PRAKTIKUM BATUBARA LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BAB IV BRIKET BATUBARA NON-KARBONISASI 4.1. Tujuan Tujuan dari praktikum batubara non- karbonisasi ini, antara lain: 1. Praktikan mengerti tentang briket batubara non-karbonisasi. 2. Praktikan mengerti dan mampu melaksanakan proses pembuatan briket batubara non- karbonisasi. 3. Praktikan mampu menganalisa fungsi dari campuran bahan-bahan dalam pembuatan briket batubara non-karbonisasi. 4.2. Dasar Teori Konsep utama dalam pembuatan briket, yaitu merekatkan butiran-butiran dengan perekat tertentu, dicetak dan ditekan sehingga menjadi benda yang masif, kompak dan tidak mudah pecah. Dalam perjalanannya, teknik pembuatan briket mengalami berbagai modifikasi dengan tujuan utama meningkatkan mutu briket, memanfaatkan bahan Dedy Rifky Setyawan H1C113065
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IV
BRIKET BATUBARA NON-KARBONISASI
4.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum batubara non-karbonisasi ini,
antara lain:
1. Praktikan mengerti tentang briket batubara non-
karbonisasi.
2. Praktikan mengerti dan mampu melaksanakan proses
pembuatan briket batubara non-karbonisasi.
3. Praktikan mampu menganalisa fungsi dari campuran
bahan-bahan dalam pembuatan briket batubara non-
karbonisasi.
4.2. Dasar Teori
Konsep utama dalam pembuatan briket, yaitu
merekatkan butiran-butiran dengan perekat tertentu, dicetak
dan ditekan sehingga menjadi benda yang masif, kompak dan
tidak mudah pecah. Dalam perjalanannya, teknik pembuatan
briket mengalami berbagai modifikasi dengan tujuan utama
meningkatkan mutu briket, memanfaatkan bahan lokal
dengan biaya murah sehingga harga briket dapat dijangkau,
mampu bersaing dengan harga bahan bakar lain, dan dapat
diterima oleh masyarakat. Beberapa cara telah dikembangkan
dengan melakukan modifikasi pada bahan perekat dan bahan
tambahan lainnya (Sukandarrumidi, 2005).
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sifat briket yang baik antara lain tidak berasap dan tidak
berbau pada saat pembakaran, mempunyai kekuatan tertentu
sehingga tidak mudah pecah, mempunyai suatu suhu
pembakaran yang tetap dengan jangka waktu yang lama,
setelah dibakar masih mempunyai kekuatan tertentu
sehingga mudah untuk dikeluarkan dari dalam tungku, dan
gas hasil pembakaran tidak mengandung suatu gas karbon
monoksida yang cukup tinggi
Bahan baku utama dari briket batubara itu sendiri
adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan
mempunyai cadangan untuk selama kurang lebih 150 tahun.
Teknologi pembuatan briket tidak terlalu rumit dan dapat
dikembangkan dalam waktu yang singkat.
Indonesia sebetulnya telah mengebangkan briket
batubara sejak tahun 1994 namun tidak berkembang dengan
baik karena minyak tanah masih tetap disubsidi sehingga
harganya masih sangat murah, sehinggga masyarakat masih
lebih memilih minyak tanah sebagai bahan bakar sehari-hari.
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer
yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangatlah panjang,
pada akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia
meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga
jual bahan bakar dari minyak termasuk minyak tanah di
Indonesia.
Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM
dalam hal ini minyak tanah, bahan bakar alternatif yang
murah dan mudah didapat. Briket batubara merupakan salah
satu bahan bakar padat alternatif yang terbuat dari batubara.
Bahwa bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
alternatif pengganti dari minyak tanah yang mempunyai
kelayakan teknis untuk digunakan sebagai bahan bakar
rumah tangga. Briket juga memiliki keuntungan ekonomis
karena dapat diproduksi secara sederhana, memiliki nilai
kalori yang tinggi
(Anonim, 2015)
Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan
dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta
dalam waktu yang relatif singkat. Briket batubara dipilih oleh
masyarakat untuk bahan bakar alternatif karena dilihat dari
segi-segi kelebihannya dan batubara briket juga relatif murah
untuk masyarakat.
Adapun keunggulan briket batubara adalah:
1. Lebih murah.
2. Nilai kalori yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik
untuk pembakaran yang lama.
3. Tidak beresiko meledak atau terbakar.
4. Tidak mengeluarkan suara bising dan tidak berjelaga.
5. Sumber batubara melimpah.
Teknologi pembuatan briket batubara dari batubara
bubuk yang dapat menimbulkan kesulitan pada waktu
pengangkutan ternyata sudah banyak dilakukan di beberapa
negara. Hal yang mendorong pemanfaatan briket untuk
masyarakat dan industri kecil di Indonesia antara lain :
1. Potensi batubara di Indonesia yang sangat besar.
2. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana, dengan
investasi sedikit.
3. Batubara yang ada di Indonesia mudah pecah dan berkalori
tinggi.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4. Memanfaatkan batubara bubuk yang tidak dipakai,
sehingga menjadi lebih bermanfaat.
Briket batubara non-karbonisasi memungkinkan untuk
digunakan (dibakar) dengan sempurna terutama dengan
sistem (pembakaran) tanpa mengeluarkan asap dan juga bau.
Jenis tungku yang sesuai untuk pembakaran briket dengan
jenis tanpa karbonisasi terutama adalah dilengkapi dengan
fasilitas udara sekunder ruang pembakaran yang cukup
untuk membakar zat terbang.
Sifat-sifat yang diperhatikan dalam pemamfaatan
batubara sebagai bahan bakar industri kecil, antara lain:
1. Ukuran butir, pada proses pengolahan briket batubara
yang diumpamakan dalam tungku akan mempengaruhi
terhadap cara pembakarannya. Batubara untuk
pembakaran dalam kantung api yang berisi ukuran butir
lebih kecil dari 1 cm, tidak boleh lebih dari 30%.
2. Abu, kandungan abu dari batubara yang terlalu banyak
akan mengganggu proses pembakaran. Hal ini akan
berdampak langsung pada kelancaran untuk proses
pemeliharaan api yang mengalami reaksi oksidasi oleh
udara pembakaran, dan sulit dalam pemeliharaan api.
3. Sifat mengkokas atau coking, batubara memiliki sifat
mengkokas yag tinggi yang sering menggumpal apabila
dipanaskan.
4. Nilai kalor, batubara dengan nilai kalor yang disebabkan
karena memang batubara yang dijadikan bahan dasar
briket adalah jenis batubara low rock sehingga nilai kalori
yang didapatkan pada proses pembakaran rendah karena
banyaknya kadar air yang terkandung didalam briket.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5. Kadar belerang, kadar belerang yang cukup tinggi misalnya
2-3% dalam briket akan mengakibatkan bau yang kurang
sedap, hal ini akan mengganggu kesehatan dan
kenyamanan para pengguna briket.
6. Asap pembakaran, apabila asap yang timbul dari
pembakaran berwarna gelap maka hal ini menunjukkan
proses pembakaran menjadi kurang sempurna, sehingga
terdapat beberapa komponen batubara yang belum
terbakar dengan sempurna akan menimbulkan jelaga yang
berwarna hitam.
(Anonim, 2015)
Nilai strategis dan ekonomis pemamfaatan batubara
sebagai bahan bakar yang sering terkendala oleh dampak
dari lingkungan yang berasal dari emisi gas dan sisa
pembakaran yang langsung maupun tidak langsung
berpengaruh kepada kesehatan manusia, selain itu
pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat besar akan
mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas
rumah kaca seperti CO2 dan lain-lain.
Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran
batubara antara lain partikel halus, belerang dan NOx, dan
aersen, serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara
sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk pada saat pembentukan
endapan batubara sebagai proses alami. Dengan demikian
sederhana, untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang
bersih, semua zat pengotor tersebut haruslah ditiadakan,
paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi padatan
yang tidak teremisikan.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Briket batubara memiliki keterbatasan waktu penyalaan
awal yang memakan waktu antara 5-10 menit dan diperlukan
penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan awal, briket
batubara efisien digunakan untuk jangka waktu di atas 2 jam.
Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi
menjadi 2, yaitu berkarbonisasi dan jenis non-karbonisasi.
1. Karbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terebih dahulu proses
dikarbonisasi sebelum menjadi briket. Dengan proses
karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam briket
batubara itu diturunkan serendah mungkin sehingga produk
akhirnya menjadi meningkat karena pada batubara tersebut
dapat terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini digunakan
untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam
penggunaannya. Manfaat dan Keuntungan Memasak dengan
Briket Super:
a. Menghemat bahan bakar
b. Daya tahan briket lebih lama
c. Nyala bara lebih bersih
d. Tidak berbau dan berasap
e. Aman dan tidak meledak
f. Panas nyala bara relatif lebih tinggi
g. Rasa, bau, dan aroma makanan tidak berubah, tetap asli
h. Non toksik (tidak beracun)*
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
i. Ruangan dapur tetap bersih
j. Perabot dapur tidak hitam
k. Abu bekas briket dapat dipakai sebagai abu pembersih dan
juga alat pemadam briket
2. Non-karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalami karbonisasi sebelum
diproses menjadi briket dan harganya pun lebih murah,
karena zat-zat terbangnya masih terkandung dalam briket
batubara maka pada penggunaaanya lebih baik
menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan
menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh
zat terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar
oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini pada umumya
digunakan untuk industri kecil. Produsen terbesar briket
batubara di Indonesia pada saat ini adalah PT. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero) atau PT. BA yang
mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim Sumatera
Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan
kapasitas terpasang 115.000 ton per tahun. Di samping PT.
BA terdapat beberapa dari perusahaan swasta yang
memproduksi briket batubara.
(Anonim, 2015)
Salah satu masalah dalam pengembangan industri
briket di Indonesia adalah diperlukannya karbonisasi dalam
proses pembuatan briket tersebut. Hal ini terutama karena
batubara yang dapat digunakan termasuk dalam peringkat
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
rendah dengan kadar zat terbang rata-rata di atas 35%
sehingga saat dalam proses pembakarannya akan
menimbulkan asap dan bau.
Sedangkan di Korea, Cina, dan Vietnam batubara yang
digunakan untuk briket adalah dari jenis antrasit sehingga
tidak perlu dilakukan proses karbonisasi karena kadar zat
terbangnya rata-rata di bawah 15%.
Proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan proses non-karbonisasi. Briket batubara non-
karbonisasi memungkinkan untuk digunakan atau dibakar
tanpa menimbulkan asap atau bau dengan bahan baku
batubara semi antrasit dan bahan pembantu seperti jerami,
ampas tebu, serta molaser.
Proses pengolahan briket batubara dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengolahan batubara, dimana briket
yang dihasilkan mempunyai bentuk, ukuran fisik, sifat kimia
tertentu dengan menggunakan teknik yang tepat. Bahan-
bahan campuran dan fungsi dari briket batubara, antara lain:
1. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara
a. Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan
akan semakin tinggi.
b. Semakin tinggi nilai kalorinya maka pembakaran akan
semakin lama karena unsur atau zat didalam batubara
yang mudah terbakar (volatile matter) yang terkandung
di dalamnya semakin sedikit.
c. Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan
akan semakin berkurang dan lama pembakaran akan
semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
mengandung banyak air sehingga menyulitkan dalam
penyalaan.
d. Penyalaan, berasap dan panas yang berkurang.
Solusinya dengan cara proses pengeringan (mengurangi
jumlah dari kadar air didalam batubara) dan dengan cara
karbonisasi (menaikkan) kadar kalori batubara tersebut
maka kadar air yang terdapat didalam batubara juga akan
berkurang.
2. Biomassa (serbuk kayu), sebagai bahan untuk
mempercepat dan mempermudah proses pembakaran
a. Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan
semakin mudah terbakar dan pencapaian suhu
maksimalnya akan semakin cepat.
b. Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya,
lama pembakaran menjadi semakin berkurang.
c. Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan
emisi polutan Cu dan polusi HC akan semakin
berkurang.
3. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
a. Jenis tanah yang dipilih haruslah mengandung unsur
kaulinik yaitu unsur yang mempengaruhi kerekatan,
kekerasan, dan kekeringan.
b. Semakin banyak komposisinya, gas Cu yang dihasilkan
akan semakin sedikit.
c. Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama
pembakaran komposisi yang terbaik untuk tanah liat
adalah 10%.
4. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan
untuk mengikat racun dan mengurangi bau belerang.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila
terlalu banyak akan membuat panas briket berkurang.
(Anonim, 2015)
Dalam sebuah briket batubara, semakin banyak
komposisi batubara maka pembakaran yang dihasilkan akan
semakin panas dan semakin lama. Namun juga harus
diperhatikan nilai kalorinya. Nilai kalori batubara akan rendah
jika di dalamnya terkandung banyak air.
Berikut ini adalah kelemahan dari briket batubara dan
solusi yang dapat diberikan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Sulit dalam penyalaaan, solusinya adalah:
a. Bahan baku batubara dalam keadaan kering, kadar
airnya rendah.
b. Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu), karena
biomassa dapat membantu mempercepat proses
penyalaan.
2. Berasap dan berbau, solusinya adalah:
a. Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena
kelembapan dan kadar air yang menyebabkan asap yang
banyak dan berbau.
b. Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket.
3. Panas dan lama pembakaran, solusinya adalah
a. Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan
cara dikarbonisasi.
b. Pengeringan hasil briket, karena briket yang lembap dan
basah sangat berpengaruh terhadap panas yang akan
dihasilkan.
4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya adalah:
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Pemilihan tanah liat yang baik.
b. Penjemuran hasil briket sampai benar-benar kering.
c. Memperkecil bahan bau agar lebih padat.
5. Harga jual produk, solusinya adalah
a. Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber
bahan baku dan konsumen.
b. Proses produksi yang baik dan benar.
c. Kualitas produksi besar akan menurunkan produksi.
Beberapa parameter dalam pembuatan briket antara lain
sebagai berikut:
1. Ukuran butir batubara.
2. Tekanan mesin pada waktu pembriketan.
3. Kadar air yang terkandung dalam batubara.
(Anonim, 2015)
Pada saat ini dikenal 2 tipe briket batubara, yaitu tipe
yontan dan tipe telur. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Tipe yontan (diambil dari nama tempat di Korea), tipe ini
lebih dikenal dan popular, suatu nama lokal berbentuk
silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat
3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang.
Lubang tersebut bertujuan agar briket mudah terbakar dan
dapat menghasilkan panas yang maksimum. Proses
pembuatan briket yontan cukup sederhana. Batu bara
bubuk (5 mm) diberi air (10%) ditekan dengan mesin tekan,
pembriketan pada tekanan 120 kg/cm2 sehingga diperoleh
briket. Untuk tipe telur perlu ditambah molasses (7 %) dan
diroll pada mesin briket tipe roll. Jenis briket ini biasanya
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.1
Sketsa tipe yontan
2. Tipe telur (egg), berbentuk oval, berukuran panjang 46-48
mm, dengan lebar 32-39 mm, tebal bagian tengah 20-24 mm
pada bagian tepi pinggir dibuat pipih tumpul, sehingga
mudah dipindahkan dan mudah dibakar dari bagian pinggir
ke bagian tengah. Pembakaran yang sempurna, yakni
dengan nyala bersih dann berwarn biru, terjadi 10-15 menit
setelah briket menyala. Tempertur tungku yng dicapai pada
saat pembakaran sempurna adalah sekitr 600° C. Selama
pembakaran terjadi penurunan permukaan briket sampai 6
cm. Penurunan permukaan briket tersebut diakibatkan oleh
habisnya penyulut yang tebalnya 1 cm, tetapi juga karena
bekurangnya massa briket.
(Anonim, 2015)
Gambar 3.2
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sketsa tipe telur
Batubara dibuat briket dengan tipe telur lebih banyak
digunakan oleh kalangan industri kecil sebagai bahan
pembakar bata, genteng, tukang besi, dan gerabah. Meskipun
banyak dipakai untuk keperluan industri tetapi juga briket
batubara tipe telur dimanfaatkan dalam skala rumah tangga
dimensi dari briket batubara ini memiliki panjang antara 45
mm samai 55 mm dan lebarnya 32 mm sampai 48 mm serta
tebal 20 mm sampai 25 mm. Briket bentuk telur cocok untuk
keperluan rumah tangga atau rumah makan sedangkan
bentuk kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industri
kecil atau menengah.
Berdasarkan data tahun 1998-2005 perkembangan
kebutuhan briket batubara yang turun naik namun cenderung
ada peningkatan konsumsi terendah sebesar 23506 ton pada
tahun 2004 dan tertinggi pada tahun 1999 yang mencapai
38302 ton. Pada sisi lain, potensi konsumsi BBM yang dapat
disubstitusi dengan briket batubara untuk 1 km dan rumah
tangga sebesar 11,32 juta ton dan jumlah optimisnya sebesar
1,3 juta ton per tahun atau ekuivalen dengan 936.000 kilo liter
minyak tanah per tahun. Kondisi pasar akan dapat
menentukan bagaimana prospek briketan batubara yang ada
di Indonesia sebagai bahan alternatif substitusi minyak tanah
mempunyai khususnya dengan energi alternatif lainnya
sepeti bahan bakar (biofuel) dan elpiji.
Apabila program permasyarakatan briket dapat
diwujudkan dengan baik, maka secara bertahap penggunaaan
briket batubara dapat ditingkatkan dalam rangka untuk
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
penggantian budaya pasar pemakaian minyak tanah menjadi
budaya pasar briket batubara.
Kegiatan promosi secara rutin perlu dilakukan untuk
menjamin pemakaian briket batubara skala penuh di masa
mendatang dengan peningkatan kualitas dan pengurangan
biaya dalam membantu percepatan transisi pemakaian bahan
bakar dan kayu bakar menjadi briket batubara.
(Rahardjo, Bambang Suwondo, 2007)
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
a. Crusher, mereduksi ukuran partikel batubara.
Gambar 3.3.
Sketsa crusher
b. Sendok, berfungsi untuk memindahkan bahan
pembuatan briket batubara non-karbonisasi.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.4.
Sketsa sendok
c. Sieve, digunakan untuk memisahkan material.
Gambar 3.5.
Sketsa ayakan
d. Timbangan dan neraca analitik, digunakan untuk menimbang berat dari komposisi-komposisi pengolahan briket.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.5.
Sketsa timbangan dan neraca analitik
e. Palu, berfungsi untuk menghancurkan sampel batubara.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.7.
Sketsa palu
f. Safety tools, alat ini digunakan untuk melindungi
diri pada saat proses preparasi. Alat-alat yang
digunakan pada saat proses preparasi adalah safety
shoes, sarung tangan, masker dan kacamata.
Gambar 3.8.
Sketsa safety tools
g. Cetakan briket, digunakan untuk mencetak campuran
dari material menjadi bentuk briket.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.9.
Sketsa cetakan briket
h. Ember, digunakan untuk menampung bahan-bahan
pembuatan briket batubara non-karbonisasi.
Gambar 3.10.
Sketsa ember
3.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada campuran
briket batubara non-karbonisasi adalah:
a. Batubara dengan kalori 7500 kkal, berfungsi sebagai
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
bahan bakar utama dalam campuran briket.
b. Kaolin, berfungsi sebagai campuran untuk
mengurangi asap dan penstabilisasi panas dalam
pembakaran briket.
c. Kanji, berfungsi sebagai perekat campuran batubara
dan kaolin sehingga briket yang dihasilkan menjadi
kompak dan kuat.
d. Serbuk kayu, berfungsi sebagai material untuk
mempercepat proses pembakaran briket.
e. Kapur, berfungsi untuk mengurangi bau pada saat
pembakaran.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT