BAB III TERAPI DZIKIR TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PONDOK PESANTREN INABAH XIX CABANG SURABAYA A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya Perkembangan dan pembangunan bangsa Indonesia yang begitu pesat beserta kompleksitas yang dihadapi pelakunya berakibat telah membawa ekses negatif yang menimpa kepada generasi muda yang kebanyakan dari mereka kurang mendapatkan pendidikan agama. Karena adanya ketidak seimbangan dan ketidakselarasan antara pembangunan fisik dan non-fisik. Berdasarkan realitas di atas pada akhirnya banyak anak muda yang terjerumus dalam kehidupan yang abnormal, pergaulan bebas. Dan di antaranya kasus yang signifikan adalah banyak anak muda yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba tersebut namun belum menunjukkan hasil yang signifikan. Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya didirikan dalam upaya membantu penanganan yang intensif bagi korban penyalahgunaan narkoba dengan model pembinaan dengan pendekatan Islam, yaitu pola terapi dzikir. Dengan tujuan untuk merubah perilaku pecandu narkoba menjadi perilaku yang positif yaitu berawal dari pecandu narkoba 54
26
Embed
BAB III TERAPI DZIKIR TERHADAP KORBAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · Pada umumnya latar belakang seorang ... iblis yang menyerang hati
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
54
BAB III
TERAPI DZIKIR TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
DI PONDOK PESANTREN INABAH XIX CABANG SURABAYA
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya
Perkembangan dan pembangunan bangsa Indonesia yang begitu
pesat beserta kompleksitas yang dihadapi pelakunya berakibat telah
membawa ekses negatif yang menimpa kepada generasi muda yang
kebanyakan dari mereka kurang mendapatkan pendidikan agama. Karena
adanya ketidak seimbangan dan ketidakselarasan antara pembangunan
fisik dan non-fisik. Berdasarkan realitas di atas pada akhirnya banyak
anak muda yang terjerumus dalam kehidupan yang abnormal, pergaulan
bebas. Dan di antaranya kasus yang signifikan adalah banyak anak muda
yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Walaupun berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi penyalahgunaan
narkoba tersebut namun belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya didirikan dalam upaya
membantu penanganan yang intensif bagi korban penyalahgunaan
narkoba dengan model pembinaan dengan pendekatan Islam, yaitu pola
terapi dzikir. Dengan tujuan untuk merubah perilaku pecandu narkoba
menjadi perilaku yang positif yaitu berawal dari pecandu narkoba
54
55
akhirnya menjadi pecandu terhadap dzikir kepada Allah SWT. Pola
pembinaan yang ditempuh di Pondok Pesantren Suryalaya sebagai awal
program pembinaan anak bina, khususnya anak korban penyalahgunaan
narkoba di Indonesia. Keberhasilan ini memberika respon yang positif
bagi masyarakat Indonesia terutama sebagai terapi alternatif selain terapi
medis.
Berdasarkan keberhasilan yang dicapai oleh Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya itulah kemudian model pembinaan terhadap
korban penyalahgunaan narkoba dengan alternatif terapi dzikir ini
menyebar di berbagai daerah kota-kota besar di Indonesia bahkan sampai
ke manca negara. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Inabah XIX
Surabaya. Pondok tersebut merupakan lembaga yang menangani masalah
korban narkoba. Pondok pesantren tersebut berdiri pada tahun 1986.
pondok ini didirikan dan diresmikan oleh KH. Moch. Ali Hanafiah Akbar.
Di Pondok Pesantren Inabah XIX inilah para korban penyalahgunaan
narkoba mendapatkan terapi khusus, yaitu pembinaan dan upaya
penyembuhan narkoba yang ditempuh dengan cara:
1. Terapi penyadaran dengan agama Islam, yaitu dengan menggunakan
metode terapi dzikir dan talqin.
2. Dengan penyembuhan medis atau klinis.
56
Pada awalnya Pondok Pesantren Inabah XIX berkedudukan di
Jalan Sidotopo Kidul no. 146-148. namun dengan bertambah banyaknya
santri binaan memerlukan tempat yang luas, kemudian akhirnya tempat
pembinaannya Pondok Pesantren Inabah XIX pindah ke Jalan Raya
Semampir no. 43-47. Pusat dari Pondok Pesantren Suryalaya (Inabah)
berkedudukan di Desa Pager Agung Tasikmalaya Jawa Barat, yang
didirikan oleh Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, pada tahun
1905 dan selanjutnya pada tahun 1956, diteruskan oleh putra beliau yaitu
KH. Ahmad Shohibul Wafa’ Tadjul ‘Arifin ra (dengan gelar Abah
Anom). Selanjutnya Abah Anom mengembangkan terapi pembinaan bagi
korban narkoba di mana beliau mendirikan Pondok Pesantren tersebut
dengan istilah “Inabah”, yang artinya kembali ke jalan Allah. Karena
memang yang diharapkan oleh Pondok Pesantren Inabah adalah
menyadarkan anak bina korban penyalahgunaan narkoba. Pondok ini
berusaha mengubah anak bina dari kecanduan narkoba menjadi
kecanduan sebagai hamba yang taat berdzikir kepada Allah SWT.1
1 Wawancara dengan Bapak Sutrisno Sekretaris Pondok Pesantren Inabah XIX, tanggal 6
September 2003 pukul 09.00 WIB.
57
B. Gambaran Umum Anak Bina Korban Penyalahgunaan Narkoba di
Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya
Pada umumnya latar belakang seorang anak bina terjerumus ke
dalam penyalahgunaan narkoba terjadi motif yang berbeda-beda dari anak
bina yang satu dengan yang lain. Faktor penyebab yang paling dominan
terjadinya penyalahgunaan narkoba adalah pengaruh faktor lingkungan
(enviorenment). Di mana diketahui bahwa keberadaan anak bina yang
berada di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya mengalami
penyalahgunaan narkoba disebabkan karena faktor lingkungan.2
Pada dasarnya semua anak bina yang terkena narkoba adalah dari
kalangan remaja. Secara psikologis kondisi mereka memang sangat rentan
terkena narkoba, apalagi jika didukung oleh lingkungan yang tidak sehat.
Perkenalan awal mereka terhadap narkoba biasanya terjadi karena
pengaruh teman sebaya yang notabene sudah pecandu narkoba.
Sedangkan faktor yang lain adalah kurangnya penanaman nilai-
nilai agama dan pendidikan yang diberikan orang tuanya terhadap anak-
anaknya. Dengan kurangnya nilai-nilai agama inilah yang pada akhirnya
seorang anak tidak dapat mengetahui mana yang hak dan bathil.
Penggunaan narkoba oleh anak bina yang ada di Pondok Pesantren
Inabah XIX Cabang Surabaya jenisnya sangat bervariasi. Pecandu
narkoba ini antara lain mereka terkena penyalahgunaan dalam jenis
2 Wawancara dengan Bapak Sutrisno (pengurus harian) pada tanggal 6 September 2003.
58
putaw, ada yang jenis heroin, ada juga yang terkena jenis morfin dan ada
juga jenis ganja serta miras. Dengan perbedaan variasi jenis
penyalahgunaan narkoba yang dialami oleh anak bina di Pondok
Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya, maka lebih mempermudah
dalam pengelompokannya para pembina dan pengurus harian memberikan
identitas khusus pada anak bina.3
C. Model Pembinaan Terapi Dzikir terhadap Korban Penyalahgunaan
Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya
1. Tahapan Pembinaan Terapi Dzikir
Tahapan proses pembinaan anak bina korban penyalahgunaan
narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya dalam
pelaksanaannya meliputi beberapa tahapan, yaitu antara lain:
a. Kedatangan calon Santri atau Anak bina kebanyakan diantar oleh
orang tua dan aparat.
b. Chek up maupun tes urine yang dilakukan oleh dokter
c. Dilakukan proses detoxifikasii secara tradisional atau medis dan
setelah 10 hari diadakan tes urine kembali untuk mengetahui sisa-
sisa kandungan narkoba yang ada dalam tubuh anak bina.
d. Terapi mandi sebanyak 5 kali dalam satu hari, selanjutnya anak
bina dibimbing dengan dzikrullah
3 Hasil Observasi pada tanggal 6 September 2003.
59
e. Pendekatan kejiwaan dan pemahaman terhadap kepekaan sosial
f. Kegiatan ekstra kurikuler berupa olah raga, musik, dan ketrampilan
kebengkelan.
g. Evaluasi perkembangan anak bina yang tertuang dalam nilai
raport.4
2. Tujuan Pembinaan Terapi Dzikir
Terapi dzikir yang diadakan di Pondok Pesantren Inabah XIX
bertujuan untuk membenahi dan mengutuhkan iman serta mental yang
rapuh bagi korban penyalahgunaan narkoba. Tujuan tersebut
sebagaimana termaktub dalam al-Qur'an dan As-Sunnah. Firman
Allah:
من القرأن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنينوننزلArtinya: “Dan kami turunkan dari al-Qur'an apa yang menjadi obat
dan rahmat bagi orang-orang mu’min” (QS. Al-Isra’: 82).5
Sabda Rasulullah:
قال رسول اهللا صلعم يقول اهللا تعالى : قال. ع.عن اىب هريرة ر
4 Dokumentasi Pondok Pesantren Inabah XIX, Pusat Penyadaran Sosial Rehabilitasi
Korban Penyalahgunaan Narkoba dan Penyimpangan Perilaku”, yang diambil pada tanggal 6 September 2003.
5 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, hlm. 232.
60
)راه إبن ماجه(مع عبدى ماذكرنى وتحركت بى شفاته Artinya: “Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda; Allah
berfirman Aku selalu bersama hambaku selama ia
mengingatku dan kedua bibirnya bergerak menyebutku (HR.
Artinya: “Dan mereka yang mempunyai iman yang teguh terasa tetap
dan tenang hatinya dengan dzikrullah, bukankah dzikrullah
(ingat kepada Allah) itu menenangkan dan menentramkan
hati”(QS. Ar-Rad: 28).7
Dari penjelasan ayat al-Qur'an dan Hadits di atas dapat diketahui
bahwa dalam pola pembinaan terapi dzikir bagi korban
penyalahgunaan narkoba yang telah dilakukan di Pondok Pesantren
Inabah XIX Surabaya memiliki tujuan yang jelas dan merupakan
proses penanganan yang sangat penting bagi anak bina untuk
menenangkan, menentramkan kegoncangan-kegoncangan jiwa dan
6 Hasil wawancara dengan Bapak KH. Ali Hanafiah Akbar yang berlandaskan pada Hadits
nabi dan dikutip dari kitab karangan Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalaniy, Bulughul Maram, Dar Ahya’ Indonesia, tth., hlm. 310.
7 Depag RI, op. cit., hlm. 373.
61
sekaligus menghilangkan halusinasi-halusinasi, sugesti-sugesti serta
bisikan-bisikan iblis yang menyerang dalam sanubarinya.8
3. Pola Pembinaan Terapi Dzikir
Dalam implementasinya, terapi pembinaan di Pondok Pesantren
Inabah XIX Cabang Surabaya memiliki tiga aspek terapi pembinaan,
yang antara lain; 1). Terapi mandi, 2). Terapi Dzikir, dan 3). Terapi
penegakan shalat.9 Dan dari ketiga terapi pembinaan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh demi keberhasilan terapi terhadap
korban penyalahgunaan narkoba.
Terapi Mandi. Proses terapi pembinaan dengan bentuk terapi
mandi yang berkaitan dengan upaya penyembuhan terhadap korban
penyalahgunaan narkoba yang selama ini telah dilaksanakan di
Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya disebut juga dengan
“Mandi taubat”. Proses terapi mandi taubat ini diawali dengan cara
anak bina harus berwudhu dahulu dilanjutkan dengan mandi taubat
dengan bacaan yang telah ditentukan. Proses terapi mandi ini
dilaksanakan setiap hari pada pukul 02.00 WIB.10 Yaitu
pelaksanaannya selama anak bina masih mengikuti terapi pembinaan.
8 Dokumentasi di Pondok Pesantren Inabah XIX Suarabaya, Pusat Penyadaran Sosial
Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba dan Penyimpangan Perilaku, diambil tanggal 6 September 2003.
9 Dokumentasi Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya, Pusat Penyadaran Sosial Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba dan Penyimpangan Perilaku, dikutip pada tanggal 6 September 2003.
10 Wawancara dengan pembina KH. Ali Hanafiah Akbar pada tanggal 6 September 2003.
62
Hal ini biasanya dilakukan sebelum anak bina korban penyalahgunaan
narkoba melakukan sholat sunnah dan dzikir. Tujuan dari terapi mandi
adalah untuk meredam atau mendinginkan gejolak-gejolak (emosi)
yang ada dalam tubuh sebagai akibat pengaruh dari narkoba. Karena
gejolak-gejolak tersebut adalah merupakan benih dari bisikan-bisikan
iblis yang menyerang hati sanubari manusia atau juga iblis yang
menyelinap di dalam hati sehingga membuat hati mudah terserang
gejolak emosi/ amarah. Oleh karena iblis terbuat dari api, maka salah
satu cara untuk meredam api adalah air. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa dengan terapi mandi maka unsur iblis dalam jiwa anak bina
bisa disembuhkan.11
Terapi Dzikir. Proses pelaksanaan terapi dzikir Pondok
Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya pada umumnya dilakukan
setelah menjalankan ibadah sholat, baik itu shalat wajib maupun sholat
sunnah lainnya. Terapi dzikir ini bertujuan untuk menentramkan
gejolak-gejolak jiwa anak bina yang tidak stabil agar sebagai akibat
dari zat-zat adiktif daripada narkoba.12
Terapi Penegakan Sholat. Terapi penegakan sholat adalah
sebagai dasar/ pondasi agama. Adapun pelaksanaannya yang
dilakukan Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya meliputi
11 Wawancara dengan Sutrisno (sekretaris dan pembantu pembina) Pondok Pesantren
Inabah XIX Cabang Surabaya pada tanggal 6 september 2003. 12 Ibid.
63
shalat wajib dan sholat sunnah. Dalam usaha penegakan shalat ini
anak bina dididik agar melaksanakan sholat sesuai dengan waktu/
jadwal yang ada. Terapi ini dilakukan bertujuan untuk menanamkan
nilai-nilai dalam kedisiplinan dalam melaksanakan sholat. Pelaksanaan
sholat ini pada masing-masing waktu selalu dilaksanakan secara
berjama’ah baik sholat wajib ataupun sholat sunnah. Lebih lanjut KH.
Muhammad Ali Hanafiah Akbar menjelaskan bahwa tujuan penegakan
sholat di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya adalah:13
1). Untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut:
45)
2). Untuk mendidik kedisiplinan anak bina dalam melaksanakan sholat
agar nantinya setelah mereka lulus/ keluar dari proses pembinaan
telah tertanam dalam hati mereka rasa kedisiplinan yang tinggi
sehingga mendorong anak bina untuk melaksanakan sholat selalu
tepat pada waktunya.
Dari keterangan di atas mengenai terapi pembinaan yang ada di
Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya maka penulis akan
menjelaskan secara mendetail pada salah satu aspek terapi pembinaan.
Terapi pembinaan yang akan penulis bidik dalam skripsi adalah terapi
pembinaan dengan bentuk terapi dzikir sebagai alternatif
13 Wawancara dengan KH. Muhammad Ali Hanafiah Akbar (Pembina) pada tanggal 6
September 2003.
64
penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba yang berlangsung di
Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya.
a. Metode Pembinaan Terapi Dzikir
Dalam upaya penyembuhan terhadap korban penyalahgunaan
narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya, ada
tiga metode yang diterapkan, yaitu meliputi: 14
1). Dzikir Jahr dan Khofi
Dzikir Jahr adalah dzikir yang diucapkan atau dilafadzkan
dengan jelas. Cara melakukan dzikir jahr diikiti dengan suara
keras (ialah bahwa orang yang berdzikir itu memulai dengan
ucapan “Laa” dari bawah pusar dan diangkatnya sampai ke
otak dalam kepala, Sesudah itu diucapkan lafadz “Ilaaha” dari
otak dengan menurunkannya perlahan-lahan ke bahu kanan lalu
memulai lagi mengucapkan “Illallah” dari bahu kanan dengan
menurunkan kepala ke pangkal dada sebelah kiri. Dan
berkeseduhan pada hati sanubari di bawah tulang rusuk
lambung dengan menghembuskan lafadz “Allah’ sekuat
mungkin15 sehingga terasa geraknya pada seluruh badan
seakan-akan di seluruh anggota badan agar amal yang rusak itu
14 Dokumentasi Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya, Mifathush Shudur, Kunci
Pembuka Dada oleh KH. Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Terj) Abubakar Atjeh, dikutip pada tanggal 6 September 2003, hlm. 24.
15 Wawancara dengan KH. Muhammad Ali Hanafiah Akbar (Pembina) pada tanggal 6 September 2003.
65
terbakar sekaligus memanjatkan nur Ilahi di dalam badan dari
seluruh badan yang baik dengan nur Tuhan. Getaran itu
meliputi seluruh bidang “Lathifah” (titik-titik anggota badan
yang lembut) sehingga dengan demikian tercapai makna tahlil
yang artinya tidak ada yang dimaksudkan melainkan Allah.
Setelah selesai Dzikir dengan bilangan ganjil, dapatlah kita
pada akhirnya kita membaca “Sayyiduna Muhammadur
Rasulullah Sallallahhu Alaihi Wa Sallam”.16
Sedangkan dzikir khofi adalah dzikir yang diucapkan
tanpa suara dan hanya dengan hati sanubari. Adapun dzikir
yang diucapkan baik dzikir jahr dan khofi bacaan/ lafadz yang
diucapkan adalah sama.17
Sebelum pelaksanaan dzikir jahr maupun khofi ada
beberapa sarat-sarat yang dilakukan dalam tata cara berdzikir:
dalam kondisi wudhu yang sempurna, berdzikir dengan
pukulan gema yamg kuat, suara keras yang dapat menghasilkan
Nur dzikir dalam rongga batin, mereka yang berdzikir sehingga
hati mereka itu hidup nur hidup yang abadi bersifat
keakhiratan.
16 Ibid. 17 Hasil Observasi di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya pada tanggal 10
Januari 2003.
66
2). Metode Talqin dan Bai’at.18
Sebelum anak bina mengikuti terapi pembinaan lebih
lanjut yaitu proses terapi dzikir, maka ada metode yang
ditempuh yaitu terlebih dahulu mengikuti metode “Talqin dan
Bai’at”. Metode talqin dan bai’at yang dilakukan di Pondok
Pesantren Inabah XIX Surabaya adalah pemberian nasehat-
nasehat tentang ajaran agama Islam biasanya lebih spesifik
tentang keimanan, ketauhidan, dan masalah-masalah hukum
Allah bagi manusia yang melanggar syari’at Islam. Sedangkan
bai’at adalah sumpah setia anak bina untuk menjalankan
syari’at agama Islam dan mengamalkannya secara penuh.
Metode “Talqin dan Bai’at” ini dipimpin oleh seorang pembina
yaitu KH. Muhammad Ali Hanafiah Akbar.19 Pen-Talqinan ini
dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
berisikan nasehat-nasehat dan pengakuan bersalah atas dosa-
dosa yang telah diperbuat selama ini. Pengakuan semua
kesalahan-kesalahan pada masa lalu dan memohon ampun
kepada Allah SWT. Maka ketika proses pen-Talqinan ini
18 Wawancara dengan KH. Muhammad Ali Hanafiah Akbar (Pembina) pada tanggal 6
September 2003. 19 Hasil Observasi di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya pada tanggal 10
Januari 2002.
67
berlangsung hampir semua anak bina meneteskan air mata.20
Mereka betul-betul menyesal atas kesalahan-kesalahan yang
mereka perbuat selama ini. Dan mereka hanya mengharap ridho
dan ampunan dari Allah SWT. Setelah proses pen-Talqinan ini
selesai kemudian proses “Bai’at” yaitu janji setia anak bina
(murid) terhadap guru (mursyid). Untuk menjalankan semua
ajaran Islam dengan penuh dan sungguh-sungguh.
Oleh karena itu, nabi Muhammad SAW selalu
memperingatkan (mentalqin) kalimat thoyibah kepada sahabat-
sahabatnya guna:21
− Membersihkan hatinya
− Membersihkan jiwanya
− Menyatakan hubungan dengan Tuhanya.
− Mencapai kebahagiaan yang suci.
Dalam proses bai’at ini juga dipimpin langsung oleh
pembina yaitu dengan membaca basmalah kemudian membaca
syahadat. Lalu anak bina mengikuti sumpah yang diucapkan
oleh pembina, yang pada intinya adalah kesanggupan dari anak
bina untuk menjalankan ajaran agama Islam.
20 Hasil observasi di Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya pada tanggal 10
Januari 2002. 21 Dokumentasi Pondok Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya, Mifathush Shudur, Kunci
Pembuka Dada oleh KH. Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Terj) Abubakar Atjeh, dikutip pada tanggal 6 September 2003, hlm. 24.
68
Tujuan talqin dan bai’at di Pondok Pesantren Inabah XIX
Cabang Surabaya adalah:22
− Memberikan motivasi kepada anak bina agar mereka
tergerak hatinya meninggalkan kebiasaan jelek
(meninggalkan narkoba) dan juga menorong timbulnya
kesadaran dalam hati anak bina untuk menjalankan ajaran
agama Islam.
− Memberikan keyakinan dan rasa percaya diri (confident)
yang kuat terhadap anak bina bahwa kealahan-kesalahan
mereka selama ini masoh bisa diampuni oleh Allah SWT
dengan jalan taubat dan memohon ampun kepada-Nya.
− Dengan proses talqin ini akhirnya timbul penyesalan-
penyesalan dan timbul kesadaran pada diri anak bina. Hal
ini yang sangat diharapkan bagi tercapainya proses
penyembuhan dalam terapi dzikir.
− Talqin dan bai’at merupakan langkah awal sebelum anak
bina memasuki proses dzikir, karena metode ini anak bina
diharapkan sudah timbul kesadaran di hatinya untuk
menjalankan ajaan agama Islam. maka hal ini dapat
mengantarkan mereka menuju proses dzikir agar mereka
lebih serius dan concern dalam menjalankan terapi dzikir.
Akhir dari proses pentalqinan ini adalah pembacaan do’a
yang dilafadzkan dengan bahasa Indonesia yang intinya adalah
memohon ampunan atas semua dosa yang diperbuat selama ini.
22 Wawancara dengan KH. Muhammad Ali Hanafiah Akbar (Pembina) pada tanggal 6
September 2003.
69
Setelah proses pentalqinan dan bai’at, maka selanjutnya
mengarah pada terapi dzikir.
b. Materi Pembinaan Terapi Dzikir
Materi terapi dzikir yang diterapkan di Pondok Pesantren
Inabah XIX Cabang Surabaya pada dasarnya merujuk pada materi
pembinaan yang telah dilakukan di Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya Jawa Barat, yaitu dengan model dzikir “Thoriqoh
Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah” yang merupakan bagian warisan
peninggalan Rasulullah SAW. Konsep dari materi terapi dzikir ini
telah tersusun rapi dalam pelaksanaannya guna memberikan
pengobatan kepada anak bina korban penyalahgunaan narkoba.
Konsep materi terapi dzikir yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Inabah XIX Cabang Surabaya memiliki fungsi dan
tujuan yang berdasarkan pada ayat al-Qur'an yang artinya: “Maka