0.90
0.35
0.45
0.55
0.65
0.30
0.40
0.50
0.60
4. Tekanan terhadap Faktor Efek Pemadatan (Impact Effect)
PI=4 . γ .10−3=9,6 Kpa
5. Tekanan Rencana (Design Preasure)
Besarnya nilai tekanan yang dipakai ialah dari penjumlahan nilai
tekanan efek pemadatan (Impact Effect) dengan nilai terkecil dari tekanan
hidrostatis, tekanan akibat faktor tekuk, atau tekanan akibat faktor
pengerasan beton.
P design = Nilai terkecil dari (PH or PS or PA) + PI
b. Perhitungan Kekuatan
lt = lt ijin
lt= M
W
1. Untuk perletakan di atas dua tumpuan dengan beban merata :
q
M =
18
qL2
L
sehingga, lt =
18
qL2
16
bh2
L = √ 8.σ lt .bh2
6 q
4-19
2. Untuk perletakan di atas tiga tumpuan atau lebih dengan beban
merata :
q
M =
110
qL2
L L
sehingga, lt =
110
qL2
16
bh2
L = √10 .σ lt .bh2
6q
Keterangan :
L : jarak antar tumpuan (m)
lt : Tegangan lentur (kg/m2)
b: Lebar balok (cm)
h: Tinggi penampang balok (cm)
q: Beban merata (kg/m)
c. Perhitungan Kekakuan, lendutan (f) dari suatu perletakan ditentukan
sebagai berikut :
o Lendutan di atas dua tumpuan dengan beban merata
f= 5qL4
384 EI
o Lendutan di atas tiga tumpuan atau lebih dengan beban merata
f=2,5qL4
384 EI
o Syarat tumpuan untuk balok yang digunakan pada konstruksi tidak
terlindung adalah :
f= 1400
L
4-20
Karena pada pekerjaan ini menggunakan prinsip perletakan di atas
tiga tumpuan atau lebih, maka :
1400
L=2,5 qL4
384 EI
sehingga, L=3√384 . EI
1000 q
dimana, L : Jarak perletakan (cm)
E : Elastisitas kayu (kg/cm2)
I : Momen inersia (cm4)
f : Lendutan (cm).
3.7 Pekerjaan Pondasi
3.7.1 Pondasi Foot Plat
A. Lantai Kerja
Untuk campuran lantai kerja yang akan dibuat memiliki tebal 5 cm
dengan campuran beton yaitu 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr. Adapun fungsi dari lantai kerja
adalah sebagai perletakan tulangan pondasi footplat. Hal ini dimaksudkan agar
lantai rata, sehingga memudahkan dalam pengerjaannya.
B. Penulangan
Setelah pembuatan lantai kerja selesai, maka dilakukan pengerjaan
penulangan. Adapun langkah-langkah penulangan pondasi footplat adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan ;
2. Kebutuhan tulangan untuk semua tipe yaitu tulangan D 22 mm ;
3. Memotong dan merangkai tulangan sesuai dengan gambar kerja ;
4. Pemasangan beton deking dengan tebal 4 cm.
C. Begisting
Ukuran plat pondasi diambil yang terbesar, yaitu 280 × 280 × 70 cm
1. Data Perhitungan
Berat jenis beton () = 2400 kg/m3
Tinggi rencana pengecoran (h) = 0,7 m
25 cm
16 cm
4-21
Suhu beton = 300 C
Slump beton = 75 mm
Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas III)
Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2
Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2
Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2
Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2
Bahan kayu kelas II mutu A
Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2
Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2
Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2
Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2
Kecepatan Pengecoran
Volume beton = 2,8 x 2,8 x 0,70 = 5,488 m3
Volume ember =
25 cm
4-22
V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )
¿=13×π×0 ,25×(0 ,1252+0 ,082+(0 ,125×0 ,08 ) )
=0 ,0084 m3
Periode pengecoran diambil 2 menit
Waktu yang diperlukan =
VpondasiVember
= 5 ,4880 ,0084
=653 ,33 kali
Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran pondasi telapak
654×260
=21 ,80 jam
Kecepatan pengecoran =
tinggi jatuhwaktu pengecoran
=
0 ,7021 ,80
=0 ,032 m / jam
2. Perhitungan Tekanan
Tekanan yang diperhitungkan adalah tekanan ke samping
100
.hPH
= (2400 × 0,7) /100
= 16,80 Kpa
PS= γ . R . K100
+5
=
2400×0 , 032×0 , 55100
+5
= 5,42 Kpa
PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2
4-23
Sehingga besarnya tekanan adalah PS + PI = 5,42 + 9,6
= 15,02 Kpa
0,096 kg/cm2 0,054 kg/cm2
70 cm
0,15 kg/cm2
maka, q = P desain sisi lebar pondasi
= 15,02 kPa 2,80 m
= 42,06 kN/m = 42,06 kg/cm.
3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku (5/7)
a. Berdasarkan kekuatan
L = √10 .σ lt .bh2
6q =√10×75×70×1,8×1,86×42 ,06 = 25,96 cm.
b. Berdasarkan lendutan
L=3√384 . EI
1000 q =
3√384×80000×( 112
.70 .1,83 )
1000×42 ,06 = 29,18 cm.
Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 25 cm.
4-24
Gambar 3.11 Detail Perancah Pondasi Footplat
D. Pengecoran
Pekerjaan pengecoran ini dilakukan dengan menggunakan beton ready
mix. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan saat pengecoran :