64 BAB III MOTIF PARA LULUSAN SARJANA PENDIDIKAN SOSIOLOGI UNJ DALAM MEMILIH PEKERJAAN 3.1 Pengantar Dalam Bab ini, penulis akan memaparkan hasil temuan lapangan yang berkaitan dengan penelitian, hal ini diperlukan sebagai bahan analisis informasi subyektif dari para subyek penelitian. Informasi subyektif yang diambil adalah informasi-informasi yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan baik dari segi motif para lulusan dalam memilih program studi, motivasi para lulusan dalam memilih pekerjaan dan realita dunia pekerjaan yang dihadapi saat ini. Informasi subyektif ditarik melalui sesi wawancara kepada para subyek penelitian sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun untuk mengetahui lebih rinci dan mendapatkan informasi mendalam dari para subyek. 3.2 Motif Para Lulusan Angkatan 2010-2012 dalam Memilih Program Studi Pendidikan Sosiologi UNJ Untuk mengetahui secara keseluruhan persepsi para lulusan Sarjana Pendidikan Sosiologi UNJ mengenai dunia pekerjaan, terlebih dahulu harus diketahui mengenai motif para lulusan pendidikan sosiologi tahun angkatan 2010-2012 dalam memilih Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ sebagai pilihan program studi dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Terdapat beberapa fakta yang telah menunjukkan bahwa ada beberapa di antara Sarjana Pendidikan yang lulus melalui Prodi Pendidikan Sosiologi dan tidak menjadi guru saat terjun ke dunia pekerjaan padahal jiwa dan komitmen
35
Embed
BAB III MOTIF PARA LULUSAN SARJANA PENDIDIKAN SOSIOLOGI ...repository.unj.ac.id/151/4/BAB III.pdf · MOTIF PARA LULUSAN SARJANA PENDIDIKAN SOSIOLOGI UNJ DALAM MEMILIH PEKERJAAN 3.1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
64
BAB III
MOTIF PARA LULUSAN SARJANA PENDIDIKAN SOSIOLOGI UNJ
DALAM MEMILIH PEKERJAAN
3.1 Pengantar
Dalam Bab ini, penulis akan memaparkan hasil temuan lapangan yang berkaitan
dengan penelitian, hal ini diperlukan sebagai bahan analisis informasi subyektif dari
para subyek penelitian. Informasi subyektif yang diambil adalah informasi-informasi
yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan baik dari segi motif para lulusan dalam
memilih program studi, motivasi para lulusan dalam memilih pekerjaan dan realita
dunia pekerjaan yang dihadapi saat ini. Informasi subyektif ditarik melalui sesi
wawancara kepada para subyek penelitian sesuai dengan pedoman wawancara yang
telah disusun untuk mengetahui lebih rinci dan mendapatkan informasi mendalam
dari para subyek.
3.2 Motif Para Lulusan Angkatan 2010-2012 dalam Memilih Program Studi
Pendidikan Sosiologi UNJ
Untuk mengetahui secara keseluruhan persepsi para lulusan Sarjana Pendidikan
Sosiologi UNJ mengenai dunia pekerjaan, terlebih dahulu harus diketahui mengenai
motif para lulusan pendidikan sosiologi tahun angkatan 2010-2012 dalam memilih
Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ sebagai pilihan program studi dalam mencapai gelar
Sarjana Pendidikan. Terdapat beberapa fakta yang telah menunjukkan bahwa ada
beberapa di antara Sarjana Pendidikan yang lulus melalui Prodi Pendidikan Sosiologi
dan tidak menjadi guru saat terjun ke dunia pekerjaan padahal jiwa dan komitmen
65
yang diimplementasikan melalui visi dan misi Program Studi Pendidikan Sosiologi
UNJ adalah mencetak output untuk menjadi guru sosiologi di Sekolah Menengah
khususnya SMA/MA yang kompeten dan profesional. Pada sub-bab ini dipaparkan
mengenai para lulusan yang masuk ke dalam Program Studi Pendidikan Sosiologi
UNJ, dan alasan serta tujuan para lulusan memilih Program Studi Pendidikan
Sosiologi UNJ sebagai wadah untuk mendapatkan gelar Sarjana.
Untuk mengetahui motif para alumni Program Studi Pendidikan Sosiologi UNJ
dalam berkuliah di Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ, penulis melakukan sesi
wawancara untuk memperoleh dan mengetahui informasi secara mendalam dan
konkret kepada para subyek penelitian mengenai alasan dan tujuan dalam memilih
Program Studi Pendidikan Sosiologi. Asumsi dasar yang dikenakan adalah para calon
mahasiswa yang memilih Program Studi Pendidikan Sosiologi adalah calon
mahasiswa yang menginginkan untuk menjadi guru sosiologi. Namun pada
kenyataannya, setelah melakukan sesi wawancara kepada subyek penelitian, seperti
Hanizar yang menyatakan bahwa pemilihan Prodi Pendidikan Sosiologi bukan suatu
prioritas utama melainkan karena arahan dari Orang tua.
“gue ikut UMB waktu itu pilihannya ada 5, Pendsos pilihan ke 4 gue milih itu karena orang
tua gue pengen salah satu anaknya harus ada yang jadi PNS lewat jalur Guru, walaupun gue
bilang untuk jadi PNS ga harus lewat jalur Guru tapi tetep orang tua pengennya jadi Guru
yaudah gue pilih 1 yang bener-bener Pendidikan yaitu Pendsos. Kenapa sosiologi? Karena
waktu SMA gatau kenapa ntah Guru atau pelajarannya itu terasa Gampang”1
Berdasarkan pernyataan Hanizar dapat diketahui bahwa dalam memilih Prodi
Pendidikan Sosiologi bukanlah prioritas utamanya dikarenakan orang tuanya
menginginkan Hanizar untuk menjadi guru. Selain itu, belum adanya keinginan
1 Hasil Wawancara kepada Hanizar (06 November 2017)
66
Hanizar pada saat itu untuk menjadi guru karena memilih Prodi Pendidikan Sosiologi
di UNJ tidak berasal dari panggilan jiwa. Informan lain, yaitu Albert, alumni
Pendidikan Sosiologi tahun 2011 yang saat ini bekerja menjadi Guru Sosiologi di
sekolah swasta menyatakan bahwa pada saat masuk ke Prodi Pendidikan Sosiologi
UNJ karena menganggap bahwa akan mendapat dua ilmu yaitu ilmu pendidikan dan
ilmu sosiologi tanpa mengetahui pekerjaan yang direferensikan akan berujung untuk
menjadi guru.
“Gue ngerasa kalo gue dapet ilmu dobel pada saat itu, ilmu sosiologi dan ilmu pendidikan.
kenapa sosiologi? Karena salah satu mata pelajaran yang gue suka waktu SMA. Gue awalnya
gatau kalau kuliah di Pendsos bakalan diarahkan untuk menjadi guru itu gue gatau, gue belom
nyari sedalem itu. Gue tau dari brosur di rektorat ada sosiologi doang ada pendidikan
sosiologi. Waktu gue entry ke website gue baru konsul ke orang terdekat, ditanya sama orang
tua milih apa gue jawab Pendidikan Sosiologi lah dapet 2 ilmu, kata orang tua gue „oh yaudah
kamu bisa jadi guru‟ awal nya ga yakin, semua bisa jadi guru mau dari jurusan mana aja.”2
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa Albert
sepenuhnya belum mengetahui mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi akan
dibentuk menjadi seorang guru. Pemilihan Prodi Pendidikan di UNJ hanya
berorientasi pada keinginan untuk mendapatkan dua ilmu, dikarenakan perolehan
informasi pada saat itu hanya sebatas brosur yang diedarkan di Rektorat UNJ pada
masa penerimaan mahasiswa baru. Rasa ketidakyakinan yang terdapat dalam dirinya
bahwa pendidikan sosiologi didesain untuk menjadi guru diperkuat karena fakta di
lapangan bahwa banyak guru sosiologi di SMA ada yang berasal dari luar pendidikan
sosiologi. Selain Albert juga ada yang merasakan hal serupa dalam pemilihan Prodi
Pendidikan Sosiologi yaitu pada informan Pandu, alumni Program Studi Pendidikan
Sosiologi UNJ tahun angkatan 2011 yang saat ini bekerja menjadi Content Writer di
2 Hasil Wawancara kepada Albert (07 November 2017)
67
salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah bertanggung
jawab.
“Gue dapet cerita dari temen gue anak pendsos 2008, dia cerita kuliah di sosiologi tuh asik
penelitian ke pasar, kebaduy, pedesaan gue suka tuh kayak gitu-gitu, agak-agak lucu juga sih
di PENMABA itu formnya tertulis ada sosiologi ada sosiologi pendidikan bukan pendidikan
sosiologi, karena temen gue ceritanya nya sosiologi doang gue pikir ada sosiologi ada
pendidikan, wah dobel ini bidang ilmu nya yaudah gue klik lah sosiologi pendidikan di
PENMABA. Ternyata, gue baru tau lulusan sosiologi pendidikan jadi S.Pd”3
Setelah Albert, Pandu, Hanizar ada subyek penelitian yaitu Husen alumni
Program Studi Pendidikan Sosiologi angkatan tahun 2012 yang saat ini bekerja
menjadi Staf di salah satu lembaga Bimbingan Belajar yang juga menyebutkan bahwa
kesukaan terhadap mata pelajaran sosiologi menjadi alasan yang mendasari untuk
memilih Prodi Pendidikan Sosiologi di UNJ. Menurut Husen dikatakan bahwa
pelajaran sosiologi terasa mudah ketika dipelajari masa SMA. Selain rasa kesukaan
kepada ilmu sosiologi, Husein menilai dirinya kurang memahami informasi mengenai
Jurusan Sosiologi di UNJ.
“Gue kan IPS, ga suka sama ilmu eksak atau hitung-hitungan. Apalagi di IPS ada ilmu
Ekonomi, Geografi. Salah sedikit kelar, tapi kalau sosiologi ilmu dinamis dan ga ada hitung-
hitungan. Apalagi sosiologi itu kan tentang masyarakat sebab oleh karena itu gue milih
pendidikan sosiologi. Kenapa pendidikan sosiologi? Pemahaman gue kurang mengenai
Pendidikan Sosiologi UNJ atau Jurusan UNJ itu apa aja. Gue liat brosur gue ga ngeliat
sosiologi pembangunan. Waktu itu gue SBMPTN milih Unsoed Sosiologi murni gagal, gue
coba Ujian Mandiri UNJ milih Pendidikan Sosiologi. Eh tapi gue malah belum mantep sama
ilmu keguruannya. pas semester 3 udah menjurus ke ilmu keguruan sampe semester 6 gue
baru mikir salah milih jurusan ga ya?”4
Subyek penelitian lainnya yang merasakan hal serupa dari informan
sebelumnya adalah Galih, alumni Program Studi Pendidikan Sosiologi UNJ tahun
angkatan 2012 yang bekerja sebagai seorang guru sosiologi di salah satu Sekolah
3 Hasil Wawancara kepada Pandu (05 November 2017)
4 Hasil wawancara kepada Husein (11 November 2017)
68
Negeri. Galih menyatakan bahwa dalam memilih Prodi saat mendaftar kuliah adalah
belum sepenuhnya mengetahui bahwa jurusan Sosiologi di UNJ terdapat Program
Studi Sosiologi Pembangunan dan Pendidikan Sosiologi. Namun, ketika mendaftar
kuliah, Galih memilih Pendidikan Sosiologi karena mengira bahwa kedua program
studi di jurusan sosiologi UNJ tersebut adalah sama.
“Memilih prodi pendsos karena seneng sama Pelajaran Sosiologi waktu di SMA, makanya
memilih untuk berkuliah di Sosiologi tapi waktu itu gatau kalo di UNJ ternyata sosiologi ada
dua, ada Pendidikan Sosiologi dan Sosiologi Pembanguna. karena gatau, akhirnya asal milih
yang penting sosiologi. Oh ternyata masuknya pendidikan sosiologi. Awalnya gatau
perbedaan nya, karena mikirnya yang penting masuk sosiologi. Anak muda jaman dulu kan
kita kan yang penting kuliah S1 dan belom tau lulusan nya nanti bakalan jadi seorang Guru
atau ngga. Waktu milih pendsos belum ada keinginan untuk jadi Guru”5
Hal serupa juga dirasakan oleh subyek penelitian perempuan yang saat ini
bekerja menjadi Consumer Loan di salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang perbankan yang menyebutkan bahwa mata pelajaran sosiologi semasa SMA
itu mudah. Informan tersebut adalah Rana. Rana menyebutkan bahwa cita-citanya
dari semenjak sekolah ingin menjadi seorang guru, berbeda dengan subyek yang telah
disebutkan sebelumnya, Rana sepenuhnya mengetahui output yang dihasilkan oleh
Prodi Pendidikan akan dibentuk untuk menjadi seorang guru. Alasan Rana memilih
Pendidikan Sosiologi karenal dengan jurusannya semasa SMA, yaitu IPS.
“Emang sebelumnya pengen banget dari SMA jadi Guru, selama tes di UNJ karena pengen
jadi Guru ga pernah masuk, ikutlah Penmaba cuma 2 pilihan pertama milih PGSD, dan kedua
baru Pendidikan Sosiologi. Kenapa sosiologi? Karena jurusan waktu SMA itu IPS, nah
kebetulan di IPS itu ada sosiologi, dan ngerasa waktu itu Sosiologi itu Gampang”6
Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat diketahui minimnya informasi
yang diperoleh serta ketidaktahuan dari beberapa subyek penelitian mengenai Prodi
5 Hasil wawancara kepada Galih (31 Oktober 2017)
6 Hasil wawancara kepada Rana (13 November 2017)
69
Pendidikan Sosiologi menjadi alasan para informan untuk memilih dan berkuliah di
Pendidikan Sosiologi. Bagi subyek penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, para
informan telah menyatakan bahwa bukan suatu masalah yang berarti apabila
berkuliah di Prodi Pendidikan Sosiologi. Walaupun berkuliah di Program Studi
Pendidikan Sosiologi UNJ bukanlah panggilan hati nurani untuk menjadi guru,
namun adalah merupakan atas dasar kesukaan kepada bidang sosiologi yang
mendasari motif dari para alumni berkuliah di Pendidikan Sosiologi UNJ.
Kemudian juga dapat diketahui terdapat motif selain rasa kesukaan terhadap
ilmu sosiologi yang mendasari beberapa lulusan pendidikan sosiologi untuk memilih
Prodi Pendidikan Sosiologi sebagai wadah mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan,
salah satu motif di antaranya adalah keinginan untuk menjadi guru sosiologi untuk
menggantikan para guru sosiologi tingkat SMA yang masih ada dan berlatar belakang
pendidikan yang berbeda dari yang telah diajarkan di bidang sosiologi. Salah satu
subyek penelitian yang menyatakan hal tersebut adalah Riyan, alumni Pendidikan
Sosiologi angkatan 2010 yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang pengelolaan sampah bertanggung jawab dengan jabatan konsultan
sosial.
“Sebenernya ga pernah nyari-nyari tentang prodi pendidikan sosiologi, tapi karena waktu itu
ngeliat pelajaran sosiologi ada jurusannya ternyata. Kenapa pendidikan sosiologi? Karena
dulu di SMA dulu tuh gaada guru yang dari sosiologi murni, pikirannya sih biar kedepannya
ada lapangan pekerjaan nya, banyak lowongannya”7
Selain Riyan, ada subyek penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa motif
masuk Pendidikan Sosiologi UNJ dikarenakan rasa ketertarikan untuk menjadi guru
7 Hasil wawancara kepada Ryan
70
dan menyukai mata pelajaran favorit ketika SMA. Subyek penelitian tersebut adalah
Afriani, alumni Pendidikan Sosiologi angkatan 2010 yang saat ini bekerja menjadi
seorang guru Individual and Societies di sekolah bertaraf internasional.
“Gue emang tertarik dengan profesi sebagai Guru, selain itu juga gue suka sosiologi karena
mata pelajaran favorit gue waktu SMA.”8
Berdasarkan pernyataan tersebut, telah disebutkan bahwa memang sebetulnya
informan secara sadar memiliki ambisi untuk menjadi seorang guru sosiologi di
dasarkan atas rasa kesukaan dan ketertarikan terhadap ilmu pendidikan dan ilmu
sosiologi. Ambisi tersebut diimplementasikan dengan cara memilih Prodi Pendidikan
Sosiologi UNJ melalui jalur SNMPTN. Selain motif karena menginginkan untuk
menjadi guru, ada pula motif masuk Prodi Pendidikan Sosiologi karena didasari
keinginan untuk berkuliah dengan Program Studi yang masih tergolong cukup sedikit
di berbagai universitas lain. Informasi tersebut didapatkan oleh informan Septyo,
Alumni Pendidikan Sosiologi 2010 yang saat ini bekerja sebagai reporter disalah satu
perusahaan media yang bekerja sama dengan PEMKOT Tangerang.
“Pertamanya milih Pendsos lewat UMB cuma ga lolos, lalu ikut lagi PENMABA milih
Pendsos pilihan pertama alhamdulilah lolos keterima jadi mahasiswa pendsos non reguler
2010. Awalnya emang suka sama ilmu sosial terutama sosiologi waktu SMA dan pengen jadi
guru, saya juga liat nih di universitas-universitas belum banyak jurusan Pendidikan Sosiologi.
Ketika di UNJ buka prodi pendidikan sosiologi saya tertarik tuh untuk masuk pendidikan
sosiologi itu”9
Setelah mengetahui pernyataan para informan telah didapatkan informasi
pokok yaitu motif dasar mengapa para lulusan Program Studi Pendidikan Sosiologi
UNJ angkatan 2010-2012 dalam memilih Program Studi Pendidikan Sosiologi di
8 Hasil wawancara kepada Afriani (07 November 2017)
9 Hasil wawancara kepada Tyo (21 oktober 2017)
71
UNJ dikarenakan suka dengan pelajaran Sosiologi ketika SMA. Selain motif utama,
terdapat motif lain di antaranya ketidaktahuan subyek dalam memahami perbedaan
Program Studi Sosiologi Pembangunan (murni) dengan Pendidikan sosiologi
sehingga beberapa subyek asal memilih program studi tanpa memperhatikan passion,
keterampilan dan keinginan hati nurani untuk menjadi apa ketika bekerja nanti. Selain
itu ada pula informan yang mengatakan bahwa keinginan untuk berkuliah di Prodi
Pendidikan Sosiologi dikarenakan Prodi tersebut sangat sedikit dibuka oleh
Universitas lain dan motif terakhir adalah keinginan untuk memenuhi ambisi menjadi
seorang guru sosiologi dan mencoba mencari informasi mengenai Program Studi
Pendidikan Sosiologi UNJ sebagai bahan pertimbangan dalam memilih Program
Studi Pendidikan Sosiologi.
Skema 3.1
Motif para Alumni Pendidikan Sosiologi UNJ Angkatan 2010-2012 masuk
kedalam Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ
Ambisi untuk
menjadi guru
72
Sumber: Analisis Penulis, 2017.
3.3 Motif Para Lulusan Pendidikan Sosiologi UNJ Angkatan 2010-2012 pada
Pemilihan Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan dari para subyek penelitian adalah untuk mengetahui
mengenai latar belakang serta motif para subyek penelitian dalam menjalani dunia
pekerjaan. Pada setiap subyek penelitian digolongkan per angkatan yaitu angkatan
2010-2012 yang didalamnya terdiri dari awal mula subyek penelitian mulai bekerja,
pekerjaan yang saat ini sedang ditekuni, dan motif yang menyebabkan para subyek
penelitian melakukan pekerjaan tersebut. Subyek penelitian terdiri dari 9 orang yang
dibagi menjadi 3 pertiap angkatannya. Setiap 3 orang per angkatan terdiri dari 2
orang Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ yang bekerja selain
menjadi guru dan 1 orang Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ yang
Calon Mahasiswa
Alasan Lain
Arahan Orang Tua
Keinginan mendapat 2
ilmu
Ketidaktahuan
mengenai Prodi
Pendidikan Sosiologi
Keinginan untuk
kuliah saja
Keinginan
mendapatkan lapangan
pekerjaan yang tetap
Mendaftar
menjadi
Mahasiswa
Pendidikan
Sosiologi UNJ
73
bekerja menjadi guru. Untuk mempermudah pembaca dalam menjelaskan bagian ini,
maka penulis membagi ke 9 subyek penelitian dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pekerjaan Para Alumni Pendidikan Sosiologi UNJ sesuai dengan Angkatan
Tahun 2010-2012
74
No Angkatan 2010 Angakatan 2011 Angkatan 2012
1 Ryan Hartanto [Laki-Laki,
25 Tahun, lulus pada tahun
2015]
Bekerja pada perusahaan
Waste 4 Change yang
bergerak dalam bidang
pengelolaan sampah
Jabatan yang ia tempati
saat ini adalah Konsultan
Sosial
Bekerja sebagai konsultan
sosial karena Gaji yang
ditawarkan lebih besar
dibandingkan menjadi
guru
Pandu Priyambodo [Laki-
Laki, 27 Tahun, Lulus pada
tahun 2016]
Bekerja (dalam tahap
Probation) pada perusahaan
Waste 4 Change yang
bergerak dalam bidang
pengelolaan sampah
bertanggung jawab
Jabatan yang saat ini ia
tempati adalah Content
Writer
Bekerja selain menjadi guru
karena masih banyak
tanggungan administrasi
dalam kebutuhan hidup,
masih mencari penghasilan
yang lebih besar dari guru
Husein Tulus Prayitno[Laki-
laki, 23 Tahun, Lulus pada
tahun 2017]
Bekerja pada Perusahaan
Nurul Fikri yang bergerak
dalam bidang
pendidikan/Bimbingan
Belajar
Jabatan yang ditempati saat
ini adalah Staff administrasi
Siswa Nurul Fikri
Bekerja selain menjadi guru
karena ekonomi, dan merasa
kurang percaya diri menjadi
tenaga pendidik karena
merasa kurang passion
dalam mengajar
2 Septyo Fajar Rifai [Laki-
Laki, 25 Tahun, Lulus
pada tahun 2015]
Bekerja di bawah naungan
Pemda Tangerang yang
bergerak dalam bidang
Informasi yang di
implementasikan dalam
Tangerang TV
Job desk yang ia dapatkan
dalam Tangerang TV
yakni sebagai Reporter
Bekerja sebagai reporter
karena gaji yang
ditawarkan lebih besar
Hanizar [ Laki-Laki, 24
tahun, Lulus pada tahun
2016]
Saat ini bekerja di sebuah
perusahaan kargo yang
bergerak dalam bidang
online platform logistics
Jabatan yang dipegang
sebagai Business
Developement dengan Job
desk mengajarkan
bagaimana para Vendor
menggunakan aplikasi
Online based logistic
Hanizar ada keinginan
Rana Asma Watsiqah
[Perempuan. 23 tahun, Lulus
pada tahun 2017]
Saat ini bekerja disebuah
perusahaan yang bergerak
dalam bidang perbankan
yaitu NOBU Bank
Jabatan yang dipegang
sebagai Consumer loan
dengan job desk melayani
konsumen dalam melakukan
administrasi dibidang kredit
rumah atau apart.
Rana ada keinginan untuk
menjadi guru namun guru
75
dibandingkan menjadi
guru
untuk menjadi guru apabila
beban kerja sebanding
dengan gajinya.
SD,SMP karena tidak
percaya diri mengajar di
SMA
3 Afriani [Perempuan,25
Tahun, Lulus Pada tahun
2015]
Bekerja menjadi guru
Individual & Societies
gr.6-8 di Mentari
Intercultural School
Jakarta
Awal mula menjadi guru
karena mendapat
informasi dari teman
kuliah via Whats app
untuk menempati posisi
guru yang kosong pada
saat itu
Bekerja menjadi guru
disekolah internasional
adalah sebuah tantangan
dan kesempatan
tersendiri baginya karena
dapat mengembangkan
potensi dalam mengajar
sekaligus dapat
mengasah skill bahasa
inggris secara luas
Albert Magnus Dana
Suherman [Laki-laki, 24
Tahun lulus pada tahun 2016]
Bekerja sebagai guru
Sosiologi di SMA Cahaya
Sakti, Kampung Melayu.
Awal mula menjadi guru
mendapat informasi
mengenai lowongan
menjadi guru dari dan telah
memulai masa ajar selama
3 bulan dimulai Agustus
2017 dengan status Guru
Honorer
Bekerja sebagai Guru untuk
sementara dan berharap
bekerja diluar dunia
pendidikan karena
pendapatan sebagai guru
sangat minim
Galih Septiady [Laki-Laki,23
tahun, Lulus Pada tahun 2017]
Bekerja menjadi guru
Sosiologi di SMAN 21
Bekasi
Awal mula menjadi guru
mendapat informasi melalui
guru semasa SMA untuk
menempati posisi guru
sosiologi SMA tersebut yang
kosong
Bekerja menjadi guru karena
merasa bahwa bekerja selain
menjadi guru tidak mampu
mengembangkan potensi diri,
walaupun gaji yang
ditawarkan untuk menjadi
guru lebih rendah.
Sumber: Analisis Penulis, 2017.
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa motif dalam menggeluti pekerjaan
dari setiap subyek beragam-ragam. Pada subyek pertama, kedua, keempat, dan kelima
terdapat informasi bahwa mereka bekerja didasari atas dasar kebutuhan ekonomi.
Beberapa di antara mereka belum menginginkan menjadi guru maupun tidak tertarik
76
menjadi guru, hal ini dikarenakan gaji yang ditawarkan untuk menjadi guru lebih
sedikit dibandingkan pekerjaan yang mereka sekarang tekuni. Selain itu, ada
beberapa informan yang menyatakan bahwa job desk guru mengenai administrasi
membebani.
Ryan, informan pertama pernah bekerja menjadi guru selama 1 tahun. Namun
dikarenakan pendapatan yang ia terima dirasa kurang, informan pertama memutuskan
untuk pindah bekerja di Waste 4 Change. Selain itu motif dalam bekerja di Waste 4
Change adalah perhatian dari informan terhadap lingkungan mengenai kesadaran
pengelolaan sampah di dalam masyarakat yang kurang. Perhatian informan terhadap
lingkungan diimplementasikan dalam bekerja sebagai konsultan sosial Waste 4
Change untuk mengkampanyekan program 3R yaitu Reuse, Reduce, Recycle. Selain
penggunaan Waste 4 Change sebagai wadah informan dalam mengimplementasikan
perhatian mengenai lingkungan. Informan bekerja di Waste 4 Change karena gajinya
lebih besar dibandingkan ketika menjadi guru.
“Pindah ke Waste 4 Change karena gaji, range nya antara 4 sampai 5 juta. Sudah berjalan 1
tahun bekerja di waste 4 change.”10
Ada rasa kebanggaan timbul dari dalam diri informan ketika kerja di Waste 4
Change yang ditunjukkan dari kebanggaan diri informan yang bisa memberikan
edukasi kepada masyarakat mengenai sampah. Informan mengaku rasa kebanggannya
itu muncul karena bisa menyadarkan orang untuk bisa menggunakan atau melakukan
sesuatu yang bijak terhadap sampah agar sampah bisa di kelola dengan baik.
“Bangga sih di Waste 4 change itu wirausaha sosial ya, selain berwirausaha, kita bersosial
juga, kita ngurangin sampah edukasi masyarakat, sekolah, perkantoran ya itu yang bikin
10
Hasil wawancara kepada Ryan (21 oktober 2017)
77
bangga sih. Bangga bisa menyadarkan orang bahwa sampah itu ada yang berharga, dan bisa
jadi masalah juga.”11
Selain Ryan, ada subyek penelitian lain yang mempunyai motif sama seperti
Ryan yaitu bekerja selain menjadi seorang guru yakni Septyo yang biasa dipanggil
Tyo. Informan Tyo menuturkan bahwa ada rasa kebanggaan tersendiri ketika menjadi
seorang reporter, implementasi rasa kebanggaan menjadir dicurahkan melalui kinerja
ketika bekerja di Tangerang TV. Rasa kebanggaan yang timbul antara lain adalah ia
mampu memberikan informasi aktual kepada masyarakat luas mengenai berita-berita
yang ia kemas melalui media elektronik maupun televisi sehingga harapan
kedepannya masyarakat mampu berpartisipasi dalam program Tangerang Tv.
“saya di tangerang tv ini adalah rasa bangga, rasa kebermanfaatan diri saya kepada orang
banyak ketika menyampaikan sebuah informasi yang sebelumnya masyarakat tidak tahu
menjadi tahu. Dengan adanya informasi-informasi tersebut infomasi tentang kota, tentang
program-program kota jadi masyarakat ya dapat berpartisipasi karena informasi-informasi
tersebut”12
Selain aktualisasi diri yang dilimpahkan melalui pekerjaan, terdapat alasan
informan untuk memilih bekerja menjadi reporter di Tangerang Tv bukan menjadi
guru adalah karena tawaran gaji menjadi reporter lebih besar dibandingkan menjadi
guru. Alasan lain mengapa informan memilih tawaran menjadi reporter karena gaji,
informan juga menginginkan untuk mencari pengalaman baru dengan suasana kerja
baru dibandingkan menjadi guru karena informan sudah mengetahui semasa kuliah
bahwa bekerja menjadi guru seperti apa dan bagaimana. Informan juga menuturkan
bahwa sebelum menjadi reporter ada tawaran untuk menjadi guru pada salah satu SD
di Tangerang dengan tawaran menjadi Guru IPS
11
Hasil wawancara kepada Ryan (21 Oktober 2017) 12
Hasil wawancara kepada Tyo (21 Oktober 2017)
78
“Sebelumnya saya mendapatkan tawaran mengajar tapi itu bukan SMA dan bukan di bidang
Pendidikan Sosiologi ya, jadi ya saya memilih pekerjaan di Tangerang TV jadi tim liputan itu.
saya mendapat tawaran di SD selain bukan bidangnya ya karena penghasilan sebagai
pertimbangan besar, gajinya di SD itu di bawah 1 juta”. “Kalau saya menjadi guru kan udah
kebayang tuh waktu magang, Guru mengajarkan Murid tentang suatu pelajaran. Tapi ini ada
tawaran untuk menjadi tim liputan mengenai program-program, kan jadi banyak hal baru
yang bisa saya pelajari”13
Setelah Ryan dan Tyo ada subyek penelitian lain yang bekerja di bidang non-
guru adalah Pandu. Informan Pandu menuturkan bahwa motif kerja saat ini adalah
faktor ekonomi. Selama ini, informan telah banyak menyerap informasi mengenai
pendapatan menjadi guru, dan menyadari bahwa pendapatan guru tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhanny. Informan menuturkan bahwa pendapatan menjadi guru
tergantung dimana tempat guru itu mengajar (swasta atau negeri) dan status guru
(PNS atau honorer). Keinginan untuk menjadi guru bagi informan adalah bukan
prioritas utama karena pendapatan untuk menjadi guru honorer masih terlampau kecil
yaitu sekitar Rp.1.400.000-Rp.2.500.000 untuk di sekolah swasta, dan Rp. 2.500.000-
2.700.000 untuk di sekolah negeri. Pendapatan tersebut masih dibilang rendah
dibandingkan bekerja menjadi Content Writer sebesar Rp.3.000.000-Rp.4.000.000.
“Gue ga berusaha untuk menjadi orang yang idealis sih, Duit udah sih duit itu yang menjadi
rasionalitas gue ketika bekerja di Waste 4 Change walaupun banyak yang bilang untuk nyari
duit di Waste 4 Change sebetulnya ga ada Ndu, tapi lo bisa digaji sebulanan nya, yang lagi-
lagi balik lagi yang lebih besar gajinya dari Guru”14
Ada keinginan untuk menjadi PNS karena dilihat dari faktor ekonomi yang
menjanjikan apabila menjadi guru dengan status PNS. Namun, keinginan dari dalam
diri informan untuk saat ini masih belum menginginkan untuk menjadi guru,
walaupun sepenuhnya menyadari bahwa pekerjaan menjadi guru adalah
13
Hasil wawancara kepada Tyo (21 Oktober 2017) 14
Hasil wawancara kepada Pandu (05 November 2017)
79
menyenangkan. Namun, pertimbangan informan muncul dalam memilih pekerjaan
dan tidak memilih untuk menjadi guru karena merasakan bagaimana “repotnya”
menjadi guru ketika PPL dalam urusan administrasi seperti pembuatan silabus dan
RPP. Selain itu, informan juga mengakui belum memahami tentang ilmu
kependidikan secara matang.
“Ngajar itu asik sebenernya, gue orangnya demen ngomong gue seneng orang ngedengerin
gue ngomong, gue nge-lead (memimpin) ke anak-anak murid proses kegiatan belajar
mengajar nya dikelas. Cuman, gue ngga tahan dengan administrasi dalam mengajar seperti
RPP dan silabus terus penilaian, gue sempet ngomong sama Albert “bet sebener nya jadi guru
itu enak ya cuma tetek bengek nya ini bikin kelimpungan dan bikin penelitian.” Dari
pengalaman PPL itu gue ngomong sama Albert kayaknya gue gatahan jadi guru”15
Keinginan untuk menjadi guru dialami oleh subyek penelitian lain yaitu
Hanizar, alumni Pendidikan Sosiologi yang bergelar S.Pd (Sarjana Pendidikan)
angkatan 2011 telah mencoba untuk melamar menjadi guru sosiologi di tiga sekolah
swasta dan tidak tertarik untuk melamar pekerjaan menjadi guru sosiologi di sekolah
negeri karena telah memiliki standar gaji untuk mencukupi kebutuhan. Menurut
informan bekerja menjadi seorang guru sosiologi di sekolah negeri belum mencapai
standar gaji yang telah ditetapkannya. Namun perlu diketahui sekarang ini justru
informan bekerja menjadi Business Development pada sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang Online Based Logistics.
“Gue sebenernya apply sih di 3 sekolah untuk jadi guru tapi gue memilih yang kira-kira
sesuai sama gajinya, biasanya swasta sih yang gue cari. Kalo negeri yah lo tau lah ya gue
musti ngejar-ngejar jam sebenernya, gue udah punya standar gaji segini misalnya buat
kebutuhan hidup aja loh ya bukan untuk mewah-mewah, karena kalo di negeri ga nyampe
standar gajinya gue untuk kebutuhan hidup aja.”16
15
Hasil wawancara kepada Pandu (05 November 2017) 16
Hasil wawancara kepada Hanizar (06 November 2017)
80
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pada
kenyataannya motif informan dalam memilih pekerjaan adalah pekerjaan yang
mampu memberikan gaji yang sesuai dengan standar gaji yang telah dimilikinya.
Alasan untuk bekerja menjadi Business Development ini dikarenakan faktor ekonomi
karena di dalam keluarga informan terdapat tradisi bahwa seorang anak setidaknya
harus bisa memberikan sedikit pendapatannya kepada orang tua. Di samping itu, ada
kebutuhan lain yang ingin dicapai oleh informan melalui pekerjaan menjadi seorang
business development di antaranya kebutuhan untuk biaya harian, cicilan mobil dan
menabung untuk menikah, selain itu ada kebutuhan psikologis yakni sebagai wadah
aktualisasi diri dalam mengembangkan potensi diri dalam bekerja.
“Waktu masuk kargo gue ditanya sama HRD gue sesuai kriteria ga? Gue ga tau kriteria gue
apa yang harus gue masukin karena waktu itu gue lagi butuh-butuhnya uang karena keluarga
gue kan gitu ya punya tradisi kalau anak harus ngasih ke orang tua. Walaupun bapak gue
sebenernya kerja, gue tetep harus ngasih. Gue gabiasa minta makanya gue kerja, kerja apapun
gue kerjain. Enaknya di Kargo ga ngeliat Background gue Kebutuhan yang harus gue penuhin
pas kerja di kargo seperti bayar cicilan mobil, dan gue mau nikah.”17
Motif sebagian besar dari para subyek penelitian dalam memilih pekerjaan
rata-rata adalah jumlah penghasilan yang didapatkan (utilitarian). Motif lain para
lulusan memilih pekerjaan adalah nilai-nilai yang di percayai (aksiomatik) dan situasi
dan kondisi (Situasional). Bentuk motif-motif tersebut tercermin melalui pernyataan
keinginan untuk mendapatkan gaji yang besar, ingin mengembangkan diri melalui
mengajar sebagai guru dan ingin bekerja karena situasi diri dan kondisi.
Hasil analisis yang telah diperoleh dapat ditelaah bahwa motif-motif para
lulusan Pendidikan Sosiologi UNJ tahun angkatan 2010-2012 adalah beragam-ragam.
17
Hasil wawancara kepada Hanizar (06 November 2017)
81
Untuk menggambarkan secara mudah dalam menelaah sub-bab ini, penulis akan
memaparkan kerangka berfikir motif para lulusan Sarjana Pendidikan Sosiologi
dalam memilih pekerjaan secara singkat. Kerangka berfikir bertujuan untuk
mempermudah para pembaca dalam memahami analisis penulis.
Skema 3.2
Peta Pemikiran Motif Lulusan Pendidikan Sosiologi
Dalam Memilih Pekerjaan
Sumber: Analisis Penulis, 2017.
3.4 Realita Dunia Pekerjaan yang Dihadapi sebagai Pilihan Rasional Lulusan
Sarjana Pendidikan Sosiologi Angkatan 2010-2012 dalam Memilih
Pekerjaan
Mahasiswa
Pendidikan
Sosiologi
Lulus Menjadi
Sarjana Pendidikan
Menjadi Guru
Sosiologi
Memilih pekerjaan
selain Guru Sosiologi
Reporter
Jurnalis
Community
Development
Konsultan
Sosial
Guru IPS
dan lain-lain
Memilih pekerjaan karena:
Aksiomatik
Utilitarian
Situasional
82
Realita dunia pekerjaan yang dihadapi para lulusan Pendidikan Sosiologi tahun
angkatan 2010-2012 yang sudah bekerja menjadi guru maupun non-guru yang telah
dideskripsikan melalui keseluruhan subyek penelitian dengan mengenakan gelar
Sarjana Pendidikan namun tidak semua subyek penelitian menjadi guru. Melihat pada
tabel 3.1 disebutkan bahwa beberapa di antara subyek penelitian pada nyatanya ada
yang bekerja di bidang non-keguruan. Subyek penelitian sebagian besar mengatakan
bahwa mereka bekerja selain menjadi guru dikarenakan aspek ekonomi yaitu
pendapatan yang dihasilkan oleh guru sebagian besar masih berada di bawah apa
yang diharapkan.
Beberapa informan mengemukakan bahwa kondisi realita dunia pekerjaan saat
ini berbeda dari yang diekspektasikan yaitu pekerjaan menjadi guru sangat berbeda
dari yang diharapkan, khususnya mengenai pendapatan, akses masuk, kurikulum.
Beberapa informan juga menyinggung ekspektasi bekerja mengenai pekerjaan non-
keguruan juga memiliki beberapa kendala mulai dari passion dan keterampilan yang
dimiliki, ada yang tidak sesuai dengan job desk pekerjaan, gaji yang diharapkan
berbeda dengan gaji yang diterima dan lain-lain. Realita dunia pekerjaan di lapangan
melibatkan pendapatan dapat diketahui dari rata-rata para informan yang telah
menjelaskan bahwa pendapatan yang didapatkan ketika menjadi guru masih tergolong
rendah. Hal ini dikarenakan berstatus guru honorer/guru tidak tetap. Namun, ada
informan yang telah bekerja menjadi guru tetap di suatu sekolah namun bukan guru
sosiologi di tingkat SMA yang sesuai kompetensi yang dipersiapkan oleh Prodi
Pendidikan Sosiologi UNJ yaitu guru individual & societies di kelas 6 tingkat SD dan
7-8 tingkat SMP.
83
Guru tersebut adalah informan ketiga yaitu Afriani, Sarjana Pendidikan Alumni
dari Pendidikan Sosiologi angkatan 2010 UNJ yang saat ini bekerja menjadi guru di
salah satu sekolah internasional yaitu Mentari Intercultural School Jakarta. Informan
sebagai guru individual & societies mengajarkan kepada muridnya mengenai ilmu
sosial, dan informan sangat percaya diri dalam mengajar karena sudah mendapatkan
bekal dalam mengajar selama berkuliah di UNJ. Namun realita yang dialami oleh
informan selama mengajar adalah gaji yang diterima tidak sesuai dengan harapan
mengingat sekolah sebagai tempatnya mengajar adalah sekolah internasional. Selain
pendapatan, informan juga menyinggung berbagai kendala yang dialami selama
mengajar adalah menyesuaikan ilmu yang dapat diserap oleh murid harus sesuai
dengan kurikulum yang telah DIKNAS tetapkan, sedangkan kurikulum yang
digunakan di sekolah internasional berbeda dengan ketetapan DIKNAS.
“Sebenernya gue kira ngajar di sekolah internasional tuh dapetnya sekitar 7 jutaan apalagi
guru kan dituntut untuk bisa bahasa inggris dengan fasih itu udah suatu kriteria yang cukup
sulit dipenuhi bagi guru pada umumnya kan. tapi gaji yang gue terima kurang lebih 5 juta
untuk saat ini. Untuk kendala nya sendiri kayak gue harus nyesuain apa yang DIKNAS minta
untuk mempersiapkan anak bisa lulus UN dengan kurikulum yang dipakai di Mentari yang
ngikutin kurikulum Internasional”18
Selain Afriani, pada informan pertama yaitu Ryan juga menuturkan bahwa
pendapatan yang didapatkan berkisar antara Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 ketika
bekerja di Waste 4 Change. Menurut informan, gaji yang didapatkan dengan
pekerjaan sekarang di Waste 4 Change jauh lebih besar dibandingkan pendapatan
menjadi guru untuk domisili Tangerang. Hal ini disebabkan karena informan pernah
bekerja menjadi seorang guru selama satu tahun di Tangerang dengan pendapatan
18
Hasil wawancara kepada Afriani (07 November 2017)
84
yang diterima pada waktu itu adalah berkisar pada Rp.1.000.000-Rp.2.000.000.
Padahal, informan mengharapkan gaji yang dapat diterima adalah sebesar
Rp.4.000.000 untuk menjadi guru setelah lulus menjadi Sarjana Pendidikan.
“Ini dia problema menjadi guru, jadi ketika kita lulus tuh pasti kaget gaji guru tuh berapa.
Kalau gaji yang saya harapkan sih sekitar 4 juta-an untuk jadi guru”19
Realita dunia pekerjaan saat ini dipenuhi dengan berbagai suatu kendala dan
jauh dari yang diharapkan oleh para subyek. Selain itu, terdapat ketidakpastian dalam
kesejahteraan yang dijanjikan dalam pekerjaan yang mengurungkan niat salah satu
subyek untuk menjadi guru PNS maupun PNS non keguruan yaitu Hanizar. Menurut
Hanizar, informasi mengenai penerimaan menjadi PNS kini sulit didapatkan. Di
samping itu, terdapat beberapa fakta yang diungkapkan oleh informan bahwa
ketidakpastian pengangkatan guru PNS membuatnya tidak menginginkan menjadi
seorang guru di sekolah negeri saat ini dan dunia pekerjaan adalah sangat bergantung
kepada link untuk mengetahui penerimaan pekerjaan.
“Kesempatan untuk menjadi Guru PNS aja gatau kapan kan. Lo kalo dapet cerita jadi guru 5
tahun baru diangkat jadi PNS nah guru pamong gua 15 tahun jadi guru ga jadi pns juga mau
kapan kejar sertifikasinya dia?. Kerja tuh masalah link sih sekarang gue pendidikan tapi gue
kerja di perusahaan startup, kalo ngandelin almamater nih lu pasti bakal ngerasain deh waktu
lo ngelamar kerja UNJ banyak ga ada, kalo lo klik background education lo, lo dari
universitas mana lo cari ujung-ujungnya lo bakal klik Other University. Waktu itu gue daftar
di perusahaan yang kantor nya di pulogadung padahal, masa HRD nya gatau UNJ.”20
Subyek lain seperti Rana yang bercita-cita menjadi guru mengatakan bahwa
kompetensi yang dituntut untuk menjadi guru sudah memasuki tahap baru
dikarenakan cara dan pola berfikir para murid SMA yang sudah mulai berkembang
dan lebih kritis dibandingkan dengan masa-masa ketika informan masih bersekolah.
19
Hasil Wawancara kepada Ryan (21 Oktober 2017) 20
Hasil wawancara kepada Hanizar (06 November 2017)
85
Selain itu, tuntutan lain untuk mengajar di sebuah sekolah swasta, seperti harus dapat
menguasai bahasa Inggris, serta pendapatan guru honorer di sekolah menjadi suatu
kendala tersendiri bagi informan sehingga diurungkan niat untuk bekerja menjadi
guru SMA, apalagi pendapatan untuk menjadi guru sosiologi di sebuah Bimbingan
Belajar masih terbilang belum mencukupi kebutuhan.
“Ga mau Guru SMA pengennya, karena ngerasa anak SMA itu masa puber, merasa masih ada
keraguan kalau mereka bisa dibilangin sama kita, sekarang ini untuk jadi guru di SMA yang
lumayan bagus itu harus bisa bahasa inggris itu untuk swasta, kalau negeri belom nyoba. Jadi
guru bimbel aja 100 ribu per 90 menit. Masih tertarik sebetulnya untuk jadi guru SMA cuma
kalau ngomongin kebutuhan jadi Guru Honorer di SMA ga terlalu besar. Cita-cita sama
realita nya beda”21
Subyek penelitian lain yaitu Albert yang merupakan alumni Pendidikan
Sosiologi angkatan 2011 juga menuturkan bahwa timbul rasa ketidakpercayaan diri
untuk mendapatkan pekerjaan dengan gelar seorang sarjana, perlu diketahui bahwa
informan saat ini berprofesi sebagai seorang guru sosiologi pada salah satu sekolah
swasta untuk mengisi kekosongan guru sosiologi di sekolah tersebut. Selain itu,
informan bekerja menjadi guru karena ingin punya pekerjaan tetap dengan
pendapatan yang tetap. Sayangnya, dengan gaji sekitar Rp.1.500.000-Rp.2.000.000
belum terbilang cukup untuk kebutuhan. Oleh karena itu, informan memiliki
keinginan untuk alih profesi dari guru yang akan dilakukan pada waktu dekat.
Namun, informan menyadari bahwa sulit mendapatkan pekerjaan di lapangan dengan
titel S.Pd yang dikenakannya. Harapan informan untuk beralih ke pekerjaan yang
berhubungan dengan media sebagai ambisi Albert untuk menjadi karyawan tetap di
suatu media informasi.
21
Hasil wawancara kepada Rana (16 November 2017)
86
“Ternyata pas masuk dunia kerja, tidak cukup mudah untuk mendapatkan pekerjaan diluar Guru
dengan titel S.Pd. bahkan untuk daftar pekerjaan dengan titel S.Pd gue agak kurang percaya
diri. Waktu gue kerja di kompas gue bilang gue Sosiologi doang. Mereka seneng dengan anak
sosiologi, anak anak litbang seneng sama anak sosiologi dia mampu mengolah data, melakukan
survey turun ke masyarakat. tapi pas gue punya keinginan untuk bekerja tetap seenggak nya ga
freelance makanya gue ngajar, gue ditelpon kompas “bert ada proyek tanggal segini-segini lo
bisa ga?” gue jawab “wah sorry nih bang gue ngajar” dia bilang “loh kok lo ngajar bukannya lo
sosiologi? Gue jawab lagi dong “iya gue sosiologi bang, tapi Pendidikan, gue S.Pd”22
Selain ketidakpercayaan diri informan terhadap pengenaan titel Sarjana
Pendidikan dalam dunia pekerjaan, juga terdapat kendala dalam memilih pekerjaan
walaupun telah mengenakan titel Sarjana Pendidikan. Sebelum bekerja freelance di
Kompas, informan sempat mencoba mendaftar CPNS. Pada kenyatanya, persaingan
dalam perebutan CPNS sangat sulit dicapai bagi para lulusan Sarjana Pendidikan.
Kesempatan dalam merebut CPNS dirasa sulit karena klasifikasi administrasi yang
dibutuhkan dalam penerimaan pegawai jumlahnya sangat sedikit yang membutuhkan
orang-orang dengan latar belakang pendidikan S.Pd.
“CPNS 2 kali gue ikut pertama KEMENKUMHAM sama banyak lagi tuh.
KEMENKUMHAM itu ada yang minta sosiologi doang gue lupa bagian apa tapi klasifikasi
nya sosiologi doang/hukum/kriminologi. Waduh sosiologi doang nih, pendidikan sosiologi
bisa ga ya? Itu aja udah buat gue ragu gue apply ternyata ga lulus administrasi karena gue
S.Pd bukan S.Sos. yang kedua ketemu nih BNPT bagian analis rehabilitasi dan resosialisasi
tahanan teroris. klasifikasi sosiologi/psikologi/pendidikan. Wah ada sosiologi ada pendidikan
nih gue sikat, ga lolos lagi administrasi. padahal kalo ngomongin administrasi gue
lengkap,IPK juga ga dibawah syarat, gue udah milih yang kuotanya banyak lagi.”23
Realita dunia pekerjaan juga digambarkan oleh pernyataan Pandu bahwa di
dalam perusahaan, seorang pegawai atau karyawan dituntut untuk berkembang dan
memiliki progress dalam setiap pencapaiannya. Selain perkembangan hasil, tuntutan
pengembangan diri dan adaptasi juga diperlukan dalam kinerja pegawai dalam suatu
pekerjaan di perusahaan. Informan juga menjelaskan bahwa dunia pekerjaan tidak
22
Hasil wawancara kepada Albert (07 November 2017) 23
Hasil wawancara kepada Albert (07 November 2017)
87
serta merta berbicara mengenai hasil. Di samping itu kemampuan, passion, inovasi
juga menjadi sebuah tuntutan dalam bekerja disuatu perusahaan.
“Sulit banget bro sulit, lo harus di push dengan target. Kalo lo kuliah tanggung jawab lo
dengan deadline buat diri lo sama buat Dosen, tapi di dunia pekerjaan tetep ada deadline tapi
lebih besar dari itu, tapi tanggung jawab lo berdampak pada perusahaan itu sendiri. Kaya gue
salah posting, trus klien complain. Putus kontrak dong, berartikan kantor lo kehilangan
sumber pendapatan. Kompetitif nya lebih gila-gilaan, jangan kira kinerja lo ga diliat sama
atasan lo, diliat mulai dari kinerja dan attitude lo. di perusahaan lo dituntut untuk berkembang
bukan stagnan intinya di perusahaan lo di bayar buat kerja dan berkembang”24
Setelah menelaah dan menganalisis informasi yang telah diberikan oleh para
subyek penelitian dapat dikatakan bahwa sejatinya realita dunia pekerjaan meliputi
banyak hal seperti kendala, tuntutan, tanggung jawab, penghasilan di luar harapan
dan ketidakpastian. Ekspektasi para lulusan pendidikan sosiologi sejatinya tidak
seperti realita yang ada mengenai dunia kerja, untuk itu para lulusan pendidikan
sosiologi dituntut mampu beradaptasi dengan pekerjaan pilihan yang telah dipilih.
Pertimbangan secara matang dalam memilih pekerjaan menjadi cara pertama para
lulusan pendidikan sosiologi UNJ agar dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan
kebutuhan fisiologis dan psikologis.
3.5 Kompetensi yang Diharapkan Program Studi Pendidikan Sosiologi kepada
Output
Analisis mengenai penggunaan keterampilan dan pengaplikasian Ilmu
Pendidikan dan Ilmu Sosial yang didapatkan subyek penelitian semasa berkuliah di
kampus diketahui bahwa kompetensi yang diharapkan program studi yang
dipersiapkan untuk output adalah lulusan yang mampu menjadi guru sosiologi secara
profesional, sebagai profesi utama yang disarankan oleh Prodi Pendidikan Sosiologi.
24
Hasil Wawancara kepada Pandu (05 November 2017)
88
Harapan prodi lebih lanjut dalam menghasilkan lulusan yang kompeten adalah
dituangkan dalam capaian pembelajaran program studi (PLO) yang berisi:
“Guru sosiologi dengan kompetensi: (a) terampil merencanakan, melaksanakan merefleksikan
dan mampu evaluasi pembelajaran sosiologi jenjang pendidikan menengah. (b) terampil
melakukan inovasi pembelajaran sosiologi yang kontekstual, bermakna dan menyenangkan.
(c) menguasai konsep-konsep dan perspektif sosiologi serta menggunakannya untuk
mendiagnosis masyarakat Indonesia di tengah perubahan global.”25
Selain capaian pembelajaran program studi yang menyiapkan output menjadi guru
sosiologi di tingkat sekolah pendidikan menengah, terdapat profesi tambahan yang
disarankan untuk para lulusan Pendidikan Sosiologi seperti :
“(1)Guru Antropologi, (2) Guru IPS, (3) Peneliti pendidikan dan kemasyarakatan, (4) pekerja
community development bidang pendidikan (LSM, CSR Perusahaan dan Pemerintahan), (5)
Pekerja media (Penulis Buku Pendidikan dan Kemasyarakatan, Jurnalis Pendidikan, Editor
Buku)”26
Setelah mengetahui profesi yang diharapkan prodi pendidikan sosiologi UNJ
kepada para lulusannya, maka prodi bertugas dengan sebaik-baiknya untuk
mempersiapkan para lulusan sesuai dengan capaian yang diharapkan. Tugas tersebut
diimplementasikan melalui mata kuliah yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya.27
Mata kuliah tersebut diharapkan mampu memberikan pembekalan kepada para
mahasiswa dari segi disiplin ilmu pendidikan maupun ilmu sosiologi. Selain
pembekalan ilmu, melalui mata kuliah yang telah diberikan juga diberikan
pembekalan keterampilan seperti mengajar, penelitian dan kemampuan analisis.
Untuk mempermudah memahami tujuan sub-bab ini, penulis mendeskripsikannya
kedalam dua bagian, yaitu:
25
Capaian Pembelajaran Prodi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial UNJ. [Online]. Tersedia di:
http://fis.unj.ac.id. Diakses Pada 21 Februari 2017. 26
Capaian Pembelajaran Prodi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Loc.Cit. 27