-
48
BAB III
PELAYANAN HOLISTIK GEREJA PENTAKOSTA DI INDONESIA
“PONDOK DIAKONIA” YAYASAN SOSIAL HARAPAN BAWEN
TERHADAP ANAK AUTIS
Adanya suatu yayasan atau panti asuhan tidak terlepas dari
mission dari
organisasi yang mendirikannya. Maka ada panti asuhan yang
bertujuan untuk
merawat dan melindungi bahkan memberikan perhatian yang secara
khusus tidak
didapatkan di tempat lain bagi orang-orang yang dirawat dengan
penuh kasih sayang.
Dalam melaksanakan pelayanan, panti asuhan harus memperhatikan
empat aspek
yang saling memiliki kaitan satu dengan yang lain yakni aspek
fisik (termasuk unsur
medis, biologis, metabolism, psikomotorik), mental (termasuk
unsur kognisi dan
afeksi, otak kiri dan otak kanan), sosial dan spiritual. Keempat
aspek ini tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam
melakukan pelayanan
maka perlu memperhatikan empat aspek holistik ini. Sehingga yang
dilayani dapat
menjadi pribadi yang tertolong secara utuh.
3.1 Gambaran Umum dan Sejarah Gereja Pentakosta di Indonesia
“Pondok
Diakonia” Yayasan Sosial Harapan Bawen1
Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok Diakonia” Yayasan Sosial
Harapan
berlokasi di jalan Semboja No. 12 Bawen, Kabupaten Semarang.
Sebelum memiliki
tempat sendiri selalu berpindah-pindah dari rumah pinjaman ke
rumah kontrakan di
1 Penulis mengutip dari laporan mahasiswa praktek yang menulis
tentang sejarah dan
gambaran umum panti asuhan pondok diakonia, selain itu penulis
mendapatkan data dari hasil
wawancara dengan pengurus dan pengasuh serta pendeta Marhten
Ngguso sebagai gembala di Pondok
diakonia Bawen pada tanggal 20 -06-2015.
-
49
daerah Pulutan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang selama 6
bulan. Dari
tahun 1981 sampai dengan 1987 menunjukkan perkembangan yang
signifikan.
Motivasi pelayanan terhadap anak-anak bermasalah disertai
semangat kemandirian
para pengurus mendorong segala terobosn usaha pencarian dana.
Gereja sekaligus
Panti Asuhan dan pondok ini mendapat bantuan dari dinas Sosial
Kabupaten
Semarang, DepSos Provinsi Jawa Tengah, dan para donator.
Panti Asuhan Harapan Bawen telah mengembangkan fungsi pelayanan
di
bidang usaha kesejahteraan sosial seperti wanita hamil, korban
perceraian, lansia
yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki saudara,
serta berbagai
permasalahan sosial yang lainnya. Oleh karena mendapatkan
santunan pelayanan
sehingga tempat tersebut dikenal sebagai pondok Diakonia yang
berarti perlindungan
dan pelayanan kasih.
Yayasan tersebut telah memiliki badan hukum sebagai yayasan
sosial yang
disahkan oleh Notaris Janny Dhewanjanti Arnian. SH No.5 tanggal
16 Oktober 1993,
Jalan Diponegoro 205 Ungaran. Terdaftar pada pengadilan Negeri
Kabupaten
Semarang No.311/ORSOS/94.
-
50
3.1.1 Visi, Misi Dan Motto Gereja Pentakosta di Indonesia
“Pondok
Diakonia” Harapan Bawen2
a) Visi: Membangun manusia secara holistik atau seutuhnya dalam
Yesus
Kristus
b) Misi: Pelayanan secara holistik yaitu pendidikan, fisik,
kerohanian, dan
sosio-emosional.
c) Motto: Angkatlah dan bimbing anak itu karena dia akan menjadi
bangsa
yang besar.
3.1.2 Peraturan dan Tata Tertib “Pondok Diakonia”
Di Panti Asuhan Pondok Diakonia, terdapat dua pintu gerbang
yaitu pintu
gerbang utama dan pintu gerbang pembatas antara ruang laki-laki
dan wanita serta
para lansia dan balita. Biasanya pintu gerbang selalu di kunci
ketika malam hari
pukul 20.00 WIB. Apabila ada yang datang barulah dibuka oleh
petugas yang
menjaga gerbang. Berbeda dengan siang hari pintu akan selalu di
buka bagi warga
panti dan tamu yang datang untuk berkunjung ke panti dan sebelum
masuk harus
mengisi buku tamu yang tersedia di dekat samping gerbang/ pintu
masuk. Peraturan
2 Hasil wawancara dengan bpk. Pdt. Marhten Ngguso. Sebagai
gembala dan juga
pembimbing di Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok Diakonia”
Yayasan Sosial Harapan Bawen
pada tanggal 21-06-2015.
-
51
ini di buat demi menjaga keamanan, kedisiplinan dan tanggung
jawab bersama di
panti asuhan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.3
3.1.3 Lingkungan Fisik “ Pondok Diakonia”4
Pondok Diakonia menempati lahan seluas lebih dari 6000M².
Bangunan
dalam area yang relative luas ini terdiri dari unit-unit menurut
kelompok usia dan
jenis kelamin.
Sarana berupa ruangan terdiri dari kamar tidur yang dibagi dalam
unit-unit,
aula, perpustakaan, kantor, gudang, ruang tamu, ruang doa, ruang
makan, dapur,
kamar mandi, WC, tempat cuci, tempat jemuran, kantin, ruang
komputer, ruang
musik, dan lapagan bermain. Ruang-ruang untuk kegiatan dirancang
secara fleksibel,
yang artinya dapat digunakan untuk berbagi keperluan
(multifungsi) sebuah aula
terbuka terletak di depan kamar tidur yang digunakan untuk
pertemuan kelompok
belajar (PPA), untuk olahraga, dan untuk kebaktian umum pada
hari Minggu, serta
digunakan untuk puji-pujian kelompok pemuda dan remaja.
Sebuah ruangan untuk alat music dan sound system, sebuah ruangan
untuk
doa terletak dibagian atas, selain digunakan untuk tempat doa
dan ruangan harian
kelompok pemuda dan remaja tempat tersebut juga digunakan untuk
pertemuan rutin
para pengasuh dan juga digunakan untuk kebaktian. Sebuah ruangan
makan dalam
3 Hasil wawancara dengan Engkong Siswana, seorang lansia yang
sangat aktif menjaga
keamanan di pintu gerbang Gereja Pentakosta “Pondok Diakonia”
pada tanggal 23-06-2015 4 Hasil wawancara dengan salah satu
pengasuh di Gereja Pentakosta di Indonesia “Pondok
Diakonia” yang bertugas sebagai pengasuh anak dan juga staf yang
mengurus kegiatan di panti pada
tanggal 23-06-2015
-
52
keadaan terbuka, selain untuk makan bersama pada pagi hari,
siang hari dan malam
hari, juga digunakan untuk belajar para pemuda dan remaja.
3.1.4 Struktur Organisasi “Pondok Diakonia”5
Pondok Diakonia merupakan panti sosial bercirikan kristiani,
bernaung
dibawah yayasan sosial Harapan yang dikelola oleh Pdt. Marthen
Ngguso.
Penyelenggaraan panti sosial, pemimpin didampingi oleh wakil,
sekretaris,
bendahara, penanggung jawab seksi, staf ahli dan tenaga
professional. Bagan struktur
organisasi terdapat pada lampiran.
3.1.5 Pelayanan “Pondok Diakonia”6
Pelayanan pondok diakonia di tujukan pada anak yatim, yatim
piatu, anak
korban perkosaan, anak korban aborsi, anak di telantarkan anak
tanpa ibu (korban
perceraian) anak dengan orang tua yang tidak mempuyai
penghasilan tetap dan hidup
di bawah garis kemiskinan, anak dengan orang tua sakit-sakitan,
anak cacat fisik dan
mental, jompo sebatang kara, dan wanita bermasalah (hamil di
luar nikah, bercerai,
dan lain-lain), sebagian anak di serahkan pada usia bayi bahkan
ada yang baru lahir
langsung ditinggalkan. Kondisi awal ketika masuk pada umumnya
kurang baik.
Pengasuhan sebagai bentuk pelayanan kebutuhan berupa
pemenuhan
kebutuhan gizi, rohani dan pendidikan emosional. Pemenuhan
tersebut diwujudkan
dalam berbagai pendampingan dan latihan kemandirian,
diantaranya: pemenuhan
5 Penulis mengutip dari laporan akhir mahasiswa praktek yang
menulis tentang struktur
Organisasi Pondok Diakonia, laporan ini langsung diberikan oleh
petugas yang bekerja di kantor
“Pondok Diakonia” sebagai tambahan informasi bagi penulis pada
tanggal 20-06-2015. 6 Hasil wawancara dengan Pdt. Marthen Ngguso,
Sebagai gembala dan juga pembimbing di
Gereja sekaligus Panti Asuhan “Pondok Diakonia” pada tanggal
22-06-2015.
-
53
makanan bergizi, pemeliharaan kesehatan, belajar keterampilan
seperti berkebun,
beternak, membuat kue, berdagang, magang kerja, latihan musik,
dan lain-lain.
3.1.6 Jadwal kegiatan di Panti Asuhan “Pondok Diakonia”7
Hari Minggu:
06.00-07.30: Doa Bersama, Pendalaman Alkitab (PA)
08.00-09.00: Sekolah Minggu
16.00-18.00: Kebaktian Minggu
Hari Senin:
Pertemuan rutin untuk pengasuh dan pengurus dengan acara
penyatuan misi
dan juga evaluasi bersama. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk
menyatukan misi
bersama sehingga pelayanan yang dilakukan tidak melenceng tetapi
seturut
dengan misi yang sama.
Perpustakaan di buka untuk kegiatan membaca anak-anak panti dan
juga
warga panti.
Pukul 16.00 kegiatan PPA khusus untuk anak-anak SD
Hari Selasa:
Olahraga bersama
Ibadah pemuda dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB sampai
selesai
7 Hasil wawancara dengan Pdt. Marthen Ngguso selaku gembala dan
juga pembimbing di
Panti Asuhan Pondok Diakonia. 22-06-2015.
-
54
Hari Rabu:
Pertanian dan lingkungan hidup
Pukul 19.00 ada kebaktian pengasuh yang biasa di lakukan pada
minggu
pertama dan kedua khusus untuk kaum wanita dan minggu ketiga
dan
keempat gabung dengan kaum laki-laki. Ibadahnya di gereja.
Hari Kamis:
PPA untuk seluruh warga panti di dampingi mentor
Hari Jum’at:
09.30 Pertemua doa (doa berantai seharian di bagi perkelompok
usia)
12.00 Kelompok mentor dan Staf (berdoa untuk anak-anak
panti)
12.00-16.30 Doa kelompok (doa bersama menutup doa berantai)
19.00 Ibadah sekolah minggu besar terdiri dari anak usia kelas
IV dan VI
SD.
Hari Sabtu:
16.00-17.30 PPA (anak usia sekolah minggu besar dan anak diluar
panti)
19.00 Malam gembira (anak-anak diberikan kesempatan untuk
menampilkan
bakat yang dimiliki serta masukan dan kritikan sosial dari
anak-anak kepada
pengasuh.
3.1.7 Jumlah penghuni di Panti Asuhan “Pondok Diakonia” Harapan
Bawen
-
55
Keseluruhan penghuni Pondok Diakonia Harapan Bawen pada bulan
juni-juli
2015 berjumlah 132. Rincian jumlah penghuni Pondok Diakonia
Harapan Bawen
dapat dilihat dilampiran.
3.2 Kegiatan di Panti Asuhan “Pondok Diakonia” Harapan Bawen
Selama melakukan pelayanan, Panti Asuhan Diakonia telah berupaya
dengan
keras untuk membantu anak-anak dan remaja serta warga panti
untuk berkembang
menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri berikut ini adalah
kegiatan yang dilakukan
sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak dan
remaja serta warga
panti.
3.2.1 Kegiatan Pusat Pengembangan Anak (PPA)
Pusat Pengembangan Anak (PPA) adalah salah satu bentuk program
yang
diselenggarakan oleh lembaga sosial luar negeri yang bekerjasama
dengan gereja-
gereja di Indonesia. Lembaga sosial tersebut bernama Compassion
dan berpusat di
Bandung. Lembaga ini memusatkan perhatian kegiatannya di bidang
pendidikan bagi
anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi. Lembaga ini menyusun
kegiatannya
dalam bentuk kurikulum yang telah disesuaikan dengan tugas
perkembangan per
kelompok usia. Kurikulum yang telah disesuaikan dengan tugas
perkembangan per
kelompok usia. Kurikulum ini mengembangkan 4 aspek yaitu aspek
pendidikan,
fisik, kerohanian, dan sosio-emosional.8
3.2.2 Pertanian dan Lingkungan Hidup
8 Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga
pembimbing di Panti
Asuhan Pondok Diakonia, pada tanggal 24-06-2015.
-
56
Bertani merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan di Panti
untuk
merawat tanaman baik itu bunga, sayur, dan tanaman lain yang
ditanam disekitar
panti selain itu juga ada kegiatan lingkungan hidup dimana warga
panti dan
pengasuh melakukan pengelolahan sampah. Tugas ini di bagi sesuai
kelompok yaitu
bagi yang kaum laki-laki bertugas untuk pengelolahan sampah
sedangkan yang kaum
wanita merawat bunga atau tanaman. Kegiatan ini dilakukan
sebagai wujud
kepedulian terhadap alam dimana mereka tinggal. Lingkungan sehat
menjadi tempat
yang nyaman untuk ditempati. Dengan bertani maka anak-anak,
remaja dan warga
panti dapat mengenal alam dan lingkungan.9
3.2.3 Kegiatan Bulanan
Jenis kegiatan bulanan yang di lakukan di Panti Asuhan Pondok
Diakonia
yaitu berenang dan piknik bersama. Kegiatan ini membantu
anak-anak untuk dapat
mengenal lingkungan di luar sehingga mereka juga dapat
berinteraksi dan menambah
wawasan ketika kembali ke panti asuhan karena menemukan hal-hal
baru di luar panti
yang dapat mereka pelajari.10
3.3 Pelayanan spiritual di Panti Asuhan “Pondok Diakonia”
3.3.1 Ibadah Minggu
9 Wawancara dengan Engkong Siswana, seorang lansia yang sangat
aktif menjaga keamanan
di pintu gerbang panti asuhan pondok diakonia, pada tanggal
24-06-2015. 10
Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga
pembimbing di Panti
Asuhan Pondok Diakonia. Pada tanggal 24-06-2015.
-
57
Ibadah minggu biasanya dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB.
Biasanya
diikuti oleh semua warga panti asuhan baik itu anak-anak,
remaja, para jompo,
pengasuh, dan Pendeta. Dalam badah minggu biasanya dipimpin oleh
Pendeta di
bantu oleh para pengasuh dan juga anak-anak dan remaja yang
bertugas sesuai jadwal.
Biasanya ada persembahan pujian baik itu vocal group, paduan
suara maupun yang
bersedia membawa pujian secara pribadi. Setelah Ibadah selesai
anak-anak-anak,
remaja dan warga panti diberikan kesempatan untuk maju ke depan
altar dan diberi
tumpangan tangan dan didoakan oleh gembala/pendeta. 11
3.3.2 Renungan pagi, Renungan Malam dan Doa Berantai12
Setiap pagi pukul 04.30 WIB, sebelum memulai kegiatan sepanjang
hari,
anak-anak dan para pengasuh berkumpul ditempat asrama putra dan
putri untuk
melakukan renungan. Renungan dibagi berdasarkan kelompok remaja
putra, putri
dan anak-anak. Acara dalam kegiatan tersebut adalah pujian
syukur kepada Tuhan,
doa singkat dan membacakan firman Tuhan secara bergantian,
merenungkan Firman
Tuhan dan doa penutup. Sebelum beristirahat anak-anak dan
pengasuh kembali
berkumpul pukul 20.30 WIB untuk melakukan kegiatan renungan
malam. Kegiatan
renungan malam diawali dengan pujian Syukur dan doa singkat.
Kegiatan renungan
malam dan pagi dipimpin oleh anak-anak yang dibagi dalam
kelompok. Kelompok
tersebut secara bergilir bertugas memimpin renungan setiap
hari.
11
Pengamatan peneliti ketika mengikuti ibadah minggu di panti
asuhan diakonia Bawen. 12
Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga
pembimbing di Panti
Asuhan Pondok Diakonia. Pada tanggal 24-06 2015.
-
58
Selain renungan pagi dan malam, ada juga kegiatan doa berantai.
Doa
berantai dilakukan setiap hari jumat. Kegiatan doa tersebut
dimulai pukul 08.30 pagi.
Orang-orang yang ikut dalam kegiatan doa adalah anak-anak dan
remaja, dewasa,
jompo, pengasuh. Kegiatan doa berantai dilakukan secara
bergantian sesuai jadwal
yang sudah ditentukan. Kegiatan doa berantai ditutup secara
bersama pukul 17.00
WIB.
Fungsi doa tersebut adalah mensyukuri kehidupan, kesejahteraan
dan rahmat
lain yang telah dianugerahkan kepada warga panti dan para
pengasuh panti. Dalam
doa tersebut juga diselibkan doa-doa untuk para donator,
sponsor, pemimpin panti,
pengasuh dan juga anak-anak panti serta para jompo yang ada
dipanti dan luar panti.
3.3.3 Ibadah Pemuda
Ibadah pemuda biasanya dilakukan setiap hari Selasa mulai pukul
19.00 WIB
sampai dengan selesai. Yang ikut dalam kegiatan ibadah pemuda
adalah mulai dari
remaja SMP, SMA, dan juga pengasuh.13
3.3.4 Gambaran Umum Pelayanan kepada anak autis di Panti
Asuhan
“Pondok Diakonia” Harapan Bawen.
Di Panti Asuhan Pondok Diakonia melayani dua orang anak autis.
Menurut
pengasuh ketika melayani anak autis ada begitu banyak tantangan
yang harus di
hadapi. Tetapi bagi mereka anak autis merupakan anak yang luar
biasa ketika di beri
13
Wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan juga
pembimbing di Panti
Asuhan Pondok Diakonia. Pada tangga l 2-5-06-2015.
-
59
bimbingan dan pelayanan karena dibutuhkan kreativitas dan
kesabaran dalam
membimbing dan melayani mereka14
.
Menurut pengasuh, interaksi yang terjadi antara anak autis dan
anak-anak
normal biasanya mengalami sedikit kendala, dimana teman-teman
yang tidak autis
tidak begitu paham mengenai kebutuhan serta terkadang
menimbulkan mis
komunikasi karena disebabkan oleh komunikasi yang tidak begitu
baik dari anak
autis. Selain teman-teman panti, pengasuh juga mengalami kendala
dimana tidak bisa
membimbing secara khusus dikarenakan kurangnya keahlian dalam
memahami autis
dan problemnya.
Jadi kegiatan bimbingan dan pelayanan dilakukan secara umum.
Yang di
maksud dengan secara umum disini yaitu anak-anak yang mengalami
gangguan autis
biasanya juga diikutsertakan dalam kegiatan yang dilakukan di
panti bersama-sama
dengan anak-anak panti. Kegiatan yang diikuti yaitu PPA dan
ibadah bersama. Disini
anak-anak dibimbing untuk bagaimana menjadi pribadi yang mandiri
begitu juga
dengan anak-anak autis. Biasanya anak-anak autis akan dibimbing
secara khusus
ketika berada di SLB. Karena di SLB ada guru dan psikolog khusus
yang menangani
dan memberi terapi sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Jadi
dari panti sendiri,
hanya sebatas memberi pelayanan secara umum saja berupa
pelayanan pendidikan,
fisik, kerohanian, dan sosio-emosional. Kegiatan yang dilakukan
diharapkan dapat
membantu untuk memandirikan dan menjadikan anak sebagai pribadi
yang utuh dan
14
Wawancara dengan ibu Nur, salah satu pengasuh yang membimbing
dan melayani anak-
anak di panti. Kebetulan melayani anak-anak yang juga mengalami
autis, pada tanggal 25-06-2015.
-
60
dapat bertanggung jawab terhadap dirinya dan juga berguna bagi
masyarakat dan
lingkungan dimana mereka nantinya berada dan mengabdi.15
Ketika penelitian berlangsung, peneliti dipertemukan dengan dua
orang anak
autis yang ada di Panti Asuhan Pondok Diakonia, dua orang anak
itu yaitu sebut saja
namanya anak H dan anak R. Dalam keseharian mereka, hanya
dilakukan dengan
kegiatan yang disukai dan menjadi kebiasaan mereka
masing-masing. Pertama, Anak
H berusia 17 tahun biasanya sangat menyukai jam dinding dan
pandai menghafal
hari dan tanggal serta bisa mengoperasikan komputer. Setiap hari
anak H selalu
menanyakan jam dan di buku sekolahnya penuh dengan gambar jam
selama satu hari
ia memperhatikan jam dan menggambar sesuai dengan waktu yang ia
lihat.
Interaksinya tidak begitu lancar, ia selalu menanyakan ulang apa
yang dikatakan
pengasuh maupun orang-orang yang ia temui di panti asuhan
termasuk saya.16
Menurut pengasuh, anak H memiliki kemampuan yang luar biasa
dalam
mengingat (jam dan hari). Kemampuan inilah yang terus
ditingkatkan oleh para
pengasuh lewat bimbingan dan pelayanan serta terapi yang
dilakukan untuk
membantu anak H berlatih menjadi pribadi yang mandiri.17
Selain anak H ada juga
anak R, berusia 16 tahun. Meskipun sama-sama autis seperti anak
H. Tetapi anak R
tidak bisa berbicara dan berkomunikasi.
15
Wawancara dengan ibu Nur, salah satu pengasuh yang membimbing
dan melayani anak-
anak di panti. Pada tanggal 25-06-2015 . 16
Hasil pengamatan di panti asuhan pondok diakonia Bawen, ketika
mendampingi anak-anak
autis. Pada tanggal 25-06-2015. 17
Hasil wawancara dengan pengasuh H (anak autis) yaitu ibu Nur.
Biasanya mendampingi
dan menjadi mentor H. Pada tanggal 25-06-2015.
-
61
Ketika di temui ia hanya diam saja. Menurut pengasuh R, ia
sangat sulit
berkata-kata dan hanya ingin denkat dengan orang-orang tertentu
misalnya suami
pengasuh. Kalau ada orang baru yang datang ke panti dan bertemu
dengan R maka
dia tidak mau mendekat dan bahkan menghindar (kabur). Kata
pengasuh, ketika R
marah ia selalu berteriak dan mengeluarkan suara “amm…ammm ”
seperti
mengaung. Apabila ditanya “ada apa?” dan memukul pundaknya maka
dia akan
diam, hanya jika dilakukan oleh pengasuhnya (pengasuh bersama
suami pengasuh).
Menurut pengasuh, kelebihan anak R yaitu, apabila ia menemukan
barang misalnya
jam, handpone dan sebagainya maka ia akan langsung memberikan
kepada saya
(pengasuhnya), sehingga saya akan mengembalikan kepada orang
yang barangnya
ketinggalan tersebut. R sangat rajin mencuci baju, apabila
disuruh mencuci ia akan
melakukan dengan senang hati, tetapi terus dikontrol oleh
pengasuh karena ia bisa
menghabiskan sabun karena hobinya mencuci. Menurut pengasuh,
anak R punya
kebiasaan yang unik yaitu mengambil ranting dan kemudian
memukul-mukul di
dagu dan hidung dan itu menjadi kebiasaan yang sangat
menggembirakan hatinya.
Bagi pengasuhnya anak R adalah anak yang luar biasa sehingga
dalam
pendampingan dan pelayanannya kepada R dilakukan dengan penuh
kasih sayang
dan ketulusan hati karena bagi pengasuhnya R adalah anak yang
berharga yang perlu
dilayani dengan sukacita sehingga suatu saat ia bisa bertumbuh
menjadi anak yang
berguna dan mandiri.18
18
Hasil wawancara dengan pengasuh R (anak autis), Ibu Rahayu.
Salah satu pengasuh yang
mendampingi R bersama suaminya. Biasanya R lebih dekat dengan
suaminya (Ibu Rahayu). Pada
tanggal 29-06-2015.
-
62
3.4.1 Kendala-kendala Dalam Pelayanan Yang Dilakukan Di Panti
Asuhan
“Pondok Diakonia” Kepada Anak Autis
Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai kendala-kendala
yang
dialami di panti menyangkut masalah pelayanan baik itu secara
umum maupun
secara khusus yaitu dalam aspek psikologi, sosial, spiritual,
mental dan fisik yang
penulis dapatkan dari tiga orang informan yang mendampingi
anak-anak autis di
panti asuhan “Pondok Diakonia”. Informan yang penulis temui
yaitu mentor,
pengasuh dan pendeta.
Menurut informan pertama (Mentor) masalah pelayanan di panti
kurang
efektif karena, para pengasuh panti tidak memiliki keahlian
khusus. Selain itu,
tidak dilakukannya training kepada para pengasuh sehingga
pelayanan yang
dilakukan tidak sepenuhnya menjawab kebutuhan anak autis.
Terutama dalam upaya
membuat anak-anak dapat berinteraksi dengan baik dengan teman
sebaya bahkan
penjaga pantinya.19
Apalagi ketika bertemu dengan anak-anak normal. Mereka tidak
memahami
kebutuhan anak-anak autis sehingga dalam pergaulan mereka kurang
di terima
akibatnya anak-anak autis terkadang terlihat selalu menyendiri.
Selain itu dalam
masalah pendampingan di kelas tidak di lakukan secara khusus,
biasanya anak-anak
autis digabung dengan anak-anak normal ketika mengikuti kegiatan
PPA. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya ruang kelas dan juga pengasuh yang
menjaga, terutama
19
Hasil Wawancara dengan pengasuh pada tanggal 21 Juni 2015.
-
63
dalam memahami aspek yang berkaitan dengan psikologis sehingga
dapat membaur
dan berinteraksi dengan baik.
Pelayanan kepada anak autis dengan terapi menurut informan
penting
karena terapi akan membantu anak-anak autis dalam proses
sosialisasi. Meskipun
tidak mengubah mereka ke manusia normal tetapi ada perubahan
yang
mengakibatkan mereka dapat mandiri dalam mengurus diri sendiri
ketika dewasa.
Terapi biasanya dilakukan oleh psikolog atau dokter khusus yang
menangani
masalah autis.20
Proses terapi yang dilakukan biasanya ada laporan hasil tes
psikologis
sehingga dapat menjadi masukan bagi para pengasuh ketika
mendampingi dan
melayani anak-anak autis di panti. Misalnya terapi yang
dilakukan kepada anak H,
sudah mengalami perkembangan dalam komunikasinya, anak H sudah
bisa
berkomunikasi meskipun tidak sepenuhnya bisa berbicara secara
lancar tetapi
ketika diajak untuk berbicara anak H sedikit demi sedikit bisa
menanggapi apa
yang ditanyakan. Ketika ditanya “H apakah kamu sudah mandi?”
Biasanya dia
menjawab “sudah” atau “iya”.
Selain itu test yang dilakukan juga bermanfaat guna mengetahui
bukan
hanya karakter tetapi bakat, minat atau keahlian khusus dari
anak tersebut.
Contohnya anak autis (H) ternyata mampu mengopersikan komputer.
Lebih
lanjut berdasarkan laporan psikolog dan terapis H kemudian
mengusulkan agar
20
Hasil wawancara dengan pengasuh di panti tanggal 21 Juni 2015
.
-
64
kemampuannya yang dimiliki harus terus ditingkatkan dengan
pujian dan
pemberian bintang sehingga dapat membantu H untuk lebih
berkembang lagi.
Meskipun demikian terapi psikologis yang dilakukan ada berhasil
namun
ada juga yang lambat perkembangannya. Contohnya yang dilakukan
kepada R.
Terapi yang dilakukan sudah membantu R, tetapi belum dapat
berkomunikasi
dengan berbicara. R belum bisa berkomunikasi dengan baik. Ia
hanya bisa
menggambar apa yang dia rasakan ketika ditanyakan. Alasannya R,
saat ini hanya
mampu mengerti komunikasi simbol, gambar dan tindakan konkrit.
Oleh karena
itu, anak ini cenderung memperlihatkan sisi emosional, seperti
apa yang dia
rasakan bahkan mengerti agamanya melalui gambar, sehingga
pelayanan pastoral
gereja sangat relevan untuk mengembangkan spiritualitasnya
seperti yang telah
dilakukan di Panti.
Pelayanan holistik gereja memang sudah dilakukan hanya saja
masih terdapat
kendala-kendala.21
Kendala-kendala yang dialami yaitu ketika anak-anak autis
mengikuti kegiatan PPA, sekolah minggu dan doa bersama.
Terkadang mereka
sangat sulit memperhatikan dan menerima pelajaran yang diberikan
sehingga
membutuhkan perhatian dan penjagaan khusus oleh pengasuh. Karena
mereka
terkadang tidak mengikuti sampai selesai, ketika ibadah
berlansung mereka bisa
saja berlari keluar kelas atau bahkan tidak mau mengikuti
kegiatan yang ada. Hal
tersebut sering menyebabkan para pengasuh maupun pendeta sangat
sulit ketika
menghadapi mereka.
21
Hasil wawancara dengan pdt. Marthen Ngguso, sebagai gembala dan
juga pembimbing di
Panti Asuhan Pondok Diakonia. Pada tangga 20 Juni, 2015.
-
65
Lebih lanjut menurut salah seorang informan22
aspek fisik, mereka
dikategorikan sebagai anak yang berbeda dengan anak-anak normal.
Sedangkan
dalam aspek Mental, mereka mengalami keterlambatan dalam
menangkap setiap
informasi yang ada sehingga menyebabkan mereka menjadi pribadi
yang harus
terus diingatkan ketika melakukan pendampingan atau pelayanan
pastoral di panti.
Salah satu hal yang perlu ditekankan dalam pelayanan pastoral
adalah sisi
sosial. Alasannya, anak-anak autis sangat sulit ketika
berinteraksi dengan teman-
teman sebayanya. Ketika mengikuti kegiatan ibadah maupun PPA
anak-anak autis
selalu diam dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri sehingga tidak
dapat
berkonsentarsi atau bahkan tidak bisa diajak untuk bermain
bersama teman-teman
sebayanya di panti. Tetapi perkembangan spiritual, anak-anak
autis yang konkrit
adalah bisa di ajak untuk berdoa, walaupun tidak sempurna tetapi
mereka dapat
berdoa dengan kalimat yang pendek dan dibantu oleh pendeta atau
pengasuhnya.
Sejauh pengamatan penulis, anak autis belum sepenuhnya
merasakan
perhatian dari pihak panti dalam aspek sosial, fisik dan mental.
Anak autis hanya
terpenuhi dalam aspek spiritual oleh karena terbatasnya ruang
kelas dan pengajar
yang memiliki keahlian dalam bidang psikologi maka akan
memberikan dampak
pada kurang terurusnya anak autis secara optimal. Waktu yang
diberikan oleh para
pelayan dan pengasuh pun, tidak sebanding dengan kuantitas anak
autis yang ada.
Keterbatasan waktu dan tempat inilah, yang menyebabkan pelayanan
yang ada
kurang optimal. Ini merupakan sebuah tantangan dalam pelayanan
holistik yang
dilakukan oleh panti asuhan “pondok diakonia” yayasan sosial
harapan Bawen.
22
Hasil wawancara dengan Mentor di Panti, 21 juni 2015.
-
66
Berdasarkan ketiga aspek yang telah dijelaskan diatas tersebut
maka
ditemukanlah model sederhana pelayanan holistik. Pertama dimulai
dengan terapi
psikologis, terutama, untuk mengembangkan karakter, kemampuan
berinteraksi,
bakat minat atau keahlian khusus. Setelah itu kemudian dilakukan
pelayanan
pastoral secara holistik guna mengembangkan sisi spiritualitas
anak-anak tersebut.
Terutama, emphati, tindakan berbagi dengan sesama, mengenal
Tuhan lewat
gambar dan membangun sikap saling menolong sesama baik diantara
anak autis
maupun anak autis dengan anak-anak yang normal di panti. Model
ini saling
berkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Berikut ini merupakan
gambar model tersebut:
Gambar 3.1 berdasarkan temuan hasil penelitian
Elemen-elemen kunci Pelayanan Holistik bagi anak autis:
1. Pelayanan Psikologis meliputi:
Terapi Autis
Pengembangan bakat minat dan keahlian khusus.
Pengembangan relasi sosial anak-anak di dalam lingkungannya.
2. Pelayanan Pastoral Meliputi:
Empati
PELAYANAN
HOLISTIK
Pelayanan
Psikologis Autis
Pelayanan
Pastoral
-
67
Mendengarkan.
Membimbing
Berdoa