BAB IV KODE ETIK PROFESI KEGURUAN 4.1 Pengertian Kode Etik Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu, harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian, jabatan dokter, notaris, arsitek, guru, dan lain-lain yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik. Sama halnya dengan kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan beberapa pengertian kode etik, antara lain sebagai berikut: Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian jelas menyatakan bahwa “Pegawai Negeri/Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya Kode Etik ini, pegawai negeri sispil sebagai aparatur Negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya, dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip- prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri. Dari urai ini dapat kita Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 40
37
Embed
BAB IV - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewKODE ETIK PROFESI KEGURUAN 4.1 Pengertian Kode Etik Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
KODE ETIK PROFESI KEGURUAN
4.1 Pengertian Kode Etik
Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu, harus
mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian, jabatan dokter, notaris, arsitek,
guru, dan lain-lain yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode
etik. Sama halnya dengan kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga
belum memiliki pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan
beberapa pengertian kode etik, antara lain sebagai berikut:
Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian jelas menyatakan bahwa “Pegawai Negeri/Sipil mempunyai Kode
Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa dengan
adanya Kode Etik ini, pegawai negeri sispil sebagai aparatur Negara, abdi negara,
dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Selanjutnya, dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-
prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.
Dari urai ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-
hari.
Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua
Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan
panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat
Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahawa dalam Kode Etik Guru
Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni:
1. Sebagai landasan moral,
2. Sebagai pedoman tingkah laku.
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 40
Berdasar uraian tersebut kelihatan, bahwa kode etik suatu profesi adalah
norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma
tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana
mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-
ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
4.2 Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara
umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk Menjunjung Tinggi Martabat Profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak
luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remes
terhadap profesi akan melarang. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segin ini, kode
etik juga sering kali disebut kode kehormatan.
2. Untuk Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir
(atau material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal
kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-
larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-
tarif minimum bagi honorium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap
tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 41
anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk para anggotanya
untuk melaksanakan profesinya.
Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan
membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota
profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
3. Untuk Meningkatkan Pengabadian Para Anggota Profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabian profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah
megnetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk Meningkatkan Mutu Profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma
dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada
setiap anggota untuk secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi
dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga
dan memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota
profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
4.3 Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para naggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada
suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 42
boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh
orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau
tidak menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi
tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi
anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis
tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada
jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan seccara murini dan baik, karena
setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhdap kode etik
dapat dikenakan sanksi.
4.4 Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Sering ktia jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
seingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi
tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila
hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum
yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi bersaing
secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika
dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan. Pada
umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik
akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap
terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu,
menandakan bahwa organisasi profesi itu telah mantap.
4.5 Kode Etik Guru Indonesia
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai
dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 43
suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian, maka
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia
ditetapkandalam suatu konges yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan
Pengurus Daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI
tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989
juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
Tersebut adalah sebagai berikut:
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhdapa Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang
Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdian Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhdap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 44
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
4.6 Organisasi Profesional Keguruan
Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan profesional,
jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk meyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Bagi guru-guru di
negara kita, wadah ini telah ada yakni Persatuan Guru Republik Indonesia yang
lebih dikenal dengan singkatan PGRI. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal
25 November 1945, sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa.
Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986).
Selanjutnya, Basuni menguraikan empat misi utama PGRI, yaitu:(a) Misi
politis/ideologi, (b) Misi persatuan organisatoris, (c) Misi profesi, dan (d) Misi
kesejahteraan. Kelihatannya, dari praktek pelaksanaan keempat misi tersebut dua
misi pertama-misi politis/ideologis, dan misi perasatuan/oranisasi lebih menonjol
realisasinya dalam program-program PGRI. Ini dapat dibuktikan dengan telah
adanya wakil-wakil PGRI dalam badan legislatif seperti DPR dan MPR. Peranan
yang lebih menonjol ini dapat kita pahami sesuai dengan tahap perkembangan
bangsa dalam era orde baru ini. Dalam pelaksanaan misi lainnya, misi
kesejateraan, kelihatannya masih perlu ditingkatkan. Sementara misi ketiga, misi
profesi, belum tampak kiprah nyatanya dan belum terlalu melembaga. Dalam
kaitannya dengan perkembangan profesional guru, PGRI sampai saat ini masih
mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam merencanakan dan melakukan
program-program penataran guru serta program peningkatan mutu lainnya. PGRI
belum banyak merencanakan dan melakukan program kualifikasi guru, atau
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 45
melakukan penelitian ilmiah tentang masalah-masalah profesional yang dihadapi
oleh para guru dewasa ini.
Kebanyakan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu profesi
biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan ulangtahun atau kongres,
baik di pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu, peranan organisasi ini dalam
peningkatan mutu profesional keguruan belum begitu menonjol. Di samping
PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang diakui pemerintah
sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah Guru Mata
pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan
mutu dan profesional dari gur dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan-
kegiatan dalam kelompok ini diatur dengan jadwal yang cukup baik. Sayangnya,
belum ada keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam
MGMP ini dengan PGRI.
Selain PGRI, ada lagi organisasi profesional di bidnagn pendidikan yang
harus kita ketahui juga yakni Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang
saat ini mempunya divisi-divisi antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN),
Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia )HSPBI), dan lain-lain.
Hubungan formal antara organisasi-organisasi ini dengan PGRI masih belum
tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerja sama yang saling
menunjang dan menguntungkan dalam peningkatan mutu anggotanya. Sebagian
anggota PGRI yang sarjana mungkin juga menjadi anggota salah satu divisi dari
ISPI, tetapi tidak banyak anggota ISPI staf pengajar di LPTK yang juga menjadi
anggota PGRI.
4.7 Deskripsi Kode Etik Keguruan
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
kepada Tuhan YME, Bangsa dan Negara. Guru Indonesia harus memiliki jiwa
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 karena tanpa memiliki jiwa tesebut
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 46
Guru Indonesia tidak akan bias tanggung jawab, Guru Indonesia Memiliki
pedoman kepada dasar-dasar sebagai berikut ;
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia yang
seutuhnya.
2. Guru Memiliki dan melaksanakan kejujura professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan.
4. Guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat diterima peserta didik
untuk berhasinya proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitar supaya terjalin hubungan dan kerjasama yang baik dalam pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan sprofesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru bersama-sama meningkatkan mutu dari organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Kode Etik Guru yang Pertama mengandung pengertian bahwa perhatian utama
seorang guru adalah peserta didik. Perhatiannya semata-mata dicurahkan dengan
tujuan terciptanya pembelajaran yang optimal edukatif.
Kode Etik Guru Kedua mengandung makna bahwa guru hanya sanggup
menjalankan tugas dan profesi sesuai kemampuannya.
Kode Etik Guru Ketiga menunjukkan pentingnya seorang guru mendapatkan
informasi peserta didik selengkap mungkin. Tentang kemampuan, maupun minat
dan bakat karena akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan
kemajuan peserta didik.
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 47
Kode Etik Guru Keempat mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana
sekolah yang aman dan nyaman sehingga membuat peserta didik betah akan
belajar.
Kode Etik Guru Kelima mengingat pentingnya peran serta orang tua siswa dan
masyarakat sekitar, yang bertujuan untuk membangun terwujudnya dan
terjalinnya hubungan baik antara guru dengan peserta didik.
Kode Etik Guru Keenam Guru harus selalu meningkatkan dan mengembangkan
mutu serta martabat profesinya dan ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun
kelompok.
Kode Etik Guru ketujuh Intinya menjalin kerja sama yang mutualisme dengan
rekan seprofesi. Rasa senasib dan sepenanggungan.
Kode Etik Guru Kedelapan “ Guru bersama-sama memlihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sarana dan prasarana dalam perjuangan, sehingga
dalam pengurusan organisasi dengan seorang guru tidak adanya monopoli profesi.
Sehingga dapat mengayomi para guru.
Kode Etik Guru kesembilan pada intinya kode etik ini di dasari oleh 2 asumsi
yang sangat mengikat terciptanya guru yang professional dengan pemerintah yang
ada.
Kode etik guru sebagaimana disebutkan di atas selengkapnya adalah sebagai
berikut:
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa
jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan
diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia indonesia yang bermain, bertakwa dan berakhlak mulia serta
mengusai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat
yang maju, adil,makmur, dan beradap.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan. Melatih menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 48
kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik yang
dalam melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung
tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dalam usaha
mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru indonesia ketika menjalankan tugas-
tugas profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk
mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang
kehidupan. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak
mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh
sejajar dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan
profesinya merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan
negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan tugas pelaksanaan tugas guru secara
profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna,
terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan
guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi
persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang. Dalam
melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa
perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam
jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 49
Bagian SatuPengertian, tujuan, dan Fungsi
Pasal 11) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota maasyarakat dan warga
negara.
2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal
ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan
buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-
tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-
hari di dalam dan luar sekolah.
Pasal 2
1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang.
2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Bagian DuaSumpah/Janji Guru Indonesia
Pasal 31) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-
nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi
profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.
Keterampilan Guru dalam Berprofesi - 50
3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara
satuan pendidikan.
Pasal 4
1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara
perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.
Bagian TigaNilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional