BAB III PANDANGAN MASYARAKAT ARAB SAUDI TERHADAP KURMA 1. Pendahuluan Kurma memiliki nama latin Phoenix dactylifera L. Secara etimologi phoenix berarti kurma dan dactylifera berasal dari bahasa Yunani yang merupakan bentuk derivasi dari kata daktulos yang berarti jari, menggambarkan bentuk buah kurma. Adapun L merujuk pada Linnaeus (1707-1778), ahli botani Swedia yang memberikan nama latin pada kurma (Amer, 1998: 13). Chao dan Krueger (2007: 1) menjelaskan bahwa kurma diketahui sebagai salah satu tanaman buah tertua dan buah ini telah dibudidayakan di Afrika Utara dan Timur Tengah ± 5000 tahun yang lalu. Catatan paling awal Irak (Mesopotamia) menunjukkan bahwa kurma kemungkinan dibudidayakan pada awal 3000 SM. Akibat adanya sejarah budidaya yang panjang, penyebaran serta pertukaran kultivar kurma yang begitu luas sehingga asal tepat kurma tidak begitu diketahui, akan tetapi kemungkinan besar berasal dari wilayah Mesopotamia (Irak selatan) atau Barat India (Chao dan Krueger, 2007: 1). Dari pusat asalnya, budidaya kurma kemudian tersebar di Arab Peninsula, Afrika Utara, serta Timur Tengah. Persebaran kurma juga sampai pada wilayah Arab Saudi. Lunde (1978: 2) dalam majalah Aramco World menjelaskan bahwa kurma sangat dekat dengan kehidupan orang Arab sehingga tidak mengherankan bahwa jika ada banyak kata 63
32
Embed
BAB III PANDANGAN MASYARAKAT ARAB SAUDI TERHADAP · Sukkot adalah suatu bentuk perayaan kaum petani untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang berhasil. Perayaan ini berlangsung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
63
BAB III
PANDANGAN MASYARAKAT ARAB SAUDI TERHADAP
KURMA
1. Pendahuluan
Kurma memiliki nama latin Phoenix dactylifera L. Secara etimologi phoenix
berarti kurma dan dactylifera berasal dari bahasa Yunani yang merupakan bentuk
derivasi dari kata daktulos yang berarti jari, menggambarkan bentuk buah kurma.
Adapun L merujuk pada Linnaeus (1707-1778), ahli botani Swedia yang memberikan
nama latin pada kurma (Amer, 1998: 13).
Chao dan Krueger (2007: 1) menjelaskan bahwa kurma diketahui sebagai
salah satu tanaman buah tertua dan buah ini telah dibudidayakan di Afrika Utara dan
Timur Tengah ± 5000 tahun yang lalu. Catatan paling awal Irak (Mesopotamia)
menunjukkan bahwa kurma kemungkinan dibudidayakan pada awal 3000 SM. Akibat
adanya sejarah budidaya yang panjang, penyebaran serta pertukaran kultivar kurma
yang begitu luas sehingga asal tepat kurma tidak begitu diketahui, akan tetapi
kemungkinan besar berasal dari wilayah Mesopotamia (Irak selatan) atau Barat India
(Chao dan Krueger, 2007: 1). Dari pusat asalnya, budidaya kurma kemudian tersebar
di Arab Peninsula, Afrika Utara, serta Timur Tengah.
Persebaran kurma juga sampai pada wilayah Arab Saudi. Lunde (1978: 2)
dalam majalah Aramco World menjelaskan bahwa kurma sangat dekat dengan
kehidupan orang Arab sehingga tidak mengherankan bahwa jika ada banyak kata
63
64
untuk menggambarkan varietasnya serta tahap perkembangan dari varietas tersebut.
Kedudukan penting kurma bagi masyarakat Arab Saudi ini ditunjukkan melalui
simbol negara mereka yang di dalamnya terdapat gambar pohon kurma seperti yang
dijelaskan dalam kutipan Lunde (1978: 2) “Di tengah lambang kerajaan Arab Saudi,
terdapat pohon kurma di atas pedang yang saling bersilangan”. Dengan demikian,
masyarakat Arab Saudi sangat dekat dengan kurma hingga dijadikan sebagai simbol
negara mereka.
Selanjutnya, pembahasan pada bab ini menggunakan pendekatan etnomedisin.
Etnomedisin merupakan bagian dari antropologi kesehatan yang khusus mempelajari
sistem medis masyarakat lokal. Kajian etnomedisin bertujuan untuk mengetahui
sistem pengobatan suatu masyarakat, klasifikasi penyakit serta terapi dan pencegahan
penyakit yang digunakan oleh masyarakat terkait (Heggenhougen dan Draper dalam.
Rahman, 2013: 20).
Sistem pengobatan suatu masyarakat, pengetahuan masyarakat terhadap
penyakit, dan pencegahannya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya
saling berbeda. Perbedaan ini dikarenakan latar belakang kebudayaan, pengalaman,
dan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap masyarakat (Wijaya, 2013: 13).
Masyarakat tradisional dalam menjaga kesehatannya cenderung masih
menggunakan pengobatan natural yang telah diwariskan secara turun temurun.
Pengobatan natural dapat dikatakan sebagai suatu upaya pengobatan di luar sistem
pengobatan medis modern. Pengobatan ini dalam prakteknya bisa menggunakan
65
tumbuhan di sekitar lingkungan, doa-doa, mantra, kekuatan magis, ilmu supranatural,
upacara, dan juga praktek-praktek lain yang cenderung masih dilakukan pada
masyarakat tradisional (Wijaya, 2013: 13). Cara yang paling banyak digunakan
biasanya dengan menggunakan tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan masyarakat
tersebut.
Tumbuhan salah satu fungsinya adalah dapat digunakan sebagai obat..
Tumbuhan ini kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhannya dalam
menyembuhkan penyakit. Tumbuhan memiliki bagian-bagian yang bisa juga
digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Bagian-bagian tersebut meliputi buah,
daun, batang, kulit batang, akar, dan bagian lain.
Penelitian ini mengkaji tentang kurma sebagai salah satu tumbuhan obat yang
digunakan oleh masyarakat Arab. Sebagai tumbuhan yang telah tumbuh lebih dari
5.000 tahun yang lalu, kurma dan bagian-bagiannya bisa digunakan sebagai media
pengobatan. Kurma juga disebutkan dalam naskah sejarah medis Arab sebagai salah
satu tumbuhan obat dari 200-250 tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Arab
(Saad dan Said, 2011: 230).
Kurma sebagai media pengobatan natural ini merupakan salah satu media
yang mewakili pengetahuan masyarakat Arab dalam memanfaatkan tanaman di
sekitar mereka. Kurma sebagai media pengobatan secara tidak langsung memiliki
kandungan tertentu yang berperan dalam menyembuhkan penyakit. Penyakit yag
disembuhkan pun bermacam-macam. Proses penyembuhan tersebut dalam
66
prakteknya oleh masyarakat Arab digunakan berbagai ramuan. Dengan demikian,
kurma sebagai salah satu media pengobatan masyarakat Arab terutama masyarakat
Arab Saudi, selanjutnya dapat diketahui tentang beberapa hal meliputi folklor kurma,
jenis-jenis penyakit dan ramuan-ramuan kurma.
2. Folklor Kurma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 414), Folklor adalah
adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi
tidak dibukukan. Folklor masyarakat Arab terkait kurma ini bentuknya berupa
legenda. Legenda merupakan bentuk folklor lisan yaitu berupa cerita prosa rakyat yag
diceritakan dari mulut ke mulut di dalam masyarakat tersebut. Pengkajian mengenai
legenda kurma ini dikaitkan dengan agama samawi yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam.
Ketiga agama tersebut memiliki legenda masing-masing yang berhubungan dengan
kurma.
2.1 Agama Yahudi
Dalam agama Yahudi kurma dianggap sebagai salah satu dari tujuh makanan
suci orang Yahudi. Kaum Yahudi percaya bahwa jus fermentasi (Le Skiar) yang
tidak diizinkan untuk biarawan Yahudi itu terbuat dari madu kurma 'Dabas'. Kurma
diberi nama 'Tamara' (bentuk derivasi dari kata Tamr). Nama Tamara tersebut
kemudian digunakan untuk menamai anak perempuan mereka. Mereka berharap
67
bahwa anak perempuan mereka bisa menjadi pintar, tinggi, cantik dan subur seperti
pohon kurma (Amer, 1998: 15). Bagi orang Yahudi nama Tamara digunakan untuk
menggambarkan seorang wanita cantik dan dijadikan sebagai simbol kasih sayang
dan keanggunan (Ali et al, 2014: 362).
Tradisi yang biasa dilakukan oleh orang Yahudi adalah tradisi “Sukkot” yaitu
pesta pondok daun. Sukkot adalah suatu bentuk perayaan kaum petani untuk
mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang berhasil. Perayaan ini berlangsung
selama 7-8 hari dengan berbagai praktik tradisional di dalamnya. Keluarga yang
membangun Sukkah akan mengundang tamu ataupun kenalan untuk makan bersama,
kemudian belajar atau membaca Taurat. Acara tersebut bisa dimulai jam 10 malam
hingga jam 3-4 pagi. Sukkah ini di bangun dengan ketentuan tertentu, salah satunya
atapnya terbuat dari daun cemara dan harus terlihat bintang. Sukkah sendiri
mengingatkan rumah sementara ketika Yahudi selama 40 tahun berada di gurun Sinai
sebelum masuk ke tanah suci (Nina, 2012 tanpa halaman). Kemudian terdapat juga
ritual mengibas-ngibaskan sekumpulan ranting pohon (lulav), dalam tradisi inilah
daun kurma dijadikan sebagai lulav (Ali et. al., 2014: 362).
2.2 Agama Nasrani
Dalam agama Kristen terdapat tradisi menghiasi gereja-gereja dengan daun
kurma untuk perayaan hari Minggu terakhir sebelum Paskah. Di bawah kubah gereja
atau menara dihiasi dengan daun kurma. Minggu Kurma (Palm Sunday) masih
diperingati dengan ritual kurma mengenang kembali ke abad pertama dari agama
68
Kristen. Daun kurma dibawa oleh setiap Jemaah yang hadir dalam prosesi pagi
khusyuk atau solemn morning procession. Dalam agama Kristen, kurma disebutkan
bisa dijadikan sebagai obat sakit perut (Amer, 1998: 15).
Ada beberapa legenda menarik tentang anak pendeta dan kurma menurut
Bircher (dalam Amer, 1998: 15). Legenda tersebut menceritakan bahwa salah satu
dari mereka berada dalam penerbangan bersama Keluarga Kudus ke Mesir. Mereka
telah meninggalkan negara mereka dengan tergesa-gesa dan selalu menyebut Saint
Joseph dan Maria. Dalam perjalanannya, tidak ada makanan sedikitpun. Saat mereka
memasuki perkebunan kurma di Mesir, salah satu pohon kurma dengan halus dan
lembut membungkukkan kepalanya ke arah mereka, mencondongkan dirinya ke
bawah sehingga bisa menikmati buahnya yang lezat sementara malaikat yang duduk
di daun menyambut mereka dengan bernyanyi dan berharap kedamaian untuknya.
Legenda lain terhubung dengan Saint Christophorus, santo pelindung
wisatawan dan pengendara mobil: Sebagai Keluarga Kudus sedang bersiap untuk
menyeberangi sungai, seorang pria bernama Christophorus menggendong bayi Yesus
di bahunya dan membawanya dengan aman melewati air tetapi bayi itu kemudian
menjadi begitu berat seperti ia akan jatuh karena berat badannya. … karena dia
membawa beban seluruh dunia ... ia tidak bisa bersandar pada tongkatnya yang
terbuat dari pelepah kurma ... Ketika mereka sampai di pantai, bayi itu berbicara
kepada Christophorus agar mendorong tongkatnya ke dalam tanah. Christophorus
mematuhinya dan tongkat itu tumbuh menjadi pohon kurma yang indah (Amer, 1998:
15).
69
2.3 Agama Islam
Dalam agama Islam terdapat cerita atau legenda tentang kurma dan Nabi
Muhammad saw. Suatu ketika nabi Muhammad saw. sedang berdiri di samping
batang kurma selama beliau berdoa. Suatu hari seorang wanita menawarkan kursi
kepada Nabi untuk duduk di atasnya, ketika Nabi Muhammad sedang duduk di kursi,
batang kurma tersebut menangis sedih karena tidak digunakan lagi oleh Nabi (Amer,
1998: 17). Legenda lain yang menarik disampaikan oleh Ibnu Abas ra. (Radiyallahu
‘anhu) yang menyebutkan bahwa "Seorang pria Arab datang kepada Nabi
Muhammad dan berkata kepadanya, “Bagaimana saya bisa tahu bahwa Anda adalah
Nabi Allah?”. Nabi Muhammad menjawab: "Saya bisa memanggil buah kurma dari
pohonnya untuk turun, kemudian buah kurma menuruti perintah Nabi. Setelah itu
Nabi memerintahkan kembali pada buah kurma untuk kembali lagi dan
disambungkan kembali ke pohon, dan buah-itu pun kembali mengikuti perintah Nabi.
Kemudian orang Arab itu pun percaya bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi Allah
(Amer, 1998: 17).
Adapun tradisi atau kebiasaan yang berhubungan dengan kurma dalam agama
Islam contohnya adalah mayoritas dari penduduk Madinah (kaum Anshar) pada saat
merayakan kedatangan Nabi Muhammad dan bertemu di perbatasan Madinah dengan
daun kurma, mereka berteriak Allahu Akbar dengan suara lantang. Tradisi lain yaitu
al-Qur‟an ditulis di pelepah daun kurma. Setelah kematian Nabi Muhammad, khalifah
Abu Bakar dan Umar diperintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat
al-Qur‟an: Zaid mengatakan bahwa “saya mulai mengumpulkannya dari daun
70
kurma". Kemudian terdapat tradisi di Masjid Madinah yaitu masjid yang di dalamnya
Nabi Muhammad dimakamkan merupakan masjid Islam pertama yang dibangun di
Madinah. Sebelumnya arsitektur masjid ini terbuat dari daun kurma, tiang terbuat dari
batang kurma, daerah pemakaman Nabi Muhammad masih dikelilingi dengan dihiasi
tongkat dari pohon kurma. Rumah-rumah istri Nabi Muhammad terbuat dari daun
kurma dan batang kurma (Amer, 1998: 17).
3. Jenis-jenis Penyakit
Terdapat dua sistem medis dalam sistem medis non-Barat. Foster dan
Anderson (dalam Rahman, 2013: 23) membagi menjadi dua sistem yaitu
personalistik dan naturalistik. Sistem medis personalistik melihat penyakit (disease)
disebabkan oleh intervensi dari suatu agen aktif, yang dapat berupa makhluk
supranatural (makhluk gaib atau dewa) makhluk yang bukan manusia (hantu, roh
leluhur atau roh jahat) maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung).
Adapun sistem medis naturalistik memandang bahwa penyakit (illness)
dijelaskan dengan istilah-istilah yang sistematik dan bukan pribadi. Sistem
naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-
unsur yang tetap dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada dalam
keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan
lingkungan sosialnya, jika keseimbangan terganggu, maka hasilnya adalah penyakit
(Foster dan Anderson dalam Rahman, 2013: 23).
71
Dua konsep sistem medis non-Barat, sistem personalistik dan naturalistik jika
dihubungkan pada penyakit dengan media pengobatan menggunakan kurma,
penyebab penyakit yang muncul cenderung lebih bersifat naturalistik. Hal ini
disadari bahwa tidak ditemukannya penyakit yang diderita oleh masyarakat Arab
karena gangguan makhluk ghaib. Temuan 28 penyakit ini (lihat tabel 20) tidak
mengindikasikan penyakit yang disebabkan karena gangguan hantu, roh leluhur atau
roh jahat bahkan gangguan dari manusia itu sendiri. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa penyakit yang timbul cenderung lebih bersifat naturalistik karena
keseimbangan tubuh yang dimiliki oleh individu mengalami gangguan. Unsur-unsur
yang tetap dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada dalam keadaan
yang tidak seimbang. Berikut ini adalah gambar kurma dan pohonnya:
Gambar 27. Tamr
Dari hasil penelitian ini, pemanfaatan kurma dalam mencegah dan mengobati
penyakit oleh masyarakat Arab digunakan pada 28 penyakit. Penyakit yang diobati
cukup bervariasi. Kurma oleh masyarakat Arab tidak hanya buah yang dimanfaatkan
tetapi juga biji, akar dan daun pohon kurma (lihat tabel 20). Keempat bagian tersebut
berperan dalam menyembuhkan penyakit dengan model ramuan yang berbeda-beda.
72
Pada pemanfaatan buah, bentuk ramuan yang digunakan terdapat empat bentuk yaitu
buah kurma langsung dikonsumsi, pasta kurma, ekstrak kurma dan rebusan kurma
sedangkan pemanfaatan biji kurma hanya ada satu model ramuan yaitu biji kurma
dijadikan bubuk. Adapun akar dan daun pohon kurma bentuk ramuannya berupa
rebusan.
Tabel 20. Bagian kurma yang digunakan, jumlah, dan jenis penyakit yang diobati
No Bagian yang
digunakan
Jumlah
penyakit
Jenis penyakit yang diobati
.tamr’ (buah) 20 Obesitas, pendarahan, cacingan, wasir„ متر 1