Top Banner
BAB IV PENGUKURAN PISTON 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar silinder linier. Komponen mesin ini dipegang oleh connecting rod yang mendapatkan gerakan turun-naik dari gerakan berputar crankshaft. Piston merupakan sumbat geser yang terpasang presisi di dalam sebuah silinder. Dengan tujuan, baik untuk mengubah volume dari tabung, menekan fluida di dalam silinder, membuka- tutup jalur aliran atau pun kombinasi semua itu. Pada silinder hidrolik piston menerima gaya dari fluida dan diteruskan menjadi gerakan translasi. Piston merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Tetapi dalam ketidaksempurnaannya inilah piston sering dianggap sebagai cukup baik untuk digunakan dalam suatu mesin, asalkan perancang mesin mengetahui batas toleransinya.
28

BAB IV

Jul 05, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV

BAB IV

PENGUKURAN PISTON

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah

komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara

masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar silinder linier.

Komponen mesin ini dipegang oleh connecting rod yang mendapatkan gerakan

turun-naik dari gerakan berputar crankshaft. Piston merupakan sumbat geser

yang terpasang presisi di dalam sebuah silinder. Dengan tujuan, baik untuk

mengubah volume dari tabung, menekan fluida di dalam silinder, membuka-

tutup jalur aliran atau pun kombinasi semua itu. Pada silinder hidrolik piston

menerima gaya dari fluida dan diteruskan menjadi gerakan translasi.

Piston merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu

ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Tetapi dalam

ketidaksempurnaannya inilah piston sering dianggap sebagai cukup baik untuk

digunakan dalam suatu mesin, asalkan perancang mesin mengetahui batas

toleransinya.

Untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan ukuran produk piston

dengan desain piston,maka dilakukan pengukuran piston.

Pengukuran piston terdiri dari pengukuran linier, pengukuran kebulatan,

dan pengukuran kekasaran permukaan.

(http://attamtami.wordpress.com/2008/10/25/piston)

1.1.1. Teori Pengukuran Linier

Pengukuran Linear adalah proses pengukuran yang bertujuan untuk

mengetahui dimensi dari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya.

Pengukuran Linear terbagi menjadi 2 dalam cara pembacaan skala dari alat yang

digunakan, yaitu:

Page 2: BAB IV

A. Pengukuran Linear Pembacaan Langsung

Alat ukur langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur yang

telah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut.

Contoh alat ukur langsung :

a) Mistar Ukur

b) Mistar Ingsut

c) Mikrometer : - Mikrometer inside.

- Mikrometer outside.

Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses pengukuran

dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat ukur yang

dipakai.

B. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung

Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran dengan

instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan dimensi yang

diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya dengan bantuan alat

ukur langsung. Pada pengukuran ini, kita melakukan dua kali proses pengerjaan.

Macam-macam alat ukur yang tergolong alat ukur tidak langsung yaitu

Outside Caliper

Inside caliper

Spring Divider

CMM (Coordinate Measuring Machine)

(Taufiq Rochim hal. 57, Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas,2001)

Page 3: BAB IV

1.1.2. Teori Pengukuran Kebulatan

Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang bertujuan untuk

memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui

apakah suatu benda benar-benar bulat atau tidak jika dilihat secara teliti dengan

menggunakan alat ukur. Benda bulat dalam pemanfaatannya biasa digunakan

secara berpasangan yaitu sebagai lubang atau poros. Terutama jika digunakan

sbagai komponen mesin. Oleh sebab itu poros dan lubang harus memiliki suaian

yang tepat agar dapat dipasangkan untuk dapat melaksanakan fungsinya.

Pada suatu batang bulat yang dikerjakan pada suatu mesin bubut atau

lubang yang dikerjakan pada suatu mesin bor telah diperhitungkan cara

pengerjaannya, tetapi tidak umum kebulatan benda tersebut diukur atau

diperiksa karena dianggap bahwa alat-alat perkakas mesin yang digunakan

dapat menghasilkan suatu benda kerja pada derajat ketelitian yang dibutuhkan

atau diinginkan.

Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam setiap tempat

punya perbedaan jari-jari. Dengan menggunakan alat ukur dial indicator pada

benda ukur poros hasil proses bubut/plat bubut, serta alat bantu V Block dan dial

stand kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk memeriksa kebulatan

benda tersebut. Dial indicator dapat digunakan untuk mengukur perubahan

ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat diketahui benda tersebut

memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan prinsip yang

sama, sebuah benda yang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatannya.

Dengan menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol)

kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah

terjadi pelekukan atau penggundukan yang mempengaruhi kebukatan benda

tersebut dan seberapa besar nilainya. Pengukuran kebulatan merupakan salah

satu dari tipe pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan

diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikian

keduanya saling berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil

pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan

menunjukkan ketidakbulatan. (Taufiq Rochim, 2001)

Page 4: BAB IV

Simbol Pengukuran Kebulatan :

Gambar.1.1. Simbol Pengukuran Kebulatan

1.1.3. Teori Pengukuran Kekasaran

Pengukuran kekasaran permukaan adalah suatu metode pengukuran dengan

menggunakan suatu alat baik alat sederhana maupun alat yang telah menggunakan

sensor guna mengetahui suatu bentuk geometri kekasaran dari suatu permukaan

Suatu kekasaran permukaan memegang peranan penting dalam perancangan

komponen mesin. Hal tersebut perlu dinyatakan dengan jelas misalnya dalam kaitannya

dengan gesekan, keausan, pelumasan, ketahanan kelelahan, perekatan dua atau lebih

komponen-komponen mesin.

Didalam pembahasan kekasaran permukaan suatu produk, pada umumnya perlu

diperhatikan beberapa parameter yang akan diperlukan untuk menentukan nilai

kekasarannya. Sebagai penentu kualitas produksi persyaratan kekasaran permukaan

komponen mesin menurut standar ISO dalam perancangan dimana parameter

dicantumkan pada gambar teknik.

Ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran maupun evluasi hasil

pengukuran maka suatu permukaan sesungguhnya (real surface) tidaklah dapat dibuat

duplikatnya melainkan hanya mendekati bentuk sesungguhnya yang disebut permukaan

terukur. Sebagai contoh suatu celah yang sempit tidak akan dapat diikuti oleh jarum

peraba (stylus) dari alat ukur, karena dimensi ujung jarum relative lebih besar dari

ukuran celah. Sebagai contoh suatu celah yang sempit tidak akan dapat diikuti oleh

jarum peraba (stylus) dari alat ukur, karena dimensi ujung jarum relative lebih besar dari

ukuran celah.

Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan bila ditinjau dari profil dapat

diuraikan menjadi beberapa tingkat, seperti yang dijelaskan dalam tabel XIII. Tingkatan

pertama adalah merupakan ketidakteraturan makrogeometrik. Tingkatan kedua yang

Page 5: BAB IV

disebut dengan gelombang (waviness) merupakan ketidakteraturan yang periodik

dengan panjang gelombang yang lebih jelas lebih besar dari kedalamannya

(amplitudonya). Tingkatan ketiga atau alur (groove) serta tingkatan keempat yang

disebut serpihan (flakes) keduanya lebih dikenal dengan istilah kekasaran (roughness).

Untuk mereproduksi profil suatu permukaan maka jarum peraba alat ukur harus

digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah

ditentukan terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut panjang pengukuran (traversing

length; lg) sesaat telah jarum bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti maka secara

elektronis alat ukur melakukan perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum

peraba. Bagian dari panjang pengukuran dimana dilakukan analisa profil permukaan

dengan panjang sampel (sampling length, l). reproduksi dari profilnya seperti pada

gambar berikut dengan penambahan keterangan mengenai beberapa istilah profil yang

penting yaitu:

1. Profil geometris ideal (geometrically ideal profile) adalah profil dari permukaan

geometris ideal (dapat berupa garis lurus, lingkaran, ataupun garis lengkung).

2. Profil terukur (masured profile) adalah profil dari permukaan terukur.

3. Profil referensi (reference profile) adalah profile yang digunakan sebagai referensi

untuk menganalisis konfigurasi permukaan.

4. Profil dasar (root profile) adalah profil referensi yang digeserkan ke bawah (arah

tegak lurus terhadap profil geometris ideal pada panjang suatu sampel) sehingga

menyinggung titik terndah profil terukur.

5. Profil tengah (centre profile) adalah nama yang diberikan kepada profil referensi

yang digeserkan ke bawah (arah tegak lurus terhadap profil geomtris ideal pada

suatu panjang sampel) sedemikian rupa sehingga jumlah luas dari daerah-daerah di

atas profil sampai profil terukur adalah sama dengan jumlah luas dari daerah-daerah

di bawah profil tengah sampai profil terukur ( pada gambar dibawah ditunjukkan

dengan daerah-daerah yang diarsir mendatar dan daerah-daerah yang diarsir tegak).

Page 6: BAB IV

Gambar 1.2. posisi dari profil referensi, profil terukur, profil tengah dan profil dasar

terhadap profil terukur untuk satu panjang sampel.

(Taufiq Rochim, Teknik Pengukuran (Metrologi Industri) : 1980)

1.2. TUJUAN

1. Mengetahui kekasaran permukaan piston

2. Mengetahui kebulatan piston

3. Mengetahui jenis-jenis alat ukur pengukuran piston

4. Mampu memilih/menetapkan serta menggunakan beberapa alat ukur linear

pada suatu proses pengukuran piston.

1.3. APLIKASI PENGUKURAN

1.3.1. PENGUKURAN LINIER

Aplikasi pengukuran linier dalam kehidupan sehari-hari antara lain :

1. Melakukan suatu pengukuran pada benda kerja sebelum dilakukan

proses produksi maupun desain teknisnya.

2. Mengukur dimensi dari benda kerja yang berukuran sangat kecil dan

mempunyai radius yang kecil.

3. Untuk mengukur ukuran ketelitian kunci yang akan dibuat oleh tukang

duplikat kunci dengan menggunakan Vernier Caliper.

4. Untuk mengukur ulir pada Pabrik atau Perusahaan pembuatan ulir

sebagai alat untuk melakukan pengontrolan kualitas ulir.

5. Pembuatan gambar teknik dari suatu komponen

Page 7: BAB IV

6. Kontrol kualitas ; pengecekan komponen dengan design gambar kerja

7. Pengukuran diameter dalam pipa

8. Mengukur kedalaman lubang baut

9. Pembatan pola terhadap benda kerja

(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma

Persada Jakarta)

1.3.2. PENGUKURAN KEBULATAN

Aplikasi pengukuran kebulatan dalam kehidupan antara lain pada

suatu batang bulat yang dikerjakan pada suatu mesin bubut atau lubang

yang dikerjakan pada suatu mesin bor telah diperhitungkan cara

pengerjaannya, tetapi tidak umum kebulatan benda tersebut diukur atau

diperiksa karena dianggap bahwa alat-alat perkakas mesin yang

digunakan dapat menghasilkan suatu benda kerja pada derajat ketelitian

yang dibutuhkan atau diinginkan.

Adapun pengukuran kebulatan dalam kehidupan sehari-hari :

1. Untuk mengukur atau mengecek on-center position benda kerja pada

chuck

2. Menemukan perbedaan ukuran pada bagian dari suatu benda kerja

yang berbentuk silinder (bulat)

3. Mengukur Perangkat ABS

4. Mengukur Piston

5. Mengukur Poros roda gigi

6. Mengukur Roda gigi

7. Mengukur Poros engkol

( Drs. Syamsul Arifin, 1981 dan Bruce J. Black, 1979)

1.3.3. PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN

1. Sebagai pemeriksaan pada sudu-sudu turbin apakah permukaannya

kasar atau halus. Karena jika kasar akan terdapat tegangan sisa yang

cukup besar.

Page 8: BAB IV

(sumber : Spesifikasi, Metrrologi, dan Kontrol Kualitas Geometrik,

Taufiq Rochim)

2. Untuk mengukur tingkat kekasaran pada pipa, sehingga dapat

mengetahui nilai head losses mayor ( hL ) dan memudahkan para

enginer dalam merancang konstruksi perpipaan.

3. Untuk mengukur tingkat kekasaran pada poros, bertujuan untuk

mengetahui besarnya tegangan sisi yang terjadi pada saat poros itu

bekerja.

4. Untuk mengukur tingkat kekasaran piston dan ring piston pada motor

bakar, bertujuan untuk mengestimasi besarnya gesekan yang terjadi

dengan dinding ruang bakar karena piston tersebut bekerja secara

fluktuatif.

2. PROSES PENGUKURAN

2.1. ALAT DAN BENDA UKUR YANG DIGUNAKAN

A. Benda Ukur

1. Piston

Gambar 1.3. Gambar 2D dan 3D Piston

Page 9: BAB IV

B. Alat ukur yang digunakan

1. Vernier Calliper

Gambar 1.4. Vernier Calliper

2. Dial Indicator

Gambar 1.5. Dial Indicator

3. Surface Roughness

Gambar 1.6. benda kerja dan Surface Roughness

Page 10: BAB IV

C. Alat Bantu Ukur

1. V Block

Gambar 1.7. V-Block

2. Dial Stand

Gambar 1.8. Dial Stand

3. Foto Piston

Gambar 1.9.Foto Piston

Page 11: BAB IV

2.2. METODE PENGUKURAN

A. Pengukuran Linier

1. Pelajari cara penggunaan vernier calliper

2. Ukur bagian A, B, dan C pada benda ukur seperti yang ditunjukkan pada

modul.

3. Catat hasil pengukuran pada lembar kerja yang telah disediakan.

4. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali

B. Pengukuran Kebulatan

1. Persiapkan dial indicator, dial stand dan blok V.

2. Pasang dial indicator pada dial stand.

3. Beri tanda garis sebanyak 12 titik pada benda ukur.

4. Letakkan benda ukur pada blok V.

5. Atur posisi sensor dial indicator hingga menyentuh permukaan benda

ukur tepat pada posisi titik 1.

6. Pasang stopper dibelakang benda ukur yang ditumpukan pada kolom dial

stand agar pengukuran bias segaris.

7. Atur ketinggian jam ukur dial indicator yaitu setengah daerah maksimum

jam ukur, sehingga mencukupi untuk penyimpangan ke kiri dan ke kanan

dengan menaikkan dan menurunkan lengan pemegang jam ukur,

kemudian lakukan setting nol

8. Putar benda ukur searah jarum jam ke posisi garis nomor 2. Lihat

penunjukan skala pada dial indicator.

9. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian A

nomor 2. Nomor 1-nya adalah 0 karena setting nol dilakukan pada garis

1.

10. Lakukan proses pengukuran untuk posisi garis berikutnya hingga posisi

nomor 12.

11. Setelah garis ke 12 selesai diukur, putar benda ukur ke posisi garis

nomor 1. Lihat penunjukan skala pada dial indicator

Page 12: BAB IV

12. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian B

nomor 1.

13. Lakukan kembali proses pengukuran seperti tadi tetapi benda kerjanya

diputar berlawanan arah jarum jam. Data hasil pengukurannya ditulis

pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian B.

14. Geser benda ukur ke titik 2. Lakukan setting nol dan lakukan pengukuran

dengan cara yang sama seperti pada titik 1. Setelah titik 2 selesai, geser

benda ukur ke titik 3. Lakukan hal yang sama seperti pada titik 1 dan 2.

15. Buat grafik kebulatan dari benda ukur pada grafik koordinat polar.

C. Pengukuran Kekasaran Permukaan

1. Melakukan kalibrasi pada benda ukur kalibrasi

2. Meletakkan benda ukur diatas dudukannya

3. Meletakkan surface roughness dan pastikan stylus menyentuh permukaan

benda kerja yang hendak diukur.

4. Melakukan pengukuran dengan variasi panjang sampel : 0,25 , 0,8 dan

2,5 mm.

5. Menuliskan hasil pembacaan dari

Ra : - Kekasaran rata – rata aritmetrik

Harga rata – rata aritmetrik bagi harga absolutnya jarak antara profil

referensi dengan profil tengah

Rp : - Kekasaran perataan

Jarak rata – rata antara profil referensi dengan profil terukur

Rt : - Kekasaran total

Jarak antara profil referensi dengan profil atas

Rg : - Kekasaran rata – rata kuadratik

Akar bagi jarak kuadrat rata – rata antara profil terukur dengan profil

tengah

untuk masing-masing panjang sampel pada lembar kerja.

Page 13: BAB IV

3. HASIL PENGUKURAN

3.1. DATA HASIL PENGUKURAN

Tabel 1. Data Pengukuran Linier mm

Objek -

Ukur

Hasil

Pengukuran

A 43,68 mm

B 12,84 mm

C 49,62 mm

D 42,22 mm

E 7,4 mm

Tabel 2. Data Pengukuran Kekasaran Permukaan panjang sampel 0,25 µm

PosisiParameter Kekasaran

Ra Rp = Rq Rt = Ry Rg = Rz

1 5.71 25.49 25.49 6.98

2 6.75 38.13 38.13 8.53

3 9.82 51.95 5.95 15.28

Rata-rata 7.43 38.52 23.19 10.26

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan panjang sampel 2,5 µm

PosisiParameter Kekasaran

Ra Rp = Rq Rt = Ry Rg = Rz

1 6.12 36.00 36.00 7.99

2 5.36 38.75 38.75 6.74

3 6.38 33.97 33.97 7.69

Page 14: BAB IV

Rata-rata 5.95 36.24 36.24 7.47

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan panjang sampel 0,8 µm

PosisiParameter Kekasaran

Ra Rp = Rq Rt = Ry Rg = Rz

1 2.39 14.27 14.27 3.32

2 18.75 138.20 138.20 23.00

3 1.53 9.03 9.03 1.94

Rata-rata 7.56 53.83 53.83 9.42

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kebulatan dengan metoda V-block dan Dial

Indicator

No

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-rata TotalA B

Rata-rata A B

Rata-rata A B

Rata-rata

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 -0.04 -0.02 -0.03 0 -0.01 -0.005 -0.02 -0.04 -0.03 -0.02

3 -0.03 -0.01 -0.02 -0.01 -0.01 -0.01 -0.02 -0.02 -0.02 -0.017

4 -0.04 -0.01 -0.025 -0.02 -0.02 -0.02 0 -0.02 -0.01 -0.018

5 -0.02 -0.02 -0.02 -0.01 -0.01 -0.01 -0.02 -0.01 -0.015 -0.015

6 -0.02 -0.01 -0.015 -0.02 -0.01 -0.015 -0.02 -0.02 -0.02 -0.017

7 0 -0.03 -0.015 0 -0.01 -0.005 -0.02 -0.02 -0.02 -0.013

8 0 -0.03 -0.015 -0.01 0 -0.005 -0.03 0.01 -0.01 -0.01

9 -0.01 -0.03 -0.02 -0.01 -0.02 -0.015 -0.03 -0.03 -0.03 -0.022

10 -0.03 -0.04 -0.035 -0.01 -0.02 -0.015 -0.02 -0.03 -0.025 -0.025

11 -0.05 -0.06 -0.055 0 0 0 -0.01 -0.01 -0.01 -0.022

12 -0.04 -0.01 -0.025 0 0 0 -0.02 -0.01 -0.015 -0.013

Grafik Kebulatan

Page 15: BAB IV

12

3

4

5

67

8

9

10

11

12

-0.1

-0.05

0

Chart Title

Rata-rata 2Rata-rata 3Rata-rata TotalRata-rata 1

3.2. ANALISA HASIL PENGUKURAN

A. Pengukuran Linier

Pada pengukuran objek A, B, dan C masing-masing terjadi perbedaan

hasil pengukuran, seharusnya nilai pengukuran pada masing-masing objek

ukur sama. Perbedaan ini terjadi dikarenakan dalam proses pengukuran

terjadi kesalahan dan kecermatan alat ukur yang rendah. Selain itu juga

dipengaruhi oleh keahlian operator/pengguna.

B. Pengukuran Kebulatan

Dari data hasil pengukuran kebulatan dapat dijelaskan bahwa profil

kebulatan dari benda kerja tidak bulat penuh yang ditunjukkan oleh data hasil

pengukuran yang nilainya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya

kesalahan atau pergeseran garis saat melakukan pengukuran kebulatan akibat

kecermatan pengukur.

Penyebab tiap pengukuran berbeda karena perbedaan tempat pengujian.

Pada tiap titik terdapat perbedaan yang menunjukkan benda tersebut tidak

sepenuhnya bulat walaupun pada kenyataan terlihat benda tersebut bulat. Hal

Page 16: BAB IV

ini terdapat kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai

berikut:

1. Benda ukur bergeser pada saat pengukuran sehingga pengukuran tidak

segaris. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan pengukuran awal dan akhir

walaupun pada posisi yang sama namun tidak segaris

2. Adanya getaran pada dial indikator karena sentuhan pada meja

3. Sensor alat ukur kurang sensitif

4. Kesalahan dalam menyeting nol dial indikator

5. Operator kurang teliti membaca hasil pegukuran

6. Operator melakukan kesalahan dalam memutar benda kerja

7. Benda ukur yang sudah tidak bulat lagi akibat terjadinya keausan.

C. Pengukuran Kekasaran Permukaan

Pengukuran kekasaran permukaan menggunakan alat ukur surface rougness

dengan ketelitian 0,001 mm yang menghasilkan data paremeter kekasaran Ra , Rp , Rt ,

dan Rg untuk masing-masing panjang sampel. Tiap panjang sampel dilakukan

pengulangan pengukuran sebanyak 3 kali dan akan dihasilkan nilai terbaik dari tiap

parameter dengan metode rata-ratanya.

Distribusi kekasaran permukaan yang tidak seragam di tiap titik dan ada juga

pembacaan dari alat ukur surface roughness yang kemungkinan menghasilkan suatu

kesalahan pengukuran yang diakibatkan peristiwa histerisis alat ukur tersebut akibat

pemakaian berulang-ulang dalam satu waktu. Hal tersebut menyebabkan hasil

pengukuran yang bervariasi pada tiap-tiap parameter yang digunakan.

Dari data hasil pengukuran dapat ditentukan profil teoritis pada tabel bentuk

teoritis dari benda kerja dengan perhitungan-perhitungan perbandingan nilai parameter

kekasaran sebagai berikut:

a.Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Panjang Sampel : 0,25 mm

Harga-harga parameternya :

Ku = Rq/Ry = 10.26/38.52 = 0.267

Page 17: BAB IV

Ra/Ry= 7.43/38.52 = 0.19

Rz/Ry = 38.52 /38.52 = 1.00

Rz/Ra = 38.52 / 7.43= 5.18

Dapat diperkirakan bentuk profil teoritisnya profil parabolis orde ke-4.

a. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Panjang Sampel : 2,5 mm

Harga-harga parameternya :

Ku = Rq/Ry = 7.47/36.24 = 0.21

Ra/Ry = 5.95/36.24 = 0.16

Rz/Ry = 36.24/36.24 = 1

Rz/Ra = 36.24/5.95=6.09

Dapat diperkirakan bentuk profil teoritisnya profil parabolis orde ke-4.

b. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Panjang Sampel : 0,8 mm

Harga-harga parameternya :

Ku = Rq/Ry = 9.24/53.83 =0.17

Ra/Ry = 7.56/53.83 = 0.14

Rz/Ry = 53.83 / 53.83 = 1

Rz/Ra = 53.83 / 7.56 = 7.12

Dapat diperkirakan bentuk profil teoritisnya profil parabolis orde ke-4.

koefisien Rq / Ry = Ku, yang harganya terletak diantara 0-1, ternyata lebih dapat

digunakan untuk menandai konfigurasi permukaandaripada koefisien yang lain.

Page 18: BAB IV

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan Pengukuran Linier

1. Vernier calliper dapat digunakan untuk pengukuran linier pada piston.

2. Dari hasil pengukuran diperoleh hasil rata-rata dari pengukuran linier pada

objek ukur A = 43.68 mm ; B = 12.84 mm ; C = 49.62 mm

3. Pada saat penggunaan alat-alat ukur linear maupun bukan linear, kecermatan

hasil ukuran tergantung dari keadaan alat ukur yang akan digunakan.

4. Terjadi perbedaan hasil pengukuran yang disebabkan karena dalam proses

pengukuran terjadi kesalahan dan kecermatan alat ukur yang rendah. Selain

itu juga dipengaruhi oleh keahlian operator/pengguna.

4.2. Kesimpulan Pengukuran Kebulatan

1. Dial indicator dapat digunakan untuk mengukur kebulatan piston.

2. Terjadi perbedaan hasil pengukuran yang disebabkan karena perbedaan profil

kebulatan pada piston, yang menunjukkan bahwa piston tidak bulat penuh.

3. Selain karena perbedaan profil kebulatan pada piston, perbedaan hasil

pengukuran juga terjadi karena getaran pada dial indicator yang disebabkan

karena operator menyentuh meja dimana dial indicator diletakkan.

4. Sebagai tambahan bahwasannya dalam pengukuran ini kondisi benda ukur

juga mempengaruhi kebulatan karena ada kemungkinan benda ukur telah

mengalami keausan

4.3. Kesimpulan Pengukuran Kekasaran Permukaan

1. Surface Roughness dapat digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan

piston.

2. Hasil pengukuran yang dilakukan tiga kali pengulangan menghasilkan range

simpangan yang besar pada tiap parameter kekasarannya, hal ini dapat terjadi

Page 19: BAB IV

karena distribusi nilai kekasaran permukaan benda kerja di tiap titik tidak

seragam dan terjadinya histerisis dari alat ukur.

3. Faktor lainnya yang mempengaruhi pengukuran adalah dari faktor benda ukur

yang memang saat diadakan pengukuran telah mengalami keausan selain itu

faktor alat ukur yang digunakan juga tidak dalam kondisi yang baik pula.

Saran

1. Pada saat proses pengukuran, posisi benda ukur dan alat ukur harus tepat atau

dengan kata lain posisi benda ukur tidak bergerak.

2. Baca dan pelajari prosedur penggunan alat ukur dengan baik dan benar.

3. Lakukan pembacaan skala dengan tepat dan benar.

4. Karena harga alat ukur yang relative mahal, berhai-hatilah dalam

menggunakannya.

5. Ada alat ukur yang sanagt sensitif terhadap getaran, oleh karena iu hati-hati dalam

menggunakannya karena akan mempengaruhi hasil pengukuran.

6. Pengalaman pengukur juga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Oleh karena itu

diperlukan banyak latihan dan pengalaman dalam mengukur.

7. Sebaiknya untuk mendapatkan nilai pengukuran yang lebih presisi gunakanlah

alat ukur dan benda ukur yang masih dalam kondisi baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin – Mesin Perkakas. Jakarta:

Yudhistira.

Page 20: BAB IV

Daryus, Asyari. 2000. Alat Bantu dan Alat Ukur. Universitas Darma Persada,

Jakarta.

Rochim, Taufiq. 1994. Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geometrik 1,

ITB, Bandung.