26 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Analisa Kebutuhan Aplikasi 1. Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional adalah kebutuhan pada sistem yang merupakan layanan dalam aplikasi yang harus disediakan, serta gambaran proses dari reaksi sistem terhadap masukan sistem dan yang akan dikerjakan oleh sistem diantaranya adalah sebagai berikut: a. Aplikasi mampu memberikan informasi tentang gejala serta penjelasan mengenai penyakit yang dicari pengguna. b. Aplikasi dilengkapi dengan fitur profil untuk melihat data diri pembuat aplikasi. c. Aplikasi juga dilengkapi dengan fitur penyakit untuk melihat informasi penyakit gejala beserta saran jika tidak ingin melakukan konsultasi. 2. Analisis Kebutuhan Non Fungsional Analisa kebutuhan non fungsional dapat digunakan sebagai suatu bentuk kebutuhan berupa perangkat yang dibutuhkan sistem dan dapat terbagi dalam hal untuk pengembangan atau penggunaannya.
41
Embed
BAB III PEMBAHASAN · waktu yang tidak selalu ada setiap saat dan biaya yang cukup besar. ... Gangguan pada organ hati akan menimbulkan warna kuning pada kulit dan selaput lendir
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
26
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Analisa Kebutuhan Aplikasi
1. Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional adalah kebutuhan pada sistem yang merupakan layanan
dalam aplikasi yang harus disediakan, serta gambaran proses dari reaksi sistem
terhadap masukan sistem dan yang akan dikerjakan oleh sistem diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Aplikasi mampu memberikan informasi tentang gejala serta penjelasan
mengenai penyakit yang dicari pengguna.
b. Aplikasi dilengkapi dengan fitur profil untuk melihat data diri pembuat
aplikasi.
c. Aplikasi juga dilengkapi dengan fitur penyakit untuk melihat informasi
penyakit gejala beserta saran jika tidak ingin melakukan konsultasi.
2. Analisis Kebutuhan Non Fungsional
Analisa kebutuhan non fungsional dapat digunakan sebagai suatu bentuk
kebutuhan berupa perangkat yang dibutuhkan sistem dan dapat terbagi dalam hal
untuk pengembangan atau penggunaannya.
27
a. Analisis Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware)
Kebutuhan perangkat keras (hardware) merupakan analisa kebutuhan
sistem yang digunakan untuk mengetahui secara jelas perangkat yang
dibutuhkan untuk mendukung proses pengembangan dan penggunaan dari
sistem aplikasi yang akan dibuat. Adapun spesifikasinya adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan Perangkat Keras Pengembangan:
a.) Procesor Inte(R) Celeron(R) CPU P4600 @ 2.00GHz 2.00GHz
b.) Memori 1GB, 320GB
c.) 14 inch WXGA
2. Kebutuhan Perangkat Keras Penggunaan:
a.) Layar 4.5inch (480 x 854)
b.) CPU Quad-core 1.1 GHz Cortex-A7
c.) Memori 1 GB RAM
d.) ROM 8GB
b. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (Software)
Kebutuhan perangkat lunak (software) yaitu program yang diperlukan
untuk melakukan proses intruksi atau menjalankan perangkat keras. Agar
aplikasi dapat dibuat dan diimplementasikan sesuai perancangan, maka
diperlukan suatu perangkat lunak. Adapun spesifikasi software yang
dibutuhkan sistem adalah:
1. Kebutuhan Perangkat Lunak Pengembangan
a.) Eclipse IDE
28
b.) ADT (Android Development Tool)
c.) SDK (Software Development Kit)
d.) SQLite Database Browser
2. Kebutuhan Perangkat Lunak Penggunaan
Perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Pada Anjing Berbasis Android ini adalah android
dengan versi minimal 4.0 IceCream Sandwich.
3. Analisis Kebutuhan Pengguna (User)
Kebutuhan sumber daya manusia atau pengguna adalah orang yang
akan terlibat dalam pembuatan dan implementasi sistem pakar berbasis
Android ini. Diantaranya adalah:
a.) Sistem analis: orang yang bertugas untuk menganalisis sistem
dengan mempelajari masalah-masalah yang timbul dan
menentukan kebutuhan-kebutuhan.
b.) Programmer: Orang yang bertanggung jawab atas penelitian,
perencanaan, pengkoordinasian, dan perekomendasian pemilihan
perangkat lunak.
c.) Pengguna : Pihak yang menggunakan sistem atau aplikasi ini
adalah pelajar dan masyarakat umum yang memiliki
perangkat smartphone berbasis android.
29
3.1.1. Identifikasi Masalah
Mayotitas dokter hewan di Indonesia yang membuka praktek dikota-kota
besar saja kerap menjadi masalah bagi para pemilik anjing untuk melakukan
konsultasi serta penanganan terhadap penyakit yang tengah menyerang anjing
mereka. Jarangnya waktu luang yang dimiliki si pemilik anjing juga sering kali
menjadi masalah, ditambah dengan keberadaan dokter hewan yang terbatas dan
waktu yang tidak selalu ada setiap saat dan biaya yang cukup besar.
Minimnya sebuah sistem yang dapat menerapkan kemampuan dokter hewan
dalam melakukan diagnosis penyakit juga menjadi salah satu faktor masalah yang
akhirnya mendorong penulis untuk membuat aplikasi sistem pakar ini.
Sebenarnya timbulnya suatu penyakit pada hewan peliharaan dapat
disebabkan oleh banyak faktor yang dapat dicegah seperti terserang virus, pemberian
nutrisi, penempatan kandang dan kondisi lingkungan sekitar yang memungkinkan
anjing terjangkit penyakit. Mengetahui gejala dari setiap penyakit sejak dini juga
dapat mencegah timbulnya suatu keadaan yang lebih serius.
Untuk itu penulis menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan serta
kebersihan hewan peliharaan, karena keterlambatan dalam mengetahui jenis penyakit
serta penanganan terhadap penyakit dapat menyebabkan kekhawatiran bagi sang
pemilik dan orang-orang yang berada disekitarnya. Berikut adalah penyakit yang
kerap menyerang anjing beserta gejala-gejalanya:
1. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri
Leptospira sp. yang dapat menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini memiliki
30
banyak sekali jenis sehingga sulit mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi.
Untuk menghindari tertularnya penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi, tapi hanya
efektif untuk beberapa jenis (strain) saja.
Pada kejadian akut hewan akan mengalami panas tinggi, menggigil, dan otot
menjadi lemah. Muntah dan dehidrasi. Beberapa kasus anjing akan mengalami
Suhu badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan
pada hati dan ginjal terlihat.
Gejala:
a. Pada infeksi subakut, gejala yang terlihat antara lain, demam, muntah, nafsu
makan menurun, dehidrasi, dan rasa haus yang meningkat. Anjing akan
menjadi pendiam atau malas karena rasa sakit pada otot dan ginjal.
b. Gangguan pada organ hati akan menimbulkan warna kuning pada kulit dan
selaput lendir (ikterus). Gangguan pada hati dan ginjal akan terlihat setelah
infeksi berjalan selama 2-3 minggu. Pada anjing yang mengalami infeksi
kronik atau tanpa gejala (subklinik) tidak memperlihatkan gejala yang
signifikan. Bakteri akan berada dalam urin selama berbulan-bulan bahkan
sampai tahunan
Saran:
a. Vaksinasi.
b. Menjaga kebersihan hewan.
c. Menjaga kebersihan tempat makanan dan minum.
d. Menjaga kebersihan kandang dan hal-hal yang berpotensi yang dapat
terkontaminasi oleh bakteri Leptospirosis.
31
2. Hepatitis
Hepatitis pada anjing disebabkan oleh virus 'Canine Adeno Virus-1(CAV-1') yang
menyerang hati atau lever, ginjal dan dinding pembulu darah memalui urine, feses
serta air liur. Hepatitis pada anjing berbeda dengan hepatitis pada manusia,
hepatitis pada anjing hanya dapat menular pada anjing serta tidak menyebar pada
manusia.
Gejala:
a. Demam
b. Hilang nafsu makan (anoreksia)
c. Lesu
d. Muntah
e. BAB darah
Saran:
a. Vaksin
b. Bantuan ahli medis atau dokter hewan sangat diperlukan untuk melakukan
sebuah tindakan pengobatan dan perawatan yang secepatnya karena biasanya
dalam waktu 1 - 3 minggu setelah gejala penyakit.
3. Canine Distemper
Distemper anjing atau canine distemper merupakan penyakit virus yang sangat
menular dan bersifat sistemik. Distemper mempunyai tingkat kematian yang
sangat tinggi terutama pada anak anjing (puppy) berumur 3-6 bulan. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus Distemper (Canine Distemper Virus = CVD). Virus
ini lebih suka menyerang dan mengakibatkan kematian pada hewan muda
32
dibandingkan hewan dewasa. Virus ini merupakan airborne disease yang
menyerang organ limpa, jaringan kulit dan sistem saraf pusat. Canine Distemper
Virus sangat resisten terhadap keadaan dingin dan sebagian besar pada negara
empat musim, virus ini menyerang pada musim gugur dan dingin. Semua bangsa
dan umur anjing secara universal dapat terserang virus distemper ini.
Gejala:
a. Pada tipe pernafasan, adanya demam biasanya disertai gangguan pada saluran
pernafasan berupa keluarnya leleran hidung yang bersifat encer maupun
kental, leleran mata, dan batuk.
b. Pada tipe kulit terjadi hiperkeratosis (penebalan kulit) dari telapak kaki
("Hardpad Disease") dan epitelium dari cuping hidung. Menunjukkan bau
yang khas.
c. Pada tipe pencernaan, gejala diantaranya muntah, diare dan hilangnya nafsu
makan (anoreksia). Gejala syaraf sering terlihat bersamaan dengan terjadinya
hiperkeratosis (penebalan kulit). Gejala syaraf lain yang terjadi ialah
kekakuan leher, kelumpuhan serta kejang yang dicirikan dengan adanya
salivasi (pengeluaran liur tak terkendali) dan gerakan mengunyah oleh rahang
("chewing-gum fits") .
Saran:
a. Vaksinasi dan menghindari kontak dengan hewan terinfeksi distemper adalah
satu-satunya cara untuk mencegah tertularnya seekor anjing terhadap virus ini.
33
b. Untuk melindungi anjing dewasa, pemilik hewan harus memberikan vaksin
secara berkala sehingga anjing tersebut mempunyai titer antibodi yg cukup
untuk melawan virus tersebut.
4. Parvo virus
Penyakit Parvo virus di sebabkan oleh virus 'Canine Parvovirus tipe 2(CPV-2)'
yang hidup menempel di sekitar lingkungan, misalkan pada pakaian, kandang,
tempat makan dan lainnya. Virus ini disebarkan oleh kecoa atau serangga kecil
lainnya.
Gejala:
a. Muntah.
b. Diare.
c. BAB disertai darah.
Saran:
a. Menjaga kebersihan kandang dan peralatan lainnya. Sering seringlah
menjemur kandang dan membersihkan peralatan lainnya untuk mencegah
penyakit Parvo virus ini.
b. Lakukan vaksinasi Parvo sebelum anjing berumur 3 bulan.
5. Hypoglycemia
Hypoglycemia adalah glukosa darah atau gula darah yang konsentratnya kurang
dari 70 miligram per deciliter (mg/dl) darah. Gejala-gejala tergantung pada
seberapa cepat konsentrat gula darah tersebut turun, tetapi gejala tersebut jarang
timbul hingga gula darah tersebut berada dibawah 50 mg/dl.
34
Gejala:
a. Hilangnya nafsu makan.
b. Sangat lesu.
c. Ketidakmampuan koordinasi.
d. Gemetar.
e. Otot yang berkedut.
f. Lemah.
g. Kejang-kejang.
h. Sikap yang tidak seperti biasanya.
i. Pupil mata yang melebar.
j. Kebutaan.
k. Pingsan atau koma.
Saran:
a. Observasilah tingkat aktifitas anjing anda, nafsu makan dan kelakuannya.
6. Demodecosis
Demodecosis merupakan salah satu jenis penyakit kulit pada anjing yang banyak
ditemukan pada anak anjing umur 3-6 bulan, yang disebabkan oleh parasit tungau
(mite) Demodex sp . Parasit ini berukuran sangat kecil yaitu sekitar 0.2-0.4 mm
sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop menggunakan metode skin
scrap. Demodex sebenarnya merupakan fauna normal di tubuh anjing yang hidup
pada folikel rambut maupun kelenjar sebaceous hewan dengan memakan sebum
serta debris (runtuhan sel) epidermis. Peningkatan populasi parasit ini secara
35
berlebihan berdampak pada terjadinya gangguan pada kulit hewan dan biasa
dikenal dengan istilah demodecosis.
Pada anjing dewasa terjadinya demodecosis dapat mengindikasikan
adanya penyakit dalam yang berdampak pada gangguan sistem imun hewan,
diantaranya kanker, penyakit liver, ginjal maupun ketidakseimbangan hormonal.
Hewan yang sedang dalam terapi menggunakan obat imunosupresif seperti
kortikosteroid juga dapat berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh hewan yang
akhirnya dapat memicu timbulnya demodecosis.
Gejala:
a. Kebotakan (alopecia) di daerah muka.
b. Lapisan kulit di daerah yang mengalami demodecosis juga terasa lebih
berminyak saat disentuh.
Saran:
a. Pemberian dog food berkualitas baik untuk mengurangi gangguan penyakit
yang disebabkan oleh ketidaksembangan faktor nutrisi.
b. Menjaga kulit hewan bebas dari parasit, untuk mengurangi tingkat stress
karena iritan maupun kerusakan kulit yang dipelopori oleh kutu, caplak, pinjal
maupun jamur.
c. Vaksinasi rutin untuk mengurangi peluang terkena penyakit menular yang
dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh hewan.
36
d. Pemberian salep yang mengandung 1% rotenone (Goodwinol ointment)
maupun gel benzoyl peroxide 5 % yang diaplikasikan sehari sekali setiap hari
selama 1-3 minggu.
e. Mandi dengan shampoo yang mengandung benzoyl peroxide secara regular
minimal seminggu sekali.
f. Pemberian amitraz yang telah diencerkan dengan konsentrasi 0.1% pada area
alopecia sehari sekali selama 2 minggu.
7. Scabies
Scabies merupakan salah satu jenis tungau yang dapat menyebabkan kudis pada
anjing dan kucing. Tungau lainnya yaitu demodex yang menyebabkan
demodekosis memiliki ciri yang mirip dengan scabies. Penyakit ini termasuk
penyakit yang sering muncul pada dunia kedokteran hewan.
Karena ukurannya yang kecil yaitu 0.2-0.4 mm maka untuk mendiagnosa
tungau tersebut tidak bisa dilakukan dengan mata telanjang dan harus memakai
bantuan mikroskop dengan melihat kerokan kulit yang diambil didaerah kulit
yang mengalami perubahan.
Gejala:
a. Mengalami gatal yang hebat
b. Kerusakan rambut atau bulu
c. Timbulnya kerak atau keropeng pada kulit
d. Anoreksia (tidak nafsu makan)
e. Penurunan berat badan
37
Saran:
a. Pemeriksaan dan pmberian obat yang dapat membunuh tungau
8. Stroke
Stroke merupakan keadaan dimana suhu tubuh tubuh mencapai 41 0 C dan tidak
dapat menyeimbangi kecepatan pengeluaran panas tubuh untuk menjaga suhu
tubuh normalnya, sehingga dapat berlanjut pada kerusakan sel-sel tubuh dan
berakibat pada terjadinya dehidrasi. Bahkan kerusakan yang lebih parah dapat
terjadi secara permanen bila mencapai suhu kritis 42.7 0 C yang diawali terutama
oleh kematian sel-sel hati, otak dan intestinal hingga berdampak pada kematian.
Beberapa kasus heat stroke yang sering terjadi umumnya lebih
dikarenakan faktor kelalaian pemilik hewan, seperti meninggalkan anjing dalam
mobil tanpa ventilasi yang cukup saat cuaca panas, menempatkan anjing di
halaman saat cuaca panas tanpa akses air minum, bahkan exercise berlebihan
pada saat cuaca panas.
Gejala:
a. Panting (pernafasan cepat)
b. Kulit tubuh terasa hangat dan kering
c. Diare
d. Muntah
e. Kelesuan
f. Lemas hingga tak sadarkan diri
g. Koma.
38
Saran:
a. Prinsip penanganan heat stroke terutama adalah segera menurunkan suhu
tubuh anjing ke suhu normal.
b. Memindahkan anjing ke ruangan bersuhu dingin, mengompres tubuh anjing
dengan air dingin terutama di daerah kepala, perut dan kaki
c. Anjing harus segera dibawa ke klinik hewan atau dokter hewan setempat
untuk mendapat penanganan dan pemberian obat-obatan yang mencegah
kerusakan organ lebih lanjut selain untuk memonitor keadaan pasien hingga
kondisinya stabil.
9. Rabies
Rabies atau sering kita kenal dengan penyakit anjing gila, merupakan zoonosis
(penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia) disebabkan oleh virus Lyssa.
Virus ini termasuk virus golongan Rhabdoviridae yang tinggal di dalam sel dan
membentuk badan inklusi (negri bodies). keberadaan negri bodies ini sangat khas
pada rabies dan bisa ditemukan dibagian otak kecil bagian hippocampus.
Gejala:
a. Salivasi atau liur berlebih,
b. Agresif
c. Kejang-kejang,
d. Tidak fokus,
e. Tidak memiliki koordinasi yang baik,
f. Apatis pada lingkungan sekitarnya
g. Tidak nafsu makan
39
h. Takut dengan air
i. Takut dengan cahaya
Saran:
a. Cegah dengan cara melakukan vaksinasi pada hewan penular rabies (anjing,
kucing, musang, racoon, kera).
b. Pemeriksaan titer rabies juga perlu dilakukan untuk melihat tingkat proteksi
terhadap virus rabies.
10. Coccidia
Coccidia merupaka protozoa yang kecil (organisme bersel satu) yang hidup dalam
saluran usus anjing. Mereka merupakan penyakit yang umum pada anak anjing
yang berumur kurang dari enam bulan, anjing dewasa yang sistem imunnya
menurun, atau anjing yang sedang stress (contoh: pergantian pemilik, atau adanya
penyakit lain).
Gejala:
a. Diare. Diare tersebut dapat merupakan diare ringan maupun parah, tergantung
dari tingkat infeksinya
b. Anjing yang terinfeksi coccidiosis yang parah dapat muntah
c. Kehilangan nafsu makan
d. Dehidrasi
Saran:
a. Karena coccidia disebarkan melalui kotoran oleh anjing yang terinfeksi,
sangat penting untuk mengajarkan anjing anda soal kebersihan.
40
b. Hewan tikus dan hama lainnya juga dapat menelan coccidia dan ketika digigit
atau dimakan oleh anjing anda, secara langsung, dapat menginfeksi si anjing.
Oleh karena itu, serangga dan hama harus dikontrol untuk mencegah
coccidiosis.
11. Enteritis (Radang Usus)
Enteritis atau radang usus merupakan radang akut atau subakut pada mukosa usus
halus. Enteritis mungkin hanya merupakan proses terbatas pada usus saja, akan
tetapi yang terbanyak merupakan radang usus bersama radang lambung atau
radang kolon hingga terjadi gastroenteritis atau eneterokolitis. Radang ketiganya
erring dikenal hanya sebagai enteritits saja meskipun terapinya berbeda-beda.
Gejala:
a. Diare
b. Muntah
c. Demam
d. Dehidrasi (kehausan)
e. Cenderung mencari tempat dingin
f. Warna tinja jadi gelap, kadang hitam atau hijauan
Saran:
a. Pemberian makanan berupa cairan atau setengah padat dapat diperlukan agar
mukosa usus tidak telalu terbebani dalam proses pencernaan.
b. Untuk menekan diare dapat digunakan berbagai persediaan obat mulai dari
bimusth nitrat, belladonna, kaolin dan pectin, norit, dan atropin sulfat.
41
c. Sedapat mungkin antibiotika tidak digunakan secara langsung, karena tanpa
antibiotic enteritis dapat sembuh dengan baik.
12. Mimisan (Eksitaxis, Rhinorrhagia)
Mimisan, baik yang bersifat menetes (epistaxis), maupun mengalir (rhinorhagia),
secara harfiah berarti pendarahan hidung. Dalam pengertian sehari-hari, semua
pendarahan yang melalui rongga hidung, tanpa memandang asalnya, disebut
mimisan. Secara sporadic, mimisan diamati pada anjing sehabis berada di tanah
lembab, parasit, atau selokan. Parasit cacing menyebabkan pendarahan hidung
karena ia menempel di dinding rongga hidung dan menghisap darah.
Gejala:
a. Darah keluar dari lubang hidung.
b. Bersin.
c. Kehilangan nafsu makan.
d. Kelesuan.
Saran:
a. Pemeriksaan sangat diperlukan untuk menentukan penyebab pendarahan.
13. Cheilitis (Radang Bibir)
Cheilitis atau radang bibir merupakan gangguan pada mulut yang terjadi karena
mengunyah benda tajam yang berakibat terjadinya goresan dan luka di bibir atau
lipatannya. Benda tajam ini mungkin berbentuk duri, tulang, ranting pohon, mata
pancing dan potongan logam atau kertas yang keras. Cheilitis juga terjadi apabila
42
kebiasaan menjilat-jilat luka yang kumannya dapat menular ke jaringan lain,
misalnya bibir.
Gejala:
a. Menggosok-gosok mulut ke objek keras.
b. Anoreksia (tidak nafsu makan)
c. Pada cheilitis kronis, bibir mengalami perubahan warna.
Saran:
a. Pemeriksaan sangat disarankan, karena bila terdapat bibir yang pecah-pecah
perlu dilakukan tindakan lanjut berupan penjahitan bibir.
14. Kennel Cough
Kennel Cough adalah penyakit anjing sifatnya ringan, menyangkut batang
tenggorokan dan bronchi anjing berbagai umur. Meskipun penyakit dapat
menyebar dengan cepat terhadap anjing sekitar, misalnya di rumah sakit hewan
atau peternakan anjing (kennel), kennel cough dapat sembuh sendiri (self
limiting).
Gejala:
a. Batuk kering dan kasar
b. Menjulurkan leher karena berusaha mengeluarkan dahak
c. Kesukaran bernapas
Saran:
a. Vaksinasi dapat mengurangi infeksi virus terkait.
43
b. Karena menular, penderita jangan dirawat di rumah sakit hewan. Jika di
rumah maka pisahkan dengan anjing lainnya.
c. Kesembuhan akan cepat bila tempat bersih, kering dan diberi makanan dengan
baik.
15. Gastritis (Radang Lambung)
Radang lambung biasanya bersifat ringan, dengan terjadinya erosi mukosa,
berlangsung secara subakut, atau bersifat kronis. Penyebab radang mungkin
karena terlalu banyak makan, mengkonsumsi makanan basi, dan bahan yang tidak
dapat dicerna secara normal.
Gejala:
a. Muntah
b. Depresi dan memperlihatkan gejala sakit perut
c. Dehidrasi
d. Air yang diminum terkadang dimuntahakan.
Saran:
a. Untuk gastritis akut penderita harus dipuasakan sedikitnya selama 24 jam.
b. Untuk mejaga agar tidak ada pemasukan air, dianjurkan disediakan potongan
es untuk dijilati.
c. Pemberian obat penenang sangat dianjurkan.
44
3.1.2. Analisa Kebutuhan Aplikasi
Berdasarkan permasalahan diatas, dibutuhkannya sebuah informasi yang
dapat diakses dengan mudah dan cepat serta biaya yang sedikit menjadi faktor
penting dibuatnya sistem pakar ini.
3.2. Desain
1. Flowchart Menu Utama
Mulai
Menu Utama
Penyakit Deskripsi
Diagnosa Input Jawaban
Olah Hasil
Hasil
Profil Tentang Penulis
Selesai
Gambar III.1 Flowchart Menu Utama
45
Flowchart menu utama diatas, dapat dijelaskan ditampilkannya menu utama hingga
respon dari program saat user memilih pilihan yang ada di menu utama. Jika user
memilih “Penyakit” maka user akan dibawa atau masuk ke halaman daftar penyakit,
user dapat memilih penyakit lalu aplikasi akan menampilkan deskripsi dari penyakit
tersebut. Jika memilih “Konsultasi” maka user akan dibawa atau masuk ke halaman
berupa tampilan gejala, lalu aplikasi akan memproses gejala yang sudah dipilih oleh
user untuk menentukan penyakit apa yang dialami. Sedangkan jika memilih “Profil”
maka user akan dibawa atau masuk ke halaman berisi informasi pembuat aplikasi.
2. Flowchart Sistem Pakar dan Pengguna (User)
Gambar III.2
Flowchart Pengguna dan Sistem Pakar
46
Gambar diatas merupakan penjelasan mengenai bagaimana aplikasi sistem
pakar mengakses jalannya aplikasi dari elemen utama hingga akhir. Saat user
memilih untuk konsultasi maka akan muncul tampilan berupa gejala, lalu
aplikasi akan memproses gejala yang sudah dipilih oleh user untuk
menentukan penyakit apa yang dialami.
3.2.1 Rancangan Algoritma
Dalam perancangan aplikasi sistem pakar tersebut penulis menggunakan
Naive Bayes. Naive Bayes Classifier merupakan suatu klasifikasi berpeluang
sederhana berdasarkan aplikasi teorema Bayes dengan asumsi antar variabel penjelas
saling bebas (independen) yaitu kehadiran atau ketiadaan dari suatu kejadian tertentu
dari suatu kelompok tidak berhubungan dengan kehadiran atau ketiadaan dari
kejadian lainnya (Ma’rifati dan Kesuma, 2018:34). Secara umum, teorema Bayes
dinyatakan sebagai:
Dalam notasi ini P(A|B) berarti peluang kejadian A bila B terjadi dan P(B|A) peluang
kejadian B bila A terjadi.
Pada metode Naive Bayes juga terdapat sebuah perhitungan yang berguna untuk
menghitung tiap kelas dan dapat dilakukan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mencari prioritas untuk setiap kelas dan menghitung rata-rata kelas dengan
menggunaka persamaan (1).
47
P= (1)
2. Mencari nilai likehood untuk tiap kelas dengan menggunakan persamaan (2)
L= (2)
3. Mencari nilai posterior dari tiap kelas yang ada dengan menggunakan persamaan
(3)
( | ) = ( ) × ( | ) (3)
Hasil dari klasifikasi kelas dengan menggunakan metode Naive Bayes
dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
digunakan sebagai pengumpulan data, kemudian dilanjutkan dengan perancangan dan
implementasi aplikasi tersebut, dan dilanjutkan dengan pengujian dan analisis hasil
pengujian sistem aplikasi. Setelah semua proses selesai dilakukan untuk itu kita dapat
menarik sebuah kesimpulan dan saran. Kemudian akan dijelaskan tentang
perhitungan Naive Bayes sebagai berikut:
1. Mengitung sebuah nilai prior ( peluang yang memunculkan suatu penyakit pada
data training) berdasarkan dari gejala yang di perlukan, maka dari perhitungan ini
dilakukan dengan cara membagi jumlah masing-masing penyakit dengan jumlah
keseluruhan data yang ada.
2. Melakukan sebuah pencarian nilai likehood (peluang munculnya suatu gejala dari
suatu penyakit) dari probabilitas yang mempengaruhi gejala pada setiap penyakit.
Dalam perhitungan tersebut dilakukan dengan cara membagi jumlah gejala
masing-masing penyakit.
48
3. Mencari nilai posterior (probabilitas akhir) pada masing-masing penyakit, dengan
cara mengkalikan nilai prior dengan nilai likehood pada masing-masing gejala
penyakit.
Pada hal ini penulis menggunakan desain algoritma atau perhitungan metode
naive buyes pada sistem pakar tersebut untuk memecahkan suatu kasus dan
menemukan hasil konsultasi yang dilakukan, berikut adalah kode program sistem
pakar:
Sub Activity_Create(FirstTime As Boolean)'Do not forget to load the layout file created with the visual designer. For
example:Activity.LoadLayout("lykonsultasi")
'baca data gejala dan penyakitdtPenyakit=Main.DB.ExecQuery("SELECT idpenyakit, gejala FROM
penyakit ORDER BY idpenyakit ASC")JmlPenyakit=dtPenyakit.RowCountdtTanya=Main.DB.ExecQuery("SELECT * FROM gejala ORDER BY
idgejala ASC")JmlTanya=dtTanya.RowCount
End Sub
Sub Activity_ResumePersiapan
End Sub
Sub Activity_Pause (UserClosed As Boolean)
End Sub
Sub btnYa_ClickNoJawaban=NoJawaban+1'SIMPAN JAWABANJawaban(NoJawaban)=dtTanya.GetString("idgejala")
49
NoJawaban=NoJawaban+1NoUrut=NoUrut+1bertanya
End Sub
Sub btnTidak_ClickNoJawaban=NoJawaban+1NoUrut=NoUrut+1bertanya
End Sub
Sub btnClose_ClickActivity.Finish
End Sub
'sub sendiriSub Persiapan
Dim i As IntNoUrut=0NoJawaban=0For i=0 To 99
Jawaban(i)=""Next
bertanyaEnd Sub
Sub bertanyaDim Nomor As IntIf NoUrut<JmlTanya Then
Sub HitungNaiveDim ProbPyk As DoubleDim ScorePyk As DoubleDim ScoreGjl As DoubleDim NC As DoubleDim i As IntDim j As IntDim g As StringDim ada As IntDim idpyk As String'cek apakah ada jawabanyaada=0For i=0 To 99
If Jawaban(i)<>"" Then ada=1Next'kosongkan scoreMain.DB.ExecNonQuery("UPDATE penyakit SET score=0")If ada=1 Then
ProbPyk=1/JmlPenyakitFor i=1 To JmlPenyakit
ScorePyk = 1dtPenyakit.Position=i-1idpyk=dtPenyakit.GetString("idpenyakit")g=dtPenyakit.GetString("gejala")For j=1 To NoJawaban
NC=0If Jawaban(j)<>"" Then
ada=g.IndexOf(Jawaban(j))If ada<>-1 Then
NC=1End If
End If'hitung score peluang gejala terhadap penyakitScoreGjl = (NC + (JmlTanya * ProbPyk)) / (1 +
JmlTanya)ScorePyk=ScorePyk*ScoreGjl
NextScorePyk=ScorePyk*ProbPyk
51
Main.DB.ExecNonQuery("UPDATE penyakit SET score='" &ScorePyk & "' WHERE idpenyakit=" & idpyk)
Nexthasil.ada=1
Elsehasil.ada=0
End IfStartActivity(hasil)
End Sub
3.2.2 Database
“Basis data (database) adalah sistem terkomputerisasi yang memiliki tujuan
utama memelihara data yang sudah diolah dan membuat informasi dapat diakses
dengan mudah dan cepat saat dibutuhkan” (Wijianto dkk, 2018:79).
Basis data yang digunakan penulis adalah SQLite. SQLite adalah salah satu
database yang bersifat open source, yang dirancang untuk menyimpan data pada
perangkat elektronik yang memiliki memori terbatas. Berikut database yang
digunakan penulis dalam pembuatan sistem pakar penyakit pada anjing.
1. Tabel Penyakit
Dalam pembuatan aplikasi sistem pakar, penulis memerlukan data mengenai
penyakit pada anjing dan gejala-gejala yang dimiliki oleh setiap penyakit. Maka
dari itu penulis membuat sebuah tabel berisi daftar penyakit. Berikut adalah id
penyakit, gejala dan nama-nama penyakit.
52
Tabel III.1
Tabel Penyakit
Id Penyakit Gejala Nama Penyakit Score
1 G01G03G06G07G08G10G23 Leptospirosis 0.0
2 G01G03G04G05G07G10G12 Hepatitis 0.0
3 G01G02G04G09G11G14G16 Canine Distemper 0.0
4 G07G08G012 Parvo Virus 0.0
5 G02G03G04G14 Hypoglycemia 0.0
6 G15 Demodecosis 0.0
7 G03G04G07G08G18G20 Scabies 0.0
8 G19G21G22 Stroke 0.0
9 G04G14G17G26 Rabies 0.0
10 G04G07G08G10 Coccidia 0.0
11. G01G07G08G25 Enteritis 0.0
12. G03G04G19 Mimisan 0.0
13. G04G13 Cheilitis 0.0
14. G11G27 Kennel Cough 0.0
15. G07G10G28 Castritis 0.0
2. Tabel Gejala
Penulis juga membuat sebuah data dari gejala-gejala yang telah dikumpulkan
kedalam tabel sebagai berikut:
Tabel III.2
Tabel Gejala
Kode Gejala
G01 Demam
G02 Gemetar
G03 Kelesuan
G04 Tidak nafsu makan (anoreksia)
53
G05 Keluar serous (cairan) pada mata dan hidung
G06 Konjungtivitas ringan (mata memerah)
G07 Muntah
G08 Diare
G09 Bintik merah pada kulit
G10 Dehidrasi (Keharusan)
G11 Batuk
G12 BAB disertai darah
G13 Terjadi perubahan warna bibir dan terasa berminyak saat disentuh
G14 Kejang
G15 Terjadi kebotakan dan terasa berminyak saat disentuh
G16 Penebalan kulit pada telapak kaki (hiperkeratosis)
G17 Takut dengan air dan cahaya
G18 Penurunan berat badan
G19 Keluar darah dari hidung
G20 Mengalami gatal yang hebat
G21 Kulit tubuh terasa hangat dan kering
G22 Panting (pernapasan cepat)
G23 Menggigil
G24 Tak sadarkan diri
G25 Perubahan warna pada tinja
G26 Agresif
G27 Menjulurkan leher
G28 Terkadang memuntahkan air yang diminum
3.2.3 Software Architecture
Software arcgitecture dalam pengembangan aplikasi ada sebagai berikut: