digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 146BAB III PONDOK PESANTREN AQIDAH USYMUNI TERATE PANDIAN SUMENEP A. Gambaran Umum Pondok Pesantren 1. Setting Lokasi Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Lokasi pondok pesantren Aqidah Usymuni terletak di Kabupaten Sumenep, sebuah kota yang berada di ujung Timur Pulau Madura (ada 4 Kabupaten di Pulau Madura, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep). Kabupaten Sumenep merupakan wilayah yang unik karena terdiri wilayah daratan dan kepulauan yang tersebar berjumlah 126 pulau (berdasarkan hasil sinkronisasi Luas wilayah Kabupaten Sumenep), yang terletak di antara 113°32'54"-116°16'48" Bujur Timur dan di antara 4°55'- 7°24' Lintang Selatan. Jumlah pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau 38%, sedangkan pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62%. Pulau Karamaian di Kecamatan Masalembu adalah pulau terluar di bagian utara yang berdekatan dengan Kalimantan Selatan dan jarak tempuhnya + 151 mil Laut dari Pelabuhan Kalianget, sedangkan pulau Sakala merupakan pulau terluar di bagian Timur yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi dan jarak tempuhnya dari Pelabuhan Kalianget + 165 Mil laut. Secara administratif Sumenep merupakan salah satu dari 29 kabupaten dan 9 kota yang ada di Propinsi Jawa Timur. Jarak antara ibukota Kabupaten Sumenep dengan ibukota Propinsi Jawa Timur (Surabaya) adalah 175 km. Berkat adanya jembatan Suramadu, jarak tempuh antara Sumenep-Surabaya
65
Embed
BAB III PONDOK PESANTREN AQIDAH USYMUNI TERATE …digilib.uinsby.ac.id/3136/5/Bab 3.pdf1. Setting Lokasi Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Lokasi pondok pesantren Aqidah Usymuni terletak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
antara 3,5 jam sampai 4 jam melalui perjalanan darat dan kendaraan roda
empat.
Sebagaimana ditulis Kuntowijoyo, 1 gambaran lingkungan alam
Madura secara geologis ditandai oeh permukaan tanahnya yang didominasi
oleh susunan batu kapur dan endapan kapur, dengan lapisan alluvial laut di
sepanjang pantai utara dan empat dataran alluvia sungai, satu di Barat, dua di
Selatan dan satu di Timur. Pulau di sebelah Timur seluruh tanahnya terdiri
dari batu kapur. Dengan perkataan lain, pulau Madura sering disebut sebagai
embel-embel bagian utara Jawa atau merupakan kelanjutan dari pegunungan-
pegunungan kapur yang terletak di sebelah Utara dan sebelah Timur di Selatan
lembah Solo.
Adapun wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Sumenep
terdiri atas 27 Kecamatan, 4 Kelurahan, 328 Desa, 1774 RW dan 5569 RT.
Sedangkan Desa Pandian meupakan salah satu desa Kecamatan Kota
Sumenep, yang terdiri tiga dusun yaitu Pandian Utara, Pandian Tengah dan
Pandian Selatan (Terate). Desa Pandian memanjang dari arah utara ke selatan,
mempunyai perbatasan sebelah timur Kelurahan Karangduak, Kelurahan
Bangselok dan desa Kolor. Sebelah utara desa Pamolokan, sebelah barat Desa
Kebonagung dan selatan desa Babalan. Secara adiministratif Pandian
merupakan sebuah desa, yang terletak di pinggiran kota, sehingga akses untuk
menuju Pandian sangat mudah dengan menggunakan alat transfortasi apa saja
Pandian mudah dijangkau dan sudah sangat dikenal. Sedangkan Pondok
1 Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940 (Yogyakarta: Pusat Antar Universitas (PAU) Studi Sosial, Universitas Gajah Mada, 1988), 24.
Sumber Data: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep, Sumenep Dalam Angka, Sumenep In Figure 2013
Adapun jumlah Perguruan Tinggi di Kabupaten Sumenep sebanyak 8
lembaga, yaitu meliputi: Universitas Wiraraja (UNIJA), Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Aqidah Usymuni (STITA), Institut Ilmu Keislaman An-Nuqayyah (INSTIKA)
Guluk-Guluk, Institut Dirasah Islamyah Al-Amin (IDIA), Sekoplah Tinggi
Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Karimiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Miftahul Ulum dan Akademi Komunikasi Negeri Sumenep.
Disamping itu lembaga non formal dalam bentuk pondok pesantren
sejumlah 348 pondok pesantren yang terdiri dari 36 pondok pesantren salafiy
dan 312 pondok pesantren khalafy. Adapun jumlah santri adalah 45.105 orang
terdiri dari 23.245 santri laki-laki dan 21.859 orang santri perempuan, jumlah
ustadh sebanyak 537 orang, dan ustadhah sebanyak 489 orang.2 Diantara
beberapa jumah sekolah Dasar Swasta dan TK Swasta diatas terdapat TK
Sang Timur, SD Sang Timor, dan SMP Katolik.
2 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep, Sumenep Dalam Angka,Sumenep In Figure 2013 Katalog BPS: 11010023529. Bandingkan dengan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sumenep 2010, Data Pondok pesantren Se Kabupaten Sumenep Tahun 2009/2010.
Usymuni (saudara laki-laki Aqidah Usymuni), dengan penguatan pada
Madrasah Diniyah.
Pada tahun 1982 Usymuni meninggal dunia, Pesantren al-Usymuni
dilanjutkan dan dipimpin oleh Abdullah Khalil (menantu Usymuni).
Disamping mengelola pesantren, Abdullah Khalil mengelola Madrasah
Diniyah Al-Usymuni, SMP Al-Usymuni, SMA Al-Usymuni, dan STAI
Miftahul Ulum; disamping itu berdiri pula Madrasah Diniyah yang dipimpin
Qusyairi bin Shaleh (sepupu Nyai Aqidah)4.
Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Terate yang dipimpin
Abd. Rahim, dan santri Madrasah Diniyah yang dipimpin Qusyairi bin Shaleh
apabila mempunyai keinginan untuk masuk pendidikan formal baik pada
tingkatan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanaiyah maupun pada Tingkatan
Madrasah Aliyah diperbolehkan untuk memilih di antara lembaga yang berada
di bawah pimpinan Pondok Pesantren Al-Usymuni yang dipimpin Abdullah
Khalil atau di bawah lingkungan Pondok pesantren Aqidah Usymuni yang di
pimpin Aqidah Usymuni atau memilih pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), dan Madrasah Aliyah Yayasan
Zainal Arifin (MA Yazrif).
Disamping yang telah dipaparkan di atas. tentang yang menjadi latar
belakang berdiri Pondok Pesantren Aqidah Usymuni adalah keinginan yang
kuat dan pengalaman Aqidah di masa kecil, maka menurut penyampaian
Abd. Rahim Usymuni 5 adalah karena Aqidah Usymuni sebagai keturunan
langsung (bukan menantu) Usymuni merasa memiliki tanggungjawab dan 4 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB. 5 Wawancara dengan Abd. Rahim Usymuni (saudara laki-laki Aqidah Usymuni), Jum’at, 31 Mei 2013 jam 19.30 WIB.
berkewajiban untuk melanjutkan perjuangan orang tuanya, yaitu memimpin
pesantren. Sebagaimana pernyataan Aqidah, sejak kecil bahkan sebelum lahir
ia diharapakan lahir berjenis kelamin laki-laki yang akan meneruskan
perjuangan dan kepemimpinan pesantren.6
Pengelolaan pesantren pada generasi pertama dan kedua dengan nama
masing-masing Pondok Pesantren Terate dan pondok pesantren al-Usymuni,
sistem dan proses pembelajarannya hampir sama dengan pesantren yang ada
pada waktu itu. Yakni kiai sebagai pemimpin tunggal karena kharismatiknya,
sedangkan proses pembelajaran dilakukan secara sorogan dan bandongan dan
santrinya sebagian besar adalah santri kalong. Materi pembelajaran al-Qur’an
dan membahas beberapa kitab kuning yang ada hubungannya dengan masalah
tasawuf dan masalah ibadah terutama ilmu fikih.7
Zainal Arifin dan Usymuni adalah kiai kharismatik yang disegani,
yang oleh para santri dan masyarakat dianggap mempunyai keistimewaan
tertentu dan tidak dimiliki oleh kebanyakan orang karena kedekatan dan
ketaatannya kepada Allah. Untuk menghormat dan memperingati jasa-jasanya
di Pandian Utara didirikan makam Zainal Arifin dan Usymuni serta
keturunannya, yang menjadi obyek ziarah bagi sebagian umat Islam di
Sumenep. Hampir setiap hari makam ini dikunjungi oleh masyarakat terutama
pada hari kamis sore sampai menjelang maghrib dan jum’at pagi setelah shalat
subuh. Bagi para santri Pondok Pesantren Aqidah Usymuni pada hari selasa
dini hari, merupakan kegiatan rutin mengunjungi makam untuk membaca
surat yasin dan tahlil. Hari yang ditetapkan sebagai hari wafatnya yaitu setiap 6 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB. 7Wawancara dengan Abd. Rahim (saudara laki-laki Aqidah Usymuni), Jum’at, 31 Mei 2013 jam 19.30 WIB.
tahun diperingati sebagai hari yang bersejarah yaitu hari “khaul’
(memperingati hari wafat). .
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni terletak di Desa Pandian
Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep tepatnya di Jl. KH. Zainal Arifin No. 1-
9 Teratai Pandian Sumenep Telp. (0328) 661359. 8
Eksistensi Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, disamping karena
pendidikan pesantren memiliki posisi yang sangat strategi dan terbukti telah
mampu memberikan kontribusi besar bagi kelangsungan kehidupan bangsa
dan pengembangan kebudayaan melalui proses pendidikan pesantren, maka
lokasi pesantren ini sangat strategis merupakan salah satu hal yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan pesantren.
Lokasi Pondok Pesantren Aqidah Usymuni terletak di pinggir
perkotaan di Jalan KH. Zainal Arifin yang mudah dijangkau,9 ini merupakan
hal yang berbeda dengan keadaan pesantren pada awal sejarah berdirinya
banyak didirikan di daerah pedesaan, yang relatif agak jauh dari jalan raya.
Dari hasil pengamatan,10 lokasi dan bangunan Pesantren Aqidah Usymuni
serta lokasi proses pembelajaran sedikit terpencar tidak menjadi satu lokasi
seperti pada umumnya pesantren di Indonesia, sehingga pesantren yang
beralamatkan Terate Pandian ini, sebagian lokasinya termasuk wilayah
Kelurahan Bangselok.
Aqidah Usymuni tidak mempersiapkan lokasi tanah yang cukup luas
untuk pembangunan pesantren, dan juga tidak mendapatkan waris berupa
tanah dari ayahnya. Aqidah menerima peninggalan berupa kitab-kitab dan 8 Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep, 2010 9 Observasi Kamis 5 Februari 2013 Jam 07.00. WIB 10 Ibid
dilakukan secara terbuka kepada masyarakat. 11 Bagi masyarakat juga
mempunyai beberapa sisi positif yang menguntungkan, sebagaimana
disampaikan oleh salah seorang warga bahwa, tinggal berdekatan dengan
pesantren adalah merupakan lahan yang sangat potensial untuk mendapatkan
rizki dan mengembangkan usaha perekonomian, di sisi lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan santri adalah merupakan salah satu bentuk ibadah yang
mendapatkan pahala.12.
Beberapa pesantren yang merupakan pengembangan pesantren induk
yaitu Pondok Pesantren Terate dan Pondok Pesantren al-Usymuni terletak
berjajar di sebelah barat Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, yang merupakan
satu komplek dengan berbatasan tembok. Walaupun keadaan lokasi semua
pesantren saling berdampingan, tetapi masing-masing pesantren di lingkungan
pondok pesantren Terate yang masih merupakan satu keturunan yang sangat
dekat ini memiliki otonom secara manajerial dan pengasuhan termasuk
kurikulumnya.13
Hubungan secara kekeluargaan di antara mereka masih tampak jelas
menunjukkan cukup bagus. Hal ini nampak dalam berbagai kegiatan dan event
yang sifatnya informal kekeluargaan maupun secara formal kelembagaan.
Seperti acara selamatan, hajatan pernikahan, haflah imtihan dan lainnya,
mereka saling menghadiri bahkan saling membantu untuk mensukseskan acara
tersebut.
11 Wawancara dengan Imam Santoso, salah sorang santri yang juga sebagai pengurus. Saat ini ia juga sebagai mahasiswa STITA semester vii. Kamis, 31 Oktober 2013 j1m 14.30 WIB. 12 Wawancara dengan Dalilah, pemilik toko kelontongan, Jum’at 6 pebruari 2013 jam 9.30 WIB. 13 Observasi Kamis 5 Februari 2013 Jam 07.00. WIB. dilanjutkan dengan wawancara dengan Syafraji, Jum’at 6 Pebruari 2013, jam 08.30 WIB.
1. Melaksanakan ajaran agama sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
sunnah Nabi Muhammad SAW.
2. Membentuk generasi yang beriman, bertaqwa serta mempunyai
jiwa pengabdian terhadap agama, bangsa dan negara.
3. Membuka akses pendidikan bagi putra-putri dari keluarga tidak
mampu dan anak yatim dengan beasiswa pendidikan.14
3. Komponen Pondok Pesantren
Dalam pelaksanan pendidikan dan pembelajaran sudah barang tentu
melibatkan beberapa komponen, agar dalam pelaksanaannya efektif dan
efisien sesuai dengan cita-cita yang diidealkan. Demikian juga di pesantren,15
sebagai salah satu lembaga pendidikan melibatkan beberapa komponen yang
sangat menentukan terjadinya suatu proses pembelajaran. Secara garis besar
beberapa komponen di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni antara lain adalah:
Nyai sebagai pimpinan dan pengelola pesantren, santri sebagai subyek dalam
proses pembelajaran, sarana dan prasarana serta sistem pembelajaran.
a. Nyai
Nyai adalah istri kiai yang mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang agama dan melakukan dakwah, dan diharapkan dapat melakukan
14 Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, tahun 2008. 15 Pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima syarat, yaitu (1) ada kiai, (2) ada pondok, (3) ada masjid (4) ada santri (5) ada pengajaran membaca kitab kuning. Lihat: Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam Tjun Surjaman. ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Sedangkan menurut Mustafa Syarif bahwa: pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri umum yaitu kiai sebagai figur sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri, dan masjid sebagai pusat kegiatan. Adapun pendidikan dan pengajaran agama Islam melalui sistem pengajian kitab dengan metode wetonan, sorogan dan musyawarah, yang sebagian sekarang sudah berkembang dengan sistem klasikal atau madrasah. Lihat: Mustafa Syarif, Administrasi Pesantren (Jakarta: Karya Barkah, 1982). Demikian pula Sarijo mengatakan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan dan wetonan . Marwan Sarijo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta;Dharma Bhakti, 1979).
perubahan karena kemampuanya khususnya pesantren perempuan. Dalam
masayarakat Jawa pada umumnya ada 2 kategori nyai, (1) perempuan
yang mempunyai kemampuan di bidang agama dan melakukan kegiatan
dakwah (2) nyai sebagai istri kiai, baik yang melakukan dakwah maupun
tidak. Maka ia disebut nyai karena isteri dari kiai. 16
Nyai dalam segala aktifitasnya dalam keluarga, masyarakat dan
pesantren merupakan tipologi seorang perempuan yang pada umumnya
dibesarkan di dunia pesantren. Menurut sebagian pandangan masyarakat,
pesantren dengan segala tradisi pendidikannya masih mengandung unsur
ketidakadilan gender, bila dilihat dari sistem pengajaran di pesantren yang
masih menggunakan literatur-literatur kitab kuning17 yang bias gender.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa Aqidah Usymuni dan Dewi
Khalifah telah berkiprah dalam pemberdayaan masyarakat dan pesantren,
khususnya kaum perempuan. Tentu saja mereka memiliki gaya, pola dan
pandangan tersendiri tentang perempuan dan kesetaraan gender, dan
bagaimana menanamkan kesadaran akan kesataraan gender dalam dunia
pesantren dan masyarakat.
Nyai pada umumnya adalah seorang yang bertanggung jawab di
pondok pesantren dalam rangka “tafaqquh fiddien” (pendalaman ilmu
keagamaan) yang dikenal dan diakui kharismanya karena kedalaman ilmu
dan sebagai pemilik pesantren.
16 Faiqoh, Nyai sebagai agen perubahan, (Tesis: Universita Indonesia , 1998), 10. 17 Kitab-kitab yang yang paling populer yang diajarkan di pesantren, seperti kitab uqudullujain, mengisyaratkan keberpihakan nyata kepada laki-laki dan ketidak seimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Kitab-kitab klasik ini dikarang oleh para penulis laki-laki dan dilestarikan di pesantren-pesantren yang pada gilirannya mengasumsikan maskulinisasi epitemologi pengetahuan agama. Lihat Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender di Pesantren. Studi Kuasa Kiai Atas Wacana Perempuan (Yogyakarta, LkiS, 2011), 6-7.
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, sebagai lembaga pendidikan
Islam yang tetap konsisten dalam tugas membantu menyambung mata
rantai khazanah ilmu-ilmu dan kebudayaan keislaman, juga senantiasa
aktif pada bidang sosial utamanya dalam mengatasi problema masyarakat
dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya pada kalangan masyarakat
yang tidak mampu.18
Demikian kiprah Aqidah Usymuni dan Dewi Khalifah disamping
bergerak dalam bidang pendidikan di pesantren, maka mereka berdua tidak
menafikan perhatian terhadap masalah di luar pondok pesantren, seperti
memprakarsai dan memimpin dalam bentuk kompolan atau pengajian-
pengajian.
Hampir setiap hari secara rutin mereka menghadiri
kompolan/pengajian yang di laksanaan masyarakat terutama pada
masyarakat pedesaan. Salah satunya dengan melalui ikatan alumni yang
dinamakam “Ikatan Santri Aqidah Usymuni (IKSAU)”, diadakan setiap
bulan di setiap kecamatan. Setiap bulan Aqidah kadang-kadang bergantian
dengan Dewi Khalifah harus menghadiri beberapa kecamatan yang
terdapat organisasi ikatan alumninya. Dalam pengajian (kompolan)
Aqidah Usymuni terutama Dewi Khalifah disamping pengajian yang
materinya tentang keimanan, ibadah dan akhlak, juga mengembangkan
dalam bentuk pembinaan keterampilan bagi masyarakat, terutama alumni
perempuan yang belum mendapat pekerjaan tetap.
18 Wawancara dengan Nur Asiyah dan Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB. Mereka berdua sering menemani Aqidah Usymuni untuk mengantarkan sesuatu –beras, kelapa, gula- ke masyarakat sekitar.
Sebagai pengelola pesantren dan pelaksana pendidikan formal
dalam bentuk sekolah, maupun pendidikan nonformal berupa pengajian-
pengajian mereka tidak bekerja sendiri tetapi dibantu oleh tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan. Maka termasuk dalam kategori pengelola
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni disamping nyai adalah Kiai, para
ustadz dan ustadzah bahkan unsur santri yang duduk dalam kepengurusan
juga ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan pesantren.19
Jumlah pendidik yang ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan
pendidikan dan proses pembelajaran di Pondok Pesantren Aqidah
Usymuni adalah sebagai berikut:
Tabel III Jumlah pendidik dan Tenaga Kependidikan
Menurut Latar Belakang Pendidikan Di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
19 Namun demikian relasi antara santri dan kiai sangat berbeda dengan relasi santri ustadh, relasi siswa dan guru di sekolah. Penghormatan yang luar biasa dari santri kepada kiainya terjadi karena dalam kultur pesantren penyerahan diri kepada kiai merupakan persyaratan mutlak agar memungkinkan seseornag menjadi anak didik/santri kiai, santri harus memperoleh kerelaan kiai dengan mengikuti segenap kehendaknya dan juga melayani segenap kepentingannya. Kerelaan kiai yang lazim disebut barakah, merupakan alasan tempat berpijak santri di dalam menuntut ilmu di pesantren. Sikap dan perbuatan tidak sopan dalam ukuran pesantren diyakini akan berimplikasi terhadap ketidakberkahan ilmu yang diperoleh. Lihat: Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat, Reinventing Eksistensi Pesantren di Era globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011), 84-85.
Asal daerah santri mayoritas dari daerah kecamatan Kabupaten
Sumenep, seperti Kecamatan Batuputih, Kecamatan Rubaru, termasuk
kecamatan yang ada di kepulauan, seperti Kecamatan Raas, Kecamatan
Sapeken, Kecamatan Kangean, dan hanya sebagian kecil saja dari luar
Kabupaten Sumenep. Walau lokasi daerah asal santri dari satu kabupaten,
namun jarak tempuh tempat asal santri relatif jauh dan memerlukan waktu
yang cukup lama. Yakni dari daerah Kabupaten Sumenep Kepulauan20
dengan menggunakan transportasi kapal laut yang ditempuh dalam durasi
waktu 10 jam hingga 12 jam bahkan ada yang sampai 16 jam dalam
keadaan cuaca normal.21 Misalnya yang bersal dari Pulau Masalembu,
kapal diberangkatkan pulul 14.00 WIB, akan sampai di tempat tujuan
besok hari jam 07.00 WIB (17 jam) dalam cuaca normal.
Dalam table V berikut tercacat sejumlah santri Pondok pesantren
Aqidah Usymuni dari berbagai tingkatan, dari santri tingkat usia dini
sampai tingkat mahasiswa.
Tabel IV Jumlah Santri Menurut Jenis Pendidikan dan Jenis Kelamin
Di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
NO Lembaga Pendidikan Jenis kelamin
Jumlah Keterangan L P
1 MD Aqidah Usymuni 156 117 273 Non formal
2 PAUD Aqidah Usymuni 75 45 120 formal
3 MTs Aqidah Usymuni 103 89 192 formal
20 Dari Raas, Kangean, Sapudi, Sapeken, Gili Genting, Gili raje dan Talango. Wawancara dengan Nur Asiyah dan Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB, dan beberapa orang santri. 21 Wawancara dengan Nur Asiyah dan Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB.
mahasiswa masih diwajibkan untuk mengikuti pengajian-pengajian
tertentu di pesantren sesuai jadual yang telah ditetapkan.24
Memperhatikan latar belakang sosial para santri, mereka
kebanyakan berasal dari kalangan keluarga petani atau nelayan atau
pedagang,25 dan sebagian kecil sebagai pegawai negeri.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian besar santri yang
mukim memasak sendiri untuk makan setiap harinya. Hal ini dilakukan
secara individu maupun berkelompok dan lebih dikenal dengan istilah
‘atanak’ (masak nasi). Karena banyaknya santri maka mereka membuat
banyak kelompok. Mereka yang berkelompok melakukan atanak kadang-
kadang secara bersama kadang-kadang ada pula yang secara bergilir.
Mereka memasak masih menggunakan kompor biasa dengan bahan bakar
minyak tanah. Setiap hari jum’at beberapa orang wali santri yang
domisilinya relatif dekat (tidak dari kepulauan) datang untuk ngirim
dengan membawa bekal untuk santri berupa makanan dan beras dari
rumah. Maka santri lain yang dalam kelompoknya menyiapkan lauk-pauk
baik dengan cara membeli bahan kemudian dimasak atau membeli lauk-
pauk yang sudah masak. Sebagian santri ada yang bersama-sama
mengumpulkan uang dengan jumlah yang sama untuk memenuhi
kebutuhan atanak bersama. Kebersamaan dalam atanak dan makan
bersama ini terlihat antara lain dilakukan sepiring berdua bahkan kadang
24 Wawancara dengan Hamdi, Sabtu, 1 Juni 2013 jam 14.00 WIB 25 Bagi keluarga pedagang, sebagaimana pada umumnya budaya orang Madura yang senang merantau ke luar daerah, misalnya masyarakat Kecamatan Raas mayoritas mereka merantau ke Pulau Bali, sedangkan masyarakat Kecamatan Sapeken dan Kecamatan Masalembu mayoritas ke Malaysia, dan beberapa masyarakat dari kepulauan lainnya mayortas merantau ke Jakarta dan daerah-daerah lain di Jawa.
seorang santri senior Ustadhah Nur Asiyah yang berasal dari Pulau Raas,
ia salah seorang alumnus STITA dan telah menyelesaikan pendidikan
strata 2 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Sampai saat ini ia
masih tinggal di pesantren Aqidah Usymuni, ia juga aktif bersama Dewi
Khafifah menjadi salah seorang pengurus Muslimat bahkan ia
memberanikan diri untuk menjadi calon anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumenep pada Pemilihan Umum
2014.
Memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada santri untuk
mengisi pengajian mewakili nyai, dimaksudkan untuk melatih kebiasaan
dan keberanian para santri, disamping itu juga karena faktor kesibukan
nyai yang sangat padat untuk menyelesaikan berbagai macam tugas dan
undangan pengajian yang waktunya bersamaan. Sebelum ditunjuk untuk
diterjukan ke masyarakat untuk mewakili nyai dalam pengajian di
masyarakat terutama di luar pesantren, santri dilatih melalui muhađarah
yang disaksikan oleh santri dan nyai. Dalam pendelegasian itu diutamakan
santri senior, dewasa, pintar dan bertanggungjawab.27
Demikian juga menurut Aqidah, penunjukan wakil terhadap santri
merupakan salah satu upaya pesantren melatih santri agar mampu dan
terlatih berhadapan dengan masyarakat. Oleh karena itu santri tidak hanya
berlatih di hadapan teman-teman santri saja, namun merupakan hal yang
sangat penting juga adalah latihan secara riil di hadapan masyarakat.
27 Wawancara dengan Nur Asiyah salah seorang santri senior dan pengurus Pondok Pesantren Aqidah Usymuni. Dan sering mewakili nyai mengisi pengajian di dalam bahkan di luar pesantren. dan Wawancara dengan Aminatus Sakdiyah, salah seorang santri senior dan pengurus Pondok Pesantren Aqidah Usymuni. Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB
Santri Aqidah Usymuni (IKSAU) Rubaru, dan lain sebagainya. Terdapat
pula “Ikatan Santri Aqidah Usymuni (IKSAU)”, untuk mewadahi seluruh
alumni tanpa melihat kedaerahan dari mana asal tinggal santri.
c. Sarana dan prasarana
Pesantren dengan tugas dan cita-cita yang diembannya semakin
dituntut berpacu sesuai dengan laju perkembangan zaman, pesantren harus
memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Maka demi keberhasilan
dan kesuksesan tujuan pesantren, disamping dibutuhkan upaya yang kuat
semangat yang gigih dan pengorbanan yang besar, tentu sangat
28 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB 29 Tidak seperti pada pondok pesantren seperti Tebuiren Jombang, Lirboyo Kediri, organisasi santri dibentuk dengan anggota santri setiap Kabupaten. Misalnya IKSB (Ikatan Keluarga Santri Banyuwangi), Ikatatan Keluarga Santri Pasuruan (IKSAP), dll.
memerlukan perhatian, dukungan dan bantuan lembaga lain yang
mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah pesantren.
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni sebagai salah satu lembaga
yang ingin mewujudkan perannya secara maksimal dalam membangun
bangsa dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk
melancarkan aktifitas, Pondok Pesanren Aqidah Usymuni yang awalnya
dibangun diatas lahan 1,5 ha sekarang telah berkembang menjadi 7 ha,30
dan telah melengkapi berbagai sarana dan prasarana sebagaimana
layaknya sebuah pesantren. Sebuah masjid, muşolla, rumah kiai, asrama
untuk santri laki-laki dan sanri perempuan, ruang belajar, ruang koperasi,
perpustakaan, lapangan olah raga (voly, basket, sepak bola) dan alat-alat
kesenian (hadrah, drum band, dan musik). Untuk mengetahui secara
keseluruhan lihat tabel berikut:
Tabel V Tentang Sarana Pendidikan Non Formal
Di Pondok pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
No Jenis sarana Jumlah Keterangan
1 Masjid/ mushola 2 1 putra, 1 putri
2 Asrama santri 27 10 kamar asrama putri 17
kamar asrama putra
3 Kantor 1 Kantor pesantren
4 Unit Pelayanan Kesehatan
Santri (UPKS) 1 -
30 Tanah seluas ini sebagian merupakan tanah yang diatasnya ditempati bangunan pesantren dan lembaga pendidikan yang lain, sebagian adalah merupakan tanah produktif berupa sawah yang dikelola untuk kepentingan dan pendanaan lembaga pendidikan Aqidah usymuni.
Sumber data: Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, tahun 2010.
Sumber dana untuk pengelolaan kegiatan diperoleh dari pribadi
(Nyai Aqidah Usymuni) karena memang merupakan tanggung jawab
pengasuh sebagai pengelola, dari yayasan, diperoleh dari pemerintah dan
masyarakat merupakan sumbangan yang tidak mengikat.32
32 Selain SPP di Sekolah, di pondok pesantren santri hanya dikenakan beaya listrik dan air. Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB. Menurut Zamakhsyari Dhofir, para kiai sekarang memperoleh sumber-sumber keuangan untuk mengongkosi pembiayaan dan perkembangan pesantren dari masyarakat. Walau demkian para kiai masih tetap memiliki kekuasaan mutlak atas pengurusan komplek pesantren. para penyumbang sendiri beranggapan bahwa para kiai berhak memperoleh dana dari masyarakat, dan dana tersebut dianggap sebagai milik Tuhan, dan para kiai dianggap sebagai insttusi ataupun pribadi yang dengan namaTuhan mengurus dana-dana masyarakat tersebut. Dalam praktek memang jarang sekali diperlukan campurtangan masyarakat dalam pengurusan dana-dana tersebut. Lihat: Zamakhsyari Dhofir, Tradisi, 48.
Aliyah (MA) Aqidah Usymuni, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah
(STITA).
Disamping kegiatan pendidikan formal, di Pondok Pesantren
Aqidah Usymuni tetap melaksanakan tradisi yang merupakan salah satu
ciri khas pesantren, yaitu pemberian pembelajaran non formal berupa
pengajian beberapa macam kitab kuning. Pelaksanaan pengajian kitab
kuning di tempatkan di muşolla untuk santri perempuan, dan di masjid
untuk santri laki-laki, disampaikan oleh nyai, dan para unstadhah yang
ditunjuk nyai, juga oleh kiai dan para ustadh.35
34 Ketika pengajian kitab di Musalla bab ţaharah (bersuci), para santri mendiskusikan tentang bagaimana bersuci yang ada di hotel-hotel berbintang yang hanya menggunakan tissue. Observasi Ahad, 23 Juni 201 jam 19.00 WIB. Demikian juga pada kesempatan yang lain, Nur Asiyah dalam pengajan kitab Safỉnatu al-Najậh, para santri mendiskusikan tentang penggunaan air untuk berwuđuk harus mencapai dua kulah. Observasi, Jum’at, 5 Juli 2013, jam 19.30 WIB. 35 Hal ini berbeda dengan pengajian santri putra yang dilaksanakan di masjid al-Aqsho dan hanya disampaikan oleh kiai dan ustadh.
penentu kebijakan sepenuhnya masih berada pada pengasuh.38 Tak kecuali
terhadap pondok pesantren Aqidah Usymuni khusus laki-laki yang secara
kepengurusan berdiri sendiri, namun penentu kebijakan masih di bawah
kekuasaan Nyai Aqidah Usymuni.
Dalam tradisi kepemimpinan pesantren, pada umumnya pengasuh
adalah pemegang otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan,
walaupun secara manajerial keputusan yang diambil melalui proses
bersama dengan pengurus sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.39
Dalam hal ini nyai masih berperan dan sangat menentukan dalam
pengambilan keputusan.
Keadaan yang demikian ini sesuai dengan yang disampaikan
Dhofir 40 bahwa kekuasaan dan kewenangan kiai dalam pesantrennya
nyaris mutlak, pada umumnya santri menganggap kiai adalah pemilik,
guru, pemimpin dan penguasa tunggal dalam pesantrennya. Bahkan
menurut Dhofir kekuasaan dan kewenangan kiai terhadap masyarakat
sekitar pesantren yang berwujud pengaruh dan peranan dalam mobilisasi
masyarakat.
Menurut Mujamil Qomar, 41 bahwa dengan melihat kenyataan
tentang bagaimana otoritas kiai dalam menguasai dan mengendalikan
seluruh sektor kehidupan pesantren. Ustadz, apalagi santri, baru berani
melakukan sesuatu tindakan di luar kebiasaan setelah mendapat restu dari
kiai. Ia ibarat raja, segala titahnya menjadi institusi –baik tertulis maupun
38Wawancara langsung Fathol Arifin. Kepala Sekolah MA Aqidah Usymuni, Senin, 10 Juni 2013. 39 Wawancara dengan Hamdi, Sabtu, 1 Juni 2013 jam 14.00 WIB 40Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren, 58. 41 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi, 31.
konvensi- yang berlaku bagi kehidupan pesantren. Ia memiliki hak untuk
menjatuhkan hukuman terhadap santri-santri yang melanggar ketentuan-
ketentuan titahnya menurut kaidah-kaidah normatif yang mentradisi di
kalangan pesantren.
Dengan memperhatikan posisi nyai yang sangat berkuasa dan serba
menentukan kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan itu
menurut Dirdjosanjoto 42 akhirnya justru yang demikian cenderung
menyumbangkan terbangunnya otoritas mutlak. Dalam pesantren kiai
adalah pemimpin tunggal yang memegang wewenang hampir mutlak. Di
pesantren tidak ada orang lain yang lebih dihormati selain dari pada kiai.
Akan tetapi menurut Efendi,43 kekuasaan kiai tidak bisa langsung
dihubungkan dengan perilaku otoriter dengan kekuasaan, kesewenang
wenangan, penindasan dan pengerahan massa rakyat untuk kepentingan
diri dan keluarga seperti pola kepemimpinan dan kebijaksanaan hampir
setiap raja tempo dulu.
Para kiai besar maupun kecil, sepanjang dilihat dan diketahui para
ahli dan pengamat masalah-masalah sosial dari berbagai kalangan, tak
satupun dijumpai kiai yang memiliki kecenderungan apalagi perlakuan
otoriter dalam menggerakkan roda kekuasaan dan kewenangannya
terhadap santri dan atau masyarakat sekitar. Bagaimanapun kekuasaan kiai
di mata masyarakat, tak bisa bergeser dari nilai-nilai moral dan norma
ajaran agama yang menjadi tumpuan kedudukannya itu.
42 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa (Yogyakarta: LKiS, 1999), 156. 43 Bisri Efendi, An Nuqayah; Gerak Transformasi Soaial Di Madura (t.t. P3M Perhimpunan Pengembangan Pesantren, 1990), 1.
Demikian juga kasus yang terjadi di pondok pesantren Aqidah
Usymuni hampir semua kebijakan ditentukan oleh pengasuh yaitu Aqidah
Usymuni dan Dewi Khalifah, misalnya dalam masalah keuangan, dan
menentukan rencana atau program mana yang harus diprioritaskan.
Namun menurut penjelasan beberapa informan bahwa seluruh
kebijakan yang diputuskan oleh pengasuh yaitu Aqidah Usymuni dan
Dewi Khalifah adalah untuk kepentingan dan kemajuan pesantren. Seperti
pemberian beasiswa untuk siswa dan mahasiswa yang kurang mampu,
beasiswa untuk suami isteri atau dua bersaudara 44 yang pada waktu
bersama menjadi mahasiswa di STIT Aqidah Usymuni, bahkan pemberian
seragam untuk seluruh siswa baru PAUD dan kegiatan bakti sosial
lainnya.45 Setiap tahun ajaran baru, tidak kurang bahkan bisa lebih dari
sepuluh suami isteri, dan beberapa santri yang bersaudara, serta yang
kurang/tidak mampu dalam ekonomi yang kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA) Terate Pandian Sumenep mendapat
keringanan/pembebasan SPP.46 Yang demikian ini merupakan kebijakan
Aqidah Usymuni sebagai realisasi kometmen awal pendirian pesantren
adalah untuk peningkatan pendidikan perempuan dan masyarakat yang
kurang/tidak mampu.
44 Untuk meringankan beaya kuliah bagi suami isteri, maka istri dibebaskan SPP selama empat semester, untuk siswa dan mahasiswa yang tidak mampu selama delapan semester. Wawancara dengan Nur Asiyah Jum’at, 4 januari 2014 jam 14.00 WIB 45 Wawancara langsung, Helda dan Saeful wali murid PAUD Aqidah Usymuni Senin, 24 juni 2013 jam 15.00. dan wawancara dengan ustadhah Nur Asiyah dan ustadhah Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB 46 Wawancara dengan Nur Asiyah Jum’at, 4 januari 2014 jam 14.00 WIB
Aqidah Usymuni dilahirkan pada tahun 1938, di desa Pandian
Sumenep Madura. Anak perempuan bungsu dari empat saudara pasangan
Usymuni dan Makkiyah yang masih keturunan Ratu Sumenep. Nama kecilnya
Nyi Qida, sejak kelahirannya keluarga dan masyarakat Pandian sudah banyak
berharap banyak pada dirinya karena beliau adalah keturunan ulama yang
berkomitmen dengan nilai-nilai ajaran Islam dari kedua orang tuanya.
Aqidah dilahirkan di masa Jepang yang tentu masih dalam masa sulit.
Aqidah termasuk piyatu karena sejak usia 5 bulan ibunya wafat. Sejak itu
pengasuhan Aqidah dilakukan sepenuhnya oleh ayahnya yaitu Usymuni.
Usymuni seorang alim dan memiliki kemampuan sebagai tabib. Hal ini
dibuktikan ketika masa kecil Aqidah. Pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia ada seorang tokoh Jepang yang sakit keras, diduga kena santet dan
berobat kepada Usymuni, dengan ijin Allah bisa berhasil dan sembuh. Sejak
itulah hubungan orang Jepang tersebut dengan keluarga Usymuni menjadi
sangat dekat. Sebagai rasa terima kasih dan balas budi orang Jepang tersebut
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dengan memberikan
bantuan roti, susu dan biskuit untuk kebutuhan Aqidah yang masih bayi.
Kedekatan Aqidah dengan ayahnya, Aqidah kecil selalu dibawa kemana
saja ayahnya pergi. Dari pengalaman Aqidah pada masa kecil sering diajak
pergi itu bahkan dalam memperkuat spiritual Usymuni dengan menyepi di
gunung Payudan (pajudden) 47 Aqidah tetap menemani ayahnya. Menurut
47 Gunung yang pernah dipergunakan Potre Koneng (Dewi Saini) dan suaminya Pangeran Adipoday(Arya Baribin) Adipati Sumenep ke 12 bertapa. Keduanya sebagai orang tua Jakatole
pengakuan Aqidah “sengkok paling semak ben abah etimbang taretan se lain
(saya paling dekat –akrab- dengan abah dari pada saudara yang lain).48 Ini
kemungkinan karena Aqidah sudah piyatu semenjak masih bayi.
Aqidah belajar ilmu dasar agama langsung dari ayahnya termasuk
belajar al-Quran, tidak hanya itu bahkan belajar tajwid dan ilmu-ilmu agama
dari ayahnya langsung.
Latar belakang pendidikan formal Aqidah adalah setelah menyelesaikan
pendidikan dasar di Sekolah Rakyat Karembangan Panglegur Sumenep,
kemudian melanjutkan pada jenjang pendidikan berikutnyan pada PGAN
(Pendidikan Guru Agama Negeri) VI Tahun pada saat itu, secara sosial
budaya jenjang pendidikan setingkat Madrasah Aliyah bagi perempuan tentu
sudah cukup tinggi.
Aqidah anak dari Usymuni dengan Nyai Makkiyah, mempunyai empat
bersaudara kandung (As’ad, Maksad, Hindun dan Aqidah). Dua orang
saudara, pertama dan kedua adalah semua laki-laki, ketiga perempuan dan
Nyai Aqidah yang ke empat. Menurut penjelasan Aqidah, sebenarnya ibunya
yaitu Makkiyah mengharap anak yang ke empat adalah juga laki-laki, karena
ia berkeinginan kelak anaknya bisa meneruskan dan membuat pesantren
sendiri. Karena kedua anak laki-laki sebelumnya tidak berkenan meneruskan
keberlanjutan pesantren yang telah dirintis ayahnya, karena kesibukannya di
luar pesantren.
alias Arya Kudapanole (Secaradiningrat III), Adipati Sumenep ke 13 yang memrintah pada tahun 1415-1460. Lihat: Iskandar Zulkarnain, dkk., Sejarah Sumenep (Sumenep, Dinas pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep, 2003), 53. 48 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB.
Ketika usia 7 tahun Aqidah kecil baru mendapat pengganti ibunya. Dia
diasuh oleh ibu tiri Ahmaniyah dan diasuh sebagaimana anak sendiri. Karena
sejak kecil selalu bersama ayahnya ia dibesarkan sebagaimana laki-laki,
pakaiannya dan didandani seperti anak laki-laki, bahkan tidak banyak orang
yang tahu kalau Aqidah kecil adalah perempuan.
Aqidah kecil dipanggil Deng-Deng, karena memang diasuh seperti
anak laki-laki. Mungkin ini ada doa ibu (Makkiyah) dan harapan yang
dikabulkan meskipun mempunyai anak perempuan bisa mendirikan dan
memimpin pesantren untuk meneruskan perjuangan ayahnya49.
Aqidah tidak mendapatkan waris berupa tanah dari ayahnya, ia hanya
menerima kitab-kitab dan benda pusaka milik Usymuni, maka atas nasehat
dan petunjuk Ahmaniyah (ibu tiri Aqidah yang telah mengasuhnya sejak umur
7 tahun) menyarankan “mon bekna terro agebhei pesantren belli tana ė adhe’
ruwa” (kalau kamu ingin mendirikan pesantren, belilah tanah sebelah depan
itu”. Aqidah menerima saran dari Ahmaniyah untuk membeli sebidang tanah,
dengan penuh tekad dan kemampuan beliau akhirnya tanah dapat terbeli yang
menjadi cikal bakal pendirian pesantren. di atas tanah ini terletak
kediamannya, lokasi pesantren, Madrasah Diniyah, Madrasah Tsnawiyah,
Madrasah Aliyah dan muşolla, yang semua diperentukkan untuk santri
perempuan.
Aqidah terus berupaya untuk dapat terus berlanjut memiliki tanah
sekitarnya, akhirnya Aqidah bisa membuktikan bahwa tanah miliknya bisa
49 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB dan Wawancara langsung dengan Dewi Kholifah Kamis, 5 Pebruari 2013 Jam 08,00 WIB
lain dari seorang nyai adalah ketika dia juga ikut bertanggungjawab untuk
berdakwah sebagai tugas sosial.
Salah satu tugas itu adalah sebagai Mubalighah menurut Marcous51
adalah mediator di bidang agama yang tidak hanya mengkomunikasikan
ajaran-ajaran agama yang berkaitan dengan dunia dan akhirat, tetapi juga
mengkomunikasikan ajaran agama Islam yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari seperti hubungan antar pribadi, kehidupan keluarga, kesehatan,
pendidikan, budaya, ekonomi dan politik dan masalah-masalah lain, untuk
dikomunkasikan dengan masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya.
Walaupun dalam masalah kepemimpinan perempuan sangatlah jarang
terjadi, karena dalam masyarakat muslim umumnya mengenal kepemimpinan
patriarkhal,52dan mainstream pemikiran kalangan pesantren hingga saat ini
sangat menempatkan dominasi laki-laki 53 di atas perempuan, yaitu suatu
sistem di masyarakat yang menempatkan laki-laki sebagai sosok yang layak
memimpin dari pada perempuan. Namun Aqidah sebagai perempuan tetap
mempunyai komitment terhadap cita-cita dan perjuangannya terutama dalam
51 Lies Marcous, Women Mediation in Indonesia, (Leiden: KTLV, 1992), 205. 52 Yaitu sistem kemasyarakatan yang menentukan ayah sebagai kepala keluarga. Lihat John M. Echols dan Hassan Shadly, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), halaman 121. Budaya patrarkhi, yakni suatu sistem yang bercirikan laki-laki (ayah), dimana laki-laki berkuasa untuk menentukan, mengatur, dan pengambil keputusan. Lihat Mufidah Ch., Bingkai Sosial Gender, Islam, Strukturasi, & Konstruksi Sosial, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 10. 53Dalam hal kepemimpinan pesantren masih mengikuti sistem patriarkal, yaitu tentang estafet pergantian kepemimpinan pesantren, terutama pada pesantren milik pribadi adalah dari-ke: pendiri-anak-menantu-cucu-santri senior. Artinya Ahli waris pertama adalah anak laki-laki, yang senior dan dianggap cocok oleh kiai dan oleh masyarakat untuk menjadi kiai, baik dari segi kealimannya maupun dari segi kedalaman ilmu agamanya. Jika hal ini tidak mungkin, misalnya karena pendiri tidak punya anak laki-laki yang cocok untuk menggantikannya, maka ahli waris kedua adalah menantu, kemudian sebagai ahli waris ketiga adalah cucu. Jika semuanya itu tidak mungkin, maka ada kemungkinan dilanjutkan oleh bekas santri senior. Tetapi biasanya santri lebih suka mendirikan pesantren sendiri, dan bila hal ini terjadi maka berakhirlah pesantren yang bersangkutan karena tidak ada yang meneruskannya. Lihat Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), 88
54 Wawancara Langsung pada tanggal 18 Juli 2013; ia adalah salah seorang pensiunan pegawai negeri, tokoh agama dan guru ngaji di Sumenep, sepupu Nyai Aqidah 55 Asta Tinggi yaitu tempat makam raja-raja Sumenep dan keturunannya hingga sekarang, yang terletak di desa Kebunagung Kecamatan kota Sumenep. 56 Bendoro Saud (Bindere Saud: Madura), adalah seorang ulama yang kharismatik pekerjaannya tukang sabit rumput. Ia dilamar, kemudian menikah dengan adipati Sumenep ke 30 yaitu Raden Ayu Rasmana Tirtonegoro yang suaminya teah meninggal. Setelah menikah, oleh Kompeni Bendoro Saud dinobatkan sebagai adipati Sumenep dengan gelar Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro. Maka pada kurun pemerintahan adipati ke 30 (1750-1762) terjadi dualisme kepemimpinan Raden ayu Tirtonegoro dan suaminya Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindere saud). http:/id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_sumenep#Nama. Bandingkan: Iskandar Zulkarnain, dkk., Sejarah, 119.
Abdurahman58 dan 4). makam abahnya sendiri Usymuni.59 Dalam tirakat itu
akhirnya Aqidah dapat perlambang (simbol) bendera, maka ia bisa
meneruskan kemampuan ayahnya, Usymuni dalam bidang pertabib-an.
Perilaku Aqidah Usymuni memang menurut Rasyid menyenangkan dan
tidak banyak Nyai yang bisa begitu. Dia memberi santunan atau sekedar
memberi sodaqoh berupa sembako dan pakaian, sarung, mukena kepada
masyarakat. Aqidah datang sendiri ke rumah-rumah yang dituju dengan naik
becak keliling atau terkadang diantar mobil oleh santri laki-laki dengan
ditemani beberapa santri perempuan. Seperti yang sering dilakukan menjelang
bulan Ramadan dan menjaleng ‘idul fiţri. Dia bahkan memberikan oleh-oleh
ala kadarnya kepada jamaahnya seperti ada kacang panjang, mentimun bahkan
uang yang dirogoh dari sakunya tanpa menghitung, diberikan jamaahnya
setelah selesai pengajian yang dilaksanakan di mushalla yang terletak di
samping kanan rumahnya.60 Hal ini menjadi strategi untuk mengikat pada
jamaahnya sehingga ada ikatan moral dan patron antara nyai dan masyrakat
Menurut Rasyid, memang Aqidah sangat pintar dan cerdas serta
akomodatif, artinya untuk mengembangkan pesantren maka Aqidah merasa
57 Panembahan Somala yaitu Raden Asirudin adalah putera Bindere Saud dengan isteri pertama (anak tiri Raden Ayu Rasmana Tirtonegoro) bergelar Tumenggung Ario Natakusuma, juga dikenal dengan sebutan Panembahan Somala, juga dikenal dengan Sultan Sumenep I. Sebagai adipati Sumenep yang ke 31, beliau adalah pendiri Keraton Sumenep, Masjid Jamik Sumenep dan Asta Tinggi. Ibid., 125. 58 Abdurrahman adalah adipati selanjutnya yang ke 32, seorang negarawan dan ilmuwan. yakni Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahman Tirtadiningrat (putraTumenggung Ario Natakusuma), naik tahta diberi gelar Panembahan Natakusuma II, dan dinaikkan lagi tahtanya menjadi Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I. Sebutan sultan biasanya digunakan untuk gelar penguasa sebuah kesultanan. Maka sebutan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, menunjukkan bukti bahwa Sumenep pada masa itu berbentuk kesultanan. Ibid., 135. 59 Terletak di Desa Pandian (utara) Kecamatan Kota Sumenep. 60 Wawancara Langsung dengan Hanifah Rasyid pada tanggal 18 Juli 2013. Ia adalah isteri Rasyid Kafrawi yang juga masih sepupu Nyai Aqidah, dan salah seorang anggota pengajian/ Kompolan Şalawat Nậriyah.
4). S1 Ilmu Hukum Universitas Putra Bangsa Surabaya
5). S2 Ilmu Hukum Universitas Narotama Surabaya
62 Wawancara dengan tokoh muda NU Sumenep, rabu 12 Juni 2013. Jam 15.00 WIB. 63 Wawancara langsung dengan Dewi Kholifah Kamis, 5 Pebruari 2013 Jam 08,00 WIB
2 : 1. Karena laki-laki dalam hal ini suami mempunyai tanggung jawab
sebagai pemimpin dalam keluarga, sangat relevan kaitannya dengan kewajiban
yang dibebankan, maka Allah memberikan hak lebih banyak kepada laki-laki
dibanding yang diberikan kepada perempuan.
Menanggapi tentang hadith Nabi sehubungan dengan kepemimpinan
putri Kisra64 bahwa “tidak akan baik keadaan sebuah kaum yang mengangkat
perempuan sebagai pemimpin urusan mereka” menurut Dewi Khalifah apa
yang disampaikan Nabi tersebut sifatnya tidak tekstual, sehingga berlaku
untuk semua perempuan. Tetapi hadith tersebut kontekstual dan hanya berlaku
pada putri Kisra tidak kepada perempuan selain dia. Sebab dalam al-Qur’an
surat 27 (an-Naml : 23)65 justru menerangkan tentang keberadaan perempuan
cerdas dan bijaksana yang mampu memimpin sebuah kerajaan.
Dalam proses menjalankan tugas sebagai pengembangan yayasan
pesantren, Dewi Khalifah tentu berusaha sebaik mungkin untuk
mengakomodir semua keinginan di lingkungan pesantren dan pendidikan.
Dengan menggunakan asas demokrasi sehingga menghasilkan sistem yang
tidak kaku dan transparan, meski terkadang ada kebijakan yang sangat
terpaksa dilaksanakan yang seolah-olah kaku tetapi menjadi pilihan yang
terbaik diantara yang terburuk.
Disamping itu kritik dan saran yang diberikan masyarakat atau pun
civitas akademika dianggap sebagai ungkapan rasa sayang dan rasa memilki
64 ام الج اثنا عثمان د ح بكلمة أي ثنا عوف عن الحسن عن أبي بكرة قال لقد نفعني هللا ا بلغ بن الھيثم حد عليه مل لم بي صلى هللا الن
وسلم أن فارسا ملكوا ابنة كسرى قال لن يفلح قوم ولوا أمرھم امرأة 65 تملكھم وأوتيت من كل شيء ولھا عرش عظيم ٱمرأة وجدت إني artinya: sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Wawancara dengan Dewi Khalifah. Sabtu 28 desember 2013.
pendidikannya sudah sampai tingkat sekolah atas, dan tidak dapat melanjutkan
kuliah ke perguruan tinggi negeri, maka bisa menempuh pendidikan di
Yayasan Aqidah Usymuni. Di antara mereka yang kuliah di Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA) banyak yang sudah berumah tangga,
atau kuliah sambil bekerja sebagai guru maupun pekerjaan lainnya.67
Untuk meringankan beban santri, Yayasan Aqidah Usymuni
mengupayakan berbagai macam bantuan berupa beasiswa yang diperuntukkan
kepada santri yang kurang mampu. Disamping beasiswa dari yayasan, terdapat
pula beasiswa yang merupakan kerja sama dengan Pergunu. Adapun
persyaratan mahasisa yang memperoleh bantuan dari beasiswa Pergunu adalah
guru yang belum S1 dan harus warga NU. Pada angkatan pertama pada tahun
2012 sebanyak 100 orang mahasiswa yang terdri dari 50 orang mahasiswa
perempuan dan 50 orang mahasiswa laki-laki, pada saat ini sudah menginjak
semester V, Angkatan kedua, pada tahun 2014 sebanya 50 orang, terdri 31
orang mahasisa perempuan dan sisanya sebanyak 19 orang mahasisa laki-laki.
Beasiswa berupa SPP selama empat semester, dan selebihnya empat semester
ditanggung oleh Yayasan Aqidah Usymuni.
Dengan demikian untuk yayasan terutama bagi pengasuh yaitu Nyai
Aqidah dan Nyai Dewi Khalifah, bahwa dukungan masyarakat terhadap
eksistensi pesantren dan kepemimpinan yang berlangsung di Pondok
Pesantren Aqidah Usymuni adalah sangat penting. Bahkan bukan hanya
masyarakat pesantren yang terlibat langsung dalam proses pendidikan, tetapi
67 Penulis wawancara dengan salah seorang mahasiswa semester VIII penerima beasiswa dari Yayasan Aqidah Usymuni, ia sebagai pramuwisma yang beruntung mendapat ijin majikannya untuk meneruskan kuliah dan mengajar di madrasah. Ada juga beberapa orang yang bekerja sebagai pelayan toko.