58 BAB III PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU 1976-1983 A. Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) Kegiatan Pindad dititikberatkan untuk memproduksi senjata dan mesiu, dengan perkataan lain untuk memenuhi kebutuhan militer.Perindustrian Angkatan Darat yang lebih dikenal dengan Pindad sudah melakukan berbagai jenis produksi hingga tahun 1976 seperti Senapan Serbu 77 (SS77). 1. Perkembangan PerindustrianAngkatanDarat Tahapan pengembangan di era Pindad lebih fokus pada tujuan pembinaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk mendukung kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan senjata baru pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari Angkatan Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar mereka. Setelah itu, senjata pun diproduksi secara massal. 1 Pindad diharapkan secara perlahan tapi pasti agar berkembang menjadi industri senjata dalam negeri yang ampuh berkompetisi dengan industri-industri senjata lainnya, untuk membuat alat-alat keperluan prajurit sehari-hari serta perlengkapan untuk bertempur dalam arti yang sangat luas. Dari sangkur, senjata ringan dan berat seperti pistol, revolver, senapan mesin, mortir, meriam hinngga peluru-pelurunya. Melalui kerja sama dengan berbagai badan dan instansi lainnya, 1 Abrar Yusra., Azwar Anas Teladan dari Ranah Minang, (Jakarta : Kompas, 2011), hlm. 68.
30
Embed
BAB III PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU … · Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar ... didukung rehabilitasi dan pembangunan industri semen ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
58
BAB III
PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU
1976-1983
A. Perindustrian Angkatan Darat (Pindad)
Kegiatan Pindad dititikberatkan untuk memproduksi senjata dan mesiu,
dengan perkataan lain untuk memenuhi kebutuhan militer.Perindustrian Angkatan
Darat yang lebih dikenal dengan Pindad sudah melakukan berbagai jenis
produksi hingga tahun 1976 seperti Senapan Serbu 77 (SS77).
1. Perkembangan PerindustrianAngkatanDarat
Tahapan pengembangan di era Pindad lebih fokus pada tujuan pembinaan
yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan
teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk mendukung
kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan senjata baru
pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari Angkatan
Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar mereka. Setelah
itu, senjata pun diproduksi secara massal.1
Pindad diharapkan secara perlahan tapi pasti agar berkembang menjadi
industri senjata dalam negeri yang ampuh berkompetisi dengan industri-industri
senjata lainnya, untuk membuat alat-alat keperluan prajurit sehari-hari serta
perlengkapan untuk bertempur dalam arti yang sangat luas. Dari sangkur, senjata
ringan dan berat seperti pistol, revolver, senapan mesin, mortir, meriam hinngga
peluru-pelurunya. Melalui kerja sama dengan berbagai badan dan instansi lainnya,
1Abrar Yusra., Azwar Anas Teladan dari Ranah Minang, (Jakarta :
Kompas, 2011), hlm. 68.
59
Pindad juga melakukan eksperimen pembuatan dan peluncuran roket. Lebih jauh
Pindad juga memproduksi alat-alat transportasi militer dan suku cadangnya,
seperti panser dan tank.
Namun perkembangan industri pertahanan masih kurang dapat perhatian
dari pemerintah karena pada masa Orde Baru yang banyak melakukan import
alutsista, maka industri pertahanan tidak mendapat anggaran yang seharusnya
dimana anggaran untuk pembelian lebih besar dibandingkan dengan anggaran
untuk modal bagi industri pertahanan dalam negeri.
Seperti ditulis Radius Prawiro:
“Saat itu industri Indonesia masih belum berkembang;
Indonesia masih merupakan suatu negara yang agraris, maka
pengadaan barang-barang kebutuhan hidup dilakukan melalui
kegiatan perdagangan, dalam hal ini kegiatan impor. Sedangkan
kegiatan perdagangan tidak dapat berjalan lancar karena kelangkaan
devisa, berhubung sebelumnya devisa banyak dipakai untuk
mendanai perjuangan pembebasan Irian Barat, lalu untuk
konfrontasi dengan Malaysia. Negara kita mengalami suatu
kesulitan untuk meredakan inflasi yang waktu itu sudah menuju ke
650 persen pada tahun 1966...”2
Sejalan dengan itu, Indonesia membenahi politik luar negerinya, antara
lain menyambung kembali hubungan dan kerja samanya yang sebelumnya
terputus dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga
internasional lainnya, serta mengundang masuknya investasi asing di Indonesia.
Semua itu membawa konsekuensi-konsekuensi yang mendasar dan luas di semua
sektor kehidupan.
Setelah rehabilitasi ekonomi (1966-1969), lalu dirancangkan program
pembangunan nasional sesuai Repelita jangka panjang Pertama (1969-1994), yang
2Ibid., hlm. 70.
60
menitik beratkan pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada pembangunan
pertanian dengan target swasembada beras sebagai basis pembangunan industri.
Pembangunan pertanian besar-besaran di Indonesia itu didukung antara lain oleh
pembangunan berbagai irigasi besar dan kecil, pembangunan jalan raya yang
didukung rehabilitasi dan pembangunan industri semen dan pupuk, serta
penerapan teknologi pertanian di negara yang wilayahnya luas dan agraris ini.
Perubahan agenda pokok pemerintah itu pada gilirannya menimbulkan perubahan
pula pada status dan funsi Operasi Karya Pindad.3
Mesin-mesin Pindad mengalami idle capacity walaupun menganggur
tetapi mesin-mesin harus tetap produktif. Operasi Karya adalah bagian dari
kegiatan Pindad sebagai badan usaha milik negara di lingkungan Angkatan Darat,
yang secara resmi merupakan usaha industri untuk membuat senjata dan mesiu.
Kegiatan Operasi Karya Pindad sendiri hanya merupakan kegiatan ekstra, yang
tidak memiliki sarana, fasilitas, dan alokasi dana pemerintah (APBN).4
Kurang ketersediaan dana bagi produksi senjata merupakan suatu kendala
yang cukup besar. Tanpa biaya operasi ataupun alokasi dana pemerintah, industri
tidak mampu untuk memproduksi senjata secara masif. Pemerintah yang kurang
memperhatikan perkembangan industri senjata akibat dari kelangkaan devisa dari
pemerintahaan Orde Lama membuat Pemerintahan Orde Baru berusaha untuk
lebih memperhatikan bagaimana produksi industri senjata dalam negeri.5
Dengan menggunakan Operasi Karya Pindad berusaha membuat inovasi
dan kreasi dengan menggunakan sumber daya yang ada. Ini bertujuan
3Ibid., hlm. 71.
4Ibid.
5Ibid., hlm. 73.
61
menggembangkan peran serta Pindad dalam pembangunan industri dalam
negeri.Pada 29 April 1983, industri militer ini dimasukkan ke industri stragis
dengan nama PT Pindad (Persero), yang berada di bawah kendali Dr. B.J.
Habibie. Pada masa inilah proses alih dan akumulasi teknologi dilakukan secara
sistematis, dinamis, dan terprogram. Dengan empat tahap transformasi teknologi,
Habibie melalui tahap produksi senjata dengan lisensi. PT Pindad kemudian
melakukan program manufaktur senjata baru, yaitu senapan serbu FNC, dengan
lisensi dari Fabrique Nationale Herstal (FNH), Belgia. Senapan serbu ini lebih
maju dari yang pernah dibuat Pindad karena memenuhi standar NATO.6
Melalui perjanjian lisensi dengan perusahaan Inggris, Pindad melakukan
perakitan sepuluh unit tank Scorpion. Hal ini menambah pengetahuan, baik
implisit maupun eksplisit, di bidang kendaraan tempur. Dan kelak kemampuan ini
digunakan untuk mendesain dan membuat water canoon dan tactical combat
vehicle. Perbaikan dan pemeliharaan tank Scorpion juga dilakukan di Pindad.7
Industri yang bergerak dibidang senjata ini juga mengembangkan di
bidang kendaraan tempur. Untuk mengurangi ketergantungan Industri alutista
dalam negeri dalam import kendaraan tempur seperti tank maupun alat berat
lainnya.
Produksi di bawah lisensi FNH, PT Pindad mendapatkan pembelajaran.
Dari kerja sama ini, mereka memperoleh kesempatan mempelajari karateristik
senjata. Selain itu, Pindad dapat melakukan perbandingan senjata dari segi desain,
khususnya dengan senapan buatan Amerika Serikat yang terkenal, M-16. Maka
pada tahap ini PT Pindad sudah mampu melakukan adaptasi desain senjata
6 Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 117.
7Ibid.
62
Fabrique Nationale Carabine (FNC) menjadi senapan serbu SS1 berkaliber 5,56
mm, yang sekarang menjadi salah satu senjata organik TNI.8
Program produksi dengan sistem lisensi seperti itu juga memberikan
pengetahuan bagaimana meningkatkan kualitas dan kinerja senjata. Dari sini,
dilakukan adaptasi desain sesuai dengan kondisi pemakainya, yaitu TNI dengan
karateristik keindonesiaannya. Maka diproduksilah senapan serbu SS1 dengan
versi 1, 2, 3, dan 5. Program ini akhirnya terbukti memberikan pelajaran yang
berharga bagi PT Pindad dalam memproduksi senjata dan granat.9
Dari pengalaman di atas, PT Pindad kemudian memproduksi versinya atau
modifikasinya, baik pistol P1 maupun revolver (R1), dengan menggunakan
teknologi balistik berupa laras berulir. Pistol P1 Dan P2 kaliber 9 mm dibuat lebih
sesuai dengan dengan ergonomi orang Indonesia dan juga dengan memperhatikan
serta melakukan remodifikasi balistik dalam dan luar pistol tersebut. Pistol ini
dirancang beroperasi dari Jerman.10
Gambar 1.
Pistol-P1
Sumber : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD
8Ibid.
9Ibid., hlm. 118.
10
Ibid.
63
Industri senjata adalah salah satu komponen penting dalam faktor
mendukung alutsista negara. Indonesia dengan pengembangan industri Badan
Usaha Milik Negara Strategis (BUMNIS) dapat membantu dalam pertahanan dan
keamanan negara. Kekuatan militer negara dilihat dari kelengkapan alutsista
negara serta persenjataan yang digunakan oleh tentaranya.
B. Kepemilikan TNI Terhadap Pindad
Angkatan Bersenjata menjadi faktor dominan dalam pembentukan
kebijakan Pemerintah. Pabrik Industri Senjata pada masa Orde Baru dikelola oleh
Angkatan Darat.Sejak diserah terimakan dari Belanda, PSM (Pabrik Senjata dan
Mesiu) langsung diterima oleh TNI, sehingga industri senjata menjadi tanggung
jawab pihak militer dalam produksi maupun pengembangan senjata maupun
alutsista. Sebagai pemegang industri alutsista, TNI fokus dalam pembuatan
senjata.
1. IndustriSenjata TNI AD PraPindad
Perkembangan PSM. Tanggal 1 Januari 1953 reorganisasi PSM yang
dititik beratkan pada penyelesain tugas pokok. Terutama untk pembaharuan
mesin-mesin guna membuat jenis/type jenis senjata dan munisi, sucad senjata,
rematerialisasi dan alat perlengkapan keperluaan TNI Angkatan Darat. Kemudian
juga diadakan modernisasi instalasi dan tahun 1955 membangun pabrik munisi
kaliber ringan di PSM, sehingga tahun 1956 telah berhasil memproduksi munisi
kaliber ringan secara besar-besaran. Hasil yang dicapai PSM saat itu meliputi
pisotl isyarat 1 inch, stengun 9 mm, rebuild karabin 6,5 mm menjadi 7,7 mm
64
granat-granat tangan, pesawat mortir 5 cm, 6 cm dan 8 cm, hasil-hasil tersebut
telah digunakan TNI untuk operasi militer.11
Saat bernama Pabal AD, terjadi beberapa perkembangan dalam bidang
teknologi persenjataan. Mereka mulai menjalin kerja sama dengan perusahaan
senjata Eropa untuk pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata.
Hasilnya, mereka berhasil membangun pabrik senjata ringan.12
Pabrik Alat Peralatan AngkatanDarat (Pabal-AD). Tanggal 1 Desember
1958 PSM dirubah menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat. Usaha
pengembangan pabrik, khususnya bidang persenjataan makin ditingkatkan guna
mengurangi ketergantungan kebutuhan senjata dan munisi dari negara lain.
Setelah berhasil memodernisir Pabrik munisi tahun 1957, usaha pengembangan
selanjutnya adalah untuk membangun pabrik senjata, usaha ini akhirnya berhasil
pada tahun 1959 dengan ditandatangani kontrak kerasama untuk pembelian satu
unit Pabrik Senjata dikenal dengan kontrak BB/KOYA. Disamping merencanakan
pembangunan pabrik senjata, juga berhasil mengembangkan Fuse untuk granat
mortir serta munisi kaliber. 30 M/T, munisi kaliber 9mm.13
Keberhasilan itu membuat Pabal AD ditunjuk sebagai badan pelaksana
utama pengadaan senjata di kalangan TNI AD. Pada era ini pula pemerintahan
11
Lestari Wijono., “Pemberdayaan Industri Strategis Dalam Mendukung
Alutsista TNI AD Untuk Meningkatkan Pertahanan Keamanan Negara (Studi Di