Page 1
57
BAB III
PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN
APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH
A. Penyesuaian Antara Kalender Saka Dengan Kalender Hijriyah
Penyesuaian antara kalender Saka dengan kalender Hijriyah
menghasilkan kalender Islam Jawa. Kalender Islam Jawa disebut juga dengan
kalender Khuruf/Huruf 90
, sedangkan nama ilmiah kalender ini ialah anno
Javanico.91
Tepatnya 1555 Saka atau 1633 M atau tepatnya lagi 1043 H,
dimana pada saat itu Raja Jawa Mataram Islam yaitu Sultan Agung yang
bergelar Sri Sultan Muhammad Sultan Agung Prabu Anjokrokusumo telah
90
Khuruf berasal dari bahasa Arab, karena nama tahun-tahun kelender tersebut berawalan dengan
huruf Arab, yakni Alip, Ahe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jimakir, lihat Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab,
h.82. Lihat juga Budiono Hadi Sutrisno, Islam Kejawen, (Yogyakarta: Eule Book, 2009), h.187. 91
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyyah,2007), h.156.
Page 2
58
menyesuaikan atau memperbaharui penanggalan Hindu dan Jawa ke dalam
penanggalan Hijriyah yang berdasarkan penanggalan bulan (lunar system).92
Permulaan peralihan dari kalender Saka ke kalender Islam Jawa
dimulai hari Jum’at Legi, tanggal 1 Sura tahun Alip 1555 J bertepatan dengan
tanggal 1 Muharam tahun 1043 Hijriyah, atau tanggal 8 Juli 1633 M.93
Pada
waktu itu kalender Saka yang sudah berjalan sampai akhir tahun 1554 J.
Angka tahun 1554 itu diteruskan dalam kalender Sultan Agung dengan angka
tahun 1555. Hasilnya, hingga saat ini awal tahun baru kalender Islam Jawa
selalu bersamaan dengan tahun baru Hijriah.
Kalender Saka mengikuti sistem Syamsiyah, yaitu perhitungan
perjalanan bumi mengitari matahari. Sedangkan kalender Sultan Agung
mengikuti sistem Qamariyah, yakni perjalanan bulan mengitari bumi seperti
pada kalender Hijriah, padahal dasar perhitungannya sama sekali berlainan.
Secara struktur, kalender Saka mengalami penyesuaian dengan
kalender Hijryah sebagaimana berikut :
1. Mengganti nama-nama hari dalam bahasa Sansekerta dengan bahasa Arab
yang disesuaikan dengan lidah orang Jawa :Radite / Ahad, Soma / Senen,
Anggara / Seloso, Budha / Rebo, Respati / Kemis, Sukra / Jemuwah,
Saniscara / Setu.
92
Mbah Lalar, “Kalender Jawa Aboge”, http://warkopmbahlalar.com, diakses tanggal 05 Februari
2013 93
Hasan Saiful Rizal, “Akulturasi Kalender Hijriah Dengan Kalender Jawa”,
http://hasanrizal.wordpress.com, diakses tanggal 04 Februari 2013
Page 3
59
2. Tidak berbeda dengan nama-nama hari, nama-nama bulan juga diganti
dan disesuaikan dengan lidah orang Jawa menjadi :Suro, Sapar, Mulud,
Bakdomulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal,
Dulkangidah, Besar.
3. Apabila Kalender Hijriyah memiliki siklus 30 tahun dengan 11 tahun
kabisat/panjang dan 19 tahun basithah/pendek, sedangkan kalender Islam
Jawa ini memiliki siklus 8 tahun dengan 3 tahun wuntu/panjang dan 5
tahun wastu/pendek. Nama-nama tahun dalam satu windu (8 tahun / 1
siklus).
1) Tahun pertama = Alip ( ا )
2) Tahun kedua = Ehe (ه)
3) Tahun ketiga = Jim Awal (ج)
4) Tahun keempat = Ze ( ز )
5) Tahun kelima = Dal (د)
6) Tahun keenam = Be (ب)
7) Tahun ketujuh = Wawu (و)
8) Tahun kedelapan = Jim Akir (ج)
Dalam setiap siklus (1 windu) tersebut, tanggal 1 Suro berturut-turut jatuh
pada hari ke 1, 5, 3, 7, 4, 2, 6, dan 3. Ternyata, tahun-tahun Jawa dalam
setiap siklus dinamai dengan berdasarkan urutan numerologi Arab yakni :
Page 4
60
Alif (1) , Ha (5), Jim Awwal (3), Zai (7), Dal (4), Ba (2), Wawu (6), Jim
Akir (3). Hal ini lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
Numerologi Arab
ا 1
ب ج د ه و ز ح ط ى
10 9 8 7 6 5 4 3 2
ك ز م ن س ع ف ص ق
100 90 80 70 60 50 40 30 20
ر ش ت ث خ ذ ض ظ غ1000 900 800 700 600 500 400 300 200
4. Ada satu kurun waktu selama 120 tahun (15 windu) yang disebut dengan
kurup atau khuruf. Antara kalender Islam Jawa dan kalender Hijriyah
setiap satu kurupnya selalu selisih satu hari. Hal ini terjadi karena kabisat
Islam Jawa ada tiga dari delapan tahun (3/8), sedangkan kabisat Hijriyah
ada sebelas dari tiga puluh tahun (11/30). Oleh karena itu setiap 120
tahun ada pengurangan 1 hari, yakni tahun yang semestinya adalah tahun
panjang dijadikan tahun pendek. Selisih tersebut dapat dilihat dari hasil
perhitungan dibawah ini :
Jumlah hari dalam tiap siklus :
1. 1 siklus kalender Islam Jawa
8 tahun = 354 x 8 + 3 = 2835 hari
Page 5
61
2. 1 siklus kalender Hijriyah
30 tahun = 354 x 30 + 11 = 10631 hari
Dalam kurun 120 tahun di dalamnya terdapat 44 hari tahun
kabisat jika menurut kalender Hijriyah, dan terdapat 45 hari tahun kabisat
jika menurut kalender Islam Jawa.94
Selisih hari antara perhitungan
menurut kalender Islam Jawa dengan kalender Hijriyah tersebut dapat
dilihat dari perhitungan di bawah ini :
1 siklus tahun Islam Jawa, kabisatnya 3
Dalam 120 tahun = (120 : 8 ) x 3 = 45 hari
1 siklus tahun Hijriyah, kabisatnya 11
Dalam 120 tahun = (120 : 30 ) x 11 = 44 hari
45 – 44 hari = 1 hari.
Dari perhitungan tersebut, terlihat bahwa tahun Islam Jawa lebih
banyak 1 hari daripada tahun Hijriyah. Dengan demikian sistem
perhitungan ini lebih panjang dari sistem tahun hijriyah sebanyak hari,
agar kalender Islam Jawa tetap sesuai dengan kalender Hijriyah, maka
dalam kurun 120 tahun atau 1 kurup kalender Islam Jawa selalu
dihilangkan satu hari. Peristiwa menghilangkan tanggal 1 Sura pada awal
permulaan kurup tahun Alip ini disebut ganti kurup atau salin kurup.95
94
H.Djanudji, Penanggalan Jawa, h.63. 95
H.Djanudji, Penanggalan Jawa, h.62.
Page 6
62
Setelah mengetahui bagaimana kalender Islam Jawa bisa
memiliki selisih satu hari dengan kalender Hijriyah, peneliti akan
melanjutkan pembahasan mengenai macam-macam kurup yang menjadi
dasar permulaan awal tahun sebelum melanjutkan pada pembahasan
mengenai penetapan awal bulan Qamariyah perspektif Kalender Islam
Jawa.
Peralihan dari tahun 1555 J hingga permulaan tahun 1626 J
tanggal 1 Suro, tahun Alipnya bertepatan dengan hari Jum’at Legi
(A’ahgi yaitu tahun Alip Jum’at legi). Nama kurup menunjukkan bahwa
tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari tersebut. Macam-macam
kurup tersebut antara lain :
1. Kurup Jum’at Legi
Kurup ini berlaku dari tahun 1555 J - 1626 J = 1633 M – 1703
M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Jum’at Legi (A’ahgi
= tahun Alip Jum’at Legi).
2. Kurup Kamis Kliwon
Kurup ini berlaku dari tahun 1627 J – 1746 J = 1703 M – 1819
M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Kamis Kliwon
(Amiswon = tahun Alip Kamis Kliwon).
Page 7
63
3. Kurup Rebo Wage
Kurup ini berlaku dari tahun 1747 J – 1866 J = 1819 M – 1936
M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Rebo Wage (Aboge
= Alip Rebo Wage).
4. Kurup Selasa Pon
Kurup ini berlaku dari tahun 1867 J – 1986 J = 1936 M – 2056
M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Selasa Pon (Asapon
= Alip Selasa Pon).
5. Kurup Senin Pahing
Kurup ini berlaku dari tahun 1987 J – 2106 J = 2056 M – 2176
M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Senin Pahing
(Anenhing = Alip Senin Pahing).
Umur bulan menurut kurup-kurup yang tersebut dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini :
Tabel 3.2
Umur Bulan Kalender Islam Jawa Berdasarkan Kurup
No. Bulan
A’ahgi Amiswon Aboge Asapon
Tahun Tahun Tahun Tahun
Lainnya Dal Lainnya Dal Lainnya Dal Lainnya Dal
1. Suro 30 30 30 30 30 30 30 30
2. Sapar 29 29 29 30 29 30 29 29
Page 8
64
3. Mulud 30 30 30 29 30 29 30 30
4. Bakdamulud 29 29 29 29 29 29 29 29
5. Jumadilawal 30 30 30 30 30 29 30 30
6. Jumadilakir 29 29 29 29 29 29 29 29
7. Rejeb 30 30 30 30 30 30 30 30
8. Ruwah 29 29 29 29 29 29 29 29
9. Poso 30 30 30 30 30 30 30 30
10. Syawal 29 29 29 29 29 29 29 29
11. Dulkangidah 30 30 30 30 30 30 30 30
12. Besar 29/30 30 29/30 30 29/30 30 29/30 29
Jumlah 354/355 355 354 355 354/355 354 354/355 354
Menurut Djanuji ada hal-hal yang dilakukan agar kalender Islam Jawa
tetap berjalan sesuai dengan kalender Hijriyah. Penjelasan yang dapat dilihat
dari tabel tersebut antara lain :96
1. Kurup A’ahgi dan Amiswon
a. Selama kurup A’ahgi dan Amiswon, tahun kabisat/wuntu jatuh pada
tahun Ehe, Dal, Jimakir. Bulan Besar berumur 30 hari sehingga 1
tahun berumur 355 hari.
b. Tahun Dal pada kurup A’ahgi dan Asapon, bulan Sapar berumur 29
hari dan bulan Mulud berumur 30 hari. Sedangkan pada tahun Dal
kurup Amiswon dan Aboge, bulan Sapar berumur 30 hari dan bulan
Mulud 29 hari. Hal ini dilakukan agar gerebeg Mulud yang jatuh pada
tanggal 12 Mulud tahun Dal kurup Amiswon dan Aboge tetap jatuh
pada hari Senin Pon.
96
H.Djanudji, Penanggalan Jawa, 64
Page 9
65
2. Kurup Aboge
a. Pada kurup ini tahun kabisat/wuntu jatuh pada tahun Ehe, Je dan
Jimakir. Bulan Besar berumur 30 hari kecuali pada akhir kurup bulan
Besar berumur 29 hari.
b. Tahun Dal pada kurup Aboge merupakan tahun pendek/wastu yang
berumur 354 hari, tetap bulan Besar berumur 30 hari. Hal tersebut juga
dilakukan agar gerebeg Mulud yang terjadi tiap tanggal 12 Mulud tetap
jatuh pada hari Senin Pon.
3. Kurup Asapon
a. Pada kurup ini tahun kabisat/wuntu jatuh pada tahun Ehe, Je, Jimakir.
Seperti yang terjadi pada kurup Aboge, bulan Besar berumur 30 hari
kecuali pada akhir kurup bulan Besar berumur 29 hari.
b. Apabila tidak terjadi perubahan mengenai tahun kabisat/wuntu serta
tidak terjadi perubahan mengenai umur bulan, maka tanggal 12 Mulud
tahun Dal-nya tidak lagi jatuh pada hari Senin Pon, melainkan hari
Sabtu Legi. Ini disebabkan oleh beberapa hal yakni, pertama, pada
tahun Jimakir 1866 bulan Besar yang merupakan bulan terakhir dari
kurup Aboge berumur 29 hari, sebab akan berganti kurup Asapon.
Kedua, karena termasuk tahun pendek/wastu, bulan Besar tahun Dal
pada kurup Asapon berumur 29 hari dan bulan Sapar umurnya kembali
menjadi 29 hari.
Page 10
66
Dari penjelasan macam-macam kurup tersebut dapat diketahui bahwa
dari semenjak peralihan kalender Islam Jawa terjadi, kalender ini telah
mengalami 3 kali penyesuaian kurup, dan kini telah sampai pada kurup
Asapon. Ada penunjukkan tahun-tahun wuntu/panjang yang berbeda pada
waktu berganti kurup dengan mengubah umur bulan pada tahun-tahun
tertentu. Sebagai contoh, saat peralihan dari kurup Aboge ke kurup Asapon
yang berlangsung pada akhir tahun 1866 jimakir. Pada saat peralihan tersebut,
tahun 1866 yang merupakan tahun panjang dijadikan tahun pendek dengan
menghilangkan 1 hari dari bulan Besar, sehingga bulan Besar berumur 29
hari. Yakni menghilangkan hari Rabu Wage tanggal 30 Besar atau 30
Dzulhijjah dan hanya sampai pada hari Selasa Pon 29 Besar atau 29
Dzulhijjah 1866. Sehingga tanggal 1 Suro 1867 Jimakir jatuh pada hari Selasa
Pon dan bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1355 H dan bertepatan juga
dengan tanggal 25 Maret 1936 M. Mulai pada saat itulah kurup Aboge telah
berganti menjadi kurup Asapon karena tahun Alipnya jatuh pada hari Selasa
Pon.
Penyesuaian-penyesuaian kalender Islam Jawa ini dilakukan untuk
menjaga agar kalender Islam Jawa tetap sesuai dengan kalender Hijriyah.
Namun, dari penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan, terlihat bahwa
kalender ini berusaha menekankan padaperingatan Maulid Nabi agar tetap
sesuai atau bersamaan dengan kalender Hijriyah.
Page 11
67
B. Aplikasi Kalender Islam Jawa Dalam Penentuan Awal Bulan Qomariyah
Setelah mengetahui bagaimana penyesuaian yang terjadi antara
kalender Saka dengan kalender Hijriyah sehingga menjadi kalender Islam
Jawa, peneliti akan melanjutkan pembahasan pada aplikasi kalender Islam
Jawa dalam Penentuan Awal Bulan Qomariyah.
Meskipun mengikuti sistem penanggalan Hijriyah, terdapat perbedaan
antara penanggalan hijriyah dengan penanggalan Islam Jawa. Perbedaannya
ialah pada saat penentuan pergantian hari ketika pergantian sasi atau bulan.
Pergantian bulan atau tahun dalam kalender Hijriyah ditandai dengan
munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) sesaat setelah
terbenamnya matahari setelah terjadi konjungsi (ijtima’), sedangkan
pergantian hari awal bulan baru menurut penanggalan Islam Jawa tetap
ditentukan pada saat matahari terbenam. Ada beberapa hal yang menjadi
prinsip bagi kalender Islam Jawa dalam penentuan awal bulan Qamariyah
yaitu :
1. Dina niku tukule enjing lan ditanggal dalu (hari itu lahirnya pagi dan diberi
tanggal malam harinya).
2. Jumlah hari pada bulan Ramadhan/Poso selalu genap 30 hari.
3. Prinsip ketiga yaitu dalam penentuan awal Ramadhan/Poso dan awal bulan
Syawal digunakan istilah pletek yang berarti semua masyarakat terbukti
Page 12
68
telah melihat bulan dengan mata telanjang,97
sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah dalam hadisnya yang berbunyi :
ة شعبان ثل بي صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن غ ثينعليكم فأكملوا عد
“Berpuasalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal 1 Ramadhan),
dan berbukalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal 1 Syawal). Jika
bulan itu tertutup debu atasmu maka sempurnakanlah bilangan bulan
Sya’ban tiga puluh hari”.98
Selanjutnya, untuk mengetahui nama tahun dan juga nama hari beserta
pasaran pada tanggal 1 Suro tertentu, dapat diketahui dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menentukan tahun yang bersangkutan (selanjutnya disebut tahun ybs)
dan termasuk dalam kurup tahun ybs tersebut.
2. Tahun ybs kemudian dikurangi 1554 kemudian dibagi 8.
3. Hasil yang didapatkan kemudian dicocokkan dengan jadwal-jadwal
penanggalan tahun Jawa yang perlu diperhatikan sebagaimana di bawah
ini :
Tabel 3.3
Jadwal Tahun Jawa
Sisa Nama Tahun Hari Pasaran
1 Alip 1 1
2 Ehe 5 5
3 Jim Awal 3 5
97
Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab, 83-84. 98
Nashiruddin al Albani, “Mukhtashar Shahih Al-Imam Al-Bukhari”, diterjemahkan Muhammad
Iqbal, Ringkasan Shahih Bukhari (Cet.1; Jakarta:Pustaka As-sunnah,2007), h.1015.
Page 13
69
4 Ze 7 4
5 Dal 4 3
6 Be 2 3
7 Wawu 6 2
0 Jim Akir 3 1
Keterangan :
Nama tahun ditunjuk oleh kolom Nama Tahun sesuai sisa
pembagian 8 di atas. Sedangkan nama hari dan pasaran untuk tanggal 1
Suro tahun ybs ditunjukkan oleh kolom hari dan pasaran yang dihitung
mulai dari hari dan pasaran tahun Alipnya. Nama-nama harinya : Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Nama-nama pasarannya
: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
4. Setelah mengetahui hari dan pasaran pada tanggal 1 Suro tahun tertentu,
maka untuk mengetahui hari dan pasaran pada tanggal 1 tiap-tiap bulan
berikutnya dapat digunakan pedoman jadwal bulan sebagaimana berikut
di bawah ini :
Tabel 3.4
Jadwal Bulan Jawa
Bulan Hari Pasaran
Suro 1 1
Sapar 3 1
Mulud 4 5
Bakdomulud 6 5
Jumadilawal 7 4
Jumadilakir 2 4
Rejeb 3 3
Page 14
70
Ruwah 5 3
Poso 6 2
Syawal 1 2
Dulkangidah 2 1
Besar 4 1
Keterangan :
Hari dan pasaran apa saja pada tanggal 1 Suro tahun berapa
saja nilainya adalah 1, sehingga untuk tanggal 1 bulan-bulan berikutnya,
hari dan pasarannya hanya tinggal mengurutkan hari dan pasaran
keberapa dari tanggal 1 Suro tersebut sesuai dengan angka yang ada
pada jadwal tersebut. Contoh perhitungannya :
1. Menghitung tanggal 1 Suro tahun 1946 J = 2012 M =1434 H
1946 – 1554 = 392
392 : 8 = 49 sisa 0
Sisa 0, (lihat jadwal tahun di atas) nama tahunnya adalah Jim
Akir, sedangkan harinya ada pada urutan 3 dan pasarannya juga pada
urutan 1. Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tahun
1946 yang termasuk dalam kurup Asapon (Alip Senin Pahing),
tanggal 1 Suro-nya jatuh pada urutan ke 3 dihitung dari hari Selasa
yakni Kamis, dan pasarannya jatuh pada urutan 1 yakni Pon.
Dari perhitungan tersebut harusnya tanggal 1 Suro jatuh pada
hari Kamis Pon, akan tetapi sebagaimana perangkat penyesuainnya
yaitu pada kurup ini tahun kabisat/wuntu jatuh pada tahun Ehe, Je,
Page 15
71
Jimakir. Seperti yang terjadi pada kurup Aboge, bulan Besar berumur
30 hari kecuali pada akhir kurup bulan Besar berumur 29 hari. Jadi
oleh karena itu tanggal 1 suronya jatuh pada hari Jumat Wage.
Kemudian setelah diketahui tanggal 1 suronya jatuh pada
jumat wage, menentukan awal-awal bulan berikutnya hanya tinggal
mengurutkan hari dan pasaran keberapa dari tanggal 1 Suro tersebut
sesuai dengan angka yang ada pada jadwal bulan jawa. Jadi dapat
dihitung bahwa tanggal 1 safar sesuai tabel harinya jatuh pada urutan
3 dan pasarannya pada urutan 1 yakni Ahad Wage. Kemudian tanggal
1 Mulud harinya jatuh pada urutan 4 dan pasarannya pada urutan 5,
yakni Senin Pon dan bisa dilanjutkan pada bulan-blan selanjutnya.
Jadi sudah bisa ditentukan juga awal ramadhan dari tabel tersebut
yakni harinya pada urutan ke 6 dihitung dari hari Jumat yakni Rabu
dan pasarannya jatuh pada urutan 2 dihitung dari Wage yakni
Kliwon.
2. Menghitung tanggal 1 Suro tahun 1937 J.
1937 – 1554 = 383
383 : 8 = 47 sisa 7
Sisa 7 (lihat jadwal tahun di atas) nama tahunnya adalah
Wawu, sedangkan harinya ada pada urutan 6 dan pasarannya pada
urutan 2. Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tahun
1937 yang termasuk dalam kurup Asapon (Alip Selasa Pon), tanggal
Page 16
72
1 Suro-nya jatuh pada urutan ke 6 dihitung dari hari Selasa yakni hari
Ahad, serta pasarannya pada urutan ke 2 dihitung mulai Pon, yaitu
Wage. Dengan demikian, tahun 1937 J adalah tahun Wawu dan
tanggal 1 Suro-nya jatuh pada hari Ahad Wage.
3. Menghitung tanggal 1Suro tahun 1987 J.
1987 – 1554 = 433
433 : 8 = 54 sisa 1
Sisa 1, sesuai tabel jadwal tahun di atas nama tahunnya adalah
Alip, sedangkan harinya ada pada urutan 1 dan pasarannya pada
urutan 1. Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tahun
1987 yang termasuk kurup Anenhing (Alip Senin Pahing), 1 Suro-
nya jatuh pada urutan 1 jika dihitung dari hari senin yakni hari senin
itu sendiri, serta pasarannya pada urutan ke 1 yaitu pahing. Dengan
demikian, tahun 1987 J adalah tahun Alip dan tanggal 1 Suronya
jatuh pada hari Senin Pahing.
Dari penjelasan proses perhitungan dan analisa di atas, sistem
perhitungan yang digunakan kalender Islam Jawa ini menggunakan sistem
hisab urfi. Sistem perhitungan ini tidak berbeda dengan kalender syamsiyah,
yakni jumlah hari pada tiap bulan berjumlah tetap kecuali pada bulan tertentu
pada tahun-tahun tertentu yang jumlahnya lebih panjang satu hari. Pada
kalender Islam Jawa juga berlaku demikian, kecuali dalam tahun-tahun
Page 17
73
tertentu di mana ada penunjukkan tahun panjang dan tahun pendek yang
berbeda. Hal tersebut dilakukan demi tetap sesuainya kalender Islam Jawa
dengan kalender Hijriyah.