BAB III ANALISIS SITUASI ANALISIS SITUASI RUANGAN A. Karakteristik Rumah Sakit Rumah Sakit Islam Surabaya berada di Jl. Ahmad Yani No. 2-4 Surabaya. Letak Rumah Sakit Islam Surabaya yaitu sebelah utara berbatasan dengan Yayasan Siti Khodijah, sebelah selatan berbatasan dengan SMPN 22 Surabaya, sebelah timur berbatasan dengan jalan Ahmad Yani, sebelah barat berbatasan dengan desa Jetis Kulon. 1. Visi Rumah Sakit Menjadi Rumah Sakit Islam pilihan utama masyarakat 2. Misi Rumah Sakit a.Memberikan pelayanan kesehatan paripurna secara islami berdasarkan nilai – nilai “TAWADLU” b.Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara terus menerus. c.Meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap terpuji karyawan. d.Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan kesehatan. e.Menjadikan karyawan sebagai inovator rumah sakit. 69
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
ANALISIS SITUASI
ANALISIS SITUASI RUANGAN
A. Karakteristik Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Surabaya berada di Jl. Ahmad Yani No. 2-4 Surabaya.
Letak Rumah Sakit Islam Surabaya yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Yayasan Siti Khodijah, sebelah selatan berbatasan dengan SMPN 22
Surabaya, sebelah timur berbatasan dengan jalan Ahmad Yani, sebelah barat
berbatasan dengan desa Jetis Kulon.
1. Visi Rumah Sakit
Menjadi Rumah Sakit Islam pilihan utama masyarakat
2. Misi Rumah Sakit
a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna secara islami berdasarkan nilai –
nilai “TAWADLU”
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara terus menerus.
c. Meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap terpuji karyawan.
d. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan
kesehatan.
e. Menjadikan karyawan sebagai inovator rumah sakit.
3. Motto Rumah Sakit
Kesembuhan datang dari ALLAH, kepuasan dan keselamatan pasien tanggung
jawab kami
4. Sifat, Maksud Dan Tujuan Rumah Sakit
Mewujudkan Rumah Sakit Islam Surabaya yang representative dan dapat
dibanggakan dalam memberikan upaya promotif, prefentif, kuratif, edukatif, dan
rehabilitative demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh
masyarakat.
a. Pedoman perilaku organisasi
69
70
1) TAWADLU sebagai nilai-nilai sumber daya insani RS Islam Surabaya
T : Takwa
Semua tindakan dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT.
A : Akhlakul Karimah
Senantiasa melaksanakan kewajiban.
W : Wahid
Selalu berusaha menjadi yang terbaik.
A : Afifah
Selalu menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
D : Dakwah
Selalu menyampaikan yang terbaik.
L : Illah
Ikhlas karena Allah SWT.
U : Uswatun Khasanah
Teladan yang baik bagi sesama.
2) TAWADLU sebagai budaya kerja RS Islam Surabaya
T : Tepat Dan Cepat
Melaksanakan tindakan dengan benar dan cepat.
A : Aman Dan Bermutu
Mengutamakan keselamatan pasien dan pegawai serta memenuhi
standart.
W : Wajib Mengutamakan Pasien
Mengesampingkan kepentingan lain , selain kepentingan pasien.
A : Amanah
Dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas.
D : Dalam Jangkauan Seluruh Lapisan Masyarakat
Baik letak geografis maupun sosial ekonomi dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.
L : Lingkungan Sehat
71
Mencegah pencemaran lingkungan.
U : Ukhuwah Islamiyah
Membina tali persaudaraan antara umat muslim.
B. Karakteristik Ruangan
Ruangan Multazam tidak mempunyai visi dan misi
1. Visi dan Misi Ruang
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29 Februari 2016
didapatkan bahwa ruang Multazam belum memiliki visi dan misi
ruangan. Diruangan hanya terdapat visi dan misi Rumah Sakit Islam
Surabaya.
2. Sifat Kekaryaan Ruang
a. Lingkup Kelolaan
Ruang Multazam adalah ruangan kelas 3 untuk pasien dengan semua
usia. Ruang Multazam menangani semua penyakit yang membedakan
hanya pada letak antara ruang pasien perempuan dan laki-laki dimana
ruang perempuan yang diberi nama (CW) hanya untuk pasien perempuan
dan ruang laki-laki yang diberi nama (CL) hanya untuk pasien laki-laki. 1
ruangan berisi 6 bed atau pasien.
b. Letak Ruangan
Ruang Multazam berbatasan dengan Ruang Muzdalifah di sebelah
timur, di sebelah utara ada Ruang Arofah, di sebelah selatan ada Ruang
Shofa Marwah, di sebelah barat ada taman.
c. Kapasitas Unit Layanan Ruang Multazam
Jumlah kamar di Ruang Multazam ada 2 kamar. Dengan rincian:
1) Ruang CW : ruang untuk perempuan dengan kapasitas 6 bed.
2) Ruang CL : ruang untuk laki-laki dengan kapasitas 6 bed.
d. Tata tertib Ruang Multazam
1) Administrasi pasien
Setiap 2-3 hari sehari akan diberikan surat pemberitahuan biaya
rawat inap.
72
2) Waktu berkunjung
a) Pagi : pukul 10.00-12.00 WIB.
b) Sore : pukul 16.00-18.00 WIB.
3) Penunggu pasien
a) Penunggu pasien maksimal 1 (satu) orang dan harus memegang
kartu tunggu.
b) Kartu tunggu sebagai bukti ijin menunggu dapat diperoleh perawat
jaga.
4) Keamanan
a) Mengingat berbagai kunjungan tamu di Rumah Sakit, dimohon
untuk tidak membawa barang-barang berharga atau menyimpan
uang dalam jumlah besar. Rumah Sakit tgidak ikut bertanggung
jawab atas kehilangan yang terjadi
b) Tidak diperkenankan membawa anak kecil, karena rawan penyakit
menular.
c) Dilarang merokok di lingkungan Rumah Sakit karena dapat
mengganggu kesehatan.
5) Ketertiban
a) Dilarang memakai tempat tidur pasien yang kosong
b) Dilarang membawa tikar atau alas tidur dari rumah.
c) Dilarang mencuci atau menjemur pakaian di lingkungan Rumah
Sakit.
6) Lain-lain
a) Dalam satu hari dokter akan berkunjung atau visite 1 (satu) kali ke
pasien.
b) Konsultasi dokter bisa dilakukan pada waktu dokter selesai visite
di ruangan atau pada waktu praktek di Poli Spesialis Rawat Jalan.
73
e. Fasilitas Ruang Multazam
1) Fasilitas untuk pasien
a) AC
b) Televisi
c) Kamar mandi dalam
d) Wastafel (1 kamar 1 wastafel)
e) Lemari kecil (1 bed 1 lemari kecil)
f) Kursi (1 bed 1 kursi)
2) Fasilitas untuk perawat
a) Nurse Station.
b) Lemari penyimpanan alat : 2 buah.
c) Locker pribadi perawat : 1 buah.
d) Lemari es atau kulkas : 1 buah.
e) Dapur : 1 buah.
f) Dispenser : 1 buah.
g) Wastafel : 1 untuk cuci tangan di ruang perawat, 1 untuk di dapur.
h) Kompor gas :1 buah.
i) TV : 1 buah.
j) Komputer : 1 buah.
k) Printer : 1 buah.
l) Kipas angin : 3 buah.
m) Telepon : 1 buah.
n) Kursi : 11 buah.
o) Kursi roda : 1 buah.
3. Analisis Terhadap Klien
a. Karakteristik
10 diagnosa medis di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya
selama 10 bulan terakhir yang diambil dari buku register pasien di ruang
Multazam yaitu sebagai berikut:
74
Tabel 3.1 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Mei 2015.
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam Thypoid 19 29,7 %
2 DM 12 18,75%
3 DHF 9 14,06%
4 GEA 6 9,4 %
5 CVA 4 6,25%
6 Hipertensi 4 6,25%
7 CKD 4 6,25%
8 Asma 2 3,12%
9 ISK 2 3,12%
10 Ca. Mamae 2 3,12%
Tabel 3.2 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Juni 2015.
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam Thypoid 16 23,18%
2 DHF 10 14,5 %
3 GEA 7 10,9 %
4 CVA Infark 6 8,7 %
5 HIL 5 7,24 %
6 DM 4 5,8 %
7 ISK 4 5,8%
8 Hipertensi 3 4,3%
9 CKD 3 4,3%
10 Asma 1 1,44%
75
Tabel 3.3 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Juli 2015.
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 14 28%
2 GEA 9 18 %
3 Thypoid 7 14%
4 Cva Infark 7 14%
5 Hipertensi 5 10%
6 DHF 4 8%
7 Asma 3 6 %
8 Katarak 3 6%
9 Fraktur 2 4%
10 CKD 2 4%
Tabel 3.4 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Agustus 2015
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 19 16%
2 CVA Infark 19 16%
3 GEA 19 16%
4 Hipertensi 15 13%
5 Thypoid 13 11%
6 Katarak 11 9,2%
7 DHF 7 6%
8 CKD 6 5%
9 ISK 5 4,2%
10 BPH 5 4,2%
76
Tabel 3.5 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan September 2015
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 10 21,2%
2 CVA Infark 7 6%
3 GEA 6 12,8%
4 DHF 5 10,6 %
5 Thypoid 5 10,6%
6 CKD 4 9%
7 Hipertensi 3 6,4%
8 Katarak 3 6,4%
9 ISK 2 4,2%
10 Hepatitis A 2 4,2%
Tabel 3.6 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Oktober 2015
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 19 10,3 %
2 Thypoid 17 20 %
3 GEA 11 13 %
4 CVA Infark 10 11,4 %
5 DHF 8 9,1 %
6 Hipertensi 8 9,1 %
7 CKD 5 5,7 %
8 Katarak 3 3,4 %
9 BPH 3 3,4%
10 HIL 3 3,4%
77
Tabel 3.7 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
November Surabaya Bulan November 2015
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 13 31 %
2 Thypoid 9 21,4%
3 Gastritis 6 14,2%
4 CKD 2 5%
5 TB Paru 2 5%
6 Hipertensi 2 5%
7 Febris 2 5%
8 Anemia 2 5%
9 Pneumonia 2 5%
10 HNP 2 5%
Tabel 3.8 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Desember 2015
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 10 21%
2 CVA Infark 9 19%
3 CKD 8 17%
4 Thypoid 6 13%
5 Hipertensi 4 8,3%
6 GEA 4 8,3%
7 DHF 2 4,1%
8 Sepsis 2 4,1%
9 Pneumonia 2 4,1%
10 PJK 1 2,08%
78
Tabel 3.9 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Januari 2016.
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 19 96%
2 GEA 10 15%
3 BPH 8 12%
4 Thypoid 8 12%
5 HHD 7 10,2%
6 CVA infark 6 9%
7 DHF 3 4,4%
8 Vomiting 3 4,4%
9 TB Paru 2 3%
10 Appendik 2 3%
Tabel 3.10 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya Bulan Februari 2016
No RUANG DIAGNOSA MEDIS JUMLAH PRESENTASE
1 Multazam DM 19 39 %
2 DHF 5 10,2%
3 GEA 4 8,16%
4 BPH 4 8,16%
5 ISK 4 8,16%
6 Vomiting 4 8,16%
7 HHF 4 8,16%
8 CVA 2 4,08%
9 Appendik 2 4,08%
10 TB Paru 1 2,04%
79
b. Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan pasien di ruangan Multazam dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem:
Total, parsial, dan minimal care (Nursalam, 2012).
Berdasarkan data yang dikaji pada tanggal 29 Februari 2016 s/d 01 Maret
2016 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.11 Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya pada Tanggal 29 Februari
2016
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat
ketergantungan
Jumlah
pasien
PAGI SORE MALAM
Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28
Parsial 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 12 4 3 2
Total Tenaga Perawat :
Pagi : 5 orang
(4 perawat + 1 kepala ruangan)
Sore : 3 orang
Malam : 2 orang
Total perawat : 10 orang
Jumlah tenaga lepas perhari :
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di Ruang
Multazam adalah 10 orang + 3 orang lepas dinas. Total keseluruhan tenaga
perawat yang dibutuhkan yaitu sebanyak 13 orang.
80
Secara objektif di Ruang Multazam, jumlah perawat shift pagi berjumlah 4
perawat dan 1 kepala ruangan, shift sore berjumlah 3 perawat dan shift malam
berjumlah 2 perawat, serta libur berjumlah 3 perawat. Jumlah keseluruhan
tenaga perawat di Ruang Multazam sebanyak 13 orang. Perawat yang
berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak
9 orang, SPK berjumlah 2 orang, dan SMK sebanyak 1 orang. Dengan
demikian tenaga perawat yang terdapat di Ruang Multazam sudah mencukupi
dan sudah sesuai dengan kebutuhan tenaga di ruangan jika dibandingkan
dengan jumlah pasien diruangan. Meskipun jumlah perawat yang
berpendidikan S1 hanya 2 orang. Rata-rata perawat sudah mempunyai masa
kerja > 15 tahun, sehingga sudah memiliki pengalaman yang banyak tentang
kondisi ruangan serta prosedur keperawatan yang ada di ruang Multazam.
Tabel 3.12 Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya pada Tanggal 01 Maret
2016
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat
ketergantungan
Jumlah
pasien
PAGI SORE MALAM
Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28
Parsial 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 12 4 3 2
Total Tenaga Perawat :
Pagi : 5 orang
(4 perawat + 1 kepala ruangan)
Sore : 3 orang
Malam : 2 orang
Total perawat : 10 orang
81
Jumlah tenaga lepas perhari :
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di
Ruang Multazam adalah 10 orang + 3 orang lepas dinas. Total keseluruhan
tenaga perawat yang dibutuhkan yaitu sebanyak 13 orang.
Secara objektif di Ruang Multazam, jumlah perawat shift pagi berjumlah 4
perawat dan 1 kepala ruangan, shift sore berjumlah 3 perawat dan shift malam
berjumlah 2 perawat, serta libur berjumlah 3 perawat. Jumlah keseluruhan
tenaga perawat di Ruang Multazam sebanyak 13 orang. Perawat yang
berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak
9 orang, SPK berjumlah 2 orang, dan SMK sebanyak 1 orang. Dengan
demikian tenaga perawat yang terdapat di Ruang Multazam sudah mencukupi
dan sudah sesuai dengan kebutuhan tenaga di ruangan jika dibandingkan
dengan jumlah pasien diruangan. Meskipun jumlah perawat yang
berpendidikan S1 hanya 2 orang. Rata-rata perawat sudah mempunyai masa
kerja > 15 tahun, sehingga sudah memiliki pengalaman yang banyak tentang
kondisi ruangan serta prosedur keperawatan yang ada di ruang Multazam.
82
4. Analisis Unit Layanan Keperawatan
a. Flow Of Care
Alur Pasien Masuk – Keluar Ruang Multazam
Pasien masuk dari UGD atau poli. Lalu petugas UGD atau poli
menghubungi TTPRI atau RRI. Petugas UGD atau poli bisa juga langsung
menghubungi Ruang Multazam. Sesampai di Ruang Multazam, pasien diberi
tindakan sesuai dengan diagnosa medis dan diagnosa keperawatan. Jika
selama dirawat, kondisi pasien membaik maka pasien dipulangkan. Tetapi jika
kondisi pasien tidak ada kemajuan atau bahkan memburuk, maka pasien
dirujuk ke rumah sakit rujukan. Pasien bisa pulang paksa dengan syarat
mengisi inform consent dari perawat, dan apabila kondisi pasien tidak
memungkinkan dan tidak bisa tertolong dengan usaha dokter dan perawat,
maka pasien dinyatakan meninggal oleh dokter di ruang Multazam.
Pasien masuk
UGD
Pulang sembuh
Pindah ruangan atau di rujuk
Pulang paksa
Meninggal
Ruang Multazam
RRI
(Recovery Room Intermediet)
POLI
TPPRI (Tempat Pendaftaran Pasien
Rawat Inap)
Bagan 3.1 Bagan Alur Pasien Masuk – Keluar
Ruang Multazam RS Islam Surabaya
83
b. Manajemen Unit
STRUKTUR ORGANISASI FUNGSIONAL RUANG MULTAZAM
c.
d.
e.
f.
Bagan 3.2 Bagan Struktur Organisasi Ruang Multazam RS Islam Surabaya.
Di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, menggunakan
metode tim. Tetapi, metode tim masih belum diaplikasikan dengan optimal.
Semua tenaga medis lebih mengarah menggunakan metode fungsional.
LAPORAN REKAM MEDIS1. Ninuk Sariastutik,Amd.Kep2. Sri Purwati3. Ayu Fauziah,Amd.Kep
STATUS1. Sri Purwati2. Siti Rochaniyah3. Suyanti,Amd.Kep
LAPORAN OBAT BULANANAnis Nuril Laili,Amd.Kep
84
5. Sumber Daya atau Kekuatan Kerja
a. Manusia (Tenaga): Jumlah dan kualifikasi termasuk pengembangan staf
(pendidikan dan pelatihan)
1) Man (M1)
(a) Ketenagaan
(1) Struktur Organisasi
Analisis tenaga kerja di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya mencakup jumlah tenaga keperawatan dan non
keperawatan. Jumlah tenaga kerja di Ruang Multazam Rumah
Sakit Islam Surabaya terdiri dari 13 orang tenaga keperawatan
dan 1 orang tenaga non perawat. Sebagian besar tenaga
keperawatan telah mengikuti pelatihan-pelatihan dalam bidang
keperawatan.
(b) Tenaga Keperawatan dan Non Keperawatan
(1) Tenaga Perawat
Jumlah tenaga keperawatan tingkat kependidikan di Ruang
Multazam RSI Surabaya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.13 Tenaga Keperawatan di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya.
No Nama Tingkat Pendidikan
Masa Kerja
Jenis Pelatihan yang
diikuti1 Budi Setyawan S1 Kep, Ns 10 th Pegawai tetap BLS, PPGD
2 Risa S1 Kep, Ns 2 th Pegawai tetap BLS
3 Sri Purwati SPK 26 th Pegawai tetap BLS
4 Ninuk D3 Kep 24 th Pegawai tetap BLS
5 Eni Mujiati D3 Kep 10 th Pegawai tetap BLS
6 Siti. R SPK 17 th Pegawai tetap BLS
7 Anis Nuril D3 Kep 17 th Pegawai tetap BLS
8 Nining D3 Kep 5 th Pegawai tetap BLS, PPGD
85
No Nama Tingkat Pendidikan
Masa Kerja
Jenis Pelatihan yang
diikuti9 Suyanti D3 Kep 12 th Pegawai tetap BLS
10 Ayu D3 Kep 3 th Pegawai tetap BLS , PPGD
11 Prasetyo H D3 Kep 1 Th Honorer BLS
12 Heri D3 Kep 1 Bln Honorer BLS
Tenaga keperawatan yang ada masih kurang memenuhi kualifikasi RS Islam
Surabaya dengan jenjang pendidikan minimal D3 Keperawatan karena di ruang
Multazam masih ada karyawan yang jenjang pendidikannya SPK dan SMK. Menurut
hasil wawancara yang dilakukan dengan pembimbing Ruang Multazam bahwa tenaga
SPK seharusnya melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun mereka
beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara gaji SPK dan D3,
sehingga mereka malas untuk melanjutkan kuliah. Tetapi untuk kualifikasi sebagai
sebuah parameter peningkatan pelayanan sudah cukup memadai karena sudah
terdapat tenaga keperawatan dengan jenjang pendidikan S1 Keperawatan.
Kemampuan dalam bidang keperawatan maupun kolaborasi dengan tenaga
medis lain, pada umumnya perawat di Ruang Multazam mempunyai kemampuan
yang baik karena kolaborasi yang terbangun dengan petugas medis lain sangat baik.
Dari segi kedisiplinan, keinginan untuk berubah dan ketepatan dalam melaksanakan
tindakan keperawatan sudah sesuai standar. Rata-rata perawat datang dan pulang
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kesimpulan yang didapat, perlu ada
perbaikan ketenagaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk lebih
meningkatkan pelayanan keperawatan di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya.
86
(2) Tenaga non-keperawatan
Tabel 3.14 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya
No Nama Pendidikan Masa Kerja Jabatan1. Aisul SMK 15 Thn Prakarya
(3) Tenaga Medis
Tenaga medis di Ruang Multazam mengikuti tenaga medis yang ada di rumah
sakit, sehingga tidak ada tenaga medis khusus yang bertugas di Multazam.
Tabel 3.15 Tenaga Medis di Rumah Sakit Islam Surabaya
No Kualifikasi Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Paru
Dokter Spesialis Jantung
Dokter Spesialis Saraf
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Orthopedi
Dokter Spesialis Anak
Dokter spesialis Bedah Mulut
Dokter Spesialis Urologi
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Dokter Spesialis Mata
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Dokter Spesialis Obgyn
Dokter Spesialis THT
Dokter Spesialis Gigi
Dokter Spesialis Ortodonsia
Dokter Spesialis Konservasi
Dokter Spesialis Alergi
Dokter Spesialis Jiwa
6
3
2
3
2
1
4
1
1
4
1
1
5
2
1
1
1
1
1
87
(4) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan pasien di Ruang Multazam dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem: Total,
parsial, dan minimal care (Nursalam, 2012).
Berdasarkan data yang dikaji pada tanggal 29 Februari 2016 s/d 01 Maret
2016 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.16 Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat Di
Ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya pada Tanggal 29 Februari 2016
2016
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat
ketergantungan
Jumlah
pasien
PAGI SORE MALAM
Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28
Parsial 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 12 4 3 2
Total Tenaga Perawat :
Pagi : 5 orang
(4 perawat + 1 kepala ruangan )
Sore : 3 orang
Malam : 2 orang
Total perawat : 10 orang
Jumlah tenaga lepas perhari :
88
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di Ruang
Multazam adalah 10 orang + 3 orang lepas dinas. Total keseluruhan tenaga
perawat yang dibutuhkan yaitu sebanyak 13 orang.
Secara objektif di Ruang Multazam, jumlah perawat shift pagi berjumlah 4
perawat dan 1 kepala ruangan, shift sore berjumlah 3 perawat dan shift malam
berjumlah 2 perawat, serta libur berjumlah 3 perawat. Jumlah keseluruhan
tenaga perawat di Ruang Multazam sebanyak 13 orang. Perawat yang
berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak
9 orang, SPK berjumlah 2 orang, dan SMK sebanyak 1 orang. Dengan
demikian tenaga perawat yang terdapat di Ruang Multazam sudah mencukupi
dan sudah sesuai dengan kebutuhan tenaga di ruangan jika dibandingkan
dengan jumlah pasien diruangan. Meskipun jumlah perawat yang
berpendidikan S1 hanya 2 orang. Rata-rata perawat sudah mempunyai masa
kerja > 15 tahun, sehingga sudah memiliki pengalaman yang banyak tentang
kondisi ruangan serta prosedur keperawatan yang ada di ruang Multazam.
Tabel 3.17 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat kelolahan
di Multazam RSI Surabaya pada tanggal 01 Maret 2016
2016
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat
ketergantungan
Jumlah
pasien
PAGI SORE MALAM
Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28
Parsial 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 12 4 3 2
Total Tenaga Perawat :
Pagi : 5 orang
(4 perawat + 1 kepala ruangan)
89
Sore : 3 orang
Malam : 2 orang
Total perawat : 10 orang
Jumlah tenaga lepas perhari :
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di Ruang
Multazam adalah 10 orang + 3 orang lepas dinas. Total keseluruhan tenaga
perawat yang dibutuhkan yaitu sebanyak 13 orang.
Secara objektif di Ruang Multazam, jumlah perawat shift pagi berjumlah 4
perawat dan 1 kepala ruangan, shift sore berjumlah 3 perawat dan shift malam
berjumlah 2 perawat, serta libur berjumlah 3 perawat. Jumlah keseluruhan
tenaga perawat di Ruang Multazam sebanyak 13 orang. Perawat yang
berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak
9 orang, SPK berjumlah 2 orang, dan SMK sebanyak 1 orang. Dengan
demikian tenaga perawat yang terdapat di Ruang Multazam sudah mencukupi
dan sudah sesuai dengan kebutuhan tenaga di ruangan jika dibandingkan
dengan jumlah pasien diruangan. Meskipun jumlah perawat yang
berpendidikan S1 hanya 2 orang. Rata-rata perawat sudah mempunyai masa
kerja > 15 tahun, sehingga sudah memiliki pengalaman yang banyak tentang
kondisi ruangan serta prosedur keperawatan yang ada di ruang Multazam.
(c) Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
(1) Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari
(2) Perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam sehari
(3) Perawatan total, memerlukan 5-6 jam sehari
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok menggunakan
klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan pasien berdasarkan Orem, yaitu
90
self care deficit, sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan
menggunakan perhitungan tenaga menurut Ratna Sitorus (2006).
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di ruang Multazam Rumah Sakit
Islam Surabaya dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung
dengan perawat ruangan maupun melalui kuesioner. Berdasarkan hasil angket
maupun kuesioner pada tanggal 29 Februari 2016 dengan perawat di ruangan
sebagai responden, didapatkan data bahwa dari total 13 perawat yang menjadi
responden, 8 diantaranya (61,54%) menyatakan sikap puas terhadap kinerja
perawat, sedangkan 5 responden (38,46%) menyatakan kurang puas dengan
kinerja perawat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan perawat terhadap
hasil kinerja di Ruang Multazam adalah puas.
Berdasarkan hasil observasi pada 29 februari 2016, didapatkan data bahwa
ruang Multazam memiliki jam kerja (07.00-14.00) shift pagi, shift siang memiliki
jam kerja (14.00-21.00), dan shift malam memiliki jam kerja (21.00-07.00).
b. Non Manusia (Methode, Material, Money, Marketing)
1) M2- Material
a) Lokasi dan Denah
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada
Ruang Multazam Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dengan uraian
denah sebagai berikut :
(1) Utara : Ruang Shofa Marwah
(2) Selatan : Ruang Arofah
(3) Barat : Halaman Ruang Multazam
(4) Timur : Ruang Muzdalifah
b) Peralatan dan fasilitas
(1) Material Medis (ruang pasien)
Tabel 3.18 Daftar Material Medis yang Ada di Kamar Pasien
No Nama Alat1. Obat (syrup)2. Cairan infuse
91
(2) Material non Medis (ruang pasien)
Tabel 3.19 Daftar Material Non Medis yang Ada Di Ruangan Pasien
No Nama Alat Jumlah Kondisi1. Meja 12 Baik2 Kursi 12 Baik3. Tempat tidur 12 Baik4. TV 2 Baik5. Standar tidur 12 Baik6. Bantal 12 Baik7. AC 2 Baik8. Jam Dinding 2 Baik9. Tempat sampah 2 Baik10. Kamar 2 Baik11. Kamar Mandi 4 Baik12. Wastafel 2 Baik13. Antis 2 Baik
(3) Material Medis (perawat)
Tabel 3.20 Daftar Material Medis yang Ada di Ruangan Perawat
No Nama Alat Jumlah Kondisi1. Ambubag 2 Baik2. Tensimeter manual 3 Baik 3. Tensimeter digital 1 Baik 4. Dressing card 2 Baik 5. Syringe pump 3 Baik 6. Nebulizer 1 Baik7. Stikpan tutup 1 Baik 8. ECG 6/12 Channel 1 Baik 9. Suction portable 1 Baik10. Bak instrument besar 1 Baik11. Bak instrument sedang 1 Baik12. Bak instrument kecil 1 Baik 13. Standart infus 2 Baik 14. Gliserin spuit 1 Baik15. Korentang 2 Baik16. Mangkok kom 2 Baik 17. Tromol 7 Baik 18. Bed pan 1 Baik 19. Stetoschope 3 Baik
92
No Nama Alat Jumlah Kondisi20. Bengkok 3 Baik 21. Martil Art 1 Baik22. Termometer digital 3 Baik 23. Manometer O2 4 Baik24. Timbangan badan 1 Baik25. Infuse pump 1 Baik26. Antiseptik 6 botol Baik 27. Dressing trolly 1 Baik28. Masker 3 box Baik 29. Oksimeter 1 Baik 30. Plester 3 box Baik 31. Meja kayu 1 Baik32. Handscone 4 box Baik33. Alcohol swab 6 box Baik34. Alcohol 2 Baik35. Kasa 6 gulung Baik36. Betadhine 2 botol besar Baik37. Alat GDA 1 Baik 38. Senter 2 Baik
Material medis untuk pasien yang terdapat di ruangan perawat memiliki
kondisi yang masih baik, tetapi untuk jumlahnya memadai, dengan jumlah
kapasitas tempat tidur 12 TT. Jadi diperlukan untuk penambahan jumlah alat agar
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan maksimal.
(4) Persediaan Obat dan Cairan di Ruanga Multazam
Tabel 3.21 Daftar Obat emergensi yang Ada di Ruang Multazam Rumah
Tabel 3.22 Daftar Material Non Material yang Ada di Ruangan Perawat
No Nama Alat Jumlah Kondisi1. Telepon 2 Baik2. Kipas angina 3 Baik3. Jam dinding 2 Baik4. Meja 2 Baik5. Meja nurse station 1 Baik6. Lemari 3 Baik7. Lemari obat 2 Baik8. Kulkas 1 Baik9. Kamar mandi 1 Baik10. Kursi 10 Baik11. Televisi 1 Baik12. Komputer 1 Baik13. Loker perawat 3 Baik 14. Papan daftar pasien 1 Baik15. Wastafel tempat tisu 1 Baik16. Rak sepatu 1 Baik17. Tempat sampah medis 3 Baik
94
No Nama Alat Jumlah Kondisi18. Tempat sampah non medis 3 Baik19. Cermin 2 Baik20. Tabung pemadam kebakaran 1 Baik21. Alat – alat tulis/ kantor - Baik22. Troli 2 Baik23. Tikar 3 Baik24. Kalender 1 Baik25. Al- Quran 3 Baik26. Buku – buku operasional
- Buku injeksi- Buku observasi- Buku timbang terima- Buku visite- Buku pemulangan pasien- Buku penerimaan obat- Buku penerimaan pasien- Buku pindah ruangan
11111111
BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik
27. Nurse call atau fire alarm 1 Baik28. Printer 1 Baik29. Water heather 1 Baik30. Kaligrafi 1 Baik
Kesimpulan
Mutu pelayanan diukur dari total biaya yang dikeluarkan dan prestasi yang
dicapai. Pengukuran prestasi menyangkut tersedianya barang (availability),
kemampuan (capability) dilihat dari waktu pengaturan dan konsentrasi, serta mutu
(quality) dari usaha. Biaya logistik mempunyai hubungan langsung dengan
kebijakan prestasi. Semakin tinggi masing - masing prestasi ini maka semakin
tinggi pula total biaya logistiknya. Kunci bagi prestasi logistik yang efektif adalah
mengembangkan usaha yang seimbang antara prestasi pelayanan yang diberikan
dengan biaya yang dikeluarkan.
c) Administrasi penunjang
(1) Buku obat injeksi
(2) Buku obat oral
(3) Buku observasi
(4) Buku penerimaan obat
95
(5) Lembar dokumentasi
(6) Buku timbang terima
(7) Buku inventaris alat medis
(8) SOP (Standar Operasional Prosedur) yang terdiri dari :
(a) SOP Manajemen Keperawatan
(b) SOP Bagian Umum
(c) SOP Penyakit Dalam
(d) SOP Bedah
(e) SOP anak dan bayi
(f) SOP Kebidanan dan kandungan
(9) SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
(10) SPM (Standar Pelayanan Minimal)
(11) Buku kapasitas pasien
(12) Buku pindah ruangan/ acara operasi
(13) Buku Visite
2) M3 (Method)
a) M3 –MAKP
Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang
Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya menggunakan metode tim. Dari hasil
identifikasi pada tanggal 29 Februari 2016 kelompok kami melalui pencarian
data dengan cara pengamatan dan bertanya langsung kepada kepala ruangan
Ruang Multazam, kami menarik kesimpulan bahwa model MAKP di Ruang
Multazam adalah tim nursing, tapi disini lebih condong ke fungsional karena
di Ruang Multazam struktur organisasinya menggunakan satu tim saja. Selain
itu asuhan keperawatan di Ruang Multazam tidak dilaksanakan sesuai dengan
metode tim yang ada pada struktur organisasi. Di buktikan dengan satu
perawat menginjeksi semua pasien dan perawat yang lain melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Penerapan model pelaksanaan manajemen MAKP juga dapat dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan perawat ruangan. Di Ruang Multazam terdapat
17 Perawatan total care 50.000 60.000 50.00018 Perawatan minimal care 35.000 40.000 35.00019 Perawatan persial care 110.000 50.000 85.00020 Asisten operasi
a. Kecilb. Sedang c. Besard. Khusus
40.000100.000200.000300.000400.000
40.000
21 RJPO/ resusitasi 150.000 50.000 100.000
102
4) M5- Market
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Islam Surabaya sebagian besar dari wilayah Surabaya, tetapi ada sebagian
yang berasal dari luar Surabaya atau luar kota. Usia pelanggan bervariasi,
kisaran usia antara 20-80 tahun. Mayoritas pelanggan berusia > 30 tahun.
Perawat di Ruang Multazam tidak memiliki tugas khusus sebagai tim
marketing untuk mencari pelanggan atau pasien.
1. Mutu pelayanan keperawatan
Rumah Sakit Islam Surabaya telah menerapkan mutu perawatan
pasien, dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting yang terdapat di
dalamnya, diantaranya :
a) Meningkatkan mutu pelayanan
Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari beberapa
aspek, antara lain:
(1) Ketepatan Identifikasi Pasien
Dari data hasil wawancara bahwa sudah ada ketepatan
identifikasi pasien sebelum pemberian obat dan
pengambilan spesimen. Pasien sudah memakai gelang
identitas.
(2) Penggunaan komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah metode struktur untuk
mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan
perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap
eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien.
SBAR melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk
memberikan masukan kedalam situasi pasien termasuk
memberikan rekomendasi (Rofii, Muhammad 2013). Dari
hasil wawancara didapatkan bahwa perawat diruang
Multazam sudah menggunakan komunikasi SBAR sejak
bulan Februari 2016.
103
(3) Keamanan obat
Dari hasil pengamatan dan wawancara, keamanan obat
sudah dibedakan berdasarkan jenis label dan cara
penyimpanannya.
b) Upaya pengurangan infeksi nosokomial
Indikator penilaian INOS adalah :
(1). Flebitis (1 pasien selama satu minggu terakhir)
(2). ILO (tidak terjadi) :
1. Luka bersih
2. Luka bersih terkontaminasi
3. Luka terkontaminasi
(3). ISK (tidak terjadi)
(4). Pneumoni (tidak terjadi)
c) Indikator mutu
(1) Tingkat kepuasan pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien
terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan
kuesioner yang berisi 18 soal berbentuk pertanyaan pilihan.
Pertanyaan pilihan yang mencakup pemberian penjelasan
orientasi ruangan, pemberian penjelasan setiap prosedur
tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan
keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas tiga
jawaban yaitu “ya” “kadang-kadang” “tidak”. Adapun
indikator kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan
dinilai berdasarkan kuesioner yang berjumlah 18 pertanyaan,
masing-masing pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban
kemudian ditotal tiap-tiap responden dan dijumlah secara
keseluruhan. Kriteria penilaian jika menjawab “ya” bernilai 2,
“kadang-kadang” bernilai 1 dan “tidak” bernilai 0.
104
Tabel 3.25 Tingkat Kepuasan di Ruang Multazam Rumah Sakit Islam
Surabaya
No. Kriteria Frekuensi Persentase
%
1 Puas 7 70%
2 Kurang Puas 2 20%
3 Tidak Puas 1 10%
Total 10 100%
Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan rentang persentase
yang diadopsi dari kriteria Arikunto. Dimana dalam pengkajian
pada tanggal 1 Maret 2016, dari 10 pasien kelolaan didapatkan 2
pasien kurang puas dengan pelayanan di Ruang Multazam.
(2) Kepuasan perawat
Berikut adalah hasil tingkat kepuasan perawat terhadap
hasil kinerja selama menjadi perawat di Rumah Sakit Islam
Surabaya. Dari total 13 perawat yang menjadi responden, 8
diantaranya (61,54%) menyatakan sikap puas, sedangkan 5
responden (38,46%) menyatakan kurang puas. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan perawat terhadap hasil
kinerja di Ruang Multazam adalah puas.
(3) Keamanan pasien
Indikator penilaian peningkatan mutu pelayanan dapat
dilihat dari angka kejadian dekubitus, flebitis, angka kejadian
pemberian obat, dan kejadian jatuh. Dari pengukuran indikator
mutu pelayanaan keperawatan klinik yang dilakukan pada
tanggal 29 Februari 2016 terhadap pasien di Ruang Multazam
serta hasil rekap data satu bulan yang lalu :
(a) Kejadian dekubitus saat dilakukan pengkajian tanggal 29
Februari 2016 tidak ada pasien yang mengalami
105
dekubitus. Pada bulan Januari tidak ada pasien yang
mengalami dekubitus.
(b) Kejadian flebitis, pada saat pengkajian tanggal 29 Februari
– 02 Maret 2016 terjadi 1 pasien mengalami flebitis.
(c) Kejadian kesalahan pemberian obat tidak terjadi,
pemberian obat dilakukan secara benar sesuai dengan
indikasi yang diberikan oleh dokter.
(d) Kejadian jatuh tidak terjadi, didapatkan bahwa 100%
pasien tidak mengalami jatuh selama dilakukan perawatan
oleh mahasiswa praktek manajemen keperawatan.
Meskipun sebagian pasien mempunyai resiko untuk
mengalami jatuh, akan tetapi dari hasil pengkajian dan
pengamatan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.
5) M6- Machine
Alat-alat machine yang digunakan dalam Ruang Multazam antara lain,
5. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan staf
keperawatan.
e. Kriteria evaluasi
1. Struktur :
Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan
Menetapkan kasus yang akan dirondekan
Memberikan informed consent kepada klien dan keluarga
2. Proses :
Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan
dan staf keperawatan
Penjelasan tentang klien oleh Katim dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi yang telah
dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah pasien.
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu
mengatasi masalah klien tersebut.
3. Hasil :
Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien
161
Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindaklanjuti dan
dilaksanakan.
e. Sentralisasi Obat
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu
peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam satu pola/alur yang sistematis
sehingga penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh perawat sehingga resiko
kerugian baik material maupun nomaterial dapat dieliminir. Upaya sistematik
meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara ketat oleh perawat
diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan
keperawatan.
Teknik pengelolaan obat kontrol penuh sentralisasi adalah pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang diberikan pada klien diserahkan sepenuhnya oleh
perawat.
1. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat :
a. Penanggung jawab dalam pengelolaan adalah kepala ruangan diserahkan
operasional dapat didelegasikan pada staf yang ditunjuk (Katim).
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
c. Penerimaan obat
2. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menandatangani lembar serah terima obat yang ada pada
lembar kontrol obat
3. Perawat menuliskan nama klien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan serta
dosis obat dalam lembar serah terima obatdan diketahui (tanda tangan) oleh
keluarga
4. Klien/keluarga untuk selanjutnya dapat melakukan kontrol keberadaan obat
pada lembar serah terima obat yang ada disisi klien (sisi bed klien)
5. Obat yang sudah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat
6. Keluarga dan klien wajib mengetahui letak kotak obat
162
1. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format pemberian
obat oral /injeksi
b. Obat-obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang telah tercantum format pemberian
obat oral/injeksi
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat,
jumlah obat dan efek samping kemudian memberi kode dan tanda tangan
setelah melakukan pemberian obat
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya di cek setiap pagi oleh kepala ruangan /
petugas yang ditunjuk (PP) dan didokumentasikan dalam format pemberian
obat oral/injeksi
2. Penambahan obat baru
a. Bila mana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis, atau perubahan
rute pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
sentralisasi obat dan lembar kontrol obat
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin / sewaktu, maka dokumentasi
tetap dicatat pada buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat
3. Obat khusus
a. Obat tersebut khusus apabila sdiaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu saja.
c. Pemberian obat khusus tetap dicatat pada buku sentralisasi obat yang
dilaksanakan oleh perawat primer.
d. Informasi yang diberikan oleh klien/keluarga: nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian. Wadah obat
sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada klien atau keluarga.
Alur pelaksanaan sentralisasi obat berdasarkan ODD (One Day Dose)
Dokter Perawat
163
Keterangan:
Garis Komando
Garis Koordinasi
Penerapan Sentralisasi Obat
a. Penanggung jawab :Suhassinah Kurniati Wulandari, S.Kep.
b. Tujuan keperawatan :Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan,
diharapkan mahasiswa S1 Keperawatan UNUSA dan
Pasien/Perawat
Pasien/Keluarga
Pendekatan Perawat
Farmasi/Apotek
PASIEN/KELUARGA
Pengaturan Dan Pengelolaan Oleh Perawat
Surat Persetujuan Sentralisasi Obat
Lembar Serah Terima Obat
Buku serah terima obat
Perawat yang menerima
Sumber: Nursalam, 2014
164
Ruang Multazam mampu menerapkan sentralisasi obat
yang benar.
c. Waktu : Minggu ke III - minggu ke IV
d. Rencana strategi :
1. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat, dokter dan
bagian farmasi.
2. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat.
e. Kriteria Evaluasi :
1. Struktur:
Menetukan penanggungjawab sentralisasi obat
Menyiapkan format sentralisasi obat
2. Proses:
Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama-sama dengan perawat,
dokter, dan bagian farmasi.
Mendokumentasikan hasil pelaksaan pengelolaan sentralisasi obat.
3. Hasil:
Klien menerima sistem sentralisasi obat,
Perawat mampu mengelola obat klien,
Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat meningkat.
Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik secara hukum
maupun secara moral,
Pengelolaan obat efektif dan efisien.
f. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek
komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.
165
1. Tujuan Utama Pendokumentasian
a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi tindakan.
b. Dokumentasi untuk penelitian, hukum dan etika.
2. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
a. Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara
lengkap, jelas, objektif, dan ditanda tangani oleh tenaga kesehatan atau
perawat. Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari
adanya penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah.
b. Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan
perawat untuk menyelesaikan masalah klien serta untuk mengetahui
sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini juga memungkinkan perawat
untuk mengetahui adanya masalah baru secara dini.
c. Komunikasi
Dokumentasi merupakan alat perekam masalah yang berkaitan dengan
klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar tenaga
kesehatan.
d. Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap sebagai acuan dalam menentukan biaya
perawatan klien.
e. Pendidikan
Dokumentasi berisi kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang
dapat digunakan sebagai bahan reverensi pembelajaran bagi siswa atau
profesi keperawatan.
166
f. Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset untuk
pengembangan ilmu keperawatan.
g. Akreditasi
Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian (potter dan perry,
1984)
a. Jangan menghapus dengan tipe-x atau menghapus tulisan yang salah.
Cara yang benar adalah dengan mencoret tulisan yang salah dengan dua
garis kemudian di tuliskan kata salah dan diberi paraf, setelah itu
dituliskan catatan yang benar.
b. Jangan mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain yang dapat
digunakan sebagai bukti terhadap asuhan keperawatan yang tidak
profesional.
c. Jangan tergesa – gesa melengkapi catatan, pastikan dulu bahwa datanya
akurat.
d. Catatan hanya fakta, akurat, reliable.
e. Jangan biarkan pada akhir catatan kosong. Coret bagian sisa yang
kosong dan bubuhkan tanda tangan.
f. Semua catatan ditulis dengan tinta dan bahasa yang lugas.
g. Jika mempertanyakan suatu instruksi catat bahwa anda sedang
mengklarifikasi.
h. Tulis hanya untuk diri sendiri.
i. Hindari penulisan yang kurang spesifik.
j. Catatlah dokumentasi dengan waktu dan di akhiri dengan tanda tangan.
Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditanda tangani.
Kelompok mencoba membuat suatu model pendokumentasian yang
mengacu pada model Borang Akreditasi yang mengacu pada 5 tahapan
167
asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan
evaluasi. Teknik pengisian lembar dokumentasi keperawatan:
a. Pada waktu klien masuk diikuti pengkajian B1-B6.
b. Pengkajian dilakukan secara komprehensif.
c. Lembar dokumentasi asuhan keperawatan:
Pengisian nama, umur, jenis kelamin, tanggal, dan nomer register
klien.
Tiap lembar data diisi problem, intervensi, dan evaluasi.
d. Pada kolom problem ditambahkan data subjektif dan objektif.
e. Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyelesaian
masalah ditandai dengan”I” (intervensi) nomor masalah dicatat dan di
buat oleh PP.
f. Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi diidentifikasi dengan tanda “E” (Evaluasi) dan nomor
masalah, berisi tentang jam dan paraf perawat.
g. Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal tiap 8 jam (setiap
pergantian jaga).
4. Keuntungan:
a. Memungkinkan penggunaan proses keperawatan.
b. Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
c. Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan secara continue.
d. Perkembangan klien dapat dengan mudah digambarkan.
5. Kerugian:
a. Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu.
b. Pembatasan rencana tindakan keperawatan yang tidak aplikatif untuk
beberapa situasi keperawatan.
6. Bagian dari dokumentasi keperawatan:
Format pengkajian dengan menggunakan format pengkajian B1-B6.
Lembar dokumentasi keperawatan dengan sistem PIE berisi tentang:
a. Nama klien
168
b. Umur
c. No register
d. Diagnosis medis
e. Diagnosis keperawatan
f. Kolom tanggal dan jam
g. Kolom problem
h. Kolom intervensi
i. Evaluasi
j. Kolom tanda tangan
Penerapan Dokumentasi Keperawatan
a. Penanggung jawab : Vany Brata Kusuma, S.Kep
: Wahyudiansyah, S.Kep
b. Tujuan : Setelah dilakukan praktik manajemen
keperawatan, diharapkan semua perawat di ruang Multazam dan
mahasiswa keperawatan UNUSA mampu menerapkan
pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar.
c. Waktu : Minggu III – minggu IV
d. Rencana Strategi :
1. Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai
dengan kondisi ruangan Multazam.
2. Merevisi format pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanana, dan evaluasi.
3. Menyiapkan format atau mendokumentasikan keperawatan.
4. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat
ruangan.
e. Kriteria evaluasi:
1. Struktur:
a) Menetukan penanggung jawab kegiatan.
169
b) Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai
dengan kasus di ruang Multazam
c) Menyiapkan format pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
d) Menyiapkan format / pendokumentasian keperawatan.
2. Proses:
a) Penggunaan standar terminologi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
b) Data yang relevan dan bermanfaat dikumpulkan kemudian di catat
sesuai dengan prosedur dalan catatan yang permanen.
c) Diagnosis keperawatan disusun berdasarkan klasifikasi dan analisa
data yang akurat.
d) Rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat sebagai bagian
dari catatan yang permanen.
e) Observasi dicatat secara akurat, lengkap, dan sesuai urutan waktu.
f) Evaluasi dicatat sesuai dengan urutan waktu meliputi selama
dirawat, dirujuk, pulang ataupun perubahan status klien, respon
klien terhadap tindakan.
g) Rencana tindakan yang direvisi, berdasarkan hasil yang diharapkan
klien.
3. Hasil:
Mahasiswa mampu menerapkan pendokumentasian secara baik
dan benar.
g. Discharge Planing
170
Perencanaan pelaksaan discharge planing adalah suatu dokumentasi untuk
menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi pasien yang akan pulang dan asuhan
keperawatan saat pasien di rumah.
1. Langkah – langkah dalam perencanaan pulang
Pra-discharge planing:
a) Perawat primer mengidentifikasi pasien yang direncanakan untuk
pulang.
b) Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang akan
pulang
c) Perawat primer membuat perencanaan pasien pulang.
d) Melakukan kontrak waktu saat dengan pasien dan keluarga.
2. Tahap pelaksanan discharge planing
a) Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan,status, kartu dan
lingkungan.
b) Perawat primer dibantu perawat asociatte melakukan pemeriksaan
fisik sesuai kondisi pasien.
c) Perawat Primer memberikan pendidikan kesehatan sesuai yang
diperlukan pasien dan keluarga untuk perawatan dirumah tentang :
aturan diet, obat yang harus diminum dirumah, aktivitas dirumah dan
yang harus dibawa pulang, rencana kontrol, yang perlu dibawa saat
kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus .
d) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk mencoba mendemonstrasikan pendidikan kesehatan yang telah
diajarkan .
e) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya bila belum mengerti .
3. Tahap post pelaksanaan discharge planing :
a) Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang.
171
b) Karu memberikan reinforcement atau reward kepada pasien dan
keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang sudah
dilaksanakan.
c) Follow up Alur Disharge Planning
Tahap 3 : Perencanaan pulang1. Penentuan keadaan pasien:a. klinis dan pemeriksaan penunjang lain b. Tingkat ketergantungan pasien2. Pesanan pulang dengan memberikan HE tentang :
Jadwal kontrol dan pentingnya melakukan kontrol secara teratur.
Aturan minum obat Aktivitas yang boleh dilakukan
dirumah Diet Rujukan ke pelayanan kesehatan
terdekat Perawatan klien di rumah.
Monitor (sebagai program servis savety)
oleh : keluarga dan petugas.
Penyelesaian administrasi
Tahap 1 Admisi Orientasi :a. Penjelasan tentang :
1. Dokter yang merawat.2. Perawat yang bertanggung
jawab.3. Tata tertib dan waktu
berkunjung.b. Penyerahan obat dan
pemeriksaandiagnostik yang dibawa pasien .
c. Pengkajian dan penentuan masalah keperawatan.
Tahap 2 : masa perawatan 1. Diagnosa madis2. Terapi medis3. rencana dan tindakan keperawatan4. Perkiraan lama keperawatan5. Perkembangan kondisi pasien6. pemeriksaan dignostik dan
laboratorium yang dilakukan.
Karu, PP,
PA
PP, PA, Dokter, tenaga
kesehatan lain
Dokter dan PP dibantu
PA
Pasien masuk Ruang Multazam
Sumber: Nursalam, 2014
172
Penerapan Discharge Planning
a. Penanggung jawab : Arina Nurhasanah, S.Kep
b. Tujuan : Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan,
diharapkan semua perawat diruang Multazam dan mahasiswa S1 Keperawatan
UNUSA mampu melaksanakan discharge planning dengan benar.
c. Waktu : Minggu ke III - minggu IV
d. Rencana strategi :
1. Menentukan penanggungjawab discharge planning.
2. Menentukan materi discharge planning.
3. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning.