BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan antara pelaksanaan audit management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan. Pilihan pelaksanaan audit management sebagai salah satu variabel penelitian mengingat pentingnya pelaksanaan audit management tersebut dalam suatu perusahaan sehingga bisa membantu manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Bogor yang berlokasi di Jl. Siliwangi No. 121 Bogor. Waktu penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November tahun 2008. B. Metode Penentuan Sampel Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yaitu bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data suatu penelitian (Wahyono, 2008: 69). Sedangkan jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah studi kasus. Penelitian deskriptif jenis studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. 55
73
Embed
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup …. Uji Kualitas Data Untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel yang diteliti, diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan antara pelaksanaan
audit management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan.
Pilihan pelaksanaan audit management sebagai salah satu variabel penelitian
mengingat pentingnya pelaksanaan audit management tersebut dalam suatu
perusahaan sehingga bisa membantu manajemen dalam mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) kota Bogor yang berlokasi di Jl. Siliwangi No.
121 Bogor. Waktu penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Oktober
hingga November tahun 2008.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yaitu
bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan,
dan penyajian data suatu penelitian (Wahyono, 2008: 69). Sedangkan jenis
penelitian deskriptif yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
studi kasus. Penelitian deskriptif jenis studi kasus adalah penelitian tentang
status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas
dari keseluruhan personalitas.
55
Data yang diperoleh selama penelitian ini diolah, dianalisis, dan
diproses lebih lanjut. Analisisnya dilakukan melalui pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis. Langkah
pengujian hipotesis dimulai dengan penetapan populasi
dan sampel, operasionalisasi variabel, rancangan
pengujian hipotesis, dan teknik pengumpulan
data.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel
non probabilitas, yang dilakukan berdasarkan tujuan (purposive sampling),
yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu. Hal tersebut
dikarenakan penelitian untuk meneliti hubungan pelaksanaan audit
management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan periode
tahun 2003-2007, maka sampel yang dipilih sebanyak lima tahun.
C. Metode Analisis
Data yang di analisis adalah data-data dari tahun 2003-2007 yang
berhubungan dengan pelaksanaan audit management dan anggaran
pendapatan, khususnya pendapatan usaha di Perusahaan Daerah Air Minum
kota Bogor. Data yang dianalisis diperoleh hasil wawancara, dokumentasi, dan
kuesioner. Responden harus menjelaskan keadaan tahun 2003-2007, dimana
terdapat kemungkinan jawaban responden kurang akurat dalam menjelaskan
keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan data yang
diteliti ada kemungkinannya sudah tidak lengkap lagi tersimpan.
56
1. Uji Kualitas Data
Untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel yang diteliti,
diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan,
agar kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan tidak memberikan
gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk itu
perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Normalitas data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi dengan normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped). Metode statistik yang digunakan adalah uji
korelasi rank Spearmen. Dengan melihat nilai signifikani yang telah
dihasilkan dengan yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Jika nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari nilai signifikansi yang
ditetapkan sebesar 0,05 hal ini berarti data normal atau sebaliknya
(Ghozali, 2005).
b. Uji validitas data
Uji validitas data dilakukan untuk melihat suatu butir dari pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner yang telah dibagikan memenuhi syarat
penelitian atau tidak. Suatu angket dikatakan valid jika pertanyaan
pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh angket terbut (Singgih Santoso, 2001). Bila ada suatu
pertanyaan yang tidak memenuhi syarat, maka pertanyaan tersebut
tidak akan dianalisis lebih lanjut.
57
Analisis ini melihat angka korelasi antara masing-masing
item/pertanyaan dengan totalnya. Koefisien korelasi yang digunakan
adalah koefisien korelasi rank Spearman. Setelah hasil perhitungan
diperoleh, maka yang diambil adalah yang menghasilkan nilai
koefisien yang positif serta dengan ketentuan diatas 0,30 (Kaplan-
Saccuzo, 1993). Sedangkan yang bernilai negatif tidak dipergunakan
lagi untuk penelitian lebih lanjut, artinya butir tersebut gugur.
c. Uji Reliabilitas
Realiabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Tinggi
rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut koefiseien reliabilitas.
Seperti halnya uji validitas, untuk mengukur reliabilitas pun digunakan
bantuan program SPSS 15.0 for windows. Sedangkan koefisien
reliabilitas yang digunakan adalah koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach. Dimana disarankan bahwa koefisien reliabilitas antara 0,7 -
0,8 cukup baik untuk tujuan penelitian dasar (Kaplan-Saccuzo, 1993).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang peneliti lakukan dengan menggunakan tes
statistik non parametrik, karena teknik ini sangat sesuai untuk penonton
yang dilakukan dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Teknik pengujian hipotesis
tersebut dapat digunakan untuk skor non eksak dalam pengertian
58
keangkaan, melainkan berbagai jenjang-jenjang (rank). Serta sesuai
dengan pengujian sampel yang berukuran kecil.
Berdasarkan jenis skala yang digunakan untuk mengukur kedua
variabel tersebut adalah skala ordinal, maka penulis melakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan
model matematis sebagai berikut:
a. Jika tidak ada ranking kembar
Dimana :
rs = koefisien korelasi rank Spearman
di = selisih ranking yang dibuat untuk kelompok x dan y
n = banyaknya sampel
b. Jika ada ranking kembar
Dengan ketentuan :
59
Dimana :
T = faktor koreksi
t = banyaknya suatu observasi yang memiliki skor yang sama pada
suatu ranking tertentu
Besarnya koefisien korelasi adalah -1 < rs < 1, apabila rs = +1 atau
mendekati +1 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel
X dengan variabel Y, serta mempunyai hubungan yang searah. Apabila rs
= 0 atau mendekati nol berarti hubungan antara variabel X dan variabel Y
lemah atau tdak ada hubungan sama sekali.
3. Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan adalah σ = 0.05 yang
merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam penelitian
ilmu-ilmu sosial. Selain itu, dapat dinilai cukup ketat untuk mewakili
hubungan antara kedua variabel.
4. Kriteria pengambilan keputusan
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan hipotesis nol
dilakukan dengan menguji koefisien korelasi rank spearmen dengan
membandingkan nilai antara t hitung dengan t tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
Jika thitung <_ ttabel dimana α = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika thitung > ttabel dimana α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Untuk menguji signifikansi suatu koefisien korelasi rs yang
dihasilkan, maka diuji dengan uji t (satu pihak):
60
t = rs n - 2
1 - rs2
dimana :
rs = rank spearman
n = jumlah sampel
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Lapangan
Merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data primer.
Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan:
1) Observasi.
2) Wawancara.
3) Kuesioner.
4) Pengumpulan data-data yang bersumber dari dokumen dan catatan
perusahaan.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu suatu teknik yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data
dengan cara mencari dan membaca buku-buku, diktat-diktat yang
berhubungan dengan objek penelitian atau masalah yang diteliti.
61
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
pelaksanaan audit management sebagai variabel independen (variabel X) dan
efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan sebagai variabel dependen
(variabel Y). Berikut ini penjelasan dari masing-masing variabel:
1. Variabel Independen (Pelaksanaan Audit Management)
Pelaksanaan audit management diukur dengan menggunakan
kuesioner yang diberikan kepada responden yang berhubungan dan
bertanggungjawab dalam pelaksanaan audit management. Teknik
pengukuran yang digunakan untuk mengubah data-data kualitatif yang
diperoleh dari jawaban kuesioner menjadi suatu ukuran data kuantitatif
adalah summated ratings method atau skala likert yang merupakan suatu
pengukuran dengan skala ordinal. Alasan penggunaan teknik ini adalah
karena penggunaannya tidak menuntut penggunaan kategori dan subjek
yang diukur tidak terbatas terbatas kepada dua alternatif jawaban saja.
Hasil kuesioner selanjutnya dinilai dengan jalan merangkingnya. Adapun
skor bagi penilaian variabel independen (X) tersebut dihitung dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Sangat baik = 4
2) Baik = 3
3) Cukup baik = 2
4) Tidak baik = 1
62
Hasil alternatif jawaban dari kuesioner:
Jawaban a, skor yang diperoleh = 4
Jawaban b, skor yang diperoleh = 3
Jawaban c, skor yang diperoleh = 2
Jawaban d, skor yang diperoleh = 1
Untuk lebih jelasnya, baik mengenai variabel, dimensi, indikator,
skala pengukuran dari variabel dependen (X) dapat dilihat pada tabel
berikut:
63
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Independen (X)
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Nomor
Kuesioner
Pelaksanaan
Audit
Management
Perencanaan
Program Kerja Pelaksanaan
Kerja
Lapangan
Pengembangan
Temuan Audit
dan
Rekomendasi
−Dilakukan wawancara dengan
para pimpinan dan
karyawan.
−Adanya review terhadap data
organisasi.
−Adanya review terhadap data
keuangan.
−Adanya review terhadap kebijakan dan prosedur
perusahaan.
−Adanya review terhadap
laporan manajemen.
−Dilakukan pemeriksaan fisik.
−Perencanaan waktu.
−Penugasan staf auditor. O
−Adanya batas waktu
penyelesaian dan pembuatan R laporan.
−Perencanaan biaya. D
I
−Kesesuaian dengan rencana.
−Pemeriksaan secara detail. N −Adanya analisis atas informasi.
−Adanya evaluasi atas kegiatan A pemeriksaan.
−Adanya analisis atas temuan L
audit yang meliputi:
pernyataan kondisi, kriteria,
sebab, dan akibat.
−Rekomendasi.
1 s/d 8
9 s/d 14
15 s/d 18
19 s/d 23
Pelaporan
(Sumber: Rob Reider, 2002)
−Terdapatnya laporan atas
temuan pemeriksaan.
−Penyajian laporan sesuai
dengan tatacara pelaporan.
−Laporan dirancang sesuai
dengan permasalahan dan
temuan pemeriksaan.
24 s/d 28
64
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Dependen (Y)
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Efektivitas
Pelaksanaan
Anggaran
Pendapatan
Evaluasi Perbandingan antara realisasi
anggaran pendapatan dengan
anggaran pendapatan
Ordinal
(Sumber: A. Rodi Kartamulja, 2001)
2. Variabel Dependen (Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan)
Efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan adalah variabel yang
dipengaruhi oleh pelaksanaan audit management. Variabel ini diukur dari
dimensi evaluasi pelaksanaan anggaran yang indikatornya adalah
perbandingan antara realisasi anggaran pendapatan dengan anggaran
pendapatan. Dengan demikian, data yang di peroleh merupakan data rasio.
Data rasio dapat dipandang sebagai data interval dimana data interval
dapat diordinalkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa data rasio dapat
dipandang juga sebagai data ordinal (Suharsimi Arikunto, 2003: 362).
Hasil dari perbandingan antara realisasi dengan anggaran
pendapatan ini akan di ranking dari angka terbesar sampai yang terkecil.
Oleh karena itu, skala yang digunakan adalah skala ordinal. Skala ordinal
adalah tingkatan ukuran yang memungkinkan penelitian untuk
mengurutkan tingkatan paling tinggi ketingkatan paling rendah. Untuk
lebih jelasnya, baik mengenai variabel, dimensi, indikator, skala
pengukuran dari variabel dependen (X) dapat dilihat pada tabel 3.2
65
3. Penetapan hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan
terdapat tidaknya hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis tentang
tidak terdapatnya hubungan antara variabel dependen, sedangkan
hipotesis alternatif (H1) yang juga merupakan hipotesis
penelitian adalah hipotesis tentang terdapatnya hubungan antara
kedua variabel tersebut. Penetapan hipotesis selanjutnya adalah
sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan audit management
dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan.
H1: Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
pelaksanaan audit management dengan
efektivitas pelaksanaan anggaran
pendapatan.
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Pendirian PDAM Kota Bogor
Kota Bogor yang dahulu dikenal dengan sebutan BUITENZORG
telah mempunyai sistem pelayanan air minum sejak tahun 1918 yang
dibangun oleh Pemerintah Belanda saat itu, dengan nama Gemente
Waterleiding Buitenzorg, dengan memanfaatkan sumber mata air Kota
Batu yang berkapasitas 70 liter/detik.
Dari tahun ke tahun, pelayanan air minum di Kota Bogor
mengalami banyak perkembangan sesuai dengan kebutuhan penduduknya.
Pada tahun 1930-1950, dilakukan penambahan kapasitas air sebanyak 30
liter/detik, yang berasal dari mata air Ciburial milik PAM Jaya. Pada tahun
1996, jumlah pelanggan ± 7000 sambungan langganan dengan tingkat
kehilangan air mencapai 50 %. Kehilangan air yang cukup besar tersebut
diakibatkan oleh kurang baiknya pipa dinas (sebelum meter air) dan
kondisi pipa distribusi yang sudah tua. Sesuai dengan pertumbuhan
penduduk dan perkembangan kota, mulai dirasakan adanya kekurangan air
minum.
Menindaklanjuti kondisi tersebut, Departemen PUTL segera
melakukan survey dan perencanaan-perencanaan strategis untuk
meningkatkan pelayanan dan pengembangan. Untuk mengatasi kebutuhan
jangka pendek, mulai tahun 1967 departemen PUTL merencanakan
67
penambahan kapasitas air dari mata air Bantar Kambing melalui Reservoir
Cipaku.
Mengingat besarnya investasi yang diperlukan untuk pemasangan
pipa transmisi dari mata air Bantar Kambing ke Reservoir Cipaku,
pemerintah pusat mengusahakan bantuan dari luar negeri. Pada tahun 1970
berhasil diperoleh bantuan berupa hibah (grant) dari Pemerintahan
Australia, yang dikenal dengan proyek Colombo Plan. Bantuan dari
Pemerintahan Australia tersebut, selain dalam bentuk pipa dan
aksesorisnya, juga termasuk fiasibility study, perencanaan, dan supervisi,
yang dilakukan oleh Vallentine Laurie & Davies Consulting Engineers
dari Sydney Australia.
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bogor disingkat PDAM Kota
Bogor, didirikan berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1977 tanggal
31 Maret 1977, kemudian disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur
Jawa Barat No. 300/HK.011/SK/1977 tanggal 5 Juli 1977. Sejak
diberlakukannya Perda No. 5 Tahun 1977, status perusahaan berbentuk
badan hukum, dimana sebelum dialihkan menjadi perusahaan daerah,
status perusahaan air minum semula adalah sebagai dinas daerah. Modal
dasar perusahaan terdiri atas kekayaan daerah yang berasal dari seluruh
kekayaan perusahaan air minum pada waktu kedudukannya sebagai dinas
daerah dan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
68
Modal perusahaan sesuai neraca pembukuan PDAM Kodya Dt. II
Bogor hasil audit akuntansi negara (Kanwil III DJPKN Bandung) per 1
April 1977 keseluruhannya berjumlah Rp. 3.075.358.562,63 yang terdiri
dari :
Eks Modal Pemda = Rp. 518.176.260,19
Eks Modal Pemerintah Pusat = Rp. 1.048.922.301,44
Eks Bantuan Australia = Rp. 1.508.260.000,00
Sampai dengan 31 Agustus 1982, tercatat 18.310 sambungan
langsung. Dengan memanfaaatkan sumber air Kota Batu, Tangkil dan
Bantar Kambing, yang terdiri dari
Kota Batu = 70 liter/detik
Tangkil = 170 liter/detik
Bantar Kambing
= 170
liter/detik
Total Kapasitas
= 410
liter/detik
2. Perkembangan Usaha
a. Pemanfaatan Air Permukaan
Sejalan dengan pertumbuhan kota dan pertambahan penduduk,
permintaan akan air bersih terus meningkat. Di satu sisi kapasitas air yang
tersedia yang berasal dari mata air sudah dimanfaatkan secara maksimal.
Sesuai dengan hasil studi kelayakan, manajemen memutuskan untuk
memulai memanfaatkan sumber air baku dari air permukaan.
69
Pada tahun 1988, Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan sistem
pengolahan secara lengkap dengan kapasitas 120 liter/detik mulai
beroperasi. Instalasi atau Water Treatment Plant yang berlokasi di Cipaku
tersebut, memanfaatkan sumber air baku dari sungai Cisadane, Instalasi
Pengolahan Cipaku ini dibangun dengan biaya ± Rp. 1,2 milyar yang
berasal dari dana sendiri. Tahun 1994, Instalasi Cipaku ditingkatkan
kapasitasnya menjadi 180 liter/detik. Penambahan kapasitas produksi
didapat dari pembangunan instalasi 60 liter/detik ditambah IPA 120
liter/detik (IPA existing).
b. Era Proyek P3KT
Proyek ini dimulai dari Bank Pembangunan Asia (ADB), proyek
P3KT mencakup pekerjaan :
1) Pembangunan DAM (Intake Ciherang Pondok), kapasitas 2000
liter/detik dan baru dimanfaatkan ± 650 liter/detik.
2) Pemasangan pipa transmisi air baku Æ 1000 mm dan Æ 700 mm
sepanjang 5.540 meter.
3) Pembangunan WTP (Water Treatment Plant) di daerah Dekeng
dengan kapasitas 400 liter/detik.
4) Pemasangan pipa transmisi air bersih Æ 1000 mm dan Æ 600 mm
sepanjang 4.687 meter.
5) Pembangunan Reservoar Pajajaran dengan kapasitas 12.000 m3.
6) Pemasangan pipa distribusi sepanjang 32.043 meter.
70
7) Pemasangan pipa retikulasi Æ 63 mm dan Æ 200 mm sepanjang
98.000 meter.
8) Pengadaan 9.500 meter air.
Dengan selesainya 100 % proyek P3KT, ditandai dengan
beroperasinya IPA/WTP Dekeng tanggal 17 Agustus 1997, PDAM Kota
Bogor memiliki idle capacity yang cukup besar, sehingga Instalasi Cipaku
diistirahatkan/standby untuk beberapa waktu lamanya. Tahun 2002,
kondisi pelayanan mulai menurun akibat jumlah air yang tersedia sudah
seimbang dengan jumlah air yang digunakan/pemakaian. Untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, pada tahun 2003 dibangun
lagi IPA tahap berikutnya di Cipaku memiliki kapasitas 4 X 60 liter/detik
dan dapat dioperasikan sampai dengan kapasitas 300 liter/detik. Total
kapasitas produksi yang dimanfaatkan saat ini 1.167 liter/detik dengan
tingkat kebocoran/kehilangan air ± 30.19 %.
71
Tabel 4.1 Kapasitas Produksi
Kapasitas (liter/detik
No
Sumber Terpasang Dimanfaatkan
1
2
3
4
5
6
Mata Air Kota Baru
Mata Air Tangkil
Mata Air Bantar Kambing
WTP Cipaku
WTP Dekeng
WTP Tegl Gundil
70
170
170
240
400
20
67
163
101
308
528
-
TOTAL 1070 1167
(Sumber: PDAM Tirta Pakuan Bogor)
c. Kegiatan Usaha Perusahaan
Aktivitas perusahaan dari PDAM Kota Bogor sebagai mana
tertuang dalam peraturan pendiriannya adalah mengusahakan penyediaan
air bersih untuk kebutuhan masyarakat secara memadai, adil, merata
berkesinambungan. Disamping itu, harus dapat membiayai dirinya sendiri
serta mengembangkan pelayanannya, juga dapat memberikan sumbangan
kepada pemerintah daerah.
Tugas pokok PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah sebagai
berikut:
1) Memenuhi pendistribusian kebutuhan air minum masyarakat Kota
Bogor secara memadai, adil, dan merata serta berkesinambungan
yang memenuhi persyaratan untuk setiap jenis pemakai;
72
2) Memberikan air yang cukup pada setiap tempat dari sistim
penyediaan untuk mencegah kebakaran;
3) Mengkoordinasi pembangunan air minum yang diintegrasikan pada
aktivitas perkembangan ekonomi di daerah;
4) Menjadikan perusahaan daerah ini benar-benar menguntungkan
dan mampu mengembangkan diri sesuai tugas dan fungsi sehingga
menambah pendapatan daerah secara tidak langsung dan langsung;
5) Melakukan usaha-usaha pengembangan perusahaan daerah serta
mengusulkan dan mencari bantuan modal.
Untuk melaksanakan tugas pokok PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
mempunyai 2 fungsi yaitu:
1) Fungsi ekonomi
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sosial senantiasa dituntut
untuk meningkatkan kemampuan pelayanan dan memenuhi kewajiban-
kewajiban berdasarkan asas ekonomi perusahaan.
2) Fungsi sosial
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sosial yang memproduksi
air minum yang merupakan kebutuhan pokok manusia senantiasa
dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat
dari semua golongan masyarakat dengan memberlakukan tarif air
minum yang disesuaikan dengan kondisi/fungsi tempat pelanggan dan
juga memberikan subsidi silang.
73
d. Visi dan Misi
Dalam menjalankan aktivitas usahanya Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Bogor, Mempunyai visi dan Misi sebagai berikut:
1) Visi
Menjadi perusahaan terdepan di bidang pelayanan air minum
2) Misi
Memberikan kepuasan pelayanan air minum secara
berkesinambungan kepada masyarakat sesuai standar kesehatan
yang ada dengan mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat
dan berperan sebagai penunjang otonomidaerah serta
meningkatkan sumber daya manusia secara maksimal.
e. Struktur Organisasi dan uraian Tugas
Struktur organisasi dan tata kerja PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
ditetapkan dengan surat keputusan Walikota Bogor No. 061/SK.32-
Hot/1990 dan diperbaharui dengan surat keputusan no. 061/SK.309-
Hot/1998 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja PDAM Kota
Bogor, dan diperbaharui lagi dengan keputusan Walikota No. 51 tahun
2004, kemudian diperbaharui lagi dengan keputusan Walikota No. 2 Seri
D Tahun 2006 Peraturan Walikota Bogor No. 11 Tahun 2006.
Unsur-unsur organisasi pada PDAM kota Bogor terdiri dari:
1) Pimpinan yaitu Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama yang
dibantu oleh dua orang Direktur.
74
2) Pembantu pimpinan yaitu Kepala Satuan Pengawas Intern, Kepala
Pusat Pengolahan Data, Kepala Litbang, Tenaga Ahli, para Kepala
Bagian, dan para Kepala Sub. Bagian.
Sedangkan susunan organisasi yang terdapat di PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor adalah:
1) Direksi
Direksi adalah unsur pimpinan PDAM yang dalam pelaksanaan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab pada Walikota
melalui Badan Pengawas, mempuyai tugas:
a) Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM;
b) Merencanakan dan menyusun program kerja perusahaan 4 (empat)
tahun dan tahunan;
c) Penyusunan program kerja tahunan dilakukan paling lama 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun buku;
d) Membina pegawai;
e) Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;
f) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
g) Melaksanakan kegiatan teknik PDAM;
h) Mewakili PDAM baik di dalam maupun di luar pengadilan;
i) Menyampaikan laporan berkala (bulanan) mengenai seluruh
kegiatan termasuk laporan kegiatan tahunan hasil audit Akuntan
Negara/ Akuntan Publik disampaikan kepada Walikota melalului