71 Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan menggunakan paradigma kualitatif dengan metode penelitian studi kasus, karena dalam penelitian sosial tidak selalu dapat digeneralisir seperti halnya ilmu eksak. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam subjek penelitian. Seperti diketahui ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku manusia yang bersifat dinamis karena dipengaruhi potensi-potensi berpikir, emosi, pengalaman seseorang, kondisi sosial budaya, nilai-nilai yang berlaku dan dianut akan sangat berpengaruh pada hasil penelitian. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memahami permasalahan yang terjadi di kalangan penyalahgunaan narkotika, aturan yang berlaku dalam komunitas mereka dalam situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap dan pandangan- pandangan mereka. Penelitian ini mencoba mengamati kehidupan para pengguna narkotika dan memahami secara lebih mendalam semua hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka selama kurang lebih delapan bulan. Penelitian ini mencoba mengesampingkan semua prasangka dan berusaha semampunya mencari informasi termasuk ungkapan-ungkapan perasaan, dan harapan-harapan mereka. Guba dan Lincoln (1981:248) mengetengahkan tujuh karakteristik yang menjadikan manusia sebagai instrument penelitian, yaitu:
23
Embed
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIANrepository.upi.edu/9348/4/t_ips_0809614_chapter3.pdf · metode penelitian studi kasus, karena dalam penelitian sosial tidak selalu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
71 Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan paradigma kualitatif dengan
metode penelitian studi kasus, karena dalam penelitian sosial tidak selalu dapat
digeneralisir seperti halnya ilmu eksak. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam
subjek penelitian. Seperti diketahui ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku
manusia yang bersifat dinamis karena dipengaruhi potensi-potensi berpikir, emosi,
pengalaman seseorang, kondisi sosial budaya, nilai-nilai yang berlaku dan dianut
akan sangat berpengaruh pada hasil penelitian.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan
memahami permasalahan yang terjadi di kalangan penyalahgunaan narkotika,
aturan yang berlaku dalam komunitas mereka dalam situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap dan pandangan-
pandangan mereka. Penelitian ini mencoba mengamati kehidupan para pengguna
narkotika dan memahami secara lebih mendalam semua hal yang berkaitan
dengan kehidupan mereka selama kurang lebih delapan bulan.
Penelitian ini mencoba mengesampingkan semua prasangka dan berusaha
semampunya mencari informasi termasuk ungkapan-ungkapan perasaan, dan
harapan-harapan mereka. Guba dan Lincoln (1981:248) mengetengahkan tujuh
karakteristik yang menjadikan manusia sebagai instrument penelitian, yaitu:
72
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Sifatnya yang responsif
2. Adaptif
3. Lebih holistik
4. Kesadaran pada konteks tak terkatakan
5. Mampu memproses segera
6. Mampu mengejar klarifikasi dan mampu meringkas segera
7. Mampu menjelajahi jawaban ideosinkretik dan mampu mengejar pemahaman
yang lebih mendalam.
Penelitian kualitatif sebagaimana yang didefinisikan oleh Bogdan dan
Taylor (1975: 4), yaitu :
Refers to research procedures with procedure descriptive data : people‟s
own written or spoken words and the observable behavior. This approach,
direct itself at scvetting and the individuals within those setting and the
study, be it an organization or an individual, is not reduced to an isolated
variable or to a hypothesis, but is viewed instead as part of a whole.
Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang mau
piknik, ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi tentu belum tahu pasti apa
yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki latar/setting, dengan cara
membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berpikir dan melihat subjek
juga aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, serta melakukan wawancara. Pada
tahap observasi mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasa dan
ditanyakan. Semua informasi baru diperoleh masih dikenal serba sepintas. Setelah
terjun ke lapangan, proses selanjutnya adalah tahap reduksi / fokus. Pada tahap ini
semua informasi yang diperoleh dari tahap pertama direduksi. Tahap reduksi ini
berkaitan dengan menyortir data serta cara memilih mana data yang menarik,
penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan (Miles &
Huberman, 1986: 36). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data
tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai katagori yang ditetapkan
73
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebagai fokus penelitian. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan analisis yang
mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, menemukan tema dengan
cara memfokuskan data yang diperoleh menjadi suatu bangunan pengetahuan
yang baru. Hasil akhir dari penelitian ini, bukan sekedar menghasilkan data atau
informasi yang sulit dicari, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-
informasi yang bermakna.
Permasalahan sosial yang dipilih sebagai tema penelitian ini adalah sebuah
realitas sosial yang membutuhkan pemahaman sehingga dalam pengumpulan data
dilakukan wawancara secara langsung dan observasi untuk mencari pemahaman
tersebut. Paradigma penelitian kualitatif berpandangan bahwa realitas sosial tidak
dapat dipisahkan dari pikiran dan persepsi subjek (orang yang diteliti maupun
peneliti).
Realitas sosial merupakan hasil konstruksi manusia. Karena setiap orang
memiliki pandangan, pengalaman, atau makna yang berbeda tentang suatu
peristiwa maka mereka bebas melakukan konstruksi dan memberi interpretasi
tentang realitas secara subjektif. Untuk itulah penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif, dan untuk mengkaji masalah penelitian dipilih jenis studi
kasus. Hal ini disebabkan karena metode pemilihan kualitatif lebih manusiawi
bagi manusia sebagai instrument penelitian. Teknik pengumpulan data seperti
wawancara, observasi dan dokumentasi, juga analisisnya lebih merupakan
ekstensi dari perilaku manusia, seperti mendengarkan, berbicara, melihat,
berinteraksi, bertanya, minta penjelasan, mengekspresikan kesungguhan dan
74
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menangkap yang tersirat/tersembunyi (tacit knowledge.) Dari lapangan dapat
terungkap seberapa dalam informasi dan makna dapat dimunculkan. Dalam
paradigma ini memahami sebuah realitas tanpa membawa alat ukur.
Creswell (1998: 40) menjelaskan tentang studi kasus yang menunjuk
kepada kajian yang terikat waktu dan tempat tertentu, serta didukung bahan
kontekstual berkaitan dengan setting kasus tersebut. Data dikumpulkan dari
berbagai sumber untuk mengungkapkan gambaran mendalam mengenai kasus
tersebut. Studi kasus dapat juga dijelaskan sebagai eksplorasi tentang “sistem
terbatas” (bounded system) atau dapat juga beberapa kasus yang telah melewati
waktu tertentu, melalui pengumpulan data secara mendalam yang berasal dari
berbagai sumber informasi.
B. PEMILIHAN INFORMAN PENELITIAN
Teknik sampling adalah merupakan teknik pemilihan informan penelitian.
Untuk menentukan informan yang akan digunakan dalam penelitian ini yang
digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan informan yang akan menjadi sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mengenai keadaan yang sedang terjadi, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan untuk menjelajahi
subjek / gejala yang diteliti.
75
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lincoln dan Guba (1985: 247) mengemukakan bahwa :
“Naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling.
It is based on informational, not statistical considerations. Its purpose is to
maximize information, not to facilitate generalization”.
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistic) sangat berbeda dengan
penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Dalam penelitian
kualitatif, penentuan sampel penelitian tidak didasarkan perhitungan statistik.
Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum,
bukan untuk digeneralisasikan.
Karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985: 247), dalam penelitian
naturalistik spesifikasi informan tidak dapat ditentukan sebelumnya. Sedangkan
ciri-ciri khusus informan purposive, yaitu :
1. Emergent sampling design / sementara.
2. Serial selection of sample units / menggelinding seperti bola salju
(snowball).
3. Continuous adjustment or focusing of the sample / disesuaikan dengan
kebutuhan.
4. Selection to the point of redundancy / dipilih sampai jenuh.
Seperti telah dikutip di atas, besarnya informan purposif ditentukan oleh
pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 247)
bahwa : “If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated
when no new information is forth-coming from newly sampled units; this
redundancy is the primary criterion”. Dalam hubungan ini Nasution (1988: 248)
menjelaskan bahwa penentuan unit informan (responden) dianggap telah memadai
76
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh), ditambah
informan tidak lagi memberikan informasi yang baru, artinya bahwa dengan
menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti.
Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar menguasai situasi sosial
yang diteliti (subjek), hal itu merupakan keuntungan, karena tidak memerlukan
banyak informan lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi
kepedulian dalam penelitian ini adalah “tuntasnya” perolehan informasi dengan
keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya informan sumber data.
(Miles & Huberman, 1986: 41-42)
Gambar 3.2. Proses pemilihan informan sumber data sampai kepada subjek
penelitian para pengguna dan mantan pengguna narkotika.
A
F
C
I
K
D
E
J
G
H
B
77
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan gambar 3.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa : peneliti telah
merencanakan A sebagai orang pertama dari data yang diperoleh. Informan
pangkal ini dipilih orang yang dapat “membukakan pintu” untuk mengenali
keseluruhan medan secara luas, atau memberikan petunjuk untuk mendapatkan
informan lain yaitu B. Selanjutnya dapat diperoleh informasi dari D, E, F dan
seterusnya dalam hal ini sebagai subjek penelitian. Setelah dirasa jenuh, maka
penelitian pun dihentikan karena sudah tidak dapat memberikan informasi
lainnya. Penelitian ini mengambil enam orang informan dari beberapa instansi,
yaitu Dinas Sosial, Kepolisian, Lembaga Permasyarakatan, Badan Narkotika
Kabupaten, Bappeda Kabupaten Indramayu, Panti Rehabilitasi, sebagai informan
pangkal. Informan pokok ada delapan orang para pengguna dan mantan pengguna,
yang kemungkinan akan bertambah sesuai keadaan di lapangan.
Wawancara dengan informan pangkal dan informan pendukung lainnya
sebagai perwakilan dari masyarakat yaitu pihak-pihak terkait dari Dinas Sosial,
Kepolisian, Badan Narkotika Kabupaten, dan Lembaga Pemasyarakatan, juga
dengan subjek penelitian dalam hal ini para korban penyalahgunaan narkotika di
lokasi penelitian yang dipilih. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data
yang akurat mengenai pengetahuan mereka tentang narkotika itu sendiri (termasuk
dampaknya yang akan diperoleh), latar belakang kehidupan sosial ekonomi
mereka, sampai dengan memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang sedang
mereka hadapi, demikian seterusnya, sehingga akan terjadi menggelinding seperti
bola salju (snowball).
78
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. INSTRUMEN DAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA
Sesuai metode dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen
utama penelitian adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman wawancara secara
terbuka. Dalam hal ini, peneliti sebagai “human instrument” berperan sebagai