Top Banner
Gerald J. Tampi 752011042 |104 Bab IV Analisa Merujuk pada isi kerangka konseptual yang telah diuraikan pada Bab II tulisan ini, penulis akan memberikan analisa terhadapkonsep nasionalisme dari Soekarno dan Hatta,sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Bab III. Pada bagian pertama dan kedua, penulis akan menganalisa pandangan masing-masing tokoh yaitu Soekarno (bagian pertama) dan Hatta(bagian kedua) mengenai nasionalisme, dengan memakai Bab II dari tulisan ini sebagai “pisau” analisanya.Pada bagian akhir, yang adalah penutup, penulis akan menarik benang merah dari pandangan kedua tokoh ini tentang nasionalisme. A. Analisa Konsep Nasionalisme Menurut Soekarno A.4.1. Akar Nasionalisme Dalam pandangan Soekarno, nasionalisme terjadi karena adanya kolonialisme.Hal ini dengan tegas Soekarno katakan dalam artikelnya yang berjudul Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme.Salah satu uraiannya adalah Sebab tipisnya kepercayaan itu adalah bersendi pengetahuan, bersendi keyakinan,bahwa yang menyebabkan kolonialisasi itu bukanlah keinginan pada kemasyuran, bukan keinginan melihat dunia-asing, bukanlah keinginan merdeka dan bukan pula oleh karena negeri rakyat yang menjalankan kolonisasi itu ada terlampau sesak oleh banyaknya penduduk, sebagai yang telah diajarkan oleh Gustav Klenn, akan tetapi asalnya kolonisasi ialah teristimewa soal rezeki. Yang pertama-tama menyebabkan kolonisasi ialah hampir selamanya kekurangan bekal hidup dalam tanah-airnya sendi ri … itulah pula yang menjadi sebab rakyat -rakyat Eropah mencari rezeki di negeri lain! 1 1 Sukarno,dibawah bendera revolusi cetakan V; nasionalisme,islamisme dan marxisme, ( Jakarta: Yayasan Bung Karno, 2005), 1.
16

Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Mar 09, 2019

Download

Documents

duongthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |104

Bab IV

Analisa

Merujuk pada isi kerangka konseptual yang telah diuraikan pada Bab II tulisan ini,

penulis akan memberikan analisa terhadapkonsep nasionalisme dari Soekarno dan

Hatta,sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Bab III. Pada bagian pertama dan kedua,

penulis akan menganalisa pandangan masing-masing tokoh yaitu Soekarno (bagian pertama) dan

Hatta(bagian kedua) mengenai nasionalisme, dengan memakai Bab II dari tulisan ini sebagai

“pisau” analisanya.Pada bagian akhir, yang adalah penutup, penulis akan menarik benang merah

dari pandangan kedua tokoh ini tentang nasionalisme.

A. Analisa Konsep Nasionalisme Menurut Soekarno

A.4.1. Akar Nasionalisme

Dalam pandangan Soekarno, nasionalisme terjadi karena adanya kolonialisme.Hal ini

dengan tegas Soekarno katakan dalam artikelnya yang berjudul Nasionalisme, Islamisme dan

Marxisme.Salah satu uraiannya adalah

Sebab tipisnya kepercayaan itu adalah bersendi pengetahuan, bersendi keyakinan,bahwa yang menyebabkan kolonialisasi itu bukanlah keinginan pada kemasyuran, bukan keinginan melihat dunia-asing, bukanlah keinginan merdeka dan bukan pula oleh karena negeri rakyat yang menjalankan kolonisasi itu ada terlampau sesak oleh banyaknya penduduk, sebagai yang telah diajarkan oleh Gustav Klenn, akan tetapi asalnya kolonisasi ialah teristimewa soal rezeki. Yang pertama-tama menyebabkan kolonisasi ialah hampir selamanya kekurangan bekal hidup dalam tanah-airnya sendiri … itulah pula yang menjadi sebab rakyat-rakyat Eropah mencari rezeki di negeri lain!1

1Sukarno,dibawah bendera revolusi cetakan V; nasionalisme,islamisme dan marxisme, ( Jakarta: Yayasan

Bung Karno, 2005), 1.

Page 2: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |105

Jika melihat pernyataan diatas, Soekarno dengan tegas ingin menyadarkan rakyat

Indonesia, bahwa kolonialisme telah membuat keadaan kehidupan ekonomi dan politik

mengalami kemunduran.Soekarno menganggap tidak satu-pun Negara penjajah yang mau

melepaskan sumber rezekinya dengan gampang.Hal tersebut terjadi, karena Negara jajahan

merupakan tempat Negara penjajah untuk mengambil bekal dalam pemenuhan kebutuhan

perekonomian di Negara mereka.Negara penjajah akan memakai berbagai macam cara untuk

mencapai tujuannya tersebut. Dari hal ini, Soekarno melihat etikat yang tidak baik ditunjukkan

oleh Negara penjajah yang mengakibatkan munculnya kolonialisme.Untuk itu Soekarno ingin

membentuk pola berpikir rakyat Indonesia tentang kemerdekaan yang harus diperjuangkan oleh

rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat bahwa apa

yang telah ditulis oleh Soekarno tentang akar permasalahan munculnya nasionalisme, sejalan

juga dengan pemikiran Boyd Shafer, walaupun tidak secara nyata menerangkan berasal dari

kolonialisme, namun dari pernyataan Boyd Shafer yang menyatakan bahwa salah satu faktor

kemunculan nasionalisme adalah karena adanya suatu keinginan akan kemerdekaan politik,

keselamatan dan prestise bangsa, hal ini sejalan dengan pandangan Soekarno tentang asal-mula

nasionalisme di Indonesia.

Dalam membangkitkan rasa nasionalisme, Soekarno menyatakan terdapat tiga hal penting

yang harus dilakukan. Pandangan Soekarno ini, iautarakan dalam sidang di depan pengadilan

Belanda dengan judul Pledoi “Indonesia Menggugat”. Tiga hal tersebut adalah

…“Bagaimana caranya menghidupkan nasionalismeitu? Jalannya ada tiga :

Pertama, kami menunjukkankepada rakyat bahwa ia punya hari dulu, adalah haridulu yang indah. Kedua, kami menambahkeinsyafan rakyat bahwa ia punya hari sekarang,adalah hari yang gelap. Ketiga, kamimemperlihatkan kepada rakyat sinarnya harikemudian yang berseri-seri dan terang cuaca,

Page 3: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |106

beserta cara-caranya mendatangkan hari kemudianyang penuh dengan janji-janji itu....kami punya hari dulu yang indah, kami punyamasa depan yang gemilang! Siapakah orangIndonesia yang tidak mengeluh hatinya, kalaumendengarkan cerita tentang keindahan itu,siapakah yang tidak menyesalkan tentangkebesaran-kebesarannya! Siapakah orang Indonesiayang tidak hidup semangat nasionalnya, kalaumendengar riwayat tentang kebesaran kerajaanMelayu dan Sriwijaya, tentang kebesaran Mataramyang pertama, kebesaran jaman Sindok danErlangga, Kediri dan Singasari, Majapahit danPadjajaran, kebesaran Demak, Bintara, Banten danMataram kedua dibawah Sultan Agung! Siapakahorang Indonesia yang tidak mengeluh hatinya kalauia ingat akan benderanya yang dulu ditemukan dandihormati orang sampai di Madagaskar, di Persiadan di Tiongkok!

Tetapi sebaliknya, siapakah yang tidak hidupharapannya dan kepercayaanya, bahwa rakyat yangdemikian kebesarannya dari dulu itu pasti cukupkekuatan untuk mendatangkan hari kemudian yangindah pula, pasti masih juga mempunyai kebiasaan-kebiasaanmenarik lagi di atas tingkat kebesaran dikelak kemudian hari? Siapakah yang tidak seolah-olahmendapat nyawa baru dan tenga baru, kalau iamembaca riwayat zaman dulu itu!”.2

Dari apa yang telah dikatakan oleh Soekarno dalam pledoinya,Soekarno

menggambarkan nasionalisme Indonesia lahir, bersamaandengan munculnya kesadaran

terhadapbangsa sendiri yang ingin lepas daripenjajahan asing,hal ini menurut Soekarno akan

menimbulkan semangat perlawananterhadap penjajahan. Untuk itu, nasionalisme dapat

diasumsikansebagai gejala yang lahir dari semangatanti penjajahan. Nasionalisme bukan semata-

matahanya sebatas bentuk ungkapan tanpasebab-sebab yang jelas. Nasionalismemendefinisikan

musuh-musuhnya berupasuatu kekuatan yang dianggap menyerangdan mengancam,keberadaan

masyarakat suatu bangsa.

Berbicara mengenai kesadaran akan adanya bangsa sendiri, hal ini sejalan dengan

pemikiran Anthony Smith yang menyatakan bahwa nasionalisme merupakan sentiment atau

kesadaran memiliki bangsa, maksudnya individu bisa saja memiliki rasa kebangsaan yang besar

tanpa adanya simbolisme, gerakan atau bahkan ideologi bangsa. Selain itu Smith menjelaskan

bahwa suatu kelompok dapat memperlihatkan tingginya kesadaran sosial, tetapi kekurangan

2Nurani Soyomukti, Soekarno dan Cina, (Yogyakarta : Garasi. 2012), 129

Page 4: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |107

ideologi yang jelas bagi bangsa tersebut.Jika melihat kesadaran untuk memiliki bangsa yang

ditunjukkan oleh Soekarno, hal ini merupakan sesuatu yang terbayang dalam pandangan

Anderson. Ini terlihat dengan jelas bahwa rakyat Indonesia pada saat itu pasti tidak saling

mengenal bahkan mungkin rakyat yang berada di Sumatera tidak mengetahui akan keberadaan

rakyat yang berada di Sulawesi. Namun walaupun tidak saling mengenal dan mengetahui,

sebenarnya terdapat rasa kesetiakawanan yang merasuki dalam jiwa tiap-tiap rakyat Indonesia

yang merasa dijajah untuk merdeka. Akibat dari adanya rasa kesetiakawanan ini maka

terbentuklah komunitas yang dalam penjelasan Anderson, Bangsa adalah sebuah

komunitas(community), sebab tak peduli akan ketidakadilan yang ada dan penghisapanyang

mungkin tak terhapuskan dalam setiap bangsa, bangsa itu sendiri selaludipahami sebagai

kesetiakawanan yang masuk mendalam dan melebar-mendatar. Rasa persaudaraan semacam

inilah yang memungkinkan begitubanyak orang, jutaan jumlahnya, bersedia, jangankan

melenyapkan nyawa oranglain, merenggut nyawa sendiri pun, rela demi pembayangan tentang

yangterbatas itu. Selain itu, Sukarno menjelaskan nasionalisme (kebangsaan) harus dipahami

tidak dalam artiannya yang sempit, bebas dari kekuasaan asing, akan tetapi dalam arti positif

membangkitkan rasa kesadaran dari rakyat. Definisi Renan tentang nasionalisme dalam kata-kata

“keinginan bersatu” tidak cukup baginya, karena definisi ini dapat dipergunakan untuk

membenarkan nasionalisme suku, kelompok-kelompok kecil penduduk. Sebaliknya,

nasionalisme Indonesia harus menjangkau lebih luas lagi dari kesatuan-kesatuan masyarakat

suku dan terdiri dari seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan

Tuhan, tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung utara sumatera sampai ke

Irian! Sukarno melihat persatuan Indonesia berdasarkan kebesaran abad-abad lalu.Pada zaman

kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dan jelas untuk mengembalikan rasa berbangsa satu ini

Page 5: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |108

memerlukan tindakan positif. Nasionalisme dalam arti kata yang sebenarnya berarti bukan

kebangsaan jawa, bukan kebangsaan Sumatra, bukan kebangsaan borneo, Sulawesi, bali atau

lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia. dalam penjelasannya ini terlihat bahwa Soekarno sangat

anti dengan semangat provinsialisme dalam lebih mengutamakan semangat persatuan dalam

berbagai perbedaan.

Pada masa penjajahan, di Indonesia, telah muncul tiga kekuatan besar yang berjuang

untuk mencapai kemerdekaan.Ketiganya adalah Nasionalisme, Islamis dan Marxis. Soekarno

sadar akan kehadiran ketiga kekuatan ini, sehingga Soekarno berpendapat bahwa ketiga kekuatan

ini harus bersatu dalam mencapai kemerdekaan. Pandangan Soekarno ini sangat beralasan,

karena menurut Soekarno tujuan dari ketiga kekuatan ini sama yaitu untuk mencapai

kemerdekaan.Dari sini terlihat jelas, bahwa Soekarno terpengaruh oleh pemikiran Ernest Renan

(1882) dengan pendapatnya tentang bangsa. Menurut Renan, bangsa merupakan suatu nyawa,

suatu azas-akal, yang terjadi dari dua hal:

1. Rakyat dari awal harus bersama-sama menjalani sejarah/riwayat.

2. bahwa suatu “bangsa” tidak ditentukan oleh rasa atau bahasa atau agama

ataupun perbatasan wilayah. Ia adalah jiwa, suatu pandangan yang

fundamental, yang lahir dari kesamaan sejarah dan dari suatu kemauan,

suatu keinginan hidup menjadi satu.3

Dari pandangan Ernest Renan ini, Soekarno mulai bergerak untuk menyatukan ketiga

kekuatan ini.Melalui pandangannya, Soekarno menyatakan bahwaketiga kekuatan ini tidak boleh

saling menjatuhkan, karena setelah Negara kolonial dibuka kedoknya, motif dari penjajahan

dijelaskan dan setelah ada pengidentifikasian yang sadar dengan protes-protes di seluruh Asia,

3John Legge, Sukarno Sebuah Biografi Politik, 99.

Page 6: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |109

maka ditemukanlah lawan mereka, yaitu bangsa Eropa. Mereka adalah lawan kaum nasionalis,

karena mereka menguasai wilayah-wilayah Asia; mereka musuh golongan Islam karena

kegiatan-kegiatan misi Kristen mereka; dan mereka, lawan kaum Marxis, karena mereka

pendukung sistem kapitalis, yang merintangi meluasnya sosialisme.Soekarno juga menyebutkan,

nasionalisme memegang peranan yang sangat penting dalam menyatukan ketiga kekuatan

ini.Maksudnya adalah pada waktu itu, Islam merupakan agama yang tertindas, maka pemeluk

Islam harus nasionalis.Kemudian, modal Indonesia pada waktu itu merupakan modal asing,

maka kaum marxis yang berjuang melawan kapitalisme haruslah pejuang nasionalis. Tujuannya

adalah persatuan antara Nasionalisme, Islam dan Marxisme, tetapi isi nasionalisme dalam islam

dan marxislah yang memungkinkan persatuan ini. Apa yang disampaikan oleh Soekarno ini,

senada dengan pandangan Anthony Smith yang menyatakan nasionalisme merupakan doktrin

bangsa baik yang umum dan khusus. Menurut Smith Nasionalisme memiliki kekhasan dalam

pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh ideologi nasionalis. Maksud Smith, ideologilah yang

harus memberikan suatu definisi kerja awal yang menyangkut istilah nasionalisme, karena

kandungan dari istilah ini ditentukan oleh ideologi yang meletakkan bangsa di dalam masalah

dan tujuan utama, serta yang memisahkannya dari ideologi yang berdekatan.4Soekarno memakai

nasionalisme sebagai pemersatu bagi ketiga kekuatan yang telah disebutkan sebelumnya, telah

memperkuat pandangan nasionalisme sebagai suatu ideologi yang memiliki pengaruh terhadap

ideologi-ideologi lainnya.hal tersebut senada juga dengan penuturan Lyman Tower Sargent yang

4Anthony Smith, Nationalism, Theory, Ideology,History, Terj. Frans Kowa, Nasionalisme: teori,ideologi,

sejarah, (Jakarta: Erlangga, 2003), 10.

Page 7: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |110

menyatakan ideologi merupakan suatu sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta

atau kebenaran oleh kelompok tertentu.5

A.4.2. Marhaenisme Adalah Nasionalisme Soekarno

Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab III, Marhaenisme merupakan buah pikir

Soekarno ketika ia melihat kenyataan yang terjadi dalam kehidupan rakyat Indonesia.

dalampandangan Sukarno, Marhaen merupakan cerminan rakyat Indonesia secara keseluruhan

dan modal dasar untuk melakukan perjuangan revolusi, agar imperialisme barat hilang dari tanah

air Indonesia. Menghapus kapitalisme merupakan sebuah wujud dalam bidang pendidikan,

perkebunan milik swasta dan pemerintah. Marhaen-marhaen inilah yang harus bersatu dan

bergotong-royong dalam melaksanakan perjuangan revolusi. Dengan cara demikian

kemerdekaan dapat dicapai oleh rakyat Indonesia. Marhaenisme merupakan lambang dari

penemuan kembali kepribadian nasional. Kepribadian yang senantiasa memperhatikan persatuan

dan gotong royong dalam perjuangan revolusi. Marhaenisme adalah suatu gerakan massa yang

bersatu untuk kepentingan massa, dan di dalamnya Sukarno mewakili segenap rakyat Indonesia.

Persatuan menjadi isu penting yang diangkat dalam Marhaenisme dan Sukarno menginginkan

memasukkan sebanyak mungkin golongan-golongan politik, agar kekuatan revolusioner semakin

bertambah banyak, serta kuat guna mencapai Indonesia merdeka.Nasionalisme yang dapat

menciptakan masyarakat Indonesia mandiri, yaitu mampu berdiri diatas kakinya untuk

kepentingan diri sendiri. Nasionalisme marhaen menolak adanya kaum borjuis atau nigrat di

Indonesia, karena pada dasarnya mereka sangat menyengsarakan rakyat. Pengertian nasionalisme

5Lyman Tower Sargent, Contemporary Political Ideologis, terj. A.R. Henry Sitanggang, Ideologi-ideologi

Politik Kontemporer: Sebuah analisis Komparatif, (Jakarta: Erlangga, 1984), 2.

Page 8: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |111

marhaen disini bukan dalam pengertian perjuangan kelas proletar melawan kelas kapitalis yang

menguasai Negara, seperti yang dikatakan karl marx. Bagi Sukarno, untuk mencapai suatu

masyarakat tanpa kelas-kelas tertindas di Indonesia, tidaklah cukup bagi kaum Marhaen, yang

akan memperjuangkannya, untuk menjadi “kaum revolusioner borjuis” dengan kemerdekaan

sebagai tujuan akhir mereka. Mereka harus menjadi “orang-orang revolusioner sosial,” dan tidak

boleh berhenti sebelum terwujudnya kebahagiaan bagi semua orang, bagi semua komunitas

Indonesia.

Berbicara mengenai Marhaenisme, terlihat bahwa Soekarno ingin menunjukkan identitas

nasionalismenya.Marhaenisme merupakan suatu “produk” yang sebenarnya telah terjadi di

dalam kehidupan rakyat pada saat itu. “produk” ini tidak pernah menjadi sesuatu yang selesai

dalam kehidupan rakyat. Untuk itu, kemungkinan Soekarno sadar bahwa rakyat memerlukan

sebuah identitas dalam melaksanakan perjuangannya.Oleh karena itu, Soekarno menciptakan

Marhaenisme sebagai sebuah “produk” yang nantinya dapat dengan mudah dipahami oleh rakyat

dan menjadikan hal tersebut sebagai identitas nasionalismenya.Ini sangat senada dengan

pandangan Hall, yang mengatakan bahwa identitas adalah representasi budaya ataudiskursus

yang memfasilitasi tetapi sekaligus juga membatasi pilihan. Dan yang penting juga adalah

bahwa, identitas nasional tidak pernah menjadi sesuatu yangditerima begitu saja (taken for

granted), ia merefleksikan kekuatan sosial dankarena itu di dalamnya selalu mengandung

kompetisi

Pandangan Soekarno tentang nasionalisme, pada akhirnya dapat dipahami sebagai suatu

persatuan yang dilakukan oleh rakyat bagi bangsa Indonesia. nasionalisme merupakan senjata

yang tepat dalam mengantarkan bangsa Indonesia kepadakemerdekaan, baik secara de facto

maupunsecara de jure. Peningkatan kesadaran akan nilai-nilai luhur bangsa, merupakan sarana

Page 9: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |112

dalam membangkitkan semangat nasionalisme. Kehendak untukbersatu sebagai suatu bangsa

memilikikonsekuensi siap mengorbankan kepentinganpribadi demi menjunjung tinggi nilai-

nilaipersatuan dan kesatuan. Tanpa adanyapengorbanan tersebut maka tidak mungkinpersatuan

dan kesatuan tersebut dapatterwujud. Dan sebaliknya, jika masyarakatmempersoalkan segala

perbedaan yang adadalam masyarakat tersebut maka akan dapat menimbulkan perpecahan.

Selain itu, Soekarno memiliki cara berpikir nasional yang objektif yaitu mengutamakan

kepentingan kehidupan nasional.Hal ini terlihat dengan jelas melalui perjuangan-perjuangan

yang telah dilakukan oleh Soekarno, Segala gerakan dalam pelbagai bidang kehidupanya, dijiwai

oleh semangat menentang penjajahan, karena penjajahan adalah musuhnya utamanya.

B. Analisa Konsep Nasionalisme Menurut Hatta

B.4.1. Akar Nasionalisme

Jika mengkaji penjelasan Hatta mengenai gagasan nasionalisme, gagasan tersebut sejalan

dengan pandangan Hans Kohn tentang nasionalisme.Bahwa nasionalisme merupakan kesadaran

untuk bersatu dalam mencapai kehidupan yang lebih baik, walaupun masing-masing individu

memiliki perbedaan. Kedua tokoh ini, menolak pandangan tentang bangsa dan kebangsaan hanya

terbentuk melalui persamaan asal dan agama.Lebih lanjut, Hatta sebenarnya ingin menjelaskan

bahwa nasionalisme merupakan sebuah kepastian hukum sejarah dan jika ada faktor-faktor

objektif seperti hubungan kolonial, hal tersebut hanya merupakan faktor pengikutserta.bagi Hatta

secara esensi nasionalisme bukanlah sebuah alat yang ditujukan untuk memerdekakan bangsanya

melawan kolonialisme akan tetapi lebih ditujukan sebagai penanaman kesadaran dalam

masyarakat agar dapat bebas dari penjajahan. Dari hal ini terlihat bahwa Hatta memandang

Page 10: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |113

nasionalisme sebagai sebuah pemikiran yang bercorak kemanusiaan, yang berupaya

menempatkan pendidikan atas kesadaran rakyat yang terdiri atas individu di atas segala-galanya.

Melalui penelusuran Anthony Smith yang memahami bahwa dalam setiap definisi

mengenai nasionalisme dari tiap teoritisi klasik hingga modern, setidaknya terdapat tiga (3)

unsur dalam setiap pemikiran nasionalisme yang dimunculkan lewat pemikir-pemikirnya yakni

otonomi, kesatuan, dan identitas. Maka, Lewat definisi dan ketiga unsur yang memberikan

batasan nasionalisme, Penulis dapat mendefinisikan bahwa pemikiran nasionalisme Hatta adalah

suatu proses penanaman penerimaan fisik ke dalam kelompok bernama bangsa Indonesia

dengan aspek-aspek: Pertama, Lewat Aspek kesatuan, penulis dapat menjelaskan bahwa

pemikiran nasionalisme Hatta memuat suatu tuntutan kepada setiap individu yang akan

diwujudkan dalam satu entitas bernama nation wajib mengesampingkan perbedaan-perbedaan

identitas atau nilai-nilai tertentu yang ada dalam dirinya berdasarkan atas suku/etnisitas maupun

melintasi golongan kelas sosial ekonomi. Dalam konteks pergerakan nasional, hal ini tentu saja

merupakan satu bentuk kemajuan pemikiran dalam gerakan-gerakan nasionalisme yang

sebelumnya terbatas ruang lingkupnya pada aspek kedaerahan. Untuk kemudian dilanjutkan

dengan membentuk solidaritas kebangsaan seperti yang tercitra dalam prinsip PI (Perhimpunan

Indonesia) guna melawan sifat politik pemecah belah (devide et impera) pemerintah kolonial

yang cendrung untuk menghalang-halangi terciptanya kesatuan kebangsaan indonesia.

Kedua, dalam aspek otonomi dapat dijelaskan bahwa kemandirian cara berpikir PI lewat

sikap non-kooperatif nya. Dengan mengambil sikap ini, Hatta menganggap bahwa perjuangan

nasional yang ditempuhnya selama di PI adalah perjuangan yang mandiri tanpa kompromi

apapun dengan Pemerintah Hindia Belanda. Dengan mengacu pada sejarah perlawanan India

yang dipelopori oleh Gandhi (swadhesi) dan kemudian oleh Motilal Nehru dan Jawahahral

Page 11: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |114

Nehru, Hatta menekankan bahwa perjuangannya merebut kemerdekaan tidaklah didasari oleh

rasa ketergantungan kepada pemerintah kolonial yang menurutnya tidak akan menghasilkan satu

sikap integritas diri yang menekankan perlunya penciptaan sebuah kesadaran bagi masyarakat

tentang eksploitasi pihak penjajah yang harus segera disudahi. Untuk itu harus terlebih dahulu

kepercayaan pada diri sendiri. Dalam hal ini kemudian sikap ini harus diwujudkan dalam

berbagai sektor termasuk politik dan ekonomi yang memuat ide-ide rasional seperti yang

ditunjukannya lewat perlawanan gagasannya terhadap pemerintah kolonial ketika masih di PI.

Sikap tersebut dilakukannya dengan tidak duduk di Volksraad seperti yang dilaksanakan oleh

Partai-partai politik cooperation. Lewat tulisan-tulisannya selama di PI penulis memahami

bahwa pengambilan sikap tersebut lebih didasari atas argumentasi Hatta yang menganggap

bahwa logika ekonomi politik pemerintah Hindia Belanda adalah untuk menguasai negeri

jajahannya serta tidak mungkin dapat melepaskan kekuasaanya begitu saja seperti yang selama

ini dipahami oleh elit-elit politik kooperatif.

Ketiga, dalam memenuhi aspek Identitas, maka penulis memasukan pemahaman identitas

keindonesiaan Mohammad Hatta seperti yang dituliskan dalam tulisannya dalam Indonesia

Merdeka. Secara sistematis Hatta menunjukan berbagai argument ilmiah mengenai layaknya

identitas kebangsaan Indonesia digunakan sebagai identitas politik berdasarkan kemauan orang-

orang didalamnya dan bukan sekedar penamaan etnik atau ras tertentu.

Dalam gagasan Anderson, yang menyatakan bangsa adalah komunitas politis dan

dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan atau

yang dalam gagasannya, Anderson memuat 4 hal pokok yang menyangkut kebangsaan yaitu

terbayang, terbatas, berdaulat dan komunitas. Dari ke-4 pokok ini, dalam pemahaman Hatta

tentang nasionalisme dipersempit menjadi dua pokok, dimana terbayang dan komunitas menjadi

Page 12: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |115

satu kelompok serta terbatas dan berdaulat menjadi satu kelompok juga.Penjelasan terhadap

kedua kelompok tersebut adalah pada kelompok yang pertama, yaitu terbayang dan komunitas.

Pemikiran Hatta tentang sesuatu yang terbayang adalah bahwa Hatta menganggap bangsa

Indonesia dalam bayangannya merupakan suatu komunitas yang memiliki identitas modern

seperti layaknya digunakan nama Indonesia sebagai nama ketatanegaraan yang merupakan

simbol peradaban modern.Hal ini senada dengan pandangan Anderson yang menyatakan bahwa

bangsa itu dipahami sebagai kesetiakawanan yang merasuk mendalam.kelompok yang kedua

mengenai sesuatu yang bersifat terbatas dan berdaulat, Dalam menentukan kriteria bangsa dan

kebangsaan, bukan merupakan suatu hal yang mudah. Hatta sendiri tidak sejalan dengan teori

geopolitik. Bangsa dan kebangsaan tidak bisa diambil dari kriteria persamaan asal, bahasa dan

agama. Sementara dalam kacamata geopolitik, masalah kekuatan nasional semata-mata terdapat

dalam istilah geografi dan di dalam proses, merosot menjadi metafisika politis yang diutarakan

dalam slogan yang tidak berdasar ilmu pengetahuan. Pendapat Hatta ini sangat mempengaruhi,

pemikirannya soal batas Negara yang akan dibentuk. Menurut Hatta batas Negara yang akan

dibentuk hanya mencakup wilayah Hindia Belanda saja. Ia menolak pemikiran Moh. Yamin

yang mendasarkan keperluan strategi perang dan pertahanan serta kegunaannya. Pemikiran

Yamin, dikhawatirkan Hatta akan memberi kesan imperialisme yang selama ini mereka tentang

habis-habisan. Bahkan Hatta berpendapat bahwa bila Papua karena suatu hal tidak bersedia

masuk, itu bukan suatu masalah. Demikian juga halnya, apabila rakyat Malaka dan Borneo Utara

mau bergabung dengan Indonesia, itu merupakan hak mereka.Yang terpenting menurut Hatta,

janganlah ada pemaksaan untuk bergabung dengan Negara yang akan dibentuk, sebab wilayah

bekas jajahan Hindia Belanda untuk Negara baru sudah cukup luas.

Page 13: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |116

B.4.2. Kebangsaan Cap Rakyat

Jika pemikir nasionalisme seperti Hanz Kohn percaya bahwa nasionalisme yang muncul

di Negara-negara Barat seperti Inggris memuat nilai-nilai modern yang memiliki pengaruh

positif terhadap demokrasi. Akan tetapi bagaimanakah dengan Indonesia dimana nasionalisme

dimunculkan dalam semangat perlawanan politik yang ditampilkan melalui gerakan kaum

nasionalis melawan kolonialisme Barat? Menurut Plamenantz, dengan adanya realita seperti ini,

nasionalisme tidak hanya bisa diukur lewat perspektif yang sama seperti pada saat

kemunculannya di eropa barat, akan tetapi mesti juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang

membedakannya saat ditampilkan oleh bangsa-bangsa yang lahir dalam bentuk perjuangan

melawan kolonialisme. Sehingga dengan argument ini, Plamenantz mengkategorikan

nasionalisme menjadi dua yaitu : (1) Nasionalisme barat : Nasionalisme di dalam masyarakat

yang telah maju, sebagai upaya mengatasi situasi yang tidak menguntungkan, dan (2)

nasionalisme timur : sebagai upaya mengatasi keterbelakangan dengan cara meniru barat,

tetapi memusuhi barat (kategori yang kedua tidak bersifat liberal).6

Diakui umum bahwa kolonialisme bangsa-bangsa eropa yang melahirkan demokrasi

justru mempergunakan cara-cara yang berkebalikan sehingga gagasan nasionalisme Indonesia

yang dimunculkan oleh elit-elitnya mesti mampu mengadaptasi perbenturan kebudayaan yang

tercipta dalam hubungan colonial yang dijalankan oleh Pemerintah Kolonial. Tentu saja dalam

prosesnya tidaklah harus bersifat vis-à-vis, akan tetapi lebih kepada bersifat dialektik dan bersifat

prosesual yang kemudian mampu memunculkan sebuah sintesis berupa gagasan yang tepat

mengenai kebangsaan bernama Indonesia.Dalam kerangka berfikir ini dapat diartikan secara

logis seharusnya Pemikiran Nasionalisme Mohammad Hatta memiliki pengaruh positif terhadap

6Plamenantz, Nationalism: The Nature and Evolution of an idea. Dalam Rusli Karim. M. Arti dan

Keberadaan Nasionalisme Dalam Analisis CSIS Tahun XXV edisi Maret-April, ( Jakarta : CSIS. 1996), 97

Page 14: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |117

demokrasi. Tentu saja tidak dalam bentuk yang vis-à-vis, akan tetapi lebih bersifat sesuai dengan

dialektik yang kemudian memunculkan sebuah sintesis pemikiran nasionalisme dengan

penciptaan kelembagaan demokrasi individu-individu bangsa Indonesia yang memiliki basis data

identitas atau kebudayaan kebangsaan. Penulis melihat keberadaan pemikiran semacam itu

dalam pemikiran Hatta yakni “Kebangsaan Cap Rakyat”, yang menerangkan bahwa :

Pertama, Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam Perang Dunia I Hatta dapat

memahami bahwa ikatan kebangsaan yang berdasar atas spirit nasionalisme lebih kuat mengikat

daripada kesepakatan para individu-individu berdasar atas rasionalitas objektif seperti demokrasi.

Dengan mencontohkan terjadinya penggabungan antara kelompok Sosial Demokrat Jerman

dengan para pemilik modal dalam satu nation Jerman melawan kelompok Sosial Demokrat di

Prancis yang pada awalnya merupakan satu kelompok memperjuangkan Internasionalisme, Hatta

seakan menjelaskan bahwa ternyata keberadaan demokrasi tidaklah seuniversal yang selama ini

dikira-kira. Yang artinya, Demokrasi pun butuh bernaung dalam suatu entitas bernama bangsa

yang diikat oleh nasionalisme atau rasa kebangsaan.

Kedua, Dapatlah dipahami kemudian bahwa “Kebangsaan Cap Rakyat” adalah sebuah

konsepsi kebangsaan yang digagas di era pergerakan dalam konteks melepaskan diri dari

hubungan kolonial yang a-demokratis, akan tetapi bukan berarti “Kebangsaan Cap Rakyat” tidak

memiliki komitmen untuk menjaga sustainability penerapan demokrasi asli setelah Indonesia

lepas dari kolonialisme. Dengan menjelaskan mengenai proses kemerdekaan Prancis misalnya, Ia

memandang bahwa proses pembentukan sebuah bangsa yang diawali oleh semangat demokrasi

seperti liberte, egalite, dan fraternite dapat berubah menjadi buruk kemudian lewat sikap-sikap

“anarki” di masa kepemimpinan Napoleon. Dengan bantahan bahwa Kedaulatan Ra`yat

“Kebangsaan Cap Rakyat” yang didukungnya bukanlah menghasilkan anarki. seperti yang

Page 15: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |118

dihasilkan oleh paham kebangsaan cap intelek dan cap ningrat mengusung nasionalisme karena

keturunan dan kecakapannya tanpa mau menurunkan “ke-intelek-an” nya kepada rakyat.Maka

dapat disimpulkan,bahwa Pemikiran nasionalisme atau kebangsaan Mohammad Hatta adalah

sebuah kekuatan yang memberikan efek sustainabilitas paska kolonialisasi Belanda berakhir di

Indonesia, yang memberikan efek terdorong keluarnya potensi Demokrasi.

C. Benang Merah

Terdapat persamaan dan perbedaan cara pandang kedua tokoh tentang nasionalisme.

Penulis mencoba untuk menggalinya dengan melihat sampai seberapa besar paham nasionalisme

ini memiliki pengaruh terhadap kedua tokoh ini. Untuk itu penulis akan memakai beberapa aspek

yang berada didalam paham nasionalisme, sebagai tolak ukur dari pandangan kedua tersebut.

Aspek-aspek tersebut adalah

Pertama, jika melihat akar permasalahan munculnya nasionalisme di Indonesia, kedua

tokoh ini memiliki pandangan yang sama, yaitu kolonialismelah merupakan pemicu dari

kemunculan nasionalisme. Kedua tokoh ini melihat dalam kehidupan sehari-hari mereka dari

mereka kecil sampai dewasa, mereka melihat banyak sekali ketidak adilan yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh Negara penjajah pada waktu itu.

Kedua,arti nasionalisme bagi Sukarno dan Hatta, kedua tokoh ini memiliki pemahaman

yang sama akan arti nasionalisme, yaitu suatu persatuan yang dilakukan oleh individu-individu

yang memiliki perbedaan baik itu tempat tinggal, suku, budaya dll. Dalam mereka menghadapi

kolonialisme.Dari pemahaman kedua tokoh tentang nasionalisme ini,tergambar juga bahwa

kedua tokoh ini menolak kehadiran semangat provisialisme.

Page 16: Bab IV Analisa - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10507/4/T2_752011042_BAB IV... · rakyat, bukan dengan menunggu pemberian kemerdekaan dari Negara jajahan.Dilihat

Gerald J. Tampi 752011042 |119

Ketiga, fungsi nasionalisme, bagi Hatta secara esensi nasionalisme bukanlah sebuah alat

yang hanya ditujukan untuk memerdekakan bangsanya melawan kolonialisme akan tetapi lebih

ditujukan sebagai penanaman kesadaran dalam masyarakat agar dapat bebas dari

penjajahan.Sedangkan menurut Sukarno, nasionalisme berfungsi sebagai alat pemersatu karena

nasionalisme merupakan sebuah ideologi yang dapat merangkul ideologi-ideologi lainnya.

Keempat, produk nasionalisme kedua tokoh.“Marhaenisme” merupakan suatu “produk”

yang sebenarnya telah terjadi di dalam kehidupan rakyat pada saat itu. “produk” ini tidak pernah

menjadi sesuatu yang selesai dalam kehidupan rakyat. Untuk itu, kemungkinan Soekarno sadar

bahwa rakyat memerlukan sebuah identitas dalam melaksanakan perjuangannya.Oleh karena itu,

Soekarno menciptakan Marhaenisme sebagai sebuah “produk” yang nantinya dapat dengan

mudah dipahami oleh rakyat dan menjadikan hal tersebut sebagai identitas nasionalismenya.

Sedangkan Hatta, memiliki produk nasionalisme yang bernama “kebangsaan cap rakyat”.

Konsep ini adalah temuan Hatta yang unik, karena bagi Hatta “kebangsaan” tidak bisa

dipisahkan dari “kerakyatan”. Kedua kata ini merupakan butir pemikiran Hatta yang paling

mendasar dalam satu tarikan napas dan sekaligus melintasi semua gagasan Hatta tentang

persatuan, kemerdekaan, demokrasi, ekonomi dan sejumlah gagasan politiknya yang lain,

termasuk kaderisasi.