Top Banner
48 BAB III PELAYANAN HOLISTIK GEREJA PENTAKOSTA DI INDONESIA “PONDOK DIAKONIA” YAYASAN SOSIAL HARAPAN BAWEN TERHADAP ANAK AUTIS Adanya suatu yayasan atau panti asuhan tidak terlepas dari mission dari organisasi yang mendirikannya. Maka ada panti asuhan yang bertujuan untuk merawat dan melindungi bahkan memberikan perhatian yang secara khusus tidak didapatkan di tempat lain bagi orang-orang yang dirawat dengan penuh kasih sayang. Dalam melaksanakan pelayanan, panti asuhan harus memperhatikan empat aspek yang saling memiliki kaitan satu dengan yang lain yakni aspek fisik (termasuk unsur medis, biologis, metabolism, psikomotorik), mental (termasuk unsur kognisi dan afeksi, otak kiri dan otak kanan), sosial dan spiritual. Keempat aspek ini tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam melakukan pelayanan maka perlu memperhatikan empat aspek holistik ini. Sehingga yang dilayani dapat menjadi pribadi yang tertolong secara utuh. 3.1 Gambaran Umum dan Sejarah Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok Diakonia” Yayasan Sosial Harapan Bawen 1 Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok Diakonia” Yayasan Sosial Harapan berlokasi di jalan Semboja No. 12 Bawen, Kabupaten Semarang. Sebelum memiliki tempat sendiri selalu berpindah-pindah dari rumah pinjaman ke rumah kontrakan di 1 Penulis mengutip dari laporan mahasiswa praktek yang menulis tentang sejarah dan gambaran umum panti asuhan pondok diakonia, selain itu penulis mendapatkan data dari hasil wawancara dengan pengurus dan pengasuh serta pendeta Marhten Ngguso sebagai gembala di Pondok diakonia Bawen pada tanggal 20 -06-2015.
20

BAB III PELAYANAN HOLISTIK GEREJA PENTAKOSTA DI ......Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok Diakonia” Yayasan Sosial Harapan berlokasi di jalan Semboja No. 12 Bawen, Kabupaten

Feb 02, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 48

    BAB III

    PELAYANAN HOLISTIK GEREJA PENTAKOSTA DI INDONESIA

    “PONDOK DIAKONIA” YAYASAN SOSIAL HARAPAN BAWEN

    TERHADAP ANAK AUTIS

    Adanya suatu yayasan atau panti asuhan tidak terlepas dari mission dari

    organisasi yang mendirikannya. Maka ada panti asuhan yang bertujuan untuk

    merawat dan melindungi bahkan memberikan perhatian yang secara khusus tidak

    didapatkan di tempat lain bagi orang-orang yang dirawat dengan penuh kasih sayang.

    Dalam melaksanakan pelayanan, panti asuhan harus memperhatikan empat aspek

    yang saling memiliki kaitan satu dengan yang lain yakni aspek fisik (termasuk unsur

    medis, biologis, metabolism, psikomotorik), mental (termasuk unsur kognisi dan

    afeksi, otak kiri dan otak kanan), sosial dan spiritual. Keempat aspek ini tidak bisa

    dipisahkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam melakukan pelayanan

    maka perlu memperhatikan empat aspek holistik ini. Sehingga yang dilayani dapat

    menjadi pribadi yang tertolong secara utuh.

    3.1 Gambaran Umum dan Sejarah Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok

    Diakonia” Yayasan Sosial Harapan Bawen1

    Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok Diakonia” Yayasan Sosial Harapan

    berlokasi di jalan Semboja No. 12 Bawen, Kabupaten Semarang. Sebelum memiliki

    tempat sendiri selalu berpindah-pindah dari rumah pinjaman ke rumah kontrakan di

    1 Penulis mengutip dari laporan mahasiswa praktek yang menulis tentang sejarah dan

    gambaran umum panti asuhan pondok diakonia, selain itu penulis mendapatkan data dari hasil

    wawancara dengan pengurus dan pengasuh serta pendeta Marhten Ngguso sebagai gembala di Pondok

    diakonia Bawen pada tanggal 20 -06-2015.

  • 49

    daerah Pulutan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang selama 6 bulan. Dari

    tahun 1981 sampai dengan 1987 menunjukkan perkembangan yang signifikan.

    Motivasi pelayanan terhadap anak-anak bermasalah disertai semangat kemandirian

    para pengurus mendorong segala terobosn usaha pencarian dana. Gereja sekaligus

    Panti Asuhan dan pondok ini mendapat bantuan dari dinas Sosial Kabupaten

    Semarang, DepSos Provinsi Jawa Tengah, dan para donator.

    Panti Asuhan Harapan Bawen telah mengembangkan fungsi pelayanan di

    bidang usaha kesejahteraan sosial seperti wanita hamil, korban perceraian, lansia

    yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki saudara, serta berbagai

    permasalahan sosial yang lainnya. Oleh karena mendapatkan santunan pelayanan

    sehingga tempat tersebut dikenal sebagai pondok Diakonia yang berarti perlindungan

    dan pelayanan kasih.

    Yayasan tersebut telah memiliki badan hukum sebagai yayasan sosial yang

    disahkan oleh Notaris Janny Dhewanjanti Arnian. SH No.5 tanggal 16 Oktober 1993,

    Jalan Diponegoro 205 Ungaran. Terdaftar pada pengadilan Negeri Kabupaten

    Semarang No.311/ORSOS/94.

  • 50

    3.1.1 Visi, Misi Dan Motto Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok

    Diakonia” Harapan Bawen2

    a) Visi: Membangun manusia secara holistik atau seutuhnya dalam Yesus

    Kristus

    b) Misi: Pelayanan secara holistik yaitu pendidikan, fisik, kerohanian, dan

    sosio-emosional.

    c) Motto: Angkatlah dan bimbing anak itu karena dia akan menjadi bangsa

    yang besar.

    3.1.2 Peraturan dan Tata Tertib “Pondok Diakonia”

    Di Panti Asuhan Pondok Diakonia, terdapat dua pintu gerbang yaitu pintu

    gerbang utama dan pintu gerbang pembatas antara ruang laki-laki dan wanita serta

    para lansia dan balita. Biasanya pintu gerbang selalu di kunci ketika malam hari

    pukul 20.00 WIB. Apabila ada yang datang barulah dibuka oleh petugas yang

    menjaga gerbang. Berbeda dengan siang hari pintu akan selalu di buka bagi warga

    panti dan tamu yang datang untuk berkunjung ke panti dan sebelum masuk harus

    mengisi buku tamu yang tersedia di dekat samping gerbang/ pintu masuk. Peraturan

    2 Hasil wawancara dengan bpk. Pdt. Marhten Ngguso. Sebagai gembala dan juga

    pembimbing di Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok Diakonia” Yayasan Sosial Harapan Bawen

    pada tanggal 21-06-2015.

  • 51

    ini di buat demi menjaga keamanan, kedisiplinan dan tanggung jawab bersama di

    panti asuhan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.3

    3.1.3 Lingkungan Fisik “ Pondok Diakonia”4

    Pondok Diakonia menempati lahan seluas lebih dari 6000M². Bangunan

    dalam area yang relative luas ini terdiri dari unit-unit menurut kelompok usia dan

    jenis kelamin.

    Sarana berupa ruangan terdiri dari kamar tidur yang dibagi dalam unit-unit,

    aula, perpustakaan, kantor, gudang, ruang tamu, ruang doa, ruang makan, dapur,

    kamar mandi, WC, tempat cuci, tempat jemuran, kantin, ruang komputer, ruang

    musik, dan lapagan bermain. Ruang-ruang untuk kegiatan dirancang secara fleksibel,

    yang artinya dapat digunakan untuk berbagi keperluan (multifungsi) sebuah aula

    terbuka terletak di depan kamar tidur yang digunakan untuk pertemuan kelompok

    belajar (PPA), untuk olahraga, dan untuk kebaktian umum pada hari Minggu, serta

    digunakan untuk puji-pujian kelompok pemuda dan remaja.

    Sebuah ruangan untuk alat music dan sound system, sebuah ruangan untuk

    doa terletak dibagian atas, selain digunakan untuk tempat doa dan ruangan harian

    kelompok pemuda dan remaja tempat tersebut juga digunakan untuk pertemuan rutin

    para pengasuh dan juga digunakan untuk kebaktian. Sebuah ruangan makan dalam

    3 Hasil wawancara dengan Engkong Siswana, seorang lansia yang sangat aktif menjaga

    keamanan di pintu gerbang Gereja Pentakosta “Pondok Diakonia” pada tanggal 23-06-2015 4 Hasil wawancara dengan salah satu pengasuh di Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok

    Diakonia” yang bertugas sebagai pengasuh anak dan juga staf yang mengurus kegiatan di panti pada

    tanggal 23-06-2015

  • 52

    keadaan terbuka, selain untuk makan bersama pada pagi hari, siang hari dan malam

    hari, juga digunakan untuk belajar para pemuda dan remaja.

    3.1.4 Struktur Organisasi “Pondok Diakonia”5

    Pondok Diakonia merupakan panti sosial bercirikan kristiani, bernaung

    dibawah yayasan sosial Harapan yang dikelola oleh Pdt. Marthen Ngguso.

    Penyelenggaraan panti sosial, pemimpin didampingi oleh wakil, sekretaris,

    bendahara, penanggung jawab seksi, staf ahli dan tenaga professional. Bagan struktur

    organisasi terdapat pada lampiran.

    3.1.5 Pelayanan “Pondok Diakonia”6

    Pelayanan pondok diakonia di tujukan pada anak yatim, yatim piatu, anak

    korban perkosaan, anak korban aborsi, anak di telantarkan anak tanpa ibu (korban

    perceraian) anak dengan orang tua yang tidak mempuyai penghasilan tetap dan hidup

    di bawah garis kemiskinan, anak dengan orang tua sakit-sakitan, anak cacat fisik dan

    mental, jompo sebatang kara, dan wanita bermasalah (hamil di luar nikah, bercerai,

    dan lain-lain), sebagian anak di serahkan pada usia bayi bahkan ada yang baru lahir

    langsung ditinggalkan. Kondisi awal ketika masuk pada umumnya kurang baik.

    Pengasuhan sebagai bentuk pelayanan kebutuhan berupa pemenuhan

    kebutuhan gizi, rohani dan pendidikan emosional. Pemenuhan tersebut diwujudkan

    dalam berbagai pendampingan dan latihan kemandirian, diantaranya: pemenuhan

    5 Penulis mengutip dari laporan akhir mahasiswa praktek yang menulis tentang struktur

    Organisasi Pondok Diakonia, laporan ini langsung diberikan oleh petugas yang bekerja di kantor

    “Pondok Diakonia” sebagai tambahan informasi bagi penulis pada tanggal 20-06-2015. 6 Hasil wawancara dengan Pdt. Marthen Ngguso, Sebagai gembala dan juga pembimbing di

    Gereja sekaligus Panti Asuhan “Pondok Diakonia” pada tanggal 22-06-2015.

  • 53

    makanan bergizi, pemeliharaan kesehatan, belajar keterampilan seperti berkebun,

    beternak, membuat kue, berdagang, magang kerja, latihan musik, dan lain-lain.

    3.1.6 Jadwal kegiatan di Panti Asuhan “Pondok Diakonia”7

    Hari Minggu:

    06.00-07.30: Doa Bersama, Pendalaman Alkitab (PA)

    08.00-09.00: Sekolah Minggu

    16.00-18.00: Kebaktian Minggu

    Hari Senin:

    Pertemuan rutin untuk pengasuh dan pengurus dengan acara penyatuan misi

    dan juga evaluasi bersama. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menyatukan misi

    bersama sehingga pelayanan yang dilakukan tidak melenceng tetapi seturut

    dengan misi yang sama.

    Perpustakaan di buka untuk kegiatan membaca anak-anak panti dan juga

    warga panti.

    Pukul 16.00 kegiatan PPA khusus untuk anak-anak SD

    Hari Selasa:

    Olahraga bersama

    Ibadah pemuda dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB sampai selesai

    7 Hasil wawancara dengan Pdt. Marthen Ngguso selaku gembala dan juga pembimbing di

    Panti Asuhan Pondok Diakonia. 22-06-2015.

  • 54

    Hari Rabu:

    Pertanian dan lingkungan hidup

    Pukul 19.00 ada kebaktian pengasuh yang biasa di lakukan pada minggu

    pertama dan kedua khusus untuk kaum wanita dan minggu ketiga dan

    keempat gabung dengan kaum laki-laki. Ibadahnya di gereja.

    Hari Kamis:

    PPA untuk seluruh warga panti di dampingi mentor

    Hari Jum’at:

    09.30 Pertemua doa (doa berantai seharian di bagi perkelompok usia)

    12.00 Kelompok mentor dan Staf (berdoa untuk anak-anak panti)

    12.00-16.30 Doa kelompok (doa bersama menutup doa berantai)

    19.00 Ibadah sekolah minggu besar terdiri dari anak usia kelas IV dan VI

    SD.

    Hari Sabtu:

    16.00-17.30 PPA (anak usia sekolah minggu besar dan anak diluar panti)

    19.00 Malam gembira (anak-anak diberikan kesempatan untuk menampilkan

    bakat yang dimiliki serta masukan dan kritikan sosial dari anak-anak kepada

    pengasuh.

    3.1.7 Jumlah penghuni di Panti Asuhan “Pondok Diakonia” Harapan Bawen

  • 55

    Keseluruhan penghuni Pondok Diakonia Harapan Bawen pada bulan juni-juli

    2015 berjumlah 132. Rincian jumlah penghuni Pondok Diakonia Harapan Bawen

    dapat dilihat dilampiran.

    3.2 Kegiatan di Panti Asuhan “Pondok Diakonia” Harapan Bawen

    Selama melakukan pelayanan, Panti Asuhan Diakonia telah berupaya dengan

    keras untuk membantu anak-anak dan remaja serta warga panti untuk berkembang

    menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan

    sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak dan remaja serta warga

    panti.

    3.2.1 Kegiatan Pusat Pengembangan Anak (PPA)

    Pusat Pengembangan Anak (PPA) adalah salah satu bentuk program yang

    diselenggarakan oleh lembaga sosial luar negeri yang bekerjasama dengan gereja-

    gereja di Indonesia. Lembaga sosial tersebut bernama Compassion dan berpusat di

    Bandung. Lembaga ini memusatkan perhatian kegiatannya di bidang pendidikan bagi

    anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi. Lembaga ini menyusun kegiatannya

    dalam bentuk kurikulum yang telah disesuaikan dengan tugas perkembangan per

    kelompok usia. Kurikulum yang telah disesuaikan dengan tugas perkembangan per

    kelompok usia. Kurikulum ini mengembangkan 4 aspek yaitu aspek pendidikan,

    fisik, kerohanian, dan sosio-emosional.8

    3.2.2 Pertanian dan Lingkungan Hidup

    8 Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga pembimbing di Panti

    Asuhan Pondok Diakonia, pada tanggal 24-06-2015.

  • 56

    Bertani merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan di Panti untuk

    merawat tanaman baik itu bunga, sayur, dan tanaman lain yang ditanam disekitar

    panti selain itu juga ada kegiatan lingkungan hidup dimana warga panti dan

    pengasuh melakukan pengelolahan sampah. Tugas ini di bagi sesuai kelompok yaitu

    bagi yang kaum laki-laki bertugas untuk pengelolahan sampah sedangkan yang kaum

    wanita merawat bunga atau tanaman. Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud

    kepedulian terhadap alam dimana mereka tinggal. Lingkungan sehat menjadi tempat

    yang nyaman untuk ditempati. Dengan bertani maka anak-anak, remaja dan warga

    panti dapat mengenal alam dan lingkungan.9

    3.2.3 Kegiatan Bulanan

    Jenis kegiatan bulanan yang di lakukan di Panti Asuhan Pondok Diakonia

    yaitu berenang dan piknik bersama. Kegiatan ini membantu anak-anak untuk dapat

    mengenal lingkungan di luar sehingga mereka juga dapat berinteraksi dan menambah

    wawasan ketika kembali ke panti asuhan karena menemukan hal-hal baru di luar panti

    yang dapat mereka pelajari.10

    3.3 Pelayanan spiritual di Panti Asuhan “Pondok Diakonia”

    3.3.1 Ibadah Minggu

    9 Wawancara dengan Engkong Siswana, seorang lansia yang sangat aktif menjaga keamanan

    di pintu gerbang panti asuhan pondok diakonia, pada tanggal 24-06-2015. 10

    Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga pembimbing di Panti

    Asuhan Pondok Diakonia. Pada tanggal 24-06-2015.

  • 57

    Ibadah minggu biasanya dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB. Biasanya

    diikuti oleh semua warga panti asuhan baik itu anak-anak, remaja, para jompo,

    pengasuh, dan Pendeta. Dalam badah minggu biasanya dipimpin oleh Pendeta di

    bantu oleh para pengasuh dan juga anak-anak dan remaja yang bertugas sesuai jadwal.

    Biasanya ada persembahan pujian baik itu vocal group, paduan suara maupun yang

    bersedia membawa pujian secara pribadi. Setelah Ibadah selesai anak-anak-anak,

    remaja dan warga panti diberikan kesempatan untuk maju ke depan altar dan diberi

    tumpangan tangan dan didoakan oleh gembala/pendeta. 11

    3.3.2 Renungan pagi, Renungan Malam dan Doa Berantai12

    Setiap pagi pukul 04.30 WIB, sebelum memulai kegiatan sepanjang hari,

    anak-anak dan para pengasuh berkumpul ditempat asrama putra dan putri untuk

    melakukan renungan. Renungan dibagi berdasarkan kelompok remaja putra, putri

    dan anak-anak. Acara dalam kegiatan tersebut adalah pujian syukur kepada Tuhan,

    doa singkat dan membacakan firman Tuhan secara bergantian, merenungkan Firman

    Tuhan dan doa penutup. Sebelum beristirahat anak-anak dan pengasuh kembali

    berkumpul pukul 20.30 WIB untuk melakukan kegiatan renungan malam. Kegiatan

    renungan malam diawali dengan pujian Syukur dan doa singkat. Kegiatan renungan

    malam dan pagi dipimpin oleh anak-anak yang dibagi dalam kelompok. Kelompok

    tersebut secara bergilir bertugas memimpin renungan setiap hari.

    11

    Pengamatan peneliti ketika mengikuti ibadah minggu di panti asuhan diakonia Bawen. 12

    Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga pembimbing di Panti

    Asuhan Pondok Diakonia. Pada tanggal 24-06 2015.

  • 58

    Selain renungan pagi dan malam, ada juga kegiatan doa berantai. Doa

    berantai dilakukan setiap hari jumat. Kegiatan doa tersebut dimulai pukul 08.30 pagi.

    Orang-orang yang ikut dalam kegiatan doa adalah anak-anak dan remaja, dewasa,

    jompo, pengasuh. Kegiatan doa berantai dilakukan secara bergantian sesuai jadwal

    yang sudah ditentukan. Kegiatan doa berantai ditutup secara bersama pukul 17.00

    WIB.

    Fungsi doa tersebut adalah mensyukuri kehidupan, kesejahteraan dan rahmat

    lain yang telah dianugerahkan kepada warga panti dan para pengasuh panti. Dalam

    doa tersebut juga diselibkan doa-doa untuk para donator, sponsor, pemimpin panti,

    pengasuh dan juga anak-anak panti serta para jompo yang ada dipanti dan luar panti.

    3.3.3 Ibadah Pemuda

    Ibadah pemuda biasanya dilakukan setiap hari Selasa mulai pukul 19.00 WIB

    sampai dengan selesai. Yang ikut dalam kegiatan ibadah pemuda adalah mulai dari

    remaja SMP, SMA, dan juga pengasuh.13

    3.3.4 Gambaran Umum Pelayanan kepada anak autis di Panti Asuhan

    “Pondok Diakonia” Harapan Bawen.

    Di Panti Asuhan Pondok Diakonia melayani dua orang anak autis. Menurut

    pengasuh ketika melayani anak autis ada begitu banyak tantangan yang harus di

    hadapi. Tetapi bagi mereka anak autis merupakan anak yang luar biasa ketika di beri

    13

    Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga pembimbing di Panti

    Asuhan Pondok Diakonia. Pada tangga l 2-5-06-2015.

  • 59

    bimbingan dan pelayanan karena dibutuhkan kreativitas dan kesabaran dalam

    membimbing dan melayani mereka14

    .

    Menurut pengasuh, interaksi yang terjadi antara anak autis dan anak-anak

    normal biasanya mengalami sedikit kendala, dimana teman-teman yang tidak autis

    tidak begitu paham mengenai kebutuhan serta terkadang menimbulkan mis

    komunikasi karena disebabkan oleh komunikasi yang tidak begitu baik dari anak

    autis. Selain teman-teman panti, pengasuh juga mengalami kendala dimana tidak bisa

    membimbing secara khusus dikarenakan kurangnya keahlian dalam memahami autis

    dan problemnya.

    Jadi kegiatan bimbingan dan pelayanan dilakukan secara umum. Yang di

    maksud dengan secara umum disini yaitu anak-anak yang mengalami gangguan autis

    biasanya juga diikutsertakan dalam kegiatan yang dilakukan di panti bersama-sama

    dengan anak-anak panti. Kegiatan yang diikuti yaitu PPA dan ibadah bersama. Disini

    anak-anak dibimbing untuk bagaimana menjadi pribadi yang mandiri begitu juga

    dengan anak-anak autis. Biasanya anak-anak autis akan dibimbing secara khusus

    ketika berada di SLB. Karena di SLB ada guru dan psikolog khusus yang menangani

    dan memberi terapi sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Jadi dari panti sendiri,

    hanya sebatas memberi pelayanan secara umum saja berupa pelayanan pendidikan,

    fisik, kerohanian, dan sosio-emosional. Kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat

    membantu untuk memandirikan dan menjadikan anak sebagai pribadi yang utuh dan

    14

    Wawancara dengan ibu Nur, salah satu pengasuh yang membimbing dan melayani anak-

    anak di panti. Kebetulan melayani anak-anak yang juga mengalami autis, pada tanggal 25-06-2015.

  • 60

    dapat bertanggung jawab terhadap dirinya dan juga berguna bagi masyarakat dan

    lingkungan dimana mereka nantinya berada dan mengabdi.15

    Ketika penelitian berlangsung, peneliti dipertemukan dengan dua orang anak

    autis yang ada di Panti Asuhan Pondok Diakonia, dua orang anak itu yaitu sebut saja

    namanya anak H dan anak R. Dalam keseharian mereka, hanya dilakukan dengan

    kegiatan yang disukai dan menjadi kebiasaan mereka masing-masing. Pertama, Anak

    H berusia 17 tahun biasanya sangat menyukai jam dinding dan pandai menghafal

    hari dan tanggal serta bisa mengoperasikan komputer. Setiap hari anak H selalu

    menanyakan jam dan di buku sekolahnya penuh dengan gambar jam selama satu hari

    ia memperhatikan jam dan menggambar sesuai dengan waktu yang ia lihat.

    Interaksinya tidak begitu lancar, ia selalu menanyakan ulang apa yang dikatakan

    pengasuh maupun orang-orang yang ia temui di panti asuhan termasuk saya.16

    Menurut pengasuh, anak H memiliki kemampuan yang luar biasa dalam

    mengingat (jam dan hari). Kemampuan inilah yang terus ditingkatkan oleh para

    pengasuh lewat bimbingan dan pelayanan serta terapi yang dilakukan untuk

    membantu anak H berlatih menjadi pribadi yang mandiri.17

    Selain anak H ada juga

    anak R, berusia 16 tahun. Meskipun sama-sama autis seperti anak H. Tetapi anak R

    tidak bisa berbicara dan berkomunikasi.

    15

    Wawancara dengan ibu Nur, salah satu pengasuh yang membimbing dan melayani anak-

    anak di panti. Pada tanggal 25-06-2015 . 16

    Hasil pengamatan di panti asuhan pondok diakonia Bawen, ketika mendampingi anak-anak

    autis. Pada tanggal 25-06-2015. 17

    Hasil wawancara dengan pengasuh H (anak autis) yaitu ibu Nur. Biasanya mendampingi

    dan menjadi mentor H. Pada tanggal 25-06-2015.

  • 61

    Ketika di temui ia hanya diam saja. Menurut pengasuh R, ia sangat sulit

    berkata-kata dan hanya ingin denkat dengan orang-orang tertentu misalnya suami

    pengasuh. Kalau ada orang baru yang datang ke panti dan bertemu dengan R maka

    dia tidak mau mendekat dan bahkan menghindar (kabur). Kata pengasuh, ketika R

    marah ia selalu berteriak dan mengeluarkan suara “amm…ammm ” seperti

    mengaung. Apabila ditanya “ada apa?” dan memukul pundaknya maka dia akan

    diam, hanya jika dilakukan oleh pengasuhnya (pengasuh bersama suami pengasuh).

    Menurut pengasuh, kelebihan anak R yaitu, apabila ia menemukan barang misalnya

    jam, handpone dan sebagainya maka ia akan langsung memberikan kepada saya

    (pengasuhnya), sehingga saya akan mengembalikan kepada orang yang barangnya

    ketinggalan tersebut. R sangat rajin mencuci baju, apabila disuruh mencuci ia akan

    melakukan dengan senang hati, tetapi terus dikontrol oleh pengasuh karena ia bisa

    menghabiskan sabun karena hobinya mencuci. Menurut pengasuh, anak R punya

    kebiasaan yang unik yaitu mengambil ranting dan kemudian memukul-mukul di

    dagu dan hidung dan itu menjadi kebiasaan yang sangat menggembirakan hatinya.

    Bagi pengasuhnya anak R adalah anak yang luar biasa sehingga dalam

    pendampingan dan pelayanannya kepada R dilakukan dengan penuh kasih sayang

    dan ketulusan hati karena bagi pengasuhnya R adalah anak yang berharga yang perlu

    dilayani dengan sukacita sehingga suatu saat ia bisa bertumbuh menjadi anak yang

    berguna dan mandiri.18

    18

    Hasil wawancara dengan pengasuh R (anak autis), Ibu Rahayu. Salah satu pengasuh yang

    mendampingi R bersama suaminya. Biasanya R lebih dekat dengan suaminya (Ibu Rahayu). Pada

    tanggal 29-06-2015.

  • 62

    3.4.1 Kendala-kendala Dalam Pelayanan Yang Dilakukan Di Panti Asuhan

    “Pondok Diakonia” Kepada Anak Autis

    Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai kendala-kendala yang

    dialami di panti menyangkut masalah pelayanan baik itu secara umum maupun

    secara khusus yaitu dalam aspek psikologi, sosial, spiritual, mental dan fisik yang

    penulis dapatkan dari tiga orang informan yang mendampingi anak-anak autis di

    panti asuhan “Pondok Diakonia”. Informan yang penulis temui yaitu mentor,

    pengasuh dan pendeta.

    Menurut informan pertama (Mentor) masalah pelayanan di panti kurang

    efektif karena, para pengasuh panti tidak memiliki keahlian khusus. Selain itu,

    tidak dilakukannya training kepada para pengasuh sehingga pelayanan yang

    dilakukan tidak sepenuhnya menjawab kebutuhan anak autis. Terutama dalam upaya

    membuat anak-anak dapat berinteraksi dengan baik dengan teman sebaya bahkan

    penjaga pantinya.19

    Apalagi ketika bertemu dengan anak-anak normal. Mereka tidak memahami

    kebutuhan anak-anak autis sehingga dalam pergaulan mereka kurang di terima

    akibatnya anak-anak autis terkadang terlihat selalu menyendiri. Selain itu dalam

    masalah pendampingan di kelas tidak di lakukan secara khusus, biasanya anak-anak

    autis digabung dengan anak-anak normal ketika mengikuti kegiatan PPA. Hal ini

    disebabkan oleh terbatasnya ruang kelas dan juga pengasuh yang menjaga, terutama

    19

    Hasil Wawancara dengan pengasuh pada tanggal 21 Juni 2015.

  • 63

    dalam memahami aspek yang berkaitan dengan psikologis sehingga dapat membaur

    dan berinteraksi dengan baik.

    Pelayanan kepada anak autis dengan terapi menurut informan penting

    karena terapi akan membantu anak-anak autis dalam proses sosialisasi. Meskipun

    tidak mengubah mereka ke manusia normal tetapi ada perubahan yang

    mengakibatkan mereka dapat mandiri dalam mengurus diri sendiri ketika dewasa.

    Terapi biasanya dilakukan oleh psikolog atau dokter khusus yang menangani

    masalah autis.20

    Proses terapi yang dilakukan biasanya ada laporan hasil tes psikologis

    sehingga dapat menjadi masukan bagi para pengasuh ketika mendampingi dan

    melayani anak-anak autis di panti. Misalnya terapi yang dilakukan kepada anak H,

    sudah mengalami perkembangan dalam komunikasinya, anak H sudah bisa

    berkomunikasi meskipun tidak sepenuhnya bisa berbicara secara lancar tetapi

    ketika diajak untuk berbicara anak H sedikit demi sedikit bisa menanggapi apa

    yang ditanyakan. Ketika ditanya “H apakah kamu sudah mandi?” Biasanya dia

    menjawab “sudah” atau “iya”.

    Selain itu test yang dilakukan juga bermanfaat guna mengetahui bukan

    hanya karakter tetapi bakat, minat atau keahlian khusus dari anak tersebut.

    Contohnya anak autis (H) ternyata mampu mengopersikan komputer. Lebih

    lanjut berdasarkan laporan psikolog dan terapis H kemudian mengusulkan agar

    20

    Hasil wawancara dengan pengasuh di panti tanggal 21 Juni 2015 .

  • 64

    kemampuannya yang dimiliki harus terus ditingkatkan dengan pujian dan

    pemberian bintang sehingga dapat membantu H untuk lebih berkembang lagi.

    Meskipun demikian terapi psikologis yang dilakukan ada berhasil namun

    ada juga yang lambat perkembangannya. Contohnya yang dilakukan kepada R.

    Terapi yang dilakukan sudah membantu R, tetapi belum dapat berkomunikasi

    dengan berbicara. R belum bisa berkomunikasi dengan baik. Ia hanya bisa

    menggambar apa yang dia rasakan ketika ditanyakan. Alasannya R, saat ini hanya

    mampu mengerti komunikasi simbol, gambar dan tindakan konkrit. Oleh karena

    itu, anak ini cenderung memperlihatkan sisi emosional, seperti apa yang dia

    rasakan bahkan mengerti agamanya melalui gambar, sehingga pelayanan pastoral

    gereja sangat relevan untuk mengembangkan spiritualitasnya seperti yang telah

    dilakukan di Panti.

    Pelayanan holistik gereja memang sudah dilakukan hanya saja masih terdapat

    kendala-kendala.21

    Kendala-kendala yang dialami yaitu ketika anak-anak autis

    mengikuti kegiatan PPA, sekolah minggu dan doa bersama. Terkadang mereka

    sangat sulit memperhatikan dan menerima pelajaran yang diberikan sehingga

    membutuhkan perhatian dan penjagaan khusus oleh pengasuh. Karena mereka

    terkadang tidak mengikuti sampai selesai, ketika ibadah berlansung mereka bisa

    saja berlari keluar kelas atau bahkan tidak mau mengikuti kegiatan yang ada. Hal

    tersebut sering menyebabkan para pengasuh maupun pendeta sangat sulit ketika

    menghadapi mereka.

    21

    Hasil wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga pembimbing di

    Panti Asuhan Pondok Diakonia. Pada tangga 20 Juni, 2015.

  • 65

    Lebih lanjut menurut salah seorang informan22

    aspek fisik, mereka

    dikategorikan sebagai anak yang berbeda dengan anak-anak normal. Sedangkan

    dalam aspek Mental, mereka mengalami keterlambatan dalam menangkap setiap

    informasi yang ada sehingga menyebabkan mereka menjadi pribadi yang harus

    terus diingatkan ketika melakukan pendampingan atau pelayanan pastoral di panti.

    Salah satu hal yang perlu ditekankan dalam pelayanan pastoral adalah sisi

    sosial. Alasannya, anak-anak autis sangat sulit ketika berinteraksi dengan teman-

    teman sebayanya. Ketika mengikuti kegiatan ibadah maupun PPA anak-anak autis

    selalu diam dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri sehingga tidak dapat

    berkonsentarsi atau bahkan tidak bisa diajak untuk bermain bersama teman-teman

    sebayanya di panti. Tetapi perkembangan spiritual, anak-anak autis yang konkrit

    adalah bisa di ajak untuk berdoa, walaupun tidak sempurna tetapi mereka dapat

    berdoa dengan kalimat yang pendek dan dibantu oleh pendeta atau pengasuhnya.

    Sejauh pengamatan penulis, anak autis belum sepenuhnya merasakan

    perhatian dari pihak panti dalam aspek sosial, fisik dan mental. Anak autis hanya

    terpenuhi dalam aspek spiritual oleh karena terbatasnya ruang kelas dan pengajar

    yang memiliki keahlian dalam bidang psikologi maka akan memberikan dampak

    pada kurang terurusnya anak autis secara optimal. Waktu yang diberikan oleh para

    pelayan dan pengasuh pun, tidak sebanding dengan kuantitas anak autis yang ada.

    Keterbatasan waktu dan tempat inilah, yang menyebabkan pelayanan yang ada

    kurang optimal. Ini merupakan sebuah tantangan dalam pelayanan holistik yang

    dilakukan oleh panti asuhan “pondok diakonia” yayasan sosial harapan Bawen.

    22

    Hasil wawancara dengan Mentor di Panti, 21 juni 2015.

  • 66

    Berdasarkan ketiga aspek yang telah dijelaskan diatas tersebut maka

    ditemukanlah model sederhana pelayanan holistik. Pertama dimulai dengan terapi

    psikologis, terutama, untuk mengembangkan karakter, kemampuan berinteraksi,

    bakat minat atau keahlian khusus. Setelah itu kemudian dilakukan pelayanan

    pastoral secara holistik guna mengembangkan sisi spiritualitas anak-anak tersebut.

    Terutama, emphati, tindakan berbagi dengan sesama, mengenal Tuhan lewat

    gambar dan membangun sikap saling menolong sesama baik diantara anak autis

    maupun anak autis dengan anak-anak yang normal di panti. Model ini saling

    berkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berikut ini merupakan

    gambar model tersebut:

    Gambar 3.1 berdasarkan temuan hasil penelitian

    Elemen-elemen kunci Pelayanan Holistik bagi anak autis:

    1. Pelayanan Psikologis meliputi:

    Terapi Autis

    Pengembangan bakat minat dan keahlian khusus.

    Pengembangan relasi sosial anak-anak di dalam lingkungannya.

    2. Pelayanan Pastoral Meliputi:

    Empati

    PELAYANAN

    HOLISTIK

    Pelayanan

    Psikologis Autis

    Pelayanan

    Pastoral

  • 67

    Mendengarkan.

    Membimbing

    Berdoa