Page 1
58 Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga ini dikemukakan beberapa pembahasan terkait metode
penelitian, yaitu; (a) metode penelitian, (b) prosedur penelitian, (c) lokasi dan
subjek penelitian, (d) teknik pengumpulan data, (e) instrumen pengumpulan data,
(f) teknik analisis data, (g) definisi operasional, dan (h) hipotesis penelitian.
Adapun pembahasannya diuraikan sebagaimana berikut.
A. Metode Penelitian
Mengingat tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sebuah model
pembelajaran, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian research and
development (R&D) yakni suatu pendekatan riset yang digunakan untuk
mengembangkan, menyempurnakan, dan/atau memvalidasi suatu produk tertentu
dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Agar
menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan tujuan pengembangan ini, maka
temuan-temuan yang didapatkan dari hasil uji coba terus diadakan
penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167).
Penelitian ini menggunakan R&D model Borg and Gall (1979: 626).
Referensi yang diacu adalah buku “Applying Education Research: A Practical
Guide for Teachers”. Inti model Borg and Gall adalah pandangan R&D sebagai
prosess used to develop and validate educational product”. Sebagai rujukan
pembanding peneliti mempertimbangkan pernyataan Ary, et al (2002: 301)
bahwa:
“… the developmental research is a type of applied research that aims to
solve an immediate problem. Through applied research, teachers often can
Page 2
59
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
solve their problems at the appropriate level of complexity that is in the
classroom teaching learning situation. This research is not to formulate or
test a theory like in the basic research but is to develop effective products
for use in schools.”
Langkah R&D Borg dan Gall (1979: 626-640) serta Gall, & Borg (2003:
572-573) ada sepuluh tahap yakni:
1. Research and information collection yakni penelitian dan pengumpulan
informasi atau data, yang meliputi studi literatur, observasi kelas, penelitian
dalam skala kecil dan persiapan penyusunan laporan. Aktivitas penelitian
pada tahap ini, peneliti mengerjakan dua bentuk kegiatan, yaitu; Pertama,
melakukan kajian berbagai macam teori dan mengkaji hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan model pembelajaran. Kedua, melakukan
survei awal pada 8 Madrasah Tsanawiyah yang ada pada 4 wilayah
kecamatan di kabupaten Kediri setelah memperoleh surat izin melakukan
penelitian dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri dan
kesediaan para Kepala Madrasah Tsanawiyah. Tujuan dari survei ini adalah
untuk mengetahui kondisi pembelajaran bahasa Inggris yang sedang
berlangsung selama ini, dan mengetahui keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, kinerja guru, sarana dan prasarana yang tersedia, lingkungan
madrasah, serta melihat kemungkinan diterapkannya model pembelajaran
dengan pendekatan komunikatif dalam rangka meningkatkan keterampilan
komunikasi lisan bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah.
2. Planning yaitu menyusun rencana penelitian yang meliputi kemampuan-
kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yang berkaitan
dengan pengembangan produk, menentukan prosedur kerja perkiraan biaya,
menetapkan rumusan tujuan, desain langkah urutan pembelajaran dan
merancang uji kelayakan.
3. Develop preliminary form of product yaitu mengembangkan bentuk model
awal atau draf produk yang dapat berupa pengembangan bahan, media yang
Page 3
60
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan dan proses pembelajaran serta instrumen penilaian. Bentuk draf
produk yang dimaksud adalah menentukan language games yang sesuai
dengan standar isi mata pelajaran Bahasa Inggris dan karakteristik siswa;
4. Preliminary field testing yaitu ujicoba pendahuluan. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran tentang kelayakan suatu produk. Pada tahap ini
peneliti membahas dan mendiskusikan aplikasi language games pada mata
pelajaran Bahasa Inggris dengan ahli dan praktisi (kolaborator) sehingga ada
evaluasi ahli dan praktisi.
5. Main product revision yaitu melakukan revisi produk awal berdasarkan atas
hasil ujicoba pendahuluan tentang pengembangan model language games
pada mata pelajaran Bahasa Inggris dimana hasilnya dipergunakan untuk
ujicoba model;
6. Main field testing yaitu uji coba utama yang dikenal dengan ujicoba model
dengan melibatkan jumlah madrasah dan subjek yang lebih banyak. Ujicoba
model dilakukan pada 3 Madrasah Tsanawiyah dengan kategori rendah,
sedang dan tinggi dalam rangka pengembangan model language games untuk
meningkatkan komunikasi lisan siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
Data kuantitatif berupa pretes dan postes dikumpulkan dan hasilnya
dievaluasi sesuai dengan tujuannya.
7. Operational product revision yaitu revisi produk dengan menyempurnakan
hasil ujicoba model. Perbaikan model pembelajaran ini dilakukan berdasarkan
atas hasil ujicoba model yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran Bahasa Inggris guna menghasilkan bentuk model
pembelajaran yang ideal;
8. Operational field testing yaitu ujicoba operasional yakni uji validasi model
yang melibatkan lebih banyak lagi madrasah dan subjek. Pengujian dilakukan
dalam bentuk kuasi eksperimen dengan rancangan sebelum dan sesudah
dengan kelompok kontrol (pretest posttest control group design). Rancangan
Page 4
61
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini menggunakan dua kelompok subjek, kedua kelompok tersebut diukur dan
diamati dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kelompok yang
mendapat perlakuan disebut kelompok eksperimen (treatment group),
sedangkan kelompok yang tidak mendapat perlakuan disebut kelompok
kontrol.
9. Final product revisión yaitu penyempurnaan produk terakhir setelah
mendapat masukan dari uji pelaksanaan lapangan berdasarkan hasil uji coba
model dan uji validasi model. Pada tahap ini produk yang dikembangkan
benar-benar siap pakai.
10. Dissemination and distribution yaitu penyebaran dan distribusi. Pada tahap
ini dilakukan sosialisasi terhadap produk hasil pengembangan, dan
melaporkan hasil dalam pertemuan ilmiah dan MGMP Bahasa Inggris serta
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dengan tujuan agar model yang baru
dikembangkan dapat dipakai dan diterapkan.
Research and information collection; Planning dan Develop preliminary
form of product merupakan tahap pendahuluan. Preliminary field testing; Main
product revision; Main field testing; Operational product revision; merupakan
tahap pengembangan. Operational field testing; Final product revisión merupakan
tahap pengujian efektivitas. Sementara itu Dissemination and distribution tidak
dilakukan, tetapi dilaksanakan oleh user.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 jenis metode penelitian, yaitu
survei dan evaluatif. Metode survei digunakan dalam penelitian awal untuk
menghimpun data tentang kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk
menilai proses ujicoba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan
melalui serangkaian ujicoba dan pada setiap ujicoba diadakan penilaian, baik
penilaian hasil maupun proses. Atas dasar temuan-temuan hasil ujicoba itulah
diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2005: 167).
Page 5
62
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Prosedur Penelitian
Dari sepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall kemudian
peneliti sederhanakan dalam tiga tahapan penelitian sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sukmadinata (2008), yaitu: (1) studi pendahuluan; (2)
pengembangan model; dan (3) Uji validasi model. Setiap tahap penelitian
memerlukan metode serta teknik dan instrumen yang tidak persis sama, yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan setiap fase. Dengan demikian
pelaksanaan penelitian ini mengalami penyederhanaan yang secara garis besar
melalui tiga tahapan sebagaimana berikut:
Pertama, studi pendahuluan. Tahapan ini diawali dengan mengkaji
beberapa literature yang terkait guna memperoleh gambaran tentang model
pembelajaran language games, prinsip pembelajaran Bahasa Inggris di MTs/SMP,
pembelajaran komunikatif, dan karakteristik keterampilan komunikasi lisan.
Selanjutnya peneliti melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan gambaran
kondisi pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris dan beberapa hal yang
tercakup di dalamnya, diantaranya; kondisi guru, kondisi siswa, proses belajar
mengajar, media, dan sarana prasarana yang tersedia di madrasah Tsanawiyah
lokasi penelitian. Hasil dari kajian studi pendahuluan ini dijadikan masukan bagi
pengembangan model pembelajaran language games pada mata pelajaran Bahasa
Inggris
Kedua, Pengembangan Model Pembelajaran. Merujuk pada data yang
diperoleh melalui studi pendahuluan, peneliti menyusun draf awal model produk
yang dikembangkan yakni model pembelajaran permainan bahasa (language
games). Draf model yang dikembangkan adalah model permainan bahasa pada
mata pelajaran Bahasa Inggris yang diharapkan dapat meningkatkan komunikasi
lisan secara efektif pada madrasah tingkat Tsanawiyah. Dalam tahap
pengembangan ini tentunya peneliti melakukan serangkaian kegiatan, diantaranya;
a) Analisis kebutuhan (need assessment). Kegiatan ini dilakukan untuk
Page 6
63
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa sehingga dapat dijadikan dasar
dalam merancang dan mengembangkan materi pembelajaran yang
mengintegrasikan language games, mengelola kelas, strategi penyajian materi,
dan evaluasi yang mampu meningkatkan keterampilan komunikasi lisan, b)
Menyusun desain model pembelajaran komunikatif mata pelajaran Bahasa Inggris
yang meliputi; penyusunan silabus dan RPP yang diintegrasikan dengan language
games pada mata pelajaran Bahasa Inggris Madrasah Tsanawiyah dengan
menetapkan; (1) tujuan, (2) materi, (3) metode mengajar, (4) strategi pengajaran,
(5) media pembelajaran, dan 6) alat evaluasi, c) Merencanakan ujicoba lapangan
yang meliputi; bentuk kegiatan, tempat kegiatan, dan waktu, d) Melakukan
ujicoba model dan uji validasi model.
Ujicoba model bertujuan untuk memperoleh penilaian kualitatif terkait
penerapan model. Penilaian kualitatif ini diperoleh melalui umpan balik
(feedback) dari pendidik penguji coba dan peneliti. Fokus penilaian adalah isi
(content), strategi konseptual dan operasional model dengan semua aktivitas dan
perilaku yang diinginkan yang menyatu dalam setiap langkah pembelajaran.
Ujicoba model luas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah model yang
dikembangkan memenuhi tujuan yang ditetapkan, baik melalui penilaian kualitatif
maupun kuantitatif. Untuk penilaian kualitatif, data diperoleh dari observasi kelas.
Untuk penilaian kuantitatif, digunakan rancangan eksperimental dengan ‘one
group pretest-posttest design’. Alasan menggunakan rancangan itu adalah untuk
melihat dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan model pembelajaran
language games terhadap variabel meningkatnya keterampilan komunikasi lisan.
Berikut adalah desain pretes-postes satu kelompok (Sudjana dan Ibrahim,
1989:35) untuk mengukur berapa besar pengaruh atau dampak model terhadap
prestasi hasil belajar dan motivasi siswa.
Tabel 3. 1. Desain Pretes-Postes Kontrol Grup
Page 7
64
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelompok Pretes Perlakuan
(Variabel bebas)
Postes
(Variabel terikat)
Eksperimen
Kontrol
O 1
O 3
X
-
O 2
O 4
Sumber: Sugiono (2008: 113)
Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses ujicoba model dengan
desain itu adalah (1) menentukan kelompok subjek penelitian, (2) melakukan
pretes (O1), (3) melakukan ujicoba model pembelajaran yang dikembangkan, (4)
melakukan postes (O2) setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model
yang dikembangkan, (5) mencari rata-rata baik pretes maupun postes, kemudian
membandingkan keduanya, dan (6) untuk menentukan ada tidaknya pengaruh
yang signifikan yang ditimbulkan oleh penggunaan model, dicari selisih
perbedaan antara rata-rata pretes dan postes.
Sementara itu, selain data yang diperoleh dari hasil ujicoba di atas,
diperoleh data dalam bentuk dokumentasi dan catatan lapangan yang kemudian
didiskusikan dengan tim kolaborator, sehingga ada umpan balik yang dapat
digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan model dalam pengembangan
berikutnya sampai pada optimalisasi, yakni berupa model siap validasi.
Ketiga, uji validasi model. Validasi model dengan mendiskusikannya
dengan para ahli kurikulum dan pembelajaran yakni para dosen pembimbing
untuk memperbaiki draf awal model yang telah diujicobakan melalui ujicoba
model.
Tahap selanjutnya dilakukan validasi melalui metode eksperimen dengan
memberikan perlakuan model pembelajaran dengan menggunakan language
games dan variabel kontrol yang menggunakan metode konvensional untuk
masing-masing satu kelas untuk peringkat kelas dengan kemampuan siswa
rendah, sedang dan tinggi. Uji validasi diterapkan pada tiga madrasah Tsanawiyah
Page 8
65
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk kelompok eksperimen dan tiga madrasah Tsanawiyah untuk kelompok
kontrol dengan peringkat masing-masing kelompok rendah, sedang dan tinggi.
Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Sumber: Diadaptasi dari Borg & Gall dan Sukmadinata (2008: 189)
Validasi yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
language games dengan menggunakan desain penelitian nonequivalent control-
group design, artinya penunjukan subjek penelitian ke dalam kelompok kontrol
dan eksperimen tidak dilakukan secara acak serta adanya pelaksanaan pretes dan
postes pada kedua kelompok tersebut (Ghozali, 2008).
STUDI
PENDAHULUAN
PENGEMBANGAN
MODEL
UJI VALIDASI
MODEL
Studi Literatur Landasan Teori
Hasil Penelitian
Terdahulu
Surve Lapangan
Proses
Pembelajaran
Kondisi Pendidik
& Siswa
Sarana, media, &
alat (APE)
Lingkungan
madrasah
Hasil Studi
Literatur Dan Surve
Lapangan Sebagai
Dasar Penyusunan
Draf
Penyusunan draf
awal
Perencanaan model
Penentuan tim
kolaborator
Uji Kelayakan
Desain Model Awal
Evaluasi di atas
meja (desk
evaluation)
Perbaikan Model
Ujicoba Model
Hasil Perbaikan
Implementasi
Evaluasi
Draf Model Akhir
Uji Validasi dengan
Kelompok Kontrol
Eksperimen
Pretes
Treatment
Postes
Model Teruji
(Model Akhir Hasil
Pengembangan)
Page 9
66
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di madrasah Tsanawiyah baik negeri maupun
swasta yang berlokasi di Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Pemilihan
kabupaten Kediri sebagai lokasi penelitian didasarkan pada beberapa
pertimbangan bahwa kabupaten Kediri ini memiliki jumlah madrasah Tsanawiyah
yang cukup banyak, yaitu 94 madrasah yang tersebar di 25 kecamatan. Sedangkan
pertimbangan berikutnya adalah bahwa di kabupaten Kediri ini terdapat banyak
pondok pesantren yang mana para santrinya banyak bersekolah di madrasah
Tsanawiyah sehingga kondisi siswa sangat beragam karena berasal dari berbagai
daerah dan kota yang bernaung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Faktor teknis juga merupakan pertimbangan praktis yang penulis pilih mengingat
peneliti sendiri berdomisili di Kabupaten Kediri khususnya di Kecamatan
Kepung. Adapun madrasah Tsanawiyah yang menjadi bagian dari sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Daftar Madrasah Tsanawiyah yang Diteliti untuk Ujicoba
Model dan Validasi Model
No Nama Madrasah Akreditasi Status Keterangan
1 MTsN Model Pare (VII F & VII D) A Negeri Uji Model &
Validasi
2 MTs Sunan Ampel Siman Kepung B Swasta Uji Model
3 MTs Sunan Ampel Tertek Pare B- Swasta Uji Model
4 MTsN Jombang Kauman Kepung A Negeri Uji Validasi
5 MTs Taswirotululum Sb. Gayam Kepung B- Swasta Uji Validasi
6 MTsN Pagu A Negeri Uji Validasi
7 MTs Al-Islahiyah Bobosan Kandangan B Swasta Uji Validasi
8 MTs Sunan Ampel Wonorejo Pagu B- Swasta Uji Validasi
Subjek penelitian terdiri dari para guru dan siswa sebagai responden.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII (Tujuh). Penentuan sampel pada
studi pendahuluan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah
Page 10
67
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampel penelitian pada studi pendahulun hanya ada tiga madrasah di dua
kecamatan dengan tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi. Kategori
ini didasarkan pada beberapa hal di antaranya: a) kelengkapan sumber belajar
seperti buku-buku perpustakaan; b) status akreditasi madrasah, 2) penilaian
terakhir yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri, 3)
tingkat kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran, dan 4) kategori/penilaian
lain yang diberikan oleh Koordinator pengawas Madrasah dan Ketua KKM yang
dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan pada tahap
studi pendahuluan adalah survei. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, angket, observasi, dan studi dokumentasi, yang didukung dengan
instrumen pedoman wawancara dan pedoman observasi.
Tahap pengembangan model bertujuan menyusun model awal pembelajaran
Bahasa Inggris berbasis permainan bahasa serta mengujikan keterterapan dan
hasilnya melalui ujicoba model. Metode penelitian yang digunakan adalah
eksperimen, menggunakan rancangan ‘one group pretest-posttest design’. Data
yang dikumpulkan melalui observasi, angket, wawancara informal, studi
dokumentasi dan tes, yang didukung dengan instrumen yang relevan.
Pada tahapan pengembangan model, peneliti menentukan tiga madrasah
Tsanawiyah dengan kategori masing-masing; rendah, sedang dan tinggi seperti
pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3. Daftar Madrasah Tsanawiyah Untuk Ujicoba Model
NO NAMA MADRASAH WILAYAH KUALIFIKASI 1 MTs Negeri Model Pare (VII F) Pare Tinggi
2 MTs Sunan Ampel Siman Kepung Kepung Sedang
3 MTs Sunan Ampel Semanding Tertek Pare Pare Rendah
Pemilihan Madrasah-madrasah Tsanawiyah yang menjadi ujicoba model
dalam subjek penelitian, antara lain didasarkan pada pertimbangan sebagai
Page 11
68
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berikut: (1) keterjangkauan lokasi (2) kesediaan dan motivasi yang tinggi dari
pihak pengelola dan pendidik untuk bekerja sama dengan peneliti dalam
pengembangan model pembelajaran berbasis permainan ini; dan (3) keberagaman
(heteronigitas) siswanya di madrasah ini.
Madrasah-madrasah tersebut terpilih sebagai sampel penelitian dengan
pertimbangan bahwa siswa kelas VII (Tujuh) Madrasah Tsanawiyah didasarkan
pada asumsi bahwa: a) Siswa pada kelas ini tidak sedang menghadapi Ujian
Nasional (UN) yang secara psikologis memberikan pengaruh pada perilaku belajar
dan perilaku sosialnya. b) Siswa pada kelas ini memiliki karakter dasar suka
bermain yang merupakan lanjutan dari sekolah dasar sebelumnya. c) Secara
umum, siswa pada kelas ini dianggap telah memiliki pengetahuan dasar tentang
bahasa Inggris yang dimulai dari tingkat MI/SD Kelas IV s/d VI sebagai mulok
dan sekaligus sebagai dasar untuk menguasai ketrampilan berbahasa (language
skills) secara menyeluruh, dan d) Secara umum siswa pada kelas ini perlu
mendapatkan perhatian lebih terkait dengan motivasi belajar Bahasa Inggris agar
tidak terjadi pandangan/perilaku negatif yang bisa menghancurkan penguasaan
mereka terhadap bahasa Inggris dan masa depan mereka.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan
sampel aksidental, yakni penarikan sampel yang didasarkan pada kemudahan.
Dalam hal ini, sampel (Prasetyo dan Jannah, 2008: 135) dapat terpilih karena
berada pada waktu, situasi dan tempat yang tepat. Pemilihan subjek penelitian
tersebut juga tidak bertentangan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Spradley
(1980: 56) yaitu: (1) sederhana, hanya terdapat satu situasi sosial tunggal, (2)
mudah memasukinya, dan (3) tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
penelitian, mudah memperoleh ijin, kegiatannya terjadi berulang-ulang.
Tahap ujivalidasi model atau ujicoba lapangan dengan kelompok kontrol
bertujuan membuktikan kehandalan atau keunggulan model pembelajaran Bahasa
Inggris berbasis permainan bahasa terahadap hasil belajar siswa dibandingkan
Page 12
69
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan model lain yang biasa digunakan pendidik. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen dengan nonequivalent control-group design.
Sementara pada ujicoba validasi/lapangan dengan kelompok kontrol ini, peneliti
menetapkan tiga madrasah dengan kualitas yang berbeda (madrasah dengan
kualitas rendah, sedang dan tinggi), dan peneliti melaksanakannya di enam
madrasah dengan rincian tiga madrasah dengan status rendah, sedang dan tinggi
sebagai kelompok eksperimen dan tiga madrasah lainnya dengan status yang sama
sebagai kelompok kontrol sebagaimana tertera pada tabel 3.4. Pengumpulan data
dilakukan melalui tes, yang didukung dengan observasi dan wawancara informal.
Tabel 3.4. Daftar Madrasah Tsanawiyah Untuk Validasi Model
NO NAMA MADRASAH WILAYAH KUALIFIKASI KETERANGAN 1 MTs Taswirotululum
Sumbergayam Kepung
Kepung Rendah Kel. Eksperimen
2 MTs N Jombang
Kauman Kepung
Kepung Sedang Kel. Eksperimen
3 MTs N Model Pare
(VII D)
Pare Tinggi Kel. Eksperimen
4 MTs Sunan Ampel
Wonorejo Pagu
Pagu Rendah Kel. Kontrol
5 MTs Al-Islahiyah
Bobosan Kandangan
Kandangan Sedang Kel. Kontrol
6 MTs N Pagu Pagu Tinggi Kel. Kontrol
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian dan pengembangan ini, teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, angket, tes dan studi dokumentasi.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat teknik pengumpulan data yang
dimaksud sebagai berikut:
Pertama. Teknik observasi diperlukan untuk mendapatkan data berupa
pengamatan secara langsung terhadap responden. Observasi digunakan untuk
mengukur perilaku individu atau proses terjadinya sesuatu yang dapat diamati
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Sudjana dan
Page 13
70
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ibrahim (1989: 109). Observasi yang diamati berupa aktivitas tentang proses
penerapan produk dalam mencapai tujuan yang dilakukan secara kontinu sampai
diperoleh data yang memadai. Teknik observasi digunakan dalam penelitian ini
karena berbagai alasan, antara lain: (1) observasi cocok untuk mengetahui
kebenaran data yang dibutuhkan, (2) melalui observasi melihat dan mengamati
sendiri subjek penelitian, dan (3) memungkinkan peneliti mampu memahami
situsi-situasi yang rumit. Moleong (2009: 175) mengemukakan bahwa alasan
secara metodologis penggunaan observasi ialah dapat mengoptimalkan peneliti
dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan, dan
sebagainya. Dikemukakan juga bahwa observasi memungkinkan peneliti untuk
melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, observasi
memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek
sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan berupa observasi partisipatif, yakni
peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung untuk mendapatkan
data objek yang diamati. Beberapa alasan penggunaan observasi sebagai alat
pengumpul data dalam pengembangan model adalah: (1) teknik ini didasarkan
pada pengalaman langsung yang dianggap sebagai alat yang ampuh mengecek
kenyataan yang sebenarnya. (2) memungkinkan untuk memperoleh data yang
objektif. (3) peneliti dapat mencatat langsung peristiwa dan kejadian penting
dalam tahap ujicoba. (4) peneliti dapat memahami kondisi yang rumit dan
kompleks dan (5) sebagai teknik bagi hal-hal yang tidak dapat diperoleh melalui
teknik komunikasi. Kegiatan ini didukung oleh Iskandar (2009:214) yang
mengemukakan bahwa untuk melakukan observasi partisipatif seorang peneliti
harus berperan dalam kegiatan-kegiatan subjek yang sesuai dengan tema atau
fokus masalah yang ingin dicari jawabannya.
Teknik observasi digunakan pada tahap studi pendahuluan serta pada tahap
pengembangan dan validasi model untuk memperoleh informasi tentang
Page 14
71
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelaksanaan model permainan bahasa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Pada
tahap studi pendahuluan, teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data
tentang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VII Madrasah-
madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Kediri. Data yang diperoleh dari kegiatan
observasi ini menjadi masukan dalam pengembangan model pembelajaran
berbasis permainan bahasa (language games) pada mata pelajaran Inggris.
Sementara itu, pada tahap pengembangan (ujicoba model di lapangan) dan
validasi model, teknik observasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang
implementasi model permainan bahasa tersebut.
Aspek-aspek yang menjadi fokus observasi pada tahap studi pendahuluan
adalah prosedur atau langkah-langkah yang dilaksanakan pendidik dalam kegiatan
pembelajaran bahasa Inggris berdasarkan rencana pembelajaran yang telah
disusunnya. Sedangkan fokus observasi pada tahap pengembangan dan validasi
model adalah prosedur atau langkah-langkah yang dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan model permainan bahasa sebagaimana yang tertulis
pada perangkat pembelajaran.
Kedua, teknik wawancara diperlukan peneliti untuk mengumpulkan data
atau informasi yang tidak dapat diperoleh melalui observasi dan survei.
Wawancara merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan
informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan,
keyakinan, melalui pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Sudjana (1989: 102)
melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth
information) terhadap proses pengembangan produk melalui berbagai ujicoba,
karena peneliti dapat menjelaskan atau memfrasekan pertanyaan yang tidak
dimengerti oleh responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow
up question), responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan dan
responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi dimasa silam dan masa
mendatang.
Page 15
72
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Enterberg dalam Sugiono, (2009: 231) mendefinisikan wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Maksud
mengadakan wawancara, seperti ditegaskan Lincoln dan Guba (Moleong, 2009:
186), antara lain: (1) untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan, (2)
memverivikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang
lain. Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini dengan alasan bahwa
peneliti ingin mengkonstruksi kegiatan, situasi sosial dan memverifikasi informasi
yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa Inggris di Madrasah-madrasah
Tsanawiyah tempat penelitian ini dilaksanakan.
Pada tahap studi pendahuluan, teknik wawancara digunakan untuk
memperoleh informasi lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di kelas VII. Informasi yang diperoleh
digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model pembelajaran permainan
bahasa. Sementara itu, teknik wawancara pada tahap pengembangan dan validasi
model digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih dalam mengenai
implementasi serta faktor pendukung dan penghambat penerapan model
pembelajaran permainan bahasa hasil pengembangan.
Ketiga, angket. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk dijawab secara
tertulis pula. Angket merupakan instrumen pendukung dalam mendapatkan
informasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang dilakukan. Teknik
angket digunakan pada tahap studi pendahuluan, serta pada tahap pengembangan
dan validasi model. Tujuan pokok pembuatan angket (kuesioner) adalah untuk: (1)
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan (2)
memperoleh informasi dengan reabilitas dan validitas setinggi mungkin
Page 16
73
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Singarimbun dan Effendi, 1989: 175). Oleh karena itu perntanyaan-pertanyaan
dalam angket langsung berkaitan dengan tujuan penelitian.
Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam angket ini adalah daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh pendidik dan siswa berkaitan dengan identitas
pribadi serta pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris.
Keempat, studi dokumentasi. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-
data tertulis yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Studi dokumentasi ini
dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang berkenaan dengan studi yang
dilakukan baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Hal ini juga dapat
berupa hasil-hasil penelitian dan teori-teori tertentu. Teknik ini tidak hanya sekedar
mengumpulkan dokumen mentah, tetapi hasil análisis terhadap dokumentasi tersebut
yang disajikan dalam bentuk analitis kritis dan sistematis.
Menurut Guba dan Lincoln (1981: 228) dokumen adalah setiap bahan
tertulis atau film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan atau tidak
untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen
merupakan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang (Sugiono, 2009: 240). Penelusuran
dokumen juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pembelajaran, termasuk alat permainan
edukatif (APE) yang digunakan dalam pembelajaran.
Digunakannya dokumentasi sebagai sumber data dalam penelitian ini karena
alasan-alasan sebagaimana dikemukakan Guba dan Lincoln (1981:235) seperti
berikut ini: (1) digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan
mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) berguna dan
sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah dan sesuai
dengan konteks, dan (4) membuka kesempatan untuk lebih memperluas
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Page 17
74
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelima. Tes. Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada siswa untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan. Tes pada umumnya bersifat
mengukur, meskipun beberapa tes bersifat diskriptif seperti tes kepribadian. Tes
yang digunakan dalam pendidikan biasanya terbagi dua yaitu tes hasil belajar atau
tes prestasi belajar (achievement test) dan tes psikologis (psychological test).
(Syaodih, 2008: 223). Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa sebelum pembelajaran (pretest) dan mengetahui kemampuan siswa
setelah pembelajaran (postest).
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini
sesuai sifat naturalistik penelitian. Namun demikian untuk mendapatkan
berbagai data yang memiliki spesifikasi tertentu, peneliti mengembangkan
instrumen. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah angket
dan instrumen evaluasi (penilaian) untuk studi berbagai dokumen yang
dibutuhkan. Lembaran tes pemahaman digunakan untuk mengukur peningkatan
keterampilan komunikasi siswa.
Angket digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan berupa
kumpulan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula.
Dalam penelitian ini, angket termasuk instrumen utama untuk mendapatkan
informasi dan keperluan penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan data
tentang (a) profil pembelajaran bahasa Inggris, (b) expert judgment isi, bahasa
dan rancangan pembelajaran, (c) persepsi/penilaian (kelebihan dan keterbatasan)
model yang dikembangkan,
Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dalam instrumen angket
mayoritas merupakan pertanyaan informatif dan pertanyaan pendapat responden,
sehingga uji validitasnya menggunakan uji validitas isi atau content-related
validity (Fraenkel & Wallen, 1993:140), yakni menurunkan pertanyaan
Page 18
75
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdasarkan indikator yang telah dikembangkan sebelumnya dalam kisi-kisi
instrumen. Kemudian instrumen angket tersebut dimintakan penilaiannya kepada
para pakar pendidikan dan guru mata pelajaran. Angket diperbaiki dan
disesuaikan dengan saran Tim Promotor.
Adapun Lembaran Tes digunakan untuk mengumpulkan data
kemampuan komunikasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sebelum dipakai
tes terlebih dahulu meminta pertimbangan expert judgment untuk menilai
kesahihan. Oleh karena itu, setelah pedoman ini dipandang memadai dari segi isi
dan konstruksinya berdasarkan pertimbangan expert judgment tersebut,
kemudian dipakai sebagai instrumen penilaian. Adapun kisi-kisi instrumen
penilaian speaking dan listening tertera pada tabel 3.5.
F. Teknik Analisis Data
Untuk memberikan makna terhadap data yang telah terkumpul, maka data
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif.
Terhadap data kualitatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokementasi. Sedangkan
terhadap data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil tes, yang diproses
dengan menggunakan statistika dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Page 19
76
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5. Kisi-kisi Penilaian Listening-Speaking
No Materi Aspek penilaian Uraian aspek penilaian
I Dialogue 1.Fluency
a) Berbicara dengan sangat lancar
b) Berbicara dengan lancar
c) Berbicara dengan cukup lancar
d) Berbicara kurang lancar
e) Berbicara tidak lancar
2. Accuracy
a) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan benar pada
sebagian besar cerita/ isi
b) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan benar pada
setengah bagian cerita/ isi
c) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan benar pada
seperempat bagian cerita/ isi
d) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan benar pada
sebagian kecil cerita/ isi
e) Menggunakan pronunciation dan
intonation tidak benar pada hampir
semua kalimat dalam cerita/ isi
3. Performance
a) Suara jelas, penuh percaya diri,
gerakan dan mimik muka sesuai
dengan ide
b) Suara kadang jelas kadang tidak,
percaya diri, gerakan dan mimik
muka kurang sesuai dengan ide
c) Suara kurang jelas dan kurang
percaya diri
d) Suara tidak jelas dan tidak ada
ekspresi
4. Content a) Mengungkapkan ide/gagasan
sesuai tema dengan jelas dan rinci
b) Mengungkapkan ide/gagasan
sesuai tema dengan jelas tetapi
kurang rinci
c) Mengungkapkan ide/gagasan
sesuai tema tetapi kurang jelas
d) Mengungkapkan ide/gagasan tidak
sesuai dengan tema
Page 20
77
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e) Mengungkapkan ide/gagasan
dengan tidak jelas
5.Communicative
interaction
a) Selalu memberi stimulus dan cepat
tanggap terhadap lawan bicara
b) Sering memberi stimulus dan cepat
tanggap terhadap lawan bicara
c) Kadang memberi stimulus dan
kurang tanggap terhadap lawan
bicara
d) Hampir tidak pernah memberi
stimulus, tidak tanggap terhadap
lawan bicara
II Monolog 1.Fluency
a) Berbicara dengan sangat lancar
b) Berbicara dengan lancar
c) Berbicara dengan cukup lancar
d) Berbicara kurang lancar
e) Berbicara tidak lancar
2. Accuracy a) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan Benar pada
sebagian besar cerita/ isi
b) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan Benar pada
setengah bagian cerita/ isi
c) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan Benar pada
seperempat bagian cerita/ isi
d) Menggunakan pronunciation dan
intonation dengan Benar pada
sebagian kecil cerita/ isi
e) Menggunakan pronunciation dan
intonation tidak benar pada hampir
semua kalimat dalam cerita/ isi
3. Performance a) Suara jelas, penuh percaya diri,
gerakan dan mimik muka sesuai
dengan ide
b) Suara kadang jelas kadang tidak,
percaya diri, gerakan dan mimik
muka kurang sesuai dengan ide
c) Suara kurang jelas dan kurang
percaya diri
d) Suara tidak jelas dan tidak ada
ekspresi
Page 21
78
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Content
a) Mengungkapkan ide/gagasan
sesuai tema dengan Jelas dan rinci
b) Mengungkapkan ide/gagasan
sesuai tema dengan Jelas tetapi
kurang rinci
c) Mengungkapkan ide/gagasan
sesuai tema tetapi kurang jelas
d) Mengungkapkan ide/gagasan tidak
sesuai dengan tema
e) Mengungkapkan ide/gagasan
dengan tidak jelas
5.Communicative
interaction
a) Selalu memberi stimulus dan cepat
tanggap terhadap lawan bicara
b) Sering memberi stimulus dan cepat
tanggap terhadap lawan bicara
c) Kadang memberi stimulus dan
kurang tanggap terhadap lawan
bicara
d) Hampir tidak pernah memberi
stimulus, tidak tanggap terhadap
lawan bicara
1. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data studi pendahuluan,
termasuk hasil observasi, survei, wawancara dan studi dokumentasi. Data
kualitatif dapat disusun dan langsung ditafsirkan untuk mengambil kesimpulan
penelitian melalui kategorisasi berdasarkan masalah dan tujuan penelitian.
Peneliti tidak perlu melakukan pengolahan data melalui perhitungan
matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya (Moleong, 2002: 193).
2. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui uji perbedaan antar
kelompok perlakuan.
Untuk menguji tingkat signifikasi perbedaan rerata skor pretes dan postes
kemampuan komunikasi siswa, yaitu rata-rata gain yang dinormalisasi (g) antara
kelompok rendah, sedang, dan tinggi dilakukan analisis secara statistik dengan
menggunakan uji statistik parametrik (uji t) jika sebaran data berdistribusi normal
dan homogen. Persamaan yang digunakan adalah (Arikunto, 1999):
Page 22
79
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
21
21
/1/1 nnS
xxt
gab
Adapun apabila sebaran data tidak terdistribusi normal maka digunakan uji
statistik non-parametrik (Uji Wilcoxon). Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang
merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping memperhatikan
tanda positif dan negatif, besarnya perbedaan juga diperhatikan. Anggapan yang
diperlukan dalam penggunaan uji bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data
diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan antara pasangan skor (di) (distribusi
populasi) yang simetris. Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada
sampel yang berpasangan dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau
juga untuk penelitian dengan data sebelum dan sesudah.
Asumsi-asumsi uji ini adalah:
Data untuk analisis terdiri atas n buah beda Di = Yi – Xi . Setiap pasangan
hasil pengukuran (Xi, Yi) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang
sama atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu
variabel atau lebih. Pasangan-pasangan (Xi, Yi) dalam sampel ini diperoleh
secara acak.
Selisih variabel (Yi – Xi) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu
variabel acak yang kontinu.
Distribusi populasi (di) tersebut setangkup (simetri).
Hipotesis nihil (H0) yang akan diuji mengatakan bahwa dua populasi identik.
Apabila H0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda
positif kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika
dua jumlah jenjang tersebut sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain
dapatlah disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan demikian
kita menolak H0. Dengan perkataan lain H0 ditolak jika salah satu jumlah jenjang
positif atau negatif sangat kecil.
Page 23
80
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji Tanda (Uji Binom), hanya memperlihatkan arah perbedaan, sementara Uji
Rangking Wilcoxon memperlihatkan arah perbedaan dan menunjukkan besarnya
perbedaan. Pengujian Hipotesisnya adalah:
H0 ≡ pembelajaran dengan model permainan bahasa, sebelum = sesudah
H1≡ pembelajaran dengan model permainan bahasa sebelum ≠ sesudah
Taraf Nyata α= 5 % = 0,05
Uji Statistik = Uji T
Critical region (daerah penolakan H0): T ≤ Tα(n)
Selanjutnya untuk melihat perbedaan kemampuan komunikasi siswa di antara
tiga kelompok tersebut maka digunakan Friedman Test Two Way Anova.
Friedman Two Way Anova (Analisis Varian Dua Jalan Friedman digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif K sampel berkorelasi dengan data ordinal (ranking).
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman pada istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian pengembangan ini, maka perlu adanya penjelasan mengenai
istilah yang digunakan dan definisi operasionalnya. Definisi operasional
diperlukan guna mengukur variabel-variabel dalam masalah penelitian ini. Hal ini
selaras dengan pendapat Tuckman (1999: 13) yang mengemukakan:
”Operationalizing variables means stating them in an observable and measurable
form, making them available for manipulation, control, and examination”.
Artinya mengoperasionalkan variabel berarti menjelaskan dalam istilah atau
konsep yang dapat diobservasi, diukur dan diuji, disamping menghindari
perbedaan interpretasi yang mungkin bisa terjadi.
Dalam disertasi ini terdapat dua variabel, yaitu independent variable,
variabel stimulus atau input, yakni model permainan bahasa (language games)
dan dependent variable, varibel terikat atau output, yakni peningkatan penguasaan
siswa pada keterampilan komunikasi yang terdiri dari keterampilan mendengarkan
Page 24
81
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan berbicara dalam bahasa Inggris. Secara operasional variabel-variabel tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran permainan bahasa adalah sebuah desain pembelajaran
yang mencakup keterkaitan antara komponen-komponen pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran beserta evaluasinya yang menjadi satu
kesatuan model untuk diimplementasikan di kelas berupa aktivitas yang
digunakan guru dalam pembelajaran bahasa dengan melibatkan para siswa
untuk mempraktekkan bahasa itu dengan menggunakan permainan. Bentuk
permaian bahasa di antaranya ice- breaker dan reinforcement games. Ice-
breaker games adalah aktivitas permainan bahasa yang digunakan untuk
memulai pembelajaran bahasa sebagai pemanasan (warming-up), atau kegiatan
permainan bahasa yang digunakan untuk mengatasi kemacetan komunikasi di
tengah proses pembelajaran. Adapun reinforcement games adalah aktivitas
permainan bahasa yang digunakan untuk membantu penguatan siswa dalam
berbahasa Inggris dengan lancar.
2. Keterampilan komunikasi merupakan penguasaan siswa MTs/SMP dalam
berkomunikasi lisan yang mengintegrasikan dua pokok keterampilan bahasa
yaitu listening dan speaking yang dilihat dari hasil tes performansi penguasaan
keterampilan berbahasa yang tentunya terfokus pada penggunaan bahasa lisan
dengan disertai penguasaan pengetahuan gramatika (structure), kosa kata
(vovabulary) dan ucapan (pronunciation). Komunikasi lisan akan mampu
memberikan fondasi yang baik bagi para pemula untuk menguasai
keterampilan-keterampilan berikutnya.
H. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menguji hipotesis penelitian yang berbunyi “keterampilan
komunikasi siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran permainan
bahasa lebih baik dari keterampilan komunikasi siswa yang diajarkan dengan
Page 25
82
Muhson, 2014
Pengembangan model pembelajaran permainan bahasa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa pada mata pelajaran bahasa inggris di Madrasah Tsanawiyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan pembelajaran konvensional”. Adapun hipotesis statistik yang diuji
adalah:
a) Ho: µ1 = µ2: tidak terdapat perbedaan keterampilan komunikasi siswa
Madrasah Tsanawiyah sesudah dan sebelum penerapan model
pembelajaran permainan bahasa.
b) H1: µ1 ≠ µ2: terdapat perbedaan keterampilan komunikasi siswa Madrasah
Tsanawiyah sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran
permainan bahasa.