38 BAB IV ANALISIS 4.1. Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo Kota Solo memiliki semboyan "BERSERI" yang merupakan akronim dari bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata Solo mengambil slogan pariwisata ″Solo, the Spirit of Java″ dengan tujuan citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan “Solo, The Spirit of Java“ bermakna semangat bersama dalam proses pengembangan ekonomi, dilandasi oleh jiwa yang menjunjung tinggi budaya, sejarah dan nilai-nilai luhur pendahulunya. Oleh karena itu dalam upaya mengkomunikasikan city branding tersebut, pemerintah Kota Solo menyelenggarakankan berbagai kegiatan yang terfokus pada slogan “Solo, The Spirit Of Java”. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 4.1.1. Solo Batik Carnival (SBC) Keterkaitan Solo Batik Carnival dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” terletak pada busana batik sebagai ide dasar dan semangat enterpreneur sebagai latar motif keterlibatan masayarakat di dalamnya. Kehadiran event karnaval ini diharapkan bisa mendekatkan masyarakat kota Solo kepada kearifan lokal kotanya dan menumbuhkan rasa cinta terhadap batik khususnya batik dari Solo, sebagaimana diungkapkan oleh Heru Mattaya salah seorang budayawan Kota Solo, yaitu bahwa: ”Solo Batik Carnival adalah suatu karnaval yang berbasis masyarakat dengan menggunakan batik, sebagai sumber ide dasar dan spirit kreativitas masyarakat, yang selaras dengan Kota Solo. Diharapkan karnaval ini akan lebih mendekatkan masyarakat Solo terhadap kearifan lokal kotanya dan mencintai pertumbuhan kotanya yang makin plural dan multikultural”. 1 SBC adalah karnaval berbasis masyarakat yang dirancang untuk menjadi sebuah karnaval tingkat dunia. Awalnya, karnaval ini terinspirasi 1 Hasil Wawancara dengan Heru Mattaya, Tanggal 23 Agustus 2014.
29
Embed
BAB IV ANALISIS 4.1. Strategi Komunikasi City Branding ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10100/5/T1_362009071_BA… · kontemporer dan dihiasi dengan manik-manik serta mahkota
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
38
BAB IV
ANALISIS
4.1. Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo
Kota Solo memiliki semboyan "BERSERI" yang merupakan akronim
dari bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata
Solo mengambil slogan pariwisata ″Solo, the Spirit of Java″ dengan tujuan
citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan “Solo, The Spirit of
Java“ bermakna semangat bersama dalam proses pengembangan ekonomi,
dilandasi oleh jiwa yang menjunjung tinggi budaya, sejarah dan nilai-nilai
luhur pendahulunya.
Oleh karena itu dalam upaya mengkomunikasikan city branding
tersebut, pemerintah Kota Solo menyelenggarakankan berbagai kegiatan yang
terfokus pada slogan “Solo, The Spirit Of Java”. Kegiatan-kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut:
4.1.1. Solo Batik Carnival (SBC)
Keterkaitan Solo Batik Carnival dengan slogan “Solo, The Spirit
Of Java” terletak pada busana batik sebagai ide dasar dan semangat
enterpreneur sebagai latar motif keterlibatan masayarakat di dalamnya.
Kehadiran event karnaval ini diharapkan bisa mendekatkan masyarakat
kota Solo kepada kearifan lokal kotanya dan menumbuhkan rasa cinta
terhadap batik khususnya batik dari Solo, sebagaimana diungkapkan oleh
Heru Mattaya salah seorang budayawan Kota Solo, yaitu bahwa:
”Solo Batik Carnival adalah suatu karnaval yang berbasis
masyarakat dengan menggunakan batik, sebagai sumber ide dasar
dan spirit kreativitas masyarakat, yang selaras dengan Kota Solo.
Diharapkan karnaval ini akan lebih mendekatkan masyarakat Solo
terhadap kearifan lokal kotanya dan mencintai pertumbuhan
kotanya yang makin plural dan multikultural”.1
SBC adalah karnaval berbasis masyarakat yang dirancang untuk
menjadi sebuah karnaval tingkat dunia. Awalnya, karnaval ini terinspirasi
1 Hasil Wawancara dengan Heru Mattaya, Tanggal 23 Agustus 2014.
39
dari Jember Fashion Carnaval (JFC), sebuah parade peragaan busana di
jalanan. Karena itu tak heran jika konsep keduanya hampir sama. Hanya
saja yang membedakan adalah dalam bahan utama pembuatan kostum.
Sesuai dengan namanya Solo Batik Carnival, batik dijadikan sebagai
sumber ide sekaligus materi utama penciptaan kostum karnaval yang
fantastis.
SBC pertama kali diselenggarakan pada tanggal 12-13 April 2008
di kota Solo dengan mengusung tema wayang. SBC yang pertama ini
merupakan acara akbar bagi masyarakat Solo ketika itu, yang
diselenggarakan sore hari (pukul 14.00-17.00 wib) di sepanjang Jalan
Slamet Riyadi. Start dimulai dari Purwosari sampai Balaikota dengan jarak
tempuh 6,5 km.2
Sejak itu, setiap tahunnya, SBC mengusung tema yang berbeda
mulai dari “Topeng”, “Sekar Jagad”, hingga “Keajaiban Legenda”.3 Tema-
tema tersebut kemudian diterjemahkan melalui kostum rancangan peserta
yang unik dan kreatif. Corak batik klasik dipadukan dengan batik
kontemporer dan dihiasi dengan manik-manik serta mahkota menjadikan
kostum makin semarak. Tak heran jika saat mengikuti Chingay Festival di
Singapura, delegasi Solo Batik Carnival mendapat apresiasi meriah dari
penonton. Saat ini SBC terus berbenah diri guna menjadi salah satu
karnaval yang diperhitungkan di kancah internasional.
Penyelenggaraan SBC ini mendukung kebijakan pembangunan
kota Solo, khususnya pembangunan bidang ekonomi, di mana dengan
adanya event Solo Batik Carnival, kegiatan ekonomi semakin semarak,
misalnya bisnis kuliner, perhotelan, biro perjalanan, wisata dan lain
sebagainya. Sebagai contoh ketika dilakukannya event Solo Batik Carnival
Tahun 2014 yaitu pada tanggal 22 Juni 2014, tingkat pengunjung
wisatawan yang datang ke Solo sangat tinggi, di mana wisatawan selain
menikmati acara SBC juga mengunjungi objek wisata lainnya seperti
2 Radar Jogja, 9 Mei 2008. 3 Hasil Wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota Solo, Tanggal 25 Oktober 2014.
budaya. Strategi komunikasi City branding melalui Event Kereta Kencana
World Music Festival merupakan penegasan perwujudan visi dan identitas
suatu kota yaitu Solo Kota Seni Budaya.
Identitas kota Solo sebagai Kota Seni Budaya diperkuat dengan
menonjolkan salah satu unsur kebudayaan, yaitu kesenian sebagai
landasan untuk menjadikan Solo Kota Festival. Agar hal ini dapat
terlaksana Pemkot Solo telah melaksanakan berbagai festival-festival seni
budaya yang besar. Bahkan hampir disetiap eventnya Pemkot Solo selalu
melibatkan dan mengundang delegasi asing untuk terlibat dan ikut ambil
bagian. Hal ini dilakukan agar masyarakat internasional pun mengakui
Solo sebagai Kota Festival dan hal ini dapat menguntungkan karena dapat
menjadi salah satu nilai jual kota Solo dalam bidang pariwisata.
Melalui aneka kegiatan yang dilakukan dalam Event Kereta
Kencana World Music Festival dapat meningkatkan minat masyarakat luas
dan generasi muda untuk lebih mengenal kebudayaan. Salah satunya
melalui kegiatan Event Kereta Kencana World Music Festival yang tidak
hanya bertaraf nasional tetapi internasional sebagai upaya Pemkot Solo
untuk melakukan city branding “Solo Kota Festival Seni Budaya”.
Citra kota memiliki kekuatan dalam membentuk merk untuk
sebuah kota, mempengaruhi bahkan membentuk kota itu sendiri, dan merk
yang melekat pada kota sangat bergantung pada identitas kota. Setiap kota
akan memiliki identitasnya seperti halnya sebuah mata uang dengan dua
sisinya, bahwa pembangunan fisik sebuah kota tidak terlepas dari
masyarakat dan budaya yang dimiliki. Membangun fisik (city) pada
dasarnya adalah membangun roh dan jiwa masyarakatnya. Kota yang
berhasil membangun identitas yang kuat tidak hanya dari segi fisik tetapi
juga kehidupan sosial masyarakatnya.
Apabila Pemkot Solo menciptakan identitas “Solo Kota Festival
Seni Budaya” dan “Solo Kota Budaya” maka hal ini dapat menjadi
keuntungan besar. Seperti yang telah di tulis, keuntungan ini berupa
masyarakat luas baik nasional maupun international mengenal kota Solo
47
sebagai kota tempat tujuan wisata budaya. Budaya yang disuguhkan di sini
bukan saja hanya dengan kebudayaan kearifan lokal yaitu budaya jawa,
akan tetapi juga kebudayaan secara global. Hal ini ditujukan dengan cita
cita “Solo Kota Festival Seni Budaya” dengan arti kota Solo dijadikan
pusat Festival Seni dan kebudayaan dunia. Serta “Solo Kota Budaya” yang
menjadi local identity bagi masyarakat Solo, untuk menjaga kebudayaan
asli leluhur sehingga tidak terdesak oleh budaya-budaya luar yang masuk
melalui festival-festival seni budaya yang ditampilkan dengan
mengundang banyak budayawan dan seniman nasional bahkan
internasional.
Tempat dimana kota Solo dapat menjadi tempat berkumpulnya
kebudayaan-kebudayaan yang dapat melebur secara harmonis dan dijaga
bersama-sama demi lestarinya budaya-budaya di dunia. Hal ini tentunya
harus tetap sesuai dengan nilai-nilai identitas kebudayaan lokal yaitu
Budaya Jawa sebagai pusatnya. Di samping itu, kota juga dapat menjadi
sebuah simbol kualitas yang dapat menyakinkan pengunjung, kualitas
yang dapat merepresentasikan kepribadian pengunjungnya yang
ditunjukkan melalui tampilan-tampilan yang disampaikan oleh merk
sebuah kota.
4.1.3 Solo Eco Cultural City
Keterkaitan event Solo Eco Cultural City dengan slogan “Solo, The
Spirit Of Java” yaitu sebuah konsep pengembangan kota dengan
menggabungkan karakter budaya dan lingkungan serta nuansa budaya
dengan kota berwawasan lingkungan yang kemudian dapat meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakatnya secara berkelanjutan. Sikap Menghargai
Keindahan, Perilaku hidup sehat serta Tidak membuang sampah
sembarangan sebagai latar motif keterlibatan masyarakat di dalamnya,
sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota Solo, yaitu
bahwa:10
10 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015.
48
”Salah satu bentuk konsep ke depan adalah membangun kota
dalam kebun dengan sebanyak mungkin penghijauan di ruang-
ruang kosong dan meminimalisasi kesan pada bangunan di Kota.
Dengan demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city
branding yang telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan
seiring sejalan dengan harapan semua orang.”
Solo Eco Cultural City bermula dari gagasan Joko Widodo selaku
Walikota Solo pada tahun 2010. Visi “Solo Eco Cultural City” yang
dicanangkan sejak tahun 2010 menjadi nilai daya jual (brand image) dan
daya tarik seluruh media massa dalam mengawasi perkembangan Kota
Solo. “Solo Eco Cultural City” yaitu merupakan pembangunan kota yang
menggabungkan nuansa budaya dengan kota berwawasan lingkungan yang
kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara
berkelanjutan.
Penataan kota Surakarta secara keseluruhan dengan konsep eco-
cultural city, sebuah konsep pengembangan kota dengan menggabungkan
karakter budaya dan lingkungan. Salah satu bentuk konsep ke depan
adalah membangun “kota dalam kebun” dengan sebanyak mungkin
penghijauan di ruang-ruang kosong dan meminimalisasi kesan panas
dengan menutup belantara tembok/beton dengan pohon dan tanaman
rindang.11 Sehingga dalam jangka panjang, konsep “kota dalam hutan”
akan terwujud, sehingga akan tercipta sebuah lingkungan kota yang sejuk
dan asri.
Revitalisasi taman kota terkait dalam upaya Pemerintah Kota untuk
menjadikan Solo sebagai Kota Hijau (Green City) dan kota Bunga (Flower
City) dimana kota ini akan tumbuh tanaman pelindung atau tanaman bunga
yang indah, sementara di kampung-kampung diproyeksikan bertumbuhan
tanaman buah.12 Jenis tanaman pelindung yang dikembangkan kali ini
memiliki masa tumbuh sangat cepat dan belum banyak dikembangkan di
daerah lain, yakni jenis eucalyptus. Penataan kawasan sabuk hijau dan
11 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015. 12 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015.
49
upaya penghijauan kota memang menjadi titik tolak pengembangan kota
hijau yang berbudaya. Artinya bahwa pengembangan konsep eco-cultural
city merupakan salah satu strategi penggabungan konsep pengembangan
antara budaya dan lingkungan sebagai ikon baru Kota Surakarta. Dengan
demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city branding yang
telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan seiring sejalan dengan
harapan semua orang.
Selain pembuatan hutan kota, konsep Eco Budaya juga diwujudkan
dengan pagar hijau baik di instansi pemerintah maupun swasta serta rumah
warga.13 Sebagai contoh penggantian pagar beton menjadi pagar hijau
yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan bulan Juni lalu.
Lalu juga dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag), Dinas Koperasi dan UKM, serta Kantor Pemadam
Kebakaran. Pembangunan pagar hijau ini telah dimulai dari bulan Juni
2010.
Gambar 4.6.
Penataan Taman Kota di Depan Kantor DPRD
Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta
13 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015.