Page 1
IV-1
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pekerjaan Umum Propinsi Nusa Tenggara Timur
dengan menggunakan sampel agregat yang diambil dari Quarry Kali Mas milik PT. Hutama
Mitra Nusantara. Sampel agregat yang diambil berupa batu pecah, dan sirtu kali. Kedua sampel
ini diuji sifat-sifat fisiknya yang meliputi pengujian analisa saringan, berat jenis, dan abrasi.
Selanjutnya dilakukan pengujian sifat-sifat mekanis yaitu pengujian pemadatan (kompaksi)
serta pengujian CBR (California Bearing Ratio). Dalam pengujian pemadatan dan CBR
ditambahkan variasi batu karang untuk mengetahui bagaimana kepadatan dan nilai CBR
apabila batu karang ada dalam komposisi sebesar 0%, 5%, 10%, dan 15%.
4.2. Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan metode random sampling yaitu
pengambilan Material secara acak dari material yang ingin digunakan sehingga mewakili
keseluruhan tumpukan material. Sampel material agregat kelas B yang digunakan diambil dari
Quary Kali Mas Poros Tengah (Kabupaten Kupang). Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil sampel agregat dari timbunan hasil mesin pemecah (Stone Crusher) menggunakan
sekop. Sedangkan sampel batu karang diambil dari daerah Naikolan dan Penfui (Kota
Kupang). Sampel batu karang yang digunakan diambil dari tumpukan hasil galian lubang bak
penampung air. Dalam pengambilan sampel batu karang untuk digunakan sebagai agregat
kelas B, peneliti tidak menggunakan syarat khusus atau spesifikasi khusus mengenai agregat
kelas B seperti pada umumnya karena belum ada aturan khusus mengenai syarat penggunaan
batu karang sebagai agregat kelas B. Karena itu, penentuan batu karang yang digunakan
sebagai sampel penelitian hanya berdasarkan ukuran butiran batu karang yang secara kasat
mata dilihat menyerupai ukuran agregat kelas B. Setelah pengambilan sampel agregat tesebut
selesai , sampel dibawa ke laboratorium, tahap selanjutnya Penyiapan Benda uji yang datang
dari Lapangan Teknik pengambilan sampel di Laboratorium menggunakan Metode (Quarting)
dengan acuan SNI 13 - 6717 – 2002.
Page 2
IV-2
4.3. Pengujian Sifat Material
Pengujian sifat-sifat material mencakup agregat kasar (tertahan saringan No.4) bahan
materialnya yaitu batu pecah, dan sirtu kali, Untuk agregat halus (lolos saringan No.4 ) yaitu
sirtu halus.
4.4. Pengujian Agregat Halus (sirtu kali)
4.4.1. Pengujian Berat Jenis (sirtu halus)
Percobaan pengujian ini dilakukan sesuai dengan SNI 03-1970-1990. Dengan
maksud untuk perhitungan pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengetahui
berat jenis dan penyerapan dari agregat halus (sirtu kali). Berat jenis yang ada dihitung
terhadap Berat Jenis Kering Oven (bulk spesific gravity), Berat Jenis Kering Permukaan
Jenuh (Saturated Surface Dry), Berat Jenis Semu (Apparent specifik gravity) dan
Penyerapan Air Agregat. Pengujian dilakukan sebanyak dua sampel, sehingga berat jenis
yang dipakai adalah rata-rata dari hasil kedua benda uji. Hasil pengujian yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus (sirtu kali)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
gram
Uraian A B
500,000500,000
Satuan
gramBerat benda uji kering permukaan jenuh (Bj)
Rata-rata
gram
gram
BjBerat Jenis (SSD)
Berat Jenis (Bulk)
A
710,000 722,000
=Bk
488,640
Berat Piknometer + air + benda uji (Bt)
2,604
(Ba + Bj -Bt)
2,605
(Ba + Bk - Bt)
100
2,706
2,545
2,604
2,705
1029,960
B
488,650
1018,070
(Ba + Bj -Bt)
Berat benda uji kering oven (Bk)
Uraian
Berat Piknometer + air (Ba)
2,546 2,544
2,323
Bk
x %Penyerapan Air =Bj - Bk
2,324
Berat Jenis (Apparent)
2,325
=
2,704Bk
=
Page 3
IV-3
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan (sirtu halus) Quarry Kali Mas pada Tabel 4.1
menunjukan bahwa tingkat penyerapan dari sirtu halus tersebut memberikan nilai sebesar
2,324 %.
4.4.2. Pengujian Gradasi (sirtu halus)
Pengujian gradasi halus ini sesuai SNI 03 – 1968 – 1990, pengujian gradasi untuk
agregat halus (sirtu kali) material yang digunakan harus lolos saringan No.4. Setelah data
gradasi didapat, hasil gradasi dihitung berdasarkan persentase berat seluruh contoh, atau
terhadap berat awal benda uji. Ukuran butiran dan gradasi agregat diperoleh dengan cara
menyaring agregat dengan nomor saringan sesuai dengan persyaratan spesifikasi Bina
Marga Edisi 2010 Revisi 3 untuk gradasi agregat kelas B.
Analisa saringan dihitung untuk mendapatkan jumlah tertahan dari hasil penyaringan
yang tertahan. Untuk mendapatkan persen tertahan, jumblah tertahan dikalikan persentase
dibagi berat awal benda uji. Sedangkan prosentase lolos didapat dari persen lolos seratus
dikurangi persen tertahan. Persen lolos rata-rata seluruh contoh diperoleh dari persen lolos.
Hasil pengujian gradasi agregat halus (sirtu kali) dapat dilihat pada Lampiran dan tabel 4.2.
Tabel 4.2. Analisa Saringan Agregat Halus (sirtu kali)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Nilai persen lolos rata-rata diatas merupakan data gradasi individu material yang akan
dipakai untuk menentukan komposisi campuran yang sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi III. Setelah data diatas diperoleh maka dapat diketahui perbandingan
agregat halus dan agregat kasar menjadi agregat gabungan yang mempunyai gradasi yang
sesuai dengan spesifikasi. Hasil pengujian gradasi yang diperoleh bisa dilihat pada Lampiran.
A = 5026 gram
B = 5037 gram
(mm) A B A B A B
4,75 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00 100,00
2,00 1029,00 1091,00 20,47 21,66 79,53 78,34 78,93
0,43 3959,00 3976,00 78,77 78,94 21,23 21,06 21,15
0,08 4726,00 4703,00 94,03 93,37 5,97 6,63 6,30
No.4
No.40
No.10
Prosen Lolos Rata-Rata
Persen Lolos(ASTM)
SARINGAN Jumlah Tertahan
SIRTU HALUS BENDA UJI
Prosen Tertahan
No.200
Page 4
IV-4
4.6. Pengujian Agregat Kasar
4.5.1. Pengujian Abrasi / Keausan Agregat (Batu Pecah)
Pengujian abrasi dilakukan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan menggunakan mesin Abrasi Los Angeles sesuai dengan SNI - 03 - 2417
- 1991. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap
berat semula dalam persentasi. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran atau pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Pengujiaan Abrasi / Keausan Agregat
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Agregat Quarry Kali Mas milik PT. Hutama Mitra Nusantara. berdasarkan hasil
pengujian mempunyai nilai abrasi sebesar 22,04%. Nilai abrasi didapat dari jumblah lolos
saringan dibagi berat benda uji semula dikali persentase. Dalam ketentuan Spesifikasi Bina
Marga Tahun 2010 Revisi 3 batas ketentuan nilai abrasi untuk agregat kelas B yaitu 0-40%.
Dengan demikian nilai keausan yang diperoleh memenuhi spesifikasi.
SARINGAN GRADASI PEMERIKSAAN
D
1 1/2'' 1'' 1250
Lolos Tertahan A B C
1'' 3/4'' 1250
3/4'' 1/2'' 1250 2500
1/2'' 3/8 '' 1250 2500
3/8'' 1/4'' 2500
No.4 No. 8
1/4'' No. 4 2500
Lolos saringan No. 12 (g) 1102
Keausan (%) 22,04
Berat benda uji semula (g) 5000 5000 5000 5000
Tertahan saringan No. 12 (g) 3898
5000
Page 5
IV-5
4.5.2. Pengujian Abrasi / Keausan Agregat (sirtu kasar)
Pengujian abrasi dilakukan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan menggunakan mesin Abrasi Los Angeles sesuai dengan SNI - 03 - 2417 -
1991. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap
berat semula dalam persentasi. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran atau pada tabel
4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujiaan Abrasi / Keausan Agregat
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Agregat Quarry Kali Mas milik PT. Hutama Mitra Nusantara. berdasarkan hasil
pengujian mempunyai nilai abrasi sebesar 22,48%. Nilai abrasi didapat dari jumblah lolos
saringan dibagi berat benda uji semula dikali persentase. Dalam ketentuan Spesifikasi Bina
Marga Tahun 2010 Revisi 3 batas ketentuan nilai abrasi untuk agregat kelas B yaitu 0-40%.
Dengan demikian nilai keausan yang diperoleh memenuhi spesifikasi.
SARINGAN GRADASI PEMERIKSAAN
Lolos Tertahan A B C D
1 1/2'' 1'' 1250
1'' 3/4'' 1250
3/4'' 1/2'' 1250 2500
1/2'' 3/8 '' 1250 2500
3/8'' 1/4'' 2500
5000
1/4'' No. 4 2500
No.4 No. 8
Tertahan saringan No. 12 (g) 3976
Berat benda uji semula (g) 5000 5000 5000 5000
Keausan (%) 20,48
Lolos saringan No. 12 (g) 1024
Page 6
IV-6
4.5.3. Pengujian Abrasi / Keausan Agregat (Batu karang)
Pengujian abrasi batu karang (Daerah Naikolan dan Penfui) dilakukan untuk
menentukan ketahanan batu karang terhadap keausan dengan menggunakan mesin Abrasi
Los Angeles sesuai dengan SNI - 03 - 2417 - 1991. Tujuan pengujian ini adalah untuk
mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula dalam persentasi. Hasil pengujian
dapat dilihat pada lampiran atau pada tabel 4.5. dan 4.6.
Tabel 4.5. Hasil Pengujiaan Abrasi / Keausan Agregat batu karang (Naikolan)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
SARINGAN GRADASI PEMERIKSAAN
D
1 1/2'' 1'' 1250
Lolos Tertahan A B C
1'' 3/4'' 1250
3/4'' 1/2'' 1250 2500
1/2'' 3/8 '' 1250 2500
3/8'' 1/4'' 2500
5000
1/4'' No. 4 2500
No.4 No. 8
5000 5000 5000 5000
Tertahan saringan No. 12 (g) 2635
Lolos saringan No. 12 (g) 2365
Keausan (%) 47,30
Berat benda uji semula (g)
Page 7
IV-7
Tabel 4.6. Hasil Pengujiaan Abrasi / Keausan Agregat batu karang (Penfui)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Berdasarkan hasil pengujian nilai abrasi agregat batu karang dari Daerah Naikolan
menunjukan keausan batu karang sebesar 47,30%. Sedangkan pengujian abrasi batu
karang dari daerah Penfui sebesar 47,76%. Nilai abrasi didapat dari jumblah lolos saringan
dibagi berat benda uji semula dikali persentase. Dalam ketentuan Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 batas ketentuan nilai abrasi untuk agregat kelas B yaitu 0-40%.
Dengan demikian nilai keausan yang diperoleh tidak memenuhi spesifikasi. Karna itu, maka
penggunaan batu karang hanya sebagai bahan tambah untuk mengurangi volume batu
pecah dan bukan pengganti batu pecah untuk dijadikan agregat kelas B.
4.5.4. Pengujian Berat Jenis (Batu Pecah)
Pengujian ini dilakukan sesuai SNI 03 - 1969 - 1990 tujuan untuk dapat mengetahui
berat jenis dari agregat kasar (batu pecah) serta besarnya penyerapan air agregat. Berat
jesnis yang ada dihitung terhadap Berat Jenis Kering Oven (bulk spesific gravity), Berat
Jenis Kering Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry), Berat Jenis Semu (Apparent
specifik gravity) dan Penyerapan Air. Pengujian dilakukan sebanyak dua sampel, sehingga
Lolos saringan No. 12 (g) 2388
Keausan (%) 47,76
Berat benda uji semula (g) 5000 5000 5000 5000
Tertahan saringan No. 12 (g) 2612
5000
1/4'' No. 4 2500
No.4 No. 8
1/2'' 3/8 '' 1250 2500
3/8'' 1/4'' 2500
1'' 3/4'' 1250
3/4'' 1/2'' 1250 2500
Lolos Tertahan A B C
SARINGAN GRADASI PEMERIKSAAN
D
1 1/2'' 1'' 1250
Page 8
IV-8
berat jenis yang dipakai adalah rata-rata dari hasil kedua benda uji. Hasil pengujian yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (Batu Pecah)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan agregat kasar (batu pecah) Quarry Kali Mas
pada Tabel 4.7 menunjukan bahwa tingkat penyerapan dari agregat kasar tersebut
memberikan nilai sebesar 0,740 %.
4.5.5. Pengujian Berat Jenis (Sirtu kasar)
Pengujian ini dilakukan sesuai SNI 03 - 1969 - 1990 tujuan untuk dapat mengetahui
berat jenis dari agregat kasar (sirtu kali) serta besarnya penyerapan air agregat. Berat jesnis
yang ada dihitung terhadap Berat Jenis Kering Oven (bulk spesific gravity), Berat Jenis
Kering Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry), Berat Jenis Semu (Apparent specifik
gravity) dan Penyerapan Air. Pengujian dilakukan sebanyak dua sampel, sehingga berat
jenis yang dipakai adalah rata-rata dari hasil kedua benda uji. Hasil pengujian yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.8.
Bj -Ba
Bk - Ba
gram
gram
Uraian A B Satuan
5025,000 5049,000 gramBerat benda uji kering permukaan jenuh (Bj)
Uraian A B
Berat Benda uji dalam Air (Ba) 3140,000 3152,000
Berat benda uji kering oven (Bk) 4990,000 5010,000
2,641
Bj -Ba
2,662Berat Jenis (SSD) =Bj
2,666
Berat Jenis (Bulk) =Bk
2,647
Rata-rata
2,644
2,664
2,697
0,740%x 100Penyerapan Air =
Berat Jenis (Apparent) =
0,701 0,778
Bk2,697 2,696
Bk
Bj - Bk
Page 9
IV-9
Tabel 4.8. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (Sirtu kali)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan agregat kasar (sirtu kali) Quarry Kali Mas
pada Tabel 4.8 menunjukan bahwa tingkat penyerapan dari agregat kasar tersebut
memberikan nilai sebesar 0,519 %.
4.5.6. Pengujian Gradasi (Batu Pecah)
Pengujian gradasi agregat kasar ini sesuai SNI 03 – 1968 – 1990, pengujian gradasi
untuk agregat kasar (batu pecah) material yang digunakan harus tertahan No.4. Setelah
data gradasi didapat, hasil gradasi dihitung berdasarkan prosentase berat seluruh contoh,
atau terhadap berat awal benda uji. Ukuran butiran dan gradasi agregat diperoleh dengan
cara menyaring agregat dengan nomor saringan sesuai dengan persyaratan spesifikasi
Bina Marga 2010 Revisi 3 untuk gradasi agregat kelas B.
Analisa saringan dihitung untuk mendapatkan jumlah tertahan dari hasil penyaringan
yang tertahan. Untuk mendapatkan persen tertahan, jumblah tertahan dikalikan persentase
dibagi berat awal benda uji. Sedangkan persentase lolos didapat dari persen lolos seratus
dikurangi persen tertahan. Persen lolos rata-rata seluruh contoh diperoleh dari persen lolos.
Bj -Ba
Bk - Ba
Uraian A B Satuan
Uraian A B Rata-rata
Berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj) 5029,000 5036,000 gram
Berat Benda uji dalam Air (Ba) 3095,000 3091,000 gram
Berat benda uji kering oven (Bk) 5003,000 5010,000 gram
2,616
2,581
Bj -Ba
Berat Jenis (SSD) =Bj
2,600 2,589 2,595
Berat Jenis (Bulk)
Bj - Bkx 100
2,576
Berat Jenis (Apparent) =Bk
2,622 2,611
=Bk
2,587
% 0,520 0,519 0,519
Bk
Penyerapan Air =
Page 10
IV-10
Hasil pengujian gradasi agregat kasar (batu pecah) dapat dilihat pada Lampiran dan tabel
4.9. dibawah ini.
Tabel 4.9. Analisa Saringan Agregat Kasar (Batu Pecah)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Nilai persen lolos rata-rata diatas merupakan data gradasi individu material yang
akan dipakai untuk menentukan komposisi campuran yang sesuai dengan spesifikasi Bina
Marga Tahun 2010 Revisi 3. Setelah data diatas diperoleh maka dapat diketahui
perbandingan agregat halus dan agregat kasar menjadi agregat gabungan yang mempunyai
gradasi yang sesuai dengan spesifikasi. Hasil pengujian gradasi yang diperoleh dapat dilihat
pada Lampiran.
4.5.7. Pengujian Gradasi (sirtu kasar)
Pengujian gradasi agregat kasar (sirtu kali) ini sesuai SNI 03 – 1968 – 1990,
pengujian gradasi untuk agregat kasar, material yang digunakan harus tertahan saringan
No.4. Setelah data gradasi didapat, hasil gradasi dihitung berdasarkan persentase berat
seluruh contoh, atau terhadap berat awal benda uji. Ukuran butiran dan gradasi agregat
diperoleh dengan cara menyaring agregat dengan nomor saringan sesuai dengan
persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 untuk gradasi agregat kelas B.
Analisa saringan dihitung untuk mendapatkan jumlah tertahan dari hasil penyaringan
yang tertahan. Untuk mendapatkan persen tertahan, jumblah tertahan dikalikan persentase
dibagi berat awal benda uji. Sedangkan prosentase lolos didapat dari persen lolos seratus
dikurangi persen tertahan. Persen lolos rata-rata seluruh contoh diperoleh dari persen lolos.
Hasil pengujian gradasi agregat kasar (sirtu kali) dapat dilihat pada Lampiran dan tabel 4.10.
A = 5027 gram
B = 5051 gram
(mm) A B A B A B
50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00 100,00
37,50 955,00 942,00 19,00 18,65 81,00 81,35 81,18
25,00 2436,00 2518,00 48,46 49,85 51,54 50,15 50,85
9,50 4405,00 4725,00 87,63 93,55 12,37 6,45 9,41
4,75 5026,00 5050,00 99,98 99,98 0,02 0,02 0,02
Rata-Rata
Persen Lolos
BENDA UJIAGREGAT KASAR
(ASTM)
Persen Tertahan Persen LolosSARINGAN Jumlah Tertahan
1 1/2"
1"
3/8"
No.4
2"
Page 11
IV-11
Tabel 4.10. Analisa Saringan Agregat Kasar (sirtu kali)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Nilai persen lolos rata-rata pada tabel 4.10 diatas merupakan data gradasi individu
material yang akan dipakai untuk menentukan komposisi campuran yang sesuai dengan
spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3. Setelah data di atas diperoleh maka dapat
diketahui perbandingan agregat halus dan agregat kasar menjadi agregat gabungan yang
mempunyai gradasi yang sesuai dengan spesifikasi. Hasil pengujian gradasi yang diperoleh
dapat dilihat pada Lampiran
4.5.8. Pengujian Gradasi (Batu karang)
Pengujian gradasi agregat kasar batu karang yang dipakai diambil dari Daerah
Naikolan dan Penfui (Kota Kupang). Pengujian analisis saringan ini sesuai SNI 03 – 1968
– 1990, pengujian gradasi untuk agregat kasar (batu karang) material yang digunakan harus
tertahan No.4. Setelah data gradasi didapat, hasil gradasi dihitung berdasarkan prosentase
berat seluruh contoh, atau terhadap berat awal benda uji. Ukuran butiran dan gradasi
agregat diperoleh dengan cara menyaring agregat dengan nomor saringan sesuai dengan
persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 untuk gradasi agregat kelas B.
Analisa saringan dihitung untuk mendapatkan jumlah tertahan dari hasil penyaringan
yang tertahan. Untuk mendapatkan persen tertahan, jumblah tertahan dikalikan persentase
dibagi berat awal benda uji. Sedangkan persentase lolos didapat dari persen lolos seratus
dikurangi persen tertahan. Persen lolos rata-rata seluruh contoh diperoleh dari persen lolos.
Hasil pengujian gradasi agregat kasar (batu karang) dapat dilihat pada tabel 4.11. dan tabel
4.12.
A = 5028 gram
B = 5103 gram
(mm) A B A B A B
50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00 100,00
37,50 62,00 85,00 1,23 1,67 98,77 98,33 98,55
25,00 1116,00 1140,00 22,20 22,34 77,80 77,66 77,73
9,50 3628,00 3654,00 72,16 71,60 27,84 28,40 28,12
4,75 5027,00 5102,00 99,98 99,98 0,02 0,02 0,02
SIRTU KASAR BENDA UJI
SARINGAN Jumlah Tertahan Persen Tertahan Persen Lolos Rata-Rata
Persen Lolos(ASTM)
2"
1 1/2"
1"
3/8"
No.4
Page 12
IV-12
Tabel 4.11. Analisa Saringan Agregat Batu karang (Naikolan)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.12. Analisa Saringan Agregat Batu karang (Penfui)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Nilai persen lolos rata-rata pada table 4.11 dan 4.12 merupakan data gradasi
individu material yang akan dipakai untuk menentukan komposisi campuran yang sesuai
dengan spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3. Setelah data di atas diperoleh maka
dapat diketahui perbandingan agregat halus dan agregat kasar menjadi agregat gabungan
yang mempunyai gradasi yang sesuai dengan spesifikasi.
A = 5070 gram
B = 5081 gram
(mm) A B A B A B
50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00 100,00
37,50 1127,00 1118,00 22,23 22,00 77,77 78,00 77,88
25,00 2206,00 2221,00 43,51 43,71 56,49 56,29 56,39
9,50 4845,00 4916,00 95,56 96,75 4,44 3,25 3,84
4,75 5068,00 5080,00 99,96 99,98 0,04 0,02 0,03
2"
1 1/2"
1"
3/8"
No.4
Rata-Rata
Persen Lolos(ASTM)
AGREGAT KASAR
SARINGAN Jumlah Tertahan Persen Tertahan Persen Lolos
BENDA UJI
A = 5078 gram
B = 5072 gram
(mm) A B A B A B
50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00 100,00
37,50 1079,00 1118,00 21,25 22,04 78,75 77,96 78,35
25,00 2166,00 2121,00 42,65 41,82 57,35 58,18 57,76
9,50 5011,00 4916,00 98,68 96,92 1,32 3,08 2,20
4,75 5074,00 5069,00 99,92 99,94 0,08 0,06 0,07
3/8"
No.4
BENDA UJIAGREGAT KASAR
2"
1 1/2"
1"
Rata-Rata
Persen Lolos(ASTM)
SARINGAN Jumlah Tertahan Persen Tertahan Persen Lolos
Page 13
IV-13
4.6. Berat Jenis Rata-Rata
Dari hasil pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar dan Agregat Halus maka dapat
diperoleh Berat Jenis curah (bulk spesific gravity) rata-rata, Berat Jenis kering permukaan
jenuh (Saturated Surface Dry) rata-rata, Berat Jenis semu (Apparent specifik gravity) rata-rata
serta Berat Jenis Efektif. Perhitungan detail pengujian berat jenis efekstif yang diperoleh dapat
dilihat pada lampiran. Berikut ini merupakan rangkuman hasil perhitungan berat jenis rata-rata
dan berat jenis efektif. Perhitungan berat jenis rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Analisa Berat Jenis Rata-Rata agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Nilai berat jenis efektif dipakai untuk menentukan garis nol rongga udara (Zero Air Void)
pada grafik pemadatan. Rumus untuk menentukan ZAV adalah : ZAV = a ni E i + a ni E i x % kadar Air
Material (%) (O.D.B) (S.S.D.B) (APP)
Jenis Proporsi Bulk SP.GR. Jenuh SP.GR Semu SP.GR.
2,705
2,616 (k)
(l)2,697
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
2,604
2,595
2,664
(j)
20
40
(b)
(c)
2,581
2,644Batu Pecah
Sirtu Kasar
> No. 4
40 (a) 2,545< No. 4
Sirtu Halus
Berat Jenis Permukaan Jenuh
=
2
a / g + b / h + c / i
= 2,591 (X)100
(X+Z) 2,637
Berat Jenis Bulk
= 2,684
a /d +b / e +c / f
Effective Sp.Gr.
100
100(Z)
a / J + b / k + c / I
= 2,626 (Y)
Berat Jenis Semu
Page 14
IV-14
4.7. Gradasi Gabungan Agregat kelas B
Gradasi gabungan agregat dihitung berdasarkan hasil gradasi individu material (sirtu kali
dan batu pecah). Data yang diambil yaitu persen (%) lolos rata-rata dari tiap-tiap gradasi
material sehingga mendapatkan persentase gradasi individu sirtu kali dan batu pecah pada
tabel gradasi gabungan. Gradasi gabungan agregat Kelas B dihitung berdasarkan hasil
gradasi individu material (batu pecah,dan sirtu kali).
Tabel 4.14. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.14 gradasi gabungan agregat menunjukan bahwa hasil gradasi dari komposisi
agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu kasar dan
40% batu pecah. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat dianalisa dengan
menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data komposisi dari
campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau menurunkan
persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan dengan
spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar dan batu
pecah.
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
88 - 95
70 - 85
30 - 65
25 - 55
15 - 40
8 - 20
2 - 8
77,73
28,12
0,02
50,85100
100
40,00
40,00
40,00
9,41
8,46
78,93
21,15
31,57
75,88
49,39
100,00
92,181 1/2'' 37,50
40100(ASTM) (mm) 100 100
40,00
40,00
100,00
81,18
100,00 100
10098,55
1'' 25,50
3 / 8 '' 9,50
6,30
100No. 4 4,75
No. 200 0,075
No. 10 2,00
No. 40 0,425
40,00 100,00
40
2'' 50,00
20
20
19,71 32,47
20,34
3,77
8,46
31,57
2,52
0,02
2,52
40,01
Hasil SpesifikasiBatu PecahSirtu HalusSirtu KasarSARINGAN
15,55
5,62
0,00 0,01
Page 15
IV-15
Contoh :
a) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
b) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57%
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
c) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (40%/100%)
= 32,47%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20 % + sirtu halus
40% + batu pecah 40% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi yang ada berada dalam
rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.1. grafik gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan terletak di
dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil gradasi
komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar dan 40% batu pecah memenuhi spesisifikasi untuk
lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 karena
berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi gabungan.
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Batas bawah
Hasil pengujian
Page 16
IV-16
4.8. Gradasi Gabungan Agregat kelas B (Variasi Batu Karang 0%, 5%, 10%, dan
15% Untuk Daerah Naikolan)
Pengujian gradasi gabungan agregat variasi batu karang diambil dari daerah Naikolan
dan Penfui dengan variasi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Pengujian ini dihitung berdasarkan hasil
gradasi individu material (sirtu kali, batu pecah dan batu karang). Data yang diambil yaitu
persen (%) lolos rata-rata dari tiap-tiap gradasi material sehingga mendapatkan persentase
gradasi individu material pada tabel gradasi gabungan. Gradasi gabungan agregat Kelas B
dihitung berdasarkan hasil gradasi individu material (sirtu kali, batu pecah dan batu karang).
4.8.1. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 0%)
Tabel 4.15. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.15 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 40% batu pecah dan 0% batu karang. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
88 -
70 -
30 -
25 -
15 -
8 -
2 -
SARINGAN Sirtu Kasar Batu karangSirtu Halus Batu PecahHasil Spesifikasi
(ASTM) (mm) 100 20 100 0100 40
1 1/2'' 37,50 98,55 19,71 77,88 0,00
100 40
2'' 50,00 100,00 20,00 100,00 0,00100 40,00
100 40,00 81,18 32,47 92,18 95
100,00 40,00 100,00 100,00
100 40,00 50,85 20,34 75,88 851'' 25,50 77,73 15,55 56,39 0,00
100 40,00 9,41 3,77 49,39 653 / 8 '' 9,50 28,12 5,62 3,84 0,00
100 40,00 0,02 0,01 40,01 55No. 4 4,75 0,02 0,00 0,03 0,00
78,93 31,57 31,57 40No. 10 2,00
21,15 8,46 8,46 20No. 40 0,425
6,30 2,52 2,52 8No. 200 0,075
Page 17
IV-17
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
Contoh :
a) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
b) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57%
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
c) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (0%/100%)
= 0%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
d) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (40%/100%)
= 32,47%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20% + sirtu halus
40% + batu karang 0% + batu pecah 40% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi yang
ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada Gambar
4.2. Grafik gradasi gabungan.
Page 18
IV-18
Gambar 4.2. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.2 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 40% batu pecah dan 0% batu karang
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan.
4.8.2. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 5%)
Tabel 4.16. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Hasil pengujian
Batas bawah
88 -
70 -
30 -
25 -
15 -
8 -
2 -
SARINGAN
2'' 50,00
1'' 25,50 10015,55 40,00 50,85 17,80
49,11
3520
No. 200 0,075
Sirtu Kasar Batu karangSirtu Halus Batu Pecah
40,01
76,16 85
100,00 100,00100,00 5,00
0,01
10019,71
20,00
40,00 81,18 28,41
65
56,39 2,82
100
100
100,00
(ASTM) (mm) 100 5100 40 100
21,15
0,03 0,001000,02 0,00
No. 10 2,00 78,93
No. 40 0,425
6,30
92,02 95
3,84 0,191005,62
1 1/2'' 37,50 77,88 3,89
40,00 9,41 3,29
No. 4 4,75
3 / 8 '' 9,50
98,55
77,73
28,12
Spesifikasi
40,00 100,00 35,00
Hasil
8,46 8,46
31,57 40
40,00 0,02 55
31,57
20
2,52 2,52 8
Page 19
IV-19
Tabel 4.16 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 35% batu pecah dan 5% batu karang. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
Contoh :
a) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
b) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57%
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
c) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (5%/100%)
= 3,89%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
d) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (35%/100%)
= 28,41%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Page 20
IV-20
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20% + sirtu halus
40% + batu karang 5% + batu pecah 35% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi yang
ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada Gambar
4.3. Grafik gradasi gabungan.
Gambar 4.3. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.3 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 5% batu karang, dan batu pecah 35%
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan.
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Hasil pengujian
Batas bawah
Page 21
IV-21
4.8.3. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 10%)
Tabel 4.17. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.17 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 10% batu karang dan 30% batu pecah. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
Contoh :
a) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
88 -
70 -
30 -
25 -
15 -
8 -
2 -
(mm) 100 20 100 10100 40
Batu PecahHasil Spesifikasi
Sirtu KasarSARINGAN
91,85 95
30
Batu karang
1 1/2'' 37,50 98,55 19,71 77,88 7,79
100
100 40,00 81,18
Sirtu Halus
100,002'' 50,00 100,00 20,00 100,00 10,00100 40,00
(ASTM)
1'' 25,50 77,73 15,55
100 40,00 9,41368
100 40,00 0,02
30,00 100,00 100,00
100 40,00 50,8451 15,25 76,44 85
24,35
56,39 5,64
2,82 48,83 653 / 8 '' 9,50 28,12 5,62 3,84 0,38
0,01 40,01 55No. 4 4,75 0,02 0,00 0,03 0,00
78,93 31,57 31,57 40No. 10 2,00
21,15 8,46 8,46 20No. 40 0,425
6,30 2,52 2,52 8No. 200 0,075
Page 22
IV-22
b) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57%
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
c) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (10%/100%)
= 7,79%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
d) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (30%/100%)
= 24,35%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20% + sirtu halus
40% + batu karang 10% + batu pecah 30% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi
yang ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada
Gambar 4.4. Grafik gradasi gabungan.
Gambar 4.4. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.4 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 10% batu karang dan 30% batu pecah
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan.
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Hasil pengujian
Batas bawah
Page 23
IV-23
4.8.4. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 15%)
Tabel 4.18. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.18 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 20% batu pecah dan 15% batu karang. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100 % (persen seratus)
Contoh :
a) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
88 -
70 -
30 -
25 -
15 -
8 -
2 -
20,00 100,00 15,00100 40,00
100 20 100 15100 40
100 40,00 81,18
SARINGAN Sirtu Kasar Batu karangSirtu Halus Batu PecahHasil Spesifikasi
(ASTM) (mm)
1 1/2'' 37,50 98,55 19,71 77,88 11,68
100 25
2'' 50,00 100,00
20,29 91,69 95
100,00 25,00 100,00 100,00
100 40,00 50,845 12,71 76,72 851'' 25,50 77,73 15,55 56,39 8,46
100 40,00 9,4137 2,35 48,55 653 / 8 '' 9,50 28,12 5,62 3,84 0,58
100 40,00 0,02 0,00 40,01 55No. 4 4,75 0,02 0,00 0,03 0,00
78,93 31,57 31,57 40No. 10 2,00
21,15 8,46 8,46 20No. 40 0,425
6,30 2,52 2,52 8No. 200 0,075
Page 24
IV-24
b) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57%
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
c) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (15%/100%)
= 11,68%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
d) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (25%/100%)
= 20,29%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20% + sirtu halus
40% + batu karang 5% + batu pecah 35% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi yang
ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada Gambar
4.5. Grafik gradasi gabungan.
. Gambar 4.5. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.5 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 40% batu pecah dan 10% batu karang
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan.
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Batas bawah
Hasil pengujian
Page 25
IV-25
4.9. Gradasi Gabungan Agregat kelas B (Variasi Batu Karang 0%, 5%, 10%,
dan 15% Untuk Daerah Penfui)
Pengujian gradasi gabungan agregat variasi batu karang diambil dari daerah Naikolan
dan Penfui dengan variasi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Pengujian ini dihitung berdasarkan hasil
gradasi individu material (sirtu kali, batu pecah dan batu karang). Data yang diambil yaitu
persen (%) lolos rata-rata dari tiap-tiap gradasi material sehingga mendapatkan persentase
gradasi individu material pada tabel gradasi gabungan. Gradasi gabungan agregat Kelas B
dihitung berdasarkan hasil gradasi individu material (sirtu kali, batu pecah dan batu karang).
4.9.1. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 0%)
Tabel 4.19. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.19 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 0% batu karang dan 20% batu pecah. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
SARINGAN
88 - 95
70 - 85
30 - 65
25 - 55
15 - 40
8 - 20
2 - 8
Sirtu Kasar Sirtu HalusHasil Spesifikasi
(ASTM)
Batu PecahBatu karang
100,00
1 1/2'' 37,50 98,55 19,71 78,35
40 100 40
2'' 50,00 100,00 20,00 100,00 0,00100
(mm) 100 20 100 0100
0,00100 40,00 81,18 32,47 92,18
40,00 100,00 40,00 100,00
3 / 8 '' 9,50 28,12 5,62 2,20
1'' 25,50 77,73 15,55 57,76
0,00100 40,00 9,4137 3,77 49,39
100 40,00 50,845 20,34 75,880,00
No. 10 2,00
No. 4 4,75 0,02 0,00 0,07
78,93 31,57 31,57
100 40,00 0,02 0,01 40,010,00
No. 200 0,075
No. 40 0,425
6,30 2,52 2,52
21,15 8,46 8,46
Page 26
IV-26
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
Contoh :
a) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
b) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57%
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
c) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (0%/100%)
= 0%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
d) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (40%/100%)
= 32,47%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20% + sirtu halus
40% + batu karang 0% + batu pecah 40% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi yang
ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada Gambar
4.6 grafik variasi gradasi gabungan.
Page 27
IV-27
Gambar 4.6. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.6 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 40% batu pecah dan 0% batu karang
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan.
4.9.2. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 5%)
Tabel 4.20. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.20 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 5% batu karang dan 35% batu pecah. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Hasil pengujian
Batas bawah
Batu karang Batu Pecah
88 - 95
70 - 85
30 - 65
25 - 55
15 - 40
8 - 20
2 - 8
SARINGANHasil
Sirtu Kasar
35100 20
19,7198,55
17,80 76,23
35,00 100,00
28,41 92,04
3,29 49,03
1'' 25,50 57,76 2,8910077,73 15,55 40,00 50,845
3 / 8 '' 9,50 2,20 0,1110028,12 5,62
(ASTM) (mm) 100 5100 40 100
40,00 100,00
1 1/2'' 37,50 78,35 3,92100
2'' 50,00 100,00 5,00100
40,00 81,18
100,00 20,00
40,00 9,4137
0,02
No. 40 0,425 21,15
No. 10 2,00
8,46 8,46
2,52 2,52
78,93 31,57
40,00 0,02 0,01
31,57
Sirtu HalusSpesifikasi
100,00
40,01
No. 200 0,075 6,30
No. 4 4,75 0,07 0,001000,00
Page 28
IV-28
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
Contoh :
a) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71 %
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
b) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57 %
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
c) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (5%/100%)
= 3,92 %
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
d) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (35%/100%)
= 28,41%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20 % + sirtu halus
40 % + batu karang 5% + batu pecah 35% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi yang
ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada Gambar
4.7 grafik variasi gradasi gabungan.
Page 29
IV-29
Gambar 4.7. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.7 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 40% batu pecah dan 5% batu karang
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan
.
4.9.3. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 10%)
Tabel 4.21. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Hasil pengujian
Batas bawah
88 -
70 -
30 -
25 -
15 -
8 -
2 -
SARINGAN
100 40,00 81,18 24,35 91,90 95
100,00 30,00 100,00 100,00
1 1/2'' 37,50 98,55 19,71 78,35 7,84
100 30
2'' 50,00 100,00 20,00 100,00 10,00100 40,00
100 20 100 10100 40(ASTM) (mm)
15,25 76,58 851'' 25,50 77,73 15,55 57,76 5,78100 40,00 50,85
100 40,00 9,414 2,82 48,67 653 / 8 '' 9,50 28,12 5,62 2,20 0,22
100 40,00 0,02 0,01 40,02 55No. 4 4,75 0,02 0,00 0,07 0,01
8,46 20No. 40 0,425
78,93 31,57 31,57 40No. 10 2,00
0,075
21,15 8,46
SpesifikasiHasilBatu PecahSirtu Halus Batu karangSirtu Kasar
6,30 2,52 2,52 8No. 200
Page 30
IV-30
Tabel 4.21 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 10% batu karang dan 30% batu pecah. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
Contoh :
e) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71 %
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
f) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57 %
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
g) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (10%/100%)
= 7,84 %
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
h) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (30%/100%)
= 24,35%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20 % + sirtu halus
40 % + batu karang 10% + batu pecah 30% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi
Page 31
IV-31
yang ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada
Gambar 4.8 grafik variasi gradasi gabungan.
Gambar 4.8. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.8 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 10% batu karang dan 30% batu pecah
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan.
GRAFIK GRADASI SARINGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Hasil pengujian
Batas bawah
Page 32
IV-32
4.9.4. Gradasi Gabungan agregat Kelas B (Variasi Batu karang 15%)
Tabel 4.22. Gradasi Gabungan agregat kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Tabel 4.22 gradasi gabungan agregat diatas menunjukan bahwa hasil gradasi dari
komposisi agregat gabungan yang memenuhi spesifikasi adalah 40% sertu halus, 20% sirtu
kasar, 10% batu karang dan 30% batu pecah. Data komposisi agregat gabungan ini juga dapat
dianalisa dengan menggunakan metode coba-coba (Trial and error) untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan spesifikasi yang ada. Data yang dipakai untuk metode ini yaitu data
komposisi dari campuran masing-masing agregat dan dilakukan dengan cara menaikan atau
menurunkan persentase dari tiap-tiap agregat agar hasil spesifikasi yang didapat dibandingkan
dengan spesifikasi untuk gradasi .
Keterangan :
- (A) % Rata-rata gradasi individu tiap-tiap material yaitu sirtu, sirtu kasar, batu
karang dan batu pecah.
- (B) Persentase komposisi agregat (Trial and error) menaikan atau menurunkan
komposis agregat.
- 100% (persen seratus)
Contoh :
i) Sirtu kasar A x (B/100) = 98,55 x (20%/100%)
= 19,71%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
88 -
70 -
30 -
25 -
15 -
8 -
2 -
Hasil SpesifikasiBatu PecahSirtu HalusSirtu KasarSARINGAN
6,30 2,52 2,52 8No. 200 0,075
40No. 10 2,00
No. 40 0,425
78,93 31,57
21,15 8,46 8,46 20
55No. 4 4,75 0,02 0,00 0,07 0,01
100 40,00 9,4137 2,35 48,31 653 / 8 '' 9,50 28,12 5,62 2,20
1 1/2'' 37,50 98,55 19,71 78,35 11,75
100 25
2'' 50,00 100,00 20,00 100,00 15,00100 40,00
100 20 100 15100 40
95
100,00
12,71 76,92 851'' 25,50 77,73 15,55 57,76 8,66100 40,00 50,845
(ASTM)
Batu karang
(mm)
100 40,00 81,18 20,29 91,76
0,33
100 40,00 0,02 0,00 40,02
31,57
100,00 25,00 100,00
Page 33
IV-33
j) Sirtu halus A x (B/100) = 78,93 x (40%/100%)
= 31,57%
Peritungan dari saringan No.4 sampai dengan saringan No 200
k) Batu karang A x (B/100) = 77,88 x (15%/100%)
= 11,75%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4.
l) Batu Pecah A x (B/100) = 81,18 x (25%/100%)
= 20,29%
Peritungan dari saringan 2'' sampai dengan saringan No.4
Berdasarkan contoh perhitungan diatas menunjukan yaitu sirtu kasar 20% + sirtu halus
40% + batu karang 15% + batu pecah 25% memenuhi spesifiasi karena hasil dari proporsi
yang ada berada dalam rentang spesifikasi. Hasil dari proporsi gabungan dapat dilihat pada
Gambar 4.9 grafik variasi gradasi gabungan.
Gambar 4.9. Grafik Gradasi Gabungan
Gambar 4.9 grafik variasi gradasi gabungan ini jelas terlihat hasil gradasi gabungan
terletak di dalam garis batas atas dan batas bawah. Hasil ini juga menunjukan bahwa hasil
gradasi komposisi 40% sirtu halus, 20% sirtu kasar, 10% batu karang dan 25% batu pecah
memenuhi spesisifikasi untuk lapis pondasi agregat kelas B sesuai Spesifikasi Bina Marga
Tahun 2010 Revisi 3 karena berada diantara batas atas dan batas bawah grafik gradasi
gabungan.
GRAFIK GRADASI GABUNGAN
11/213/8#4#10#40#200No.Saringan 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
KETERANGAN
Batas atas
Hasil pengujian
Batas bawah
Page 34
IV-34
4.10. Pemadatan Agregat kelas B
Pengujian kepadatan, pengujian ini dilakukan sesuai SNI 03 - 1742 - 1989 untuk
menentukan kadar air optimum dan berat isi kering maksimum oleh material dalam mencapai
kepadatan yang maksimum yang ditunjukan lewat grafik hubungan kepadatan dan kadar air.
kadar air yang optimum yang digunakan untuk menentukan kebutuhan air pada CBR
laboratorium. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk tahapan pengujian CBR. Sampel
yang digunakan terdiri dari agregat halus (sirtu kali) dan agregat kasar (batu pecah).
Pemadatan diukur berdasarkan berat isi material kering yang dipadatkan di
Laboratorium. Pengujian pemadatan dilakukan untuk mendapatkan nilai kepadatan kering
maksimum (ƴ d maks) dan kadar air optimum (ѡopt).
Berat isi basah (w) = ℎ𝑉 𝑀
Berat isi Kering (d) = 𝑖 𝑖 ℎ + 𝑖 /
Kadar Air = a ia Ma ia in x 100%
Dimana,
Berat Contoh = (berat mol + berat tanah contoh) – berat mol
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.23. Percobaan Pemadatan Untuk Agregat Kelas B
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
A B D
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71 2085,71
Berat cetakan (g) 2781 2781 2781
Berat cetakan + contoh (g) 7100 7222 7286
Berat contoh (g) 4319 4441 4505
Berat isi basah (g/cm3) 2,071 2,129 2,160
Berat isi kering (g/cm3) 1,993 2,031 2,021
A B D
Berat contoh basah (g) 4212 4363 4386
Berat contoh kering (g) 4054 4162 4104
Berat air (g) 158 201 282
Kadar air (%) 3,897 4,829 6,871
KADAR AIR C
4456
4211
245
5,818
4024
314
7,803
4463
2,140
1,985
E
4338
4511
2,163
2,044
2781
7292
E
2085,71
2781
7244
BERAT ISI C
2085,71
Page 35
IV-35
Gambar 4.10. Grafik Hubungan Kepadatan dan Kadar Air
Gambar 4.10 grafik Hubungan Kepadatan dan Kadar Air diatas menunjukan bahwa nilai
berat isi kering material akan semakin meningkat dengan adanya penambahan kadar air,
namun pada suatu titik tertentu nilai berat isi kering material akan kembali menurun dengan
meningkatnya kadar air. Hal ini disebabkan karena air menempati ruang-ruang pori dalam
agregat yang seharusnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari agregat. Hasil
pengujian pada grafik diatas juga menunjukan bahwa kadar air optimum yang dibutuhkan oleh
material yaitu sebesar 5,753% untuk menghasilkan nilai kepadatan maksimum sebesar 2,042
gr/cmᶟ. Besarnya kadar air optimum akan digunakan untuk melakukan percobaan pemadatan
variasi gabungan tambahan batu karang dalam agregat kelas B sebagai pengganti batu pecah.
4.11. Variasi Pemadatan
Pada tahap ini dilakukan pencampuran batu karang dalam komposisi agregat kelas B.
Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas kepadatan apabila dalam komposisi
campuran proporsi ditambahkan batu karang sebesar 0%, 5%, 10%, dan 15%. Kadar air yang
digunakan adalah kadar air optimum yang didapat pada percobaan pemadatan yakni 5,753 %.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.20, tabel 4.21, tabel 4.22, tabel 4.23, tabel 4.24, tabel
4.25, tabel 4.26, dan tabel 4.27. Pengujian pemadatan variasi gabungan tambahan batu karang
dalam agregat kelas B ini, batu karang yang dipakai diambil dari daerah Naikolan dan Penfui.
5,753
2,042
y = -0,01398x2 + 0,16086x + 1,57934
1,85
1,93
2,00
2,08
2,15
2,23
2,30
2,38
2,45
2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0
Be
rat
isi k
eri
ng
(g
/cm
3)
Kadar air (%)
ZAV
ZAV = Berat jenis efektif . 1 + BJ. Efektif x(% Kadar air) 100
Wo =5,75 % d = 2,042 g/cm3
Page 36
IV-36
4.11.1. Variasi Pemadatan Daerah Naikolan
Pengujian pemadatan variasi yang pertama adalah pengujian dengan variasi batu
karang 0%. Pengujian ini sekaligus sebagai kontrol terhadap pengujian standar. Hasil yang
diperoleh antara pengujian standar dan pengujian dengan variasi batu karang 0% harus
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan kudua pengujian ini tanpa
dicampurkan batu karang. Untuk pengujian standar nilai berat isi kering yang diperoleh adalah
2,042 g/cm3, sedangkan untuk pengujian dengan variasi batu karang 0% hasilnya pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 0%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi pemadatan yang kedua adalah pengujian dengan variasi karang
5%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat
kelas B sebesar 5% dan digantikan dengan batu karang sebesar 5%. Proporsi agregat kasar
kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan. Proporsi agregat kasar
agregat kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7284 7288
4503 4507
2,159 2,161
2,042 2,043
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4209 4246
3980 4015
229 231
5,75 5,75
Rata - rata kadar air (%)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
5,754
2,042
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
Kadar air (%)
KADAR AIR
Page 37
IV-37
kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah
35%, batu karang 5% dan sirtu kasar 20%. Hasil pengujiam dapat dilihat pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 5%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi pemadatan yang ketiga adalah pengujian dengan variasi karang
10%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat
kelas B sebesar 10% dan digantikan dengan batu karang sebesar 10%. Proporsi agregat kasar
agregat kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan Proporsi agregat
kasar kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat
kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah
30%, batu karang 10% dan sirtu kasar 20%. Hasil pengujiam dapat dilihat pada Tabel 4.26.
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7280 7285
4499 4504
2,157 2,159
2,040 2,042
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4222 4137
3992 3912
230 225
5,762 5,752
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Kadar air (%)
5,757
Berat isi kering (g/cm3)
2,041
KADAR AIR
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
Page 38
IV-38
Tabel 4.26. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 10%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi pemadatan yang keempat adalah pengujian dengan variasi batu
karang 15%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam
agregat kelas B sebesar 15% dan digantikan dengan batu karang sebesar 15%. Proporsi
agregat kasar kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60%
agregat kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu
pecah 25%, batu karang 15% dan sirtu kasar 20%. Hasil pengujiam dapat dilihat pada Tabel
4.27.
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7276 7278
4495 4497
2,155 2,156
2,038 2,039
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4060 4243
3839 4012
221 231
5,757 5,758
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Kadar air (%)
5,757
Berat isi kering (g/cm3)
2,038
KADAR AIR
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
Page 39
IV-39
Tabel 4.27. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 15%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Berdasarkan hasil percobaan variasi pemadatan dengan variasi batu karang 0%, 5%,
10%, dan 15% diatas dapat digambarkan dalam grafik di bawah, agar dapat dilihat perubahan
akibat penambahan variasi batu karang dalam komposisi agregat kelas B.
Gambar 4.11. Grafik Pemadatan Variasi Gabungan
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7270 7268
4489 4487
2,152 2,151
2,035 2,034
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4171 4039
3944 3819
227 220
5,756 5,761
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Kadar air (%)
5,758
Berat isi kering (g/cm3)
2,035
KADAR AIR
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
GRAFIK VARIASI PEMADATAN :
2,042
2,041
2,038
2,035
2,030
2,032
2,034
2,036
2,038
2,040
2,042
2,044
0 5 10 15Be
rat
isi k
eri
ng
(g
/cm
3)
Persentase batu karang (%)
Page 40
IV-40
Gambar 4.3 grafik pemadatan Vvariasi gabungan diatas menunjukan bahwa semakin
besar dicampurkan batu karang dalam komposisi agregat kelas B maka kepadatan atau berat
isi keringnya makin menurun. Keberadaan batu karang membuat kepadatan struktur
perkerasan jalan raya makin menurun. Hal ini disebabkan karena batu karang memiliki daya
serap yang cukup besar serta memiliki tekstur bebatuan yang berpori-pori, dan dengan makin
bertambahnya batu karang maka rongga udaranya semakin besar.
4.11.2. Variasi Pemadatan Daerah Penfui
Pengujian variasi pemadatan yang pertama adalah pengujian dengan variasi batu
karang 0%. Pengujian ini sekaligus sebagai kontrol terhadap pengujian standar. Hasil yang
diperoleh antara pengujian standar dan pengujian dengan variasi batu karang 0% harus
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan kedua pengujian ini tanpa
dicampurkan batu karang. Untuk pengujian standar nilai berat isi kering yang diperoleh adalah
2,042 g/cm3, sedangkan untuk pengujian dengan variasi batu karang 0% hasilnya pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 0%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7284 7288
4503 4507
2,159 2,161
2,042 2,043
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4209 4246
3980 4015
229 231
5,75 5,75
Rata - rata kadar air (%)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
5,754
2,042
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
Kadar air (%)
KADAR AIR
Page 41
IV-41
Pengujian variasi pemadatan yang kedua adalah pengujian dengan variasi karang
5%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat
kelas B sebesar 5% dan digantikan dengan batu karang sebesar 5%. Proporsi agregat kasar
kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan. Proporsi agregat kasar
agregat kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat
kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah
35%, batu karang 5% dan sirtu kasar 20%. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 5%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi pemadatan yang ketiga adalah pengujian dengan variasi karang
10%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat
kelas B sebesar 10% dan digantikan dengan batu karang sebesar 10%. Proporsi agregat kasar
agregat kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan Proporsi agregat
kasar kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat
kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah
30%, batu karang 10% dan sirtu kasar 20%. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.30.
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7276 7280
4495 4499
2,155 2,157
2,038 2,040
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4189 4098
3961 3875
228 223
5,756 5,755
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Kadar air (%)
5,755
Berat isi kering (g/cm3)
2,039
KADAR AIR
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
Page 42
IV-42
Tabel 4.30. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 10%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi pemadatan yang keempat adalah pengujian dengan variasi batu
karang 15%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam
agregat kelas B sebesar 15% dan digantikan dengan batu karang sebesar 15%. Proporsi
agregat kasar kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60%
agregat kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu
pecah 25%, batu karang 15% dan sirtu kasar 20%. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel
4.31.
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7272 7274
4491 4493
2,153 2,154
2,036 2,037
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4257 4143
4025 3917
232 226
5,764 5,770
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Kadar air (%)
5,767
Berat isi kering (g/cm3)
2,036
KADAR AIR
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
Page 43
IV-43
Tabel 4.31. Pengujian Pemadatan dengan Variasi Batu karang 15%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Berdasarkan hasil percobaan variasi pemadatan dengan variasi batu karang 0%, 5%,
10%, dan 15% diatas dapat digambarkan dalam grafik dibawah, agar dapat dilihat perubahan
akibat penambahan variasi batu karang dalam komposisi agregat kelas B.
Gambar 4.12. Grafik Variasi Pemadatan
Gambar 4.12 grafik variasi pemadatan diatas menunjukan bahwa semakin besar
dicampurkan batu karang dalam komposisi agregat kelas B maka kepadatan atau berat isi
A B
Volume cetakan (cm3) 2085,71 2085,71
2781 2781
7269 7266
4488 4485
2,152 2,150
2,035 2,033
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
A B
4037 4230
3817 3999
220 231
5,764 5,776
Rata - rata Berat isi kering (g/cm3)
Berat isi basah (g/cm3)
BERAT ISI
Berat cetakan (g)
Berat cetakan + contoh (g)
Berat contoh (g)
Kadar air (%)
5,770
Berat isi kering (g/cm3)
2,034
KADAR AIR
Berat contoh basah (g)
Berat contoh kering (g)
Berat air (g)
GRAFIK VARIASI PEMADATAN :
2,042
2,039
2,036
2,034
2,025
2,030
2,035
2,040
2,045
1 2 3 40 5 10 15
Be
rat
isi
Persentase batu karang (%)
Page 44
IV-44
keringnya makin menurun. Keberadaan batu karang membuat kepadatan struktur perkerasan
jalan raya makin menurun. Hal ini disebabkan karena batu karang memiliki daya serap yang
cukup besar serta memiliki tekstur bebatuan yang berpori-pori, dan dengan makin
bertambahnya batu karang maka rongga udaranya semakin besar.
4.12. CBR (California Bearing Ratio)
CBR (California Bearing Ratio) merupakan nilai kekuatan formulasi (campuran)
agregat pada tingkat kepadatan maksimum, yang mana angka tersebut menunjukan daya
dukung suatu lapisan material terhadap beban diatasnya.
Tabel 4.32. CBR Rata-Rata agregat kelas B (standar)
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ)
10 Kali 44,687 1,963
35 Kali 58,555 2,009
65 Kali 72,357 2,151
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Batu karang yang divariasikan dalam komposisi ingin dilihat bahwa pengaruhnya
apabila ada beban yang berkerja diatasnya. Hasil pengujian CBR yang dihasilkan dari ketiga
tumbukan yakni 10, 35, dan 65 kali tumbukan dengan variasi batu karang sebesar 0%, 5%,
10%, dan 15% dapat dilihat secara detail pada lampiran. Rangkuman hasil terdapat pada Tabel
4.33, Tabel 4.34, Tabel 4.35, Tabel 4.36, Tabel 4.37, Tabel 4.38, Tabel 4.39, dan Tabel 4.40.
Pengujian CBR variasi ini batu karang yang dipakai diambil dari daerah Naikolan dan Penfui.
4.12.1. Variasi CBR Daerah Naikolan
Komposisi campuran untuk pengujian variasi CBR sama halnya dengan variasi
pemadatan. Pengujian variasi CBR yang pertama adalah pengujian dengan variasi batu karang
0%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengunakan batu pecah dan sirtu kali dalam
komposisi agregat kelas B dengan tanpa batu karang. Proporsi agregat kasar agregat kelas B
yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat kasar dan sirtu
halus 40%. Sampel dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali variasi tumbukan yakni 10 kali
Page 45
IV-45
tumbukan, 35 kali tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel
4.33.
Tabel 4.33. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 0%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ)
10 Kali 44,468 1,963
35 Kali 58,522 2,009
65 Kali 72,581 2,151
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi CBR yang kedua adalah pengujian dengan variasi batu karang 5%.
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat B
sebesar 5% dan digantikan dengan batu karang sebesar 5%. Proporsi agregat kasar agregat
kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat kasar.
Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah 35%, batu
karang 5% dan sirtu kasar 20%. Sampel dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali variasi
tumbukan yakni 10 kali tumbukan, 35 kali tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.34.
Tabel 4.34. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 5%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ)
10 Kali 45,166 1,948
35 Kali 57,239 2,003
65 Kali 71,080 2,151
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi CBR yang ketiga adalah pengujian dengan variasi batu karang 10%.
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat B
sebesar 10% dan digantikan dengan batu karang sebesar 10%. Proporsi agregat kasar agregat
kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat kasar.
Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah 30%, batu
karang 10% dan sirtu kasar 20%. Sampel dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali variasi
Page 46
IV-46
tumbukan yakni 10 kali tumbukan, 35 kali tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil pengujiam
dapat dilihat pada Tabel 4.35.
Tabel 4.35. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 10%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ) 10 Kali 44,342 1,962
35 Kali 57,169 2,009
65 Kali 70,279 2,150
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi CBR yang keempat adalah pengujian dengan variasi batu karang
15%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat
kelas B sebesar 15% dan digantikan dengan batu karang sebesar 15%. Proporsi agregat kasar
agregat kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat
kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah
25%, batu karang 15% dan sirtu kasar 20%. Sampel dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali
variasi tumbukan yakni 10 kali tumbukan, 35 kali tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil
pengujiam dapat dilihat pada Tabel 4.36.
Tabel 4.36. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 15%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ) 10 Kali 43,743 1,958
35 Kali 56,027 2,005
65 Kali 67,080 2,144
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Hasil diatas menunjukan bahwa semakin ditambah batu karang berat isi kering dan
nilai CBR makin menurun. Beban yang bekerja diatasnya membuat batu karang mudah
hancur. Hal ini disebabkan karena batu karang memiliki tekstur bebatuan yang berongga atau
berpori-pori. Daya kekuatan batu karang kurang baik kerena batu karang mudah hancur apa
bila dikenakan beban.
Page 47
IV-47
4.12.2. Variasi CBR Daerah Penfui
Komposisi campuran untuk pengujian variasi CBR sama halnya dengan variasi
pemadatan. Pengujian variasi CBR yang pertama adalah pengujian dengan variasi batu karang
0%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengunakan batu pecah dan batu karang dalam
komposisi agregat kelas B dengan tanpa batu karang. Proporsi agregat kasar agregat kelas B
yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60 agregat kasar%. Sampel
dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali variasi tumbukan yakni 10 kali tumbukan, 35 kali
tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.37.
Tabel 4.37. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 0%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ) 10 Kali 44,687 1,963
35 Kali 58,555 2,009
65 Kali 72,357 2,151
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi CBR yang kedua adalah pengujian dengan variasi batu karang 5%.
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat B
sebesar 5% dan digantikan dengan batu karang sebesar 5%. Proporsi agregat kasar agregat
kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat kasar.
Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah 35%, batu
karang 5% dan sirtu kasar 20%. Sampel dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali variasi
tumbukan yakni 10 kali tumbukan, 35 kali tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.38.
Tabel 4.38. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 5%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ) 10 Kali 43,703 1,961
35 Kali 57,239 2,007
65 Kali 71,080 2,148
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi CBR yang ketiga adalah pengujian dengan variasi batu karang 10%.
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat B
Page 48
IV-48
sebesar 10% dan digantikan dengan batu karang sebesar 10%. Proporsi agregat kasar agregat
kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat kasar.
Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah 30%, batu
karang 10% dan sirtu kasar 20%. Sampel dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali variasi
tumbukan yakni 10 kali tumbukan, 35 kali tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil pengujiam
dapat dilihat pada Tabel 4.39.
Tabel 4.39. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 10%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ)
10 Kali 43,459 1,958
35 Kali 55,725 2,005
65 Kali 66,698 2,145
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Pengujian variasi CBR yang keempat adalah pengujian dengan variasi batu karang
15%. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengurangkan proporsi batu pecah dalam agregat
kelas B sebesar 15% dan digantikan dengan batu karang sebesar 15%. Proporsi agregat kasar
agregat kelas B yang dipakai dalam pengujian ini sesuai hasil uji saringan adalah 60% agregat
kasar. Maka proporsi agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah
25%, batu karang 15% dan sirtu kasar 20%. Sampel dibuat sebanyak 3 sampel untuk 3 kali
variasi tumbukan yakni 10 kali tumbukan, 35 kali tumbukan, dan 65 kali tumbukan. Hasil
pengujiam dapat dilihat pada Tabel 4.40.
Tabel 4.40. CBR Rata-Rata untuk Variasi Batu karang 15%
Jumlah Tumbukan CBR Berat Isi Kering
(%) (gr/cmᶟ) 10 Kali 42,745 1,956
35 Kali 54,651 2,002
65 Kali 65,784 2,142
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Laboratorium Pengujian dan Bina Teknik
Hasil diatas menunjukan bahwa semakin ditambah batu karang berat isi kering dan
nilai CBR makin menurun. Beban yang bekerja diatasnya membuat batu karang mudah
hancur. Hal ini disebabkan karena batu karang memiliki tekstur bebatuan yang berongga,
Page 49
IV-49
berpori-pori Dan daya kekuatan batu karang kurang baik kerna batu karang mudah hancur apa
bila dikenakan beban.
4.13. Hubungan Antara Kepadatan dan Nilai CBR
Dari nilai CBR dan Pemadatan dari tiap masing-masing variasi dibuat grafik hubungan
kepadatan maksimum dengan nilai CBR untuk dapat menentukan nilai CBR dari material yang
diuji. Hasilnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Gambar 4.13. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Standar)
Pengujian variasi hubungan antara kepadatan dan nilai CBR ini batu karang yang
dipakai diambil dari daerah Naikolan dan Penfui.
4.13.1. Hubungan Variasi Kepadatan dan Nilai CBR Daerah Naikolan
Gambar 4.14. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 0%)
65,715
2,042
y = -1.085,18421x2 + 4.611,03978x - 4.825,08161
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nil
ai C
BR
(%
)
Kepadatan (g/cm3)
65,714
2,042
y = -1.074,14922x2 + 4.567,75377x - 4.782,76643
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nil
ai C
BR
(%
)
Kepadatan (g/cm3)
Page 50
IV-50
Gambar 4.15. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 5%)
Gambar 4.16. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 10%)
63,261
2,041
y = -610,05794x2 + 2.628,19107x - 2.759,53977
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nilai
CB
R (
%)
Kepadatan (g/cm3)
63,178
2,038
y = -980,36333x2 + 4.169,40253x - 4.362,22743
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nilai
CB
R (
%)
Kepadatan (g/cm3)
Page 51
IV-51
Gambar 4.17. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 15%)
Hubungan kepadatan dan nilai CBR yaitu pada saat kadar air optimum yang dipakai
pada pengujian CBR maka akan menghasilkan kepadatan maksimum. Dengan kepadatan
maksimum tersebut maka nilai CBR yang dihasilkan akan semakin tinggi. Tetapi apabila kadar
air yang ditambahkan melebihi kadar air optimum maka akan menyebabkan kepadatan
semakin menurun, hal ini berpengaruh terhadap nilai CBR yang dihasilkan akan mengalami
penurunan.
Grafik-grafik diatas menunjukan bahwa nilai CBR yang diperoleh berdasarkan nilai
berat isi kering maksimum untuk pengujian standar dan pengujian variasi karang 0%, 5%, 10%,
15% memenuhi spesifikasi Bina Marga yaitu. Hal ini disebabkan nilai CBR pada Spesifikasi
Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 mengisyaratkan minimum nilai CBR adalah 60%. Namun
apabila ditambahkan batu karang dalam komposisi agregat kelas B sebesar 5%, 10%, dan
15%, didapatkan nilai CBR makin semakin menurun. Hal ini disebabkan karena batu karang
memiliki luas bidang yang berrongga dan cepat rapuh sehingga saat beban bekerja diatasnya
batu karang gampang hancur.
61,607
2,035
y = -977,73392x2 + 4.135,52841x - 4.305,11888
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nilai
CB
R (
%)
Kepadatan (g/cm3)
Page 52
IV-52
4.13.2. Hubungan Variasi Kepadatan dan Nilai CBR Daerah Penfui
Gambar 4.18. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 0%)
Gambar 4.19. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 5%)
65,714
2,042
y = -1.074,14922x2 + 4.567,75377x - 4.782,76643
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nil
ai C
BR
(%
)
Kepadatan (g/cm3)
64,082
2,039
y = -1.060,08389x2 + 4.502,36311x - 4.708,87211
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nil
ai C
BR
(%
)
Kepadatan (g/cm3)
Page 53
IV-53
Gambar 4.20. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 10%)
Gambar 4.21.. Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR (Variasi Batu karang 15%)
Hubungan kepadatan dan nilai CBR yaitu pada saat kadar air optimum yang dipakai
pada pengujian CBR maka akan menghasilkan kepadatan maksimum. Dengan kepadatan
maksimum tersebut maka nilai CBR yang dihasilkan akan semakin tinggi. Tetapi apabila kadar
air yang ditambahkan melebihi kadar air optimum maka akan menyebabkan kepadatan
semakin menurun, hal ini berpengaruh terhadap nilai CBR yang dihasilkan akan mengalami
penurunan.
61,562
2,036
y = -980,73651x2 + 4.148,14634x - 4.318,66335
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nil
ai C
BR
(%
)
Kepadatan (g/cm3)
60,509
2,034
y = -973,13790x2 + 4.112,46358x - 4.278,17488
40
50
60
70
80
90
100
110
1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30
Nil
ai C
BR
(%
)
Kepadatan (g/cm3)
Page 54
IV-54
Grafik-grafik diatas menunjukan bahwa nilai CBR yang diperoleh berdasarkan nilai
berat isi kering maksimum untuk pengujian standar dan pengujian variasi batu karang 0%, 5%,
10%, 15% memenuhi spesifikasi Bina Marga. Hal ini disebabkan nilai CBR pada Spesifikasi
Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 mengisyaratkan minimum nilai CBR adalah 60%. Namun
apabila ditambahkan batu karang dalam komposisi agregat kelas B sebesar 5%, 10%, dan
15%, didapatkan nilai CBR semakin menurun. Hal ini disebabkan karena batu karang memiliki
luas bidang yang berrongga dan mudah rapuh sehingga saat beban bekerja diatasnya batu
karang gampang hancur.