80 BAB III PENYAJIAN DATA A. Hukuman Dalam Prespektif Pendidikan Islam a. Pengertian Hukuman Prespektif Pendidikan Islam Hukuman di dalam istilah psikologi adalah cara yang digunakan pada waktu keadaan yang merugikan atau pengalaman yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja menjatuhkan orang lain. Secara umum disepakati bahwa hukuman merupakan ketidaknyamanan (suasana tidak menyenangkan) dan perlakuan yang buruk atau jelek. Menurut Al-Ghazali, hukuman ialah suatu perbuatan dimana seseorang sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan untuk memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan rohani, sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran. Hukuman adalah jalan yang paling akhir apabila teguran, peringatan dan nasehat-nasehat belum bisa mencegah anak melakukan pelanggaran. Sedangkan, Ahmad Tafsir menyatakan hukuman merupakan “adanya unsur menyakitkan, baik jiwa maupun badan. 1 1 Hukuman adalah penderitaan yang menyakitkan baik jiwa maupun badan karena melakukan kesalahan dan hukuman pula memiliki tujuan perbaikan, bukan hanya menjatuhkan hukuman pada anak didik dengan alasan balas dendam tetapi, hukuman itu juga dijatuhkan setelah adanya teguran, peringatan dan nasehat-nasehat dari seorang pendidik kepada anak didik tersebut. Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Vol. 4 no. 5, April 2006, 93.
38
Embed
BAB III PENYAJIAN DATAdigilib.uinsby.ac.id/1181/6/Bab 3.pdf · Tata Tertib dan Penerapan di SMP ... edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik yang menghasilkan etika ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
80
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Hukuman Dalam Prespektif Pendidikan Islam
a. Pengertian Hukuman Prespektif Pendidikan Islam
Hukuman di dalam istilah psikologi adalah cara yang digunakan pada
waktu keadaan yang merugikan atau pengalaman yang tidak menyenangkan
yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja menjatuhkan orang lain. Secara
umum disepakati bahwa hukuman merupakan ketidaknyamanan (suasana
tidak menyenangkan) dan perlakuan yang buruk atau jelek.
Menurut Al-Ghazali, hukuman ialah suatu perbuatan dimana seseorang
sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan untuk
memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan
rohani, sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran. Hukuman adalah
jalan yang paling akhir apabila teguran, peringatan dan nasehat-nasehat belum
bisa mencegah anak melakukan pelanggaran. Sedangkan, Ahmad Tafsir
menyatakan hukuman merupakan “adanya unsur menyakitkan, baik jiwa
maupun badan.1
1 Hukuman adalah penderitaan yang menyakitkan baik jiwa maupun badan karena melakukan
kesalahan dan hukuman pula memiliki tujuan perbaikan, bukan hanya menjatuhkan hukuman pada
anak didik dengan alasan balas dendam tetapi, hukuman itu juga dijatuhkan setelah adanya
teguran, peringatan dan nasehat-nasehat dari seorang pendidik kepada anak didik tersebut.
Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan Vol. 4 no. 5, April 2006, 93.
81
b. Tujuan Hukuman dalam Perspektif Pendidika Islam
Hukuman yang diterapkan tentunya menginginkan nilai-nilai yang
positif yang akan dilahirkan. Menurut Jamaal Abdur Rahman seorang ahli
pendidikan Islam mengungkapkan sebagai berikut2 :
“Tujuan menjatuhkan hukuman dalam pendidikan Islam tiada lain hanyalah
untuk memberikan bimbingan dan perbaikan, bukan untuk pembalasan atau
kepuasan hati. Oleh karena itulah, harus diperhatikan watak dan kondisi anak
yang bersangkutan sebelum seorang menjatuhkan hukuman terhadapnya,
memberikan keterangan kepadanya tentang kekeliruan yang dilakukannya,
dan memberinya semangat untuk memperbaiki dirinya, serta memaafkan
kesalahan-kesalahan dan kealpaannya mana kala anak yang bersangkutan
telah memperbaikinya.”
Disamping ini, menurut Asma Hasan Fahmi mengungkapkan tujuan
hukuman dalam pendidikan Islam sebagai berikut3:
Tujuan hukuman mengandung arti positif, karena ia ditujukan untuk
memperoleh perbaikan dan pengarahan, bukan semata-mata untuk membalas
dendam, oleh karena itu orang Islam sangat ingin mengetahui tabi‟at dan
perangai anak-anak sebelum menghukum mereka, sebagaimana mereka ingin
sekali mendorong anak-anak ikut aktif dalam memperbaiki kesalahan mereka
sendiri, dan untuk ini mereka melupakan kesalahan anak-anak dan tidak
membeberkan rahasia mereka.
Berdasarkan penjelasan tujuan hukuman di atas maka dapat diambil
pengertian bahwa tujuan hukuman dalam pendidikan Islam untuk perbaikan
kesalahan yang dilakukan anak-anak bukan menjadikan sebuah ajang balas
dendam dan pendidikan disini terlebih menganjurkan kepada juru didik untuk
mengenal akan perangai, tabi‟at dan akhlak anak didiknya sebelum
2 Elhefni, Penerapan Hadiah dan Hukuman dalam Meningkatkan Prestasi Siswa, Ta’dib vol.XIII
no.1, Juni 2008, 78. 3 Ibid., 80.
82
menjatuhkan hukuman. Sedangkan tujuan pokok hukuman dalam syariat
Islam ialah pencegahan, pengajaran, melindungi dan pendidikan, arti
pencegahan ialah menahan si pembuat kejahatan supaya tidak ikut-ikutan
berbuat kesalahan kembali dan menjadikan pelajaran untuk manusia lainnya.
c. Langkah Penerapan Hukuman dalam Perspektif Pendidikan Islam
Adapun dalam proses menggunakan hukuman mengunakan kekuatan
(pukulan) juga ada aturannya, Muhammad „Athiyah Al-Abrasyi memberikan
syarat untuk bolehnya dijatuhkan hukuman fisik kepada anak didik, sebagi
berikut4:
a. Sebulum anak berusia 10 tahun, anak-anak tidak boleh diberikan
hukuman. Ini sesuai dengan hadits yang di riwayatkan oleh Abu Daud.
b. Pemukulan tidak boleh lebih dari tiga kali dan pemukulan yang
dimaksudkan disini dengan menggunakan lidi atau tongkat kecil bukan
dengan besi atau tongkat yang besar.
c. Diberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk taubat dari kesalahan
dan memperbaikinya tanpa menggunakan pemukulan atau membuat anak itu
malu (menjatuhkan nama baiknya).
Sedemikian efektifnya para pemikir pendidikan mengatur akan proses
menerapkan hukuman dalam pendidikan terhadap anak didik. Adapun juga
dengan hukuman badan, Muhammad „Athiyah Al-Abrasyi juga memberikan
4 Ibid., 93.
83
syaratnya dan itu dalam keadaan mudharat dan menimalisir hukuman itu
seringan-ringan mungkin.
Dalam aliran behaviorisme, terujinya suatu kejiwaan manusia dengan
suatu eksperimental, observasi dan uji coba memang yang dilakuakan tokoh-
tokoh behaviorisme adalah benar karena tanpa uji coba kita tidak bisa menilai
seseorang, dan pengkajian seharusnya dimulai dengan rumusan menurut
Allah. Seperti firman Allah QS. At – Taubat ayat 165 :
ااس تو س سيم أ خس توا وأ أم س م ت م جأاهأدتوا ال س يأ اات أ م أ س وألأما ت ت مرأكتوا أ م أ س م ت م أ م (16 :توب ال) ت أ ممأ تو أ بسأا أ س ري وأاات وألس يأ ة الممت م س س أ وأال أ تولس س وأال
Artinya:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan ( begitu saja ), sedang
Allah belum mengetahui ( dalam kenyataan ) orang – orang yang berjihad di
antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengeahui apa
yang kamu kerjakan”
Di dalam islam ada yang disebut dengan ujian, dalam firman Allah
QS. Ash-Shaffaat ayat 1066:
ا س إ (106 :صفاتال) الممت س ت الم أ الت أتوأ هأ أ
Artinya:
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”
Aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia berdasarkan
konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi
oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia
bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini
5 al-Qur‟an, 9: 16.
6 al-Qur‟an, 37: 106.
84
mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat
apa – apa dan mengingkari potensi alami manusia. Aliran behaviorisme
menolak determinan perilaku manusia, karena manusia berkembang atas dasar
stimulasi dari lingkungannya.
Pandangan ini beranggapan bahwa manusia tidak memiliki kesempatan
untuk menentukan dirinya sendiri, oleh karena itu aliran ini memiliki
kecenderungan untuk mereduksi manusia. Artinya, manusia tidak memiliki
jiwa kemauan dan kebebeasan untuk menentukan pilihannya sendiri. Dalam
hal ini kiranya perlu dipertimbangkan bahwa manusia sebagai makhluk
hedonis, padahal manusia juga memiliki kehendak untuk mengabdi pada
Tuhannya dengan tulus ikhlas dan penuh kesadaran. Pandangan ini
mengangkat derajat manusia ke tempat yang teramat tinggi. Ia seakan-akan
pemilik akal budi yang hebat serta kebebebasan penuh untuk berbuat sesuatu
yang dianggap baik dan sesuai dengan dirinya.
Kaidah dan hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari aliran
behaviorisme dalam menelaah konsep manusia yang dikaitkan dengan dengan
salah satu fenomena sunnatullah, yaitu bahwa manusia dapat mengubah nasib
dirinya sendiri.
Dalam teori belajar (learning theory) yang banyak dianut oleh para
behaviorist, hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan
85
sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan.7 Dalam
hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan
ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak
memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang
diharapkan.
B. Pendidikan Kedisiplinan Siswa di SMP Miftahurrohman Punduttrate
Gresik.
a. Tata Tertib dan Penerapan di SMP Miftahurrohman
1. Tata Tertib di SMP Miftahurrohman
SMP Miftahurrohman merupakan lembaga pendidikan formal
yang di dalamnya terdiri dari berbagai komponen yaitu siswa, guru,
kepala sekolah, staff tata usaha, benda-benda dan lain sebagainya. Dan
secara umum dapat dikatakan bahwa siswa, guru dan kepala sekolah
secara bersama–sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama
pula mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program
yang ditentukan dan diatur oleh Dinas Pendidikan yang dilaksanakan
7 Sebagai contoh, di sekolah-sekolah berkelahi adalah sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan
dan jika tingkah laku ini dilakukan oleh seorang siswa maka salah satu cara untuk menghilangkan
tingkah laku itu adalah dengan hukuman. Selain itu, mengerjakan tugas sekolah adalah sebuah
tingkah laku yang diharapkan, dan jika seorang siswa lalai dan tidak mengerjakan tugas sekolah
maka agar siswa itu dapat menampilkan tingkah laku yang diharapkan maka hukuman adalah satu
cara yang digunakan untuk mengatasinya.Meski demikian, kekerasan dalam pendidikan tidak
selalu terjadi secara berurutan dari potensi (ringan), menjadi kekerasan (sedang), lalu tindak
kriminal (berat). Bisa saja kekerasan yang berlangsung hanya sampai pada potensi saja, tidak
berlanjut ke tingkat atasnya. Kadang terjadi kekerasan berbentuk tindak kriminal, tanpa didahului
oleh potensi maupun kekerasan sebelumnya.Joko Sumarno, “Minimalisasi Pelanggaran Disiplin
Sekolah Melalui Kinerja Evektifitas Tim Kedisiplinan”, Widyatama, vol. 5 no. 2 (juni, 2008), 23.
86
secara terus-menerus. Dalam upaya memudahkan pelaksanaan program
yang sudah ada, maka SMP Miftahurrohman membuat tata tertib sekolah.
Tata tertib mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kedisplinan, karena kedisiplinan merupakan salah satu faktor penting
didalam penegakan peraturan dan tata tertib sekolah. Tingkat kesadaran
akan kedisplinan yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap
tingkat pelanggaran tata tertib sekolah.
Tata tertib yaitu seperangkat aturan atau ketentuan yang secara
organisatoris mengikat setiap komponen sekolah, baik murid, guru,
kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai fungsi dan tugas
edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik yang menghasilkan etika
dalam pergaulan, mengajar menghasilkan kecerdasan dan melatih
menghasilkan ketrampilan.8
Tata tertib berkaitan erat dengan disiplin, disiplin merupakan
suatu sikap yang menunjukkan untuk menepati, mematuhi dan
mendukung ketentuan nilai-nilai serta kaidah yang berlaku.9 Dengan
8 Tata tertib yaitu peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati atau dilakukan. Tata tertib sekolah
adalah sekumpulan aturan-aturan yang ditujukan oleh semua komponen di dalam suatu
lembaga atau organisasi agar selalu tunduk dan melaksanakan apa yang telah ditetapkan.
Sumaiyah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 20 April 2013.rochim,
Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Spiritual Dan Emosional (t.t.: Batavia Press, 2004)
30. 9 Asrian Dani Aliya dan Dona Eka Putri, “Sikap Ayah dan Ibu Tehadap Kekerasan oleh Guru”,
Jurnal Psikologi, vol. 3 no. 2 (juni 2010), 175.
87
demikian disiplin bukan sifat yang dibawa sejak lahir, tetapi sebagai
sesuatu yang diperoleh dari faktor pengajaran atau pendidikan.
SMPMiftaurrohman merupakan tempat terjadinya kegiatan
belajar mengajar, sebab itulah interaksi antara guru dan murid
merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku. Pelaksanaan
disiplin terhadap tata tertib mempunyai dampak secara langsung
terhadap kualitas hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri.
Hubungannya dengan hal tersebut guru memegang peranan
penting dan strategis. Karena disiplin lebih terkait dengan pembentukan
sikap mental dan keteladanan. Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal
yang saling terkait, sebab tata tertib pada dasarnya perangkat untuk
menegakkan disiplin. Disiplin dan tata tertib di sekolah yang
dilaksanakan mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas dan
hasil pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM ) diSMP
Miftahurrohman itu sendiri.
Ada enam prinsip dalam membentuk kedisiplinan yaitu10
:
1) Konsep guru tentang disiplin bukan saja mencakup tentang
ketaatan belaka, tetapi mencakup percaya diri, control diri,
kebebasan bertindak, serta merujuk kepada semua pengalaman
sekolah.
2) Disiplin yang baik bukan ditutupi dengan kemunafikan,
kebohongan, kekuasaan belaka tetapi disiplin yang baik harus
didasari oleh kejujuran dan kesopanan antara guru dan siswa.
3) Disiplin yang baik adalah kontrol bersama antara siswa dan guru
sehingga tercapai keseimbangan antara siswa dan guru.
10
Joko Sumarno, “Minimalisasi Pelanggaran Disiplin Sekolah Melalui Kinerja Evektifitas Tim